DI SUSUN
OLEH :
NIM : PO.71.4.241.19.4.038
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan tepat waktu meskipun masih jauh
dari tahap kesempurnaan. Praktek klinik (Komprehensif) ini merupakan salah satu mata kuliah
yang wajib ditempuh di Kampus Jurusan Fisioterapi. Adapun sub bagian dari laporan ini adalah
beberapa pengetahuan umum terkhusus mengenai
“Penatalaksaan Fisioterapi Pada Gangguan Aktivitas Fungsional Punggung Bawah Akibat
LBP-Non Spesifik”
dengan terselesaikannya laporan praktek klinik ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
2. Pembimbing Akademik
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Olehkarenaitu, kritikdan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (LBP) adalah kondisi muskuloskeletal yang paling umum
menyerang populasi orang dewasa, dengan prevalensi hingga 84% (Allegri et al., 2016). Gejala
utama low back pain adalah rasa nyeri di daerah tulang belakang bagian punggung. Secara umum
nyeri ini disebabkan karenaperegangan otot dan bertambahnya usia yang akan menyebabkan
intensitas olahraga dan gerak semakin berkurang. Hal ini akan menyebabkan otot-otot punggung
dan perut akan menjadi lemah. Sedangkan Nyeri punggung bawah non-spesifik didefinisikan
sebagai nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh patologi spesifik yang dikenal dan dapat
inflamasi, sindrom radikuler, atau sindrom cauda equina) (Balagué et al., 2012).
Nyeri punggung bawah menjadi salah satunya masalah terbesar bagi sistem kesehatan
masyarakat di dunia barat selama paruh kedua abad ke-20, dan sekarang tampaknya meluas ke
seluruh dunia. Prevalensi LBP meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering
terjadi pada usia dekade tengah dan awal dekade empat. Berdasarkan The Global Burden of Studi
Penyakit 2010, dari 291 penyakit yang diteliti, LBP penyumbang terbesar kecacatan merupakan
global, yang diukur melalui tahun-tahun hidup bersama disabilitas (YLD), serta peringkat yang
keenam dari total beban secara keseluruhan, yang diukur dengan tahun hidup yang disesuaikan
dengan kecacatan (Arwinno, 2018). Prevalensi LBP di Indonesia mencapai 37% direntang usia 55
- 64 tahun dan prevalensi penderita LBP terbanyak di Afrika adalah orang dewasa (50%)
jaringan lunak, berupa cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot. Nyeri punggung bawah
non-spesifik biasanya dikategorikan dalam 3 subtipe: nyeri punggung bawah akut, sub-akut dan
kronis. Pembagian ini didasarkan pada durasi nyeri punggung. Nyeri punggung bawah akut adalah
episode nyeri punggung bawah kurang dari 6 minggu, nyeri punggung bawah sub akut antara 6
dan 12 minggu dan nyeri punggung bawah kronis selama 12 minggu atau lebih. Penyebab lain
yang serius adalah LBP spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan tumor. Nyeri punggung
bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat
TINJAUAN KASUS
Columna vertebralis atau tulang belakang adalah struktur pendukung utama tubuh. Tulang
belakang membuat badan tetap tegak dan menghubungkan berbagai bagian kerangka kita satu
sama lain: kepala, dada, panggul, bahu, lengan dan kaki. Meskipun tulang belakang terdiri dari
rantai tulang, tulang belakang fleksibel karena ligamen elastis dan cakram tulang belakang.
bahu, dan dinding thorax serta meneruskan berat badan melalui gelang panggul ke ekstremitas
inferior. Didalam columna vertebralis terletak lapisan penutup meningen, radix narvi spinales,
dan medulla spinali, yang dilindungi oleh columna vertebralis (Snell, 2014).
