Anda di halaman 1dari 11

Assalamuaikum Wr Wb

Alhamdulilahi rabbil ‘alamin, Was sholatu wassalamu ‘ala, Asyrofil ambiyaa iwal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin, Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain. Ama ba’du

Para Pendengar dimanapun berada yang dirahmati Allah

Tema kajian kita kali ini yaitu hablum minallah wa hablum minannas

Ada hablumminallah ada hablumminannas semua habluminannas harus karena


hablumminnallah supaya jadi amal sholeh. Dalam bergaul dengan manusia kita gunakan
rumus 2 B 2 L karna setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan kalo kita salah
menyikapinya kelebihan maka kelebihan orang membuat kita dengki kekurangan orang
membuat kita sombong. Seharusnya kelebihan dan kekurangan orang lain jadi ladang bagi kita
ladang ilmu ladang amal ladang peningkatan kualitas kita..

Apa 2 b 2 L.. B nang pertama bila kita betamuan lawan urang maka nang harus kita lakukan
adalah berani mengakui kelebihan jasa dan kebaikan orang kalau kita berani mengakui
kelebihan orang maka kelebihan orang tersebut akan mudah menjadi bagian dari kelebihan
diri kita kalau kita senang mengingat jasa dan kebaikan orang hati jadi bahagia karna
termasuk syukur..

Asykarukum lillah asykarukum linnas .. orang yang paling bersyukur kepada allah adalah
orang paling tau terima kasih oleh karna itu nikmatilah kelebihan orang sebagai ladang agar
kita menjadi lebih baik nikmatilah jasa baik orang sebagai kita bersyurkur bahayanya adalah
dengki orang dengki ni berusaha menjatuhkan orang itu adalah keburukan

B yg ke dua adalah bijak terhadap kekurangan dan kesalalahan orang lain siapa manusia tanpa
kesalahan selain rasul . kita ni gudang kesalahan. Apa yang kita handaki diwaktu kita
melakukan kesalahan? Kehandak kita pasti orang lain bersikap bijak terhadap kita. orang lain
menyikapi kesalahan kita tidak emosional bahkan membantu kita agar memperbaiki diri maka
yang kedua ini kita melihat kekurangan orang kita harus bersyukur bukan kita yang
mempunyai kekurangan itu yang kedua kita harus berani menempatkan diri membantu orang
yg salah jadi bisa memperbaiki diri. bila ia berbuat nang kd baik kita dapat pelajaran supaya
kada menggawi keburukan yg sama. Dia menghina kita tau rasanya dihina maka jangan
pernah menghina orang lain dan ladang memaafkan. Ladang mendoakan kebaikan

Idfaq bilati hiya akhsan tolak keburukan dengan cara lebih baik

L = lihat kekurangan dan kesalahan diri karena apa..karena kita tidak terancam oleh dosa
orang lain yg mengancam kita adalah dosa dan kekurangan kita akui dan tidak kita perbaiki
oleh karena itulah dalam bergaul ni kalau kita melihat orang salah kita harus berani melihat
aah jangan jangan ini salah saya.. semakin kita berani melihat kekurangan diri semakin
berpeluang kita memperbaiki diri semakin kita memperbaiki diri insyaallah kita bisa
memperbaiki yang lain

L = lupakan jasa dan kebaikan diri semakin kita melupakan jasa kebaikan kita semakin nyaman
hidup kita semakin kita menuntut di akui di hormati di hargai kita tidak bahagia dan
ketahuilah kalau kita berbuat baik terhadap orang sebetulnya yang paling beruntung adalah
kita kalau kita sedekah itu sebetulnya sudah rezeki dia kita dijadikan jalan. Dengan dijadikan
jalan aja sudah luar biasa karunianya kalau kita menghilangkan rasa berjasa maka jadilah
dicatat amal kita . kalau kita menghilangkan rasa berjasa maka hilang pahalanya .
na’udzubilahiminjalik maka 2 B 2 L ni jadikan coba pegangan kita berani mengakui kelebihan
jasa dan kebaikan orang lain dan kita syukuri bijak terhadap kekurangan dan kesalahan orang
lain lupakan jasa dan kebaikan diri dan lihatlah kekurangan kesalahan diri barang siapa yang
melakukan semua ini dengan ikhlas maka berjumpa dengan siapapun akan meningkatkan
kualitas kita

Di antara sikap taqwa adalah menjaga hubungan baik sesama manusia, karena syariat
memerintahkan menjalin hablum minallah wa hablum minannas. Tentu sebaliknya adalah
sikap aneh, manakala muslimin berbuat onar dan meresahkan orang lain.

