Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Diajukan Melengkapi Tugas Mata Kuliah Fisika Dasar Pada Program Studi
Teknik Sipil

Disusun oleh Kelompok 1 :


Nama NIM
1. Yanuar Muftafif 41114010053
2. Alwan Muhammad Naufal 41114010056
3. Andhika Hidayat 41114010081

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
2014
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.


Puju syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Kerena atas
berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan praktikum serta laporan praktikum
Fisika.
Adapun isi dari laporan ini adalah kumpulan dari setiap laporan selama
praktikum berlangsung. Laporan ini merupakan syarat dalam mengontrak mata
kuliah Fisika.
kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen serta staf pengajar mata kuliah fisika yang selalu membimbing dan
mengajari kami dalam melaksanakan praktikum dan dalam menyusun laporan ini.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnan laporan
akhir ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, oleh
karena itu kami mohon maaf sebesar-besarnya untuk kelancaran penyelesaian
laporan ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami
ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat dipergunakan seperlunya.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2014

Kelompok 1

2 | fi s i k a
DAFTAR ISI
SPHEROMETER.....................................................................................................4
Landasan Teori.....................................................................................................5
Pengumpulan Dan Pengolahan Data....................................................................7
Penutup...............................................................................................................11
MODULUS ELASTISITAS..................................................................................12
Landasan Teori...................................................................................................13
Pengumpulan Dan Pengolahan Data..................................................................15
Penutup...............................................................................................................23
BANDUL MATEMATIS......................................................................................24
Pendahuluan.......................................................................................................25
Dasar Teori.........................................................................................................25
Peralatan Dan Cara Kerja...................................................................................27
Analisa Data Dan Pembahasan...........................................................................28
Kesimpulan.........................................................................................................34
TETAPAN GAYA PEGAS DAN PERCEPATAN GRAVITASI........................35
Pendahuluan.......................................................................................................36
Dasar Teori.........................................................................................................36
Peralatan Dan Cara Kerja...................................................................................39
Analisa Data Dan Pembahasan...........................................................................40
Kesimpulan.........................................................................................................45
LENSA...................................................................................................................46
Pendahuluan.......................................................................................................47
Analisis Data......................................................................................................48
Tugas Akhir........................................................................................................52
Kesimpulan.........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................54

3 | fi s i k a
Praktikum Fisika
SPHEROMETER

spherometer 4 | fi s i k a
BAB 1. LANDASAN TEORI

1.1. Dasar Teori


Spherometer merupakan alat untuk
mengukur jejari kelengkungan suatu
permukaan. Biasanya digunakan untuk
mengukur kelengkungan lensa.
Spherometer memiliki 4 kaki, dengan 3
kaki yang permanen dan satu kaki
tengah yang dapat diubah-ubah
ketinggiannya.
Ketelitian spherometer bias mencapai
0,01 mm.
Spherometer digunakan untuk mengukur tebal benda-benda yang tipis dan
mengukur kelengkungan suatu permukaan spheris. Alat ini mempunyai dua
macam skala, yaitu skala utama pada mistar M yang tegak dan skala nonius
pada piringan P yang dapat berputar bersama sekrup putar S. Cara
menentukan harga satu skala nonius sama dengan cara yang digunakan pada
micrometer sekrup.
1.2. Tujuan
- Mengenal dan mempergunakan spherometer
- Mengukur tebal plat gelas dan jari-jari bola
1.3. Alat-alat yang digunakan
- Spherometer
- Alat plas gelas tebal
- Gelas lensa besar
- Gelas tipis dan tebal
- Jangka sorong
- Loupe

spherometer 5 | fi s i k a
1.4 Cara Kerja
1. Tempelkan sehelai kertas pada skrup spherometer, maka lubang-lubang
skrup akan membekan di kertas.
2. Mengukur jarak-jarak lubang kaki terhadap titik pusat skrup, lalu catat.
3. Meletakkan spherometer pada bidang uji, kemudian stel / putar batang
skrup sampai pusat skrup menyentuh plate.
4. Catatlah besarnya kenaikan tersebut.
5. Ulangi percobaan langkah dua sampai dengan langkah empat plate yang
diberikan asisten untuk diuji.

spherometer 6 | fi s i k a
BAB 2. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2.1. Pengumpulan Data

No lensa d (mm) L1 (cm) L2 (cm) L3 (cm)

1 Lensa Cekung Kecil 2,13 2,1 2,1 2,2

2 Lensa Cekung Besar 4,18 2,1 2,1 2,2

3 Lensa Cembung Kecil 3,51 2,3 2,4 2,5

4 Lensa Cembung Besar 4,19 2,3 2,4 2,5

Lensa Cekung

2,1CM
CM

2,1CM
CM
2,1CM
Lensa Cembung
CM

2,3 cm

2,4cm

2,5 cm

spherometer 7 | fi s i k a
2.2. Pengolah Data
2.2.1. Tugas Akhir
1. tebal plat gelas
 Lensa Cekung

¿=√ L1 + L2 + L3
2 2 2

¿=√ 2,1 +2,1 +2,2 =3,7 cm


2 2 2

- Kecil
d 2 + L2
R=
2d

2 2
2,13 +3,7
R=
2 .2,13

R = 4,3 cm

- Besar
2 2
d +L
R=
2d

4,182+ 3,72
R=
2 . 4,18

R = 3,72 cm

 Lensa Cembung
¿=√ L12 + L22+ L32

¿=√ 2,3 + 2,4 +2,5 =4,1 cm


2 2 2

spherometer 8 | fi s i k a
- Kecil

d 2 + L2
R=
2d

3,512 +4,12
R=
2 .3,51

R = 4,2 cm

- Besar

2 2
d +L
R=
2d

4,192+ 4,12
R=
2 . 4,19

R = 4,1 cm

2. Jari-jari lensa

 Lensa Cekung Kecil


X = (R - d)
X = 4,3 – 0,213 = 4,08 cm

 Lensa Cekung Besar


X = (R – d)
X = 3,72 – 0,4 = 3,32 cm

 Lensa Cembung Kecil


X = (R – d)
X = 4,2 – 0,35 = 3,85 sm

 Lensa Cembung Besar


X = (R – d)
X = 4,1 – 0,41 = 3,69 cm

spherometer 9 | fi s i k a
3. Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang
kedua sisinya dibuat sejajar. Jadi lensa-lensa tersebut bukan termasuk
sebagai plan pararel karena ketiga sisi-sisinya tidak sejajar.

4. Kedudukan skrup harus di baca berkali-kali untuk mendapatkan


perhitungan yang lebih akurat, dan karena alat ukur spherometer titik
nolnya tidak selalu di titik nol. Titik nolnya adalah ketika jarum-jarum
tersebut sejajar (untuk menghitung tebal lensa cekung) dan titik nol adalah
ketika jarum tengahnya mengenai lensa (untuk lensa cembung).

