Anda di halaman 1dari 145

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejalan dengan pergeseran paradigma Rumah Sakit sebagai


layanan publik menjadi Rumah Sakit sebagai layanan publik dan
layanan pasar, maka Rumah Sakit baik Rumah Sakit Umum maupun
Rumah Sakit Khusus harus dikelola secara entepreneur bukan lagi
secara birokratik. Untuk itu Rumah Sakit perlu melakukan perubahan
mendasar sehingga lebih mandiri dan mampu berkembang menjadi
lembaga yang berorientasi terhadap kepuasan pelanggan.
Adanya reformasi pengelolaan Keuangan Negara dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
memberikan angin segar bagi Rumah Sakit untuk pengelolaan yang
lebih baik ke depan. Di dalam pasal 68 dan 69 undang-undang
tersebut, diatur suatu koridor baru dalam pengelolaan keuangan
negara yaitu Badan Layanan Umum atau disingkat BLU. Sebagai aturan
pelaksanaannya, terbitlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. UU nomor 1 tahun 2004 ini mengelompokkan
Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yaitu
suatu instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi

Pokja Tata Kelola Page 1


dan produktivitas.
Dengan menjadi BLUD, suatu Rumah Sakit dapat menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) yaitu pola pengelolaan
keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian
dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
Rumah Sakit yang menerapkan PPK-BLUD dapat lebih leluasa
menentukan keputusan-keputusan strategis dengan memperhatikan
dan menjalankan praktik-praktik bisnis yang sehat, dikelola oleh orang-
orang yang profesional sehingga diharapkan Rumah Sakit mampu
bertahan bahkan bersaing dan/atau mandiri dengan tetap sinergi
dengan program-program pelayanan kesehatan yang ditetapkan
pemerintah.
Untuk dapat menerapkan PPK-BLUD, persyaratan administrasi yang
harus dipenuhi oleh Rumah Sakit sesuai dengan PP 23 tahun 2005
pasal 4 ayat (4) adalah dapat menyajikan dokumen-dokumen sebagai
berikut:
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja
pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat
2. Pola Tata Kelola;
3. Rencana Strategis Bisnis
4. Laporan Keuangan Pokok
5. Standar Pelayanan Minimum (SPM); dan
6. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit
secara independen.
Alur pikir terintegrasi persyaratan administrasi diatas dapat digambarkan

Pokja Tata Kelola Page 2


dalam format Grand Design BLUD sebagai berikut:

Pokja Tata Kelola Page 3


Gambar 1
Alur Pikir Tata Kelola RSUD Lanto Dg Pasewang
Kabupaten Jeneponto

RPJMD RSB
5 THN 5 TH

RKPD RSA
5 TH 5 TH

Proses APBD

RBA DEF

DPA

KONTRAK
KINERJA
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
SPD

LAP. KEU.
NERACA
LRA LAPORAN KINERJA
LAK
Lap. AKTIFITAS
CALK

Penjelasan dari gambar alur pikir grand design BLUD di atas adalah
sebagai berikut:
a. Penyusunan RSB harus sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam hal ini program-
program untuk urusan wajib bidang kesehatan yang disajikan dalam
RSB harus selaras dengan program-program yang dituangkan
dalam RPJMD.

Pokja Tata Kelola Page 4


b. Target pencapaian RSB Rumah Sakit harus sejalan dengan
rencana pencapaian SPM Rumah Sakit baik dalam penyediaan
sumberdaya, jenis dan jumlah layanan maupun mutu layanan yang
hendak dicapai dalam kerangka waktu 5 tahun. Pola pembiayaan
jangka menengah meliputi belanja modal terkait dengan
penyediaan aset Rumah Sakit untuk memenuhi Standar Minimum
aset pelayanan dan belanja barang dan jasa terkait dengan
biaya per unit layanan dikalikan jumlah kunjungan pasien. Di
samping itu juga harus memperhatikan biaya per unit (unit cost)
layanan dan tarif layanan dalam rangka membuat prognosa
pendapatan dan beban lima tahun kedepan.
c. Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Rumah Sakit
harus sejalan dengan RSB dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD). RBA selanjutnya menjadi bagian dari RAPBD untuk
dibahas dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan DPRD
menjadi APBD.
d. Berdasarkan penetapan APBD, disusun Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) sebagai dasar penarikan dana yang bersumber
dari APBD, sekaligus sebagai lampiran kontrak kinerja antara
Direktur Rumah Sakit dengan Kepala Daerah selaku pemilik.

e. Informasi realisasi keuangan Rumah Sakit diproses melalui Sistem


Akuntansi Keuangan sedangkan informasi kinerja diadministrasikan
melalui Sistem Pengumpulan Data Kinerja untuk menghasilkan
output berupa laporan keuangan dan laporan kinerja.
f. Sistem Akuntansi Keuangan harus didukung oleh subsistem-
subsistem antara lain billing system, inventory system, manajemen
aset, Sistem Informasi Manajemen Medical Record

Pokja Tata Kelola Page 5


g. Seluruh proses pengelolaan keuangan Rumah Sakit sebagai
BLUD dikelola berdasarkan Pola Tata Kelola yang baik dengan
berlandaskan prinsip- prinsip transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas,independensi, fairness/kesetaraan (TARIF).
Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, dan pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan, pencegahan dan penyelenggaraan rujukan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena pelayanan
kesehatan sangat terkait dengan hubungan antar manusia, maka
pelayanan di RSUD Lanto Daeng Pasewang harus senantiasa
berorientasi pada kepuasan pelanggan. Oleh karena itu RSUD Lanto
Daeng Pasewang dituntut untuk dapat menerapkan praktik-praktik
bisnis yang sehat yang senantiasa memperhatikan mutu sumber daya
manusianya (brainware), sarana prasarana (hardware), prosedur
kerja (software), net-working dan sistem informasi (infoware) dan
perangkat hatinya (heartware). Pedoman Tata Kelola ini diperlukan
sebagai acuan bagi organ-organ RSUD Lanto Daeng Pasewang
dalam berinteraksi dalam menjalankan peran sebagai penyedia jasa
layanan publik yang diharapkan dapat meningkatkan nilai (value) serta
citra RSUD Lanto Daeng Pasewang dalam jangka panjang.

B. Tujuan Penerapan Tata Kelola

1. Memaksimalkan kinerja pelayanan dengan cara meningkatkan


prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
kemandirian dan kewajaran agar Rumah Sakit memiliki daya saing
yang kuat, baik secara nasional maupun internasional,

Pokja Tata Kelola Page 6


2. Mendorong pengelolaan Rumah Sakit secara profesional,
transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan
kemandirian,
3. Mendorong agar pengelola Rumah Sakit dalam membuat
keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang
tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
terhadap stakeholders,
4. Meningkatkan kontribusi Rumah Sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tingkat daerah
dan nasional.

C. Prinsip-Prinsip Dasar Tata Kelola

1. Transparansi (Transparency)
Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materiil dan relevan mengenai Rumah Sakit. Rumah Sakit akan
menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu
kepada seluruh stakeholders, sehingga pihak-pihak yang
mempunyai keterkaitan dengan Rumah Sakit (kreditur, pemasok,
investor, konsumen dan stakeholders lainnya) mengetahui risiko
yang mungkin terjadi dan keuntungan yang dapat diperoleh dalam
melakukan transaksi dengan Rumah Sakit, sekaligus ikut serta
dalam mekanisme pengawasan terhadap jalannya Rumah Sakit
.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung
jawaban organisasi organ lembaga sehingga pengelolaan lembaga

Pokja Tata Kelola Page 7


dapat terlaksana dengan baik. Dengan terlaksananya prinsip ini,
lembaga akan terhindar dari konflik atau benturan kepentingan peran
sehingga pengelolaan Rumah Sakit terlaksana secara efektif.
Akuntabilitas mencerminkan aplikasi mekanisme sistem internal
checks and balance yang mencakup praktik-praktik yang sehat.
Pejabat Pengelola bertanggung jawab dalam kegiatan
operasional sehari-hari dan Dewan Pengawas mewakili Pemilik
dalam pelaksanaan pengawasan atas jalannya Rumah Sakit.

3. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan Rumah Sakit terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Rumah Sakit memenuhi dan mematuhi
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
di dalamnya pemeliharaan lingkungan hidup, pemenuhan hak-hak
pasien, keselamatan dan kesehatan kerja, dan penghindaran dari
praktik bisnis yang tidak sehat.

4. Kemandirian (Independency)
Yaitu suatu keadaan dimana Rumah Sakit dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Pejabat Pengelola dalam menjalankan tugas-
tugas kepengurusan Rumah Sakit dan Dewas Pengawas dalam
melaksanakan peran pengawasan atas jalannya Rumah Sakit

Pokja Tata Kelola Page 8


bebas dari tekanan ataupun intervensi dari pihak luar, termasuk
Pemerintah sebagai regulator.

5) Kewajaran (Fairness)
Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang- undangan yang berlaku. Hak-hak stakeholders, yang
mencakup masyarakat sekitar tempat usaha Rumah Sakit, pegawai,
pelanggan, pemasok, kreditur dan stakeholders lainnya, dilindungi
dan diberikan perangkat yang layak untuk menuntut jika terjadi
pelanggaran terhadap hak mereka.

D. Sumber Referensi Pola Tata Kelola


1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Peraturan Pemerintah nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
3. Peraturan Menteri Keuangan nomor 109/PMK.05/2007 tentang
Dewan Pengawas Badan Layanan Umum.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2008 tentang Organisasi
Perangkat Daerah
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang
Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah.
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/02/M.PAN/1/2007 Tanggal 25 Januari 2007 tentang
Pedoman Organisasi Satuan Kerja Di Lingkungan Instansi

Pokja Tata Kelola Page 9


Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
772/MENKES/SK/VI/2002 Tanggal 21 Juni 2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Law).
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
631/MENKES/SK/IV/2005 Tanggal 25 April 2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff ByLaws) di
Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. KEP-
117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik-Praktik Good
Corporate Governance (GCG) di Lingkungan BUMN.
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 1 Tahun 2002 Tentang
Pedoman Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit
Daerah.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
631/menkes/sk/iv/2005 Tentang Pedoman Peraturan Internal Staf
Medis (medical staff by laws) di Rumah Sakit.

13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


Nomor: PER/02/M.PAN/1/2007 Tanggal 25 Januari 2007 tentang
Pedoman Organisasi Satuan Kerja Di Lingkungan Instansi
Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
14. Peraturan Daerah Kab. Jeneponto Nomor 41 Tahun 2008
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Lanto
Dg pasewang Kabupaten Jeneponto.

Pokja Tata Kelola Page 10


15. Peraturan Daerah Kab.Jeneponto Nomor 41 Tahun 2008 Tentang
Uraian Tugas RSUD Kab. Jeneponto No……… Tahun…….
Tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg
Pasewang.
16. Peraturan Bupati Jeneponto nomor 39 tahun 2009 tentang tugas
pokok, fungsi dan rincian tugas jabatan struktural RSUD Lanto
Daeng Pasewang
17. SK Direktur Rumah Sakit Daerah Lanto Dg Pasewang Nomor
755/03/RSUD-LDP/JP/VIII/2011 Tentang Penetapan kepala
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Lanto Dg
Pasewang .
18. SK Direktur Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Lanto Dg
Pasewang Nomor : 269/02/RSUD-LDP/JP/AK/VI/2009 Tentang
Pembentukan Komite Medik.
19. SK Direktur Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Lanto Dg
Pasewang Nomor Tentang Pembentukan Komite
Keperawatan.
20. SK Direktur Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Jeneponto
Nomor Tentang Penunjukkan Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
21. SK Direktur Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Lanto Dg
Pasewang Nomor Tentang Pembentukkan Komite Patient
Safety Pada Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang.
22. SK Direktur Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Lanto Dg
Pasewang Nomor Tentang Pengangkatan
Panitia Tender Dan Staf Pengelolah, Tim PHO/F.H.O Pada
RSUD Lanto Dg Pasewang TA. 2011.

Pokja Tata Kelola Page 11


23. Praktik-praktik terbaik (best practices) penerapan etika bisnis
dalam dunia usaha.

E. Perubahan Tata Kelola


Pedoman Tata Kelola merupakan handbook bagi organ Rumah Sakit,
khususnya Pemilik, Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola dalam
pengelolaan dan pengawasan Rumah Sakit menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tanggung jawab sosial,
serta nilai-nilai etika. Pola Tata Kelola RSUD Lanto Dg Pasewang
Kab.Jeneponto ini akan direvisi apabila terjadi perubahan terhadap
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pola tata kelola
rumah sakit sebagaimana disebutkan di atas, serta disesuaikan dengan
fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan organisasi rumah sakit serta
perubahan lingku

Pokja Tata Kelola Page 12


BAB II

STRUKTUR ORGANISASI
DAN URAIAN TUGAS

RSUD Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto sebagai unsur


penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pelayanan
kesehatan, mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan Medis.
b. Penyelenggaraan pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis.
c. Penyelenggaraan pelayanan Rujukan.
d. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan.
e. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan.
f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
g. Penyelenggaraan pelayanan administrasi umum dan keuangan.
h. Penyelenggaraan Kerja Sama.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah


Lanto Dg. Pasewang mempunyai tugas pokok :

a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna


dengan mengutamakan penyembuhan, pemulihan, dan dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
upaya rujukan.
b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan rumah
sakit.
c. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Bupati.
Secara umum struktur organisasi dan uraian tugas RSUD Lanto Dg.
Pasewang sebelum dan sesudah penerapan PPK-BLUD dikelompokkan
sebagai berikut

Pokja Tata Kelola Page 13


1. Struktur organisasi RSUD Kab.Jeneponto setelah penerapan PPK-
BLUD tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi BLUD sebagai
berikut:
a) Dewan Pembina / Dewan Pengawas
b) Direktur
c) Pejabat Ketatausahaan
1) Sub Bagian umum &Kepegawaian
2) Sub Bagian Program
3) Sub Bagian Keuangan
d) Pejabat Teknis
1) Bidang Pelayanan & Asuhan Keperawatan
(a) Seksi Pelayanan & Penunjang Medik
(b) Seksi Keperawatan
2) Bidang Rekam Medik
(a) Seksi Rekam Medik
(b) Seksi Pengawasan dan pelaporan pelayanan medic.
3) Bidang Perencanaan,Pengembangan dan pemeliharaan
(a) Seksi Penyusunan program dan Evaluasi
(b) Seksi Kesehatan Lingkungan sarana & prasarana.
e) Kelompok Jabatan Fungsional
f) Satuan Pengawas Intern (SPI)
g) Staf Medis Fungsional
h) Kelompok Jabatan Fungsional
i) Komite-komite
j) Instalasi

Pokja Tata Kelola Page 14


2. Uraian Tugas
a) Dewan Pengawas
Adalah organ Rumah Sakit yang bertugas melakukan pembinaan
dan pengawasan serta memberikan nasehat kepada Pejabat
Pengelola dalam menjalankan kegiatan pengelolaan Rumah Sakit.
1) Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Bupati dan
melaporkan pelaksanaan tugasnya secara berkala paling sedikit
satu kali dalam satu semester dan sewaktu-waktu bila
diperlukan.
2) Dewan Pengawas berkewajiban untuk :
(a) Mengikuti perkembangan kegiatan BLUD, memberikan
pendapat dan saran kepada Bupati mengenai setiap
masalah yang dianggap penting bagi pengurusan BLUD.
(b) Melaporkan kepada Bupati apabila terjadi gejala
menurunnya kinerja BLUD.
(c) Memberikan nasihat kepada Pejabat Pengelola BLUD
dalam melaksanakan kepengurusan BLUD.
(d) Melaporkan kepada Bupati tentang kinerja BLUD
(e) Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja
3) Dewan Pengawas berhak memperoleh akses atas informasi
tentang Rumah Sakit secara tepat waktu dan lengkap.
4) Dewan Pengawas memiliki Sekretaris Dewan Pengawas yang
dapat menjalankan fungsi kesekretariatan secara memadai.
5) Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
tugas Dewan Pengawas dibebankan kepada Rumah Sakit dan
secara jelas dimuat dalam Rencana Bisnis dan Anggaran
Rumah Sakit.

Pokja Tata Kelola Page 15


6) Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya Dewan
Pengawas mempunyai wewenang untuk :
(a) melihat buku-buku, surat serta dokumen lainnya,
memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan memeriksa
kekayaan Rumah Sakit.
(b) meminta penjelasan dari Pejabat Pengelola atau
pejabat lainnya mengenai segala persoalan yang
menyangkut kepengurusan Rumah Sakit.
(c) meminta Pejabat Pengelola atau pejabat lainnya dengan
sepengetahuan Pejabat Pengelola untuk menghadiri rapat
Dewan Pengawas.
(d) menghadiri rapat Pejabat Pengelola dan
memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal
yang dibicarakan.
(e) memberikan persetujuan atau bantuan kepada
Pejabat Pengelola dalam melakukan perbuatan hukum
tertentu.

b) Direktur
Adalah orang yang bertanggung jawab atas pengelolaan Rumah
Sakit untuk kepentingan dan tujuan Rumah Sakit serta mewakili
Rumah Sakit baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam
melaksanakan pengelolaan BLUD, Pejabat Pengelola bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Dewan Pengawas. Dalam rangka
pelaksanaan tugas sehari-hari Direktur dibantu oleh satu kepala
bagian tata usaha dan tiga kepala bidang yang bertanggungjawab
kepada Direktur yaitu Kepala Bidang Perencanaan & Pengembangan,

Pokja Tata Kelola Page 16


Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan, serta Kepala Bidang
pendidikan & Akreditasi.

Pimpinan memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut :


a) Memimpin dan mengurus rumah sakit sesuai dengan tujuan PPK
BLUD dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna
dan hasil guna.
b) Memelihara, menjaga dan mengelola kekayaan rumah sakit.
c) Mewakili rumah sakit di dalam dan di luar pengadilan.
d) Menetapkan peraturan, pedoman, petunjuk teknis dan prosedur
tetap rumah sakit.
e) Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola
rumah sakit sebagaimana digariskan oleh PPK BLUD.
f) Menetapkan kebijakan operasional rumah sakit.
g) Menyiapkan Rencana Bisnis Strategis dan Rencana Bisnis
Anggaran rumah sakit.
h) Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi
rumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku bagi rumah sakit yang
melaksanakan PPK BLUD.
i) Menetapkan organisasi pendukung dan organisasi pelaksana
dengan uraian tugas masing-masing.
j) Mendelegasikan sebagian kewenangan kepada jajaran di
bawahnya.
k) Mengangkat dan memberhentikan pegawai rumah sakit sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
l) Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
pegawai rumah sakit sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pokja Tata Kelola Page 17


m) Menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala.
n) Mendatangkan ahli, profesional, konsultan atau lembaga
independen manakala diperlukan.
o) Menandatangani perjanjian dengan pihak lain untuk jenis perjanjian
yang bersifat teknis operasional pelayanan.
p) Meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dari Kepala
Bagian Tata Usaha dan Kepala Bidang.
q) Menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional
serta keuangan BLUD.
r) Memberikan penghargaan pegawai, karyawan dan profesional
yang berprestasi tanpa atau dengan sejumlah uang yang besarnya
tidak melebihi ketentuan yang berlaku.
s) Memberikan sanksi yang bersifat mendidik sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
t) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

c) Pejabat Ketatausahaan
Pejabat Ketatausahaan yang bertanggungjawab kepada pimpinan
BLUD (direktur). Pejabat Ketatausahaan dijabat oleh Kepala Bagian
Tata Usaha. Pejabat tersebut berfungsi sebagai penanggung jawab
administrasi dan keuangan rumah sakit, memiliki tugas dan kewajiban
sebagai berikut:
1) Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Bisnis Anggaran.
2) Menyiapkan Daftar Pelaksanaan Anggaran BLUD
3) Melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya.
4) Menyelenggarakan pengelolaan kas.
5) Melakukan pengelolaan utang-piutang.
6) Menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap dan investasi.

Pokja Tata Kelola Page 18


7) Menyelenggarakan Sistem Informasi Manajemen Keuangan.
8) Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
9) Mengkoordinasikan pengelolaan sistem remunerasi, pola tarif dan
pelayanan administrasi keuangan.
10) Mengkoordinasikan pelaksanaan serta pemantauan pelaksanaan
dengan bekerjasama dengan Satuan Pengawas Internal.
11) Menyusun rencana kegiatan di bidang umum dan administrasi
rumah sakit.
12) Melaksanakan kegiatan di bagian umum dan administrasi sesuai
dengan RSB.
13) Memonitor pelaksanaan kegiatan di bidang umum dan
administrasi.
14) Mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidang umum
dan administrasi.
15) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur.

d) Pejabat Teknis dan Fungsional


Pejabat teknis BLUD berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di
bidang/bagian masing-masing yang memiliki tugas dan kewajiban,
(1) Menyusun perencanaan kegiatan teknis di unit kerjanya.
(2) Melaksanakan kegiatan teknis berdasarkan RBA.
(3) Mempertanggungjawabkan kinerja operasional di unit kerjanya.

Pejabat teknis dan fungsional tersebut :


1. Bidang Pendidikan dan Akreditasi, tugas pokok melaksanakan
pendidikan dan akreditasi, Adapun fungsi :
a. Melaksanakan penyusunan dan pembuatan standar prosedur
operasional.

Pokja Tata Kelola Page 19


b. Melaksanakan penyusunan rencana pelatihan bagi tenaga
rumah sakit.
c. Melaksanakan pengembangan profesi tenaga rumah sakit dan
pembinaan tenaga medis dan paramedik.
d. Melaksanakan audit atas pelayanan dan keperawatan.
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi akreditasi.
f. Melaksanakan penelitian tingkat kepuasan pengguna rumah
sakit.
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Pendidikan dan Akreditasi terdiri dari :


1. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penyuluhan
Kesehatan mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan
kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pencapaian
kualitas sumber daya manusia secara professional di bidang
kesehatan. Adapun fungsinya :
a. Membantu pimpinan dalam rencana penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan.
b. Menyusun prioritas dan jumlah tenaga
kesehatan/administrasi yang akan melaksanakan
pendidikan pada setiap tahun dan upaya peningkatan
keterampilan.
c. Mengupayakan mengadakan pelatihan secara periodik dan
berjenjang bagi tenaga kesehatan yang ada sesuai
peruntukan anggaran pendidikan setiap tahun.
d. Ikut serta dalam proses penyusunan kebijakan rumah sakit
dalam bidang peningkatan sumber daya manusia.

