Anda di halaman 1dari 12

MATERI BAHASA INDONESIA

A. MENGENAL BAHASA
1. Pengertian Bahasa
 KBBI Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
 Harimurti Kridalaksana (1985) Menyatakan bahwa bahasa adalah sistem bunyi
bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia.
2. Fungsi Bahasa
1) Bahasa sebagai sarana komunikasi
2) Bahasa sebagai sarana adaptasi
3) Bahasa sebagai sarana kontrol sosial (untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang
terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami)
4) Bahasa sebagai sarana memahami diri
5) Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
6) Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
7) Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
8) Bahasa sebagai sarana berfikir logis
9) Bahasa membangun kecerdasan
10) Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
3. Contoh bahasa sebagai alat komunikasi berupa:
 Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-
bunyian, lukisan, gambar, dan sebagainya.
 Contohnya :
- Bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam)
- Adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
- Suara adzan untuk tanda segera melakukan sholat
- Telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
- Simbol rambu-rambu lalu lintas yang berada di jalan
- Gambar peta yang menunjukkan jalan
- Melambaikan tangan berarti untuk menyampaikan salam
4. Tata Bahasa Indonesia
1) FONOLOGI (Bunyi bahasa)
 Huruf : A = a, B = b, Ny = ..., Ng = ...., Sy = ...., Kh = ...
 Penggalan :
- Abstrak : ab-strak - Bersih : ber- sih
- Struktur : struk-tur - Aman : a - man
- Kontrak : kon-trak - Makan : ma – kan
2) MORFOLOGI (Bentuk kata)
 MORFO = BENTUK, LOGI= ILMU
a) Bentuk terikat (semua imbuhan, me, ter, ber, ditulis, ketua, kesatu, kedua dsb)
b) Bentuk bebas ( cth: buku, di (sebagai kata depan) di rumah, di kelas, ke kampus
dsb) dimakan, dipukul
c) Kelas kata : K. Benda, K. Ganti, K. kerja, K. Sifat, Sapaan, Petunjuk, Bilangan,
Penyangka, Kata Tanya, Kata Seru, Kata Sandang dsb.
3) SINTAKSIS (Bentuk kalimat)
 Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan.
 Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
 Wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
4) SEMANTIK (Makna kata)
 Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensi.
a. Makna Denotatif (sebenarnya)
b. Makna Konotatif (kiasan)
c. Makna idiomatik (ungkapan)
 Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
a. Sinonim (mirip atau hampir sama)
b. Antonim (berlawanan maknanya)
c. Hiponim (Umum – khusus)
 Denotaitif (Sebenarnya)
(1)   Bunga itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
 Makna Konotatif (kiasan)
(1)   Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
Kursi artinya jabatan/kekuasaan.
 Idiomatik (Ungkapan)
- banting tulang : kerja keras - buah bibir : topik pembicaraan
- gulung tikar : bangkrut - angkat tangan : menyerah
- angkat kaki : pergi - meja hijau : pengadilan
- naik pitam : marah - buah tangan : oleh-oleh