5. Kita dapat mengitung besar jarak fokus lensa dengan melakukan


percobaan, seperti melakukan percobaan pada bayangan dari lensa
tersebut.
Atau dengan menggunakan rumus :
R2 = (R – d)2 + r2

spherometer 10 | fi s i k a
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapat dari percobaan yang dilakukan mengenai


Spherometer adalah :
1. Dengan menggunakan Spherometer kita dapat mengukur jari – jari
sebuah bola dan tebal plat gelas.
2. Dalam penggunaan Spherometer di butuhkan ketelitian yang sangat tingi
dan pengulangan pembacaan beberapa kali untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat
3. Hasil dari percobaan ini tidaklah mutlak, karena ada kemungkinan
kesalahan dalam pembacaan data.

3.2 Saran
Harus lebih teliti pada saat pengukuran agar tidak terjadi kesalahan
pada data yang akan dibuat.

spherometer 11 | fi s i k a
Praktikum Fisika
MODULUS ELASTISITAS

Modulus Elastisitas 12 | fi s i k a
BAB 1. LANDASAN TEORI

1.1. Dasar Teori

Tegangan yang
diperlukan untuk
menghasilkan suatu
regangan tertentu
bergantung pada sifat 
benda yang menerima
tegangan tersebut. Perbandingan tegangan terhadap regangan menghasilkan apa
yang disebut modulus elastisitas. Makin besar modulus elastisitas suatu benda
maka makin besar pula tegangan yang diperlukan untuk tiap satu satuan regangan.
Sehingga dapat diktakan bahwa modulus Elastisitas (E) adalah perbandingan
antara tegangan dan regangan :

                                                E = P / e 

                                                E = ( F / A ) / ( DL / L )

                                                E = ( F . L ) / ( DL . A )

dimana : P = tegangan ; e = regangan ; DL = pertambahan panjang ;

L = panjang  awal ; A = luas permukaan yang terkena gaya

Dari rumus dasar tersebut ternyata besar modulus elastisitas sebanding dengan
besarnya gaya F dan panjang L dan berbanding terbalik dengan pertambahan
panjang dan luas benda.

Modulus Elastisitas 13 | fi s i k a
 Untuk yang terjadi pada titik tengah batang, rumusnya adalah :

3 3
B×L B× L
f= =
48 × E × I 4 × E ×b × h3

Dimana : E = Modulus Elastis


b = Lebar Batang
h = tebal batang
L = panjang tumpuan satu ke tumpuan lain
I = momen inersia
1.2. Tujuan
Menentukan modulus elastisitas (E) dari beberapa zat padat dengan
pelenturan.

1.3 Alat dan Bahan


 Kayu tebal dan penggaris
 Tumpuan 2 buah
 Garis rambut
 Papan skala, kaca dan pinggan tempat beban
1.4. Cara Kerja
1. Mengukur panjang batang dari beberapa bahan.
2. Mengukur tebal dan lebar batang.
3. Menimbang masing-masing beban.
4. Mengatur jarak titik tumpu sejauh 80 cm dengan jarak kanan dan kiri
sama.
5. Melakukan batang uji 1 (tipis) dan memberinya beban awal, kemudian
mengukur kelenturan yang dihasilkan lalu catat pada form yang
disediakan.
6. Tambahkan beban uji, lalu catat lagi kedalam form. Lakukan sampai 5
kali percobaan.
7. Lalu lakukan dengan batang 2 (tebal), dengan melakukan hal yang sama
pada poin 4 s/d 6.

Modulus Elastisitas 14 | fi s i k a
BAB 2. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2.1. Pengumpulan Data
Percobaan 1 (kayu 1)
 Lebar batang (b) = 2,44 mm
 Tebal batang (h) = 0,57 mm
 Panjang tumpuan (L) = 800 mm
 Kelenturan awal kayu = 0,4 mm

x y
No Massa (kg) Kelenturan / f = f-fo x.y x2
m (Kg) f
1 0.1 0.2 0.1 0.2 0.02 0.01
2 0.2 0.4 0.2 0.4 0.08 0.04
3 0.3 0.6 0.3 0.6 0.18 0.09
4 0.4 0.8 0.4 0.8 0.32 0.16
5 0.5 1.1 0.5 1.1 0.55 0.25
jumlah 1.5 3.1 1.15 0.55

Percobaan 2 (kayu 2)
 Lebar batang (b) = 1,06 mm
 Tebal batang (h) = 1,06 mm
 Panjang tumpuan (L) = 800 mm
 Kelenturan awal kayu = 0,1 mm

x y
No Massa (kg) Kelenturan / f = f-fo x.y x2
m (Kg) f

1 0.5 0.3 0.5 0.3 0.15 0.25

2 0.6 0.4 0.6 0.4 0.24 0.36

3 0.7 0.5 0.7 0.5 0.35 0.49

4 0.8 0.6 0.8 0.6 0.48 0.64

5 0.9 0.7 0.9 0.7 0.63 0.81

jumlah 3.5 2.5 1.85 2.55

Modulus Elastisitas
15 | fi s i k a
2.3. Pengolahan Data
Tugas Pendahuluan

1. Modulus young adalah elastisitas kekakuan, atau kecendrungan suatu


benda untukberubah sepnjang suatu sumbu ketika gaya yang berlawanan
diberikan sepanjang suatu sumbu ketika gaya yang berlawanan diberikan
sepanjang sumbu tersebut, hal ini dijelaskan sebagai perbandingan
tegangan tekan terhadap tegangan tarik.

2. Dimensi E = [M][L2][L-2][T-2] (satuan = N/m2)


Dimensi I = [M][L2] (satuan = kg.m2)

3. Buktikan rumus!

B L3
F=
4. E .b . h

4. E . b . h
B= 3
L

3 F( 4. E .b . h)
L=
B

B L3
E=
4. F .b . h

B L3
b=
4. F . E . h
3
BL
h=
4. E . b . F

BL 3
E=
4. f . h3 . b

L= √ E ¿ ¿ ¿
3


3
BL
3
h=
E .4 . b . f

Modulus Elastisitas
16 | fi s i k a
Tugas Akhir

Percobaan 1 (kayu 1)
 Lebar batang (b) = 2,44 mm
 Tebal batang (h) = 0,57 mm
 Panjang tumpuan (L) = 800 mm
 Kelenturan awal kayu = 0,4 mm

x y
No Massa (kg) Kelenturan / f = f-fo x.y x2
m (Kg) f
1 0.1 0.2 0.1 0.2 0.02 0.01
2 0.2 0.4 0.2 0.4 0.08 0.04
3 0.3 0.6 0.3 0.6 0.18 0.09
4 0.4 0.8 0.4 0.8 0.32 0.16
5 0.5 1.1 0.5 1.1 0.55 0.25
jumlah 1.5 3.1 1.15 0.55

