Anda di halaman 1dari 16

Bab X

DIMENSI PSIKOLOGIS KESUKSESAN KARIR SISWA


(STRATEGI KONSELOR MEMBANTU SISWA MEMAHAMI KONFLIK
KARIR-PEKERJAAN DAN KELUARGA DALAM PERENCANAKAN
KARIR)

A. Pendahuluan
Bimbingan dan konseling adalah bagian integral dari keseluruhan
program pendidikan di sekolah/madrasah, yang implikasinya diorientasikan
kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik yang
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir sebagai makhluk berdimensi
biopsikososiospritual (biologis, psikis, sosial dan spiritual. Tugas tersebut
sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru,
konselor dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu
masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam
mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik.
Pengembangan kompetensi peserta didik selama belajar di sekolah sangat
dipengaruhi dari system dan suasana belajar, peserta didik seringkali
teralihkan perhatiannya pada kegiatan-kegiatan yang kadang-kadang kontra-
produktif.
Peserta didik membutuhkan pelayanan bimbingan dan konseling yang
menyediakan berbagai fasilitas sebagai upaya proaktif dan sistematis bagi
siswa dalam rangka pencapaian kemandiriannya. Berkaitan dengan hal ini
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan tugas dari
fase perkembangan peserta didik. Salah satu aspek perkembangan tersebut
adalah peserta didik harus mampu memahami, mengenali, dan memiliki
wawasan perencanaan dan pengembangan karir di masa depan.
Aspek wawasan perencanaan dan pengembangan karir yang dibutuhkan
oleh peserta didik mempunyai sub-sub aspek diantaranya; teori-teori
perkembangan karir, konflik-konflik perkembangan karir dan pekerjaan
termasuk di dalamnya konflik karir-pekerjaan dengan keluarga. Pemenuhan
kebutuhan aspek-aspek dan sub-sub aspek berkenaan dengan wawasan
perencanaan dan pengembangan karir mereka harapkan konselor akan
membawa kesuksesan dalam pemilihan, dan pengambilan keputusan dalam
perencanaan karir yang tepat sesuai dengan potensi pribadi, akademik,
peluang dunia kerja dan soaial kemasyarakatan secara optimal untuk
mencapai kemandirian dan kehidupan efektif sehari-hari.
1. Arah Kesuksesan Peserta Didik.
Melalui layanan bimbingan dan konseling peserta didik memperoleh
layanan untuk mencapai kesuksesannya, yaitu sukses akademik, dan nantinya
dapat mengembangkan karir dan kehidupan yang cukup baik dengan kata
lain peserta didik mencapai tri sukses yaitu sukses akademik, sukses
persiapan karir dan sukses sosial kemasyarakatan (Alizamar, 2009;2-3).
Sukses akademik peserta didik dituntuk untuk mencurahkan perhatian
sepenuhnya terhadap kegiatan belajar dan mengajar, sehinga keberhasilan
secara optimal dapat dapat diiluti, nilai-nilai yang tinggi dan tidak mengalami
kegagalan (tinggal kelas) lulus sesuai dengan waktu belajar dan peraturan
yang berlaku. Sukses persiapan karir peserta didik diarahkan dan menentukan
pilihan rencana karir dan pengembangan karir dalam kejuruan tertentu
melalui pilihan jurusan, pendidikan lanjutan maupun memasuki dunia kerja.
Sukses sosial kemasyarakatan selama masa studi dan juga setelah lulus nanti
peserta didik selalu berada di dalam suasana dan arus pergaulan dengan
sesama pelajar, warga sekolah/kampus, warga masyarakat pada umumnya,
suasana dan arus pergaulan penuh dengan warna warni aspek kehidupan dan
perkembangan/perubahan masyarakat bahkan arus globalisasi.

