PAPER
OLEH:
NISN: 0036919162
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Paper yang ditulis oleh SINTIA NURUL KHASANAH dengan judul HAID
DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAMtelah diperiksa dan disetujui untuk
diuji sebagai persyaratan mengikuti Penilaian Akhir Tahun
Guru Pembimbing
ii
LEGALISASI
“HAID DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM”
PENGUJI PAPER
Penguji I : ( )
Penguji II : ( )
Kepala Madrasah Aliyah Unggulan K.H. Abd Wahab Hasbulloh Bahrul Ulum
Tambakberas Jombang Kepada
Faizun, M.Pd.
iii
MOTTO
WORK HARD IN SILENCE, LET SUCCES BE YOUR NOISE
- Frank Ocean-
iv
DEDIKASI
Penulis paper ini menyebutkan:
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahhirobbil’aalamiin, penulis berdo’a kepada Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah menciptakan segala sesuatu
untuk hambanya, sebagai jalan kebaikan, dan menempatkannya pada tingkatan
tertinggi dari makhluk lainnya, dan Terimakasih juga kepada Allah SWT, yang
telah memberikan beribu ribu nikmat yang tak terkira, seperti saat ini, penulis
bisa melanjutkan untuk tholabul ‘ilmi, dan masih diberi kesehatan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membimbing hambanya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni agama Islam.
Dalam penulisan paper ini penulis bisa menyelesaikan semuanya bukan dari
jerih payah penulis sendiri, semua ini berasal dari dukungan berbagai pihak,
yang telah mendukung penulis dengan penuh semangat, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan beribu ribu terimakasih kepada :
1. Bpk. Faizun M.Pd selaku kepala Madrasah Aliyah Unggulan KH. Abd
Wahab Hasbulloh
2. Bu Dewi Mulyasari, S.H.I. selaku Guru dan pembimbing paper penulis
ini.
3. Seluruh Dewan Guru MAUWH Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
4. Setiap orang yang telah memberikan penulis dukungan, bantuan, dan
motivasi, untuk menyelesaikan paper ini.
Semoga ada bantuan yang diberikan kepada penulis, semoga beramal dan
mendapat jawaban yang lebih baik lagi dari Allah SWT, Aamiin. Dari paper
ini penulis bisa mendapat banyak pengalaman. Demikianlah, semoga para
pembaca bisa senang dengan paper penulis ini, dan apabila ada kesalahan
mohon saran dan kritikannya, supaya paper penulis ini bisa menjadi lebih baik
lagi, dan bermanfaat bagi seluruh pembaca dan penulis sendiri, Aamiin……
vi
EXECUTIVE SUMMARY
vii
his navel and his knees. In addition, there is a separate explanation for people
who menstruate to the Al-Qur'an, first a woman who memorizes the Qur'an
and is worried that she will forget if she is not in muroja'ah, then the trick is
to read in a whisper so that her ears didn't hear his voice. Second, a woman
who brings or touches the interpretation of the Qur'an, this kind of thing is
allowed on the condition that the interpretation is more than the Qur'an.
Third, a woman who carries or touches the Qur'an, is forbidden because the
translation of the Qur'an is not the same as the interpretation of the Qur'an.
Whether the 24 hours are continuous (ttishal mu'tad) or intermittent
('adamul ittishal mu'tad). According to the Shafi'i school itself, the shortest
menstruation experienced by women is one day and one night or 24 hours.
While the longest period is 15 days. According to qoul mu'tamad (an opinion
that is used as a guide), if menstrual blood stops in between menstruation, it
will still be punished with menstruation as usual. Therefore, when praying or
fasting becomes invalid, so if what is done is fasting in Ramadan, it is still
obligatory to make up the fast. If there is a woman who has just menstruated
and bleeds for 22 days, then the menstrual blood includes only one day and
one night, the rest is istihadhah blood. With the condition that only one kind
of blood comes out. The procedure for making up prayers at the time of
menstruation is when a woman has her period at 15.30 while she has not
performed the Asr prayer. So when she has finished her menstruation, it is
obligatory to make up the 'Asr prayer. Apart from that, some things prevent
someone from praying, namely people who are epileptic or insane. So the
way to make up for it is if a woman has an epileptic or insane before noon
and epilepsy disappears afternoon, then it is obligatory to make up the dhuhur
prayer. That's a brief explanation of menstruation in Islamic law.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................... ii
MOTTO ...................................................................................................................... iv
DEDIKASI ................................................................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................... vi
BAB 1............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................................... 5
ix
B. Kewajiban Wanita Apabila Haidnya Telah Selesai...................................... 12
BAB IV ....................................................................................................................... 15
PENUTUP .............................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 15
B. SARAN......................................................................................................... 15
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Ghalia Indonesia: 2010), 21.