N . Σ ( x . y )−Σx . Σy 1
b= a= ( Σy−bΣx )
2
N . Σ x −( Σx ) 2
N

5.1,1−1,5.3,1 1
b= 2 a= ( 3,1−1,7. 1,5 )
5.0,55−1,5 5

b=1,7 a=¿ 0,11

3
L
E 1= 3
4 B1b h

3
0,8 2
E 1= 3
=287987846.9 N /m
4.0,1.0,0244 . 0,0057

L3
E 2=
4 B2b h3

0,83
E 2= 3
=143993923.5 N /m 2
4.0,2.0,0244 . 0,0057

17 | fi s i k a
Modulus Elastisitas
3
L
E3 =
4 B 3 b h3

0,8 3 2
E3 = 3
=95995948.97 N /m
4.0,3.0,0244 .0,0057

L3
E 4=
4 B4 b h3

0,83 N
E 4= 3
=71996961.73 2
4.0,4 .0,0244 . 0,0057 m

L3
E5 =
4 B 5 b h3

3
0,8 2
E5 = 3
=57597569.38 N /m
4.0,5.0,0244 .0,0057

18 | fi s i k a
Modulus Elastisitas
Percobaan 2 (kayu 2)
 Lebar batang (b) = 1,06 mm
 Tebal batang (h) = 1,06 mm
 Panjang tumpuan (L) = 800 mm
 Kelenturan awal kayu = 0,1 mm

x y
No Massa (kg) Kelenturan / f = f-fo x.y x2
m (Kg) f
1 0.5 0.3 0.5 0.3 0.15 0.25
2 0.6 0.4 0.6 0.4 0.24 0.36
3 0.7 0.5 0.7 0.5 0.35 0.49
4 0.8 0.6 0.8 0.6 0.48 0.64
5 0.9 0.7 0.9 0.7 0.63 0.81
jumlah 3.5 2.5 1.85 2.55

N . Σ ( x . y )−Σx . Σy 1
b= a= ( Σy−bΣx )
2
N . Σ x −( Σx ) 2
N

5.1,85−3,5.2,5 1
b= 2 a= ( 2,5−1. 3,5 )
5.2,55−3,5 5

b=1 a=¿ -0,2

L3
E 1= 3
4 B1b h

3
0,8
E 1= 3
=20277597,78 N /m2
4.0,5.0,0106 . 0,0106

L3
E 2=
4 B2b h3

0,83
E 2= 3
=16897998,15 N /m 2
4.0,6.0,0106 . 0,0106

19 | fi s i k a
Modulus Elastisitas
3
L
E3 =
4 B 3 b h3

0,8 3 2
E3 = 3
=14483998,41 N /m
4.0,7 .0,0106 .0,0106
3
L
E 4= 3
4 B4 b h

3
0,8
E 4= 3
=12673498,61 N /m2
4.0,8 .0,0106 . 0,0106

L3
E5 =
4 B 5 b h3

0,83
E5 = 3
=11265332,1 N /m2
4.0,9.0,0106 . 0,0106

20 | fi s i k a
Modulus Elastisitas
Grafik antara f dengan beban

Titik koordinat kayu 1


y = a + bx
y = 0,11 + 1,7x

x1 = 0,1 x3 = 0,3
y = a + bx y = a + bx
y = 0,11 + 1,7.0,1 y = 0,11 + 1,7.0,3
y = 0,28 y = 0,62

x2 = 0,2 x4 = 0,4
y = a + bx y = a + bx
y = 0,11 + 1,7.0,2 y = 0,11 + 1,7.0,4
y = 0,45 y = 0,79

x5 = 0,5
y = a + bx
y = 0,11 + 1,7.0,5
y=0,96

kayu 1
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55

21 | fi s i k a
titik koordinat kayu 2
Modulus Elastisitas
y = a + bx
y = -0,2 + 1x

x1 = 0,5
y = a + bx
y = -0,2 + 1.0,5
y = 0,3

x2 = 0,6
y = -0,2 + 1.0,6
y = 0,4

x3 = 0,7
y = -0,2 + 1.0,7
y = 0,5

x4 = 0,8
y = -0,2 + 1.0,8
y = 0,6

x5 = 0,9
y = -0,2 + 1.0,9
y=0,7
kayu 2
0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95

Analisa
Dalam perubahan modulus elastisitas dapat disimpulkan bahwa gaya
elastisitas berbanding lurus dengan beban yang diberikan terhadap benda.

22 | fi s i k a
Modulus Elastisitas
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkn bahwa
modulus elastisitas dapat ditentukan dari beberapa benda padat dengan cara
pelenturan, semakin berat beban semakin lentur dan nilai akan berbeda hasil.

3.2 Saran
Harus lebih teliti pada saat pengukuran agar tidak terjadi kesalahan pada
data yang akan dibuat.

Modulus Elastisitas
23 | fi s i k a
Praktikum Fisika
BANDUL MATEMATIS

Bandul Matematis 24 | fi s i k a
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

                Benda yang dilepas dari suatu tempat di atas tanah akan jatuh.
Hambatan udara akan mempengaruhi percepatan dari benda yang jatuh.
Percepatan yang dialami oleh benda yang jatuh disebabkan oleh gaya gravitasi
bumi atau gaya tarik bumi disebut percepatan gravitasi.
                Berat adalah besar dari gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda.
Berat suatu benda akan berbeda harganya dari satu tempat ke tempat lain
pada permukaan bumi. Berat benda ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain massa dan percepatan gravitasi. Massa tidak tergantung pada
tempat di permukaan bumi maka dapat dikatakan bahwa percepatan
gravitasi bumilah yang berubah antara tempat yang satu dengan yang lain
di permukaan bumi.
                Sehingga dapat disimpulkan bahwa percepatan gravitasi dipengaruhi
oleh jarak suatu tempat dengan pusat bumi dan kemasifan susunan bumi di
tempat tersebut. Ini berarti bahwa besar percepatan gravitasi tidak sama di
setiap tempat.

1.2. Tujuan Praktikum


 Mengukur percepatan gravitasi (g) dengan menggunakan simple
pendulum

BAB II
DASAR TEORI

Bandul adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara bebas
dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang
mempunyai ayunan. Dalam bidang fisika, prinsip ini pertama kali ditemukan pada

Bandul Matematis 25 | fi s i k a
tahun 1602 oleh Galileo Galilei, bahwa perioda (lama gerak osilasi satu ayunan,
T) dipengaruhi oleh panjang tali dan percepatangravitasi mengikuti rumus:

di mana  adalah panjang tali dan  adalah percepatan gravitasi.


Pada mulanya, dibuat tiga asumsi tentang bandul sederhana. Pertama, tali di mana
massa beban berayun adalah tidak bermassa, tidak meregang, dan selalu tetap
Bandul Matematis
tegang. Kedua, massa beban adalah massa titik. Ketiga, gerak terjadi dalam
bidang dua dimensi, yaitu pendulum tidak berayun masuk dan keluar dari bidang.