Panjang tulang belakang seseorang bergantung pada tinggi badannya. Rata-rata panjang
pria adalah 71 cm dan 61 cm untuk wanita. Tulang belakang memiliki banyak fungsi fungsi
yaitu : dapat menopang beban kepala, batang tubuh, dan lengan , dan memungkinkan tubuh
bergerak ke segala arah. Beberapa bagian tulang belakang lebih fleksibel dari yang lain.
Bagian yang paling fleksibel adalah tulang belakang leher (area leher). Tulang yang
membentuk tulang belakang juga melindungi sumsum tulang belakang, yang mengalir melalui
belakang lumbal adalah kombinasi dari tulang belakang yang kuat ini, dihubungkan oleh
kapsul sendi, ligamen, tendon, dan otot, dengan persarafan yang luas. Tulang belakang
dirancang untuk menjadi kuat, untuk itu harus melindungi sumsum tulang belakang dan akar
saraf tulang belakang. Orang dewasa biasanya memiliki 33 tulang belakang, dari atas ke
bawah: 7 vertebra serviks, 12 vertebra toraks, 5 vertebra lumbal, 5 vertebra sakral (menyatu
untuk membentuk sakrum), 4 coccygeal atau tulang ekor (menyatu bersama untuk membentuk
Gambar 1. Areas and curvature of the spine (Urban and Fischer, 2016).
pendek dan tebal serta menonjol hampir searah garis horizontal. Ada 23 cakram tulang
belakang elastis di antara tulang belakang - kecuali antara tengkorak dan vertebra serviks
pertama, dan antara vertebra serviks pertama dan kedua. Sakrum dan tulang ekor tidak
dapat digerakkan, dan hanya terdiri dari tulang. Disk memiliki casing padat berlapis serat
tulang rawan dan inti seperti gel. Mereka menjaga tulang belakang tetap fleksibel sehingga
kita bisa membungkuk dan memutar tubuh bagian atas kita. Mereka juga menyerap
guncangan yang ditransfer ke tulang belakang saat kita berlari atau melompat.
Vertebra lumbalis terdiri dari lima ruas vertebra yang mana ruasnya masing-masing
dipisahkan oleh discus intervertebralis dan diperkuat oleh otot-otot serta ligament-
ligament dan membentuk kurva lordosis. Vertebra lumbalis terbentuk atas corpus yang
besar dan tebal jika dibandingkan dengan vertebra yang lainnya, bentuknya kurang lebih
bulat dengan bagian atas dan bawah yang datar. Satu processus spinosus yang mengarah
pada bidang sagital. Dua processus tranversus. Sepasang processus artikularis superior dan
inferior. Dimana kedua bagian ini saling bertemu pada kedua belah sisi dalam bentuk sendi
facets. Pada regio lumbal orientasi sendi facets lebih kedalam bidang sagital sehingga
gerak yang dominan adalah fleksi-ekstensi. Disamping itu terjadi gerakan lateral fleksi kiri
dan kanan, serta rotasi yang sangat terbatas (Nurhayati & Lesmana, 2007).
Daerah lumbal terdiri atas L1 sampai L5 dan L5 – S1 adalah yang paling besar
menerima beban atau berat tubuh sehingga daerah lumbal menerima gaya dan stress
mekanikal paling besar sepanjang vertebra. Daerah lumbal merupakan daerah vertebra
yang sangat peka terhadap terjadinya nyeri pinggang karena daerah lumbal paling besar
menerima beban saat tubuh bergerak dan saat menumpuh berat badan (Fahrurrazi, 2012).
