BLOK 21
Pendidikan Tahap Sarjana Kedokteran Gigi
(The Disaster)
Penanggung Jawab Blok : drg. Firdaus, MSi
Tutor Blok
Cadangan:
2
PANDUAN TUTORIAL
3
a. Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar.
b. Tutor mendorong mahasiswa agar inti tujuan belajar menjadi lebih fokus,
tidak terlalu lebar atau superficial serta dapat diselesaikan dalam waktu yang
tersedia.
c. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri (ekstra)
karena kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri.
Belajar Mandiri
6. Information Gathering : Private Study
a. Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, computerized
literarure search, jurnal, specimen patologis/ fisiologis, bertanya kepada
pakar, dsb.
b. Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota kelompok
(student’s individual notes), termasuk sumber belajarnya. Usahakan sumber
pustaka masing-masing mahasiswa berbeda.
c. Hasil tersebut didiskusikan pada step 7.
Pertemuan Kedua
7. Synthesize and Test Acquired Informations (Reporting Phase)
a. Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar beberapa
literatur maupun sumber belajar lainnya.
b. Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian mendiskusikan
kembali.
c. Mahasiswa bisa menambahkan, menyanggah, bertanya, komentar terhadap
referensi.
d. Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan membuat
laporan tertulis.
e. Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan dalam
diskusi dengan pakar/narasumber.
4
5
6
7
8
9
Catatan :
Jam : ada bunyi alarm
Al-Qur’an
Hadist
Doa sebelum belajar
10
FORM PENILAIAN TUTORIAL
(TUTORIAL CHECK LIST ASSESSMENT)
Value (Session ……)
No Kriteria SangatBaik Baik Memuaskan Batas Di Bawah Harapan
(10-9) (6-8) (4-5) (2-3) (0-1)
DEALING WITH APPOINTMENT
Hadir sebelum waktu Terlambat kurang Terlambat 15-30
1 Being in time Hadir tepat waktu Terlambat> 30 menit
yang ditentukan dari 15 menit menit
DEALING WITH WORK
Persiapan tugas Persiapan tugas
Persiapan tugas
Persiapan tugas lengkap, hanya hanya
lengkap,
mengumpulkan banyak mengumpulkan mengumpulkan
mengumpulkan Tidak membuat
2 Preparation of task informasi yang cukup informasi sedikit informasi
cukup informasi persiapan
berhubungan dengan dasar yang dasar yang
yang berhubungan
topic berhubungan dengan berhubungan
dengan topik
topik dengan topik
Menyelesaikan
Menyelesaikan Menyelesaikan 50%
Menyelesaikan seluruh kurang dari 50% Tidak mengerjakan
3 Completeness in performing task 75% dari tugas dari tugas yang
tugas yang diberikan tugas yang tugas
yang diberikan diberikan
diberikan
Mengemukakan ide
Mengemukakan ide/
Mengemukakan ide / /pendapat dengan
pendapat dengan
pendapat dengan jelas, jelas, logis, relevan Mengemukakan Mengemukakan ide/
jelas, logis, relevan
logis, relevan dan dan didukung oleh ide/ pendapat pendapat namun
4 Brainstorming task dan didukung oleh
didukung oleh banyak beberapa sumber namun kuran jelas, tidak dengan jelas,
sedikit sumber sahih
sumber sahih untuk sahih untuk logis dan relevan logis dan relevan
untuk menyelesaikan
menyelesaikan masalah menyelesaikan
masalah
masalah
Sangat aktif dan Aktif namun tidak
Cukup aktif dalam Kurang aktif dalam Tidak aktif dalam
5 Active participation in a group menonjol di dalam terlalu menonjol di
kelompok kelompok kelompok
kelompok dalam kelompok
6 Report back Melaporkan kembali dan Melaporkan Melaporkan kembali Melaporkan Tidak melapor
didukung dengan kembali dan namun didukung kembali namun kembali
referensi yang sahih didukung dengan dengan referensi yang tidak didukung
beberapa referensi kurang sahih dengan referensi
11
yang sahih
DEALING WITH OTHERS
Memberi kontribusi Memberi kontribusi Memberi sedikit
Banyak member Sama sekali tidak
dalam kelompok dalam kelompok kontribusi dalam
7 Working in a team kontribusi dalam member kontribusi
tanpa harus tetapi harus selalu kelompok dan harus
kelompok dalam kelompok
diingatkan diingatkan selalu diingatkan
Selalu berbicara,
Mendengarkan dengan Mendengarkan dan
Mendengarkan tetapi Mendengarkan tidak memberikan
penuh perhatian dan berbicara dengan
8 Listening to others kadang-kadang lebih namun lebih banyak kesempatan kepada
berbicara setelah yang perbandingan yang
banyak bicara berbicara yang lain untuk
lain selesai bicara seimbang
bicara
Mampu
Mampu Mampu