Gambar 1. Diagram gaya bandul sederhana


       Gambar 1 menunjukkan komponen gaya yang bekerja pada sebuah bandul
sederhana. Perlu diketahui bahwa lintasan bandul membentuk sebuah lingkaran
dan sudut θ diukur dalam radian. Pertimbangkan hukum kedua Newton, F =
ma, di mana Fadalah jumlah gaya-gaya pada benda, m adalah massa, dan aadalah
percepatan sesaat. Karena hanya berkepentingan dengan perubahan kecepatan dan

Bandul Matematis 26 | fi s i k a
karena massa beban dalam lintasan melingkar, maka diterapkan persamaan
Newton untuk sumbu tangensial  saja. Sehingga,
F = -mg sin θ = ma
a = -g sin θ
dimana g adalah percepatan gravitasi di dekat permukaan bumi. Tanda negatif
pada sisi kanan menunjukkan bahwa θ dan aselalu dalam arah yang berlawanan.
Ini masukMatematis
Bandul akal karena ketika bandul berayun lebih jauh ke kiri, diharapkan untuk
kembali lebih cepat ke kanan.
Periode gerak, yaitu waktu untuk osilasi lengkap (bolak-balik) adalah:
T0 = 2π
yang merupakan hukum Huygens untuk periode di atas. Perhatikan bahwa di
bawah pendekatan sudut kecil, periode tidak bergantung pada amplitudo θ 0; ini
adalah perangkatisochronism yang ditemukan Galileo. Jika satuan SI digunakan
(yaitu ukuran dalam meter dan detik), dan dengan asumsi pengukuran adalah
mengambil tempat di permukaan bumi, maka g ≈ 9.81 m/s 2, dan     g/π2 ≈ 1
(nilainya yang pasti 0,994 sampai 3 desimal belakang koma). Jadi atau dalam
kata-kata : di permukaan bumi, panjang bandul (dalam meter) adalah sekitar
seperempat dari kuadrat periode waktu (dalam detik).

BAB III
PERALATAN DAN CARA KERJA

3.1. Alat – alat yang digunakan


- Set alat bandul matematis
- Stopwatch
- Mistar ukur

3.2. Cara kerja

Bandul Matematis 27 | fi s i k a
1. Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali percobaan
dengan panjang tali 30,27,21, dan 18 cm.
2. Memasangkan tali pada ujung penyangga bandul kemudian
memasang beban besar yang diberikan asisten dengan panjang
tali yang telah diberikan.
3. Meberikan simpangan sudut (sepanjang 10 cm) atau 45 derajat.
4. Melepaskan beban tersebut dan membiakan mengayun
sebanyak 20 kai ayunan
5. Catat waktu yang ditempunh seama 20 kai ayunan tersebut
daam form pengambilan data yang sudah diberikan asisten.
6. Catat waktu yang telah terukur kdalam form pengambilan data
7. Meakukan langkah 3 sampai dengan 7 sampai percobaan yang
terakhir yaitu degan panjang ta 18 cm.
8. Melakukan hal yang sama yaitu angkah 1 sampai dengan
langkah 7 dengan mengganti beban yang lebih kecil yang telah
disediakan oleh asisten.

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dan data-data yang diperoleh untuk bandul
matematis maupun fisis kemudian dilakukan analisa data sebagai berikut :

1.       Bagan Pengambilan Data

Bandul Matematis 28 | fi s i k a
a.      Bandul Kecil

NO l (cm) t (dtk) T X (l) Y (T2) X.Y X2

1 30 22,91 1,14 30 1,29 38,70 900

2 27 21,83 1,09 27 1,18 31,86 729

3 24 19,76 0,98 24 0,96 23,04 576

4 21 18,88 0,94 21 0,88 18,48 441

5 18 17,66 0,88 18 0,77 13,86 324

∑ 120 5,08 125,94 2970

Penggambaran grafik menggunakan regresi linear sebagai berikut :


Misalkan persamaan garis  y = bx + a, koefisien-koefisien b dan a dapat
ditentukan:
N . Σ ( x . y )−Σx . Σy 1
b= a= ( Σy−bΣx )
2
N . Σ x −( Σx )
2
N

20.125,94−120.5,08 1
b= =0,0424 a= ( 5,08−0,0424.120 )=−0,0004
20.2970−( 120 )2 20
b=4,24 a=−0,04

maka persamaan garisnya adalah : y = bx + a


y = 0,0424x – 0,0004
percepatan gravitasi pada bandul kecil :
g             =  4 2/b
                =  4 (3,14)2 /(4,24)
                =  9,30meter/detik2

Bandul Matematis 29 | fi s i k a
PERIODE
1.2
f(x) = 0.0223333333333333 x + 0.47
1 R² = 0.97756968641115

0.8
PERIODE

PERIODE
0.6
Linear (PERIODE)
0.4

0.2

0
16 18 20 22 24 26 28 30 32
PANJANG TALI

Gambar: Grafik Bandul Kecil Matematis

b.      Bandul Besar

NO l (cm) t (dtk) T X (l) Y (T2) X.Y X2

1 30 23,15 1,15 30 1,32 39,60 900

2 27 22,03 1,10 27 1,21 32,67 729

3 24 20,11 1,00 24 1,00 24,00 576

4 21 19,23 0,96 21 0,92 19,32 441

5 18 18,16 0,90 18 0,81 14,58 324

∑ 120 5,26 131,17 2970

Penggambaran grafik menggunakan regresi linear sebagai berikut :

Bandul Matematis 30 | fi s i k a
Misalkan persamaan garis  y = bx + a, koefisien-koefisien b dan a dapat
ditentukan:
N . Σ ( x . y )−Σx . Σy 1
b= a= ( Σy−bΣx )
2
N . Σ x −( Σx ) 2
N

20.130,17−120.5,26 1
b= =0,0438 a= ( 5,26−0,0438.120 )=0,0002
20.2970−( 120 )2 20
b=4,38 a=0,02

maka persamaan garisnya adalah : y = bx + a


y = 0,0438x + 0,0002
percepatan gravitasi pada bandul besar :
g             =  4  π 2/b
                =  4 (3,14)2/(4,38)
                =  9,0042 meter/detik2

PERIODE
1.4
1.2
1 f(x) = 0.0213333333333333 x + 0.51
R² = 0.982725527831094
0.8 PERIODE
PERIODE

0.6 Linear (PERIODE)


0.4
0.2
0
16 18 20 22 24 26 28 30 32
PANJANG TAI

Gambar: Grafik Bandul Besar Matematis

Bandul Matematis 31 | fi s i k a
BAB V
TUGAS AKHIR

1. Dengan melihat grafik antara l dan T2, hitunglah besar percepatan grafitasi ditempat
percobaan saudara !
2. Bandingkan hasil saudara peroleh dari rumus (3-1) dengan g yang didapat dari rumus
grafik !
3. Mengapa simpangan yang di berikan harus kecil !
4. Hal – hal apa saja yang menyebabkan kesalahan pada percobaan saudara !
5. Berikan kesimpulan dari percobaan ini !