Pokja Tata Kelola Page 20


e. Berkoordinasi dan bekerja sama dengan bidang-bidang
yang ada dalam menyelenggarakan program pendidikan
maupun pelatihan bagi tenaga administrasi dan tenaga
lainnya.
f. Senantiasa melaksanakan koordinasi ke tingkat Propinsi
pada instansi terkait khususnya bidang diklat.
g. Membimbing dan mengarahkan manusia dari tiap instansi
pendidikan yang melaksanakan penelitian, praktek
lapangan, magang dan orientasi.
h. Melaorkan setiap perencanaan dan hasil dari tiap
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan
i. Mengagendakan dan mengarsipkan setiap berkas hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
2. Seksi Akreditasi dan Penelitian Kesehatan, mempunyai tugas
pokok mengkoordinasikan kegiatan akreditasi dan penelitian
kesehatan rumah sakit. Adapun fungsinya :
a. Melaksanakan perencanaan, monitoring, evaluasi dan
pengawasan mutu rumah sakit
b. Melaksanakan penelitian dan pengembangan mutu rumah
sakit.
c. Menjaga mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
d. Melaksanakan penilaian standar pelayanan rumah sakit
e. Melaksanakan survey Indeks kepuasan pelayanan rumah
sakit setiap unit pelayanan rumah sakit.
f. Menyusun rencana kegiatan penelitian dan pengembangan
rumah sakit

Pokja Tata Kelola Page 21


g. Melaksanakan kerjasama penelitian dan pengembangan
rumah sakit dengan pihak luar
h. Melakukan koordinasi internal dan eksternal penelitian
rumah sakit
i. Menyusun laporan kegiatan penelitian dan pengembangan
rumah sakit.
j. Membuat evaluasi hasil kinerja penelitian dan
pengembangan rumah sakit
k. Melakukan upaya-upaya dalam rangka penerapan Quality
Assurance Rumah Sakit.
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
2. Bidang Pelayanan dan Keperawatan mempunyai tugas pokok
mengkoordinasikan kegiatan pelayanan medis dan perawatan,
pemantauan dan pengawasan keperawatan. Adapun fungsinya ;
a. Mengkoordinasikan rencana kebutuhan pelayanan medis,
penunjang medis dan peralatan keperawatan.
b. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan
fasilitas pelayanan, kegiatan pelayanan medis, penunjang
medis, dan kegiatan pelayanan keperawatan
c. Melaksanakan koordinasi perencanaan kebutuhan tenaga
pelayanan medis dan keperawatan.
d. Melaksanakan kegiatan perawatan jenazah
e. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan kegiatan
keperawatan
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan direktur.
Bidang Pelayanan dan Keperawatan terdiri dari :

Pokja Tata Kelola Page 22


1. Seksi Pelayanan dan Keperawatan, mempunyai tugas pokok
mengkoordinir, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan SPM
dan SOP.
2. Memberikan motivasi kepada tenaga medis, tenaga
keperawatan dan tenaga penunjang medis untuk meningkatkan
kinerja.
3. Melaksanakan rapat koordinasi dengan kepala unit/instalasi
secara berkala atau sewaktu-waktu bila diperlukan.
4. Melaksanakan koordinasi dengan kepala unit/instalasi untuk
kelancaran pelaksanaan pelayanan rumah sakit.
5. Mengatur jadwal dinas tenaga medis, tenaga keperawatan dan
tenaga penunjang medis.
6. Menanggapi keluhan pasien dan keluarganya mengenai
pelayanan
7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan direktur.
Seksi Rekam Medis, mempunyai tugas pokok mengkoordinir,
emmantau dan mengevaluasi pelaksanaan rekam medis dan
pelaporan. Adapun fungsinya:
a. Menyelenggarakan pengolahan data dan pelaporan kegiatan rumah
sakit.
b. Merencanakan pengadaan cetakan berkas rekam medis.
c. Mengelola rekam medis agar tercapai pelayanan rekam medis selama
24 jam terus menerus.
d. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan SPM dan SOP.
e. Menilai kinerja petugas rekam medis.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan direktur.

e) Komite-Komite Rumah Sakit


Komite-Komite Rumah Sakit terdiri dari: Komite Medik, Komite

Pokja Tata Kelola Page 23


Keperawatan, Komite Patient Safety, dan Komite Pengendalian
Infeksi (Dalin). Komite-Komite Rumah Sakit membantu Direktur atas
pengurusan Rumah Sakit berkaitan dengan pelayanan pasien,
baik jenis, jumlah dan mutu layanan Antar satu komite dengan
komite lainnya dapat saling berkoordinasi untuk menyelesaikan
pelayanan kesehatan yang ada.

(1) Komite Medik


Komite medik adalah kelompok tenaga medik yang
anggotanya terdiri dari para Ketua Staf Medik Fungsional.
(a) Membantu Direktur rumah sakit menyusun standar
pelayanan.
(b) Memantau pelaksanaan standar rumah sakit.
(c) Memantau pelaksanaan tugas tenaga medis.
(d) Meningkatkan program pelayanan medik, penerapan
profesionalisme, dan penerapan etika kedokteran.
(e) Melaksanakan pembinaan terhadap Staf Medis Fungsional.
(2) Komite Keperawatan
Komite Keperawatan bertugas untuk :
(f) Menyusun Standar Operasional Prosedur tindakan
keperawatan.
(g) Menangani masalah etis keperawatan.
(h) Meningkatkan mutu tenaga keperawatan.
(i) Meningkatakan mutu asuhan keperawatan.

(3) Komite Keselamatan Pasien (Patient Safety Committe)


Komite Patient Safety bertugas untuk membantu Direktur
untuk:
(a) Melaksanakan sistem keselamatan pasien
(b) Melaksanakan tujuh langkah menuju keselamatan pasien

Pokja Tata Kelola Page 24


(c) Menerapkan standar keselamatan pasien
(d) Melakukan evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien .

(4) Komite Pengendalian Infeksi (DALIN)


Komite DALIN bertugas membantu Direktur dalam
pengendalian infeksi berupa :
(a) Membuat kebijakan dan prosedur mengenai
pengendalian infeksi.
(b) Mengembangkan, mengimplementasikan dan mengkaji
ICPM (Infection Control Management Plan).
(c) Membuat program pengendalian infeksi secara
komprehensif.
(d) Memberikan masukan mengenai konstruksi bangunan
dan renovasi sesuai dengan kaidah pengendalian infeksi.
(e) Memonitor survailan dan memberikan laporan dan
rekomendasi tindak lanjut.
(f) Penanggulangan kejadian luar biasa.

f) Satuan Pengawas Intern (SPI)


Satuan Pengawas Intern merupakan aparat pengawas intern
keuangan dan operasional Rumah Sakit yang bertanggungjawab
kepada Direktur dengan tugas & kewajiban sebagai berikut :
1. Membantu menciptakan sistem pengendalian intern yang efektif
di rumah sakit dan memastikan bahwa pengendalian intern
tersebut telah dipatuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian intern yang
berlaku serta pelaksanaannya di semua kegiatan, fungsi, dan
program rumah sakit.

Pokja Tata Kelola Page 25


3. Memberikan penilaian dan rekomendasi kepada Direktur agar
kegiatan rumah sakit mengarah pada pencapaian tujuan dan
sasaran secara efektif, efisien dan ekonomis
4. Menciptakan nilai tambah dengan mengidentifikasi peluang-
peluang untuk meningkatkan kehematan, efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan kegiatan di rumah sakit.
5. Membantu direktur dalam melaksanakan pemeriksaan intern
keuangan dan operasional.

BAB III

PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja setiap proses pengelolaan dan sistem manajerial


telah didokumentasikan dalam Prosedur dan Keterapan (Protap) atau
Standard Operating Procedure (SOP). Prosedur dan Ketetapan ini telah
didokumentasikan, disosialisasikan, dan diimplementasikan di setiap
instalasi dan unit kerja lainnya. Dengan adanya prosedur mutu atau SOP
ini diharapkan pelaksanaan atau proses kinerja dan layanan pada setiap

Pokja Tata Kelola Page 26


unit kerja dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan manual mutu.
Dengan prosedur kerja ini pula dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap
pelaksanaan dan hasil kinerja dari setiap proses kinerja.

Prosedur kerja RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto dalam


rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan
kesehatan, pelayanan penunjang kesehatan, maupun pelayanan
manajemen, yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:

1). Prosedur Operasional Standar Pelayanan Kesehatan merupakan inti


kegiatan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan
sesuai harapan banyak pihak, terutama pasien yang bersangkutan.
Prosedur baku pelayanan ditetapkan untuk menghindari kesalahan
dalam penanganan pasien. Prosedur Operasional Standar pelayanan
kesehatan terdiri dari Prosedur Operasional Standar yang tetetapkan
pada Rawat jalan dan rawat inap. Rawat jalan contohnya rawat jalan
gigi dan mulut, KIA/KB, mata, THT, kulit dan kelamin, Anak, Interna,
Syaraf, Poli Umum, Jiwa, dll. Rawat inap terdiri dari rawat inap
penyakit dalam, bayi dan anak, persalinan, Bedah, dll.

2). Prosedur Operasional Standar Pelayanan Penunjang Kesehatan,


merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan kesehatan Rumah Sakit. Ketelitian, keakuratan dan
kelengkapan peralatan penunjang medis menjadi salah satu penentu
kesembuhan pasien.
Prosedur Operasional Standar pelayanan penunjang kesehatan terdiri
dari Prosedur Operasional Standar yang ditetapkan pada radiologi,
laboratorium, dll.

Pokja Tata Kelola Page 27


3). Prosedur Operasional Standar Manajemen memberikan pelayanan
kepada kegiatan pelayanan dan penunjang kesehatan Rumah Sakit
agar seluruh personil yang terlibat dapat menjalankan tugasnya sesuai
dengan uraian tugas yang telah ditetapkan. Untuk itu proses-proses
manajemen harus dijalankan dengan cepat , tepat dan akurat.
Prosedur Operasional Standar manajemen terdiri dari Prosedur
Operasional Standar pada kepegawaian, umum, pelaporan dan rekam
medis, keuangan dll.
Prosedur kerja RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan
kesehatan, pelayanan penunjang kesehatan, maupun pelayanan
manajemen telah ditetapkan oleh Direktur RSUD Lanto Dg Pasewang
Kab. Jeneponto pada tanggal …………
Standar Operasional Prosedur merupakan acuan bagi seluruh insan
RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto dalam melaksanakan
pekerjaan. Acuan pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian vital dalam
pengelolaan RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto dan diharapkan
merupakan suatu standar baku dalam proses bisnis Rumah Sakit sehingga
pelayanan kepada seluruh stakeholder dapat mencapai standar yang
diinginkan.
Tabulasi Standar Operasional dan Prosedur (SOP) dapat dilihat pada
Lampiran .

BAB IV
PENGELOMPOKKAN FUNGSI

Pengelompokkan fungsi menggambarkan pembagian yang


jelas dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang
sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam rangka efektifitas
pencapaian organisasi.

Pokja Tata Kelola Page 28


Dari uraian struktur organisasi RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto
beserta uraian tugasnya sebagaimana disebutkan pada BAB II, dapat
disimpulkan bahwa organisasi Rumah Sakit Lanto Daeng Pasewang
Kabupaten Jeneponto telah dikelompokkan sesuai dengan fungsi yang logis,
sebagai berikut:
1. Dilakukan pemisahan fungsi yang tegas antara Dewan Pengawas dan
Pejabat Pengelola BLUD yang terdiri dari Pemimpin BLUD, Pejabat
Keuangan, dan Pejabat Teknis.
2. Adanya pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas untuk
masing-masing fungsi dalam organisasi.
3. Telah ditetapkan fungsi audit internal di lingkungan Rumah Sakit dengan
membentuk unit organisasi Satuan Pengawas Intern (SPI).
4. Adanya sistem pengendalian intern yang memadai. Hal ini antara lain
tercermin dari adanya kebijakan dan prosedur yang membantu setiap
unit organisasi dalam Rumah Sakit untuk melaksanakan kewajibannya
dan menjamin bahwa tindakan pengendalian telah dilakukan untuk
mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran
organisasi. Kegiatan pengendalian tersebut termasuk serangkaian
kegiatan seperti kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian
terhadap prestasi kerja, pembagian tugas, serta pengamanan terhadap
aset organisasi.

BAB V
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Pokja Tata Kelola Page 29


Pelayanan Rumah Sakit yang harus segera akan memerlukan peran
sumber daya manusia yang handal, karena :

1. Mutu pelayanan akan berada pada pundak mereka;


2. Keberhasilan tergantung pula faktor manusia walaupun dengan
bantuan sarana prasarana, peralatan dan penunjang lainnya;
3. Pada saat kritis yang dapat berfikir dan mengambil keputusan adalah
manusia yang memiliki kemampuan.

Untuk dapat memberikan pelayanan rumah sakit yang demikian perlu


upaya yang serius dalam menangani sumber daya manusia tidak hanya
soal gaji, balas jasa dan jabatan. Akan tetapi lebih dari itu yakni :

KEMAMPUAN
KONDISI
PETUGAS KERJA

PELAYANAN
BERMUTU

KEPERCAYAAN

Gambar 1: Peran Sumber Daya Manusia Rumah Sakit

Faktor manusia harus dibina dan ditingkatkan kemampuannya,


sejalan dengan itu perlu pula dikembangkan kondisi pekerjaan dari
alat sampai aturan yang saling mendukung bagi terciptanya pelayanan
yang bermutu, sebab dengan pelayanan yang bermutu itulah

Pokja Tata Kelola Page 30


kepercayaan akan timbul yang merupakan dasar bagi perkembangan
selanjutnya.
Kemampuan petugas tidak hanya dalam hal pengetahuan saja, tetapi sikap
serta perilaku secara terpadu menjadi pendukung keberhasilan dalam
pelayanan dapat dilihat dalam gambar 2.

PENGETAHUAN SIKAP

PERILAKU

Gambar 2: Kemampuan SDM-RS

Pada gambar 2 memberikan kejelasan tentang perubahan konsep


dari menganggap manusia sebagai alat produksi kepada sumber daya
yang potensial untuk dikembangkan masih perlu secara pasti
ditelusuri, kemudian dipraktekkan secara nyata. Perkembangan itu
sendiri akan terlihat dari segi ‘memandang’ artinya dari segi apa dia
bermanfaat.

B. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit (SDM-RS)

Kompleksitas pelayanan di Rumah Sakit, tercermin juga dari banyaknya


jenis profesi yang secara pokok punya otonomi yang jelas walaupun pada
tingkat pendidikan yang menengah seperti perawat dan Asisten Apoteker,
maka penghargaan dari segi ekonomi keprofesian harus secara seimbang
diselaraskan dengan tujuan umum rumah sakit.

Pokja Tata Kelola Page 31


Sumber Daya Manusia Rumah Sakit yang tentunya bagian dari
keseluruhan SDM di Indonesia yang sedang hangat dibicarakan dan
dikembangkan. Salah satu kompliksitas Rumah Sakit yang jelas adalah
adanya tenaga ahli yang :
1. Banyak jenisnya
2. Banyak jumlahnya
Hal diatas membuat manajemen menjadi unik dan relatif sulit atau
mengandung unsur kompleksitas yang rumit. Sejarah kedokteran dan
kesehatan yang telah secara turun temurun dan alamiah menunjukkan
perlunya :
1. Kerjasama;
2. Saling tergantung;
3. Saling menghormati profesi;
Merupakan modal yang sudah solid dan menguntungkan, walaupun
demikian segi manusia atau sumber daya manusia tetap menantang atau
malah menjadi momok, tergantung pada pemahaman dan upaya yang
sistematis dan tetap konsisten,walaupun ibarat lautan tak akan sepi dari
gelombang, secara global ada 4 komponen yang berperan seperti pada
tabel berikut :

No KOMPONEN URAIAN

1. LINGKUNGAN Meliputi situasi ekonomi, sosial, politik dan


2. ORGANISASI tekhnologi.
Besarnya, struktur, kebijakan, tekhnologi dan
3. INDIVIDU kebiasaan yang ada.
Kemampuan, pengetahuan, kepribadian, tata
4. PEKERJAAN nilai dan harapan.
Tantangan, variasi dan otonomi.

Pokja Tata Kelola Page 32


Tabel 1: Komponen SDM-RS
Keterkaitan keempat komponen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
dapat dilihat pada gambar berikut:

1
2

3 4

Gambar 3: Keterkaitan keempat komponen SDM-RS

Pokja Tata Kelola Page 33


Dalam rangka penanganan Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit
diperlukan adanya 3 komponen penting yang seterusnya harus jadi 4
komponen, yaitu :

PENGEMBANGAN 1.
Pengembangan karier
SUMBER DAYA 2. Pendidikan
berkelanjutan
MANUSIA 3. Peningkatan
kemampuan
4. Proses orientasi
5. Program pembinaan
supervisor

PEMANFAATAN 1. Penyusunan
staf
SUMBER DAYA 2. Penerapan
hadiah
MANUSIA 3. Penilaian
kinerja
4. Hubungan antar
karyawan
5. Grievans sistem
6. Program yang
bermanfaat
7. Penggajian
8. Penerapan pegawai
9. Administrasi.

REKAYASA 1. Rekayasa industri


SUMBER DAYA 2. Pengembangan
organisasi
MANUSIA 3. Perencanaan tenaga
kerja

PENGEMBANGAN 1. Analisis potensial

Pokja Tata Kelola Page 34


POTENSI SUMBER 2. Pengembangan
organisasi
DAYA MANUSIA 3. Wirausaha
4. Penelitian
5. Tim kreatif

GAMBAR 4: Dari 3 komponen menjadi 4 komponen SDM-RS Pada


komponen ke 4 ini, ditekankan pada :

 Peran Sumber Daya Manusia sebagai pokok yang dapat


mengembangkan RS dan faktor lainnya disesuaikan;
 Diperlukan keleluasaan bergerak dalam mengembangkan potensi
baik dalam bekerja atau mengembangkan usaha;
 Manusia sebagai potensi yang harus secara terus menerus
dikembangkan dan ditingkatkan potensinya, potensi itu tidak serta
merta muncul dengan sendirinya.

C. PENGERTIAN
Sumber Daya Manusia akan merupakan aset Rumah Sakit yang penting,
dan merupakan sumber daya yang berperan besar dalam pelayanan
rumah sakit. Penanganan Sumber Daya Manusia penting karena :
1. Mutu pelayanan rumah sakit sangat tergantung dari perilaku SDM;
2. Biaya rumah sakit bisa merupakan pengeluaran yang porsinya
sekitar (30%% - 50%);
3. Kemajuan ilmu dan tekhnologi memerlukan tenaga yang
profesional dan spesialistis.
Dengan demikian pengembangan SDM merupakan kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh institusi rumah sakit, agar pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) SDM-RS sesuai dengan
tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Dengan kegiatan
pengembangan ini, maka diharapkan dapat memperbaiki dan mengatasi

Pokja Tata Kelola Page 35


kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, sesuai
dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi yang digunakan oleh rumah
sakit.
Berpijak pada penjelasan diatas, jelaslah bahwa suatu rumah sakit yang
ingin maju dan bertumbuh, tidak boleh tidak harus melaksanakan
pengembangan SDM-nya secara terus menerus. Hal ini disebabkan
perubahan yang terjadi dalam bidang ilmu dan tekhnologi selalu
berkembang terus, yang perlu dicermati oleh rumah sakit. Agar rumah
sakit tidak ketinggalan atau ditinggalkan oleh perkembangan keadaan
yang bergulir terus itu, maka rumah sakit harus mengikuti perubahan
tersebut sehingga ia dapat selalu behasil memenuhi perkembangan
kebutuhan pelanggan atau konsumen yang menggunakan produk jasa
pelayanan rumah sakit tersebut.

D. MANFAAT
Melalui program pengembangan Sumber Daya Manusia Rumah sakit
maka akan memperoleh beberapa manfaat, sedikitnya ada 7 manfaat
menurut Prof. DR. SP. Siagian adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas kerja;
2. Terwujudnya hubungan kerja yang serasi antar SDM;
3. Mempercepat pengambilan keputusan yang tepat;
4. Meningkatkan semangat dan kegairahan kerja;
5. Pimpinan akan terdorong untuk menggunakan gaya manajemen
partisipatif;
6. Komunikasi akan berjalan lebih efektif;
7. Meningkatkan rasa kekompakan dan suasana kekeluargaan.

Dengan program pengembangan SDM-RS, kekurangan-kekurangan yang


ada akan dapat diatasi sehingga produktivitas kerja di rumah sakit dapat

Pokja Tata Kelola Page 36


meningkat dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Bila sebagian
besar karyawan atau pagawai RS dapat mengikuti pelatihan dalam bidang
pekerjaannya masing-masing, maka diharapkan dari hasil kumpulan
peningkatan produktivitas para karyawan ini akan pula meningkatkan
produktivitas rumah sakit secara lebih nyata.

Manfaat yang dapat diraih dengan pelaksanaan kegiatan pengembangan


Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit (Drs.Gouzali Saydam, Bc.TT,
“Human Resources Management” jilid 2)antara lain adalah :

a. Perusahaan/Rumah sakit akan berkemampuan menyesuaikan diri


dengan kebutuhan sekarang;
b. Perusahaan/Rumah sakit akan mempunyai SDM yang selalu tampil
meyakinkan dalam melaksanakan pekerjaan;
c. Perusahaan/Rumah sakit akan mampu menjawab tantangan
perkembangan keadaan masa depan;
d. Program perusahaan/Rumah sakit akan tidak pernah ketinggalan
dari para pesaingnya;
e. Perusahaan/Rumah sakit dapat meningkatkan prestasi tenaga
kerjanya secara individual maupun kelompok;
f. Mekanisme perusahaan/Rumah sakit lebih fleksibel dan tidak kaku
dalam menggunakan tekhnologi baru;
g. Biaya operasional yang dikeluarkan lebih efisien;
h. Perusahaan/Rumah sakit dapat mempersiapkan
karyawan/pegawainya untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.

II. PERKEMBANGAN JUMLAH SDM

Pokja Tata Kelola Page 37


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di
bidang kesehatan maka tak kalah pentingnya perkembangan sumber
daya manusia khususnya SDM-RS baik dari segi kualitas maupun dari
kuantitas. Oleh karena dengan peralatan yang super canggih-pun yang
dimiliki oleh rumah sakit tidak akan bisa dioperasikan secara maksimal
tanpa keberadaan tenga Sumber Daya Manusia yang Handal, maka dari
itu manajer rumah sakit didalam perencanaan perkembangan sumber
daya manusia tidak hanya terfokus pada kuantitas akan tetapi lebih
mengutamakan kualitas Sumber Daya Manusia yang profesional.
Pemerintah kabupaten Jeneponto menjadikan KESEHATAN sebagai
salah satu PILAR pembangunan dari tiga pilar yang dicanangkan
beberapa tahun yang lalu, oleh karena itu Rumah Sakit adalah salah satu
Institusi pemerintah kabupaten Jeneponto yang melaksanakan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai serta Sumber Daya
Manusia dengan berbagai profesi yang saling bekerja sama untuk
mencapai VISI-nya yaitu menjadi Rumah Sakit terbaik dalam pelayanan
di Sulawesi Selatan bagian Selatan.
RSUD Kabupaten Jeneponto menggunakan beberapa strategi dalam
pengelolaaannya dengan prinsip mendapatkan nilai tambah dari orang-
orang melalui proses pengembangan SDM, meningkatkan budaya
korporasi yang kuat yang diekspresikan dalam pernyataan misi dan nilai
serta diperkuat oleh proses komunikasi, pelatihan dan manajemen kinerja.