2. Perencanaan Karir
M. Surya 1984 dalam Suherman (2008) “Memandang bahwa
bimbingan karir sebenarnya merupakan salah satu jenis bimbingan
berdasarkan masalah yang dihadapi individu”. Karena dianggap betapa
esensialnya pelayanan tersebut di masa pada masa sekarang maka

1
pelaksanaannya di sekolah mendapat penekanan tersendiri . Bimbingan karir
dipandang sebagai “Penampang“ bimbingan di sekolah maksudnya adalah
bimbingan karir merupakan suatu pelayanan bimbingan yang ditonjolkan dan
ditekankan pelaksanaannya. Hal ini dipertegas lagi oleh Conny Semiawan
(1990) “Memandang bimbingan karir sebagai focus dari profesi bimbingan
di sekolah”
Pada kesempatan lain M Surya (1988) mengungkapkan tujuan utama
bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang
diperlukan untuk memenuhi perjalanan hidup secara optimal ke arah yang
dipilihnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka maka pada dasarnya dual
hal pokok materi bimbingan karir yang diberikan konselor sekolah yaitu
informasi karir dan ketrampilan karir. Suherman (2008:37)
menggambarkan Materi informasi karir meliputi; pemahaman diri, nilai-nilai,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perencanaan dan pembuatan keputusan
serta kehidupan beragama. Materi ketrampilan; ketrampilan-ketrampilan
dalam pemahaman dan pengembangan diri, berhubungan dengan orang lain,
perencanaan dan penilaian pekerjaan, pembuatan keputusan , perencanaan
masa depan.
Materi-materi di atas perlu dikembangkan dan dikemas sesuai
kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, yang mampu mengontrol prilaku
efektif dirinya sehingga bermakna bagi dirinya dan lingkungan dalam
menyusun suatu perencanaan karir teermasuk sekolah lanjutan dan pekerjaan
di masa mendatang. Dengan demikian tidak terbatas pada penggunaan buku
paket bimbingan karir yang telah disiapkan oleh pemerintah.
Konflik-konflik karir-pekerjaan dan keluarga secara jelas terimplisit di
dalam materi-materi di atas, dan hal tersebut sangat dimungkinkan
disampaikan untuk dipahami oleh peserta didik apabila konselor benar-benar
mengharapkan kesuksesan peserta didik dalam merencanakan karir-pekerjaan
di masa mendatang. Dengan memahami konflik tersebut peserta didik akan
lebih terampil mengembangkan diri dengan mempertimbangkan berbagai
konflik di atas dalam mengambil keputusan terhadap perencanaan karirnya.

2
B. Konflik Karir-Pekerjaan dan Keluarga Merupakan Wawasan dan
Persiapan Karir
1. Konfik Karir-Pekerjaan dan Keluarga
Manusia memiliki dua kehidupan yaitu kehidupan pribadi dan
kehidupan dalam hubungannya dengan manusia lainnya. Pola hubungan
yang satu dengan yang lain dipengaruhi oleh banyak faktor misal teknologi,
transportasi dan perkembangan penduduk.
Kehidupan saat ini sering memunculkan persoalan-persoalan psikologis
bagi semua orang termasuk peserta didik di sekolah. Bagi mereka yang
terkena persoalan harus kepada siapakah mengadu, sementara para orang
tua, saudar dan family disibukan oleh pekerjaannya sendiri. Layanan
profesional memang ada, tetapi harus diimbangi dengan bayaran yang
mungkin dapat menjengkelkan, disamping anggapan bahwa yang
berkonsultasi adalah mereka yang dirundung banyak bermasalah dimata
orang lain. Konselor sekolah adalah sebagai orang yang tepat dapat
membantu kondisi siswa yang termasuk kelompok ini terutama sebagai
tindakan preventif, dan pengembangan.
Ganguan psikologis ini bukan tidak mungkin terjadi pada lingkungan
keluarga peserta didik, yang memunculkan konflik-konflik dalam
perencanaan karir-pekerjaan mereka. Keluarga tempat anak berorientasi;
dalam keluarga anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial.
Seorang anak (dalam keluarga) tidak selalu mengerti ragam nilai dan
harapan keluarga/orang tua. Ini mungkin terjadi karena orang tua bersikap
terlalu melindungi, menutupi konflik-konflik yang mereka alami berkaitan
dengan perannya sebagai pekerja dan orang tua. Ausubel (1958:368);
Melihat bahwa perlindungan berlebihan itu terjadi sebagai akibat rasa
cemas dan takut adanya bencana terhadap anak-anaknya mereka.
Berkaitan dengan konflik-konflik karir-pekerjaan dan keluarga dan
pengembangan karir digambarkan dalam sebuah artikel oleh Robecca Slan-
Jerusalim dan Charles. P Chen (2009); Menganalisa beberapa hasil riset