Allah berfirman:

‫الذلَّ ُة َأي َْن َما ُث ِقفُو ْا ِإالَّ ِب َحب ٍْل مِّنْ هَّللا ِ َو َحب ٍْل م َِّن‬
ِّ ‫ت َع َلي ِْه ُم‬
ْ ‫ض ُِر َب‬
‫ك ِبَأ َّن ُه ْم‬ ْ ‫ب م َِّن هَّللا ِ َوض ُِر َب‬
َ ِ‫ت َع َلي ِْه ُم ْال َمسْ َك َن ُة َذل‬ ٍ ‫ض‬ ِ ‫ال َّن‬
َ ‫اس َو َبآُؤ وا ِب َغ‬
‫ك ِب َما‬َ ِ‫ون اَأل ِنب َياء ِب َغي ِْر َح ٍّق َذل‬ َ ُ‫ت هَّللا ِ َو َي ْق ُتل‬ َ ‫َكا ُنو ْا َي ْكفُر‬
ِ ‫ُون ِبآ َيا‬
َ ‫صوا َّو َكا ُنو ْا َيعْ َت ُد‬
‫ون‬ َ ‫َع‬
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada
tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir
kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Ali Imran 112).

Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan    harmonis yang akan
membawa kemuliaan dan keselamatan manusia di sisi Allah subhanahu wata’ala, yaitu:

Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah
(ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah.

Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud
amaliyah sosial.

Para Pendengar dimanapun berada yang dirahmati Allah

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah. Namun dalam pengertian
syariah makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-Thabari, Al-
Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam
atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat”.

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan kita kepada Allah,
kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah, dan apakah hak-hak Allah itu?

Hak-hak Allah ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain serta
menjalankan syariat Allah. Misalnya: sholat, puasa, zakat dan sebagainya. Hablum minallah
perwujudannya adalah sosok mu’minin yang taat melaksanakan perintah-perintah Allah,
hidupnya merasa bergantung kepada Allah serta selalu berdoa dan berdzikir karena
mengandalkan pertolongan Allah – wasta’iinuu bishshobri washsholaah. Inilah sosok
mu’minin yang benar-benar menerapkan Hablum minallah.

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain kita
mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah makhluk sosial
yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat
yang menyebutkan tentang perintah mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan    hablum
minannallah namun diiringi juga dengan hablum minannas, antara lain.

21(‫) َوِإ َذا َم َّس ُه ْال َخ ْي ُر َم ُنوعًا‬20( ‫) ِإ َذا َم َّس ُه ال َّشرُّ َج ُزوعًا‬19( ‫ان ُخل َِق َهلُوعًا‬َ ‫ِإنَّ اِإْل ْن َس‬
َ ‫ِين فِي َأ‬
24( ‫مْوال ِِه ْم َح ٌّق َمعْ لُو ٌم‬ َ ‫) َوالَّذ‬23( ‫ُون‬
َ ‫صاَل ت ِِه ْم دَاِئم‬ َ ‫) الَّذ‬22( ‫ين‬
َ ‫ِين ُه ْم َع َلى‬ َ ‫ِإاَّل ْالم‬
َ ِّ‫ُصل‬

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir (21), Kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya (23), Dan orang-orang yang
dalam hartanya tersedia bagian tertentu (24), Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)“.

Dalam ayat tersebut secara tegas Allah bahwa keluh kesah dan kikir itu telah menjadi sifat bawaan
manusia sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering berkeluh kesah?
Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta kita sering lebih cenderung untuk kikir.

Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut dapat kita hindari? Allah menyebutkan paling
tidak ada dua jalan,

Pertama, mengerjakan shalat (hablum minallah) secara kontinyu, berjamaah dan di masjid.

Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin
(hablum minannas).
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 36 yang berbunyi:

ِ ‫َواعْ ُب ُدو ْا هَّللا َ َوالَ ُت ْش ِر ُكو ْا ِب ِه َش ْيًئ ا َو ِب ْال َوالِدَ ي‬


ِ ‫ْن ِإحْ َسا ًنا َو ِبذِي ْالقُرْ َبى َو ْال َي َتا َمى َو ْال َم َساك‬
‫ِين‬
‫ت َأ ْي َما ُن ُك ْم‬
ْ ‫يل َو َما َم َل َك‬
ِ ‫ْن الس َِّب‬
ِ ‫ب َواب‬
ِ ‫الجن‬
َ ‫ب ِب‬ ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ِ ‫ار ْال ُج ُن‬ِ ‫ار ذِي ْالقُرْ َبى َو ْال َج‬ ِ ‫َو ْال َج‬
‫ان م ُْخ َتاالً َف ُخورً ا‬ َ ‫ِإنَّ هَّللا َ الَ ُيحِبُّ َمن َك‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.”

Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah (hablum minallah)
yang ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada Allah dengan
cara tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dan akhlak terhadap sesama manusia
(hablum minannas) yang ditunjukkan dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua,
karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya.

Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa hablum minallah dan hablum minannas adalah dua sisi
mata uang yang tidak boleh dipisahkan. Itulah kepribadian seorang mu’min yang kaaffah.

Jadi Islam mendorong umatnya agar dalam beragama tidak selalu mementingkan aspek ibadah
mahdhoh saja, akan tetapi Islam juga menganjurkan ibadah sosial, seperti memperhatikan
nasib-nasib orang lemah. Bahkan kalau kita cermati 5 rukun Islam itu adalah merupakan
gabungan antara habluminallah dan hablum minannas, gabungan antara hubungan vertikal
dan horizontal.

Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pertalian antara seorang
hamba dengan Allah, namun pengakuan dan kesaksian tersebut tidaklah cukup tanpa terus
menerus menjaga hubungan baik dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan shalat sebagai
rukun Islam yang kedua. Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan
kepasrahan kita kepada Allah. Kemudian ketaatan tersebut dibuktikan dengan mengerjakan
amaliah sosial yaitu zakat sebagai rukun Islam ke-3. Kemudian dalam rukun Islam yang ke-4
yaitu puasa, kita dilarang makan dan minum sebagai pelajaran bagi kita untuk dapat
merasakan bagaimana rasanya ketika seseorang tidak bisa makan dan minum.

Para Pendengar dimanapun berada yang dirahmati Allah

Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah akan berfirman:

“Wahai anak Adam,…Aku meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberiku makan.”
Si hamba bertanya, “wahai Tuhanku…. bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kau tahu bahwa
hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu tapi engkau tiada memberinya makan?
Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya makan, niscaya engkau akan
menemukan itu disisi-Ku.

“Wahai anak Adam,… Aku meminta minum kepadamu tapi engkau tidak member-Ku minum.”
si hamba menjawab, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu minum
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam.” Allah berfirman, “hamba-Ku si fulan meminta
minum kepadamu tapi engkau tiada memberinya minum. Padahal jika engkau memberinya
minum niscaya akan kau dapati itu disisi-Ku”.

Hadits tersebut secara tidak langsung memerintahkan kita untuk peka terhadap fenomena
sosial. Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang sedang membutuhkan
pertolongan kita baik berupa makanan, minuman, dan lain-lain ataukah kita termasuk orang
yang terlena dengan dunianya sendiri? Kita tenggok kondisi muslimin hari ini, baik di
Indonesia maupun di negeri lain yang membutuhkan pertolongan, bil khusus Palestina yang
masih terzolimin.

Begitulah amalan Islam bukan amalan individu melainkan amalan bersama berjama’ah,
sebagaimana dilaksanakan Rasulullah beserta sahabat-sahabat beliau. Mereka satu ummat,
ummatan wahidah, yang tidak terkotak-kotak oleh madzhab, harokah ataupun wilayah politik.
‫َواعْ َتصِ مُوا ِب َحب ِْل هَّللا ِ َجمِيعًا َوال َت َفرَّ قُوا‬
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu
berfirqoh-firqoh………..”(QS. Al-Baqarah 103).

‫ض َو َف َسا ٌد َك ِبي ٌر‬ ٍ ْ‫ض ُه ْم َأ ْولِ َيا ُء َبع‬


ِ ْ‫ض ِإال َت ْف َعلُوهُ َت ُكنْ ِف ْت َن ٌة فِي األر‬ َ ‫َوالَّذ‬
ُ ْ‫ِين َك َفرُوا َبع‬
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.
Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu,
niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar” (QS. Al-Anfal 73).

Satu hari ketika sedang kumpul dengan para sahabat, baginda Rasulillah shalallaahi ‘alaihi wa
alihi wassallam, bertanya kepada para sahabat,

ُ‫َأ َت ْدر ُْو َن َما ْال ُم ْفلِس‬


sahabat- sahabat sekalian, kalian tahu, siapa sih orang yang bangkrut itu ? orang yang sial,
orang yang tidak beruntung ! siapa mereka ?

bangkrut, sial, tidak beruntung, merugi, kalimat yang kita, mendengarnya saja sudah risih,
apalagi mengalaminya.

Semua kita ingin menghindar dari kebangkrutan, kerugian, kesialan !, nah nabi bertanya itu
kepada    sahabat,    tahu nggak kamu siapa orang yang bangkrut, orang yang sial, orang yang
tidak beruntung !

macam-macamlah jawaban para sahabat ketika itu. Ada yang menjawab :

َ ‫اَ ْل ُم ْفلِسُ ِف ْي َنا َمنْ الَ ِدرْ َه َم َل ُه َوالَ َم َت‬:    ‫َيا َرس ُْول‬
‫اع‬
menurut pendapat kami ya rasul, orang bangkrut, orang sial, orang tidak beruntung itu    man
la dirhama lahu wala    mata’ ,    orang yang tidak punya uang , dan    tidak punya harta,

apalagi macam mau lebaran macam begini, orang yang tidak punya uang dengan orang yang
punya uang, janganlah gaya hidupnya gaya jalannya saja lain,
Uang itu katanya raja !! katanyaa!! …. Lidah yang paling pasih untuk bicara!, “uang”!!,

senjata yang paling ampuh kemedan perang !! , “uang”!!,

urusan macet dibicarakan dengan lidah, bicarakan dengan uang!! Tokcer!..... meriampun tidak
akan bunyi kalau ditutup dengan uang !!. dan begitu seterusnya. Begitu jawaban sebagian
sahabat, dan begitu juga pandangan banyak kita sekarangg ini.

Begitulah memang, bahwa matrealisme, hedonism, menggiring kita untuk menilai seseorang
dari penampilan, maka berpayah-payahlah kita menghabiskan sejumlah dana, untuk
mengurus penampilan ini.

              Pengusaha tidak bonafit kalau    menandatangani kontrak tidak pakai jam tangan rolex,
pulpennya mont blanc,sepatunya wah, mobilnya wah!! Bajunya wah !! dasinya wahh !!
begitulah kebanyakan kita sekarang ini.   

Berpacu menata penampilan. Orang yang bangkrut !!    yang tidak mempunyai itu semua!!
Tidak punya uang, tidak punya harta, hidup Cuma sekedar mengumpulkan keinginan-
keinginan... dan seterusnya.

Mendengar jawaban ini ,Rasul senyum “ ndaa… bukan iitu orang bangkrut, bukan yang tidak
punya uang, bukan yang tidak punya harta….

‫س ِمنْ ُأ َّم ِتي‬


َ ِ‫ِإنَّ ْال ُم ْفل‬
Orang yang bangkrut, yang sial, yang rugi dari golongan umatku sendiri, renungkan ini …
umatkuuu, tidak usah cerita Yahudi, Nasrani, umatku yang akan bangkrut, siapa mereka ?!

َ ‫ َما َيْأ ِتي َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ِب‬،


ِ ‫و‬,َ ‫صالَ ٍة‬
‫و َز َكا ٍة‬,َ ‫ص َي ٍام‬
Yaitu Orang-orang yang besok di hari kiamat ! dia datang menghadap Allah dengan
membawa pahala sholat, Tuhan inilah pahala sholat saya, karena memang di dunia dia tukang
sholat. Ini sholat yang wajib,ini sholat yang sunnah, rawatibnya, nawafilnya

‫ص َي ٍام‬
ِ ‫َو‬
Dia juga datang menghadap Allah dengan membawa pahala puasa, puasa wajib Ramadhan,
puasa sunnah senin kamis, puasa sepuluh hari syawal, puasa Rojab, dan begitu seterusnya

‫َو َز َكا ٍة‬


Dia juga datang    dengan membawa pahala zakat karena di dunia dia juga bayar zakat, suka
shodaqoh dan sesterusnya.

Disatu sisi, dia datang menghadap Allah membawa pahla pahala seluruh ibadahnya , ya
sholat , ya puasa , ya zakat.

Cuma sayaaang kata nabi ! dilain pihak dia datang juga membawa kesalahan!!, kesalahan
apa ??

‫َو َيْأ ِتي َق ْد َش َت َم هٰ َذا‬


Dia juga datang bawa kesalahan, karena waktu hidup dia pernah mencaci maki orang lain

‫َش َت َم هٰ َذا‬
Pernah mencaci maki orang lain !!

‫ف هٰ َذا‬
َ ‫ َو َق َذ‬،
Pernah memfitnah orang lain !!

‫ َوَأ َك َل َما َل هٰ َذا‬،


Pernah memakan harta orang dengan cara yang bathil !!

‫ك َد َم هٰ َذا‬
َ ‫ َو َس َف‬،
Pernah mengalirkan darah orang lain tanpa alasan yang benar !!

Kalau ini yang terjadi!! Bagaimana nasib ?!!


Disatu sisi datang membawa pahala ibadah kepada Allah, dilain sisi datang membawa
kesalahan karena pernah menyakiti orang lain.

Kalau inilah yang terjadi !! makaaa kata nabi, ketika dia sedang asyik…. lapor, Tuhan ini
pahala sholat saya, datang orang lain, sebentar dulu Tuhan, dia memang ahli sholat, tapi saya
pernah dicaci maki di depan orang banyak tanpa alasan yang benar, hancur hati saya, di dunia
saya tidak bisa menuntut dia karena posisinya lebih tinggi, disini saya mau nuntut keadilan. “
Benar orang ini pernah kau caci maki ? , iya Tuhan, “ tanpa salah ? , iya Tuhan, “ Cuma untuk
menunjukkan prestasimu sebagai orang besar, orang berpengaruh, orang berwibawa, enak
saja kau caci maki orang di depan orang banyak”? , iya Tuhan , “ Sini, pahla sholatmu, berikan
kepada orang yang kau caci maki itu, pahla sholatmu, berikan kepada orang yang kau caci
maki itu.

Lalu ..... Tuhan inilah pahla puasa saya, datang lagi orang, sebentar Tuhan, dia memang tukang
puasa, tapi saya pernah difitnahnya, tercoreng arang di dahi, rusak nama saya, hancur privaci
saya, saya ndak bisa kemana-mana lagi dalam hidup ini, saya menuntut keadilan karena di
dunia saya tidak berani, “ Benar kau pernahh fitnah dia ?”, ya Tuhan, “ Kau tahu lidah itu kecil
bentuknya, besar akibatnya, akibat ulahmu memfitnah dia,    hancur namanya, tercoreng arang
di dahinya, kemanapun dia pergi tidak sanggup lagi mengembangkan diri !, ya Tuhan, “Ayo
pahla puasamu , berikan orang yang kau fitnah itu”!

Tuhan ini ini pahala zakat saya, datang lagi orang, Sebentar Tuhan, dia memang bayar zakat,
tapi dia pernah memakan harta saya dengan cara yang zhalim, menggelapi uang negara,
menggelapi uang anak yatim, menggelapi uang wakaf dan lain sebagainya. Di dunia tidak ada
yang bisa menuntut, karena dengan uangnya dia bisa menyumpal hakim, dia bisa beli
keadilan, dia bisa beli hukum. karena kata orang di dunia banyak pengadilan, tapi sulit
mencari keadilan, Pengadilan banyak, keadilan yang sulit, saya menuntut keadilan!! . “ Benar
orang ini pernah kau makan hartanya dengan cara yang zhalim ?”, iya Tuhan, “ Sini pahala
zakatmu kau berikan kepada orang yang kau makan hartanya dengan cara yang zhalim, inilah
nasib

. َ ‫ َق ْب َل َأنْ َي ْق‬،ُ‫ت َح َس َنا ُته‬


‫ضى َما َع َل ْي ِه‬ ْ ‫ َفِإنْ َف ِن َي‬،
Kalau habis sudah pahala ibadahnya, diberikan kepada orang, sedangkan yang menuntut
masih banyak, orang yang dia zhalimi masih banyak, orang yang ia makan hartanya dengan
zhalim masih banyak, orang yang dia fitnah masih banyak.

Apa yang terjadi ?? !

‫ُأخ َِذ ِمنْ َخ َطا َيا ُه ْم‬


Kesalahan dan dosa orang yang dia fitnah, diacaci maki, dia makan hartanya, ! diambil !
diberikan kepadanya, dan pada akhirnya

ُ ُ
ِ ‫ث َّم ط ِر َح فِي ال َّن‬
. ‫ار‬
Diberikanlah dia, dilemparkanlah dia ke neraka. Sudah pahala dipreteli, dosa diberikan pula.

Ini kan bangkrut, ini kan sial namanya, ini kan tidak beruntung namanya. Ibarat orang
dagang, sudah modal habis , tagihan hutang masih datang teruus. Wajar kalau akhirnya kita
terkena perkara !

Oleh karenanya kita melakukan introspeksi ! , evaluasi ! “ sudah baik hubungan kita dengan
Allah di Ramadhan ini, al hamdulillah, mari kita melirik bagaimana hubungan kita dengan
sesama manusia ?. semoga evaluasi ini memberikan sebuah arah yang memperbaiki
habluminallah, dan habluminannas kita, hubungan vertikal dan hubungan horizontal.

Maka tinggalkan perpecahan, mari kita bangun kesatuan umat.

Anda mungkin juga menyukai