JUMLAH KETERANGAN
NO JENIS TENAGA
(ORANG)
1 Dokter Ahli / Spesialis 10 1. Spesialis Penyakit
dalam
2. Spesialis Obgyn
3. Spesialis Bedah

Pokja Tata Kelola Page 38


4. Spesialis THT
5. Spesialis Mata
6. Spesialis Anak
7. Spesialis Syaraf
8. Spesialis Radiologi
9. Spesialis KK
10. Spesialis Jiwa

2 Dokter Umum 24

3 Dokter gigi 5

4 Tenaga keperawatan 155

5 Tenaga kefarmasian 16

6 Tenaga kesehatan 25
masyarakat

7 Tenaga gizi 1

8 Tenaga ketehnisan 27
medis
9 Perawat Gigi 6
10 Tenaga Kebidanan 46
10 Tenaga administrasi
105
Total 420

Tabel 2 : Data Tenaga SDM RSUD Lanto Dg Pasewang Jeneponto


tahun 2010/2011

Sejalan dengan itu peningkatan SDM dalam jumlah yang cukup


memadai merupakan salah satu kebijakan manajemen untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat kabupaten Jeneponto dan
masyarakat kabupaten tetangga yang memilih RSUD Lanto Daeng
Pasewang Kabupaten Jeneponto sebagai tempat yang paling tepat untuk

Pokja Tata Kelola Page 39


mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah SDM disesuaikan dengan
tugas, fungsi dan beban kerja yang ada sehingga operasional rumah sakit
dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Perkembangan jumlah SDM tersedia selama tahun 2010/2011 sebagai


berikut:

No STATUS KEPEGAWAIAN TAHUN KET


2010 2011
1. Pegawai Negeri Sipi 200 204 Meningkat
1,02 %
2. Pegawai Negeri diperbantukan - - Tetap

3. Tenaga Kontrak Pem. daerah - - Tetap

4. Tenaga Administrasi 137 216 Meningkat


2,49 %
Jumlah 337 420 Meningkat
1,25%

Tabel 2 : Perkembangan SDM RSUD Lanto Dg Pasewang Jeneponto


tahun 2010/2011

Pokja Tata Kelola Page 40


III. PERKEMBANGAN KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
(SDM)

NO KUALIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH KET


(ORANG

1. Dokter Umum 24

2. Dokter Spesialis Bedah 1

3. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1

4. Dokter Spesialis Kesehatan Anak 1

5. Dokter Spesialis Obsgyn 1

6. Dokter Spesialis Radiologi 1

7. Dokter Spesialis Jiwa 1

8. Dokter Spesialis Mata 1

9. Dokter Spesialis THT 1

10. Dokter Spesialis Kulit Kelamin 1

Pokja Tata Kelola Page 41


11. Dokter Spesialis Saraf 1

12. Dokter Gigi 5

13. S1 Kep. Profesi Ners 11

14. Sarjana Keperawatan 17

15. Akper / DIII Keperawatan 102

16. D3 Kebidanan 43

17. Perawat Kesehatan (SPK) 23

18. Bidan 3

19. SMK Keperawatan 2

20. D3 kesehatan gigi 4

21. Apoteker 7

22. Sarjana Farmasi 7

23. D3 Farmasi 2

24. S2 Kesehatan Masyarakat 4

25. S1 Kesehatan Masyarakat 19

26. D3 Sanitarian 2

27. S2 Sarjana Administrasi RS 2

28. S2 Manejemen Pembangunan 1

29. D3 Hiperkes 2

30. Fisioterapis 1

31. Radioterapis 9

32. Tekinisi Elektro Medis 5

Pokja Tata Kelola Page 42


33. D3 Analis Kimia 2

34. D3 Analisis Kesehatan 5

35. SMAK 2

36 Perekam Medis 3

37 S1 Manejemen Pembangunan 1

38 S1 Ekonomi 3

39 S1 Administrasi Negara 1

40 SMA 79

41 S1 Sistem Informasi 1

42 S1 Matematika 1

43 S1 Sosial 1

44 D1 Keuangan 2

45 D1 Informatika 3

46 D1 Akuntansi 1

47 S1 Psikologi 1

48 S1 Ekonomi Manejemen 1

49 SMP 4

50 SMK 1

51 SPRG 2

52 D3 gizi 1

Tabel 3. Data jumlah Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)


Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto

Pokja Tata Kelola Page 43


Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

IV. PENGEMBANGAN SDM-RS KABUPATEN JENEPONTO


Pengembangan pengetahuan para SDM itu tentu berkaitan erat
dengan kecerdasan dan intelektual para Karyawan (tenaga SDM).
Mengembangkan pengetahuan para SDM Rumah sakit berarti
meningkatkan kemampuan mereka untuk lebih mengenal dan
memahami :
a. Seluk-beluk pelaksanaan pekerjaan lebih mendalam;
b. Perkembangan Rumah sakit;
c. Sasaran yang akan dicapai;
d. Perlunya kerja sama dalam melaksanakan pekerjaan;
e. Informasi yang disampaikan Rumah sakit;
f. Kesulita—kesulitan yang dihadapi Rumah sakit;
g. Hubungan perusahaan dengan lingkungan;
h. Kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku dalam Rumah sakit;
i. Sistem dan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugas
Rumah sakit;
j. Perilaku karyawan/pegawai yang mendukung dan dituntut oleh
Rumah sakit.

Adapun Manfaat yang dapat diraih dengan pelaksanaan kegiatan


pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit antara
lain adalah :

a. Rumah sakit akan berkemampuan menyesuaikan diri dengan


kebutuhan sekarang;
b. Rumah sakit akan mempunyai SDM yang selalu tampil meyakinkan
dalam melaksanakan pekerjaan;

Pokja Tata Kelola Page 44


c. Rumah sakit akan mampu menjawab tantangan perkembangan
keadaan masa depan;
d. Program Rumah sakit akan tidak pernah ketinggalan dari para
pesaingnya;
e. Rumah sakit dapat meningkatkan prestasi tenaga kerjanya secara
individual maupun kelompok;
f. Mekanisme Rumah sakit lebih fleksibel dan tidak kaku dalam
menggunakan tekhnologi baru;
g. Biaya operasional yang dikeluarkan lebih efisien;
h. Rumah sakit dapat mempersiapkan karyawan/pegawainya untuk
menduduki jabatan yang blebih tinggi.

A. Dasar Penentuan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit.


Sebagai dasar untuk penentuan tenaga Sumber Daya Manusia di
rumah sakit meliputi hal sebagai berikuit :
1. Penentuan kebutuhan secara formal.
Hal ini disesuaikan dengan struktur organisasi rumah sakit yang
dibentuk, dan dapat pula dipergunakan standar tertentu yang telah
ditentukan oleh instansi yang berwenang. Pada patokan struktur
organisasi sebaiknya dianut ‘satu orang satu pekerjaan’, karena
akan memudahkan dalam perhitungan dan kejelasan dalam tugas.
2. Penentuan kebutuhan secara fungsi.
Dasar penentuan kebutuhan seperti ini adalah pelayanan.
Pelayanan jenis apa yang perlu diisi dan selanjutnya apakah ada
pelayanan yang mirip atau tidak.
3. Penentuan kebutuhan secara pekerjaan.

Pokja Tata Kelola Page 45


Dalam hal ini pekerjaan tertentu membutuhkan berapa banyak
tenaga, berapa jenis ketenagaan, berapa beban kerjanya, maka
secara lebih tepat tentu akan perlu analisis jabatan untuk
menentukannya

Bila digambarkan dasar penentuan kebutuhan SDM-RS meliputi gambaran


berikut ini ;

KEBUTUHAN
TENAGA

FORMAL FUNGSI PEKERJAAN

STRUKTUR JENIS ANALISIS


ORGANISASI PELAYANAN JABATAN

SATU PETUGAS KEMIRIPAN BEBAN


SATU PEKERJAAN PELAYANAN KERJA

Pokja Tata Kelola Page 46


Gambar Penentuan kebutuhan SDM-RS

B. Proses penentuan Kebutuhan Sumber Daya Manusia


Proses yang secara bertahap dan terarah harus memperhitungkan
adanya beberapa hal seperti berikut :

1. Kegiatan.
Meliputi kegiatan pelayanan, kegiatan penunjang lainnya yang
secara langsung dibutuhkan, tentunya dengan derajat
kepentingannya masing-masing.

2. Keuangan.
Tentunya pengangkatan tenaga perlu dipertimbangkan dari segi
kemampuan membayar dari rumah sakit, juga secara jelas harus
bisa mempertimbangkan untung dan ruginya mengangkat tenaga
itu.

3. Mutu Pelayanan.
Mutu pelayanan dari segi tehnis medis, efisiensi, keamanan dan
kepuasan pasien harus menjadi pertimbangan yang cukup punya
porsi yang besar, sebab hal ini akan secara jelas mempengaruhi
perkembangan masa kini dan masa datang.

4. Pemasaran.
Segi pemasaran harus pula diantisipasi, sehingga pada saat pasar
itu siap,
maka kita dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan.

Pokja Tata Kelola Page 47


Berikut alur proses penentuan kebutuhan tenaga Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit

RS

FORMAL

FUNGSI BEBAN

Pokja Tata Kelola Page 48


KEBUTUHAN
MUTU KEUANGAN
REALISTIK
PELAYANAN

PEMASARAN
KEBUTUHAN
OPERASIONAL

BURSA
TENAGA YANG
TENAGA KERJA
DIBUTUHKAN

Gambar : Proses Penentuan Kebutuhan SDM-RS

C. PENGADAAN (Rekruitmen) SUMBER DAYA MANUSIA RS


Dokter, Perawat dan tenaga administrasi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Jeneponto adalah terdiri dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS) maupun tenaga profesional non Pegawai Negeri Sipil
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Pola rekruitmen SDM baik tenaga medis, paramedis maupun non
medis pada RSUD Jeneponto adalah sebagai berikut:
1) SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Pokja Tata Kelola Page 49


Pola rekruitmen Sumber Daya Manusia yang berasal dari
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan RSUD Jeneponto
dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis Pengadaan Calon
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Jeneponto, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Pengadaan Calon PNS
b. Pendaftaran
c. Pelaksanaan Ujian
d. Penentuan kelulusan
e. Pengangkatan
f. Pengendalian dan Pengawasan
g. Ketentuan Lain
2) SDM yang berasal dari Tenaga Profesional Non-PNS
Pola rekruitmen SDM yang berasal dari tenaga profesional non-
PNS dilaksanakan sebagai berikut:
a. Rekruitmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi yang
lowong atau adanya perluasan organisasi dan perubahan
pada bidang-bidang yang sangat mendesak yang proses
pengadaannya tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah.
b. Tujuan rekruitmen SDM adalah untuk menjaring SDM yang
profesional, jujur, bertanggung jawab, netral, memiliki
kompetensi sesuai dengan tugas / jabatan yang akan
diduduki, sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan serta
mencegah terjadinya unsur KKN
(kolusi, korupsi, dan nepotisme) dalam rekruitmen SDM.
c. Rekruitmen SDM dilakukan berdasarkan prinsip netral, objektif,
akuntabel, bebas dari KKN, serta terbuka dengan ketentuan:

Pokja Tata Kelola Page 50


1) Setiap Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
dapat mengikuti seleksi tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, agama, ras, golongan, atau daerah.
2) Pengumuman rekruitmen SDM diumumkan secara luas
dengan menggunakan media yang tersedia (internet,
televisi, radio, surat kabar, papan pengumuman, dll) oleh
Panitia Rekruitmen yang ditunjuk oleh Pimpinan Rumah
Sakit dengan memuat persyaratan pelamar, jenis
ketenagaan, kualifikasi pendidikan, jumlah lowongan
jabatan, tujuan lamaran, waktu pendaftaran, dan tempat
pendaftaran.
3) Seleksi dilakukan secara objektif, terbuka dan adil.
4) Hasil ujian diolah dengan komputer.
5) Proses pengangkatan SDM berpegang teguh pada
prinsip kebenaran, tata aturan, objektif, transparan, dan
rasional agar terjaring SDM yang beriman, bertaqwa,
berakhlak mulia, taat beribadah, berwawasan luas,
andal, dan profesional.

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


(RSUD) Lanto daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto Nomor tentang
pola rekruitmen SDM tenaga sukarela sebagai berikut :

1. Mengadakan Analisa kebutuhan tenaga Medis, Paramedis perawatan


dan Non perawatan, tenaga Administrasi serta tenaga Instalasi lainnya
dalam Lingkup RSUD Jeneponto.
2. Membuat pengumuman Pendaftaran Penerimaan Calon tenaga
Sukarela RSUD Jeneponto sesuai dengan kebutuhan (hasil analisa
kebutuhan tenaga).

Pokja Tata Kelola Page 51


3. Menyeleksi Calon tenaga yang telah mendaftarkan diri dengan cara
sebagai berikut :
a. Mengadakan test kesehatan ( terutama bebas NARKOBA)
b. Mengikuti Test tertulis yang diselenggarakan oleh panitia
penerimaan tenaga Sukarela sesuai SK. Direktur RSUD
Jeneponto.
c. Mengikuti test wawancara yang diselenggarakan oleh panitia
penerimaan tenaga sukarela sesuai SK. Direktur RSUD Jeneponto.
d. Panitia mengeluarkan pengumuman hasil test yang telah
dilaksanakan.
4. Bagi peserta yang telah lulus test Wajib menandatangani kontrak kerja
dengan pihak RSUD Jeneponto yang berisi antara lain ;
a. Wajib mematuhi segala peraturan kepegawaian yang berlaku
dalam lingkup RSUD Jeneponto.
b. Tidak akan menuntut segera diangkat menjadi CPNS dan
semacamnya.
c. Tidak akan menuntut Upah, honorarium, Gaji dan semacamnya
selama melaksanakan tugas sebagai tenaga sukarela RSUD
Jeneponto.
5. Menempatkan Tenaga Sukarela yang telah dinyatakan lulus dalam
seleksi pada Unit-unit pelayanan sesuai dengan profesinya.
6. Mengadakan Monitoring, Controling, dan Evaluasi tenaga sukarela
setiap 3 bulan pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan
Berikut ini adalah alur pengadaan Sumber Daya Manusia yang
digambarkan seperti alur berikut :

PELAYANAN ADMINISTRASI

Pokja Tata Kelola Page 52


KEBUTUHAN
SUMBER DAYA
MANUSIA

BURSA
TENAGA ANGGARAN

BAGIAN SUMBER
PILIHAN KEBIJAKAN
DAYA MANUSIA RS
KOMPETISI

PENYEBARLUASAN

SELEKSI

KONTRAK KERJA

Gambar Alur pengadaan SDM- RSUD LANTO Dg. PASEWANG

D. Komponen Pengadaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit.

Komponen pengadaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit yang


penting dan saling terkait dapat disampaikan melalui tabel berikut ini.

Pokja Tata Kelola Page 53


No. KOMPONEN URAIAN

1. KEBUTUHAN SDM Tentang siapa yg membutuhkan,


berklasifikasi apa dan kapan serta
berapa banyak.
2. BAGIAN SDM-RS
Bagian ini berperan dalan menilai
apakah anggaran biaya ada, kebijakan
yg dibuat bursa pegawai di pasaran
3. SELEKSI
dan pilihan kompetisi dari rumah sakit
kita.

Tentang penyebarluasan, cara seleksi


waktu dan penentuan yang lulus, serta
kontrak kerja bagi yang diterima.

Tabel Komponen Pengadaan SDM-RS


Selain dari komponen pengadaan Sumber Daya Manusia diatas juga tak
kalah pentingnya yang perlu dipertimbangkan hal-hal seperti berikut :

1. Kebutuhan realistik.
Adalah kebutuhan yang didasari oleh pertimbangan formal, fungsi dan
beban, juga telah dipertimbangkan formal, fungsi dan beban.
Dipertimbangkan segi keuangan dan mutu pelayanan, maka akan
menggambarkan kebutuhan yang relatif cocok dengan masa kini.

2. Kebutuhan operasional.
Adalah kebutuhan relistik yang telah dikoreksi dengan pandangan
pemasaran yang berorientasi ke masa datang.

Pokja Tata Kelola Page 54


Adapun aturan yang digunakan didalam seleksi pengadaan/perekrutan
Sumber Daya Manusia Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

No KOMPONEN URAIAN
.
1. KEBUTUHAN 1. Bagian yang membutuhkan sebaiknya
mengajukan secara rutin setiap kebutuhan
tenaga,
2. Pengajuan cito bila benar-benar perlu,
3. Kualifikasi petugas, pendidikan, jenis kelamin,
pengalaman harus jelas,
4. Waktu yg tepat dibutuhkan sdm, ditentukan
dgn tepat,
2. BAGIAN SDM 5. Berapa banyak dib utuhkan.

1. Anggaran biaya harus sudah bisa diperkirakan


minimal 3 bulan mendatang,
2. Kebijakan :
 Sdm percobaan 3 bulan
 Sdm tetap setelah 3 tahun
 Kenaikan gaji tiap tahun
 Kenaikan pangkat tiap 2 tahun
 Prestasi merupakan faktor penting
peningkatan gaji dan pangkat
 Disiplin dan perilaku melayani
pegangan pemberian jasamedis/jasa
administrasi.
3. Bursa sdm :
 Kemungkinan banyaknya lulusan
 Kemungkinan banyaknya lamaran
 Persaingan gaji
4. Pilihan kompetisi rs kita :
 Nama baik
 Keunggulan pelayanan
SELEKSI  Keunggulan gaji
 Keunggulan kesejahteraan
 Letak dan centra
1. Penyebarluasan
 Iklan di surat kabar
 Pemberitahuan diradio daerah
 Pengumuman di papan pengumuman
rs
 Pemberitahuan pada karyawan
 Pemberitahuan pada dep.naker

Pokja Tata Kelola Page 55


2. Cara seleksi
 Seleksi administrasi
 Seleksi tertulis
 Seleksi wawancara
 Seleksi praktek
 Psikotes + kesehatan ( check up )
3. Waktu seleksi
 Satu bulan sebelum dibutuhkan
 Dalam satu kali kegiatan seleksi
4. Penentuan yang harus lulus
 Tertulis
 Wawancara
 Praktek
 Dan pertimbangan lain dari pimpinan
RS
5. Kontrak kerja
 Penjelasan kontrak kerja
 Penandatanganan kontrak

Tabel Aturan pengadaan/seleksi penerimaan SDM RS

E. PENGEMBANGAN KARIER SDM-RS


Pengembangan karier merupakan salah satu komponen dalam
pengembangan SDM. Pengembangan karier merupakan proses dan
kegiatan mempersiapkan seorang karyawan/pegawai untuk menduduki
jabatan dalam organisasi atau perusahaan, yang akan dilakukan dimasa
datang. Dengan pengembangan tersebut tercakup pengertian bahwa
perusahaan/organisasi atau manajer SDM tersebut telah menyusun
perencanaan sebelumnya tentang cara-cara yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan karier karyawan selama ia bekerja.
Pengembangan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit diperlukan dalam
rangka :

1. Peningkatan kebutuhan masyarakat, akan pelayanan yang


selalu meningkat.

Pokja Tata Kelola Page 56


2. Kemajuan Rumah Sakit harus terus berkembang agar bisa
terus bertahan
3. Kemajuan ilmu kedokteran dan kesehatan harus diikuti dan
diseleksi dengan cermat
4. Kemajuan teknologi bisa terus ditangani dan dimanfaatkan.

Pengembangan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit meliputi hal


berikut :

1. Pengembangan Kemampuan.
Kemampuan tekhnis atau kemampuan Manajerial harus terus
dikembangkan.

Pokja Tata Kelola Page 57


2. Pengembangan Karier.
Pengembangan jabatan, yang perlu sesuai berjalannya waktu
dan kemampuan.
3. Pengembangan kesejahteraan.
Kesejahteraan material dan rohani secara jelas perlu
dikembangkan

No PENGEMBANGAN UPAYA
KEMAMPUAN 1. Pelatihan
2. Kursus
3. Pendidikan
4. Studi banding
KARIER 1. Struktural
2. Fungsional
3. Alih tugas
4. Alih tempat
KESEJAHTERAAN 1. Asuransi hari tua
2. Kredit perumahan
3. Grup kesenian
4. Pertemuan keagamaan
Tabel Upaya pengembangan Karier SDM-RS

F. Jenis Karier di Rumah Sakit

Di Rumah Sakit secara umum, jenjang karier itu termasuk yang


cukup sempit, apalagi perpindahan antar Rumah Sakit biasanya juga
sukar. Hal ini terkait dengan jabatan yang sedikit dan pola pergeseran
yang belum secara umum diprogram adanya pergeseran dan
pergantian tiap beberapa tahun. Berikut ini tabel beberapa jenis karier
di rumah sakit.

Pokja Tata Kelola Page 58


No KARIER CONTOH
1. STRUKTURAL 1. Jabatan Direktur, Wadir
2. Ka. Bidang, Ka. Bagian
3. Ka. Seksi, Ka.sub Bagian
2. FUNGSIONAL 1. Dokter ahli
2. Dokter mahir, dll
3. ALIH TUGAS 1. Perawatan mahir dan lainnya
2. Perawatan ruangan ke Kamar Operasi
3. Perawatan ICCU ke ruangan penyakit
dalam
4, ALIH TEMPAT 1. Dari rumah sakit ke Balkesmas
2. Dari rumah sakit kota A – ke kota B
5. PEMBINA 1. Membina kelompok tertentu
2. Memberi saran pada Direksi
6. PELATIH 1. Melatih pejabat tertentu
2. Melatih pegawai baru
Tabel jenis karier SDM di Rumah Sakit

Pada pokoknya karier harus terlihat adanya :


1). Peningkatan posisi;
2). Peningkatan kemampuan;
3). Peningkatan manfaat;
4). Peningkatan kemandirian.