1) Discus invertebralis
Discus invertebralis paling tebal berada di daerah cervical dan lumbal di mana tempat
paling banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Ciri fisiknya memungkinkan discus
berfungsi sebagai peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak
bertambah. Setiap diskus terdiri dari bagian tengah yaitu nucleus pulposus dan bagian pinggir
yaitu anulus fibrosus (Snell, 2011). Anulus fibrosus tersusun oleh sekitar 90 serabut konsentrik
jaringan kollagen yang nampak menyilang satu sama lainnya secara obliq dan menjadi lebih
obliq kearah sentral. Karena serabutnya saling menyilang secara vertical sekitar 300 satu sama
lainnya maka struktur ini lebih sensitif pada strain rotasi dari pada beban kompresi, tension,
dan shear. Anulus fibrosus adalah jaringan yang sangat berserat dan terorganisir dengan baik
yang mengelilingi wilayah luar diskus intervertebralis. Ini terdiri dari beberapa lapisan
lamellae konsentris dalam orientasi serat lapis sudut yang berfungsi untuk membatasi
mobilitas diskus intervertebralis dan berisi Nukleus Pulposus bagian dalam (Sci, 2020).
Organisasi berserat yang khas dari Anulus fibrosus ini memberikan kemampuannya untuk
menahan beban melingkar dan untuk membatasi jumlah rotasi torsi dan gerakan tekukan .
Nucleus pulposus (L. Pulpa, seperti daging) adalah inti sentral pada discus. Sifat
semicairnya berperan untuk sebagian besar fleksibilitas dan kekenyalan discus serta
2) Ligamen
Ligamen membantu stabilitas sendi selama istirahat dan gerakan, mencegah cedera
akibat hiperekstensi dan hyperflexion (Allegri et al., 2016). Tiga ligamen utama adalah
anterior longitudinal ligamen (ALL), anterior longitudinal ligamen (PLL), dan ligamentum
flavum (LF). Kanal dibatasi oleh tulang belakang tubuh dan diskus di anterior dan oleh
lamina dan ligamentum flavum di posterior. Baik anterior longitudinal ligamen dan
anterior longitudinal ligamen berjalan di sepanjang tulang belakang, secara anterior dan
dan mengontrol rotasi posterior innominate tersebut. Ligamentum ini juga berfungsi
sebagai perlekatan untuk otot gluteus maximus Iliolumbar ligament berfungsi adalah untuk
depan dari L5 pada sakrum. Ligamentum flavum berfungsi untuk mencegah fleksi, serta
posterior berfungsi untuk menyatukan antara korpus vertebralis dari arah belakang.
3) Otot-otot Punggung
Otot trunk atau dikenal sebagai core muscle merupakan otot-otot yang berada pada
vertebra dan pelvis. Struktur penyusun otot trunk yang berfungsi sebagai fleksor trunk adalah
(1) rectus abdominis, (2) obliqus internus, (3) obliqus eksternus. Otot-otot ini berada di bagian
perut (Hall, 2003). Gerakan ekstensi digerakan oleh grup otot : (1) erector spine yang terdiri
dari otot spinalis, longisimus, dan illiocostalis, (2) semispinalis yang tersusun dari otot
semispinalis capitis, semispinalis cervicis, dan semispinalis thoracic, (3) otot vertebra dalam
terdiri dari otot mulitifidus, otot rotator, otot interspinal, otot intertransversus, dan otot levator
A. Fisiologi Lumbal
Setelah membahas struktur dari lumbal pada pembahasan anatomi lumbal di atas, di sini
juga akan dipaparkan tentang fungsi dari lumbal, yaitu lumbal merupakan salah satu pusat
gravitasi atau center of gravity dari tubuh manusia. Ketika berdiri tegak, lumbal spine menumpu
beban kompresi dari tubuh bagian atas. Beban kompresi diterima oleh lumbal saat duduk dan
ditransmisikan ke pelvis, juga saat berdiri, berjalan dan berlari ditransmisikan ke kedua kaki.
Dalam posisi berdiri, nampak ada lengkungan pada daerah lumbal yang disebut dengan lordosis,
sedangkan saat duduk lordosis biasanya hilang dan terjadi round back. Jika lordosis seringkali
hilang dalam waktu yg lama maka dapat timbul masalah pada punggung bawah. (Guyton, 2011).
