Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

QUALITY IMPROVEMENT SYSTEM METODE FOCUS

OLEH

Kornelia Fatima Gunsim

NIM. 200901006

PROGRAM STUDI S-2 KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS

JAKARTA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat-Nya Penulis dapat

menyelesaikan makalah Mata kuliah Manajemen Mutu Pelayanan Keperawatan dengan tema

Quality Improvement System Metode FOCUS ini dengan baik.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada kepada :

1. Ibu Emiliana Tarigan, S.Kp., M.Kes. selaku ketua STIK Sint Carolus, Jakarta;

2. Ibu Asnet Leo Bunga, S.Kp., M.Kes. selaku koordinator mata kuliah Manajemen Mutu

Pelayanan Keperawatan

3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, sehingga

kami terbuka dalam menanggapi masukan dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar …………………………………………………………………... 2
Daftar Isi ………………………………………………………………………..... 3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….. 4
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………….... 4
BAB II TINJAUAN TEORI QUALITY IMPROVEMENT SYSTEM
METHODEFOCUS-PDSA …………………………………………………….. 5
2.1 Pengertian QI ……..………………………………………………………….. 5
2.2 Model QI Metode FOCUS……………………………………………………. 5
2.3 Alat-alat analisis metode FOCUS ……………………… 8
2.5 Tips pelaksanaan PDSA ………………………………………………………. 10
2.6 Alat-alat analisis metode FOCUS …………………………………………….. 11
BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………………... 12
A. Analisi Jurnal ………………………………………………………………….. 15
3.1 Aplikasi Metode QI FOCUS ………………………………………….. 15
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………............ 18
4.1Kesimpulan …………………………………………………………………… 24
4.2 Saran ………………………………………………………………………….. 24
Referensi …………………………………………………………………………. 25
Lampiran Jurnal 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manajemen Mutu adalah kegiatan komprehensif dalam rangka penggunaan data agar
dapat dimanfaatkan untuk diinformasikan kepada pihak yang membutuhkan untuk dapat
ditindaklajuti dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Pelayanan
keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan yang komprehensif
meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional kepada pasien
(individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Namun pada dasarnya,
definisi mutu pelayanan keperawatan  itu  dapat  berbeda-beda  tergantung  dari  sudut 
pandang  mana  mutu tersebut  dilihat (Rakhmawati, 2009). Meisenheimer (1989),
mengemukakan pasien atau keluarga  pasien mendefinisikan  mutu  sebagai  adanya  perawat 
atau  tenaga  kesehatan  yang memberikan perawatan yang terampil dan kemampuan perawat
dalam memberikan perawatan. Sedangkan Wijono (2000), menjelaskan mutu pelayanan
berarti suatu empati, respek  dan  tanggap  akan  kebutuhannya, pelayanan harus sesuai
dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka
berkunjung.
Pada umumnya  mereka  ingin pelayanan  yang  mengurangi gejala secara efektif dan
mencegah penyakit, sehingga pasien beserta  keluarganya  sehat  dan  dapat  melaksanakan
tugas mereka sehari-hari tanpa gangguan fisik.
Manajemen mutu pelayanan keperawatan diimplementasikan untuk data yang berhubungan
dengan peningkatan mutu, keselamatan pasien serta pencegahan dan pengendalian infeksi

1.2 Tujuan
1.2.1. Menjelaskan prinsip-prinsip metodologi Quality Improvement System FOCUS
1.2.2. Menguraikan konsep teori metodologi Quality Improvement System FOCUS
1.2.3. Menjelaskan cara kerja metodologi Quality Improvement System FOCUS
1.2.4. Menganalisa hubungan metodologi Quality Improvement System FOCUS dengan
aplikasi dalam pelayanan keperawatan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
QUALITY IMPROVEMENT SYSTEM METHODE FOCUS