1
darahhaid dan darah istihadhoh biasanya dapat diketahui melalui bau,
kebekuan dan warnanya 2.
Hal itu dapat dijadikan patokan untuk mengetahui kedatangan atau
terhentinya darah haid, oleh karena itu, shalat harus ditinggalkan. Dan
apabila darah haid berhenti hendaknya ia mandi agar badanya menjadi
suci lagi. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 222 yang
berbunyi:
2
Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab,
(Bandung: Hasyimi, 2013), 41
3
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid I, (Jakarta, Lentera Abadi, 2010), 329
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
sebagai berikut.
1. Apa itu haid menurut Islam?
2. Bagaimana ketentuan haid dalam hukum Islam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui pengertian tentang darah haid
2. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan darah haid dalam hukum Islam
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian menunjukkan pentingnya penelitian yang
dilakukan, baik untuk mengembangkan ilmu maupun referensi penelitian
lebih lanjut. Dengan kata lain manfaat penelitian berisi uraian yang
menunjukkan bahwa masalah yang dipilih memang layak untuk diteliti.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis maupun
praktis bagi penulis dan pembaca yakni :
1. Secara Praktis penelitian ini dilakukan agar pembaca memahami
tentanghaid dalam tinjauan hukum Islam
2. Secara Teoritis penelitian ini adalah memperluas wawasan tentang
materi haid dalam tinjauan hukum Islam
E. Metode Penelitian
Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan metode
penelitian studi pustaka (library research). Dimana informasi diperoleh
dari:
1. Sumber data primer : Kitab Risalah Haid
2. Sumber data sekunder : Jurnal Ilmiah dan sumber-sumber yang relevan
yang membahas tentang Haid
3
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan yang ada dalam penelitian ini menjadi sistematis
danmudah dipahami, maka penulisan ini disajikan dengan sistematika
sebagai berikut:
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Haid
Haid menurut bahasa adalah mashdar dari fi’il: (ضا َٔ َحاض
ً ْضَٔ َح ْي
ُ )يحي,
ِ
artinya darah haid (mengalir). Adapun menurut istilah adalah darah yang
keluar dari kemaluan seorang perempuan setelah umur 9 tahun, dengan sehat
(tidak karena sakit) tetapi memang watak/kodrat wanita,dan tidak setelah
melahirkan anak.4
Adapun pengertian haid menurut para imam madzhab adalah sebagai
berikut, Menurut Ulama Hanafiyah, haid adalah nama untuk darah khusus,
yaitu darah yang keluar dari tempat khusus, yaitu kemaluan perempuan,
tempat keluarnya anak dan melakukan hubungan dengan cara-cara tertentu,
jika ia menemukan darah itu maka ia haid dan jika di luar itu maka ia
istihadhoh. Sedangkan menurut Ulama Malikiyah mendefinisikan haid
sebagai darah yang keluar sendiri dari kemaluan wanita dan biasanya wanita
yang sudah bisa hamil.5
Di dalam kitab Fathul Qorib juga dijelaskan:
"Darah haid adalah darah yang keluar dari organ reproduksi perempuan
dalam kondisi sehat, bukan sebab melahirkan."
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa darah haid
adalah darah yang keluar dari perempuan yang sudah baligh, dan darah ini
keluar karena sebab alami perempuan pada waktu-waktu tertentu dan bukan
karena darah penyakit ataupun karena melahirkan.
4
KH.Muhammad Ardani Bin Ahmad, Risalah Haid,(Surabaya: Al – Miftah,2011), 11.
