Anda di halaman 1dari 6

ACARA 3

SEDIMENTASI

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat menentukan waktu pengendapan optimum pengendapan
dalam mengolah limbah cair dalam proses sedimentasi.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Bahan
a. Air kotor (air sungai keruh)

2. Alat
a. Gelas Beker 1000 ml
b. Pipet Ukur 10 ml
c. Gelas ukur 500 ml
d. Pengaduk Listrik
e. Stop watch
f. Imhoff Tank
g. Tabung Reaksi
h. Rak Tabung
i. Filler
j. Turbiditymeter

C. DASAR TEORI
Hampir sebagian besar air limbah mengandung bahan tersuspensi dengan
kadar yang bervariasi. Untuk memisahkan bahan tersuspensi tersebut dapat
dilakukan dengan proses sedimentasi. Sedimentasi adalah pengendapan partikel-
partikel padat tersuspensi dalam cairan/zat cair dengan menggunakan pengaruh
gaya gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini bertujuan untuk mereduksi
bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga berfungsi

PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 13


mereduksi kandungan mikroorganisme patogen tertentu dalam air (Munandar,
2022).
Proses sedimentasi adalah proses untuk memisahkan partikel-partikel yang
terdapat di dalam air dengan airnya sendiri dengan cara diendapkan. Secara umum
partikel dibedakan menjadi dua yaitu partikel diskrit dan partikel flokulan.
Partikel diskrit adalah partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran,
maupun berat selama menjalani proses pengendapan. Contoh partikel diskrit :
tanah, lumpur kasar, pasir, dsb. Partikel flokulan adalah partikel yang mengalami
perubahan bentuk, ukuran, maupun berat selama menjalani proses pengendapan.
Contoh partikel flok : bahan organik, dsb. Proses pengendapan partikel diskrit
disebut proses prasedimentasi, sedangkan proses pengendapan partikel flokulan
disebut proses sedimentasi yang terpisah dari bangunan pengoahannya
(Munandar, 2022). Sedimentasi diskrit adalah pengendapan yang terjadi tanpa
bantuan penambahan bahan kimia (hanya mengendalikan gaya gravitasi) dan
fektif untuk menurunkan kekeruhan akibat partikel yang umumnya berukuran
lebih besar dari 1 μm. Sedimentasi flokulan adalah proses pengendapan yang
terjadi dengan bantuan penambahan bahan kimia melalui koagulasi-flokulasi dan
efektif untuk menurunkan kekeruhan akibat partikel yang umumnya berukuran
sekitar 0,01 -1 μm.
Proses pengendapan agar mendapatkan hasil endapan yang optimal
dilakukan dengan melakukan pengaturan besar kecilnya bak pengendapan.
Dengan demikian limbah cair yang akan meninggalkan bak tersebut dapat
mengendapkan partikel yang ada. Untuk membangun suatu bak pengendapan
secara skematis dibagi menjadi 3 (tiga) zona (bagian), yaitu :
1. Zona inlet atau pemasukan
2. Zona sedimentasi atau pengendapan
3. Zona outlet atau pengeluaran
Pengendapan flok (flocculated free settling). Pengendapan ini merupakan
fungsi dari sifat-sifat pengendapan dan sifat pembentukan flok. Dalam
pengendapan ini, partikel (mikroflok) akan menjadi makroflok akibat dari kontak

PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 14


masing-masing flok sehingga kecepatan pengendapan akan berbeda dari atas
hingga ke bawah. Teori pengendapan flokulen diasumsikan sebagai berikut:
1. Partikel yang diendapkan tidak berbentuk bulat tetapi berbentuk tidak
beraturan akibat penggabungan partikel selama flokulasi.
2. Selama pengendap flok mengalami penggabungan sehingga makin lama
makin besar, dan flok semakin berat dan flok semakin cepat mengendap.

D. Langkah Kerja
1. Siapkan 2 gelas ukur 1000 ml yang masing masing telah diisi dengan air
kotor (limbah) sebanyak 700 mL
2. Ukur dan catat kekeruhan awal pada limbah
3. Tempatkan gelas hingga baling-baling pengaduk berada ¾ dari volume
limbah
4. Masukkan tawas ke dalam gelas beker yang berisi limbah dengan dosis
optimum pada percobaan koagulasi-flokulasi sebelumnya
5. Operasikan pengaduk cepat dengan kecepatan kira-kira 100 rpm selama 1
menit
6. Kurangi kecepatan sampai pada kecepatan 40 rpm selama 10 menit,
merupakan proses flokulasi dan pembentukan mikro flok menjadi makro
flok
7. Setelah 10 menit, kurangi kecepatan hingga batas minimal secara
perlahan, untuk menjaga keutuhan makro flok yang terbentuk
8. Setelah selesai, angkat baling-baling kemudian tuang ke dalam Imhoff
tank bersamaan dengan limbah pada gelas ukur pertama
9. Diamkan air tersebut dan amati hal yang terjadi selama pengendapan
berlangsung.
10. Ukur dan catat kekeruhan air tersebut pada waktu 0 menit, 15 menit, 30
menit, 45 menit dan 60 menit.
11. Ukur ketebalan endapan yang terbentuk. Hitung dan catet kekeruhan akhir
dalam limbah

PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 15


Pengukuran dilakukan dengan mengamati partikel yang tersebut dengan
mengukur kenaikan ketebalan partikel terendapkan di dasar gelas ukur.
Kecepatan pengendapan adalah tebal/tinggi endapan per satuan waktu.

E. Perhitungan
1. Perhitungan Penurunan Kekeruhan (ΔC)
Rumus :

ΔC = C0 ‒ C1

Keterangan : ΔC = Penurunan kekeruhan (NTU)


C0 = Kekeruhan awal (NTU)
C1 = Kekeruhan akhir (NTU)

2. Perhitungan Effisiensi
Rumus :

C0 ‒ C1
eff = ˟ 100%
C0

Keterangan : Eff = Effisiensi (%)


C0 = Kekeruhan awal (NTU)
C1 = Kekeruhan akhir (NTU)
3. Perhitungan Regresi Linear
Rumus :
n.Σxy + (Σx.Σy) Σy b.Σx
b= a= + y’ = a + bx
n.Σ(x2 )+ (Σx)2 n n

Keterangan : x = Waktu
y = Kekeruhan akhir
a = Konstanta
b = Koefisien regresi (kemiringan)
y’ = Variable akibat
n = Jumlah data

PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 16


Pertanyaan :
1. Bagaimana fenomena yang terjadi selama percobaan pengendapan diskrit dan
flokulen?
2. Hitunglah efesiensi pemisahan/pengendapan pada masing-masing waktu
tertentu?
3. Bandingkan antara proses yang terjadi pada pengendapan diskrit dan
pengendapan flokulen?

PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 17


CATATAN :

PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 18

Anda mungkin juga menyukai