JAWAB :

1.       Percepatan Gravitasi pada Bandul Kecil :                  


g             =  4 2/b
                =  4 (3,14)2 /(4,24)
                =  9,30meter/detik2

Percepatan Gravitasi pada Bandul Besar :


g             =  4  π 2/b
                =  4 (3,14)2/(4,38)
                =  9,0042 meter/detik2

2.       Dengan menggunakan rumus (3-1)


T = 2    ... ................. (3-1)
g = 4 π²l/T²
Percepatan Gravitasi pada Bandul Kecil :
1.       l  = 30 cm                                                  g  = 9,17m/s2
2.       l  = 27 cm                                                   g  = 9,02m/s2
3.      l  = 24 cm                                                   g  = 9,85m/s2
4.      l  = 21 cm                                                    g  =9,41 m/s2
5.      l  = 18 cm                                                   g  = 9,21 m/s2

Bandul Matematis 32 | fi s i k a
g  = (9,17 + 9,02 + 9,85 + 8,41 + 9,21) / 5 = 9,332 m/s2

Percepatan Gravitasi pada Bandul Besar :


1.       l  = 30 cm                                                  g  = 8,96 m/s2
2.       l  = 27 cm                                                   g  = 8,80 m/s2
3.      l  = 24 cm                                                   g  = 9,46 m/s2
4.      l  = 21 cm                                                    g  = 9,00 m/s2
5.      l  = 18 cm                                                   g  = 8,76 m/s2

g  = (8,96 + 8,80 + 9,46 + 9,00 + 8,76) / 5 = 8,996 m/s2

3.      Agar periode waktu yang di peroleh juga semakin kecil. Karena


simpangan dan periode berbanding lurus, jadi jika simpangan sudutnya
kecil maka periodenya pun akan semakin kecil.
4.      Hal – hal yang mengakibatkan kesalahan dalam percobaan :
- Kurang tepatnya cara melepas bandul sehingga gerakan ayunan menjadi
miring.
- Pengukuran waktu yang kurang tepat, ketika melepas bandul dan menekan
tombol stopwatch.
- Kurang tepatnya pemberian simpangan sudut sesuai yang di tentukan yaitu
sebesar 45o.

5.      Dari hasil percobaan dapat di simpulkan bahwa semakin panjang tali


yang di gunakan untuk menggantungkan bandul maka semakin besar pula
nilai periode dan waktunya. Selain itu, semakin berat beban yang
digunakan, maka semakin cepat percepatan gaya gravitasinya dan begitu
pula dengan periodenya. Karena beban dan gravitasi saling berhubungan
dan tegak lurus.

Bandul Matematis 33 | fi s i k a
BAB VI
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan di atas dapat di simpulkan bahwa semakin panjang tali yang
di gunakan untuk menggantungkan bandul maka semakin besar pula nilai periode
dan waktunya. Selain itu, semakin berat beban yang digunakan, maka semakin
cepat percepatan gaya gravitasinya dan begitu pula dengan periodenya. Karena
beban dan gravitasi saling berhubungan dan tegak lurus.

Apabila sebuah bandul matematis dan bandul fisis digantung kemudian diberi 
simpangan kecil , maka bandul akan berayun dan melakukan gerakan harmonis
sederhana. Dengan dasar gerakan harmonis sederhana ini maka dapat dihitung
besarnya percepatan gravitasi bumi di tempat dimana percobaaan dilakukan
dengan cara mengukur panjang tali dan periode pada bandul matematis. Massa
bandul tidak berpengaruh pada besarnya percepatan gravitasi sedangkan panjang
tali berbanding terbalik dengan kuadrat periode.

Bandul Matematis 34 | fi s i k a
Praktikum Fisika
TETAPAN GAYA PEGAS
DAN PERCEPATAN
GRAVITASI

Pegas dan Percepatan Gravitasi 35 | fi s i k a


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang


  

Gerakan yang terjadi apabila sebuah pegas diberi beban dan diberi simpangan
disebut gerak harmonis. Gerakan harmonis itu terjadi karena dipengaruhi oleh
gaya yang berasal dari pegas. Gaya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor dari besarnya jarak simpangan yang diberikan pada pegas dan oleh
faktor nilai tetapan pegas itu sendiri.
Faktor nilai tetapan pegas ini juga dapat mempengaruhi periode yang dialami oleh
pegas tersebut sehingga juga dapat mempengaruhi frekuensi dari pegas tersebut.
Untuk menentukan nilai dari tetapan pegas tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu cara statis dan cara dinamis.
Dalam praktikum ini cara yang dipakai untuk mencari harga tetapan pegas itu
adalah cara statis.

1.2. Tujuan Praktikum

 Mengungkapkan hokum Hooke untuk sebuah pegas


 Mengukur percepatan gravitasi dengan getaran sebuah pegas

BAB II
DASAR TEORI

Jika sebuah pegas kita gantungkan,


mempunyai konstanta pegas k. Yaitu : Besar gaya
tiappertambahan panjang sebesar satu satuan
panjang. Dengan demikian jika pegas kita
tarikdengan gaya Ftangan maka pada pegas bekerja
gaya pegas Fpegas yamh arahnya
berlawanandengan Ftangan.

Pegas dan Percepatan Gravitasi 36 | fi s i k a


Jadi Fpegas = - gaya oleh tangan pada pegas.
Fpegas = - k x ................................................ 1
(Tanda (-) hanya menunjukkan arah).
Jika digambarkan dalam grafik hubungan antara F dan x sebagai
pertambahan panjang,berupa GARIS LURUS.
Lalu jika pegas diletakkan vertikal lalu dibebani massa M, maka berlaku
hubungan :
Mg = kx ................................................. 2
Yang artinya bahwa gaya pegas F = - kx diimbangi oleh gaya gravitasi
Mg, sehingga massaM tetap dalam keadaan setimbang pada simpangan
pegas x. Jika g, M, dan x dapatdiketahui/diukur, maka konstanta pegas
dapat dihitung. Cara seperti ini disebut cara statis.Jika M tergantung
pada pegas dalam keadaan setimbang, lalu kita simpangkan,
misalnyadengan menarik massa M ke bawah, dan kita lepaskan kembali,
maka pada saat dilepaskanada gaya pegas yang bekerja pada benda,
yang benda bergerak mula-mula ke arah titiksetimbang semula dan
selanjutnya massa M akan bergerak harmonik. Gaya pegas
inimenyebabkan benda mendapat percepatan yang arahnya selalu
menuju ke titik setimbangnyayang diungkapkan dalam persamaan
Ma = -kx .......................................................... 3
Persamaan di atas berlaku jika massa pegas diabaikan. Gerak harmonik
yang dilakukanmassa M mempunyai periode

T = 2π
√ M
k
.......................................................... 4

 Sebenarnya pegas ikut bergerak harmonik, hanya saja bagian yang


dekat dengan massa Mamplitudonya besar sesuai dengan ampitudo
gerak harmonik massa M, tetapi bagian yangjauh dari massa M
mempunyai amplitudo yang kecil, malahan ujung pegas yang jauh
darimassa M merupakan bagian yang tidak ikut bergerak. Dengan
demikian sebenarnya massapegas tidak dapat diabaikan hanya saja
kalau harus diperhitungkan, harga sebagian sajamassa pegas yang perlu