B. SEJARAH BAHASA INDONESIA


1. Asal Usul Bahasa Indonesia
a. Bahasa Melayu berakar dari bahasa Austronesia (rumpun bahasa terbesar di dunia)
b. Jauh sebelum merdeka, saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan (lingua
franca)
c. Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, menyatakan bahwa bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
d. bahasa Indonesia terbentuk dari beraneka ragam bahasa asing. Pada tahun 1999, Pusat
Bahasa menerbitkan buku “Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia’ dan
menyatakan bahwa terdapat 10 donor bahasa Indonesia, yakni Belanda, Inggris, Arab,
Sanskerta-Jawa Kuna, China, Portugis, Tamil, Parsi/Persia (iran), dan Hindi.
e. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa persatuan sejak tahun 1928
2. Perkembangan Bahasa Melayu
Dalam berkomunikasi, bahasa Melayu digunakan dimana-mana dan semakin
berkembang di Nusantara. Bahasa Melayu ini kemudian dipengaruhi oleh corak budaya setiap
daerah. Sehingga bahasa ini tumbuh dengan pengaruh bahasa lain seperti bahasa Sansekerta,
Persia, Arab dan bahasa Eropa. Dengan demikian, dalam perkembangannya, bahasa ini
memiliki dialek yang berbeda-beda antar daerah.
3. Bahasa serapan
1) Bahasa Sangsekerta
Ditemukan sebuah prasasti di Kutai (Kaltim) krn sudah tersebarnya agama Hindu di
Sumatra, Bali, Kalimantan dan sekitarnya. Misalnya, kata Asmara dalam bahasa
Indonesia merupakan serapan dari kata Āśrama; dan kata Sederhana merupakan serapan
dari kata Sādhāraṇa.
2) Bahasa Hindi
bahasa resmi kedua di rumahnya sendiri, India. Contohnya adalah kata Ayah yang
berasal dari Āyā, dan Roti dari kata Roṭī. Kelima, Bahasa Tamil. Bahasa ini berasal dari
India Selatan dan dikategori- kan rumpun Dravida dan telah bersinggungan dengan bahasa
Melayu. Bahasa ini juga digunakan di Negara Jiran seperti Malaysia dan Singapura.
Contohnya adalah kata Andai berasal dari kata Aṇṭai dan Keledai dari kata Kaṭalai.
3) Bahasa Arab
Dipercaya menjadi donor bahasa Indonesia karna Islamisasi di Nusantara, yakni Arab.
Contoh dari Bahasa Arab adalah Akal merupakan serapan dari ʿaql dan kata Kabar
merupakan serapan dari kata Khabar. Ketiga, Bahasa Parsi, bahasa yang bera- sal dari
kawasan yang sekarang disebut Iran dan sekitarnya. Contoh dari kata bahasa Parsi
adalah Anggur dari kata Angūr.
4) Bahasa Cina
Bukti awal adanya prasasti Jawa Kuno (abad ke-10). Bahasa Cina yang berkunjung ke
Nusantara pun diambil dari dialek Hokyan. Kata-kata yang merupakan diambil dari
Bahasa Cina contohnya adalah Apa dari 阿爸 a pà, Angpau, Bakso, dan Bakwan
5) Bahasa Portugis
Bendera dari kata Bandeira, Boneka dari kata Boneca, Algojo dari kata Algoz.
6) Bahasa Belanda
Beberapa kata Bahasa Indonesia dari bahasa Belanda yakni Aktivitas dari kata
Activitiet, Bando dari kata Bandeau, Harmonis dari kata Harmonisch, Losmen dari kata
Logement dan kata Indekos dari kata in de kost. Lalu, bahasa Inggris. Contohnya adalah
kata Analisis dari Analysis, Bisnis dari kata Business, dan sebagainya.
7) Bahasa Jepang
Terakhir adalah bahasa Jepang. Bahasa ini sudah masuk Nusantara sejak tahun 1942.
Di antara yang tetap bertahan muncul di KBBI edisi ke-IV adalah keibodan, kamikaze,
dan jibaku. Selain itu, ada pula kata Kimono.
4. Perkembangan bahasa Indonesia
1) Sebuah angkatan sastra-wan muda yang dikenal dengan Pujangga Baru
2) Pada tahun 1953 Kamus Bahasa Indonesia yang dibuat olh Poerwadarminto pertama
diterbitkan terdiri atas 23.000 lema(kata).
3) Ejaan van ophuijsen berlaku pada tahun 1901 diganti dengan ejaan soewandi tahun
1947(ejaan republik) dan tahun 1972 presiden meresmikan EYD
4) Ada 4 faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
 Bahasa melayu merupakan Lingua Franca di Indonesia, yaitu bahasa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
 Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan
 bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
 Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku-suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa
melayu menjadi awal
 bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
 Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
5. Fungsi Bahasa Indonesia
1) Sebagai lambang identitas atau pun jati diri bangsa
2) Sebagai lambang kebanggaan dari bangsa Indonesia
3) Sebagai alat pemersatu yang tentunya digunakan di berbagai kalangan dari masyarakat
Indonesia yang memiliki latar belakang dari etnis serta sosial budaya yang berbeda,
termasuk bermacam bahasa daerah yang turut berbeda pula.
4) Sebagai alat komunikasi atau penghubung yang dapat menyatukan antar daerah serta antar
budaya yang ada di Indonesia.
6. Bahasa Indonesia dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
 Wajib digunakan sebagai bahasa pengantar di seluruh lembaga pendidikan
 Penyebarluasan teknologi dan pemanfaatan-nya kepada perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Negara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Penulisan
dan penerjemahan buku-buku.

C. RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara.
1. Ragam bahasa Indonesia lama
Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat
dicetuskannya Sumpah Pemuda. Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa
Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia :
1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,
2) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa (bahasa halus/kasar)
3) Keikhlasan suku daerah lain, dan
4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan
2. Ragam bahasa Indonesia baru
Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda
pada 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa
yang beriringan dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.
a. Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa yang digunakan pada undang-undang yang berlaku untuk hukum Indonesia.
b. Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita, disebut juga bahasa
komunikasi massa yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa.
Ciri utama dari ragam bahasa jurnalistik adalah komunikatif (mudah dimengerti) dan
spesifik (khusus).
c. Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa yang harus memenuhi syarat diantaranya benar (menurut kaidah bahasa
Indonesia baku.
1) Ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah :
- Bahasa Indonesia ragam baku
- Pengunaan kalimat efektif
- Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda
- Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas (pokok2) dan menghindari
pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias
- Menghindari penonjolan persona (pribadi) dengan tujuan menjaga objektivitas
(keaslian) isi tulisan
- Adanya keselarasan dan keruntutan antar proposisi (rancangan usulan) dan antar
alinea
d. Ragam bahasa sastra
Ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran
yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam
ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi
pembaca.
e. Ragam bahasa bidang-bidang tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi,
komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi. Contoh : diagnosis, USG dipakai dalam bidang
kedokteran.
3. Ragam bahasa lisan
Dalam ragam lisan, lebih ditekankan pada tata bahasa, kosakata, dan lafal. Ragam bahasa
lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, muka, gerak
tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
a. Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
- Memerlukan kehadiran orang lain
- Unsur gramatikal tdk dinyatakan secara lengkap
- Terikat ruang dan waktu
- Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
b. Ragam bahasa lisan meliputi :
1) Ragam bahasa cakapan
 Ragam bahasa yang digunakan saat berbicara dengan teman, berbicara
dengan orang lain yang lebih muda atau berbicara tidak resmi.
2) Ragam bahasa pidato
 Ragam bahasa yang digunakan untuk berpidato.
3) Ragam bahasa kuliah
 Ragam bahasa yang digunakan saat perkuliahan, misalnya saat mahasiswa
berbicara dengan dosen.
4) Ragam bahasa panggung
 Ragam bahasa yang digunakaan saat pentas untuk menghibur orang lain.
4. Kelebihan dan kekurangan
 Lebih jelas karena pembicara menggunakan tekanan dan gerak anggota badan,
sehingga pendengar lebih mudah mengerti Pembicara dapat langsung melihat ekspresi
pendengar Lebih bebas dalam mengungkapkan sesuatu
 Pembicara sering mengulangi kalimat yang telah diucapkan Pendengar belum tentu
mendengar jelas apa yang dikatakan pembicara Tidak semua orang bisa menyampaikan
sesuatu dengan baik secara lisan
5. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis lebih kepada tata cara penulisan (ejaan) disamping aspek tata
bahasa dan kosa kata. Ragam bahasa tulis, dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa
seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
a. Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain 3) Tidak terikat ruang dan waktu
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap 4)Dipengaruhiolehtanda baca/ ejaan.
6. Ragam bahasa berdasarkan situasi
a. Ragam bahasa resmi
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1) Menggunakan unsur gramatikal secara tegas dan tetap;
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap ;
3) Menggunakan kata ganti resmi ;
4) Menggunakan kata baku ;
5) Menggunakan EYD ;
6) Menghindari unsur kedaerahan .
b. Ragam bahasa tidak resmi
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak
resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
c. Ragam bahasa akrab
Penggunaan kalimat-kalimat pendek merupakan ciri ragam bahasa akrab. Kalimat-kalimat
pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal seperti anggukan
kepala , gerakan kaki dan tangan tangan,atau ekspresi wajah.
d. Ragam bahasa konsultasi
Ketika kita mengunjunggi seorang dokter, ragam bahasa yang kita gunakan adalah ragam
bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi alih kode. Bukan bahasa resmi
yang digunakan, melainkan bahasa santai. Itulah ragam bahasa konsultasi.
7. Ragam bahasa berdasarkan penutur
a. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari
bahasa asing, misalnya fitnah, teknik, vitamin, video, formal. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, tehnik, pitamin, pideo, pormal.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab,
dan santai

D. BERBAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR


 Baik : sesuai dengan situasi komunikasi (formal dan nonformal)
 Tujuan : informasi yang ingin di sampaikan dapat diterima dan dipahami oleh mitra tutur
dengan baik. Berbahasa yang baik tidak selamanya sesuai dengan kaidah bahasa (kebakuan
bahasa).
 Benar : sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baik dari segi pembentukan kata,
pengkalimatan, mapun penulisan ejaan.
 Berbahasa yang benar harus sesuai dengan kaidah bahasa (kebakuan bahasa)
 Berbahasa yang benar mengacu pada penggunaan bahasa pada situasi formal yang menuntut
penggunaan bahasa Indonesia yang baku.
 Contohnya :
mati, meninggal, wafat, tewas, gugur, mangkat, mampus, Pascasarjana, pascaoperasi,
pascagempa, pascabanjir, pascanikah tunarungu, tunasusila, tunawicara, tunanetra antarkota
antarprovinsi, antarpulau, antarbagian,
a. Contoh berbahasa yang baik tetapi tidak benar
Berbahasa yang baik Percakapan terjadi di kantin
A: Bu, kopi satu, gulanya dikit aja.
B: Pakai susu ?
C: Ndak usah.
b. Contoh berbahasa yang benar tetapi tidak baik
Percakapan terjadi di pasar
A : Ibu, berapakah harga satu kilo daging sapi ?
B : 100 ribu.
A : Bolehkah saya menawar 85 ribu ?
c. Contoh berbahasa yang baik dan benar
Percakapan terjadi di dalam rapat
A : Kami belum dapat memberi keputusan karena kami harus melaporkan terlebih dahulu
masalah itu kepada pimpinan.
B : Kalau demikian kami akan menunggu keputusan dari tim Bapak.
d. Bahasa Lisan
Disampaikan secara lisan Berhadapan dengan mitra tutur Langsung mendapat balikan dari
mitra tutur Kesalahan ucapan dapat langsung diperbaiki
 Kebakuan Lafal
Sampai hari ini belum ada kebakuan lafal dalam bahasa Indonesia. Definisi lafal baku
dalam bahasa Indonesia dikonsepsi dengan bentuk negasi, yaitu tidak diwarnai oleh ciri
bahasa daerahnya. Contohnya : pahlawan, tahu, tahan bapak, adik, tidak aktif, insentif
atap, tutup Bandung, Bali.
 Hal yang harus diperhatikan dalam berbahasa lisan
Situasi dalam situasi santai atau formal Mitra tutur laki-laki atau perempuan anak-anak,
dewasa, atau orang tua status dan jabatan, Contoh :
- Suadara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut setinggi-
tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan penuh dedikasi dan
penuh antusias dalam menyelesaikan pembangunan gedung sekolah ini.
- Pak, aku mau ambil buku di perpustakaan.
 Pilihan Kata
berkonotasi baik
- meminta - memohon - berkeinginan - berharap
- datang - hadir - bekas - mantan
- mau – berkenan
- kuburan, makam, pusara dipecat, di-PHK, dirumahkan mengundurkan diri, pensiun
dini penonton, pemirsa hamil, mengandung, memerintahkan, menugasi, kurban,
korban,
 Ketepatan Penggunaan Kata
- melihat-menonton, membesuk-datang berkunjung , mengikuti-mentaati-mematuhi,
penonton-pemirsa, bentrok-bertubrukan, bersamaan, acuh, peduli-perhatian, dst, dll, dsb.
 Bentuk Penghalusan
- diintrogasi - dimintai keterangan, ditangkap – diamankan, dipenjara – diinapkan,
ceroboh – kesalahan prosedur, dipecat – dirumahkan, Kenaikan harga - Penyesuaian
harga, wts – psk.
 Bentuk Homonimi
TPA : Taman Pendidikan Alquran
TPA : Tempat Penitipan Anak
TPA : Tempat Pembuangan Akhir
PM : Perdana Menteri, Polisi Militer,
Jagung, gelora,
 Bentuk Metonimia
- Amplop  uang
- indomi  semua jenis mie instan
- sanyo  jenis mesin penyedor air
- honda  jenis kendaraan roda dua
- londo  orang asing
- dompet  uang
 Kesantunan Berbahasa
- Berikan keuntungan yang lebih besar kepada mitra tutur Usahakan mitra tutur memiliki
pilihan yang lebih banyak
- Gunakan bentuk perintah yang tidak langsung Mitra tutur memiliki posisi untuk
menolak atau menerima perintah
 Contoh kesantunan berbahasa:
1. Saya mau bertemu dengan Bapak pukul 09.00 di kantor.
2. Dapatkah saya bertemu dengan Bapak pukul 09.00 di kantor?
3. Kapankah saya dapat bertemu dengan Bapak?
4. Apabila berkenan, kapankah saya dapat bertemu dengan Bapak?
 Contoh: kalimat tanya. Atau kalimat perintah
1. Mau minum kopi? 1. Ambilkan surat itu !
2. Mau minum kopi atau teh? 2. Tolong ambilkan surat itu !
3. Mau minum apa? 3. Maukah Anda mengambilkan surat itu?
4. Jika tidak sibuk, maukah Anda mengambilkan surat itu?
 Contoh Kesantunan
Penelpon : “Halo, Fauzi ada?”
Penerima : “Ini siapa?”
Penelpon : “Dari temannya.”