5
Su‟ud Ibrahim Shalih, Fiqih Ibadah Wanita, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011),198-199
5
ََٔٔو ََلََٔٔت َ ْق َرب ُْوه َُّنََٔٔ َحتَٰٔى
َ َْٰٔض ْ ِْضَََٰٔٔٔقُ ْلََٔٔه َُؤََٔاَذًىَٰٔفَا ْعت َِزلُوأَالنِ َساٰ َءََٔٔف
ِ ىَٔال َم ِحي ِ ََٔٔال َم ِحي ْ ع ِن َ َََٔٔويَسْـٰ ََلُ ْون ََك
َ َ ََٔٔوي ُِحب ْاال ُمت
ط ِه ِريْن َ ََُٔٔالت َّ َّوابِي َْن ِ ط َّه ْر َنََٔٔفَأْت ُ ْوه َُّن
ُ ََٔٔم ْنََٔٔ َحي
ْثََٔٔا َ َم َر ُك ُمََٔٔاللَٰٔهَََُٰٔٔٔا َِّنََٔٔاللَٰٔهَََٔٔي ُِح ا ْ َي
َ َ ط ُه ْر َنَََٰٔٔٔفَ ِاذَأَت
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah
kotoran.” Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang di
perintahkan Allah kepada mu Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang taubat, dan menyukai orang-orang yang mensucikan.” (QS. Al-
Baqarah: 222).6
Sebab turunnya ayat ini dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Muslim
dan At-Tarmidzi dari Anas bahwa orang-orang Yahudi, ketika istri mereka
haid, mereka tidak memberinya makan dan tidak menggaulinya di rumah.
Maka para sahabat Nabi SAW. menanyakan tentang hal itu kepada beliau,
lalu turunlah firman Allah: “dan mereka menanyakan kepadamu
(Muhammad) tentang haidh…”, Maka Rasulullah bersabda,
اصنعوأَعلىَٔكلَٔشيءَٔاَلَٔالنكاح
Artinya: “lakukanlah apa saja terhadapnya, kecuali jima’”.
Sementara Nabi SAW pernah bersabda kepada Fathimah binti Abu Hubaisy
َ َرَٔفَت ََوضئِىَٔو
َٔصلى َُٔ كانَٔاآلخ
ََٔ َٔصالةََِٔٔوإذا
َّ نَٔال ََٔ َكانَٔذ
َِٔ لكَٔفَأ ْم ِس ِكىَٔ َع َُٔ ضَٔأَس َْو َٔد َُٔیَُ ع َْر
ََٔ َٔفَٔفَإِذا َٔ ِ َْ حی ََّٔ ِإ
ََٔ نَٔدَ ََٔمَٔال
َٔفإنَٔهأَهَُ ََٔؤَ ِع َْٔرَٔق
Artinya: “Sesungguhnya darah haid itu warnanya kehitam-hitaman
sebagaimana sudah dikenal. Jika yang keluar darah dengan ciri seperti itu,
maka jangan kerjakan shalat. Namun jika yang keluar darah selain itu, maka
berwudhulah lalu kerjakanlah shalat; sebab itu hanyalah darah yang keluar
dari urat (karena adanya gangguan).”(HR. Ahmad, Hakim, Abu Dawud, dan
Imam lainnya).7
Dan hadist Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam Sebagai berikut:
6
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid I, (Jakarta, Lentera Abadi, 2010), 329
7
Muhammad Utsman Al-Khasyt, Fiqih Wanita Empat Madzhab,(Bandung:Khazanah
Intelektual,2011), 47.
6
“Sesungguhnya haid ini yang telah menetapkan Allah atas anak- anak putri
Nabi Adam As.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Ra.). 8
8
Ahmad Syadzirin Amin., “PROBLEMATIKA DARAH WANITA HAIDH, NIFAS, DAN
ISTIHADATH. Masalah darah haid. Dasar hukum haid”, dalam http://www.luqman.co.cc (tahun
1428 H/2007)
7
Selama wanita masih hidup maka, umur orang haid itu tidak ada batasnya. 9
D. Ciri – ciri dan Macam-Macam Darah Haid
Atha, Qatadah, dan As-Suddi mengatakan, bahwa darah haid adalah
kotoran, dan menurut bahasa adalah segala sesuatu yang tidak disukai.