G. PROGRAM PENGEMBANGAN SDM-RSUD Lanto Daeng Pasewang


KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2011

Pokja Tata Kelola Page 59


Program pengembangan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Upaya pengadaan SDM sesuai dengan tuntutan rasio tempat tidur
dengan tenaga kerja yang ada dan standar kebutuhan minimal yang
diterbitkan oleh Dirjen Pelayanan Medis Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Kebutuhan dokter baik umum maupun spesialis
dikembangkan melalui rekruitmen tenaga dokter yang memiliki
kualifikasi akhlak atau moral yang tinggi, Tes Potensi Akademik
(TPA) minimal 500, serta kemampuan Bahasa Inggris aktif dan pasif.
b. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi terpercaya dalam
rangka memenuhi tenaga Medis dan Paramedis sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit.
c. Mengembangkan tenaga dokter berpendidikan S1 dan S2 yang
potensial ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam
maupun di luar negeri.
d. Merintis kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan
kemampuan SDM baik tenaga medis, paramedis maupun
administrasi melalui kegiatan penelitian, kegiatan ilmiah, diskusi
panel, seminar, simposium, lokakarya, penulisan buku, studi banding,
dll.
Untuk lebih lengkapnya program pengembangan Sumber Daya
Manusia Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Sinjai yang telah
disusun dengan prioritas kebutuhan adalah sebagai berikut ;
1. Pemenuhan tenaga pelayanan Medis yang terdiri dari :
a. Dokter Spesialis
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi
2. Pendidikan bagi tenaga Dokter Umum ke jenjang Dokter Spesialis

Pokja Tata Kelola Page 60


3. Pemenuhan tenaga pelayanan Paramedis perawatan yang terdiri
dari :
a. Perawat ( D.III Kep, S1. NS)
b. Bidan (D.III Keb, D.IV Keb)
4. Pemenuhan tenaga pelayanan Instalasi yang terdiri dari :
a. Laboratorium
b. Gizi
c. IPS_RS
d. Fisioterapi
e. Penata Anaesthesi
f. Loundry
g. Pemulasaran Jenazah
5. Pemenuhan tenaga Administrasi (minimal SMA).
6. Pemenuhan tenaga Pengamanan (securiti) dan tenaga
Kebersihan ( Clearning service).
7. Penempatan, roling atau rotasi bagi tenaga sesuai dengan bakat
serta kompetensi yang dimiliki.
8. Pendidikan lanjutan bagi SDM RSUD LANTO Dg. PASEWANG ke
jenjang Pendidikan yang lebih Tinggi.
9. Mengadakan atau mengirim tenaga untuk mengikuti Pendidikan
dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Institusi penyelenggara
Diklat baik yang dilaksanakan di dalam daerah/Kabupaten
ataupun diluar Kabupaten/Propinsi.

V. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)


Suatu hubungan kerja yang sudah berjalan lama antara
karyawan/pegawai dan perusahaan pada suatu saat mungkin saja
terjadi pemutusan, yang disebut dengan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Dengan demikian, PHK adalah suatu kondisi tidak

Pokja Tata Kelola Page 61


bekerjanya lagi karyawan tersebut pada perusahaan terputus, atau
tidak diperpanjang lagi.
Bermacam-macam cara penerapan PHK ini dilakukan oleh
perusahaan/organisasi. Ada bentuk PHK yang menciptakan situasi
terputusnya sama sekali hubungan antara keduanya, baik
hubungan kerja maupun hubungan sosial. Namun ada pula bentuk
PHK yang hanya sekadar tidak bekerjanya karyawan/pegawai
tersebut secara aktif dalam perusahaan, tetapi masih mempunyai
ikatan atau hubungan sosial antara keduanya.
Bagaimanapun juga, suatu PHK jelas akan menimbulkan risiko
lebih banyak bersifat merugikan daripada menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Dari pihak perusahaan/organisasi PHK ini akan
menimbulkan risiko, antara lain :
1. Melepas karyawan yang sudah berpengalaman dan setia.
2. Terhentinya kegiatan/produksi sementara dengan adanya PHK.
3. Harus mencari penggantinya dengan karyawan yang baru.
4. Untuk mengganti perlu biaya yang besar guna merekrut.
5. Hasil kerja karyawan pengganti belum tentu sebaik karyawan
yang kena PHK.
Sedangkan risiko suatu PHK bagi karyawan, terlihat pada :
1. Hilangnya atau berkurangnya penghasilan yang diterima untuk
membiayai keluarga.
2. Timbulnya situasi yang tidak enak karena harus menganggur.
3. Berkurangnya rasa harga diri, apalagi bila selama ini memangku
sesuatu jabatan.
4. Terputusnya hubungan (relasi) dengan teman-teman sekerja.
5. Harus lagi berusaha payah mencari pekerjaan baru.

Pokja Tata Kelola Page 62


Bila ditelusuri secara lebih mendalam,ada beberapa penyebab
timbulnya PHK dalam suatu organisasi/perusahaan antara lain :
A. Permintaan karyawan sendiri terjadi disebabkan karena :
a. Tingkat kompensasi yang dianggap rendah.
b. Tidak ada pengembangan karir.
c. Lingkungan kerja yang kurang nyaman.
d. Masalah keluarga.
e. Masalah kesehatan yang tidak cocok.
f. Merasa pekerjaan tidak cocok dengan minat dan bakat.
g. Perlakuan yang dirasa kurang adil, dan sebagainya.
Langkah-langkah untuk mencegah PHK sedemikian itu
adalah :
a. Memperbaiki tingkat kompensasi sehingga lebih memadai.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan
menyenangkan.
c. Meninjau kembali pola penempatan karyawan sehingga
mendekati bakat dan kemampuan mereka.
d. Menyempurnakan sistem dan prosedur yang berlaku dalam
perusahaan supaya lebih efektif dan tidak merugikan para
karyawan.
e. Meningkatkan penyediaan fasilitas-fasilitas kerja dan
kesejahteraan karyawan.
f. Memperketat pelaksanaanseleksi sehingga karyawan yang
masuk betul-betul yang terbaik dan sehat.

B. PHK karena Kebijaksanaan Perusahaan


Kebijaksanaan perusahaan atau organisasi dapat pula
menyebabkan terjadinya PHK tehadap para karyawan. Hal ini

Pokja Tata Kelola Page 63


terjadi karena perusahaan/organisasi merasa memikul beban
berat untuk membayar kompensasi karyawan, bila sebagian
karyawan tidak di PHK-kan. Dengan melakukan PHK,
perusahaan menganggap sedikit banyak beban itu terkurangi.
Kebijaksanaan PHK untuk sebagian karyawan terpaksa
diambil karena :
a. Karyawan tidak disiplin.
b. Karyawan kurang cakap dan tidak produktif.
c. Karyawan mempunyai prilaku asusila.
d. Karyawan tidak dapat bekerja sama.
e. Penyederhanaan organisasi dalam perusahaan dan
sebagainya.
C. PHK disebabkan karena Peraturan Perundang-undangan.
PHK yang disebabkan karena Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku adalah pelaksanaan PHK yang harus
dilaksanakan, karena dituntut oleh peraturan.
Jenis PHK ini berbeda dengan PHK atas keinginan sendiri dan
PHK yang disebabkan oleh kebijaksanaan perusahaan.
Peraturan perundang-undangan tersebut mengatur bahwa
seorang yang terkena peraturan ini harus di PHK, yaitu bila
karyawan tersebut :
a. Meninggal dunia atau hilang tak tentu rimbanya.
b. Telah mencapai batas usia untuk PHK.
c. Melanggar peraturan yang berlaku.
d. Berakhirnya kontrak kerja dengan perusahaan/organisasi.
e. Terlibat dengan kegiatan yang menentang pemerintah.

D. Pemberhentian Sumber Daya Manusia

Pokja Tata Kelola Page 64


Peraturan perundang-undangan yang mengatur pemberhentian
pegawai atau karyawan di Indonesia, antara lain :
a. UU No. 11 Tahun 1969 tentang pensiunan Pegawai dan
Pensiunan Janda/Duda.
b. UU. No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
c. PP No. 15 Tahun 1951 dan PP No. 11 Tahun 1952 (sudah
dicabut).
d. PP No. 68 Tahun 1958 tentang PP No. 239 Tahun 1961
(sudah dicabut).
e. PP No. 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian Sementara
Pegawai.
f. PP No. 68 Tahun 1968 tentang Peremajaan Alat-alat
Negara.
g. PP No. 32 Tahun 1979, tentang Pemberhentian Pegawai.

Pemberhentian yang diatur oleh UU No. 8 Tahun 1974 terdiri


dari beberapa macam. Pasal 23 UU ini menjelaskan bahwa
pada dasarnya macam pemberhentian karyawan atau pegawai
negeri itu dapat dibedakan atas :
1. Pemberhentian dengan hormat
a. Permintaan sendiri
b. Telah mencapai usia pensiunan
c. Adanya penyederhanaan organisasi perusahaan
d. Tidak cakap jasmani atau rohani
e. Meninggal dunia atau hilang
f. Tidak melapor setelah habis cuti di luar tanggungan
negara/perusahaan

Pokja Tata Kelola Page 65


g. Melapor setelah cuti di luar tanggungan negara tetapi
tidak ada lowongan.
2. Pemberhentian tidak dengan hormat (PP No. 32 Tahun
1979)
a. Terlibat dalam perbuatan yang menentang pemerintah
b. Melakukan pelanggaran atau kejahatan
c. Meninggalkan tugas tanpa izin
d. Sengaja melanggar ikatan perjanjian kerja
e. Merugikan perusahaan tempat bekerja.

VI. PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Menurut Penjelasan Umum UU No. 8 Tahun 1974 pembinaan
adalah usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan
Pegawai Negeri (SDM) yang mempunyai sifat-sifat :
a. Setia penuh dan taat kepada Pancasila, UUD-45, Negara dan
Pemerintah.
b. Bersatu padu
c. Bermental baik
d. Berwibawa
e. Bersih
f. Berkualitas tinggi
g. Sadar akan tanggung jawabnya.
Pekerjaan pembinaan ini bukanlah merupakan pekerjaan yang
mudah untuk dilaksanakan. Di dalamnya tercakup perubahan dan
perombakan sikap mental seorang karyawan/pegawai yang
sebagian sudah ada dan membudaya semenjak kecil. Dan setelah
ia masuk perusahaan/organisasi, maka diharapkan sikap mental

Pokja Tata Kelola Page 66


yang kurang sesuai dengan keinginan perusahaan perlu
disesuaikan.
Proses pembinaan SDM ini haruslah dilakukan terus-menerus,
sehingga menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging bagi
karyawan itu dalam melaksanakan tugas-tugas di perusahaan.
Sikap-sikap mental yang selama ini dianggap kurang
mendukung sasaran sudah disinggung juga oleh Teori X Douglas
Mc Gregor, sbb :
a. Suka bebas dan tidak mau diperintah
b. Kurang suka memikul tanggung jawab
c. Tidak mau bekerja sama
d. Suka mementingkan diri sendiri
e. Mau bekerja yang enteng-enteng saja dengan penghasilan
besar
f. Terlalu keras kepala, sulit menerima suatu perubaha.
Dalam membina seorang karyawan, tetntu si pembina ini
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan orang yang
dibinanya, kelebihan-kelebihan tersebut antara lain :
a. Menguasai seluk-beluk pekerjaan yang ditangani oleh bawahan
b. Mampu berkomunikasi dengan baik
c. Mempunyai jiwa kebapakan yang dihormati oleh bawahan
d. Dapat memberi keteladanan yang baik
e. Berani mengambil keputusan.
Faktor-faktor pembinaan yang harus dilakukan terhadap
karyawan/pegawai pada dasarnya pembinaan SDM akan meliputi
antara lain :
a. Pembinaan Loyalitas
b. Pembinaan hubungan kerja

Pokja Tata Kelola Page 67


c. Pembinaan moril dan semangat kerja
d. Pembinaan disiplin kerja
e. Pembinaan mental dan spiritual

VII. STANDAR KOMPETENSI


a. Dewan Pengawas
1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter independen.
3) Memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan rumah sakit, serta dapat
menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugasnya.
4) Mengikuti perkembangan kegiatan rumah sakit dengan
seksama.
5) Cakap melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap kegiatan rumah sakit serta memberikan saran
kepada pengelola dan pemilik secara adil, jujur dan
bertanggung jawab.
6) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak
pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi
anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas
pada Badan Usaha yang dinyatakan bersalah sehingga
menyebabkan badan usaha tersebut pailit, atau orang

Pokja Tata Kelola Page 68


yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan keuangan negara.
b. Direktur
1) Seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan.
2). Telah mengikuti pelatihan perumahsakitan meliputi
kepemimpinan, kewirausahaan, Rencana Strategis Bisnis,
Rencana Aksi Strategis, Rencana implementasi dan
Rencana Tahunan, Tatakelola Rumah Sakit, Standar
Pelayanan Minimal, Sistem Akuntabilitas, Sistem
Remunerasi Rumah Sakit, Pengelolaan Sumber Daya
Manusia
3). Pengalaman jabatan Direktur diutamakan pernah
memimpin Rumah Sakit Kelas C dan atau pernah
menjabat Wakil Direktur Rumah Sakit Kelas B paling
singkat selama 3 tahun.

c. Kepala Bidang, Kepala Bagian,


1) Berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana
sesuai dengan bidang kerjanya
2) Telah mengikuti pelatihan Kepemimpinan dan
Kewirausahaan, Rencana Aksi Strategis, Rencana
Implementasi dan Rencana Tahunan, Sistem Rekruitmen
Pegawai, dan Sistem Remunerasi
3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada point (2) harus
dipenuhi sebelum atau paling lama 1 (satu) tahun
pertama setelah menduduki jabatan struktural.
4) Kepala bidang dan atau kepala Bagian diutamakan
memiliki pengalaman jabatan paling singkat 3 (tiga) tahun

Pokja Tata Kelola Page 69


sesuai dengan bidang tugasnya.
d. Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian.
1) Berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana
sesuai dengan bidang kerjanya.
2) Telah mengikuti pelatihan Kepemimpinan dan
Kewirausahaan, Rencana Aksi Strategis, Rencana
Implementasi dan Rencana Tahunan, Sistem Rekruitmen
Pegawai, dan Sistem Remunerasi
Pelatihan sebagaimana dimaksud pada point (2) harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki jabatan
struktural. Sakit Daerah

VIII. Remunerasi

a. Pejabat pengelola BLUD dan Pegawai BLUD dapat diberikan


remunerasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme yang diperlukan.

b. Remunerasi, merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji,


tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi,
pesangon, dan/atau pensiun.
c. Remunerasi ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan usulan
yang disampaikan oleh pemimpin BLUD melalui Sekretaris Daerah.
Remunerasi bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD dihitung
berdasarkan indikator penilaian:
- pengalaman dan masa kerja (basic index)
- ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku (competency index)}
- resiko kerja (risk index);
- tingkat kegawatdaruratan (emergency index);
- jabatan yang disandang (position index); dan

Pokja Tata Kelola Page 70


- hasil/capaian kinerja (performance index).

BAB VI

SISTEM AKUNTABILITAS BERBASIS KINERJA

Pengertian

RSUD Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto bertekad mewujudkan


tata kelola yang baik melalui penerapan prinsip-prinsip akuntabilitas,
transparansi, responsibilitas dan independensi untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas rumah sakit dengan tujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan stakeholders secara berkesinambungan.

AKUNTABILITAS

Akuntabilitas di lingkungan rumah sakit pada dasarnya merupakan


pertanggungjawaban pengelolaan sumberdaya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada rumah sakit dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik sesuai dengan visi dan misi rumah sakit.
Akuntabilitas mencakup mekanisme/prosedur pencapaian tujuan yang di

Pokja Tata Kelola Page 71


dalamnya mengandung kebijakan-kebijakan mulai dari perencanaan sampai
dengan pertanggungjawaban.

Pelaksanaan akuntabilitas di Rumah Sakit dijabarkan dalam berbagai


kebijakan antara lain sebagai berikut:

Sistem Akuntabilitas Berbasis Kinerja

1). Akuntabilitas Program

(1) Kebijakan penyusunan program

a. Program disusun berdasarkan visi dan misi RSUD Kab


Jeneponto yang telah ditetapkan sebagai Renstra RSUD Kab
Jeneponto yang telah disetujui oleh dan mengacu pada RPJMD
Pemerintah Daerah.
b. Program-program tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut
menjadi kegiatan yang akan dilaksanakan setiap tahunnya.
(2) Mekanisme/prosedur penyusunan program
a. Sebagai perwujudan akuntabilitas program, Direktur sebagai
Pemimpin BLUD menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB)
lima tahunan dengan mengacu pada RPJMD Pemerintah
Daerah. Rencana Strategis Bisnis yang disusun meliputi visi,
misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program dan
kegiatan. Rincian program dan kegiatan diuraikan pada
dokumen Rencana Strategis Bisnis (RSB).
Metode yang dipakai dalam penyusunan Rencana Strategis
Bisnis (RSB) adalah:

a) Evaluasi kinerja tahun berjalan.


b) Analisis SWOT.
c) Penentuan posisi organisasi.

Pokja Tata Kelola Page 72


d) Penetapan strategi.
e) Perumusan tujuan, sasaran dan program.
f) Perumusan indikator kinerja.
g) Penetapan target kinerja lima tahun.
h) Proyeksi keuangan lima tahun.
b. Tahap pengembangan lima tahunan ini sebagai Road Map
dalam mengarahkan kebijakan alokasi sumberdaya Rumah
Sakit untuk pencapaian Visi Organisasi, meningkatkan kinerja
sesuai standar manajemen dan standar mutu layanan yang
telah ditargetkan dalam dokumen perencanaan dalam rangka
meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder Rumah Sakit
Umum (stakeholder value).
(3) Media Pertanggungjawaban Program
Pelaporan pertanggungjawaban hasil program yang meliputi
capaian realisasi keuangan dan capaian indikator hasil/keluaran
disusun setiap tahun dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang merupakan pertanggungjawaban
pemimpin BLUD kepada Bupati.

(4) Periodesasi Pertanggungjawaban Program


Setiap program yang telah disusun, ditetapkan penanggungjawab
program yang bertanggungjawab kepada pimpinan BLUD dan
batas waktu pencapaian program. Program-program tersebut
kemudian dijabarkan lebih lanjut menjadi kegiatan yang akan
dilaksanakan setiap tahunnya.

(5) Monitoring dan Evaluasi (Monev)


Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas realisasi pencapaian
program setiap tahun dilakukan oleh Direktur selaku pimpinan
BLUD sekaligus sebagai Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna

Pokja Tata Kelola Page 73


Barang dan Satuan Pengawas Intern (SPI)

2). Akuntabilitas Kegiatan

Sebagaimana telah disebutkan diatas, program-program RSUD Kab


Jeneponto yang telah disusun, selanjutnya dijabarkan lebih lanjut
menjadi kegiatan yang akan dilaksanakan setiap tahunnya.
Mekanisme /Prosedur Akuntabilitas Kegiatan, sebagai berikut:

(1) Perencanaan
a. Setiap pelaksanaan kegiatan/program kerja, selalu diawali oleh
kegiatan perencanaan yang disusun oleh setiap bidang/bagian
dalam bentuk proposal kegiatan/pengadaan barang yang
diusulkan kepada Bidang Perencanaan dan Pengembangan
(Renbang) pada tahun sebelumnya.
b. Usulan kegiatan tersebut kemudian diseleksi berdasarkan skala
prioritas rumah sakit. Selanjutnya usulan yang telah disepakati
dituangkan dalam Rencana Bisnis Anggaran (RBA) mengacu
pada Rencana Strategis Bisnis, Kebijakan Umum APBD dan
Prioritas dan Plafond Anggaran (PPA).
c. RBA disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan
akuntansi biaya menurut jenis layanannya.
d. RBA disusun menganut pola anggaran fleksibel (flexible
budget) dengan suatu persentase ambang batas tertentu.
e. Direktur mengajukan usulan RBA kepada Walikota untuk
dibahas sebagai bagian dari Rencana Kerja Pemerintahan
Daerah (RKPD).
f. Perencanaan kegiatan ini disertai indikator input, output, dan
target kinerjanya. Selain itu juga ditetapkan kapan dan siapa
pelaksana dan penanggungjawab masing-masing kegiatan

Pokja Tata Kelola Page 74


(PPTK)
g. RBA yang telah disetujui Bappeda diajukan sebagai bagian
RKPD kepada PPKD

(2) Pelaksanaan

a. Sebelum awal tahun, setiap unit kerja telah mendapatkan


kepastian tentang besarnya anggaran yang harus dikelola
berikut kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan yang
tertuang dalam Rencana Bisnis Anggaran (RBA) definitif dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) BLUD.
b. Setiap pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam mata
anggaran, selanjutnya dikembangkan oleh unit kerja
berdasarkan plafon anggaran yang telah ditetapkan.
c. Bila dalam tahun berjalan terjadi revisi atas jenis kegiatan dan
anggaran, maka dilakukan usulan revisi RBA dan DPA.
d. Dalam melaksanakan kegiatan, setiap unit kerja di lingkungan
RSUD Kab. Jeneponto melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
yang bersifat terbuka.
e. Di setiap akhir tahun anggaran para pelaksana kegiatan
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan kegiatan berupa
laporan kepada pejabat yang berwenang.

(3) Periodesasi pertanggungjawaban

a. Agar terjadi keselerasan antara program dan kegiatan,


Pimpinan RSUD Kab Jeneponto melakukan berbagai
pendekatan dan metode.

Pokja Tata Kelola Page 75


b. Pelaksana kegiatan secara berulang-ulang minimal tiga bulan
sekali dan dalam berbagai pertemuan formal maupun informal
senantiasa menyampaikan hasil pelaksanaan kegiatan kepada
Direktur.
c. RSUD Kab Jeneponto secara terus-menerus juga menjalankan
pertemuan rutin antar pimpinan (dari Direktur sampai dengan
pimpinan unit kerja) untuk mengevaluasi berbagai agenda kerja
masing-masing dan kesesuaiannya dengan garis kebijakan
pimpinan maupun rencana strategis RSUD Kab Jeneponto
d. Melalui pertemuan rutin antar pimpinan tersebut dapat diketahui
laporan kemajuan (progress report) dan kinerja dari tiap-tiap
unit kerja di RSUD Kab. Jeneponto secara terbuka. Dengan
cara seperti ini, antar pimpinan bisa saling cross check dan
memberi atau menerima masukan dari berbagai pihak. Bahkan
Direktur juga dimungkinkan menerima koreksi dan evaluasi dari
pimpinan unit kerja lain atas agenda atau program kerja RSUD
Kab Jeneponto yang telah dicanangkannya.
e. Setiap akhir tahun anggaran, para pelaksana kegiatan
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan kegiatan berupa
laporan kepada pejabat yang berwenang.
f. Dari model pendekatan tersebut di atas, di RSUD Kab
Jeneponto tumbuh suatu suasana komunikatif, koordinatif, dan
interaksi yang efektif antar pihak yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan
prinsip-prinsip pengelolaan rumah sakit yang sehat yakni
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan independensi.