3
tentang pengalaman kerja wanita berusia 25-35 tahun dan berupaya
menyediakan konseling karir untuk mencapai keseimbangan pekerjaan-
keluarga yang lebih baik. Konflik-konflik tersebut antara lain berkenaan
dengan;
a) Pergeseran keseimbangan peran utama antara pekerjaan dan
keluarga
b) Pertentangan peran pekerjaan dan keluarga antar daerah
c) Kompetisi/persaingan persyaratan-persyaratan kemampuan
multiperan
d) Kombinasi dari peran dan beban tangung jawab berlebihan dalam
pencapaian karir.
e) Perbedaan jenis kelamin (ideology gender), sikap-sikap dan
kepercayaan dalam mengkontribusikan peran dan pengaruh
pengalaman sikap-sikap terhadap konflik pekerjaan-keluarga
f) Perilaku, ketegangan dan waktu;
Waktu tingkat persaingan waktu yg dimiliki (contoh, waktu libur
untuk keluarga harus lembur), ketegangan satu peran
menghalangi melaksanakan kemampuan efektif peran lainnya
(tidak mampu berkonsentrasi pada pekerjaan khawatir anak
sedang sakit), perilaku persyaratan dari tingkah laku berdampak
pada harapan perilaku peran yang lain.
g) Pekerjaan dapat menghalangi keluarga (bekerja sering terlambat
menyiapkan makan malam) dan keluarga menghalangi pekerjaan
(pertemuan dengan keluarga dapat merintangi kinerja ditempat
kerja).
h) Penyesuaian kebijakan-kebijakan organisasi terhadap karyawan
i) Peran-peran kontras (menonjol)

Variabel-variabel demografi pemicu konflik-konflik ini menurur


Duxbury dan Higgins (2005) adalah; kekuatan partispasi pekerja wanita,
tingkat perceraian yang tinggi, peran dari orang tua tunggal dari

4
kebanyakan keluarga, tanggung jawab suami istri dan kepedulian terhadap
anak serta orang tua, peran gender dalam konseptual tradisional. Varibel
pekerjaan adalah; kreasi globalisasi dari peningkatan penggunaan
teknologi, berbasis pengetahuan ekonomi, deregulasi-deregulasi dan
pekerjaan-pekerjaan berat dank keras.
Tidak dapat dipungkiri, pada dasarnya tiap individu manusia
mempunyai keunikan. Perbedaan-perbedaan itu memungkinkan
munculnya persoalan atau konflik dalam hubungan antar pekerja dalam
karir seseorang. Permasalahannya, mengubah seseorang individu agar
sesuai dengan orang lain tidaklah mudah. Meskipun hubungan sosial
peserta didik di sekolah atau dengan orang tua dalam perencanaan karir
mereka tidak segawat konflik kepentingan perebutan jabatan, tetapi
masalah ini tetap membutuhkan penangan serius, hal ini dimunkinkan
seolah-olah persoalan tidak ada, tetapi mengurangi produktivitas belajar
dan kerja. Secara mendalam permasalahan yang dihadapi karyawan
ditempat kerja ada pada ruang lingkup social-psikologis yang mungkin
dihadapi oleh peserta didik ketika ia kelak meniti karirnya. Untuk
menghindari atau paling tidak meminimalkan munculnya permasalahan
dalam diri peserta didik di masa depan, maka konselor harus memberikan
informasi berkenaan dengan konfik-konflik ditempat kerja sedini mungkin
sejak mereka masih berada dilingkungan sekolah dan perkuliahan. Hal
senada dikemukakan para karyawan ditempat kerja menghadapi berbagai
persoalan yang membutuhkan pemecahan. Para karyawan membutuhkan
informasi yang dikemas dengan ringkas, sekaligus mampu menjawab
paling tidak sebagian permasalahan yang mereka hadapi ditempat kerja
(Ino Yuwono, 2005).

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir


Karir seseorang tidak berkembang sendiri, karir seseorang akan
berkembang setidaknya karena dukungan lingkungan (iklim organisasi) di
satu sisi dan memiliki seperangkat kompetensi disisi lain. Seseorang yang

5
menginginkan kesuksesan dalam karir dituntut memiliki pengetahuan dan
kemampuan mengenai faktor-faktor perkembangan karir. Pengenalan
terhadap faktor-faktor beserta peluang karir memberikan sejumlah harapan
baik bagi dirinya untuk memperbaik diri dan mengembangkan
kemampuannya melalui sejumlah pelatihan-pelatihan dan atau konseling.
Tiga faktor utama pengembangan karir menurut Dave E Redokopp;
1) Gumption mempunyai beberapa arti diantaranya inisiatif (sedang bekerja
beriniasiatif mendapatkan peluang yang lain), courage; keberanian,
keteguhan hati (saya memerlukan keberanian untuk mengutarakan
sesuatu dengan pimpinan), common sense; pikiran sehat (seseorang
dengan pikiran sehat akan mengetahui apa yang dia kerjakan). Gumption
menggambarkan kejadian yang sebenarnya pada diri seseorang yang
berhubungan dengan kualitas.
2) Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri yaitu kemampuan seseorang
untuk mengontrol dan mengerjakan sesuatu yang tidak datang secara
alamiah; untuk menentukan berbagai tindakan seseorang. Disiplin pada
sebagain masyarakat digambarkan sebagai control (control), tertib
(orderly) dan pengorbanan. Jika kepribadian anda secara alamiah tertib,
terorganisir bukan termasuk disiplin.
3) Withitness adalah mengetahui apa dan siapa yang akan melakukan
sesuatu setiap saat, maksudnya seseorang yang mempunyai withitness
berkemampuan untuk menyadari keberadaan lingkungan dan
pengaruhnya terhadap dirinya. Ia juga biasa membaca lingkungan dan
isyarat-isyarat emosional, mengecek respon orang lain pada perilaku
mereka, mengetahui apa yang terjadi di dunia, menjaga ide-ide baru.
Mereka cukup yakin terhadap diri mereka sendiri, dapat melihat dengan
jelas kejadian di luar dirinya dan apa yang ada di dalam hatinya.
Keberadaan inisiatif, kreaktifitas diri, pengambilan resiko,
bergerak kearah belajar dengan nyaman dan memeberikan penguatan,
namun penambahan disiplin akan menjadikan percikan api meningkat
dan menumbuhkan motivasi, dan apabila tanpa kedalam berfikir munkin

6
yang dilakukan dengan inisiatif dan disiplin mungkin akan hilang dan
menghambat perkembangan karir seseorang.

3. Persepektif Psikologi Kerja


Richardson (1993) menekankan bahwa konselor dan psikolog
harus mengembangkan paradigma mengenai makna, pemahaman dan peran
orang dalam bekerja dalam kehidupan dari persepektif psikologi. Psikologi
kerja adalah salah satu persepektif yang menciptakan kerangka konsep
inklusif yang meyakinkan bahwa kerja adalah komponen inti dalam
kehidupan dan mencoba untuk secara komprehenshif dengan penuh
pemahaman terhadap teori, hasil riset, dan praktik yang terjalin dengan
keadilan di masyarakat.
Persepektif psikologi kerja mengakui bahwa menempati tempat yang
signifikan dalam kehidupan manusia dan pengalaman kerja adalah relative
konstan dalam kehidupan kita. Dengan demikian ia menyatukan kehidupan
manusia melintasi waktu dan budaya. Kerja meliputi usaha, aktifitas dan
energy dalam memeberikan tugas dan menymbang keseluruhan
kesejahteraan ekonomi dan social dalam kebudayaan. Kerja tidak dibatasi
dengan hanya upah bagi pekerja. Karena itu persepektif psikologi kerja
mencari kerangka kerja untuk mengembangkan model inklusif dalam
praktik konseling/psikoterapi yang dapat menyediakan pelayanan bagi orang
untuk menyadari banyak pilihan dalam kehidupan dan mereka dapat
mencari pengetahuan baru yang dapat menginformasikan kepada public
untuk pendidikan, latihan , kebijakan dan masalah-masalah lainnya.
Persepektif psikologi menganjurkan pemahaman individu terhadap
dunia kerja yang merupakan konstruksi sosial dan kultural. Ini berarti
pengalaman kerja pada manusia melintasi dunia berbeda tergantung dari
konteks sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan.

C. Strategi Konselor dalam Mengelola Konflik-konflik Karir-Pekerjaan


dan Keluarga

7
Dalam artikel tentang teori-teori perkembangan karir dan konflik
pekerjaan-keluarga Robecca Slan-Jerusalim dan Charles. P. Chen (2009)
menggunakan beberapa konsep utama dari Super’s (1990) yakni pendekatan
lingkungan hidup dari teori karir dan teori sosial (SCCT: Lent, Bron, &
Hacket, 2002) dengan menguji keseluruhan dan kesempurnaan pengalaman
karir seseorang dalam kehidupan dengan mengguji peran-peran penting dan
bagimana sifat keterlibatan alamiah tertentu dapat berubah. Contoh;
1) Beberapa orang menganggap penting penting peranan pekerjaan mereka
dan dapat bertukar dari waktu ke waktu (sebagai seorang anak tidak
tertarik bekerja, tetapi orang dewasa menganggap pekerjaan adalah pusat
pertukaran hidup)
2) Ada budaya yang telah menghargai pekerjaan sebagai suatu alat untuk
menghidupi salah satu keluarga, sedangkan kultur lain mempertimbangkan
karir sebagai konsep diri seseorang.

Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai


kemampuan dan kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai
pada kematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir
sebagai berikut:
a) Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,
nilai, kemampuan, dan ciriciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat
mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya,
b) Peserta didik memperoleh pemahaman terntang berbagai hal terkait dengan
dunia (karir-studi) yang akan dimasukinya seperti tingkat keuasan karir yang
ditawarkan, deskripsi tugas dalam berbagai bidang pekerjaan, pengeruh
perkembangan teknologi terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang
dapat diberikan dalam bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan
tuntutan kemampuan kerja dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu di masa
depan
c) Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag
tersedia yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian

8
peserta didik memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan
keterampilan (skill) yang dituntut oleh peran-peran kerja tertentu,
d) Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,
merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan
karir yang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan
meminimalkan faktor dan dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan
dampak positif dari proses pemilihan karir, e) mampu menyesuaikan diri
dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi optimal dalam karir
(studi dan kerja), Carney, 1987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar Santoadi,
2007).
Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk membantu siswa dalam
perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang
membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang ikan memberikan kepuasan
bagi dirinya dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai Bimbingan Karir,
terdapat beberapa persamaan. Persamaan tersebut antara lain:
1) Bantuan layanan
2) Individu, siswa, remaja
3) Masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri, persiapan diri, pengenalan diri,
pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan,
bentuk kehidupan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.

Layanan Bimbingan Karir di sekolah dapat dibedakan dalam dua bentuk


yaitu secara individual dan secara kelompok. Layanan individual dapat
diberikan di dalam ruang bimbingan/ ruang konseling melalui layanan konseling
karir individu.
Lebih jauh dijelaskan secara rinci, sebagai gambaran yang harus dilakukan
konselor adalah ada pada buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan tersebut
mengenai isi bimbingan karier untuk sekolah sebagai berikut:
Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah:
(1) Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya;

9
(2) Menggambarkan perkembangan diri siswa;
(3) Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai dengan
tuntutan lingkungan;
(4) Mengenalkan ketrampilan yang dimiliki siswa;
(5) Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekolah;
(6) Menggambarkan kegiatan setelah tamat;
(7) Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang dilakukan orang dewasa;
(8) Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik;
(9) Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan
itu masih dapat berubah;
(10) Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak
sekarang;
(11) Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran;
(12) Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan
kecakapannya,
Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas tinggi:
(1) Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil;
(2) Melatih siswa menggambarkan kehidupan di masa yang akan datang;
(3) Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria;
(4) Menjelaskan jenis-jenis ketrampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan
tertentu;
(5) Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia
kira-kira 25 tahun kelak;
(6) Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan
pengaruhnya;
(7) Menjelaskan tentang pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan
keputusan;
(8) Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwa meneladan tokoh
panutan dapat mempengaruhi karier;
(9) Melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocok pada masa
dewasa;

10
(10) Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaan orang
terhadap kehidupan anak;
(11) Melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan;
(12) Mengenalkan bermacam-macam cara untuk menilai kemajuan prestasi;
(13) Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar.
Setelah memahami materi bimbingan karier yang harus diberikan di
sekolah, maka langkah selanjutnya adalah menentukan waktu, tempat, teknik, dan
sistem penilaian Bimbingan Karier. Mengenai waktu pelaksaan bimbingan karier
dapat diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang sudah ada, atau pun
menyediakan jam khusus untuk keperluan bimbingan karier ini. Untuk tingkat
sekolah kiranya lebih praktis jika bimbingan karier diintegrasikan dengan jam-jam
pelajaran yang tersedia. Jika cara ini yang dipilih, maka semua guru kelas dan
semua guru bidang studi sekaligus menjadi guru bimbingan karier. Dalam setiap
pelajaran yang diberikan, guru dapat menyelipkan berbagai macam hal yang
berkaitan dengan pekerjaan/jabatan/karier anak-anak di masa mendatang,
disesuaikan dengan tahap perkembangan karier anak. Kalau ada tenaga khusus
untuk Bimbingan Karier, maka penyediaan jam khusus akan sangat bermanfaat.
Tempat pelaksanaan bimbingan karier dapat di mana saja, misalnya di
dalam kelas, di luar ruangan, atau di tempat kerja yang sesuai dengan topik yang
yang dibahas. Penentuan tempat juga bergantung pada fasilitas yang dibutuhkan.
Jika dibutuhkan gambar-gambar, film, atau video, barangkali lebih cocok
menggunakan ruang audio visual kalau memang ada. Atau jika ingin
memperkenalkan pekerjaan di sektor industri, maka pabrik menjadi tempat yang
mungkin cocok.
Teknik pelaksanaan juga dapat bermacam-macam, secara kelompok atau
secara individual, tergantung dari kebutuhan dan tujuan. Dapat jiga dengan cara
alih tangan (referal), artinya minta bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya
untuk memberikan bimbingan karier. Demikian juga metode dan peralatan yang
dibutuhkan disesuaikan dengan topik pembicaraan dan tingkat perkembangan
anak.

11
Sistem evaluasi untuk bimbingan karier dapat dilaksanakan dalam
berbagai cara, misalnya: (1) mengevaluasi apakah pelaksanaan Bimbingan Karier
sudah sesuai dengan yang direncanakan, (2) apakah tujuan tercapai, (3) apakah
terjadi perubahan dalam diri siswa, dan lain-lain.
Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan
manusia, maka perlu direncanakan secara matang. Program Bimbingan Karier
bertujuan untuk membantu anak dalam merencanakan karier di masa mendatang,
agar karier yang dipilih sungguh sesuai dengan bakat, minat, dan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi. Jika orang memperoleh karier yang tepat, maka hidup orang
akhirnya akan bahagia. Dan kebahagiaan adalah tujuan hidup semua orang. Oleh
sebab itu bimbingan karier sejak usia dini merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari tugas pendidikan.
Materi bimbingan karier yang disebutkan di atas merupakan sekedar
panduan. Guru setempat dapat menggunakannya sebagai acuan yang tetap terbuka
untuk disesuaikan dengan situasi kondisi setempat. Sebaiknya contoh-contoh
diambil dari lingkungan sekitar yang kongkrit dan mudah ditangkap oleh siswa.
Materi bimbingan karier sebenarnya dapat disusun sendiri asalkan
mempertimbangkan fase-fase perkembangan karier seperti yang dirumuskan oleh
Ginzberg dan Donald Super.
Konseling karir dapat dimanfaatkan oleh setiap siswa yang secara khusus
mengalami hambatan dalam hal perencanaan dan pemilihan karir. Konseling karir
individual, lebih pada pertemuan profesional daripada pertemuan yang bersifat
rekreatif. Dalam proses konseling tanggung jawab keputusan akhir tetap berada
pada siswa/ klien (Gani, 1987). Sementara itu layanan bimbingan karir dengan
format kelompok dapat dilakukan di dalam kelas dan diluar kelas.
Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas antara lain: mendatangkan
nara sumber, diskusi kelompok, bimbingan kelompok, sosiodrama, atau kegiatan
yang melibatkan peran serta banyak kelas seperti hari karir. Guru pembimbing
dapat menggunakan buku paket yang telah ada pada saat memberikan materi
mengenai karir atau menggali lebih dalam dari sumber-sumber lain sehingga
wawasan siswa mengenai karir semakin luas. Kegiatan yang dilakukan diluar

12
sekolah misalnya dengan mengadakan karya wisata atau mengunjungi Perguruan
Tinggi yang ada. Dengan pemberian informasi, diskusi kelompok, seminar, talk
show, tes bakat dan minat, mendatangkan narasumber yang berhasil dibidangnya
dan melalui media cetak seperti poster, phamphlet, brosur, siswa diarahkan untuk
memiliki pengetahuan yang memadai sebagai sebuah proses berfikir yang
komprehensif. Setelah informasi terserap dengan baik diharapkan siswa memiliki
sikap dan pemahaman diri yang baik sehingga mampu membuat perencanaan
karir yang terarah.
Perencanaan karir yang terarah dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau
dengan bantuan guru pembimbing melalui konsleing individual. Sikap positif
siswa akan terbentuk melalui kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif sebagai
contoh guru pembimbing dapat melakukan bimbingan kelompok, konsleing
kelompok, kunjungan ke Perguruan Tinggi, dll. Siswa dengan konsep pemikiran
dan sikap yang positif memiliki keterampilan dalam membuat perencanaan karir
dan keputusan karir yang tepat untuk dirinya.
Selain itu menguji bagaimana individu bernegosiasi dengan peran-peran
mereka dengan menggunakan teori terbatas (Ashforth, Kreine & Fuate, 2000),
teori ini mengasumsikan bahwa ketika individu mencari sesuatu untuk
memperkecil kesukaran sama dengan peran transisi-transisi dan frekuensi dari
gangguan-gangguan peran tak diinginkan, karena mereka ingin memlihara
efisiensi dari berbagai peran mereka. Contoh seseorang melakukan bisnis
keluarga, boleh jadi setiap harinya ia diminta memainkan peran sebagai seorang
putrid (flexibelitasnya tinggi), seorang pengara membawa pulang pekerjaannya
harus, secara phisik ia di rumah hanya secara psikologis di tempat kerja. Sebagai
wanita adalah seorang ibu (sensitip, baikhati timbang rasa, dan sebagi pejabat
penanggung jawab (agresif, pemberi tugas, yang tidak mau mengampuni).
Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi
berbagai kemampuan dan kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga
sampai pada kematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan
karir sebagai berikut: a) peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan)
karakteristik diri (minat, nilai, kemampuan, dan ciriciri kepribadian) yang darinya

13
peserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan
dirinya, b) peserta didik memperoleh pemahaman terntang berbagai hal terkait
dengan dunia (karir-studi) yang akan dimasukinya seperti tingkat keuasan karir
yang ditawarkan, deskripsi tugas dalam berbagai bidang pekerjaan, pengeruh
perkembangan teknologi terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat
diberikan dalam bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan
kemampuan kerja dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu di masa depan, c).
Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag
tersedia yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian
peserta didik memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan
(skill) yang dituntut oleh peran-peran kerja tertentu, d) peserta didik mampu
mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri, merencanakan langkah-langkah
konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir yang realistik bagi dirinya.
Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkan faktor dan dampak negatif
dan memaksimalkan faktor dan dampak positif dari proses pemilihan karir, e)
mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi
optimal dalam karir (studi dan kerja), Carney, 1987 dan Reihant, 1979 (dalam
Fajar Santoadi, 2007). Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk membantu
siswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan
keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang ikan
memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai Bimbingan Karir,
terdapat beberapa persamaan. Persamaan tersebut antara lain: 1) bantuan layanan,
2) individu, siswa, remaja, 3) masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri,
persiapan diri, pengenalan diri, pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja,
perencanaan masa depan, bentuk kehidupan yang diambil oleh individu yang
bersangkutan.
Setelah informasi terserap dengan baik diharapkan siswa memiliki sikap
dan pemahaman diri yang baik sehingga mampu membuat perencanaan karir yang
terarah. Perencanaan karir yang terarah dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau
dengan bantuan guru pembimbing melalui konsleing individual. Sikap positif

14
siswa akan terbentuk melalui kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif sebagai
contoh guru pembimbing dapat melakukan bimbingan kelompok, konsleing
kelompok, kunjungan ke Perguruan Tinggi, dll. Siswa dengan konsep pemikiran
dan sikap yang positif memiliki keterampilan dalam membuat perencanaan karir
dan keputusan karir yang tepat untuk dirinya.

15

Anda mungkin juga menyukai