1. Definisi
Low Back Pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Non Spesific Low Back Pain merupakan nyeri di sekitar punggung bawah yang
disebabkan karena gangguan atau kelainan pada unsur otot dan tendon tanpa disertai
gangguan neuologis. Non Spesific Low Back Pain dapat mengakibatkan nyeri, spasme
otot dan imbalance muscle, sehingga stabilitas otot perut dan punggung bawah
mengalami penurunan, mobilitas lumbal terbatas mengakibatkan penurunan aktivitas
fungsional.
2. Etiologi
Menurut Borenstein dan Wiessel (2004), faktor-faktor penyebab non specific low
back pain dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :
a. Faktor statik
Faktor mekanik statik adalah deviasi sikap atau postur tubuh yang
menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen Vertebra L5 dan
Vertebra S1) yang normalnya 300-340, atau peningkatan lengkung lordotik 12
lumbal dalam waktu yang cukup lama, serta menyebabkan pergeseran titik pusat
berat badan (centre of gravity/CoG), yang normalnya berada di garis tengah sekitar
2,5 cm di depan segmen Vertebra S2.
Kemungkinan faktor penyebab statik pada non specific low back pain adalah :
1) Pergeseran titik pusat berat badan bergeser ke depan. Adapun yang dapat
menimbulkan pergeseran antara lain:
a) Kebiasaan tubuh yang tidak benar.
b) Obesitas dan kehamilan.
c) Pemendekan tendo achiles atau terlalu sering memakai sepatu dengan tumit
tinggi
d) Kelemahan otot-otot dinding perut, serta kelainan atau pemendekan otot-
otot punggung.
2) Pergeseran titik pusat berat badan bergeser ke samping.
3) Terganggunya ritme lumbal-pelvis.
b. Faktor dinamik
Faktor mekanik dinamik atau kinetik yaitu terjadinya stress atau beban
mekanik abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah punggung
bawah saat melakukan gerakan. Timbulnya nyeri adalah akibat kelainan pada ritme
lumbal pelvis yaitu karena fungsinya tidak sempurna. Gerakan yang potensial
menimbulkan low back pain muskuloskeletal adalah gerakan kombinasi terutama
fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi disertai dengan beban, misalnya ketika
sedang mengangkat beban yang berat.
Nyeri terjadi jika saraf sensori perifer, yang disebut nociseptor terpicu oleh
rangsang mekanik, kimiawi maupun thermal maka impuls nyeri akan dihantarkan ke
serabut-serabut afferen cabang spinal. Dari medula spinalis impuls diteruskan ke otak
melalui traktus spinotalamikus kolateral. Selanjutnya akan memberikan respon terhadap
impuls saraf tersebut. Respon tersebut berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi
nyeri dengan pengeluaran substansi peptida endogen yang mempunyai sifat analgesik
yaitu endorphin. Disamping itu impuls nyeri yang mencapai medulla spinalis, akan
memicu respon reflek spinal segmental yang menyebabkan spasme otot dan
vasokonstriksi.
Spasme otot yang terjadi disini adalah merupakan suatu mekanisme proteksi,
karena adanya spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah kerusakan
lebih berat, namun dengan adanya spasme otot, juga terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah yang menyebabkan iskemia dan sekaligus menjadi titik picu terjadinya nyeri
BAB III
Inspeksi :
-Statis (tidak ada odema,SIPS simetris)
-Dinamis(pasien mengalami kesulitan saat merubah posisi
tidur,pasien sering mengalami nyeri
Pemeriksaan fisik
TesPengukuran:
Tes Spesifik: - VAS : 5
- MMT otot erector spine, rectus abdominis,
Internal Oblique Dan Eksternal Oblique
Palpasi,Langue tes,Patrick tes,Bragart - ROM : 4
tes,SLR,VAS Fleksi lumbal : 3
Ekstensilumbal :3
Lateral fleksi lumbal kiri :3
Lateral fleksi lumbal kanan :3
Rotasi lumbal kiri :3
Memperkuatdiagnosadenganfoto MRI
Intervensi Fisioterapi yang digunakan Infra Red, Massage, terapi latihan dengan metode
William Flexion Exercise.