Mampu menghidupkan,
menghidupkan, menghidupkan, Tidak mampu
menghidupkan,mengarah mengarahkan
mengarahkan diskusi mengarahkan menghidupkan,
9 Performance as a chair of a group kan diskusi sehingga diskusi sehingga
sehingga tercapai diskusi namun tidak mengarahkan diskusi
tercapai tujuan tercapai setengah
beberapa dari tujuan tercapai tujuan
pembelajaran dari tujuan
pembelajaran pembelajaran
pembelajaran
Mampu Mampu
Menyimpulkan Tidak mampu
Mampu menyimpulkan menyimpulkan menyimpulkan hasil
10 Summarizing discussion hasil diskusi namun menyimpulkan hasil
hasil diskusi dengan tepat hasil diskusi dengan diskusi namun kurang
tidak tepat diskusi
cukup tepat tepat
DEALING WITH ONE SELF
Menerima umpan Menerima umpan
Menerima umpan balik Menerima umpan
balik dan balik dan Tidak menerima
11 Dealing with feed back dan mampu menanggapi balik dan menanggapi
menanggapi dengan menanggapi dengan umpan balik
dengan sangat baik dengancukup baik
baik kurang baik
Mampu memberikan Mampu Mampu memberikan Kurang mampu Tidak mampu
12 Giving feed back umpan balik dengan memberikan umpan umpan balik dengan memberikan umpan memberikan umpan
sangat baik balik dengan baik cukup baik balik balik
Mampu untuk Mampu untuk Mampu untuk
Tidak mampu untuk
Mampu untuk berpikir berpikir kritis dan berpikir kritis dan berpikir kritis
berpikir kritis dan
13 The ability to reflect kritis dan merefleksikan merefleksikan teori merefleksikan teori namun tidak dapat
merefleksikan teori
teori dalam kasus dalam kasus dengan dalam kasus dengan merefleksikan teori
dalam kasus
baik cukup baik dalam kasus
12
SKENARIO 1
“Akibat kebut-kebutan”
Seorang pasien laki laki berusia 21 tahun dibawa ke UGD akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, setelah diperiksa terlihat beberapa luka lecet dan keluhan gigi depan atas
patah, setelah dilakukan perawatan di UGD, kemudian pasien tersebut dirujuk kepoli
gigi. Hasil pemeriksaan intra oral terlihat gigi 11 avulsi, gigi 21 fraktur mengenai pulpa.
Dokter gigi menjelaskan bahwa giginya tidak perlu di cabut, tapi harus dilakukan
perawatan.
Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu menjelaskan cara pemeriksaan pada kasus diatas
2. Mampu menjelaskan cara menegakkan diagnosis (fraktur ellis 3 )
3. Mampu menjelaskan tentang klasifikasi fraktur ellis
4. Mampu menjelaskan cara perawatan pada kasus
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan
(melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai
berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar). Email dan dentin
adalah dua lapisan pelindung terluar gigi. Email dan dentin keduanya berfungsi
melindungi jaringan gigi bagian dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan
sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan gusi disebut akar.
13
2. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin
tetapi belum melibatkan pulpa.
3. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.
4. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
5. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
6. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
7. Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
8. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang menyebabkan
fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar tidak
mengalami perubahan.
9. Kelas 9: kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.
14
SKENARIO 2
“PETAKA PESAWAT JATUH”
Insiden jatuhnya pesawat Lion air JT 610 di perairan laut Karawang Oktober 2018,
diperkirakan semua penumpang pesawat tidak ada yang selamat. Hasil pencarian tim
SAR didapatkan salah satu potongan tubuh rahang bawah, dan potongan tersebut
diperiksa pada fase postmortem. Kemudian hasilnya dicocokkan dengan data
antemortem. Prosedur identifikasi dilakukan sesuai dengan standar DVI.
Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur identifikasi
2. Mampu menjelaskan fase-fase DVI
3. Mampu menjelaskan cara memperoleh data antemortem
4. Mampu menjelaskan cara pemeriksaan fase postmortem
15
Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana, ada
tiga langkah utama. Langkah pertama adalah to secure atau untuk mengamankan,
langkah kedua adalah to collect atau untuk mengumpulkan dan langkah ketiga
adalah documentation atau pelabelan.