(4) Montoring dan Evaluasi (Monev)

Pokja Tata Kelola Page 76


a. Secara umum, monitoring dan evaluasi terhadap kinerja rumah
sakit dilakukan oleh Direktur melalui mekanisme rapat rutin.
b. Dalam rapat ini, Direktur dapat mendengarkan, membaca, dan
mengikuti perkembangan kinerja dari masing-masing unit kerja
di RSUD Kab Jeneponto
c. Melalui subbidang monitoring dan evaluasi, kinerja di RSUD
Kab Jeneponto telah dirumuskan dan dilaksanakan secara
sistematis yakni berupa laporan tertulis secara berjenjang dan
periodik (triwulanan dan tahunan) dari masing-masing pimpinan
unit kerja kepada Direktur RSUD Kab Jeneponto melalui
prosedur mutu yang berlaku.
d. Untuk menilai secara sistematis terhadap keberhasilan maupun
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
mewujudkan visi dan misi organisasi, diperlukan pengukuran
kinerja. Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting dalam
manajemen program secara keseluruhan karena kinerja yang
dapat diukur akan mendorong pencapaian kinerja dari setiap
unit kerja dalam organisasi.
e. Dalam melakukan kinerja diperlukan instrumen pengukuran
yang valid dan dapat dipercaya (reliable) sehingga data yang
peroleh dapat dijadikan rujukan untuk melakukan evaluasi
kinerja dari masing-masing unit kerja yang ada di lingkungan
RSUD Kab Jeneponto Instrumen dibuat berdasarkan indikator-
indikator capaian yang telah ditetapkan oleh masing-masing
unit kerja.

Pokja Tata Kelola Page 77


BAB VII
KEBIJAKAN KEUANGAN

1) Sistem Akuntansi dan Keuangan

(1) Proses Penganggaran


a. Atas dasar Rencana Strategis Bisnis dan mengacu pada Kebijakan Umum
APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafond Anggaran (PPA), RSUD Lanto
Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto menyusun penganggaran
keuangan dan kegiatan tahunan dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran
(RBA). Penyusunan RBA berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja,
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan
pendanaan dan kemampuan pendapatan yang meliputi:
a) Seluruh pendapatan yang akan diperoleh dari jasa layanan yang
diberikan kepada masyarakat.
b) Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari
masyarakat atau badan lain.
c) Hasil kerjasama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.
d) Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBD I dan II
e) Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN
f) Sumber-sumber pendapatan BLUD lainnya.
g) Belanja yang telah ditetapkan sesuai dengan ambang batas,
proyeksi arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa layanan yang akan
dihasilkan oleh RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Jeneponto
b. RBA merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan
kegiatan BLUD dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan
BLUD.
c. RBA, disertai dengan usulan program, kegiatan, standar pelayanan
minimal dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan.

Pokja Tata Kelola Page 78


d. RBA disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD.
e. RBA, dipersamakan sebagai RKA-SKPD dan disampaikan kepada
PPKD, kemudian oleh PPKD disampaikan kepada TAPD untuk dilakukan
penelaahan.
f. RBA yang telah dilakukan penelaahan oleh TAPD, disampaikan kepada
PPKD untuk dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD.
g. Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dltetapkan menjadi
Peraturan Daerah, pemimpin BLUD melakukan penyesuaian terhadap
RBA untuk ditetapkan menjadi RBA definitif yang dipakai sebagai dasar
penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD (DPA-BLUD) untuk
diajukan kepada PPKD.
h. PPKD mengesahkan DPA-BLUD sebagai dasar pelaksanaan anggaran
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
i. DPA-BLUD, dipakai sebagai dasar penarikan dana baik yang berasal dari
subsidi pemerintah daerah maupun pendapatan operasional, sedangkan
penarikan dana dari pemerintah pusat menggunakan DIPA (Dokumen
Isian Pelaksanaan Anggaran) dengan mekanisme/prosedur yang diatur
oleh Menteri Keuangan.

(2) Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban


Akuntansi dan laporan keuangan BLUD disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam
rangka konsolidasi dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terlebih
dulu harus dilakukan penyesuaian atau dikonversikan dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan mengacu pada Permendagri nomor 13
Tahun 2006 dan Nomor 59 Tahun 2007. RSUD sebagai SKPD, kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan SKPD mengacu

Pokja Tata Kelola Page 79


sepenuhnya pada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Bupati tentang Pedoman
Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten, sedangkan dana yang berasal dari subsidi pemerintah pusat
(APBN) dilaksanakan atas dasar Sistem Akuntansi Instansi (SAI).

Seluruh mekanisme/prosedur penerimaan dan pengeluaran menyangkut


transaksi keuangan yang terjadi di RSUD Lanto Daeng Pasewang
Kabupaten Jeneponto dilaksanakan secara terpusat di bagian tata usaha
sub bagian keuangan, sebagai berikut:

a. Semua transaksi keuangan yang meliputi penerimaan dan pengeluaran


kas mengacu pada DPA-BLUD yang memuat antara lain pendapatan
dan biaya, proyeksi arus kas, jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa
yang akan dihasilkan.
b. Dalam hal DPA-BLUD, belum disahkan oleh PPKD, BLUD dapat
melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA-
BLUD tahun sebelumnya.
c. DPA-BLUD menjadi lampiran perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh
kepala daerah dengan pemimpin BLUD, dimana perjanjian kinerja
tersebut merupakan manifestasi hubungan kerja antara kepala daerah
dan pemimpin BLUD.
d. Dalam perjanjian kinerja, kepala daerah menugaskan pemimpin BLUD
untuk menyeienggarakan kegiatan pelayanan umum dan berhak
mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-BLUD, yang memuat
antara lain kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan bagi
masyarakat dan kinerja keuangan.

Pokja Tata Kelola Page 80


Sebagai salah satu wujud akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan rumah sakit, maka Pejabat Pengelola menyampaikan laporan
keuangan Rumah Sakit sebagai BLUD (Entitas Pelaporan) secara berkala
setiap triwulan, semester dan tahunan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku kepada Bupati, terdiri dari:

a. Neraca
b. Laporan Arus Kas
c. Laporan Realisasi Anggaran
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Neraca menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Laporan arus kas menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas
operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas
selama periode tertentu.
Laporan realisasi anggaran dan laporan operasional berisi informasi jumlah
pendapatan dan biaya BLUD selama satu periode.
Catatan atas laporan keuangan berisi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan keuangan disertai laporan mengenai
kinerja.
Laporan keuangan BLUD disampaikan secara berkala kepada Walikota
melalui PPKD, untuk dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah secara berkala paling lambat 1 (satu) bulan setelah
periode pelaporan berakhir.
Laporan keuangan BLUD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah.
Pejabat Pengelola wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan
Tahunan dan Laporan Keuangan Rumah Sakit sesuai dengan peraturan

Pokja Tata Kelola Page 81


perundang-undangan yang berlaku secara tepat waktu, akurat, jelas dan
obyektif.
Dewan Pengawas wajib membahas secara bersama-sama dengan Pejabat
Pengelola, setiap laporan, sebelum menyetujui dan menyampaikannya
kepada Walikota.
Agar laporan keuangan tersebut dapat dipercaya dan dapat dijadikan
sumber informasi yang handal oleh berbagai pihak yang berkepentingan,
maka laporan keuangan tersebut diaudit oleh auditor independen.
Dalam pengelolaan keuangan, RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Jeneponto menggunakan prinsip akuntabilitas dan transparansi, dengan
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan
dilakukan secara periodik, baik secara internal maupun oleh pihak
eksternal. Dengan demikian, diharapkan terdapat jaminan yang cukup
memadai bahwa pengelolaan keuangan benar-benar telah diselenggarakan
secara akuntabel dan transparan untuk kepentingan penyelenggaraan
kegiatan rumah sakit dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut, setiap
triwulan RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto membuat
Surat Perintah Membayar (SPM) Pengesahan dan disampaikan kepada
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selambat-lambatnya tanggal
10 bulan berikutnya dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Belanja (SPTB) disertai kuitansi pengeluaran kumulatif yang ditandatangani
oleh Direktur RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto.

Berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) Pengesahan tersebut, PPKD


menerbitkan SP2D Pengesahan sebagai dasar realisasi penggunaan dana.
Perubahan/revisi terhadap RBA definitif dilakukan apabila:

Pokja Tata Kelola Page 82


a. terdapat penambahan atau pengurangan pagu anggaran yang berasal
dari APBD dan/atau.
b. belanja RSUD Kab Jeneponto melampaui ambang batas fleksibilitas.
(3) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi secara internal terhadap proses pengelolaan
keuangan di RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto
dilakukan sebagai berikut :

a. Dengan dibentuknya unit organisasi Satuan Pengawas Intern (SPI),


pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara internal terhadap
pengelolaan keuangan RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Jeneponto akan dilakukan oleh SPI sesuai dengan fungsi, tugas pokok,
dan kewenangannya.
b. Monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan dilakukan
setiap tahun oleh SPI terhadap semua unit kerja di lingkungan RSUD
Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto
c. Laporan hasil monitoring dan evaluasi dibuat oleh SPI dan diserahkan
kepada Direktur RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto
sebagai bahan untuk pengambilan keputusan.
Sedangkan audit dari pihak eksternal auditor terhadap kegiatan operasional
RSUD Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto dapat dilakukan oleh
Inspektorat Wilayah Kabupaten, Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan, BPKP, dan BPK, Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi
sesuai dengan kewenangannya.

Hasil audit dari pihak eksternal auditor tersebut di atas akan dipublikasikan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan sesuai dengan
kompetensinya.Untuk menilai secara sistematis terhadap keberhasilan
maupun kegagalan pengelolaan keuangan, diperlukan pengukuran kinerja.

Pokja Tata Kelola Page 83


Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting dalam manajemen
program secara keseluruhan karena kinerja yang dapat diukur akan
mendorong pencapaian kinerja dari setiap unit kerja dalam organisasi.
Dalam melakukan kinerja keuangan diperlukan instrumen pengukuran yang
valid dan dapat dipercaya (reliable) sehingga data yang diperoleh dapat
dijadikan rujukan untuk melakukan evaluasi kinerja keuangan dari masing-
masing unit kerja yang ada di lingkungan RSUD Lanto Daeng Pasewang
Kabupaten Jeneponto Instrumen dibuat berdasarkan indikator-indikator
capaian yang telah ditetapkan oleh masing-masing unit kerja, antara lain
meliputi:
a. Pencapaian target pendapatan (rupiah dan persentase)
b. Pencapaian efisiensi biaya (rupiah dan persentase)
c. Pertumbuhan pendapatan (persentase)
d. Rasio-rasio keuangan (persentase) yang dituangkan dalam dokumen
RBA tahun berikutnya

1) Kebijakan Tarif Layanan

a. RSUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas


barang dan/atau jasa layanan yang diberikan.
b. Sebelum menjadi BLUD, dasar kebijakan tarif layanan di RSUD Lanto
Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto menggunakan Peraturan Daerah
Kab Jeneponto Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan. Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan ditetapkan dalam
bentuk tarif yang disusun berdasarkan perhitungan tarip sebelumnya
ditambah prosentase kenaikan atas dasar adil dan patut.
c. Setelah menjadi BLUD, tarif disusun atas dasar perhitungan biaya satuan
per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif termasuk imbal hasil
yang wajar dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian

Pokja Tata Kelola Page 84


dari biaya per unit layanan. Tarif layanan dapat berupa besaran arifftau
pola tarif sesuai jenis layanan RSUD.
d. Bupati menetapkan tarif layanan atas usulan Pejabat Pengelola melalui
Sekretaris Daerah dengan mempertimbangkan kontinuitas dan
pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan
kepatutan dan kompetensi yang sehat.
e. Tarif layanan ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan
disampaikan kepada pimpinan DPRD.
f. Peraturan kepala daerah mengenai ariff layanan BLUD dapat dilakukan
perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan. Perubahan
tarif dapat dilakukan secara keseluruhan maupun per unit layanan.

3) Kebijakan Unit Cost Pada Rumah Sakit


Konsep Biaya Satuan
Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk
pelayanan. Biaya satuan didapatkan dari pembagian antara biaya total (Total
Cost = TC) dengan jumlah produk (Quantity = Q). Dengan demikian tinggi
rendahnya biaya satuan suatu produksi tidak hanya dipengaruhi oleh
besarnya biaya total, tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya biaya produk

2) Pengelolaan Keuangan
(1) Pengelolaan Utang Dan Piutang
a. BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan
barang, jasa, dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan kegiatan BLU.
b. Piutang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,
transparan,dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah,
sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pokja Tata Kelola Page 85


c. Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat
yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.
d. Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang sebagaimana
dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya,
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional
dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain.
f. Utang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,
transparan,dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis yang
sehat.
g. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka
pendek
h. ditujukan hanya untuk belanja operasional.
i. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka
panjang ditujukan hanya untuk belanja modal.
j. Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara
berjenjang berdasarkan nilai pinjaman.
k. Kewenangan peminjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota.
l. Pembayaran kembali utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan tanggung jawab BLU.
m. Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun
sejak utangtersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-
undang.
(2) Investasi Jangka Panjang
a. BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas
persetujuan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Pokja Tata Kelola Page 86


b. Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan
pendapatan BLU.
(3) Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 bulan atau kurang.
Investasi jangka pendek dapat dilakukan dengan pemanfaatan surplus
kas jangka pendek. Investasi jangka pendek antara lain :
a. Deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai dengan 12 bulan yang
dapat diperpanjang secara otomatis
b. Pembelian surat utang Negara jangka pendek
c. Pembelian sertifikat Bank Indonesia
Karateristik investasi jangka pendek adalah dapat segera
diperjualbelikan /dicairkan; ditujukan dalam rangka manajemen kas;
dan berisiko rendah
(4) Barang Inventaris Dapat Dijual
Barang inventaris milik BLUD dapat dihapus dan/atau dialihkan kepada
pihak lain atas dasar pertimbangan ekonomis dengan cara dijual, ditukar
dan/atau dihibahkan. Barang inventaris merupakan barang pakai habis,
barang untuk diolah atau dijual, barang lainnya yang tidak memenuhi
persyaratan sebagai asset tetap. Hasil penjualan barang inventaris
sebagai akibat dari pengalihan merupakan pendapatan BLUD Rumah
Sakit dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan BLUD.
(5) Dapat Melakukan Pinjaman
Pinjaman dapat dilakukan sehubungan dengan kegiatan operasional dan
dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggung jawab. Pemanfaatan pinjamandigunakan untuk biaya
operasional termasuk keperluan menutup defisit kas. Perikatan pinjaman
dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasar nilai
pinjaman dan diatur dengan peraturan kepala daerah. Pembayaran

Pokja Tata Kelola Page 87


kembali pinjaman menjadi tanggung jawab BLUD
(6) Pengelolaan Kas
a. Dalam rangka pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal
sebagai berikut:
a) merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas:
b) melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan;
c) menyimpan kas dan mengelola rekening bank
d) melakukan pembayaran
e) mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek;
dan
f) memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh
pendapatan tambahan.
b. Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang
sehat.
c. Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD dilakukan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
d. Rekening bank sebagaimana dimaksud dibuka oleh pimpinan BLU
pada bank umum.
e. Pemanfaatan surplus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
dilakukan sebagai investasi jangka pendek pada instrumen keuangan
dengan risiko rendah.

BAB VIII

KEBIJAKAN PELAYANAN

A. SARANA DAN PRASARANA


1. FISIK RUMAH SAKIT

Pokja Tata Kelola Page 88


Lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau bebas dari pencemaran,
banjir dan rel kereta api, tempat bongkar dan muat barang, tempat bermain
anak, pabrik industri, dan limbah pabrik. Lokasi rumah sakit sesuai dengan
rencana umum tata kota. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal
1,5 kali luas bangunan lantai dasar.
Bangunan rumah sakit harus kuat, utuh terpelihara, mudah dibersihkan dan
dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan. Bangunan yang
semula direncanakan untuk fungsi lain hendaknya tidak dialihfungsikan
menjadi sebuah rumah sakit.
Luas bangunan di sesuaikan dengan jumlah tempat tidur dan klasifikasi
rumah sakit. Bangunan Minimal adalah 50 m² pertempat tidur
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan
dan ruang isolasi sebagai berikut:
a. Ruang bayi
- Ruang perawatan minimal 2 m²/TT
- Ruang isolasi minimal 3,5 m²/TT
b. Ruang dewasa/anak
- Ruang perawatan minimal 4,5 m²/TT
- Ruang Isolasi minimal 6 m²/TT

Kebutuhan ruang-ruang di rumah sakit di sesuaikan dengan klasifikasi rumah


sakit.

Rumah sakit mempunyai system air bersih (water supply) yang memenuhi
persyaratan kesehatan yang berlaku. Persediaan air bersih memadai dan
disalurkan langsung kebangunan rumah sakit.

Rumah sakit menyediakan tenaga listrik dan penyediaan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan setiap hari selama 24 jam terus menerus.
Tersedia pula Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK) atau sumber

Pokja Tata Kelola Page 89


Uninterrupted Power Supply (UPS) bagi peralatan medis yang vital. Rumah
sakit mempunyai sistem pengolahan air limbah, insinerator dan pembuangan
sampah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Terdapat prosedur untuk
penyimpanan hingga pembuangan limbah yang efektif yang meminimalkan
polusi yang mungkin di akibatkan oleh limbah tersebut. Rumah Sakit
mempunyai area parkir yang memadai. Idealnya minimal satu tempat parkir
untuk setiap 10 tempat tidur dan tersedia tempat sampah setiap radius 20 m.

Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). zonasi rumah sakit
disarankan mempunyai pengelompokan sebagai berikut :

a. Zona Publik
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan
luar misalnya unit gawat darurat, klinik rawat jalan,
administrasi,apotik,rekam medik, dan kamar mayat.
b. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak langsung
berhubungan dengan lingkungan luar, misalnya laboratorium, radiologi,
dan rehabilitasi medik.
c. Zona Privasi
Area yang menyediakan perawatan dan pengolahan pasien misalnya
gedung operasi, kamar bersalin, ICU dan ruang perawatan.

d. Zona Penunjang
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit,
misalnya ruang cuci, dapur bengkel, dan CSSD.

Area pelayanan juga hendaknya fungsional satu dengan lainnya.

a. Pelayanan darurat letaknya harus menjamin kecepatan akses dan


mempunyai pintu masuk yang terpisah.

Pokja Tata Kelola Page 90


b. Pelayanan administrasi, kantor administrasi umum hendaknya berdekatan
dengan pintu utama RS. Kantor pengelola rumah sakit dapat terletak pada
daerah khusus.
c. Pelayanan Operasi hendaknya terletak dan dirancang tidak terganggu
oleh kebisingan dan dapat mencegah aktivitas yang menimbulkan
kebisingan.
d. Pelayan klinik anak tidak diletakkan berdekatan dengan pelayanan paru,
namun sebaiknya berdekatan dengan pelayanan kebidanan.
e. Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk mencegah lalu lintas
aktivitas yang tidak berhubungan. Ruang Persalinan sebaiknya tidak
bising dan steril. Ruang perawat sebaiknya terletak pada lokasi yang
dapat mengamati pergerakan pasien. Perawatan hendaknya terpisah
tetapi mempunyai akses yang cepat dari ruang persalinan.
f. Pelayanan perawatan hendaknya terpisah dari zona public. Ruang
perawat (nurse station) hendaknya terletak pada lokasi yang dapat
mengamati pasien, denga rasio minimal satu ruang perawat untuk setiap
35 unit tempat tidur. Pada setiap ruangan harus tersedia westafel dengan
air mengalir.
g. Kamar dan bangsal hendaknya mempunyai ukuran luas yang cukup untuk
bekerja dan pergerakan pasien. Toilet/kamar mandi pasien mempunyai
akses cepat pada kamar atu bangsal.

h. Persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran minimal :


- Ruang perawatan 3x3 m
- Ruang tindakan 3x4 m
- Ruang tunggu 6x6 m
- Ruang utility 3x3 m
i. Jumlah tempat tidur untuk RS umum kelas C adalah minimal 100 TT.

Pokja Tata Kelola Page 91


Ruang perawatan hendaknya cukup bagi pergerakan bebas pasien, baik
ketika menggunakan tempat tidur, usungan/brankar atai kursi roda. Sirkulasi
untuk perpindahan pasien dari satu area ke area lain tersedia dan dalam
kondisi bebas setiap saat.
a. Koridor untuk akses bagi pasien dan peralatan hendaknya memiliki lebar
minimun 2,44 m.
b. Koridor yang tidak digunakan untuk akses tempat tidur, usungan, atau
transportasi peralatan memiliki lebar 1,83 m.
c. Ramp atau elevator hendaknya disediakan sebagai akses masuk rumah
sakit yang ketinggiannya tidak sama dengan bagian luar.
d. Syarat maksimal kemiringan ramp 7”

Rumah sakit harus mempunyai program pemeliharaan sarana, prasarana dan


peralatan yang efektif. Bangunan dan peralatan hendaknya dijaga dengan
perawatan terbaik. Perawatan yang tetap ( Maintenance ) hendaknya
disediakan untuk mencegah kerusakan bangunan dan perawatan karena aus.

Apabila rumah sakit memiliki sistem sterilisasi sentral, maka tidak diperlukan
ruang / alat sterilisasi khusus, pada klinik gigi, THT, Bedah, Tetap harus
memiliki alat sterilisasi, karena alat-alat yang digunakan harus langsung
disterilkan kembali

Ruang bangunan yang digunakan untuk ruang perawatan mempunyai :

a. Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10 TT : 1


b. Bebas serangga dan tikus.
c. Kadar debu maksimal 150 ug/m3 udara dalam pengukuran rata-rata 24
jam
d. Tidak berbau ( terutama H2S dan atau NH3 )
e. Pencahayaan 100-200 lux
f. Suhu 26-27”C ( dengan AC ) atau suhu kamar ( Tanpa AC )

Pokja Tata Kelola Page 92


g. Kelembaban 40-50% ( Dengan AC ) kelembaban udara ambien ( Tanpa
AC )
h. Kebisingan < 45 dBA

Tersedia ruang pertemuan dan sarana komunikasi bagi staf medik untuk
memperlancar pelaksanaan tugas-tugas anggota staf medik.