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk
merangsang sistem saraf dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan
melalui permukaan kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk
merangsang berbagai tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik saraf berdiameter besar
maupun kecil yang akan menyampaikan informasi sensoris ke saraf pusat efektivitas.
2. Strengthening
Strengthening adalah latihan penguatan pada otot yang menggunakan tahanan baik dari
luar atau alat maupun dari beban tubuh sendiri. Strengthening dilakukan secara teratur,
terencana, berulang – ulang dan semakin bertambah beban dan pengulangannya.
Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuscular yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi.
3. MET (Muscle Energy Technique)
a. Definisi
pasien, selanjutnya dilakukan relaxasi dan stretching pada ototagonis dan antagonis,
kontrolpernafasan dari pasien dan repetisi yang optimal. Muscle energy technique
lembut.
isometrik ringan kemudian diikuti dengan relaksasi, dan dilanjutkan dengan active
selama 6 – 8 detik, diulang 2 – 3 kali, 1 kali active assisted stretching, 2 set latihan,
stretch yang disebut golgi tendon organ pada ototagonis. Reseptor ini bereaksi
sama memicu reaksi golgi tendon organ. Impuls saraf afferent darigolgi tendon
organ masuk ke bagian dorsal spinal cord dan bertemudengan inhibitor motor
neuron. Hal ini menghentikan impuls motorneuron efferent dan oleh karena itu
ketika kontraksi isometrik yang terjadi dalam otot agonis. Halini terjadi karena
umpan balik pada perubahan kontraksi,dalam hal ini arah muscle spindle
excitatory motor neuron ototagonis (dalam spinal cord) dan pada waktu yang
sama menghalangi motor neuron otot agonis mencegah kontraksinya. Hal ini
membebaskan danotot relaksasi, hal ini memiliki efek yang sama seperti post
isometric relaxation.
1) Indikasi
mengalamikelemahan.
Kontraindikasi
(c) Osteoporosis
menghasilkan kinerja gerakan tubuh yang optimal, transfer dan kontrol kekuatan
Core menjadi daerah awal dari semua gerakan, dan juga berkenaan dengan titik
tumpu dari gaya gravitasi. Pada daerah Lumbo-Pelvic-Hip ini terdapat 29 otot
yang saling terkait untuk membentuk suatu stability system. Dengan adanya
efisiensi dari Core yaitu kemampuan untuk memelihara hubungan otot agonis dan
Otot utama dari Core Muscle antara lain adalah otot panggul, Transversus
B. History Taking
Keluhan utama : Nyeri menjalar dari punggung hingga tungkai
Lokasi nyeri : Punggung bawah sebelah kiri
Jenis nyeri : Menjalar
Riwayat perjelanan penyakit : Mengalami Low Back Pain Non Spesifik sejak 2 bulan yang
lalu,nyeri punggung yang menjalar hingga ketungkai
bawah,pasien yang sebelumnya juga mengalami keropus dan
saraf tertejipt mulai dari L1-S5,pasien sudah melakukan foto
MRI dirumah sakit bayangkhara dan sempat dirawat kurang
lebih 3 hari, lalu dirujuk ke poli fisioterapi rumah sakit
bayangkhara selama kurang lebih 1 bulan dan di lanjutkan di
poli fisioterapi rs labuang baji hingga sekarang .