Sifat darah haid dibagi menjadi empat macam yakni; kental, berbau (bacin),
kental sekaligus berbagu, dan tidak kental dan tidak berbau.
Dan apabila yang keluar ada dua macam dan sama kuatnya seperti darah
hitam-encer dan merah-kental, maka darah yang lebih dulu keluar adalah
yang paling kuat.
Sedangkan warna darah dibagi menjadi lima macam yakni; hitam
(darah yang kuat), merah, abu-abu (antara merah dan kuning), kuning, dan
keruh (kuning dan putih).Maka apabila ada cairan keluar dari farjinya wanita
tetapi warnannya bukan salah satu dari warna yang lima tersebut, seperti
cairan putih yang keluar sebelum dan sesudah haid atau keputihan yang
keluar terus menerus pada umumnya, maka tetap wajib melaksanakan sholat
sesuai dengan syarat-syarat yang diterangkan dalam bab istihadhoh.10
Seperti halnya, jika semua darah haid tidak melebihi 15 hari maka
keseluruhannya termasuk darah haid , sebab setiap darah yang keluar pada
masa boleh haid, tidak kurang dari 24 jam, tidak lebih dari 15 hari, maka
semuannya dihukumi darah haid walaupun warna darah yang keluar berbeda-
beda.
Contoh :
Tanggal 1-4 : warna hitam
Tanggal 6-10 : warna merah
Tanggal 12-15 : warna kuning
Maka, itu semua termasuk darah haid, walaupun dengan warna darah yang
berbeda-beda.Akan tetapi, jika semua darah melebihi 15 hari, maka darah
yang kuat (Dam Qowi) adalah haid. Sedangkan darah yang lemah (Dam
9
KH.Muhammad Ardani Bin Ahmad, Risalah Haid.(Surabaya: Al – Miftah,2011), 12
10
Ibid., 22
8
Dloif) adalah istihadhoh, dengan memenuhi syarat-syarat dalam bab
itihadhah.11
Inilah ciri-ciri utama dara haid berdasarkan nash al-Qur‟an dan Hadis
Rasulullah SAW. Namun, ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa
darah haid berbeda dengan darah istihadhoh. Setiap darah yang keluar
dengan ciri-ciri di atas ia adalah haid, dan yang tidak memiliki sifat seperti
itu ia bukan haid.
E. Hal – Hal Yang Diharamkan Ketika Haid
Berikut hal-hal yang dilarang ketika seorang perempuan sedang haid
diantarannya:
1. Sholat, tidak boleh qadha’ bahkan haram
2. Sujud syukur
3. Sujud tilawah
4. Thowaf
5. Puasa, tetapi wajib qadha’ (khusus ramadhan)
6. I’tikaf (berdiam diri didalam masjid)
7. Masuk masjid apabila khawatir mengotori masjid
8. Membaca Al-Quran
9. Menyentuh Al-Quran
10. Menulis Al-Quran (menurut satu pendapat)
11. Bersuci
12. Mendatangi orang sakaratul maut (tambahan dari al-muhamili)
13. Bersetubuh
14. Dijatuhi talak
15. Dibuat senang (istimta’) tubuhnya antara pusar dan lututnya.
Orang yang haid diharamkan bersuci karena mempermaikan ibadah
( )تالع َُٔبالعبادةoleh karena itu apabila ada seorang istri yang baru bersetubuh,
sebelum mandi jinabat tiba-tiba kedatangan haid, maka selama haid belum
berhenti diharamkan untuk mandi jinabat.
Dibawah ini beberapa penjelasan larangan orang haid perihal masalah
dengan Al-Quran:
11
Ibid., 24
9
1. Orang hafal Al-Quran yang khawatir lupa bila tak membaca pada
saat haid.
