Anda di halaman 1dari 6

Ganesha Medicina Journal, Vol 2 No 1 Maret 2022

SPACE OCCUPYING LESION (SOL) CEREBRI

Kapakisan I Ketut S, Kesanda I Made Phala, Adnyana Putra I Made Angga

Prodi Pendidikan Profesi Dokter, Universitas Pendidikan Ganesha

e-mail: anggaadnyanap@gmail.com

Abstrak

SOL (Space Occupying Lession) adalah suatu kelompok besar yang menggambarkan
aadanya lesi paada ruang intrakranial. Lesi intrakranial dapat berupa adanya
pendarahan, abses ataupun tumor pada intrakranial. Tumor otak merupakan
pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan otak baik yang berasal dari otak
ataupun meningen/selaputnya baik bersifat jinak atau ganas yang menyebabkan proses
desak ruang. Tumor otak merupakan suatu proses desak ruang yang dapat menganggu
fungsi otak akibat pendesakan terhadap struktur otak lainnya. Manifestasi klinis meliputi
peningkatan tekanan intrakranial dan manifestasi fokal oleh karena penekanan terhadap
struktur disekitar tumor. Gejala yang timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial
meliputi: sakit kepala, muntah, kejang, defisit neurologis gangguan kognitif dan lainnya
tergantung lokasi ditemukannya tumor. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan pencitraan radiologis. Terapi
pasien dengan tumor otak sangatlah individual, hal tersebut bergantung kepada tanda
dan gejala yang ditemukan, lokasi tumor, pembuluh darah sekitar tumor dan
kemungkinan reseksi.

Kata kunci: Tumor, Meningen, Nyeri.

Abstract

SOL (Space Occupying Lesions) is a large group that describes the presence of lesions
in the intracranial space. Intracranial lesions can form of bleeding, abscess, or tumor in
the intracranial. Brain tumor is an abnormal growth of brain tissue either originating from
the brain or the meninges/membranes, benign or malignant, which causes the process of
occupying space. A brain tumor is a space-occupying process that can disrupt brain
function due to pressure on other brain structures. Clinical manifestations include
increased intracranial pressure and focal manifestations due to compression of structures
surrounding the tumor. Symptoms that arise due to increased intracranial pressure
include: headache, vomiting, seizures, neurological deficits, cognitive disturbances, and
others depending on the location of the tumor. The diagnosis is made based on history,
physical examination, and radiological examination. Treatment of patients with brain
tumors is very individual, it depends on the signs and symptoms found, the location of the
tumor, the blood vessels around the tumor, and the possibility of resection.

