Disusun Oleh :
Kelompok IV
PROGRAM EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang PENERAPAN
METODE METODE PENGENDALIAN MODERN Selain sebagai tugas Kelompok mata
kuliah Sistem Pengendalian Manajemen, makalah yang kami buat ini bertujuan memberi
informasi kepada para pembaca tentang lembaga keuangan lainnya lebih khususnya koperasi
simpan pinjam.
Terima kasih disampaikan kepada Miss Yuli Arnida Pohan S.Kom, MM selaku dosen
mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen yang telah membimbing dan memberikan materi
kuliah demi lancarnya tugas makalah ini. Dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
materi, serta sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam melakukan pembelajaran. Dengan
demikian tidak akan tertinggal informasi mengenai lembaga keuangan lainnya. Dalam
kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang
telah membantu. Menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar ke depannya kami
mampu menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca
terutama teman-teman sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1) Manajemen berdasarkan hasil.
2) Manajemen berdasarkan tanggungjawab sosial.
3) Manajemen berdasarkan sasaran.
4) Manajemen berdasarkan pengecualian.
5) Manajemen terapan.
8.2. Kelebihan Manajemen Modern
Banyak variabel yang bisa diolah dengan teori ini seperti penganggaran modal,
perencanaan produk, dsb.
Pergerakan lebih dinamis dan fleksibel karena pusat komando bisa disesuaikan dengan
kondisi organisasi maupun perkembangan dunia
8.3. Kelemahan Manajemen Modern
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu Filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen & segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. JIT
mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut :
Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasaharus di eliminasi.
Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya
persediaan sedapat mungkin nol.
Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi sehingga produk
rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan waktu dan biaya untuk
pengerjaan kembali produk cacat, dankepuasan pembeli dapat meningkat.
Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan ( Continous Improvement )
dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian,
produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dengan cara :
Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi Sumber & sumber
yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
Mengurangi waktu dan biaya untuk program & program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada system akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut :
Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
Perubahan cost pools yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya
tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
Mengurangi perhitungan dan penyajian inforrmasi mengenai selisih harga beli secara
individual
Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat
waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau
sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara :
Mengurangi atau meniadakan barang dalam pr$ses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
Mengurangi atau meniadakan “lead time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu
nol).
Secara berkesinambungan berusaha sekeras & kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin & mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (work station)
Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang
tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang Lead
Time ( waktu tunggu ) pemanufakturan
Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
Waktu perpindahan
Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
Ruangan pabrik
Biaya mutu
Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada system akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut :
Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (Cost Pools) untuk aktivitas tidak
langsung
Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan inforrmasi selisih biaya tenaga kerja
dan overhead pabrik secara individual.
Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
Total Quality Management ( Manajemen kualitas total ) adalah strategi manajemen yang
ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai
dengan definisi dari ISO, TQM adalah “suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi
yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta member keuntungan untuk semua
anggota dalam organisasi serta masyarakat”.
Definisi pendeknya, TQM adalah Costumer Focus dan Company -wide dengan melakukan
Aktivitas pendekatan system
Aktivitas pendekatan ilmiah
Sehingga untuk menjadi perusahaan yang terunggul sebuah perusahaan memberikan
kepuasan konsumen melalui produk yang dihasilkan dan jasa kemudian hasilnya untuk
meningkatkan unjuk kerja perusahaan.
Filosofi dasar dari TBM adalah “sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah organisasi
dapat mengalami kesuksesan”. Kendaraan yang digunakan dalam TQM :
Manajemen Harian
Manajemen Kebijakan
Manajemen Cross-Fungsional
Gugus Kendali Mutu
TQM telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan
industri jasa, bahkan program & program luar angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.
Flandy Tjipto 1996, mendefinisikan bahwa TQM adalah suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
Total Quality Management didefinisikan sebagai konsep perbaikan yang dilakukan secara
terus menerus, yang melibatkan semua karyawan di setiap level organisasi, untuk mencapai
kualitas yang “excellent” dalam semua aspek organisasi melalui proses manajemen
(Dipietro,1993;Greg et al,1994)
Pengertian TQM secara rinci (Handoko,1998) :
1. Pengertian Total
Menunjukkan bahwa TQM merupakan strategi organisasional menyeluruh
yang melibatkan semua jenjang dan jajaran manajemen dan karyawan. Setiap orang terlibat
dalam proses TQM. Lebih lanjut, kata “Total” berarti bahwa TQM mencakup tidak hanya
pengguna akhir dan pembeli eksternal saja, tetapi juga pelanggan internal, pemasok bahkan
personalia yang mendukung.