Wanita yang khawatir dengan hafalannya supaya mengulanghafalan
tersebut dengan syarat didalam hati atau berbisik dengan lisan yang tidak
didengar oleh dirinya sendiri, atau membaca secara biasa dengan tidak
menyengaja membaca Al-Quran tetapi dengan niat dzikir, berdo’a,
mencari barokah, menghafal atau meluruskan bacaan yang salah,maka
diperbolehkan dan tidak berdosa
2. Membawa atau menyentuh tafsir Al-Quran pada waktu haid.
Wanita boleh membawa dan menyentuh Al-Qur’an dengan syarat al-
quran tersebut disertai tafsirnya, kalau ia yakin bahwa tafsirnya lebih
banyak dari al-qurannya (pendapat ini disepakati oleh Imam Romli dan
Ibnu Hajar) atau ragu-ragu tentang perbandingan Al-Quran dengan
tafsirnya, apakah lebih banyak , lebih sedikit, atau sama (pendapat Ibnu
Hajar). Maka diperbolehkan membawa tafsir Jalalain karena tafsirnya
lebih banyak. Sebaliknya jika Al-Quran nya lebih banyak atau sama
banyak, maka haram hukumnya untuk memegang dan menyentuh Al-
Qur’an.
3. Membawa atau menyentuh Al-Quran terjemah
Terjemah Al-Quran hukumnya tidak sama dengan tafsir. Oleh karena
itu seorang wanita yang haid haram hukumnya membawa dan menyentuh Al-
Quran terjemah. Demikian pula dengan majmu’syarif (kumpulan surat
yasin,tahlil dll.) 12
12
Ibid., 26
10
BAB III
13
Ibid., 14
11
menerus atau pun terputus-putus. Dan paling lama masa haid adalah 15 hari,
walaupun keluarnya darah haid tidak terus-menerus.
2. Masa Terhentinya Darah Diantara Haid yang Terputus-putus
Menurut qoul mu’tamad (pendapat yang dijadikan pegangan) apabila
darah haid berhenti di sela-sela haid maka tetap dihukumi sama dengan haid
seperti biasannya. Oleh karean itu apabila melakukan sholat atau puasa
menjadi tidak sah, jadi apabila yang dilakukan adalah puasa ramadhan, tetap
wajib untuk mengqadha puasa .
Contoh :
Seorang wanita haid mulai tanggal 1 sampai 6 akan tetapi tanggal 7
sampai 10 darahnya tidak keluar jadi dia berpuasa, lalu tanggal 11 sampai 15
darahnya keluar lagi jadi dia haid.
Maka, tanggal 7 samapi 10 puasannya tidak sah dan wajib mengqadha.
3. Masa Mengeluarkan Darah lebih Dari 15 Hari
Sebelumnya sudah diterangkan bahwa darah yang keluar melebihi 15
hari adalah darah istihadhoh.
Seperti dibawah ini:
Tanggal : 1-22 keluar darah.,
Tanggal : 1-15 adalah darah haid,
Tanggal : 16-22 adalah darah istihadhoh.
Menghukumi seperti ini tidak benar,karena untuk mengetahui dan
menentukan berapa haidnya dan berapa istihadhohnya kita harus
mengetahuisecara jelas tentang perincian-perincian istihadhoh.
Contoh :
Ada seorang wanita yang baru haid dan mengeluarkan darah selama 22
hari dan darahnya satu macam, maka yang termasuk darah haid adalah hanya
sehari semalam selebihnya adalah darah istihadhoh dan wajib untuk
melaksanakan sholat fardhu dengan syarat badan dalamkeadaan suci.
B. Kewajiban Wanita Apabila Haidnya Telah Selesai
Apabila seorang wanita mengeluarkan darah dalam masa tidak boleh
haid (tanggal 15-22), maka tetap wajib melaksanakan sholat dengan cara
12
sholatnya orang istihadhoh. Dan setelahnya tidak boleh mandi, hanya
diwajibkan mensucikan farji dan wudhu.
Menurut Imam Nawawi, seandainya seorang wanita haid dalam 7 hari
sedangkan dalam 3 hari haid sudah berhenti, maka wajib langsung mandi dan
menjalankan hukum suci (boleh sholat, puasa, melakukan jima dengan
suaminnya dll). Sekalipun masih mungkin keluar lagi. Kemudian jika tidak
keluar lagi, maka jelas semua sudah sah, namun jika ternyata sebelum 15 hari
dari awal darah meskipun sudah melebihi 7 hari dan hanya sedikit, maka
wajib menjalani hukum haid lagi, sedangkan sholat dan puasannya tidak sah.