Keywords: Tumor, Meninges, Pain

GMJ | 16
Ganesha Medicina Journal, Vol 2 No 1 Maret 2022

PENDAHULUAN diperlukan penanganan segera terhadap


SOL (Space Occupying Lesion) pasien dengan tumor otak untuk
merupakan generalisasi adanya lesi pada menekan angka mortalitas.
ruang intrakranial khususnya yang Penyebab tumor otak sampai saat
mengenai otak. Terdapat beberapa ini belum diketahui dengan pasti, namun
penyebab yang dapat menimbulkan lesi faktor-faktor seperti genetik, paparan
pada otak seperti kontusio serebri, radiasi, infeksi virus dan zat-zat
hematom, infark, abses otak dan tumor karsinogenik diduga memiliki peran
pada intrakranial (Butt et al. 2005; Jindal terjadinya tumor otak. Adanya
et al. 2016). Tumor otak adalah abnormalitas dari gen yang mengontrol
pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel pertumbuhan sel-sel otak diduga menjadi
jaringan otak baik yang berasal dari otak faktor resiko tumor otak. Pada beberapa
ataupun meningen/selaputnya baik penelitian, paparan radiasi dan bahan
bersifat jinak atau ganas yang kimia dapat meningkatkan kejadian tumor
menyebabkan proses desak ruang. otak. Paparan tersebut menyebabkan
Pendesakan juga dapat diakibatkan perubahan struktur gen yang
adanya edema disekitar tumor yang mengakibatkan pertumbuhan yang
dapat meningkatkan tekanan intrakranial. abnormal pada sel-sel otak.
Tumor otak dibagi menjadi primer Tumor otak merupakan suatu
dan sekunder. Tumor otak primer adalah proses desak ruang yang dapat
pertumbuhan sel yang abnormal yang menganggu fungsi otak akibat
terjadi pertama kali di dalam otak dan pendesakan terhadap struktur otak
bukan merupakan hasil metastase tumor lainnya. Manifestasi klinis meliputi
organ lainnya. Menurut National Cancer peningkatan tekanan intrakranial dan
Countermesure Commite (2015) angka manifestasi fokal oleh karena penekanan
mortalitas pada pasien tumor otak primer terhadap struktur disekitar tumor. Gejala
di Indonesia mencapai 4,25 per 100.000 yang timbul akibat peningkatan tekanan
populasi per tahun, dimana angka intrakranial meliputi: sakit kepala, muntah,
kejadiannya sebesar 7 per 100.000 kejang, defisit neurologis gangguan
populasi (Agung 2021). Meningioma kognitif dan lainnya tergantung lokasi
merupakan jenis tumor otak primer yang ditemukannya tumor (Jindal et al. 2016).
paling sering ditemui. Meningioma Maka dari itu diperlukan tindakan segera
mencakup 36,6% dari keseluruhan tumor untuk menurunkan tekanan intrakranial
otak primer dan 53,2% dari tumor otak akibat massa intrakranial ataupun edema
primer jinak. Diperkirakan prevalensi vasogenik seperti dengan pemberian
meningioma di Amerika berkisar antara medikamentosa steroid (Hamed et al.
97,5/100.000 penduduk dengan lebih dari 2015). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
170.000 individu yang sudah terdiagnosis anamnesis, pemeriksaan fisik dan
meningioma. Data dari Central Brain pemeriksaan penunjang contohnya
Tumor Registry of the United States dengan pencitraan radiologis. Tujuan
menunjukkan insiden meningioma lebih dilakukan radiologi diagnostik pada pasien
banyak terjadi pada perempuan dari pada curiga terdapat massa intrakranial adalah
laki-laki dengan insidensi pada wanita untuk mendeteksi lokasi massa, ukuran,
8,36 dan pada laki-laki 3,61 per 100.000 mengevaluasi tingkat keparahan dan
penduduk. Angka kejadian meningioma perubahan sekunder seperti adanya
diketahui juga semakin meningkat seiring edema, herniasi dan pendarahan.
bertambahnya usia, 0,14% per 100.000
pada anak 0-20 tahun sedangkan pada KASUS
usia tua 37,75% per 100.000 penduduk Seorang laki-laki, usia 16 tahun,
(Buerki et al. 2018). Tumor otak kinan, suku Bali, datang ke IGD RSUD
merupakan keganasan kedua terbanyak Kabupaten Buleleng pada 11 Maret 2022
setelah leukimia yang sering ditemui pada dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak
masa anak-anak sekitar 20% dari kasus 1 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan
keganasan. Karena hal tersebut, ketika bangun tidur jam 10 pagi. Nyeri