Tanda (signal) hendaknya merupakan sebuah sistem grafsi yang efektif


yang dirangkai dengan bantuan visual dan rangkaian alat untuk

menyediakan informasi, arah, orientasi, identifikasi daerah terlarang,


peringatan, serta hal yang perlu diperhatikan untuk optimalnya kinerja
operasionalisasi rumah sakit.

Fasilitas toilet terpisah hendaknya disediakan untuk pasien dan karyawan,


laki-laki dan perempuan dengan rasio 1 toilet untuk 10 tempat tidur atau 1
toilet untuk 20 karyawan.

2. KESELAMATAN ( SAFETY ) DAN KEAMANAN ( SECURITY )


Konstruksi rumah sakit tidak membahayakan keselamatan pasien, karyawan
dan masyarakat umum yang tinggal di sekitarnya. Bangunan tersebut
hendaknya tahan terhadap beban dan elemen yang mungkin terjadi.
a. Pintu keluar hendaknya terbatas pada tipe-tipe berikut : pintu yang
mengarah keluar bangunan, tangga di dalam ruangan, ramp, dan tangga
luar.
b. Minimun tersedia dua buah pintu keluar yang berjauhan satu sama lain
pada setiap lantai gedung dan ada tanda untuk keluar apabila dalam
keadaan darurat ( exit gate )
c. Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar
bangunan.

Pokja Tata Kelola Page 93


Seluruh bangunan dan ruangan di rumah sakit mempunyai sistem pemadam
kebakaran yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terdapat alat deteksi
kebakaran seperti alarm kebakaran di dinding atau detektor asap pada langit-
langit. Terdapat alat pemadam kebakaran, seperti pemadam api atau selang
yang mudah dicapai pada lokasi strategis.

Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keamanan. Aspek keamanan


pasien antara lain :

a. Pegangan sepanjang tangga


b. Toilet dilengkapi dengan pegangan dan bel
c. Pintu dapat dibuka dari luar

Rumah sakit hendaknya menjamin keamanan ( Security ) orang yang berada


di rumah sakit dan properti yang ada.

3. KENYAMANAN
Semua area dirumah sakit mempunyai pencahayaan ( lighting ) yang cukup
untuk mendukung kenyamanan dan penyembuhan pasien serta untuk
mendukung kinerja karyawan dalam melakukan tugasnya.
Ventilasi yang cukup hendaknya disediakan untuk menjamin kenyamanan
pasien, karyawan dan masyarakat umum.

Rumah sakit hendaknya memperhatikan suara yang dapat diterima (auditory


privacy) dan pandangan yang cukup (visual privacy) untuk mendapatkan
kenyamanan akustik dan persyaratan privasi pada area yang dirancang untuk
aktivitas utama rumah sakit.

Rumah sakit hendaknya menyediakan dan memelihara lingkungan yang sehat


dan indah bagi pasien, karyawan, dan masyarakat umum.

B. PELAYANAN MEDIS UMUM


1. Pelayanan Medis Umum
Pokja Tata Kelola Page 94
Pelayanan medik umum di Rumah Sakit Kabupaten Jeneponto disediakan
dan diberikan kepada pasien sesuai dengan kompetensi dokter/dokter gigi
serta memanfaatkan kemampuan serta fasilitas rumah sakit secara optimal.
Untuk semua kelas RS tersedia pelayanan medik umum ini (pelayanan umum
termasuk pelayanan medik gigi dasar ).

2. Pelayanan Obstreti dan Ginekologi


Fungsi dari unit kebidanan dan penyakit kandungan ini adalah pelayanan yang
berhubungan dengan alat reproduksi wanita dan penanganan penyakit
kandungan. Ruang persalinan RSUD Kabupaten Jeneponto
mengelompokkan pasien sesuai dengan jenis persalinan, yaitu persalinan
normal dan persalinan abnormal. Perawatan bayi baru lahir dengan kondisi
sehat ( berat badan normal, parteus tanpa penyakit tanpa penyakit /
komplikasi ) harus rawat gabung ( rooming in ) dengan ibunya.

Jenis pelayanannya adalah memberikan pelayanan seperti ; Pelayanan


antenatal dan Post Natal, mendiagnosis dan menangani vaginitis, servisitis,
adnixitis, dan ekstirpasi kista kelenjar bartholini, memberikan pelayanan KB,
melakukan pelayanan pertolongan persalinan normal dan patologik
(ekstraksi vakum, forseps, embriotomi dan SC), dan memberikan pelayanan
inpartu. Pelayanan Obstetri dan ginekologi memberikan jenis pelayanan
spesialistik seperti :

1. Fetomaternal
2. Kesehatan reproduksi
3. Onkologi ginekologi
4. Imunoendokrinologi
5. Uroginekologi rekonstruksi
6. Obgin social

Pokja Tata Kelola Page 95


Perencanaan ruang steril , semi steril dan non steril harus diperhatikan dan
sesuai dengan kebutuhan serta tata letak yang menunjang kegiatan yang ada.

3. Pelayanan Penyakit Dalam


Pelayanan penyakit Dalam dapat melakukan diagnosis dan penatalaksanaan
demam, diare, batuk dan sesak napas, hiper/hipotensi, anemia, perubahan
berat badan, kelainan jantung bukan akut, gangguan lambung dan
kerongkonan, gangguan metabolik endokrin, gangguan ginjal dan traktus
urinarfus dan alergi. Serta Hiperpireksia tanpa/dengan kejang.

Pelayanan penyakit Dalam memberikan pelayanan dengan jenis pelayanan


spesialistik :

a. Alergi Imunologi klinik


b. Gastroentero-hepatologi
c. Geriatri
d. Ginjal hipertensi
e. Hematologi-onkologi medik
f. Kardiologi
g. Metabolik endokrin
h. Psikosomatik
i. Pulmonologi
j. Reumatolog

4. Pelayanan Bedah
Pelayanan Bedah dapat melakukan penanganan :
1. Penanganan kegawat daruratan pada bedah akut abdomen ( kolik, ileus,
apendisitas, trauma )
2. Melakukan`bedah minor (insisi abses, ekstirpasi tumor kecil jinak pada
kulit, ekstraksi kuku/ benda asing,sirkumsisi )

Pokja Tata Kelola Page 96


3. trauma tumpul : merusak organ / tidak merusak organ penting.
4. Patah tulang : tertutup/terbuka luksasidislokasi bedah kecil ( faise
emergency
Pelayanan Bedah juga memberikan jenis pelayanan spesialistik seperti :
a. Digestif
b. Onkologi / HNB
c. Urologi
d. Orthopaedi
e. Plastik & rekonstruksi
f. Anak
g. Kardiotorasik
h. Vaskuler

5. Pelayanan Mata
Pelayanan Mata melakukan diagnosis dan penatalaksanaan konjungtivitas,
granuloma, plerigium, kalazion, keratitis ringan, dakriosistitis, defisiensi
vitamin A
Pelayanan Mata juga memberikan pelayanan seperti :
a. Klinik rawat jalan mata
b. Gawat darurat
c. Mampu melakukan diagnosis dan penatalaksanaan trauma tumpul mata,
trauma kimia, hifema, benda asing.
d. Ablasio retina dan glaucoma akut
e. Mampu memeberikan konsultasi penglihatan dan kelainan refraksi,
kelainan adneksa dan kelopak mata. Mata merah dengan visus normal
dan menurun, mata tenang dengan visus turun mendadak/perlahan,
gangguan penglihatan, dan gangguan gerakan mata binocular, keluhan
mata lain

Pokja Tata Kelola Page 97


f. Mampu melakukan tindakan insisi hordeolum, kalazion, abses kelopak
mata, pterigium, galucoma, katarak, kosmetik, eviserasi dan eviserasi
kosmetik.

6. Pelayanan THT

Pelayanan THT mampu melakukan diagnosis dan penatalaksanaan seperti

 Spoeling telinga
 Cauterisasi kimia
 Pengobatan infeksi
 Ekstraksi corpus alienum
 Trauma pada THT luka pendarahan

Pelayanan mata juga memberikan pelayanan gawat darurat tindakan


resusitasi, trakheotomi, laringeal dispnoe, respiratory distress,
bronkopneumoni, corpus alienum saluran nafas laryngoskopi direkta.
Laringeal dispnoe intubasi, corpus alienum bronkoskopi, corpus alineum,
dispnoe, corrosive injury “saluran makan, pendarahan pasca
bedah/epistaksis yang berat,corpus alineum saluran nafas, trauma saluran
nafas bagian atas, corpus alineum hewan hidup di dalam hidung, tonslitis,
sinusitis,tumor laring.

7. Pelayanan Kamar Operasi

Pelayanan, tenaga, sarana prasarana dan peralatan untuk pelayanan kamar


operasi terkait dengan pelayanan anastesiologi dan reanimasi serta
perawatan intensif sesuai klasifikasi rumah sakit.

Pokja Tata Kelola Page 98


Rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk
melakukan operasi.

8. Pelayanan Perawatan Intensif


Pelayanan perawatan intensif (ICU) diselenggarakan selama 24 jam perhari
dan 7 hari dalam seminggu dapat dipimpin oleh dokter intensivist yang
bekerja penuh waktu sesuai waktu pelayanan ICU. Pelayanan ICU sebagai
berikut :
a. Resusitasi jantung paru
b. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan
ventilator sederhana
c. Terapi oksigen
d. Pemantauan EKG, pulse oksimetri terus menerus
e. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
f. Pemerikasaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
g. Pelaksanaan terapi secara menyeluruh
h. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien
i. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama
transportasi pasien
j. Kemampuan melakukan fisioterapi dada.

9. Pelayanan Keperawatan
Rumah Sakit memberikan pelayanan keperawatan terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan lainnya kepada pasien rawat jalan dan rawat inap.
Pelayanan keperawatan diberikan sesuai dengan standar pelayanan/asuhan
keperawatan dan kode etik. Pelayanan keperawatan diberikan dengan
metode proses keperawatan terdiri dari :
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa keperawatan

Pokja Tata Kelola Page 99


c. Rencana keperawatan
d. Tindakan keperawatan
e. Evaluasi keperawatan.
Seluruh kegiatan pelayanan keperawatan tersebut dicatat menyatu dalam
rekam medis termasuk resume keperawatan pada pasien pindah atau
pulang.
.
10. Pelayanan Anastesi dan Reaminasi
Rumah sakit memberikan pelayanan anastesiologi dan reanimasi dengan
memberikan anastesia dan analgesia bagi pasien pembedahan dan tindakan
medik lain yang menimbulkan rasa takut, rasa cemas dan rasa nyeri,
melakukan resusitasi jantung, paru dan otak, melakukan tindakan penunjang
hidup pasien gawat karena trauma atau penyakit medik lain.
Pelayanan anastesi dan reanimasi mencakup pelayanan pada periode pra-
anastesi, selama anastesia dan pasca anastesia. Pelayanan anastesiologi
dan reanimasi terkait dengan kamar operasi, unit terapi intensif dan
pelayanan anastesi di luar kamar operasi sesuai klasifikasi rumah sakit.

11. Pelayanan Laboratorium


Penanggung jawab laboratorium RSUD Kabupaten Jeneponto adalah
seorang dokter umum yang telah mendapat pelatihan mengenai manajemen
dan tehnis di bidang laboratorium klinik, Staf laboratorium klinik RS terdiri
dari tenaga analis, perawat, tenaga administrasi, dan tenaga lain untuk
menunjang pekerjaan laboratorium klinik rumah sakit.
Pelayanan laboratorium klinik menggunakan ruangan, perlengkapan,
peralatan, dan bahan pemeriksaan

12. Pelayanan Radiologi

Pokja Tata Kelola Page 100


Pelayanan radiologi meliputi pelayanan Radiodiagnostik, yaitu pelayanan
untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion,
computed tomography, Scan/CT. RSUD Kabupaten Jeneponto memberikan
pelayanan radio diagnostik non invasif dengan dan tanpa kontras
 Radio diagnostik (non invasive) Non kontras
1. Ekstremitas atas
2. Ekstremitas bawah
3. Toraks
4. Kepala
5. Tulang belakang
6. Gigi
7. Pelvis
8. Jaringan lunak
9. Abdomen
 Dengan kontras
1. IVP
2. Esofagografi
3. Maag Duodenografi
4. Colon inloop (Barium enema)
5. Fistulografi

13. Pelayanan Keterapian Fisik


Pelayanan fisioterapi muda adalah pelayanan fisioterapi untuk mengatasi
gangguan gerak dan fungsi dengan pemeriksaan dan intervensi dasar dan 2
kekhususan sesuai dengan pelayanan spesialistik medik yang tersedia.

14. Pelayanan Farmasi


Pelayanan farmasi di rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua
barang farmasi yang beredar dirumah sakit tersebut. Pelayanan farmasi
Pokja Tata Kelola Page 101
meliputi penyediaan dan distribusi semua pembekalan farmasi, pelayanan
farmasi klinik, serta membuat informasi dan menjamin kualitas pelayanan
yang berhubungan dengan penggunaan obat. Jenis pelayanannya antara
lain:
 Melakukan perencanaan pengadaan dan penyimpanan obat, alat
kesehatan. Reagensia, radio farmasi, gas medik sesuai daftar obat RS
(formalarium RS).
 Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
 Medistribusikan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi, dan gas
medik
 Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat

15. Pelayanan Gizi


Pelayanan gizi, minimal di pimpin oleh seorang sarjana (S1) gizi dengan
dasar pendidikan sarjana gizi sesuai standar kualifikasi tenaga di instalasi
gizi di rumah sakit yang ditetapkan Depkes RI menurut kelas rumah sakit.
Jenis pelayanannya antara lain:
 Memberikan pengadaan makanan bagi pasien rawat inap dan
pengadaan makanan diet khusus.
 Memberikan penyuluhan konsultasi dan rujukan gizi.

16. Pelayanan Sterilisasi Sentral


Melakukan sterilisasi peralatan dan bahan secara terpusat

17. Rekam Medis


Pokja Tata Kelola Page 102
Rumah sakit harus menyelenggarakan sistem informasi manajemen rumah
sakit yang bersumber dari rekam medis yang handal dan professional.
Pelayanan rekam medis merupakan dari program pengendalian mutu rumah
sakit, untuk itu harus ada prosedur baku untuk menilai suatu kualitas
pelayanan dan menanggulangi masalah yang timbul. Suatu unit yang
merekam dan menyimpan berkas jati diri, riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan dan pengobatan pasien

18. Pengadaan Air


Sumber penyediaan air minum dan air bersih untuk keperluan rumah sakit
berasal dari sumber air tanah ( sumur bor ) yang telah diolah (treatment)
sehingga memenuhi persyaratan kualitas air minum. RSUD Kabupaten
Jeneponto mampu menyediakan pelayanan air bersih untuk keperluan
minum, mandi dan cuci dan proses pelayanan lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit ini

19. Laundry
Laundry ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh unit kegiatan
dan tidak berada pada jalan lintas. Harus disediakan saluran pembuangan
air limbah system tertutup dengan ukuran, bahan dan kemiringan yang
memadai (2-3%), dilengkapi dengan pengolahan awal (pre treatment)
sebelum di alirkan ke instalasi pengolahan air limbah.

21. Listrik
Jenis Pelayanannya antara lain:
 Mampu menyediakan listrik secara terus menerus untuk penerangan,
menggerakkan peralatan serta mesin di :

Pokja Tata Kelola Page 103


- Kamar bedah
- Kamar bersalin
- Pelayanan gawat darurat
- Laboratorium dan ICU
 Mampu menyediakan cadangan tenaga listrik

22. Pelayanan Sarana


Pemeliharaan sarana merupakan suatu program pengelolahan pemeliharaan
untuk mencegah resiko kerusakan peralatan yang digunakan untuk
diagnosis, pengobatan, pemantauan, dan perawatan pasien.
Program perencanaan dan pemeliharaan ini meliputi ; daftar milik
perusahaan, peraturan kerja, lampiran dan catatan mengenai inspeksi
pemeliharaan, pengawasan pemeliharaan bangunan, perlengkapan dan
peralatan.
Bagian pemeliharaan sarana mempunyai bagan organisasi dan uraian tugas
yg jelas bag semua staf. Serta adanya dokumentasi yang meliputi fungsi
peralatan, kegunaan medik, kebutuhan pemeliharaan serta catatan
kerusakan yang terjadi dari peralatan dan gedung.
Program pengolahan peralatan di pergunakan untuk mengidentifikasi dan
mencatat kegagalan peralatan dan kesalahan pemakaian yang berakibat
penyimpangan efek terhadap keselamatan pasien serta mutu pelayanan.
Serta mampu memelihara peralatan medik dan non medik dirumah sakit

23. Pemulasaran Jenazah


Fungsi dari kamar mayat adalah tempat meletakkan/penyimpanan
sementara jenasah sebelum di ambil oleh keluarganya, dan atau tempat
mengeringkan mayat setelah di mandikan, selain itu dipakai untuk keperluan
Pokja Tata Kelola Page 104
otopsi mayat. Pelayanan untuk kamar mayat dilakukan 24 jam/hari selama 7
hari dalam seminggu

24. Komunikasi dan Informasi


Mengadakan sistem komunikasi di dalam dan keluar RS sesuai dengan
kebutuhan.

25. Pengolahan Limbah


Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Merupakan bahan yang tidak
berguna, tidak digunakan ataupun yang terbuang dan dapat dibedakan
menjadi limbah medis dan non medis.

26. Transportasi
Mampu mengadakan system transportasi yang mendukung proses
pelayanan rumah sakit sesuai dengan kebutuhan

BAB IX

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH

Pokja Tata Kelola Page 105


Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi
masyarakat sekitarnya tetapi juga mungkin dampak negatif itu berupa cemaran akibat
proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar.
Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya
kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pasien yang lain maupun dari
dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh kerna itu untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada dilingkungan
rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah
rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan.
Rumah sakit sebagai institusi yang sosial ekonominya kerena tugasnya memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat  tidak terlepas dari tanggung jawab
pengelolaan limbah yang ditimbulkan.

A. Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan non medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbahpatologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah kandungan
logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada eknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan

Pokja Tata Kelola Page 106


kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan
generator anestesi, dan pembuatan citotoksik.
7. Limbah ineksus adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock
bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang
telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
10. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk menggunakan
kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).

B. KATEGORI LIMBAH DAN PENGELOLAANNYA

B.1 KATEGORI LIMBAH

1     Limbah klinik


Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di
unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan
resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh
karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah
jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan badan,
anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung
urine dan produk darah.
2.    Limbah patologi

Pokja Tata Kelola Page 107


Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum
keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
3. Limbah bukan klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang
tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko
sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang
besar untuk mengangkut dan menbuangnya.
4. Limbah dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga
seperti kecoa, kutu dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan
bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.
5. Limbah radioaktif
Walaupun limbah ini tidak  menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian
kode warna yang berbeda untuk masing-masing sangat membantu
pengelolaan limbah tersebut

Berikut adalah tabel yang menyajikan contoh sistem kondisifikasi limbah rumah sakit
dengan menggunakan warna

JENIS LIMBAH WARNA


Bangsal/Unit  
Klinik Kuning
Bukan klinik Hitam
Kamar Cuci Rumah Sakit  
Kotor/Terinfeksi Merah
Habis dipakai Putih
Dari kamar operasi Hijau/Biru

Pokja Tata Kelola Page 108


Dapur  
  Sarung tangan dengan warna yang
berbeda untuk memasak dan
membersihkan badan.

Agar kebijakan kodifikasikan menggunakan warna dapat dilaksanakan


dengan baik, tempat limbah diseluruh rumah sakit harus memiliki warna yang
sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan ditempat sumbernya.
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu
untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik
2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai
limbah klinik
3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah
klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang (Depkes RI, 1992)

B.2 Pengelolaan limbah

Pengolahan limbah RSUD Lanto Dg Pasewang dilakukan dengan berbagai


cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce)
dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur
ulang (recycle), dan pengolahan (treatment) (Slamet Riyadi, 2000).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
1. Pemisahan Limbah

o Limbah harus dipisahkan dari sumbernya


o Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

Pokja Tata Kelola Page 109


o Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau
dibuang (Koesno Putranto. H, 1995)

2. Penyimpangan Limbah
o Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian.
Kemudian diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas
o Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga  jika dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat  tertentu untuk
dikumpulkan
o Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan 
warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
o Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan
hewan perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.

3. Penanganan limbah

o Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bile telah ditutup
o Kantung dipegang pada lehernya
o Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu
mengangkut kantong tersebut
o Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih
untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double
bagging)
o Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat
mencederainya di dalma kantung yang salah
Pokja Tata Kelola Page 110
o Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung
limbah

4. Pengangkutan Limbah

Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya.


Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik
dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada
kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk
mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari,
kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang


ditempat penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus dibakar
(insenerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah
dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai
membusuk.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur
dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai
berikut :
1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter
2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi  75 cm
3. Tambahkan lapisan kapur

Pokja Tata Kelola Page 111


4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan
samapai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah
5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah
Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable),
misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang
ditimbun dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.
Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani
oleh DPU atau kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat
pembuangan sampah umum. Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang
pada tempat pembuangan samapah umum.
Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan
mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi
atau kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung
yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan
mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja
(Moersidik. S.S, 1995).

C. Pemeliharaan Lingkungan
Kebersihan taman dan halaman rumah sakit, pemberantasan serangga dan
binatang pengganggu, perbaikan sarana sanitasi dilakukan oleh petugas
kebersihan rumah sakit.
Usaha perbaikan kesehatan masyarakat terus dikembangkan antara lain
melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran
dari manapun juga perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan dengan hal
tersebut, pengelolaan limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari
penyehatan lingkungan dirumah sakit juga mempunyai tujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah

Pokja Tata Kelola Page 112


rumah sakit infeksi nosoknominal dilingkungan rumah sakit, Kedepannya RSUD
Lanto Dg Pasewang akan menerapkan system pembuangan limbah yang sesuai
dengan standar pembuangan limbah.