2. Pengertian Kualitas
Bukan berarti sekedar produk bebas cacat, tetapi TQM lebih menekankan pelayanan
kualitas. Kualitas didefinisikan oleh pelanggan, bukan organisasi atau manajer departemen
pengendalian kualitas. Kenyataan bahwa ekspektasi pelanggan bersifat individual, tergantung
pada latar belakang sosial ekonomis dan karakteristik demografis, mempunyai implikasi
penting : kualitas bagi seseorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan lain. Tantangan
TQM
adalah menyayikan kualitas bagi pelanggan.
3. Pengertian Manajemen
Mengandung arti bahwa TQM merupakan pendekatan manajemen, bukan pendekatan
teknis pengendalian kualitas yang sempit. Pendekatan TQM sangat berorientasi pada manajemen
orang. Implementasi TQM mensyaratkan berbagai perubahan organisasional dan manajerial total
dan fundamental, yang mencakup misi, visi, orientasi strategi, dan berbagai praktek manajemen
vital lainnya.
Prinsip & prinsip TQM harus bersumber dari atas ke bawah dan beroperasi dari bawah ke
atas, bila diinginkan berjalan secara efektif, ini bisa dicapai bila organisasi menganut sistem
Desentralisasi.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan TQM, khususnya bagi pelanggan,
perusahaan maupun bagi staf dan karyawan. Manfaat tersebut didasarkan pada sistem kerja dari
program TQM yang berlandaskan pada perbaikan berkesinambungan atau berkelanjutan. Hal ini
akan mengurangi berbagai bentuk pemborosan dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Kedua
faktor itu pada akhirnya akan meningkatkan profit.
BSC adalah sebuah kertas kerja yang digunakan untuk mengatur proyek yang dikerjakan
mengukur kinerja dari staf maupun tim, dan memberikan hasil kepada managerial dalam
pengambilan keputusan yang nantinya keputusan ini akan mempengaruhi visi dan misi serta
objektif dari perusahaan.
Menurut John Sterling pada jurnalnya yang berjudul “Using The Balanced Scorecard In
A Sophisticated Law Firm” tahun 2007, terdapat 9 tempat. karakteristik dalam kertas kerja BSC
ini, yaitu:
Pengukuran Finansial : pengukuran ini mendefinisikan kebutuhan dari stakeholders dan
ekspetasi dari perusahaan. Dalam beberapa kalangan, BSC dianggap sebagai reaksi
berfokus terhadap nilai pemegang saham. Itu adalah kesimpulan yang salah. Penulis
hanya mendefinisikan kebutuhan manajemen untuk mengukur unsure & unsur lain dari
strategi dan operasi jika hal itu dipandang akan memberikan hasil keuangan yang lebih
baik.
Pengukuran terhadap pelanggan : pengukuran ini lebih berfokus bagaimana perusahaan
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dan mengukur tingkat kepuasan
pelanggan. Beberapa yang diukur adalah fleksibilitas, inovasi, tanggung jawab, dan
lainnya yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan.
Pengukuran terhadap pengembangan dan pembela6aran: pengukuran ini lebih berfokus
pada bagaimana perusahaan menerapkan perubahan dalam organisasi dan
mengembangkan sektor & sektor yang masih perlu peningkatan.
Pengukuran terhadap bisnis proses perusahaan: pengukuran ini berfokus pada bagaimana
perusahaan meningkatkan bisnis proses terhadap strategi bisnis, sehingga bisnis
perusahaan dapat berjalan dengan baik dan meningkat.
CSR yang kini kian marak diimplementasikan berbagai macam perusahaan, mengalami
evolusi dan metamorphosis dalam rentang waktu yangcukup lama. Konsep ini tidak lahir begitu
saja, akan tetapi melewati berbagai macam tahapan terlebih dahulu. Gema CSR mulai terasa
pada tahun 1950-an. Pada saat itu, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula
terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Buku yang bertajuk
Social Responsibility of the Businessman karya Howard R.Bowen yang ditulis pada tahun 1953
merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Bowen dijuluki “Bapak
CSR” karena karyanya tersebut. Setelah itu, gema CSR diramaikan dengan terbitnya “Silent
Spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, ia mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa
betapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan.
Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih dahulu sebelum berdampak menuju
kehancuran. Sejak itu, perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan
mendapat perhatian yang luas. Pemikiran mengenai CSR dibahas lagi pada tahun 1966 dalam
“The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow, dilanjutkan pada tahun 1970-an terbitlah
“The Limits to Growth” yang merupakan buah pemikiran cendekiawan dunia yang tergabung
dalm Club of Rome, buku ini terus diperbaharui hingga saat ini (Wibisono, 2007).
Definisi CSR telah banyak dikemukakan berbagai pihak. Konsep CSR yang banyak
dijadikan rujukan oleh berbagai pihak sebagaimana yang dikemukakan oleh Teguh S. Pambudi
dalam tulisannya di majalah SWA edisi Desember 2005 adalah pemikiran Elkington, yakni
tentang tripel bottom line. Menurutnya CSR adalah segitiga kehidupan stakeholder yang harus
diberi atensi oleh korporasi di tengah upayanya mengejar keuntungan atau profit, yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial. Hubungan itu diilustrasikan dalam bentuk segitiga. Sejalan dengan itu,
Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku
kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu
organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik
secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan. Sukada, dkk (2006)
mendefinisikan CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar pilar ekonomi, sosial dan lingkungan,
dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar.
Sementara itu, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
menjelaskan bahwa CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas
komunitas lokal dan masyarakat secara luas.
Tahap perencanaan.
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assessement,
dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah utama membangun
kesadaran pentingnya CSR dan komeitmen manajeman, upaya ini dapat berupa seminar,
lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya memetakan kondisi perusahaan
dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-
langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR
secara efektif.
Tahap implementasi.
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu penggorganisasian
(organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan (direction), pengawasan atau
koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian
tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan
internalisasi.
Tahap evaluasi.
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur
sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
Pelaporan.
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan
pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan inforrmasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
Menurut Steiner (1997) dalam Mulyadi (2007) kebijakan umumnya dianggap sebagai
pedoman untuk bertindak atau saluran untuk berfikir. Secara lebih khusus kebijakan adalah
pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan. Kebijakan mencakup seluruh bidang tempat
tindakan atau yang dilakukan. Kebijakan biasanya berlangsung lama serta cenderung memiliki
jangka waktu yang lama tanpa peninjauan dan penyempuranaan. Kebijakan menjelaskan
bagaimana cara pencapaian tujuan dengan menentukan petunjuk yang harus diikuti. Kebijakan
dirancang untuk menjamin konsistensi tujuan dan untuk menghindari keputusan yang
berwawasan sempit dan berdasarkan kelayakan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
lmu manajemen mulai berkembang diawali dengan teori klasik kemudian disusul dengan
teori Neo-klasik. Lalu, seiring perkembangan kebutuhan yang serba cepat, praktis dan efisien,
muncul teori baru yaitu teori manajemen modern yang lebih menekankan pada aliran kuantitatif
dan merupakan gabungan dari Operation Research dan Management Science.
Sebagaimana terdapat kelemahan pada teori ini, biasanya para manajer akan
menggabungkan lebih dari satu teori manajemen dalam implementasi di dalam perusahaannya.
3.2. Saran
Tugas ini sudah kami kerjakan sesuai dengan prosedur yang telah diberikan dan apabila
ada kekurangan dalam penulisan ataupun materi yang kami berikan kami mohon maaf sebesar-
besarnya karena keterbatasan wawasan. Dan jika ada yang kekurangan mohon di diberi saran
kan kritikan yang membangun bagi kelompok kami.
DAFTAR PUSTAKA
Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan , Management Control System, 12th Edition, McGraw-
Hill, Boston, 2007.
Abdul Halim, Achmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein, Sistem Pengendalian Manajemen, UPP AMP
YPKN Yogyakarta, Cetakan Kedua 2003
http://hallaanggraeni.blogspot.co.id/
http://bisnismaestro.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html