GMJ | 17
Ganesha Medicina Journal, Vol 2 No 1 Maret 2022

dirasakan seperti berdenyut, menetap kepala yang dilakukan sebanyak 2 kali


pada seluruh kepala tidak berkurang yaitu pada 15 Januari 2022 dan 20
walaupun telah mengkonsumsi obat Januari 2022. CT scan kepala dilakukan
antinyeri. Nyeri kepala dirasakan sejak ± 7 pertama tanpa kontras kemudian dengan
bulan lalu hilang timbul yang dirasa kontras yang didapatkan gambaran
semakin memberat hingga saat ini. Nyeri sebagai berikut: kalvaria dan basis kranii
dikatakan timbul dan bertambah berat tampak intak. Tampak massa solid
apabila pasien kelelahan. Pada saat MRS heterogen dengan sentral nekrotik
pasien mengatakan nyeri bertambah berat ekstraksial, batas tegas di regio parasella
apabila posisi berbaring. Nyeri diikuti kiri-temporoparietal kiri, menyangat kuat
dengan kesemutan pada separuh bagian pada bagian solidnya pasca penambahan
tubuh kanan. Pasien sempat mengeluh kontras dengan ukuran
kelemahan pada separuh tubuh kanan 6.08x7.23x7.23cm. Sistem ventrikel dan
sejak kemarin. Sebelum MRS pasien sisterna menyempit asimetris. Tampak
mengeluh sempat muntah menyemprot midline shift ke kanan sejauh 1.09 cm.
berupa makanan yang dikonsumsi Didapatkan air mastoid cell kanan
sebanyak 2 kali tanpa merasakan mual. sedangkan kiri normal. Dari intepretasi
Pasien juga mengeluh telinga kanan tersebut didapatkan kesan massa solid
berdenging dan penurunan kemampuan heterogen dengan sentral nekrotik
mendengar pada telinga kiri. Dikatakan ekstraaksial di regio parasella kiri-
nyeri kepala sempat timbul setelah 3-4 temporoparietal kiri suspect meningioma
jam vaksinasi dosis kedua dengan vaksin dan edema serebri disertai herniasi
Sinovac. Riwayat demam disangkal, subfalcine ke kanan sejauh 1.09 cm.
riwayat kejang pada pasien disangkal
namun pasien rutin meminum obat anti
kejang.
Pasien memiliki riwayat tumor otak
sejak ± 7 bulan lalu, riwayat MRS ± 2
bulan lalu dengan keluhan serupa. Pasien
mengkonsumsi obat antikonvulsan
(Fenitoin 3x100 mg PO) dan OAINS. Pada
keluarga, terdapat riwayat penyakit
hipertensi pada ibu pasien. Pasien lahir
melalui persalinan normal, mulai bisa
bicara umur 2 tahun, mulai berjalan umur
1 tahun, mulai bisa membaca umur 2
tahun. Tidak ada riwayat gagap dan
berjalan waktu tidur pada pasien.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki
keluhan serupa dengan pasien. Riwayat
sosial tidak ada yang memiliki keluhan
serupa dengan pasien.
Pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit, tanda vital
dalam batas normal. Pasien sadar, Gambar 1. Foto CT Scan Kepala
mengeluh skala nyeri yang dirasakan
bernilai 10/10. Pada pemeriksaan
laboratorium dilakukan pemeriksaan PEMBAHASAN
darah lengkap dengan hasil terdapat SOL (Space Occupying Lesion)
sedikit peningkatan sel darah putih merupakan generalisasi adanya lesi pada
dengan nilai 10,72 103/uL (nilai normal ruang intrakranial khususnya yang
3,60-11,00 103/uL), NLR dengan nilai mengenai otak. Terdapat beberapa
4,31% (nilai normal < 3,13%). penyebab yang dapat menimbulkan lesi
Pada pasien kemudian dilakukan pada otak seperti kontusio serebri,
pemeriksaan penunjang yaitu CT scan hematom, infark, abses otak dan tumor