Penelpon : “Ya, bilang saja dari temannya. Dia sudah tahu kok.
e. Bentuk Baku (a=salah, b=benar)
1a. Mereka berada di sekolahan.*
1b. Mereka berada di sekolah.
2a. Acara itu kurang menarik bagi pirsawan.*
2b. Acara itu kurang menarik bagi pemirsa.
3a. Kami sudah lama langganan koran ini.*
3b. Kami sudah berlangganan koran itu.
4a. Peserta pertemuan itu sudah pada hadir.*
4b. Peserta pertemuan itu sudah hadir.
5a. Permintaan para langganan belum dapat kami penuhi.*
5b Permintaan para pelanggan belum dapat kami penuhi.
6a. Mereka akan merubah posisi meja ini.*
6b. Mereka akan mengubah posisi meja ini.
7a. Di kelasnya dia menduduki rangking kedua.*
7b. Di kelasnya dia menduduki peringkat kedua.
8a. Polisi telah menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah itu.*
8b. Polisi telah menangkap pelaku perusakan gedung sekolah itu
 Pernyataan yang ambigu
- Laporan keadaan mahasiswa baru dapat dikerjakan besok pagi.
- Laporan keadaan mahasiswa baru-dapat dikerjakan besok pagi.
- Laporan keadaan mahasiswa - baru dapat dikerjakan besok pagi.
- Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan.
- Menurut berita burung Pak Lurah sakit.
- Contoh : Percakapan terjadi di ruang kuliah antara dosen dan mahasiswa
perempuan.
A : Maaf Pak, saya terlambat.
B : Terlambat kok lapor saya.
A : lapor siapa Pak?
B : Silakan lapor pada orang yang membuat Anda terlambat.
 Kebakuan BahasaTulis
- Bagi mahasiswa yang sudah membayar SPP dapat mengambil jaket almamater di
bagian kemahasiswaan.
- Mengenai masalah kenaikan SPP dapat dibicarakan dalam rapat besok pagi.
- Jika dia tidak mengikuti ujian maka tidak akan mendapatkan nilai.
- Kami sudah kirim surat itu kemarin.
 Kesejajaran bentuk
- Tim ini akan bertugas memeriksa, menilai, dan menentukan proposal yang akan
diterima.
- Tugas pustakawan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan mengatur
peminjaman buku.
- Tugas pustakawan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pengaturan
peminjaman buku.
 Kesejajaran Makna
1. Mereka sudah berusaha, tetapi gagal.
2. Orang itu kaya, tetapi dermawan.*
3. Kukuh mahasiswa tertinggi di kelasnya.
4. Veti dan Triska adalah mahasiswa terpandai di kelasnya.*
5. Dia berasal dari keluarga yang terhormat.
6. Mereka saling berjabat tangan.*
7. Keduanya saling menyapa.
E. DIKSI
1. Pengertian Diksi
 Menurut Harimurti (2001: 54) pengertian diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk
memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam mengarang.
 diksi menurut KBBI adalah pemilihan kata yang memiliki makna tepat dan selaras atau dalam
penggunannya memiliki kecocokan dalam mengungkapkan gagasan dengan pokok
pembicaraan, peristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar pilihan kata.
2. Fungsi Diksi
 Fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan
tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan.
 Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita,
dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut,
menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya.
 Secara umum fungsinya sbb.
- Membantu audiens/ pembaca mengerti apa yang disampaikan penulis atau pembicara.
- Menciptakan aktivitas komunikasi yang lebih efektif dan efisien.
- Menyampaikan gagasan atau ide dengan tepat.
- Menjadi lambang ekspresi yang ada pada suatu gagasan.
3. Diksi Berdasarkan Maknanya
 Makna Denotatif , Yang dimaksud dengan denotatif adalah makna yang sebenarnya dari
suatu kata atau kalimat. Berikut ini contoh diksi bermakna denotatif:
- Ryan sering “kerja keras” untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
- Robby adalah seorang yang “gemar membantu”, dia disukai banyak orang.
- Lala berinvestasi sejak dulu, sekarang ia dapat “keuntungan berlimpah”
 Makna Konotatif, Konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan
sebenarnya. Berikut ini contoh diksi dengan makna konotatif:
- Rio harus “membanting tulang” untuk menghidupi keluarganya.
- Hanny adalah seorang “kutu buku”, itu sebabnya ia banyak tahu tentang berbagai hal
- Romeo suka berinvestasi sejak dulu, tahun ini ia mendapat “durian runtuh”.
4. Diksi Berdasarkan Leksikal
 Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain. Berikut ini contoh
sinonim.
- Bahagia = Senang - Lezat = Enak
- Matahari = Mentari - Pintar = Pandai
- Cantik = Elok

 Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain. Berikut contoh
antonim:
- Naik x Turun - Banyak x Sedikit
- Besar x Kecil - Tinggi x Rendah
 Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun artinya berbeda
satu sama lain. Berikut contoh homonim,
- Bulan itu terlihat bulat penuh malam ini
- Semua karyawan mendapatkan gaji setiap bulan
 Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun lafal sama.
Berikut contoh homofon,
- Anton menabung uangnya di Bank secara rutin
- Bang Anton bekerja di perusahaan pembiayaan
 Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun ejaannya sama.
Berikut contoh homograf,
- Makanan favorit wanita itu adalah tahu goreng
- Wanita itu tidak tahu kalau hari ini libur
 Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya. Sedangkan hiponim
adalah kata yang dapat terwakili oleh kata hipernim.
- Di kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya gajah, singa, buaya, rusa,
kuda, dan lain-lain.
5. Syarat kesesuaian dalam pemilihan diksi.
Kesesuaian dalam diksi menunjukkan. kesesuaian tersebut mempersyaratkan untuk :
a. Menghindari kata tutur (bahasa lisan ) yaitu kata dalam pergaulan sehari-hari
Contoh : bilang, dikasih, ngerti, ndak,dll.
b. Menghindari istilah ilmiah dalam kondisi umum.
c. Menghindari jargon. Jargon adalah istilah yang mengenai dialek profesi atau komunitas
darerah tertentu, atau kosakata ini digunakan dalam lingkungan tertentu.
d. Menghindari slang. Kata slang merupakan kata-kata yang diberi makna baru . misalnya:
Pergi – cabut , percepat – tancap
e. Menghindari bahasa artifisial. Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni ataupun
sastra. Misalnya : gedung itu mencakar langit.

F. SEJARAH EBI
1. Ejaan Van Ophuysen (1901)
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan pertama yang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Ejaan ini ditetapkan tahun 1901. Perancang ejaan Van Ophuysen adalah orang Belanda yakni
Charles Van Ophusyen dengan dibantu Tengku Nawawi, dkk. Ejaan ini menggunakan huruf
latin dan bunyinya hampir sama dengan tuturan Belanda. Contoh
- huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata jang, pajah, sajang.
- huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-
kata goeroe, itoe, oemoer (kecuali diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’).
- tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah,
seperti pada kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi
Ejaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan pertama yang
dimiliki bahasa Indonesia saat itu. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk
mengganti ejaan Van Ophuysen yang disusun oleh orang Belanda dan merupakan ejaan
resmi pertama yang disusun oleh orang Indonesia. Ejaan republik juga disebut
dengan ejaan Soewandi. Ejaan ini di ambil dari nama Mr. Soewandi yang merupakan
seorang menteri Pendidikan dan kebudayaan. Perbedaan ejaan Soewandi dengan ejaan
Van Ophuysen ialah:
a. Huruf oe diganti dengan u. Contohnya dalam ejaan Van Ophuysen penulisannya ‘satoe’,
dalam ejaan Republik menjadi ‘satu’.
b. Huruf Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan huruf K. Contohnya: maklum, pak, tak,
rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 Contohnya: kupu2, main2.
d. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan
dengan imbuhan ‘di-‘ pada dibeli, dimakan.
3. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slamet Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). karena perkembangan politik
selama tahun-tahun berikutnya maka diurungkan peresmian ejaan tersebut.
4. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015, EyD mengalami dua kali revisi,
yakni pada tahun  1987 dan 2009. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EyD,
antara lain:
- Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
- Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan,
misalnya pada kata furqan, dan xenon.
- Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada
contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-”
pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
- Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan
5. Ejaan Bahasa Indonesia
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan EyD adalah:
- Penambahan huruf vokal diftong. Pada EyD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi,
sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan
survei).
- Penggunaan huruf tebal. Dalam EyD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul
buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema
dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.

G. EJAAN BAHASA INDONESIA


1. Definisi EBI
Kaidah cara menggambarkan/melambangkan bunyi-bunyi ujaran (kata, kalimat, dan
sebagainya). Secara teknis ejaaan mencakup penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, penulisan angka, dan pemakaian tanda baca.
2. Pemakaian huruf
- Huruf abjad - Huruf diftong - Huruf tebal
- Huruf vocal - Gabungan huruf konsonan - Huruf miring
- Huruf konsonan - Huruf kapital
3. Penulisan Kata
- Kata dasar - Pemenggalan kata - angka dan bilangan
- Kata berimbuhan - Kata depan - Kata ganti
- Bentuk ulang - Partikel - Kata sandang
- Gabungan kata - Singkatan & akronim

H. SURAT

Anda mungkin juga menyukai