Pegas dan Percepatan Gravitasi 37 | fi s i k a


diperhitungkan, sehingga persamaan 4 dapat dituliskan kembalisebagai
berikut :

T = 2π
√ M
k
= 2π
√ M + M ef
k
........................................ 5

M = massa yang tergantung pada pegas


Mef = massa efektif pegas, yaitu sebagian dari massa pegas yang efektif
bergerak harmonikbersama-sama M. 0 < mef < mpegas . Harga k dan
mef dapat ditentukan dari grafik T2 terhadapM gunakan metode
kwadrat terkecil . Untuk menghitung k dengan cara statis
diperlukanharga g. g dapat ditentukan dengan percobaan getaran zat cair
pada pipa U. Jika zat cair padasalah satu pipa U disimpangkan sejauh x,
dari titik setimbangnya maka beda tinggi zat cairpada kedua kaki pipa U
adalah 2x. Ini menyebabkan sistem tidak seimbang yaitu ada gayayang
menyebabkan seluruh zat cair bergerak harmonik sebesar :

F = -2 x Asg .......................................................... 6

A= Luas penampang kolom zat cair


s = massa jenis zat cair
g = percepatan gravitasisesuai dengan hukum Newton : F = ma
didapatkan ma = -2 Asg ......................................................... 7
m = massa seluruh zat cair
periode getar harmonik adalah

T = 2π
√ 1
2g
....................................................... 8

BAB III

Pegas dan Percepatan Gravitasi 38 | fi s i k a


PERALATAN DAN CARA KERJA

3.1. Alat – alat yang digunakan

- Stopwatch
- Penyangga beban
- Statip
- Pegas
- Mistar ukur

3.2. Cara kerja

A. Hukum Hooke
1. Gantungkan penyangga beban pada pegas dan ukur panjang pegas dan
catat pada form pengambilan data sebagai Lo.
2. Masukan keeping beban pada penyangga beban dan ukur pertambahan
panjangnya dan kemudian hasilnya dicatat pada form pengambilan
data.
3. Tambahkan beban pada ember berturut-turut (sesuai dengan
pengarahan dari asisten) dan ukur masing-masing pertambahan
panjangnya dan catat pada orm pengambilan data.
B. Periode Getaran
1. Pasang beban awal (sesuai dengan instruksi asisten), lalu tarik pegas
kebawah sejauh jarak yang sudah ditentukan.
2. Lepaskan beban dan menghitung sampai 20 kali getaran.
3. Catat waktu yang ditempuh sebanyak 20 kali getaran tersebut dan catat
pada form pengambilan data.
4. Lepaskan beban
5. Menguangi langkah kerja tiap kedua sampai dengan langkah keima
terhadap beban, dengan melakukan penambahan beban sesuai
instruksi.

Pegas dan Percepatan Gravitasi 39 | fi s i k a


BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dan data-data yang diperoleh untuk tetapan
gaya pegas dan percepatan gravitas maupun fisis kemudian dilakukan analisa data
sebagai berikut :

Percobaan I (Hukum Hooke)


Panjang awal Pegas (Lo) = 7,5

NO Massa Panjang X Y X.Y X2


(gr) Pegas (F=m.g)
(L-Lo)

1 50 9,7 2,2 490 1078 4,84

2 100 12,1 4,6 980 4508 21,16

3 150 14,3 6,8 1470 9996 46,24

4 170 15,5 8,0 1666 13328 64,00

5 200 16,8 9,3 1960 1822 86,49

∑ 30,9 6566 47138 222,73

Penggambaran grafik menggunakan regresi linear sebagai berikut :


Misalkan persamaan garis  y = bx + a, koefisien-koefisien b dan a dapat
ditentukan:
N . Σ ( x . y )−Σx . Σy 1
b= a= ( Σy−bΣx )
2
N . Σ x −( Σx ) 2
N

20.47138−30,9.6566 1
b= =211,4 a= ( 6566−211,4.30,9 )=1,687
20.222,73−( 30,9 )2 20

Pegas dan Percepatan Gravitasi 40 | fi s i k a


maka persamaan garisnya adalah : y = bx + a
y = 211,4x + 1,687

Gravitasi Pada Percobaan I


g  =  4 π2b
    =  4 (3,14)2 (211,4)
    =  8337,27

Percobaan II (Getaran Pegas)


Percobaan dilakukan dengan 20 kali getaran

NO Massa Waktu/t Periode/ X Y X.Y X2


(gr) (dtk) T (Massa)
(T2)

1 50 8,79 0,4395 50 0,1931 9,65 2500

2 100 11,27 0,5635 100 0,3175 31,75 10000

3 150 12,61 0,6305 150 0,3975 59,62 22500

4 170 13,41 0,6705 170 04495 76,41 28900

5 200 13,97 0,6985 200 0,4879 97,58 40000

∑ 670 1,8455 275,01 103900

Penggambaran grafik menggunakan regresi linear sebagai berikut :


Misalkan persamaan garis  y = bx + a, koefisien-koefisien b dan a dapat
ditentukan:
N . Σ ( x . y )−Σx . Σy 1
b= a= ( Σy−bΣx )
2
N . Σ x −( Σx )
2
N

Pegas dan Percepatan Gravitasi 41 | fi s i k a


20.257,01−670.1,8455 1
b= =−0,002 a= ( 1,8455+0,002.670 )=0,159
20.103900− (670 )2 20

maka persamaan garisnya adalah : y = bx + a


y = - 0,002x – 0,159

Gravitasi pada Percobaan II


g  =  4 π2b
    =  4 (3,14)2 (-0,002)
    =  -0,007

BAB V
TUGAS AKHIR

1.       Gambarlah grafik antara F (Gaya) dan X (perpanjangan) !


2.       Hitunglah k pada Grafik ini !
3.      Gambarlah grafik antara T2 dan M beban !
4.      Bandingkan antara harga k (point 2) dan k (point 4). Cara mana yang
lebih baik !
5.      Hitunglah harga g pada percobaan II !
6.      Berikan kesimpulan dari percobaan ini !