GMJ | 18
Ganesha Medicina Journal, Vol 2 No 1 Maret 2022

pada intrakranial (Butt et al. 2005; Jindal sudah terdiagnosis meningioma. Data dari
et al. 2016). Istilah “tumor otak” merujuk Central Brain Tumor Registry of the
pada berbagai grup neoplasma yang United States menunjukkan insiden
berasal dari jaringan intrakranial, meningioma lebih banyak terjadi pada
termasuk meningen dengan berbagai perempuan dari pada laki laki dengan
derajat keganasan, dimulai dari yang jinak insidensi pada wanita 8,36 dan pada laki
hingga ganas atau agresif (Kemenkes, laki 3,61 per 100.000 penduduk. Angka
2019). kejadian meningioma diketahui juga
Berdasarkan asal jaringannya, semakin meningkat seiring bertambahnya
tumor otak dibagi menjadi kedua usia, 0,14% per 100.000 pada anak 0-20
kelompok besar yaitu, tumor otak primer tahun sedangkan pada usia tua 37,75%
dan tumor otak sekunder. Tumor otak per 100.000 penduduk (Buerki et al.
primer adalah tumor yang berasal dari 2018).
jaringan intrakranial termasuk neuron, sel Etiologi molekuler meningioma
glia, astrosit dan meningen. Sedangkan dikaitkan dengan delesi kromosom dan
tumor otak sekunder merupakan hasil mutasi gen. Meningioma dapat terjadi
metastasis dari tumor primer yang berasal pada pasien yang teradiasi, dengan risiko
dari organ tubuh lain diluar intrakranial. tinggi terpapar dosis tinggi radioterapi,
Biasanya berasal dari tumor ganas seperti sementara faktor risiko lain seperti
kanker paru, payudara, melanoma dan hormon, cidera kepala, tumor ganas
ginjal, maupun keganasan hematologi, payudara, faktor diet dan alergi, serta
seperti limfoma dan leukimia (Nundy, riwayat meningioma pada keluarga
2016). (Buerki et al. 2018). Perubahan genetik
Di Amerika dan Eropa, insidensi yang sering terjadi pada meningioma
tumor otak meningkat dari 17.6/100.000 adalah hilangnya kromosom 22 yang
sampai 22.0/100.000 popuasi dimana berhubungan dengan mutasi pada gen
sekitar 18.500 kasus baru tumor otak neurofibromatosis tipe 2 (NF2) yang
primer didiagnosis tiap tahun di Amerika terletak di kromosom 22 (Kemenkes,
dan kasus tersebut memiliki angka 2019).
kematian yang cukup tinggi sebesar 3% Gejala yang yang timbul pada
untuk 5 tahun survival rate. Insidensi pasien tumor susunan saraf pusat
tumor otak jinak adalah sebesar 71% dan bergantung dari lokasi dan pertumbuhan
tumor otak jinak ini berkembang dua kali tumor. Pasien dengan tumor otak
lebih sering pada wanita dibanding laki- biasanya datang dengan keluhan akibat
laki. Insiden tumor otak berdasarkan peningkatan tekanan intrakrnial seperti
lokasi asalnya (tumor origin) yaitu pada nyeri kepala, mual, muntah proyektil, baik
meningen (33%), parenkim otak (29,8%), karena efek massa maupun karena
nervus spinalis dan kranialis (15,4%) hidrosefalus yang jika dalam kondisi berat
(Kemenkes, 2019). dapat menyebabkan penurunan
Salah satu tumor intrakranial yang kesadaran (Agung 2021; Zhao et al.
paling banyak ditemukan adalah 2020). Gejala lain yang mungkin
meningioma. Meningioma adalah tumor ditemukan adalah defisit neurologis
primer ekstraaksial pada susunan saraf seperti gangguan penciuman, gangguan
pusat yang berasal dari sel-sel pengelihatan, pandangan ganda, baal-
meningothelial (arachnoid cap) yang baal atau nyeri di wajah, kelemahan otot
menempel pada duramater (Buerki et al. wajah, gangguan pendengaran, gangguan
2018; Zhao et al. 2020). Tumor ini dapat menelan dan lainnya yang bersifat
tumbuh besar dan dapat menyebabkan progresif dan bergantung pada lokasi
hiperostosis atau mengerosi tulang. tumor. Gangguan penglihatan bisa muncul
Meningioma mencakup 36,6% dari pada meningioma yang melibatkan jalur
keseluruhan tumor otak primer dan 53,2% penglihatan. Gangguan pendengaran bisa
dari tumor otak primer jinak. Diperkirakan muncul pada meningioma di regio sudut
prevalensi meningioma di Amerika cerebellopontine (Kemenkes, 2019).
berkisar antara 97,5/100.000 penduduk Dapat juga ditemukan kejang pada 30%
dengan lebih dari 170.000 individu yang pasien yang didiagnosis dengan