16
lain yang relevan dan dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi, misalnya
informasi mengenai pakaian terakhir yang dikenakan korban.
4. Rekonsiliasi
Fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data ante mortem.
Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses identifikasi menentukan
apakah temuan post mortem pada jenazah sesuai dengan data ante mortem milik korban
yang dicurigai sebagai jenazah. Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka
dikatakan identifikasi positif. Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok
maka identifikasi dianggap negatif dan data post mortem jenazah tetap disimpan sampai
ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah.
17
SKENARIO 3
Anatomi
Secara konseptual kerangka wajah terdiri dari empat pasang dinding penopang
(buttress) vertikal dan horizontal. Buttress merupakan daerah tulang yang lebih tebal
yang menyokong unit
fungsional wajah (otot, mata, oklusi dental, airway) dalam relasi yang optimal dan
menentukan bentuk wajah dengan cara memproyeksikan selubung soft tissue diatasnya.
Vertical buttresses terdiri dari sepasang maksilari lateral (+ dinding orbital lateral) atau
zygomatic buttress, maksilari medial (+ dinding orbital medial) atau nasofrontal
buttress, pterygomaxillary buttress,
dan posterior vertical buttress atau mandibular buttress. Horizontal buttresses juga
terdiri dari sepasang maksilari tranversal atas (+ lantai orbital), maksilari transversal
bawah (+ palatum), mandibular transversal atas dan mandibular tranversal bawah.
18
Gambar 1. Kerangka wajah
Klasifikasi
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Rene Le Fort, terdapat tiga pola
fraktur maksila, yaitu Le Fort I, II, dan III. Selain fraktur Le Fort, terdapat pula fraktur
alveolar, dan vertikal atau sagital maupun parasagital.
19
Gambar 2. Fraktur Le Port I,II,& III
20
d). Fraktur Alveolar
Bagian dentoalveolar dari maksila dapat mengalami fraktur akibat pukulan
langsung maupun secara tidak tidak langsung pada mandibula. Sebagian dari prosesus
alveolar dapat mengalami fraktur.
Anamnesis.
Jika memungkinkan, riwayat cedera seharusnya didapatkan sebelum pasien tiba
di departemen emergency. Pengetahuan tentang mekanisme cedera memungkinkan
dokter untuk mencurigai cedera yang terkait selain cedera primer. Waktu diantara
cedera atau penemuan korban dan inisiasi treatment merupakan informasi yang amat
berharga yang mempengaruhi resusitasi pasien.
Penatalaksanaan
Reduksi Fraktur
Segmen-segmen fraktur ditempatkan kembali secara anatomis. Tergantung pada
kompleksitas fraktur, stabilisasi awal sering dilakukan dengan kawat interosseous. CT
scan atau visualisasi langsung pada fraktur membantu menentukan yang mana dari
keempat pilar/buttress yang paling sedikit mengalami fraktur harus direduksi terlebih
21
dahulu sebagai petunjuk restorasi yang tepat dari panjang wajah. Sedangkan fiksasi
maksilomandibular dilakukan untuk memperbaiki lebar dan proyeksi wajah.
Stabilisasi Plat dan Sekrup. Fiksasi dengan plat kecil dan sekrup lebih disukai. Pada
Le Fort I, plat mini ditempatkan pada tiap buttress nasomaxillary dan
zygomaticomaxillary. Pada Le Fort II, fiksasi tambahan dilakukan pada nasofrontal
junction dan rima infraorbital. Pada Le Fort III, plat mini ditempatkan pada artikulasi
zygomaticofrontal untuk stabilisasi. Plat mini yang menggunakan sekrup berukuran 2
mm dipakai untuk stabilisasi buttress maksila. Ukuran yang sedemikian kecil dipakai
agar plat tidak terlihat dan teraba. Kompresi seperti pada metode yang diajukan oleh
Adam tidak dilakukan kecuali pada daerah zygomaticofrontal. Sebagai gantinya maka
dipakailah plat mini agar dapat beradaptasi secara pasif menjadi kontur rangka yang
diinginkan. Pengeboran untuk memasang sekrup dilakukan dengan gurdi bor yang tajam
dengan diameter yang tepat. Sebelumnya sekrup didinginkan untuk menghindari
terjadinya nekrosis dermal tulang serta dilakukan dengan kecepatan pengeboran yang
rendah. Fiksasi maksilomandibular dengan traksi elastis saja dapat dilakukan pada
fraktur Le Fort tanpa mobilitas. Namun, apabila dalam beberapa hari oklusi tidak
membaik, maka dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.
22