Dalam sistem kesehatan, selalu ada kesempatan untuk mengoptimalkan,merampingkan,


mengembangkan dan menguji proses dan peningkatan kualitas Quality Improvement (QI)
harus menjadi proses yang berkesinambungan dan merupakan bagian integral dari pekerjaan
semua orang, terlepas dari peran atau posisi dalam organisasi.
2.1 Pengertian QI
Peningkatan kualitas / QI merupakan filosofi utama manajemen untuk memperbaiki kinerja
dari struktur organisasi dan merupakan proses kunci dalam organisasi untuk mencapai hasil
yang berkualitas tinggi (Kelly, 2010). Filosofi ini menyatakan bahwa kualitas adalah masalah
organisasi. Adanya variasi dalam kualitas pelayanan ditentukan oleh pengaturan perawatan
dan koordinasi seperti kompetensi dari individu perawat (Kimberly & Minville, 2003). QI
awalnya dikembangkan oleh beberapa ahli kualitas industri dan terapan berhasil di berbagai
industri di seluruh dunia (Crosby, 1979; Deming, 1986; Juran, 1988). Prinsip-prinsip yang
dianut oleh para ahli ini sedikit berbeda, tetapi dikenal dengan beberapa istilah yang
digunakan secara bergantian dengan QI diantaranya: manajemen kualitas total / Total Quality
Management (TQM), peningkatan mutu berkelanjutan / Continuous Quality Improvement
(CQI), dan perbaikan kinerja / Performance Improvement (PI)

2.2 Model QI metode FOCUS


Pada metodologi FOCUS memiliki lima tahapan kegiatan untuk proses QI diantaranya
2.2.1 Focus
Fokus pada kesempatan untuk perbaikan. "Apa masalahnya?" Selama fase ini, kesempatan
perbaikan dijabarkan dan data diperoleh untuk mendukung dugaan bahwa kesempatan untuk
perbaikan ada. Proses yang perlu dilakukan dengan menjawab tiga pertanyaan mendasar dan
yang kedua adalah proses perbaikan siklus cepat yang terdiri dari serangkaian siklus PDSA
untuk mengembangkan, menguji dan mengimplementasikan perubahan untuk perbaikan pada
gambar 2.1 berikut

5
Gambar 2.1 Model Perubahan

Model Peningkatan adalah kerangka sederhana namun kuat untuk penataan setiap proyek QI.
tim QI yang menggunakan model ini memiliki kesempatan keberhasilan tertinggi. Hal ini
berfokus pada komponen model.

2.2.2 Organized
Mengatur tim yang tahu proses. Mengidentifikasi sekelompok anggota staf yang secara
langsung berpartisipasi dalam proses untuk memeriksa the point-of-service staff. Seorang
pemimpin tim diidentifikasi yang akan menunjuk anggota tim.
Untuk menjadi sukses, inisiatif QI membutuhkan dukungan dari seluruh tim - dari resepsionis
dan petugas sampai dengan manajer, penyedia dan lain-lain. Tim merupakan tim inklusif,
dan terdiri maksimum10 orang . tim dipimpin oleh seorang pemimpin yang dihormati dan
memiliki kredibilitas di antara rekan-rekan. tim memilih untuk menyertakan anggota dari luar
kelompok layanan mereka karena saling ketergantungan dengan bagian lain dari sistem.
Hal hal yang harus dipertimbangkan dalam membentuk tim :
a. Apakah kita termasuk perwakilan dari masing-masing disiplin yang menyentuh
pekerjaan?
b. Apakah kita dianggap termasuk staf non-terdaftar yang juga mendukung pekerjaan?
c. Apakah kita mengidentifikasi pemimpin tim?
d. Apakah kita memiliki juara dokter dalam tim?
6
e. Haruskah kita termasuk orang yang skeptis konstruktif dalam tim kami?
f. Apakah kita telah seseorang dengan kemampuan QI untuk memfasilitasi kemajuan kita?
g. Haruskah kita mempertimbangkan pemangku kepentingan eksternal
2.2.3 Clarify
Melakukan proses Clarify what is happening in the current process. Memperjelas apa yang
terjadi dalam proses saat ini menggunakan fishbone
Dalam membuat program peningkatan mutu maka harus memiliki inisiatif QI yang jelas.
Tujuan harus menjawab pertanyaan, "Apa yang kita capai?" Hal ini juga harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Hapus - Untuk membuat rencana yang jelas, kita perlu tujuan yang jelas.
b. Waktu tertentu - Menetapkan tanggal ketika kita ingin mencapai tujuan.
c. Fleksibel - Untuk mendukung tujuan kita, maka kita hrs memiliki tujuan yang sama
dengan harapan para pemimpin dilapangan.
d. Memberikan nilai riil - Pastikan bahwa tujuan kita memiliki nilai yang nyata baik untuk
pasien dan masyarakat.
2.2.4 Understand the degree of change needed.
Pada tahap ini, tim mereview apa yang diketahui dan dapat meningkatkan pengetahuan
dengan meninjau literatur, data yang tersedia, dan tolok ukur kompetitif. Bagaimana
organisasi pelayanan kesehatan lainnya melakukan proses?
Untuk kita mengetahui apakah tindakan sudah mengasilkan suatu perbaikan maka terdapat
Langkah-langkah yang dapat kita ikuti.
Jenis tindakan inisiatif QI harus menggunakan tiga jenis langkah-langkah untuk membantu
membuat target dan mencapai tujuan mereka:
a. Ukuran hasil adalah "suara pasien atau pelanggan" dan gambaran kinerja sistem
b. Langkah-langkah Proses adalah "suara kerja dari sistem." Dengan kata lain, adalah
langkah-langkah dalam proses yang mendukung sistem melakukan seperti yang
direncanakan? Contohnya termasuk tingkat kepatuhan bundel, penawaran dan
permintaan dan berisiko tinggi tingkat intervensi pasien.
c. Langkah-langkah Balancing melihat sistem dari perspektif yang berbeda. Dengan kata
lain, perubahan yang dirancang untuk meningkatkan salah satu bagian dari sistem
menyebabkan masalah baru di bagian lain dari sistem? contoh termasuk kepuasan staf,
implikasi keuangan dan tarif menahan diri.
2.2.5 Select a solution for improvement