Kebijakan selengkapnya tentang pengelolaan limbah RSUD Lanto Dg. Pasewang


disajikan sebagai lampiran

BAB X
STRUKTUR DAN PROSES TATA KELOLA
A. Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Pengawas dan Pejabat
Pengelola
1. Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Pengawas
a. Dewan Pengawas dibentuk dengan Keputusan Bupati
b. Anggota Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur pejabat SKPD,
unsur-unsur Pejabat Pengelola Keuangan Daerah serta tenaga ahli yang
sesuai dengan kegiatan Rumah Sakit.
c. Pemilihan Dewan Pengawas dilakukan dengan mekanisme uji kelayakan
dan kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan secara transparan,
profesional, mandiri, dan dapat dipertanggung-jawabkan.
d. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 tahun dan
dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
e. Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas adalah orang

Pokja Tata Kelola Page 113


perseorangan yang:
1) Memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan BLUD, serta dapat menyediakan waktu
yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Diangkat
berdasarkan pertimbangan integritas,dedikasi, memahami
masalah-masalah manajemen rumah sakit yang berkaitan dengan
salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang
memadai di bidang usaha rumah sakit tersebut, mengikuti dan
lulus uji kelayakan dan kepatutan, serta dapat menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota Direksi atau
Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan
bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit, atau
orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan kerugian negara
3) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan
waktunya dengan pengangkatan Pejabat Pengelola, kecuali
pengangkatan untuk pertama kalinya pada waktu pembentukan
BLUD.
4) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan oleh Bupati , setelah
masa jabatannya habis.
5) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis
masa jabatannya oleh Bupati , apabila terbukti:
a) tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
b) tidak melaksanakan ketentuan undang-undang
c) terlibat dalam tindakan merugikan BLUD, dan
d) dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan
perbuatan pidana kejahatan dan/atau yang berkaitan dengan

Pokja Tata Kelola Page 114


tugasnya melaksanakan pengawasan atas BLUD.
6) Rencana pemberhentian dengan alasannya
sebagaimana dimaksud dalam point 5). diberitahukan secara
tertulis oleh Bupati kepada anggota Dewan Pengawas yang
bersangkutan.
7) Keputusan pemberhentian ditetapkan setelah yang
bersangkutan diberi kesempatan membela diri secara tertulis dan
disampaikan kepada Bupati paling lambat dalam jangka
waktu satu bulan terhitung sejak anggota Dewan Pengawas yang
bersangkutan diberitahu secara tertulis.
8) Selama rencana pemberhentian masih dalam proses maka
anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan dapat
menjalankan tugasnya.
9) Jika dalam jangka waktu dua bulan terhitung sejak tanggal
penyampaian pembelaan diri Bupati tidak memberikan
keputusan pemberhentian anggota Dewan Pengawas tersebut,
maka rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.
10) Kedudukan sebagai anggota Dewan Pengawas
berakhir dengan dikeluarkannya keputusan pemberhentian oleh
Bupati
2. Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola
a) Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Bupati
b) Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD dapat berasal dari pegawai
negeri sipil dan/atau tenaga profesional non pegawai negeri sipil sesuai
dengan kebutuhan BLUD
c) Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan
pegawai BLUD yang berasal dari pegawai negeri sipil disesuaikan
dengan ketentuan perundangan-undangan di bidang
kepegawaian.

Pokja Tata Kelola Page 115


d) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan
Pegawai BLUD yang berasal dari tenaga profesional bukan pegawai
negeri sipil dilaksanakan berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh
Direktur setelah mendapat persetujuan Bupati.
e) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat
pengelola BLUD ditetapkan berdasarkan kompetensi dan
kebutuhan praktik bisnis yang sehat. Kompetensi merupakan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola BLUD
berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas. Kebutuhan praktik bisnis yang sehat
merupakan kesesuaian antara kebutuhan jabatan, kualitas dan
kualifikasi dengan kemampuan keuangan BLUD.
f) Pemilihan Pejabat Pengelola dilakukan dengan mekanisme uji
kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan secara
transparan, profesional, mandiri, dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
g) Masa jabatan anggota Pejabat Pengelola ditetapkan selama 3 (tiga)
sampai 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa
jabatan berikutnya.
h) Pejabat Pengelola diberhentikan oleh Bupati , setelah masa
jabatannya habis.
i) Pejabat Pengelola dapat diberhentikan sebelum habis masa
jabatannya oleh Bupati atas usulan Dewan Pengawas, apabila terbukti:
- tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
- tidak melaksanakan ketentuan undang-undang
- terlibat dalam tindakan merugikan BLUD, dan
- dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan
perbuatan pidana kejahatan dan/atau yang berkaitan dengan
tugasnya melaksanakan pengurusan atas BLUD.

Pokja Tata Kelola Page 116


j) Rencana pemberhentian dengan alasannya sebagaimana dimaksud
dalam point 9) diberitahukan secara tertulis oleh Bupati kepada anggota
Pejabat Pengelola yang bersangkutan.
k) Keputusan pemberhentian ditetapkan setelah yang
bersangkutan diberi kesempatan membela diri secara tertulis dan
disampaikan kepada Bupati paling lambat dalam jangka waktu satu
bulan terhitung sejak Pejabat Pengelola yang bersangkutan diberitahu
secara tertulis
l) Selama rencana pemberhentian masih dalam proses maka Pejabat
Pengelola yang bersangkutan dapat menjalankan tugasnya namun tidak
boleh membuat keputusan/kebijakan strategis.
m) Jika dalam jangka waktu dua bulan terhitung sejak tanggal
penyampaian pembelaan diri Bupati tidak memberikan
keputusan pemberhentian Pejabat Pengelola tersebut, maka rencana
pemberhentian tersebut menjadi batal.
n) Kedudukan sebagai Pejabat Pengelola berakhir
dengan dikeluarkannya keputusan pemberhentian oleh Bupati .
3. Pengangkatan dan Pemberhentian Komite-Komite Rumah Sakit.
a) Komite Medik
1) Ketua Komite Medik dipilih secara demokratis diantara Ketua staf
medik fungsional.
2) Ketua Komite Medik diangkat dan diberhentikan berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
3) Masa kerja Ketua Komite Medik ditetapkan selama 3 (tiga)
tahun.
b) Komite Keperawatan
1) Ketua Komite Keperawatan dipilih secara demokratis diantara staf
keperawatan.
2) Ketua Komite Keperawatan diangkat dan diberhentikan

Pokja Tata Kelola Page 117


berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
3) Masa kerja Ketua Komite Keperawatan ditetapkan selama 3
(tiga) tahun.
c) Komite Pasient Safety
1) Ketua dan kepengurusan Komite ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit dengan Surat Keputusan (SK), berdasarkan
masukan atau usulan dari ketua-ketua SMF atau pejabat pengelola
RS
2) Masa kerja kepengurusan komite ditetapkan selama 3 tahun
atau sampai diterbitkan SK kepengurusan yang baru.
3) Ketua atau anggota berhenti apabila megundurkan diri atau
meninggal dunia
4) Dalam keadaan ada usulan pemberhentian dari SMF atau
pejabat pengelola untuk pemberhentian anggota Komite harus
melalui persetujuan Direktur RS.
d) Komite Pengendalian Infeksi
1) Ketua dan kepengurusan Komite ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit dengan Surat Keputusan(SK), berdasarkan
masukan atau usulan dari ketua-ketua SMF atau pejabat pengelola
RS.
2) Masa kerja kepengurusan komite ditetapkan selama 3 tahun atau
sampai diterbitkan SK kepengurusan yang baru.
3) Ketua atau anggota berhenti apabila megundurkan diri atau
meninggal dunia
4) Dalam keadaan ada usulan pemberhentian dari SMF atau pejabat
pengelola untuk pemberhentian anggota Komite harus melalui
persetujuan Direktur RS.
B. Program Pengenalan (Induction Program)
1. Pejabat Pengelola dan/atau Dewan Pengawas yang baru wajib

Pokja Tata Kelola Page 118


diberikan program pengenalan mengenai Rumah Sakit
2. Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan Dewan
Pengawas yang baru berada pada Bupati atau jika berhalangan dapat
melimpahkan kepada Ketua Dewan Pengawas dan/atau Pimpinan BLUD.
3. Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan Pejabat
Pengelola yang baru berada pada Ketua Dewan Pengawas atau jika
berhalangan dapat melimpahkan pada Pimpinan BLUD..
4. Program pengenalan meliputi:
a) Pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola yang baik oleh Rumah
Sakit.
b) Gambaran mengenai Rumah Sakit berkaitan dengan tujuan, sifat
dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasional, strategi, dan
masalah-masalah strategis lainnya.
c) Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit
internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal
d) Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan
Pengawas dan Pejabat Pengelola.

C. RSB dan RBA


1. Pejabat Pengelola wajib menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima
tahunan dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan yang
merupakan penjabaran RSB yang telah disyahkan dengan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Jeneponto.
2. Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya RSB,
Pejabat Pengelola wajib menyampaikan rancangan RSB periode
berikutnya
3. Pejabat Pengelola wajib menyampaikan RBA yang telah disetujui Dewan
Pengawas kepada PPKD untuk dimintakan pengesahan selambat-

Pokja Tata Kelola Page 119


lambatnya minggu ke empat Oktober tahun anggaran yang bersangkutan
4. Dewan Pengawas memberikan masukan-masukan pada saat
penyusunan RSB dan RBA, serta melakukan pembahasan bersama- sama
dengan Pejabat Pengelola sebelum memberikan persetujuannya
5. Pejabat Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan RSB dan
RBA serta melaksanakan evaluasi dan pengendaliannya.
6. Perubahan RBA yang melampaui ambang batas maksimal harus disetujui
oleh Dewan Pengawas, dan dilakukan melalui mekanisme perubahan
APBD.
7. Dewan Pengawas memantau pelaksanaan RBA dan kesesuaiannya
dengan RSB, serta memberikan masukan-masukan dalam upaya
pencapaiannya

D. Pendelegasian Wewenang
1. Pendelegasian sebagian kewenangan Pejabat Pengelola kepada
Kepala Bidang/Instalasi diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dengan pertimbangan untuk menunjang kelancaran tugas dan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
2. Kepala Bidang/Instalasi harus melaksanakan wewenang yang
didelegasikan tersebut dengan penuh tanggungjawab dan memberikan
laporan pelaksanaannya secara berkala kepada Pejabat Pengelola
3. Pendelegasian wewenang dikaji secara periodik untuk disesuaikan
dengan tuntutan perkembangan Rumah Sakit
4. Pendelegasian wewenang yang dilakukan tidak melepaskan tanggung
jawab Pejabat Pengelola.
E. Pengambilan Keputusan
1. Semua keputusan dalam rapat dilakukan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat
Pokja Tata Kelola Page 120
2. Setiap keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan
stakeholders Rumah Sakit, risiko yang melekat, dan kewenangan yang
dimiliki oleh setiap pengambil keputusan
3. Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya
memberikan masukan peningkatan kinerja Rumah Sakit
4. Keputusan-keputusan yang mengikat dapat pula diambil tanpa
diadakan rapat, asalkan keputusan itu disetujui secara tertulis.
5. Bupati, Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola harus konsisten
dalam menjalankan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
F. Manajemen Risiko
1. Pejabat Pengelola melakukan identifikasi dan kajian terhadap potensi risiko
yang dihadapi Rumah Sakit
2. Pejabat Pengelola menetapkan strategi dan kebijakan penanganan
pengelolaan risiko serta melakukan pengawasan atas pelaksanaannya
3. Pejabat Pengelola menyusun pedoman penanganan masalah dengan
stakeholders yang berkaitan dengan dampak jasa
pelayanan kesehatan.
4. Pejabat Pengelola memberikan informasi hasil analisa risiko yang dilakukan
kepada Dewan Pengawas sesuai dengan tingkat kebutuhan
5. Dewan Pengawas memantau pelaksanaan pengelolaan risiko Rumah
Sakit dan memberikan masukan untuk perbaikan
6. SPI melakukan kajian terhadap kecukupan pengelolaan risiko yang
diterapkan Rumah Sakit sebagai bahan kajian risiko kepada Pejabat
Pengelola.

G. Pelaporan
1. Pejabat Pengelola menyampaikan laporan keuangan Rumah Sakit
sebagai SKPD (Entitas Akuntansi) secara berkala setiap semester dan
tahunan kepada Bupati .
Pokja Tata Kelola Page 121
a) Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Semester Pertama
1) Pejabat Pengelola menyusun laporan realisasi anggaran
pendapatan dan belanja semester pertama Rumah Sakit sebagai
hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Laporan disertai dengan prognosis untuk enam bulan berikutnya.
2) Laporan disiapkan oleh PPK-SKPD dan disampaikan kepada
Pimpinan BLUD selaku Pengguna Anggaran untuk ditetapkan
sebagai laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja
semester pertama serta prognosis untuk enam bulan berikutnya
paling lama lima belas hari kerja setelah semester pertama tahun
anggaran berkenaan berakhir.
3) Pejabat Pengelola menyampaikan laporan realisasi anggaran
pendapatan dan belanja semester pertama SKPD serta prognosis
untuk enam bulan berikutnya kepada PPKD sebagai dasar
penyusunan laporan realisasi APBD semester pertama paling lambat
duapuluh hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran
berkenaan berakhir.
b) Laporan Tahunan
1) PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan Rumah Sakit tahun
anggaran berkenaan dan disampaikan kepada Pejabat Pengelola
(Kepala SKPD) untuk ditetapkan sebagai laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.
2) Laporan keuangan SKPD disampaikan kepada Bupati melalui
PPKD paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir.
3) Laporan keuangan disusun oleh pejabat pengguna anggaran
sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yang
menjadi tanggungjawabnya.
4) Laporan keuangan SKPD terdiri dari :
a) Laporan Realisasi Anggaran

Pokja Tata Kelola Page 122


b) Neraca
c) Catatan Atas Laporan Keuangan
5) Laporan keuangan SKPD dilampiri dengan surat pernyataan kepala
SKPD bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggungjawabnya
telah diselenggarakan dengan sistem pengendalian intern yang
memadai dan standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan
peraturan perundang- undangan.
2. Pejabat Pengelola menyampaikan laporan keuangan Rumah Sakit
sebagai BLUD (Entitas Pelaporan) secara berkala setiap triwulan, semester
dan tahunan kepada Bupati.
a) Setiap transaksi keuangan BLUD harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib
b) Akuntansi dan laporan keuangan BLUD disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam rangka konsolidasi dengan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah terlebih dulu harus dilakukan penyesuaian atau dikonversikan
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan mengacu pada
Permendagri nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
c) Laporan Keuangan BLUD setidak-tidaknya terdiri dari:
1) Laporan realisasi anggaran/laporan operasional yang berisi
informasi jumlah pendapatan dan biaya BLUD selama satu periode
2) Neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu
3) Laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan
dengan aktivitas operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan
dan/atau pembiayaan yang menggambarkan saldo awal,
penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas selama periode
tertentu; dan

Pokja Tata Kelola Page 123


4) Catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif
atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan keuangan
disertai laporan mengenai kinerja.
d) Laporan keuangan BLUD disampaikan secara berkala kepada Bupati
memalui PPKD, untuk dikonsolidasikan dengan laporan pemerintah
daerah secara berkala paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode
pelaporan berakhir.
e) Laporan keuangan BLUD merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah.
3. Pejabat Pengelola wajib mengungkapkan informasi penting dalam
Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Rumah Sakit sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku secara tepat waktu, akurat,
jelas dan obyektif
4. Dewan Pengawas wajib membahas secara bersama-sama dengan
Pejabat Pengelola, setiap laporan sebelum menyetujui dan
menyampaikannya kepada Bupati
5. Dewan Pengawas menyampaikan laporan kepada Bupati secara
berkala baik triwulan maupun tahunan serta pada setiap waktu yang
diperlukan mengenai perkembangan Rumah Sakit.
6. Dewan Pengawas wajib menyusun dan menyampaikan laporan
pelaksanaan tugas yang telah dilakukan pada akhir masa jabatan.
7. Pejabat Pengelola menyampaikan laporan khusus kepada Dewan
Pengawas dan Bupati setiap ada kejadian penting dan/atau atas
permintaan Dewan Pengawas/Bupati .

8. Pejabat Pengelola menyampaikan Laporan Manajemen setiap triwulan


kepada Dewan Pengawas paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan
berakhir
9. Pejabat Pengelola menetapkan mekanisme penyampaian laporan

Pokja Tata Kelola Page 124


pertanggungjawaban setiap bidang dalam suatu sistem pengendalian
internal yang memadai
H. Penilaian Kinerja
1. Bupati menilai kinerja Rumah Sakit, Dewan Pengawas dan Pejabat
Pengelola melalui mekanisme yang telah ditetapkan.
2. Kinerja Pejabat Pengelola dievaluasi secara berkala pada setiap akhir
tahun anggaran atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan oleh Dewan
Pengawas dengan menggunakan kriteria penilaian yang umum berlaku
dalam Rumah Sakit. Hasil penilaian kinerja dilaporkan kepada Bupati.
3. Dewan Pengawas melaporkan kepada Bupati apabila terjadi gejala
kemunduran kinerja Rumah Sakit.
4. Pejabat Pengelola menetapkan tolok ukur kinerja masing-masing
bidang untuk mendukung kinerja Rumah Sakit.
5. Penilaian kinerja terhadap bidang/SPI dilakukan setiap tahun dan dilakukan
secara transparan.

I. Suksesi Manajemen
1. Pejabat Pengelola menetapkan persyaratan jabatan dan proses seleksi
untuk kepala bidang/SPI sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit dalam
menjalankan strategi.
2. Penetapan persyaratan jabatan dan proses seleksi untuk kepala
bidang/SPI harus dilaporkan kepada Dewan Pengawas.
3. Pejabat Pengelola menetapkan program pengembangan
kemampuan pegawai Rumah Sakit baik fungsional maupun struktural
secara transparan.
4. Dewan Pengawas memantau pengisian formasi kepala bidang/SPI dalam
upaya menjaring dan mengusulkan calon anggota Pejabat Pengelola
kepada Bupati.
J. Pengendalian Internal

Pokja Tata Kelola Page 125


1. Pejabat Pengelola harus menetapkan Sistem Pengendalian Internal yang
efektif untuk mengamankan investasi dan aset Rumah Sakit, serta
membantu manajemen dalam hal:
a) upaya-upaya mengamankan harta kekayaan (safe guarding of assets);
b) menciptakan keakuratan data akuntansi;
c) menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
d) mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan
praktek bisnis yang sehat
2. Sistem Pengendalian Internal antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Lingkungan Pengendalian Internal yang disiplin dan terstruktur, yang
terdiri dari:
1) Integritas, nilai etika dan kompetensi pegawai
2) Filosofi dan gaya manajemen;
3) Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan
kewenangan dan tanggung jawabnya
4) Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia;
5) Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola
b) Pengkajian dan Pengelolaan Risiko, yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha
relevan;
c) Aktivitas Pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan
dalam suatu proses pengendalian terhadap kegiatan Rumah Sakit
pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi, antara lain
mencakup kebijakan dan prosedur yang membantu manajemen
melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan
penting dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam
mencapai sasaran Rumah Sakit.
Kegiatan pengendalian termasuk serangkaian kegiatan seperti
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi

Pokja Tata Kelola Page 126


kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap asset Rumah Sakit;
d) SistemInformasi dan Komunikasi, yaitu suatu proses penyajian
laporan keuangan mengenai kegiatan operasional, finansial, dan
ketaatan atas ketentuan dan peraturan yang berlaku pada Rumah Sakit,
yang memungkinkan Pejabat Pengelola dan Manajemen untuk
menjalankan dan mengendalikan kegiatan usahanya. Laporan tidak
hanya berhubungan data internal, tetapi juga informasi tentang kejadian
eksternal, kegiatan dan kondisi penting untuk menginformasikan
pengambilan keputusan dan laporan eksternal.
e) Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem
pengendalian internal, termasuk fungsi audit internal p setiap tingkat
dan unit struktur organisasi rumah sakit, sehingga dapat
dilaksanakan secara optimal, dengan ketentuan bahwa
penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada Pejabat Pengelola
dan tembusannya kepada Dewan Pengawas.
3. SPI melakukan penelaahan terhadap kecukupan sistem
pengendalian internal Rumah Sakit termasuk dalam penyusunan Laporan
Keuangan Rumah Sakit.
4. Pejabat Pengelola menindaklanjuti laporan hasil evaluasi atas
pengendalian internal yang dilaksanakan SPI maupun Auditor
Eksternal dan melaporkan perkembangan tindak lanjut tersebut kepada
Dewan Pengawas
5. Dewan Pengawas memantau perkembangan tindak lanjut atas laporan
hasil evaluasi SPI maupun Auditor Eksternal.

K. Pengadaan Barang dan Jasa


1. Pengadaan barang dan jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip
efisien, efektif, transparan,bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan
praktik bisnis yang sehat.

Pokja Tata Kelola Page 127


2. Pejabat Pengelola menetapkan mekanisme pengadaan barang dan jasa
dengan memperhatikan pemerataan kesempatan berusaha,
ketentuanperundang-undangan yang berlaku dan prinsip
pengendalian yang memadai.
3. Pengadaan Barang dan Jasa dilaksanakan oleh Pelaksana
Pengadaan yang dapat berbentuk pejabat, tim/panitia atau unit yang
dibentuk oleh pejabat pengelola yang ditugaskan secara khusus untuk
melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa guna keperluan
Rumah Sakit.
4. Pelaksana Pengadaan terdiri dari personil yang memahami tatacara
pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang
lain yang diperlukan dan membuat laporan pelaksanaan tugasnya secara
berkala kepada Pejabat Pengelola.
5. Fleksibilitas yang diberikan terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber
dananya berasal dari :
a. Jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;
b. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain; dan /
atau
c. Hasil kerja sama Rumah Sakit dengan pihak lain dan / atau hasil usaha
lainnya.
e. Untuk pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari hibah
terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi
hibah, atau mengikuti ketentuanpengadaan barang/jasa yang berlaku bagi
BLUD sepanjang disetujui oleh pemberi hibah dimaksud

L. Pemberian Layanan Jasa (Standar dan Tarif)


1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
a) Bupati menetapkan standar pelayanan Minimum Rumah Sakit, yang
memastikan bahwa seluruh pelanggan telah memperoleh layanan secara

Pokja Tata Kelola Page 128


profesional sesuai standar, yang mencakup kualitas fasilitas, kualitas
layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta
kemudahan untuk mendapatkan layanan.
b) Pejabat Pengelola harus menetapkan mekanisme pemberian layanan
jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Pemberian jasa pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh staf medis
dan tenaga kesehatan lainnya secara profesional sesuai dengan
standar profesi, kompetensi dan pelayanan medis dalam rangka
mencapai kualitas layanan yang dipersyaratkan melalui
penerapan sistem manajemen mutu untuk menjamin kepuasan
pelanggan dan seluruh stakeholders.
d) Komite Medik membantu Pejabat Pengelola untuk menyusun standar
pelayanan dan memantau pelaksanaannya,serta melaksanakan
pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi
anggota staf medik fungsional, dan mengembangkan program
pendidikan, pelayanan, pelatihan, penelitian serta pengembangan.
e) Komite Keperawatan membantu Direktur untuk menyusun standar
keperawatan dan serta memantau pelaksanaannya serta
melaksanakan pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan
profesi staf keperawatan dan mengembangkan program pendidikan,
pelayanan, pelatihan, penelitian dan pengembangan.
2. Pola Tarif Layanan
a) Bupati menetapkan tarif layanan atas usulan Pejabat
Pengelola dengan mempertimbangkan kontinuitas dan
pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan
kepatutan dan kompetensi yang sehat.
b) Pejabat Pengelola menetapkan strategi dan kebijakan
terhadap pemberian layanan kesehatan serta melakukan pengawasan
atas pelaksanaannya.