C. Inspeksi/Observasi
1. Statis :
Tidak ada oedema
SIPS simetris
2. Dinamis :
a. Pasien mengalami kesulitan merubah posisi dari tidur miring ke posisi tidur
telentang.
b. Pasien merasakan nyeri pada saat naik ke bed
c. Postur tubuh asimetris
d. Pada saat berjalan seperti membungkuk dan lambat
E. Pemeriksaan Gerak
minimal
minimal
maksimal
25
F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
1. Tes Spesifik
a. Tes Palpasi
b. Lasegue’s Test
Tujuan : Untuk mengidentifikasi patologi disc hernia atau enekanan pada jaringan
saraf
Prosedur : Posisi pasien tidur terlentang dengan posisi kedua hip endorotasi
dan adduksi serta knee fleksi, rileks. Terapis meletakkan satu tangan pada ankle
pasien, kemudian secara pasif memfleksikan hip pasien hingga pasien merasakan
nyeri pada pinggang atau bagian posterior tungkai. Positif tes jika nyeri terutama
dirasakan pada pinggang maka lebih kearah disc. herniation atau penyebab patologi
penekanan pada sisi sentral, jika nyeri terutama pada tungkai, maka patologi yang
menyebabkan penekanan terhadap jaringan saraf lebih pada sisi lateral.
Hasil : positif
c. Bragard’s Test
Tujuan : Untuk mengidentifikasi patologi ada dura meter atau lesi pada spinal cord
Prosedur : prosedur tes sama seperti Lasegue’s test dimana bedanya pada Bragard’s
test, terapis menambahkan fleksi cervical secara pasif disertai dorsofleksi ankle.
Positif tes jika peningkatan nyeri dengan fleksi cervical, dorsofleksi ankle, atau
kedunya mengindikasikan penguluran pada dura mater dari spinal cord atau lesi pada
spinar cord (seperti: disc herniation, tumor, meningitis), tetapi jika nyeri tidak
meningkat dengan fleksi cervical mengindikasikan lesi pada area hamstring atau
pada lumbosacral atau area sacroiliac joint.
Hasil : positif
26
Prosedur tes :
Posisi pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable. Terapis secara pasif
menggerakkan tungkai pasien yang dites kearah fleksi hip dan ekstensi knee.
Positif tes :
Jika nyeri terutama dirasakan pada pinggang maka lebih kearah disc. herniation
atau penyebab patologi penekanan pada sisi sentral, jika nyeri terutama pada tungkai,
maka patologi yang menyebabkan penekanan terhadap jaringan saraf lebih pada sisi
lateral.
Interpretasi :
jaringan saraf.
Hasil : Positif
e. Patrick Test
Prosedur test : Tes ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang
Positif tes : Untuk mengetahui apakah ada tidak nyeri pada ligament
27
f. Visual Analouge Scale (VAS)
28
H. Problematika Fisioterapi
Kondisi penyakit :
2. ACTIVITY LIMITATION
Kesulitan bangun, duduk ,berdiri, Anamnesis,SLR
dan berjalan
3. PARTICIPATION RESTRICTION
Adanya hambatan melakukan Anamnesis
aktivitas sosial,masyarakat dan
lingkungan
29
BAB IV
2. Activitiy Limitation :
Kesulitan Meningkatkan IRR,TENS,MET,core
bangun,duduk,berdiri,da aktivitas fungsional stability exercise
n berjalan
3. Participation Restriction
Adanya kesulitan Mengurangi IRR,TENS,MET,stretening,
melakukan aktivitas nyeri,mengembalikan core stability exercise
sosial,masyarakat,dan fungsional gerak
lingkungan sendi,otot yang
dirasakan pasien saat
pasien beraktivitas
30
C. Prosedur Penatalakasanaan Intervensi Fisioterapi
1. TENS
samping pasien. Pasien tidur tengkurap di bed lalu kedua pad diletakkan pada bagian
erector spine
F : 80 – 100Hz
I : 30 mA.CC
T : 2 pad
T : 10 menit, 2x seminggu
2. Strenghtening
Tujuan : Untuk meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi
(ROM).
Prosedur : Dapat dimulai dengan posisi pasien tidur telentang maupun dengan duduk
Prosedur :
1) Posisi Pasien : pasien side lying dengan salah satu kaki di atas, dan satu kakinya
4. Core stabilty
b.Prosedur pelaksanaan : Minta pasien untuk mengangkat pinggulnya sedikit lalu minta
latihan, tulang belakang tidak melakukan gerakan apa pun. Transversus abdominis
(TrA) dikontraksikan saat melakukan latihan untuk mempertahankan posisi yang sesuai.
Pasien menarik perutnya ke atas dan ke atas di pusar tanpa menggerakkan tulang rusuk,
a. Menjaga postur tubuh yang benar pada saat berdiri ataupun duduk
Home program :
Meminta pasien untuk melakukan latihan gerakan seperti di rmah sakit tempat terapi
32
E. Evaluasi Fisioterapi
pada m. erector
spine
33
Kesulitan saat dan berjalan
dalam posisi
duduk ke
berdiri
melakukan dalam
Aktivitas melakukan
Aktivitas aktivitas
dirumah. aktivitas
dirumah.
34
BAB V
PEMBAHASAN
1. History taking
sikap pemeriksa yang sabar dan penuh perhatian, serta waktu yang
cukup. Cara pengambilan history taking dapat mengikuti dua pola umum,
yaitu :
banyak di jumpai yaitu nyeri punggung yang bersifat local dan nyeri
35
setelah melakukan beberapa aktivitas dengan posisi ergonomis yang
salah.
36
2. Observasi/inspeksi
spesifik low back pain, ketika dilakukan observasi dari sisi lateral akan
low back pain treatment: A pilot study” Pada kondisi low back pain
terdapat perubahan postur. Hal ini dapat terjadi akibat adanya inbalance
3. Screening test
adalah pemeriksaan pada alat gerak tubuh dengan cara melakukan gerekan
regio tersebut. Seperti gerak aktif, gerak pasif, dan gerak melawan tahanan.
37
B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi
ini telah berkembang dan banyak ditujukan pada laki laki dibawah usia 50-
yang berlebihan, penurunan space diskus antara segmen lumbal, & gejala-
38
6. Muscle Energy Technique
dihasilkan oleh adanya efek post isometric relaxasi (PIR) dan reciprocal
inhibition (RI).
dijelaskan oleh Mishra et al. (2018), bahwa muscle spasm atau muscle
gerak sendi. Efek PIR dapat mengaktivasi golgi tendon organ (GTO) pada
relaksasi pada otot setelah kontraksi isometrik karena GTO memiliki sifat
mencegah kontraksi lebih lanjut, tonus otot menurun, yang pada gilirannya
antagonist (otot yang sehat) dapat menginhibisi tonus otot agonis yang
39
spasme/tightness sehingga akan menunjukkan penurunan tonus
40
LAMPIRAN KEGIATAN
41
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F. (2015). Risk Factors of Low Back Pain in Workers. Workers J MAJORITYJ
MAJORITY, 4, 12.
Arifin, A., Tanjung, J. P., Hartono, B., Pengajar, S., Kesehatan, B., Universitas, K., & Krida,
K. (2017). Artikel Penelitian Gambaran Low Back Pain pada Karyawan Petugas Tol di
PT X Periode 2014 -2017 Prevalence of Low Back Pain at Toll Worker in PT X Since
2014 – 2017. 1–5.
Aras Djohan, Ahmad Hasnia, Ahmad Andy. The New Concept Of Physical Therapist Test
and Measurement.Makassar. 2016
Aras Djohan, Ahmad Hasnia, Ahmad Andy. Tes Spesifik Muskuloscletal Disorder.
Makassar. 2014
Davidson M. & Keating J., 2001; Oswestry Disability Questionnaire; Diakses tanggal
21/11/2007
Kuntono, Heru Purbo, 2000; Penatalaksanaan Elektro Terapi pada Low Back Pain;
Kumpulan Makalah TITAFI XV; Semarang 2-4 Oktober 2000, IFI
Kisner, Carolyn, 1996 ; Therapeutik Exercise Foundations and Techniques ; Third Edition,
F. A. Davis Company, Philadelphia.
42
43