42 | fi s i k a
JAWAB :
1.       Grafik antara F dan X

GRAFIK ANTARA F DAN X


0.6

0.5

0.4
f
0.3

0.2

0.1

0
40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

2.       Dik : F = 6566
         x = 30,9
Dit : k ..... ?
F             =  k . x
6566     =  k . 30,9
k             =  212,49

Pegas dan Percepatan Gravitasi 43 | fi s i k a


3.      Grafik antara T2 dan M beban

GRAFIK ANTARA T DAN M


0.6

0.5

0.4
f
0.3

0.2

0.1

0
40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

4.      Dik : T = 3,0025
        M = 670
Dit : k ..... ?

                                T2 =    (Mbeban + f Mpegas)


                      (3,0025)2 =    (670 + 0)
                     9,01 =    (670)
                     K    = 2982,8
Lebih baik memakai grafik perbandingan antara F (newton) dan perpanjangan,
karena untuk grafik perbandingan T2 dan Massa ada kemungkinan perbedaan
penarikan pegas dan kesalahan dalam hitungan yang berbeda setiap percobaannya.
5.      Harga G pada percobaan II
Dik : T  =  2,975
          l   =  0,075
Dit  : g ..... ?
T2 =             4 2
(2,975) 2 =             4 (3,14)2
8,85           =             (39,4)
8,85  =
g =             0,334 m/s2

Pegas dan Percepatan Gravitasi 44 | fi s i k a


6.      Kesimpulan :
Dari hasil percobaan yang telah kami peroleh maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa semakin berat beban yang digantungkan pada pegas, maka panjang pegas
akan semakin bertambah dan waktu yang digunakan untuk 20 kali getaran akan
semakin lama.

BAB VI
KESIMPULAN

Dari percobaan dan analisa diatas dapat disimpulkan :


Bahwa semakin berat beban yang digantungkan pada pegas, maka panjang pegas
akan semakin bertambah dan waktu yang digunakan untuk 20 kali getaran akan
semakin lama.
setiap pegas memiliki tetapan yang berbeda yang menunjukan tingkat kekakuan
dari pegas tersebut.
Tapi ada perbedaan antar kita mencari nilai k dari rumus yang data dengan k yang
kita cari denga menggunakan persamaan grafik.
Dari percobaan tersebut dapat juga disimpulkan bahwa penambahan beban
sebanding dengan pertambahan panjang.

Pegas dan Percepatan Gravitasi 45 | fi s i k a


Praktikum Fisika
LENSA

Lensa 46 | fi s i k a
BAB 1. PENDAHULUAN
I. Tujuan Praktikum
-Mempelajari jarak fokus dari lensa positif dan lensa gabungan
-Menentukan indeks bias lensa
-Mempelajari lensa gabungan

II. Alat-alat yang diguakan


-Bangku Optis
-Sumber cahaya
-Lensa Positif dan Negatif
-Layar
-Mistar ukur

III. Teori
A. Lensa sederhana
Hubungan antara jarak benda, bayangan dan fokus lensa tipis memenuhi
persamaan:
1 1 1
+ =
s s' f
Keterangan:
S : Jarak benda terhadap lensa
S’ : Jarak bayangan terhadap lensa
F : Jarak fokus lensa
Adapun jarak fokus lensa sederhana dapat dihitung dengan rumus:
1/f=(n-1)(1/R1-1/R2)
Keterangan:
R1= Jari-jari permukaan pertama lensa
R2= Jari-jari permukaan kedua lensa
N = Indek bias bahan lensa

B. Lensa Gabungan
Lensa gabungan adalah susunan sederhana dengan sumbu-sumbu utama
saling berimpit, lensa gabungan terdiri dari dua lensa tipis. Untuk harga S1
yang terhingga letak bayangan yang terjadi setelah cahaya melalui lensa
ditentukan dengan menggunakan rumus:
1/S1+1/S’1=1/F1
Pada lensa Kedua:
1/S2+1/S2=1/F2
Jarak fokus lensa gabungan ditentukan oleh:
1/F=1/F1+1/F2-d/F1F2

Keterangan:

Lensa 47 | fi s i k a
S1 = Jarak benda terhadap lensa 1
F1 = Jarak fokus lensa 1
S’1= Jarak bayangan karena lensa 1, diukur terhadap lensa 1
S1 = Jarak bayangan karena lensa 1, diukur terhadap lensa 2 berfungsi
benda lensa 2
F2 = Jarak fokus lensa
D = Jarak antara lensa 1 dan lensa 2
F = Jarak fokus lensa gabungan

IV. Cara Kerja


A. Lensa Sederhana
1. Menyusun alat-alat sesuai dengan instruksi dari pembimbing
praktikum, atur jarak sumber cahaya terhadap layar (s+s).
2. Lakukan langkah diatas dengan s+s’ (jarak percobaan)
sebesar 30, 35, 40, 45, dan 50 cm.
3. Carilah bayangan yang nyata (terlihat jelas dan fokus) dengan
menggeser- geser lensanya.
4. Ukur hasil S dan S’. Catat hasil pengamatan di form pengambilan data.
B. Lensa Gabungan
1. Menyusun alat-alat sesuai dengan instruksi dari pembimbing
praktikum.
2. Atur jarak S+S’ sebesar 50cm dan jarak s2 sebesar 20cm
3. Carilah bayangan yang nyata (terlihat jelas dan fokus) dengan
menggeser- geser lensanya.
4. Ukur hasil S1, d, S1 dan S2. Catat hasil pengamatan di form
pengambilan data.

Analisis data
1. Percobaan Cembung lambang (+)

No S+S' S S'
1 30 6,4 23,6
2 35 5,9 29,1
3 40 5,8 34,2
4 45 5,7 39,3
5 50 5,6 44,4

X Y
No X.Y X.X
S+S' (CM) S.S' (CM)
1 30 151,04 4531,2 900
2 35 171,69 6009,15 1225
3 40 198,36 7934,4 1600
4 45 224,01 10080,45 2025
5 50 248,64 12432 2500
Lensa 48 | fi s i k a
∑ 200 993,74 40987,2 8250
2. Percobaan Lensa Gabungan

No S1 S2 d S1' S2'
1 6,5 20 13,5 43,5 30
V. Tugas Pendahuluan
1. Lukiskan jalannya cahaya dari sebuah benda di depan lensa positif maupun
negatif.
2. Apakah keuntungan dengan memakai lensa gabungan.
3. Sebutkan macam-macm aberasi pada lenssa dan jelaskan.
Jawab
1. Lensa Cembung:

Lensa Cekung:

Lensa 49 | fi s i k a
2. keuntungannya pengelihatan lebih kelihatan jelas pembiasan cahaya
menjadi lebih kecil sehingga cahaya yang dilewatkan menjadi fokus.
3. 1.Aberasi Sferis
Adalah gejala kesalahan terbentuknya bayangan yang diakibatkan
pengaruh kelengkungan lensa atau cermin. Aberasi semacam ini akan
menghasilkan bayangan yang tidak memenuhi hukum-hukum
pemantulan atau pembiasan. Pembentukan bayangan pada lensa tipis
sejauh ini adalah pembentukan bayangan oleh sinar-sinar paraksial atau
sinar-sinar yang dekat dengan sumbu utama lensa sehingga bayangan
yang terbentuk terkesan sangat jelas dan tajam. Pada kenyataannya,
bayangan yang dibentuk oleh lensa tidak selalu tajam, bahkan bisa saja
terlihat kabur (buram). Cacat bayangan seperti ini disebabkan oleh
berkas sinar yang jauh dari sumbu utama tidak dibiaskan sebagaimana
yang diharapkan. Berkas sinar sejajar yang jauh dari sumbu utama
dibiaskan lensa tidak tepat di fokus utama, tetapi cenderung untuk
mendekati pusat optik (Gambar). Semakin jauh dari sumbu utama,
berkas sinar sejajar ini akan semakin mendekati pusat optik lensa. Cacat
inilah yang disebut aberasi sferis. Aberasi ini dapat dihilangkan dengan
mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa atau dengan
lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya
berlainan. Ada dua jenis aberasi Sferis :
a. Aberasi Sferis Aksial
Aberasi sferis aksial menimbulkan ketidakpastian letak bayangan
sepanjang arah sumbu optic
b. Aberasi Sferis lateral
Aberasi lateral menyebabkan kekaburan bayangan titik sumber
sinar berupa bundaran kekaburan pada arah tegak lurus sumbu
optic.
c. Koma
Pada dasarnya, koma sama dengan aberasi sferik yakni sebagai
akibat dari kegagalan lensa dalam membentuk gambar dari sinar
pusat dan sinar-sinar yang melalui daerah yang lebih ke pinggir
lensa pada satu titik. Hanya saja, pada koma sebuah titik benda
akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini
tidak dapat diperbaiki dengan diafragma.
d. Astigmatisme
Sementara  Astigmatisma itu sama dengan koma dalam hal bahwa
koma itu terbentuk akibat penyebaran gambar dari suatu titik pada
suatu bidang yang tegak lurus pada sumbu lensa sedangkan
asigmatisma terbentuk sebagai penyebaran gambar dalam suatu
arah sepanjang sumbu lensa. Dalam ketiga hal tersebut,
gambarnya akan menjadi kabur. Adapun distorsi timbul akibat

Lensa 50 | fi s i k a
dari pembesaran yang berbeda dalam arah yang menjauhi sumbu
lensa; sehingga suatu benda yang tadinya berbentuk garis lurus
akan berubah bentuknya menjadi melengkung.
2. Aberasi Kromatik
Adalah Pembiasan cahaya yang berbeda panjang gelombang pada titik
fokus yang berbeda. Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena
fokus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan
yang terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa. Aberasi kromatik
timbul akibat perbedaan indeks bias lensa untuk panjang gelombang
cahaya yang berbeda; cahaya yang terdiri dari berbagai panjang
gelombang akan mengalami distorsi atau penguraian warna bila melalui
lensa tersebut, dan fokus pun akan berbeda-beda menurut warna dan
panjang gelombang tersebut sehingga terbentuklah gambar sesuai dengan
masing-masing panjang gelombang itu. Ada dua macam aberasi kromatik
:
a. Aberasi kromatik aksial/longitudinal
Perubahan jarak bayangan sesuai dengan indeks bias.
b. Aberasi kromatik lateral
Perubahan aberasi dalam ukuran bayangan.  Untuk menghilangkan
terjadinya aberasi kromatis dipakai lensa flinta dan kaca krown; lensa
kembar ini disebut “ Achromatic double lens”.

3. Aberasi Monokromatik
Aberasi monokromatik  sering juga disebut aberasi tingkat ketiga adalah
aberasi yang terjadi walaupun sistem optik mempunyai lensa dengan
bidang speris yang telah sempurna dan tidak terjadi dispersi cahaya.
Muka gelombang sinar yang datar, setelah melewati kanta akan
berinterferensi dengan muka gelombang sinar di sekitarnya dan menjadi
muka gelombang aberasi yang berbentuk speris. Abersi monokromarik
terbagi menjadi dua :
a. Aberasi defocus
adalah aberasi yang disebabkan karena titik api (en:focal point, foci)
tidak terletak pada titik fokus paraksial sperisnya, disebut juga titik
santir Gauss (en:Gaussian image point). Defokus, disebut
juga wavefront aberration, dimodelkan dengan kesalahan longitudinal
gelombang cahaya yang terjadi karena pergeseran titik api ideal
pada bidang fokal menuju titik api pengamatan pada sumbu optis,
berikut beserta sperisnya (en:radius of curvature) masing-masing yang
bersinggungan pada pusat optis kanta. Sinar yang tidak terfokus pada
titik api ideal akan merambat menuju bidang fokal secara transversal
dan membentuklingkaran gamang yang kita kenal dengan istilah blur.
Aberasi defokus dapat dikurangi dengan membuat sinar insiden

Lensa 51 | fi s i k a
terkolimasi (en:collimated light) dan jarak hiperfokal. Cahaya kurang
terkolimasi pada nilai bukaan kecil
memperbesar interferensi longitudinal gelombang cahaya yang
membias menuju ke titik api, interferensi tersebut akan menimbulkan
gelombang cahaya resultan yang dapat jatuh di luar titik api.
b. Aberasi kurva medan
adalah sebuah aberasi pada sistem optik yang mempunyai bidang
fokal menyerupailingkaran/kurva. Bayangan yang dibentuk oleh lensa
pada layer letaknya tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang
lengkung. Peristiwa ini disebut lengkungan medan atau lengkungan
bidang bayangan.

Tugas Akhir
1. Buatlah grafik antara S S’ terhadap S+S’ dan hitunglah jarak fokusnya dan
kuat lensanya.
2. Hitung indeks bias lensa masing-masing lensa.
3. Berilah kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

Jawab
1.

Lensa 52 | fi s i k a
Jarak fokus:
F Y/ 151,04/3
1 X 0 5,0347
F Y/ 171,69/3
2 X 5 4,9054
F Y/ 198,36/4
3 X 0 4,9590
F Y/ 224,01/4
Kuat 4 X 5 4,9780 Lensa:
FP Y/ 1/P=1/
248,64/5 1/ 0,19862
51 X S'+1/S
0 P=1/6,4+1/23,6
4,9728 3
P 1/P=1/ 1/ 0,20385
2 S'+1/S P=1/5,9+1/29,1 6
P 1/P=1/ 1/ 0,20165
3 S'+1/S P=1/5,8+1/34,2 4
P 1/P=1/ 1/ 0,20088
4 S'+1/S P=1/5,7+1/39,3 4
P 1/P=1/ 1/ 0,20109
5 S'+1/S P=1/5,6+1/44,4 4

2. indeks bias tidak dapat dihitung karena pada saat percobaan jari-jari
lensa tidak diketahui.
3. Jarak dari benda ke lensa (S+) selalu sama walaupun jarak dari benda ke
layar diperbesar. Jarak dari lensa ke benda selalu berubah dalam
pengukuran jarak keadaan bayangan harus terlihat jelas dan nyata.

KESIMPULAN

1. Jarak dari benda ke lensa selalu sama walaupun jarak dari benda ke
layar di perbesar.
2. Jarak dari lensa ke benda selalu berubah.

DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id : contoh laporan praktikum fisika
www.rudinimulyaindustrialengineeringumb.blogspot.com

Lensa 53 | fi s i k a
54 | fi s i k a

Anda mungkin juga menyukai