7
Pada tahap ini tim dapat bertukar pikiran dan kemudian memilih solusi terbaik. Solusi dapat
diuji dengan menggunakan Siklus PDSA. Rencana pelaksanaan harus ditentukan untuk
melacak kemajuan dan langkah-langkah yang diperlukan. implementasi ini (work plan/Gantt
chart), berupa tabel yang berisi: 1) apa kegiatan harus diselesaikan, 2) siapa yang
bertanggung jawab dan kapan akan dilaksanakan dan 3) langkah-langkah yang diperlukan
untuk menerapkan perubahan.
Mendefinisikan Perubahan : apakah perubahan menghasilkan suatu peningkatan?; Mengubah
ide-ide perubahan spesifik yang fokus pada peningkatan langkah-langkah spesifik dari
proses. Menggunakan ide-ide yang dapat mudah diuji, konsep perubahan, di sisi lain, adalah
prinsip-prinsip yang lebih luas yang memberikan arahan umum untuk perencanaan perbaikan

Gambar 2.2 FOCUS metodologi

2.3 Alat-alat analisis metode FOCUS


Untuk mengoptimalkan kegiatan QI menggunakan metode FOCUS dapat menggunakan
instrument / tools sebagai berikut
2.6.1 Fishbone / Ishikawa / Cause and effect diagrams
Fishbone Diagram, juga dikenal sebagai Diagram Ishikawa atau Penyebab & Diagram
Effect, adalah alat sederhana yang dapat digunakan untuk bertukar pikiran dan
memetakan kemungkinan penyebab dari masalah kualitas.

8
Gambar 2.6 Diagram Fishbone / Ishikawa
Diagram Fishbone merupakan langkah pertama yang penting, karena banyak tim QI
mencoba untuk memperbaiki salah satu penyebab tanpa menilai kemungkinan
penyebab lain.
Diagram Fishbone merupakan langkah pertama yang penting, karena banyak tim QI
mencoba untuk memperbaiki salah satu penyebab tanpa menilai kemungkinan
penyebab lain.
2.6.2 Adapun langka langkah dalam membuat analisa menggunakan fishbone adalah
sebagai berikut:
a. Diagram Fishbone merupakan langkah pertama yang penting, karena banyak tim QI
mencoba untuk memperbaiki salah satu penyebab tanpa menilai kemungkinan penyebab
lain.
b. Adapun langka langkah dalam membuat analisa menggunakan fishbone adalah sebagai
berikut:
c. Masukan nama masalah kualitas (efek) dalam kotak di ujung kanan dari diagram.
d. Disebelah kiri kotak ini, menarik garis tengah (tulang belakang) dan dari garis pusat ini
menarik garis diagonal (Tulang ikan) yang mewakili kelompok yang berbeda dari
penyebab masalah. Sebagai contoh, beberapa tim menggunakan lima Ps (pasien / klien,
penyedia, kebijakan, proses dan prosedur, dan tempat / peralatan); beberapa
menggunakan enam M (mesin, metode, bahan, pengukuran, manusia dan alam); dan
beberapa menggunakan empat S (lingkungan, pemasok, sistem dan keterampilan).
Memilih kelompok yang paling masuk akal untuk Anda organisasi dan masalah.
e. Mintalah anggota tim untuk mengidentifikasi penyebab yang berbeda dan daftar mereka
sepanjang garis diagonal yang sesuai atau pengelompokan.
f. Anggota tim dapat mengambil setiap penyebab dan menarik garis dan lebih cabang dari
garis untuk menggambarkan faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap penyebabnya.
9
g. Setelah Diagram Fishbone selesai, tim dapat mulai meninjau untuk memahami dan
menganalisisPenyebab (s) dari masalah (atau efek).
h. Tim QI juga dapat menggunakan Diagram Fishbone untuk mendokumentasikan ide-ide
mereka mungkin tidak mengatasi awalnya, tapi ingin mempertimbangkan di masa depan.

2.6.3 Five whys


Five whys / lima W dipergunakan untuk menelusuri lebih dalam setiap permasalahan
sampai ke akar penyebab masalah. Komponen lima W adalah What: Apa, When: kapan,
Where: dimana, Who: siapa dan Why: bagaimana

2.6.4 Process Mapping


Proses ini dilakukan untuk memahami semua langkah berbeda yang berlangsung dalam
proses alat dasar standar untuk setiap kegiatan QI

2.6.5 Check sheets


Untuk mengumpulkan data tentang kualitas masalah dan identitas sumber yang paling
penting dari setiap masalah yang ditemukan.
2.6.6 Pareto charts
Untuk mengidentifikasi risiko, dan penyebab dengan menggunakan grafik

Tabel berikut berisi daftar alat QI yang dijelaskan dan kapan harus menggunakannya

Tabel 2.2 Tabel alat QI

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisi Jurnal

1. Jurnal 1
a. Untuk jurnal yang terkait kami dapat dengan judul “Intravenous Extravasation
Management”
Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada kejadian phlebitis
yang terjadi di ruang perawatan bedah di rumah sakit Hunngton, berdasarkan data
analisi yang peneliti dapat dimana dalam melakukan audit didapatkan di ruangan
perawatan bedah didapat peningkatkan kejadian phlebitis pada pasien yang
dirawat setelah satu hari mengalami peningkatan sebanya 15% pemakaian kateter
intravena/venflon sehingga mengalami kekurangan. Selain itu peneliti juga
melakukan analisis dengan metode SWOT dan mengidentifikasi beberapa
kekuatan dan peluang, serta potensi ancaman dan kelemahan, diantaranya dengan
penelitian ini akan meningkatkan kepuasan pasien dengan mencegah kejadian
plebitis yang sebenarnya sebagai hal yang umum dan mudah untuk ditangani di
rumah sakit, adapun kelemahan diidentifikasi termasuk perawat dengan angka
kepatuhan yang rendah ketika melakukan observasi/memeriksa cairan infuse/ IV
line sesuai standar yakni setiap dua jam Beberapa ancaman seperti pasien
menolak infus juga dapat menyebabkan pasien tidak menerima perawatan medis
yang tepat serta langkah-langkah pencegahan dengan mengidentifikasi tanda-
tanda kejadian plebitisjuga akan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Peneliti juga melakukan analisis biaya terhadap peningkatan kejadian


phlebitis terkait lamanya hari pasien dirawat di rumah sakit bertambah menjadi 1-
2 hari sehingga akan membengkak biaya yang harus dibayar oleh pasien.

b. Tujuan Penelitian : Untuk meningkatkan kinerja pada layanan di rumah sakit


dengan mengidentifikasi kejadian plebhitis di rumah sakit sehingga meningkatkan
tingkat kepuasan pasien.
c. Hasil Penelitian :
Setelah dilakukan implementasi berdasarkan data analisis maka peneliti mendapatkan
bahwa penelitian ini menunjukkan penurunan sebesar 2% dari kejadian phlebitis atau

11
IV line, untuk perawatan infuse menjadi 70%, dan untuk kepatuhan perawat berada
di atas 90%. Dapat juga disimpulkan dengan pelayanan yang diberikan oleh staf
perawat sangat penting dan terus dilakukan evaluasi sehingga angka kejadian pebitis
dapat berkurang menjadi 50%. Untuk itu Perawat manajer dalam hal ini kepala
ruangan diminta untuk dapat memimpin dalam mengelola pekerjaan yang dilakukan
oleh perawat pelaksana dalam tugas sehari-hari bersama pasien dalam mengevaluasi
dan memeriksa tanda-tanda kejadian plebhitis pada pasien.

2. Jurnal 2
a. Fenomena :
Peripheral intravenous catheters: The road to
quality improvement and safer patient care
Berdasarkan data yang diperoleh tentang kejadian infeksi aliran darah dalam
penelitian ini sekarang dianggap sebagai hal yang biasa dan umum yang sebenarnya
mudah untuk di cegah, tetapi dampaknya juga bias mengancam kehidupan pasien
ketika dirawat di rumah sakit. Penurunan jumlah kasus Staphylococcus aureus
bacteremia (SAB) menjadi tujuan badan kesehatan di Inggris National Health Service
(NHS) Tayside selama beberapa tahun terakhir. Selanjutna NHS mengharapkan
penurunan kasus lebih lanjut pada infeksi pada aliran darah yang berhubungan dengan
kateterisasi pembuluh darah (CRBSI).
Hal ini disebabkan beberapa hal termasuk didalamnya penilaian harian PVC yang
sesuai standar bahwa hari dicek setiap hari, dan perawatanya dalam seminggu harus
dievaluasi oleh perawat sehingga apabila didapatkan ada masalah maka harus
secepatnya ditangani. Penelitian ini dilakukan di pada Infectious Diseases Unit (IDU)
di Rumah Sakit Ninewells, antara September 2007 dan Maret 2008. Terdiri dari 18
unit tempat tidur pada satu kamar dan sebagian besar pasien berada di bawah
perawatan tim penyakit infeksi menular. Berdasarkan data tersebut maka penelti
melakukan berbagai implementasi yang termasuk didalamnya studi dengan metode
(PDSA) pada bangsal perawatan.
b. Tujuan : Dalam penilitian ini bertujuan untuk mengurangi infeksi di NHS dan
mempekenalkan teknik perawatan PVC dan pengelolaannya, serta dapat
mengevaluasi umpan balik dalam mempertahankan kemampuan perawat dalam
menerapkan standar perawatan pasien dengan PVC di NHS Tayside.

12
c. Hasil penelitian :
Dalam penelitian didapatkan terjadi peningkatan hasil yang signifikan pada
tingkat kepatuhan perawat dalam manajemen PVC. Dengan melakukan tehknik
perawatan yang baik dapat mengurangi kejadian inveksi yang berhubungan dengan
Central Venous Pressure (CVP). Suatu peningkatan yang stabil dalam pelaksanaan
manajemen perawatan dan penanganan PVC kami dengan 1,11% per minggu dengan
peningkatan secara keseluruhan dihitung dari 28% selama enam bulan hal ini terkait
dengan keterlibatan semua staff multidisiplin serta umpan balik yang terus dievaluasi
oleh semua pihak dalam ruangan perawatan.

13
3.1 Aplikasi Metode QI FOCUS-PDSA
Aplikasi metode QI FOCUS PDSA dilakukan pada RSUD Komodo sebagai berikut
3.1.1 Kasus
Angka kejadian phlebitis yang terjadi diRSUD Komodo periode tahun Januari-Juni 2019
sebanyak 50 kejadian (0.42% dari 11806 total insersi ). Terjadi peningkatan 0.02 sebesar 0.12
% dibandingkan dengan kejadian tahun 2018.
3.1.2 Beberapa penyebab terjadinya phlebitis
Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya phlebitis;
1. Faktor pasien
- Oedem
- Usia
- Faktor pembuluh darah ( vena rapuh )
- Kurang kooperatif ( mobilisasi tinggi, gelisah )
2. Faktor cairan yang digunakan : Hiperosmolaritas
3. Faktor perawat :
- Tehnik aseptic
- Pengetahuan dan keterampilan dalam pemasangan
- Pengetahuan lokasi pemasangan infus
- Kurang konsisten dalam hal observasi area IV line
4. Faktor lingkungan: kamar dengan pasien infeksius resiko tinggi infeksi nosokomial
3.1.3 Tujuan
Menurunnya angka kejadian phlebitis pada pemasangan IV perifer berdasarkan benchmark
yang telah ditetapkan oleh RSUD Komodo yaitu sebesar 3,5%
Tujuan khusus
a. Semua perawat memahami jenis cairan infuse dengan hyperomolaritas.
b. