Makalah BBL
Makalah BBL
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Dosen Pengampu:
Anik Purwatii, S.ST., M.M., M.Kes
Oleh:
1. Nia Firnanda ( 212012 )
2. Indy Fidha Fuadi W. ( 212002 )
3. Yuliana Putri Valentina ( 212027 )
4. Sherly Devinda ( 212018 )
5. Azilla nur hafizah ( 212019 )
6. Lia ambarsari ( 212008 )
7. Siti Syahwali Nur Khasanah ( 212035 )
8. Nurul Aida ( 212017 )
9. Satirah Nazhifah Rindu Wicesa ( 212022 )
10 Ina Wahyuningsih ( 212007 )
11. Metsi Indah Safitri ( 212034 )
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU MELAHIRKAN ”
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dari Dosen Anik
Purwatii, S.ST., M.M., M.Kes pada bidang Studi Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan penulis demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar –besarnya kepada seluruh pihak
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan yang di sengaja maupun tidak
di sengaja.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi semua pihak sebagai refrensi pembelajaran di
waktu pembelajaran perkuliahan.
Kritik dan Saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
dan sebagai bahan pembelajaran pendewasaan serta motivasi bagi penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................1
BAB II ............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN .........................................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN PERSALINAN ........................................................................................2
2.2 PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM KALA I, II, III, IV ...........................................3
2.3 CONTOH KASUS …………………………………………………………………………………………………………………………4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,
2002).
2.2 Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin Pada Kala I, II, III, IV
A. Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin Pada Kala I
Kala I persalinan merupakan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (Rukiah, 2009). Kala I persalinan terdiri dari 2 fase, yakni fase
laten dan fase aktif. Fase laten dimulai sejak awal terjadinya kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Fase ini berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm. Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Sedangkan fase aktif berlangsung mulai dari pembukaan 4 cm dan berakhir hingga
pembukaan 10 cm. Pada primigravida, dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (Depkes RI, 2014). Kala I fase aktif pada
primigravida berlangsung selama 6 jam yang terdiri dari 2 jam periode akselerasi, 2 jam
periode dilatasi maksimal dan 2 jam periode deselerasi (Sofian, 2013). Pada fase ini frekuensi
dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap. Kontraksi dianggap adekuat jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Selain itu,
pada fase ini juga terjadi penurunan bagian terbawah janin (Depkes RI, 2014).
Selain itu pada kala I dibagi menjadi 2 fase, yakni fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten
Pada awal persalinan, terkadang pasien belum cukup yakin bahwa ia
akan benar-benar melahirkan meskipun tanda-tanda persalinan cukup jelas.
Pada tahap ini penting bagi orang terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan
memberi dukungan mental terhadap kemajuan persalinan (Sulistyawati, 2014).
Seiring dengan kemajuan proses persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his
yang meningkat, pasien akan mulai merasakan putus asa dan lelah. Ia akan
selalu menanyakan apakah ini sudah hampir berakhir. Pasien akan senang
3
setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan berharap bahwa hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa proses persalinan akan segera berakhir.
Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping mechanism terhadap
rasa sakit yang timbul akibat his, misalnya dengan pengaturan nafas atau
dengan mengubah posisi (Sulistyawati, 2014).
b. Fase aktif
Pada persalinan stadium dini, ibu masih tetap makan dan minum,
tertawa atau berbincang-bincang dengan riang diantara kontraksi. Begitu terjadi
kemajuan persalinan, ibu tidak punya lagi keinginan untuk makan atau
berbincang-bincang, dan ia menjadi pendiam serta bertindak lebih didasari
naluri (Nurasiah, 2014). Pada sebagian besar pasien akan mengalami
penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari tempat tidur
terutama pada primigravida (Sulistyawati, 2014). Ketika persalinan semakin
kuat, ibu menjadi kurang mobilitas atau memegang sesuatu saat kontraksi.
Stadium transisi (akhir kala I persalinan) dianggap sebagai hal yang paling
menyakitkan bagi ibu. Hormon stress pada persalinan berada pada puncaknya.
Ibu yang mengalami nyeri ekstrim tidak memiliki kemampuan mendengar atau
berkonsentrasi pada segala sesuatu kecuali melahirkan. Untuk mengatasi stress
atau kecemasan pada ibu bisa dilakukan dengan cara menganjurkan untuk
berjalan-jalan, mengubah posisi, atau mencoba memusatkan pada
pernafasannya serta melakukan pemantauan baik ibu maupun janin (Nurasiah,
2014).
Pada persalinan Kala I selain pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam keadaan
santai, tenang dan tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita dalam
persalinan kala I adalah :
1. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri. Ketakutan
tersebut berupa rasa takut jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat, serta
takhayul lain. Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada ketakutan-ketakutan gaib selama
proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab secara biologis, anatomis, dan fisiologis
kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau
4
sebab abnormalitas (keluarbiasaan). Tetapi masih ada perempuan yang diliputi rasa ketakutan
akan takhayul.
2. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal ini disebabkan oleh
semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah
capek, tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-
macam beban jasmaniah lainnya diwaktu kehamilannya.
3. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran sehingga
harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini disebabkan karena
kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksikontraksi pada rahim sehingga
bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini
dirasakan sebagai beban yang amat berat.
4. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang merupakan
hambatan dalam proses persalinan :
a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab sebab yang
jelas
b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi
5. Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Relasi ibu dengan
calon anaknya terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku sebagai pribadi ibu dan kamu
sebagai bayi) menjadi semakin jelas. Timbullah dualitas perasaan yaitu: a. Harapan cinta kasih b.
Impuls bermusuhan dan kebencian
6. Sikap bermusuhan terhadap bayinya
a. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
c. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
7. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:
a. Takut mati
b. Trauma kelahiran
c. Perasaan bersalah
5
d. Ketakutan riil
Asuhan sayang ibu :
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:
a. Memberikan dukungan emosional.
b. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
c. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
d. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara:
(a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
(b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
(c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
(d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
(e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
e. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
f. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – memberikan kecukupan energi dan mencegah
dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
g. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan
– Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat
turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca
persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi
saluran kemih pasca persalinan.
h. Pencegahan infeksi
– Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan
aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru
lahir.
6
a. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
b. Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
c. Frustasi dan marah
d. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin
e. Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
f. Fokus pada dirinya sendiri
Masalah Psikologis Yang Terjadi Pada Masa Persalinan Masalah psikologis yang terjadi
pada masa persalinan adalah kecemasan. Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang
dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga yang merasa takut. Kecemasan adalah
gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan. Ibu bersalin mengalami gangguan dalam menilai realitas, namun kepribadian
masih tetap utuh. Perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas batas normal (Haward
2004). Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon emosi tanpa obyek yang
spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan interpersonal secara langsung.
Kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis (Sulistyawati,
dkk,2003)
Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem
syaraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses
tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan menimbulkan respons tubuh. Bila korteks otak
menerima rangsang, maka rangsangan akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal
yang akan melepaskan adrenal/epineprin sehingga efeknya antara lain nafas menjadi lebih dalam,
nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat. Darah akan tercurahkan terutama ke jantung,
susunan saraf pusat dan otak. Dengan peningkatan glikegenolisis maka gula darah akan
meningkat. Secara psikologis, kecemasan akan mempengaruhi koordinasi atau gerak refleks,
kesulitan mendengar atau mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat
individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan orang lain (Sulistyawati, dkk, 2003). Secara
umum kecemasan dipengaruhi oleh beberapa gejala yang mirip dengan orang yang mengalami
stress. Bedanya stress didominasi oleh gejala fisik, sedangkan kecemasan didominasi oleh gejala
psikis. Adapun gejala gejala orang yang mengalami kecemasan adalah sebagai berikut:
7
a. Ketegangan motorik/alat gerak seperti gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai,
gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, dan mudah kaget.
b. Hiperaktivitas saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti keringat berlebihan, jantung
berdebar-debar, rasa dingin di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering
buang air kecil, diare, muka merah/pucat, denyut nadi dan nafas cepat
c. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang seperti cemas, takut,
khawatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya.
d. Kewaspadaan yang berlebihan seperti perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur,
mudah tersinggung, dan tidak sabar (Haward, 2004).
Asuhan sayang ibu :
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya
bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:
a. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan
anggota keluarga yang lain.
b. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain:
(a) Membantu ibu untuk berganti posisi.
(b) Melakukan rangsangan taktil.
(c) Memberikan makanandan minuman.
(d) Menjadi teman bicara/pendengar yang baik.
(e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran
bayinya.
c. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan:
(a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
(b) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
(c) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.
d. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
e. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran –
dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
f. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
8
g. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara:
(a) Mengurangi perasaan tegang.
(b) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.
(c) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.
(d) Menjawab pertanyaan ibu.
(e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
(f) Memberitahu hasil pemeriksaan.
h. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
i. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
9
Asuhan sayang ibu :
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan
yang dapat dilakukan pada ibu adalah:
a. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
b. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
c. Pencegahan infeksi pada kala III.
d. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
e. Melakukan kolaborasi/rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
g. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
10
3.) Phase Pada Masa Nifas
Phase “Taking in”
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
tergantung berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan
bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam phase yang
diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
Phase “Taking hold”
Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan
berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya
misalnya kelancaran buang air besar hormone dan peran transisi. Hal-hal yang
berkontribusi dengan post partal blues adalah ras atidak nyaman, kelelahan,
habisnya tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila
orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat
mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya
untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
4.) Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi
(kasih sayang) sedangkan Attachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu. Jadi Bounding Attachment adalah kontak awal antara ibu
dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar
interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan
terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya.
5.) Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembanganya.
Touch (sentuhan)
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan
untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan
dilanjutkan sebagai Gerakan lembut untuk menanangkan bayi. Bayi akan
merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan
terjadilah ikatan antara keduannya.
11
Eye To Eye Contact (Kontak Mata)
Kesadaran untuk melakukan kontak mata dilakukan kemudian dengan segera.
Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya
hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang paling penting sebagai
hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan
perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-
25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-
kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap faktor-faktor yang menghambat proses,
misalnya: pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak
mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi.
Odor (Bau Badan)
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan
peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola
berpafasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin
dikenalnya bau itu sibayipun berhenti bereaksi. Pada akhir minggu pertama
seorang bayi dapat menganli ibunya dari bau badan dan air susu ibunya. Indra
penciuman bayi akan sangat kuat jika seorang ibu dapat memberikan bayinya
ASI pada waktu tertentu.
Body Warm (Kehangatan Tubuh)
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat lansung
meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses
melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini
memberikan banyak manfaat bagi ibu maupun si bayi kontak kulit agar bayi
tetap hangat.
Voice (Suara)
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-massing orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa tenag
karena merasa bayinya baik (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam
Rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara dan
12
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu
terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari Rahim yang
melekat pada telinga. Banyak penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru
lahir bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan
sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-
suara tertentu daripada yang lain. Contohnya, suara detak jantung ibu.
Entrainment (gaya Bahasa)
BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa atinya
perkembangan bayi dalam bahsa dipengaruhi, diatur jauh sebelum ia
menggunakan Bahasa dalam berkomunikasi (komunikasi yang positif).
Biorhytmicity (Irama Kehidupan)
Janin dalam Rahim dikatakan dapat menyesuaikan dengan irama alamiah
ibunya seperti halnya detak jantung. Salah satu tugas bayi setelahnya ialah
menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini
denganmemberikan perawatan penuh kasih sayang yang secara konsisten dan
dengan menggunakan tanda bahaya untuk mengembangkan respon bayi dan
interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
13
g. Pendampingan pada ibu selama kala IV.
h. Nutrisi dan dukungan emosional.
14
2. Cukupi waktu tidur
Pastikan waktu tidur Anda tercukupi dengan baik. Manfaatkan waktu tidur Si Kecil untuk
Anda tidur. Jika ia terbangun di malam hari karena mengompol dan Anda masih butuh
tidur untuk memulihkan tenaga, jangan ragu meminta bantuan pasangan untuk mengganti
popok Si Kecil dan menjaganya sejenak.
3. Konsumsi makanan bernutrisi dan olahraga secara rutin
Untuk mengatasi baby blues, Anda disarankan untuk berolahraga secara rutin. Olahraga
tidak hanya dapat mengalihkan perhatian dan kekhawatiran yang Anda rasakan, tapi juga
meningkatkan suasana hati dan kualitas tidur. Apabila tidak sempat berolahraga,
konsumsi makanan sehat juga bisa membantu Anda mengontrol mood.
4. Curhat dengan orang terdekat
Untuk meredakan gejala baby blues dan menemukan solusi terbaik, Anda bisa bertukar
cerita dengan ibu baru lainnya atau orang terdekat mengenai perasaan yang Anda alami.
Dengan begitu, beban pikiran Anda pun bisa terasa ringan.
2 Psikosis pasca melahirkan , Gangguan jenis ini merupakan yang paling serius. Biasanya
penderitanya akan mengalami delusi, halusinasi dengan mendengar hal-hal yang tidak ada.
Terkait dengan gangguan mood seperti depresi dan bipolar. Meski tidak banyak terjadi kasus
seperti ini, tetapi hal ini harus disadari oleh setiap orang sebagai bentuk antisipasi. Kondisi ini
biasanya terjadi dalam waktu 3 minggu setelah melahirkan.
Gejalanya berupa gangguan tidur dan perubahan suasana hati. Ibu dengan gangguan
psikologis ini biasanya berpikiran untuk menyakiti bayinya. Gangguan psikologis ini harus
segera ditangani, jika tidak kemungkinan untuk kambuh kembali sangat tinggi bahkan di
kelahiran anak-anak berikutnya.
Penanganan Pertama :
1. Jika mengalami perubahan suasana hati dan merasa tertekan selama berhari hari segera
minta bantuan orang terdekat ,
2. Minta bantuan kepada ahli psikolog
3. Lakukan relaksasi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapathidup, dari dalam
uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Persalinanmerupakan proses alamiah,
dimana terjadi dilatasi servix, lahirnya bayi, danplasenta dari rahim ibu, sejumlah
perubahan-perubahan fisiologi terjadi pada ibuselama proses persalinan. Sangat penting bagi
bidan untuk memahamiperubahan-perubahan ini agar dapat mengartikan tanda-tanda dan
gejalapersalinan nnormal dan abnormal.Sejumlah perubahan psikologis yang normal akan
terjadi selamapersalinan,hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang
dapatdilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepatmengintreprestasikan
tanda-tanda,gejala tertentu dan penemuan perubahan fisikdan laboratorium apakah normal
apa tidak pada setiap kala
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini maka ada beberapa saran yang harus diperhatikan,
diantaranya :
1. Makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi kedepannya
2. Setelah membaca serta mengerti isi dari makalah tersebut, pembaca diharapkan bisa
menambah ilmu pengetahuan yang belum diketahui
3. Diusahakan mengambil teori dari ahli maksilal tahun 2010
4. Tidak perlu mengambil terlalu banyak teori dari para ahli, cukup hanya dua tapi isinya
jelas dan detail.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/32411861/ADAPTASI_FISIOLOGI_PSIKOLOGI_PERSALINAN
http://bidanbasilahsilmi.blogspot.co.id/2014/10/inc-perubahan-psikologis-kala-i-ii-iii.html
https://dewimasitoh66.wordpress.com/2015/05/06/perubahan-psikologis-wanita-pada-saat-
persalinan/kartono.
https://id.scribd.com/document/356606133/Perubahan-Psikologis-Pada-Kala-i-II-III-IV
17