Demikian pula bila melakukan jima’ dengan suaminya juga tidak berdosa.
Sedangkan menurut Imam Rofi’i setelah berhenti darah tidak usah
mandi, tidak sholat, tidak ouasa, dll. Cukup menunggu nya seperti biasa.
Tetapi juga tidak boleh berjima’ dengan suaminya. Kemudian apabila darah
haid keluar lagi dan tidak melebihi 15 hari, maka jelas tidak ada masalah,
sebab darah yang keluar dari awal sampai akhir adalah darah haid. Namun
jika setelah 7 hari darahnya ternyata tidak keluar lagi, maka wajib mandi dan
qadha’ sholat dan puasa yang ditinggal. Semua tadi menurut Qaul Sahbi14
C. Tata Cara Mengqadha Shalat Pada Waktu Haid
1. Datangnya Haid
Seperti contoh :
Masuknya waktu ashar jam 15.00, sedangkan pada jam 15.30 ia
kedatangan haid, padahal ia belum mengerjakan sholat ashar. Maka apabila
haidnya telah selesai ia wajib mengqadha’ sholat ashar, begitu juga sholat
sebelumwaktu waji tersebut wajib diqadha’, dengan memenuhi 3 syarat
sebagai berikut :
1). Boleh dijama’dengan sholat waktu datangnya haid seperti, dhuhur dengan
ashar, maghrib dengan isya’.
2). Belum melakukan karena pada waktu sholat sebelumnya erjadi perkara
yang mencegah untuk sholat seperti gila atau ayan.
14
Ibid., 31
13
Namun bila belum menjalankan sholat bukan adanya pencegahan
seperti diatas jelas wajib diqadha’, meskipun tidak memenuhi persyaratan ,
bahkan meskipun sesudahnya tidak haid.
2. Selesaianya Haid
Seperti contoh :
Masuknya waktu maghrib jam 17.30 WIB sore, sedangkan sekitar jam
17.30 krang 1 menit haidtelah selesai. Maka seorang wanita wajib
melaksanakan sholat ashar dan dhuhur, sebab masih menjumpai waktu ashar,
meskipun Cuma cukup digunakan untuk takbiratul ihram (apalagi jika masih
longgar). Dhuhur boleh dijama’ dengan ashar. Oleh karena itu, jika
selesainnya haid pada waktu dhuhur misalnya, maka hanya sholat dhuhur
yang wajib tidak wajib sholat shubuh sebab sholat subuh tidak boleh dijama’
dengan dhuhur.
Namun jika selesainya haid tadi waktu sudah tidak cukup untuk
takbiratul ihram, atau tepat ketika habisnya waktu, maka tidakwajib
menjalankan sholatnya waktu tersebut, kecuali jika bisa dijama’ dengan
sholat sesudahnya.
Kemudian jika sesudah haid tertimpa perkara yang dapat mencegah sholat
seperti ayan atau gila, maka lihat dulu jarak antara selesainya haid dengan
datangnya gila atau ayan seandainnya dipergunkan beruci seringan-
ringannya, maka wajib mengerjakan sholat tersebut. Apabila tidak cukup,
maka tidak wajib.15
15
Ibid., 37
14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian pustaka Haid dalam Tinjauan Hukum Islam
dapat ditarik kesimpulan bahwa,
1. haid adalah darah yang keluar dari farji seorang perempuan setelah umur
9 tahun, dengan sehat (tidak karena sakit) tetapi memang watak/kodrat
wanita,dan tidak setelah melahirkan anak.
2. Ketentuan haid dalam Islam sangatlah banyak seperti, masa-masa dalam
haid, kewajiban wanita apabila haidnya telah selesai, dan tata cara
mengqadha’ sholat pada waktu haid.
B. SARAN
Seorang wanita tidak hanya memahami hukum-hukum haid, akan
tetapi harus paham betul tentang siklus haid yang benar jika terdapat
permasalahan haid seperti siklus haid yang tidak teratur. Hal ini sangat
berbahaya karena dapat menjadikan dosa besar dan memengaruhi ibadah
fardhu’ain seperti sholat dan puasa.
15
DAFTAR PUSTAKA
16