GMJ | 19
Ganesha Medicina Journal, Vol 2 No 1 Maret 2022

meningioma, penurunan kognitif, intrakranial, ekstraaksial yang paling


gangguan keseimbangan dan gangguan banyak ditemui. Tumor otak pada
kepribadian. Tanda dan gejala ini dapat umumnya lebih banyak ditemukan pada
digunakan untuk menentukan lokasi tumor perempuan dibanding pada laki-laki dan
sebelum dilakukan pemeriksaan berdasarkan usia ditemukan pada usia
penunjang. Diagnosis dari tumor 30-40 tahun. Meningioma juga dapat
intrakranial ditegakkan berdasarkan ditemukan pada anak-anak yang berusia
anamnesis, pemeriksaan fisik, < 20 tahun dengan insidensi yang lebih
pemeriksaan status neurologis dan kecil dibanding usia lanjut. Untuk
pemeriksaan penunjang. menegakkan jenis tumor secara speksifik,
Pada pasien laki-laki usia 16 tahun diperlukan pemeriksaan biopsi untuk
atas nama Tn. NAA dari hasil anamnesis dilakukan pemeriksaan secara patologi
didapatkan temuan seperti nyeri kepala anatomik. Pada kasus ini belum dilakukan
hebat sejak baru bangun tidur jam 10 pagi pemeriksaan patologi anatomi. Pada
tidak berkurang walaupun telah pasien juga ditemukan riwayat didiagnosis
mengkonsusmsi obat antinyeri. Nyeri menderita tumor otak sejak ± 7 bulan lalu,
dirasakan sejak ± 7 bulan lalu hilang riwayat MRS ± 2 bulan lalu dengan
timbul yang dirasa semakin memberat keluhan serupa.
hingga sekarang. muntah sebanyak 2 kali Penatalaksanaan yang dilakukan
sebelum MRS tanpa merasakan mual, pertama adalah primary survey seperti
kesemutan pada tangan kanan dan memastikan jalan napas pasien lapang
terkadang pada wajah saat nyeri kepala (Airway), menjaga oksigenasi tetap baik
muncul disertai kelemahan pada sisi (Breathing), mengaja sirkulasi tetap baik
tubuh kanan. Berdasarkan keluhan pasien (Circulation) dengan Ringer Laktat 20 tpm.
tersebut menunjukkan tanda dan gejala Kemudian dilanjutkan dengan tatalaksana
peningkatan tekanan intrakranial yang simtomatik dengan prinsip menurunkan
berangsur-angsur. Hal tersebut kemudian tekanan intrakranial seperti pemberian
dikonfirmasi melalui pemeriksaan Antiedema (Deksametason 50 mg IV
penunjang yaitu dengan CT scan kepala bolus pelan) dan Diuretik (Azetazolamide
untuk menyingkirkan kecurigaan 3x500 mg PO) untuk menurunkan tekanan
peningkatan tekanan intrakranial akibat intrakranial akibat adanya edema pada
adanya pendarahan atau oleh efek desak jaringan otak. PPI (Pantoprasol (2x40 mg
massa intrakranial. IV) diberikan untuk mengurangi keluhan
Dari hasil CT scan kepala ditemukan mual muntah pasien dan mencegah
adanya lesi hiperdens berbatas tegas di kerusakan pada sistem gastrointestina
hemisfer serebri sinitra yang menyangat akibat pemberian steroid. OAINS
kuat pasca penambahan kontras, (Ketorolac 3x1 amp) dan Analgetik
gambaran ventrikel lateralis tidak simetris, (Parasetamol 3x500 mg PO) diberikan
disekitar lesi hiperdens ditemukan adanya untuk mengurangi keluan nyeri kepala
edema serebri dan terjadi midline shift ke hebat pada pasien. Pasien juga diberikan
kanan. Gambaran lesi yang berbatas obat Antikonvulsan (Fenitoin 3x100 mg
tegas menunjukkan kecurigaan lesi PO) dimana bertujuan untuk mencegah
berada diluar parenkim otak yang terjadinya bangkitan pada pasien akibat
mendesak struktur otak. Lesi yang adanya lesi pada otak dimana 30% pasien
menyangat kuat pasca penambahan yang didiagnosis dengan meningioma
kontras menunjukkan lesi berada pada memiliki riwayat kejang. Lokasi tumor
struktur otak yang banyak ditemukan pada meningen yang dekat dengan
pembuluh darah seperti pada lapisan korteks serebri menyebabkan pasien
meningen. Pada pasien tidak ditemukan memiliki resiko terjadi kejang dimana
faktor resiko yang mengarah pada pusat kejang berada pada korteks.
gangguan vaskularisasi otak sehingga Terapi pasien dengan meningioma
dari hasil temuan radiologis dan sangatlah individual, hal tersebut
anamnesis, pasien didiagnosis menderita bergantung kepada tanda dan gejala yang
tumor otak curiga meningioma. ditemukan, lokasi tumor, pembuluh darah
Meningioma merupakan tumor jinak sekitar tumor dan kemungkinan reseksi.

GMJ | 20
Ganesha Medicina Journal, Vol 2 No 1 Maret 2022

Namun, prinsip utama terapi pada tumor Future Oncology, Vol. 14, no. 21, pp.
otak adalah reseksi total dari tumor 2161–2177.
melalui tindakan pembedahan. Untuk
tumor yang berukuran kecil (<3cm) dan Butt, ME, Khan, SA, Chaudrhy, NA, &
asimtomatik maka berdasarkan guideline Qureshi, GR. 2005. Intracranial space
European Association of Neuro-oncology occupying lesions: a morphological
(EANO) maupun National Comprehensive analysis’, Biomedica, vol. 21, no. Jan-
Cancer Network (NCCN) dapat dilakukan Jun, pp. 31–35.
observasi saja, dengan terapi dilakukan
bila tumor membesar secara signifikan Hamed, SA, Mekkawy, Mohamad A, &
atau menjadi simtomatik. Pada fase Abozaid, H.2015. Differential diagnosis
observasi ini dilakukan MRI pada 3,6 dan of a vanishing brain space occupying
12 bulan pasca didiagnosis, dilanjutkan lesion in a child. World Journal of
kemudian setiap 6-12 bulan selama 5 Clinical Cases, vol. 3, no. 11, p. 956.
tahun. Untuk tumor yang simtomatik atau
asimtomatik namun berukuran besar Jindal, N, Verma, Sameer R, Gupta,
maka perlu dilakukan terapi pembedahan Prashant K, & Mital, M. 2016. Imaging
jika memungkinkan. of intracranial space occupying
lesions: a prospective study in a
SIMPULAN tertiary care centre in northern India.
SOL (Space Occupying Lesion) IOSR Journal of Dental and Medical
merupakan generalisasi adanya lesi pada Sciences (IOSR-JDMS), vol. 15, no. 6,
ruang intrakranial. Tumor otak adalah pp. 34–41.
pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel
jaringan otak baik yang berasal dari otak Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional
ataupun meningen/selaputnya baik Pelayanan Kedokteran: Tumor Otak.
bersifat jinak atau ganas yang
menyebabkan proses desak ruang yang Nundy, A. 2016. Space Occupying
dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Lesions. Neuroscience EEG Atlas, pp.
Tumor otak primer adalah pertumbuhan 110–110.
sel yang abnormal yang terjadi pertama
kali di dalam otak dan bukan merupakan Zhao, L, Zhao, W, Hou, Y, Wen, C, Wang,
hasil metastase tumor organ lainnya. J, Wu, P, & Guo, Z. 2020. An
Keluhan nyeri kepala harus diidentifikasi Overview of Managements in
dengan baik untuk membedakan nyeri Meningiomas. Frontiers in Oncology,
kepala primer atau adanya penyebab vol. 10, no. August, pp. 1–12.
sekunder. Terapi pasien dengan tumor
sangatlah bersifat individual, hal tersebut
bergantung kepada tanda dan gejala yang
ditemukan, lokasi tumor, kondisi
pembuluh darah sekitar tumor dan
kemungkinan reseksi.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, RN. 2021. Nyeri Kepala Sekunder
Ec Space Occupying Lesion
Intrakranial (Astrositoma Difus Who
Grade II). Jurnal Human Care, vol. 6,
no. 3, pp. 592–597.
Buerki, RA, Horbinski, CM, Kruser, T,
Horowitz, PM, James, CD, & Lukas, R
V. 2018. An overview of meningiomas.

GMJ | 21

Anda mungkin juga menyukai