Pokja Tata Kelola Page 129


c) Pejabat Pengelola melakukan evaluasi kualitas pemberian jasa
pelayanan yang telah dilakukan pada akhir periode sebagai bahan
masukan pada periode berikutnya
d) Dewan Pengawas memberikan masukan-masukan kepada Pejabat
Pengelola agar upaya pencapaian tujuan yang telah direncanakan
lebih efektif.

M. Rapat Dewan Pengawas, Rapat Lainnya dan Risalah Rapat


1. Rapat Dewan Pengawas harus diadakan secara berkala, yaitu
sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan
2. Rapat Bersama Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola
dilaksanakan 3 (tiga) bulan sekali. Dalam kondisi tertentu, Rapat
Bersama dapat diadakan di luar jadwal tersebut untuk membahas hal-hal
penting dan mendesak yang memerlukan persetujuan Dewan Pengawas
3. Rapat Pejabat Pengelola dijadwalkan minimum 1 (satu) kali dalam
sebulan
4. Bila dipandang perlu, Pejabat Pengelola dapat sewaktu-waktu
mengundang Dewan Pengawas untuk mengadakan rapat bersama
5. Risalah rapat harus dibuat setiap menyelenggarakan rapat dan
penyusunannya memperhatikan dinamika rapat termasuk adanya dissenting
comments (perbedaan pendapat) yang sampai dengan berakhirnya rapat
tidak diperoleh kata sepakat
6. Risalah rapat disampaikan kepada semua anggota Dewan
Pengawas dan Pejabat Pengelola, termasuk yang tidak hadir dalam rapat
tersebut.
7. Risalah asli harus didokumentasikan dan disimpan oleh Rumah Sakit
dan harus selalu tersedia bila diperlukan

Pokja Tata Kelola Page 130


N. Media Komunikasi dan Informasi
1. Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Dewan Pengawas, Pejabat
Pengelola, dan stakeholders lainnya berhak memperoleh informasi yang
lengkap dan akurat mengenai Rumah Sakit secara proporsional.
2. Pejabat Pengelola bertanggungjawab untuk memastikan agar informasi
mengenai Rumah Sakit diberikan kepada Dewan Pengawas dan Bupati
secara tepat waktu dan lengkap
3. Direktur melakukan komunikasi secara efektif dengan unit kerja,
sesama Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Bupati melalui media
komunikasi yang tepat dan efisien
4. Pejabat Pengelola menetapkan kebijakan mengenai komunikasi dan
pengelolaan informasi termasuk klasifikasi kerahasiaan informasi.
5. Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola, auditor Eksternal, Audior Internal, dan
pegawai Rumah Sakit wajib menjaga kerahasiaan informasi Rumah Sakit
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
O. . Penunjukan dan Peran Auditor Eksternal
1. Pejabat Pengelola dengan persetujuan Dewan Pengawas dapat
menunjuk kantor akuntan negara/publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Pejabat Pengelola wajib menyampaikan kepada Dewan Pengawas
menyangkut alasan pencalonan dan besarnya honorarium/imbal jasa yang
diusulkan untuk auditor eksternal Rumah Sakit

3. Auditor Eksternal melakukan audit terhadap laporan keuangan Rumah


Sakit untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan
keuangan secara independen dan profesional
4. Rumah Sakit harus menyediakan semua catatan akuntansi dan data
penunjang yang diperlukan Auditor Eksternal
5. Auditor Eksternal menyampaikan laporan hasil audit kepada

Pokja Tata Kelola Page 131


PejabatPengelola dan Dewan Pengawas secara tepat waktu.
6. Pejabat Pengelola menindaklanjuti laporan hasil audit yang
dilaksanakan Auditor Eksternal dan melaporkan perkembangan tindak
lanjut tersebut kepada Dewan Pengawas
7. Dewan Pengawas memantau perkembangan tindak lanjut atas
laporan hasil audit Auditor Eksternal

P. Konflik Kepentingan
1. Pemerintah Kabupaten Jeneponto selaku pemilik tidak diperkenankan
mencampuri kegiatan operasional rumah sakit yang menjadi
tanggungjawab Pejabat Pengelola sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan rangkap sebagai
Pejabat Pengelola pada RS milik swasta, dan jabatan lain yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan.
3. Dewan Pengawas tidak boleh mempunyai kepentingan yang dapat
mengganggu kemampuan untuk melaksanakan tugas secara mandiri dan
kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap Pejabat Pengelola
4. Pejabat Pengelola dilarang memangku jabatan rangkap sebagai pejabat
jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/ lembaga pemerintah
daerah, serta jabatan Pengelola pada RS swasta di daerah yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan
5. Pejabat Pengelola tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi,
langsung atau tidak langsung pada usaha lain yang bertujuan mencari
laba
6. Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas dilarang
melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dan
mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan Rumah Sakit, selain gaji
dan fasilitas yang diterimanya sebagai Pejabat Pengelola dan Dewan

Pokja Tata Kelola Page 132


Pengawas, yang ditentukan oleh Bupati
Q. Tanggungjawab Sosial Rumah Sakit
1. Pejabat Pengelola menetapkan dan menjalankan program yang terkait
dengan tanggung jawab sosial Rumah Sakit secara periodik dan
melaporkannya kepada Dewan Pengawas serta Bupati
2. Pejabat Pengelola harus memastikan bahwa Rumah Sakit selalu
berupaya mempedulikan kelestarian lingkungan alam dan lingkungan
sosialnya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Dewan Pengawas memantau dan memberikan masukan terhadap
pelaksanaan program Rumah Sakit yang terkait dengan tanggung jawab
sosial Rumah Sakit
R. Budaya Organisasi, Budaya Kerja dan Etika
1. Rumah Sakit melaksanakan kegiatan usaha dan dalam berhubungan
dengan lingkungan, baik internal maupun eksternal, dalam suatu sistem
nilai yang menjunjung tinggi norma etis.
2. Setiap insan Rumah Sakit wajib menjunjung tinggi nilai-nilai etika yang
dibangun dalam Rumah Sakit
3. Budaya organisasi dan budaya kerja dibangun untuk menjaga
berlangsungnya lingkungan kerja yang profesional, jujur, terbuka, peduli,
dan tanggap terhadap setiap kegiatan Rumah Sakit serta kepentingan pihak
stakeholders
4. Budaya organisasi dan budaya kerja dikembangkan untuk
memotivasi pegawai dalam bekerja
5. Seluruh insan Rumah Sakit harus menerapkan etika Rumah Sakit dan
budaya kerja secara konsisten dan melakukan evaluasi secara periodik

S. Donasi dan Etika Berusaha


1. Dalam batas kepatutan, donasi untuk tujuan amal dapat dibenarkan
2. Donasi untuk tujuan lain hanya boleh dilakukan sesuai dengan

Pokja Tata Kelola Page 133


peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola, dan Pegawai Rumah Sakit
dilarang untuk memberikan atau menawarkan, atau menerima baik langsung
ataupun tidak langsung sesuatu yang berharga kepada pelanggan, pihak
ketiga, atau seorang pejabat pemerintah untuk mempengaruhi atau
sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan
tindakan lainnya sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku
4. Suatu tanda terima kasih dalam kegiatan usaha, seperti hadiah,
sumbangan, atau ”entertainment”, tidak boleh dilakukan pada suatu
keadaan yang dapat dianggap sebagai perbuatan yang tidak patut.
5. Sistem nilai, budaya, etika kerja dan etika usaha Rumah Sakit lebih lanjut
diatur dalam Pedoman Perilaku.
T. Pemantauan Ketaatan Tata Kelola
1. Rumah Sakit harus secara aktif mengungkapkan sejauhmana
pelaksanaan prinsip tata kelola dan masalah yang dihadapi
2. Pemilik berpartisipasi dalam melaksanakan penerapan tata kelola sesuai
dengan wewenang dan tanggungjawabnya
3. Pejabat Pengelola dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan
prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, dan prinsip-prinsip tata kelola,
yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
kemandirian, serta kewajaran
4. Pejabat Pengelola menunjuk Kepala SPI sebagai pemantau ketaatan aturan
tata kelola. Berkaitan dengan tugas tersebut, Kepala SPI melakukan
penilaian terhadap pelaksanaan penerapan tata kelola secara periodik dan
melaporkan hasilnya kepada Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas
5. Dewan Pengawas memantau efektivitas pelaksanaan praktik-praktik Tata
Kelola yang diterapkan Rumah Sakit dan melaporkannya kepada Bupati .

U. Pengelolaan Hubungan Dengan Stakeholder

Pokja Tata Kelola Page 134


1. Pengguna Jasa
a) Rumah Sakit menghormati hak-hak pasien selaku pengguna jasa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b) Rumah Sakit memenuhi komitmennya kepada pengguna jasa sesuai
standar layanan yang telah ditetapkan.

c) Penanganan keluhan pengguna jasa dilakukan secara profesional


melalui mekanisme yang baku dan transparan\
2. Mitra Usaha / Kerja Sama Operasional (KSO) dengan Pihak Ke III
a) Mitra usaha meliputi rekanan, Askes, Jamsostek, Asuransi kesehatan
lainnya, serta pihak ketiga lainnya.
b) Rumah Sakit menjalin kerjasama dengan mitra bisnis dilandasi dengan
itikad baik, saling menguntungkan, akuntabilitas, transparansi,
kewajaran dan tidak merugikan stakeholders serta dituangkan dalam
kesepakatan secara tertulis.
c) Kerjasama Rumah Sakit dengan mitra usaha dapat berupa transaksi
jual beli barang dan/atau jasa serta Kerja Sama Operasional dalam
bentuk kerjasama pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan,
pembangunan gedung, pemanfaatan alat kedokteran dan kerjasama
lainnya yang sah.
d) Rumah Sakit dan mitra bisnis bermitra secara profesional dengan
mematuhi setiap kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak
kerjasama.
3. Pegawai
a) Pegawai Rumah Sakit yang terdiri dari tenaga medis, tenaga
paramedis, dan tenaga lainnya adalah aset yang sangat berharga,
maka Rumah Sakit berkewajiban meningkatkan kompetensi dan
karakternya. Rumah Sakit dapat memberikan penghargaan yang pantas
kepada pegawai yang berprestasi

Pokja Tata Kelola Page 135


b) Setiap kebijakan Rumah Sakit yang terkait dengan pegawai disusun
secara transparan, mengakomodasi kepentingan pegawai dan
peraturan perundang-undangan yang terkait
c) Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Pegawai atau perjanjian dengan
pegawai dibuat secara tertulis dengan memuat hak dan kewajiban
setiap pihak secara jelas
d) Sistem penilaian kinerja pegawai ditetapkan dan dilaksanakan secara
adil dan transparan
e) Rumah sakit menciptakan kondisi kerja dengan selalu memperhatikan
tingkat kesehatan dan keselamatan kerja pegawai
f) Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pegawai, Rumah Sakit
menghormati hak asasi serta hak dan kewajiban pegawai sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
g) Rumah Sakit memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan
senioritas, gender, suku, agama, ras, dan antar golongan
4. Pemerintah Selaku Regulator
a) Rumah Sakit harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan kegiatan Rumah Sakit baik yang
menyangkut layanan jasa, pegawai, pelanggan, masyarakat sekitar,
lingkungan, sesama pelaku usaha, perpajakan, perbankan dan lain-
lain.
b) Rumah Sakit selalu berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis
dan konstruktif atas dasar kejujuran terhadap regulator serta
penyelenggara negara lainnya.
c) Rumah Sakit mendukung penerimaan negara dan daerah baik
langsung maupun tidak langsung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
d) Rumah Sakit akan selalu meningkatkan kualitas layanan dalam upaya
memberikan kontribusi terhadap pembangunan pelayanan Kesehatan di

Pokja Tata Kelola Page 136


Kabupaten Jeneponto

5. Masyarakat Sekitar dan Lingkungan


a) Rumah Sakit memegang teguh asas kepedulian dan keadilan terhadap
masyarakat sekitar lingkungan operasional Rumah Sakit
b) Rumah Sakit memastikan bahwa dalam kegiatan usaha untuk
pelayanan kesehatan, telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan
senantiasa mempertimbangkan aspek lingkungan lainnya yang terkait.
c) Rumah Sakit selalu berusaha mendorong munculnya kebutuhan
masyarakat atas kesehatan lingkungan serta pengelolaan sampah medis
secara khusus dalam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup

BAB XI

PANDUAN PERILAKU INSAN RUMAH SAKIT

Tuntutan akan kualitas pelayanan kesehatan tampaknya akan semakin gencar


dilakukan masyarakat, karena pelayanan kesehatan telah menjadi kebutuhan
Pokja Tata Kelola Page 137
dasar kehidupan dan penyampaiannya ( Deliver the service ) sengat terkait erat
dengan perilaku . Di sisi lain, harus di akui bahwa persaingan industri kesehatan
semakin ketat, meskipun didukung dengan peralatan canggih, tenaga kerja
dengan kemampuan yang tidak diragukan lagi, akan tetapi bila penyampaian
jasa layanan kurang memuaskan, maka konsumen akan beralih ke jasa
kesehatan lain. Oleh karena itu, RSUD Lanto Dg Pasewan ( Selanjutnya
disebut Rumah Sakit ) dituntut untuk dapat melakukan praktik – praktik bisnis
yang sehat senantiasanya memperhatikan mutu sumber daya
manusianya
( Brainware ), sarana – sarana ( hardware ), prosedur kerja ( Software ) net –
working dan system informasi ( Infoware ) dan perangkat hatinya
( Heartware ).
Untuk dapat mewujudkan Visi dan Misi Rumah Sakit yang telah disepakati
bersama mengharuskan Rumah Sakit memiliki sumber daya manusia yang
memiliki disiplin, integritas dan loyalitas yang tinggi.
Penetapan Panduan Perilaku oleh Rumah Sakit merupakan suatu kebutuhan
untuk menyediakan acuan bagi seluruh insan Rumah sakit ( Yaitu Dewan
Pengawas, Pejabat Pengelola dan seluruh pegawai Rumah sakit ang terdiri dari
tenaga medis, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga lain ) dalam bersikap dan
berprilaku berdasarkan nilai – nilai etika yang tinggi.

A. PENGERTIAN

Panduan perilaku merupakan pernyataan umum tertulis yang menggambarkan


standar etika yang tinggi yang diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh insan
Rumah sakit dalam berusaha, berinteraksi dan beraktivitas lainnya yang
berhubungan dengan pasien, rekanan pemilik, pemerintah, masyarakat dan
Pokja Tata Kelola Page 138
stakeholder lainnya. Pedoman ini dikembagkan berdasarkan filosofi usaha,
budaya kerja budaya organisasi Rumah sakit, peraturan perundang – undangan,
peraturan – peraturan internal Rumah Sakit dan praktik – praktik bisnis yang
sehat.

B. MANFAAT

Manfaat yang dapat diperoleh dari Panduan Perilaku ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai panduan perilaku dan budaya kerja yang konsisten dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban bagi seluruh insane Rumah Sakit .
2. Sebagai sumber inspirasi dalam pengambilan keputusan.
3. Sebagai usaha preventif untuk mencegah penyalahgunaan kewenangan dan
kecurangan.
4. Sebagai upaya memelihara keharmonisan guna mencegah timbulnya
benturan kepentingan.
5. Sebagai upaya untuk membina, meningkatkan dan mempertahankan
integritas kejujuran dan profesionalisme.
6. Sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan dan reputasi Rumah Sakit
dalam menjalin hubungan usaha dan berinteraksi dengan pihak ketiga.

Apabila terdapat hal – hal yang belum diatur didalam panduan perilaku ini,
maka harus mengacu pada peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Panduan perilaku ini tidak dapat member jawaban secara pasti atas seluruh
permasalahan perilaku insan Rumah Sakit, sehingga pada akhirnya setiap insan
Rumah Sakit harus dapat menggunakan pertimbangan yang sehat dengan
kejujuran hati nurani untuk menentukan keselarasan suatu perilaku dengan
Panduan Perilaku ini.
Setiap insan Rumah Sakit wajib berkomitmen untuk mematuhi peraturan
perundang – undangan, penerapan Panduan Perilaku dan kebikana yang

Pokja Tata Kelola Page 139


mendasarinya. Atas pelanggaran terhadap ketentuan ini akan diberikan sanksi
yang tegas sesuai denga tingkat oelanggarannya.
Pejabat pengelola wajib memberikan teladan dan dukungan penuh kepada
pegawai Rumah Sakit dalam melaksanakan Panduan Perilaku Rumah Sakit,
Untuk Itu Rumah Sakit herus menciptakan suasana kerja dan berusaha yang
aman dan nyaman.
Panduan Perilaku ini juga ditujukan untuk meningkatkan pemahaman bagi pihak
– pihak di luar Rumah Sakit dalam menjalin hubungan usaha dan interaksi
dengan Rumah Sakit.

Panduan Perilaku Insan Rumah sakit selengkapnya RSUD Lanto Dg. Pasewang
disajikan sebagai lampiran

BAB XII

PENGELOLAAN HUBUNGAN DENGAN STAKE HOLDER

A. Pengguna Jasa
1. Rumah Sakit menghormati hak-hak pasien selaku pengguna jasa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Rumah Sakit memenuhi komitmennya kepada pengguna jasa sesuai

Pokja Tata Kelola Page 140


standar layanan yang telah ditetapkan.
3. Penanganan keluhan pengguna jasa dilakukan secara profesional
melalui mekanisme yang baku dan transparan

B. Mitra Usaha
1. Mitra usaha meliputi rekanan, Askes, Jamsostek, Asuransi kesehatan
lainnya, serta pihak ketiga lainnya.
2. Rumah Sakit menjalin kerjasama dengan mitra bisnis dilandasi dengan
itikad baik, saling menguntungkan, akuntabilitas, transparansi, kewajaran
dan tidak merugikan stakeholders serta dituangkan dalam kesepakatan
secara tertulis.
3. Kerjasama Rumah Sakit dengan mitra usaha dapat berupa transaksi jual
beli barang dan/atau jasa serta Kerja Sama Operasional dalam bentuk
kerjasama pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan,
pembangunan gedung, pemanfaatan alat kedokteran dan kerjasama
lainnya yang sah.
4. Rumah Sakit dan mitra bisnis bermitra secara profesional dengan
mematuhi setiap kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak
kerjasama.
C. Pegawai
1. Pegawai Rumah Sakit yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis,
dan tenaga lainnya adalah aset yang sangat berharga, maka Rumah Sakit
berkewajiban meningkatkan kompetensi dan karakternya. Rumah Sakit
dapat memberikan penghargaan yang pantas kepada pegawai yang
berprestasi.
2. Setiap kebijakan Rumah Sakit yang terkait dengan pegawai disusun
secara transparan, mengakomodasi kepentingan pegawai dan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
3. Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Pegawai atau perjanjian dengan

Pokja Tata Kelola Page 141


pegawai dibuat secara tertulis dengan memuat hak dan kewajiban setiap
pihak secara jelas.
4. Sistem penilaian kinerja pegawai ditetapkan dan dilaksanakan secara adil
dan transparan.
5. Rumah sakit menciptakan kondisi kerja dengan selalu memperhatikan
tingkat kesehatan dan keselamatan kerja pegawai.
6. Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pegawai, Rumah Sakit
menghormati hak asasi serta hak dan kewajiban pegawai sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Rumah Sakit memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan
senioritas, gender, suku, agama, ras, dan antar golongan.

D. Pemerintah Selaku Regulator


1. Rumah Sakit harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan kegiatan Rumah Sakit baik yang
menyangkut layanan jasa, pegawai, pelanggan, masyarakat sekitar,
lingkungan, sesama pelaku usaha, perpajakan, perbankan dan lain- lain.
2. Rumah Sakit selalu berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dan
konstruktif atas dasar kejujuran terhadap regulator serta penyelenggara
negara lainnya.
3. Rumah Sakit mendukung penerimaan negara dan daerah baik langsung
maupun tidak langsung sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
4. Rumah Sakit akan selalu meningkatkan kualitas layanan dalam upaya
memberikan kontribusi terhadap pembangunan pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak di Provinsi Sulawesi Selatan.

E. Masyarakat Sekitar dan Lingkungan


d) Rumah Sakit memegang teguh asas kepedulian dan keadilan terhadap
masyarakat sekitar lingkungan operasional Rumah Sakit

Pokja Tata Kelola Page 142


e) Rumah Sakit memastikan bahwa dalam kegiatan usaha untuk pelayanan
kesehatan, telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan senantiasa
mempertimbangkan aspek lingkungan lainnya yang terkait.
f) Rumah Sakit selalu berusaha mendorong munculnya kebutuhan
masyarakat atas kesehatan lingkungan serta pengelolaan sampah medis
secara khusus dalam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Pokja Tata Kelola Page 143


BAB XII
PENUTUP

1. Pedoman Tata Kelola ini disusun dengan memperhatikan antara lain


Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medik
(Medical Staf By Law) di Rumah Sakit, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum, Peraturan
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD
Lanto Daeng Pasewang, dan peraturan-peraturan lainnya.
2. Hal-hal lain yang tidak dimuat dalam Pedoman ini tetap mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Seluruh kebijakan Rumah Sakit harus berpedoman pada dan tidak
bertentangan dengan Pedoman Tata Kelola ini. Kebijakan Rumah Sakit
tidak terbatas pada Surat Keputusan Direksi, Surat Edaran Direksi, dan seluruh
Buku Pedoman Rumah sakit. Kebijakan Rumah Sakit yang telah diterbitkan
dan bertentangan dengan Pedoman Tata Kelola ini wajib disesuaikan.
4. Pedoman Tata Kelola ini ditelaah dan dimutakhirkan secara berkala untuk
disesuaikan dengan fungsi, tanggung jawab, dan wewenang organ-organ
Rumah Sakit serta perubahan lingkungan yang terjadi.
5. Setiap perubahan terhadap Pedoman Tata Kelola harus disetujui oleh
Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas.
6. Pedoman Tata Kelola ini dinyatakan berlaku efektif sejak ditetapkan oleh
Bupati.

Pokja Tata Kelola Page 144


Pokja Tata Kelola Page 145

Anda mungkin juga menyukai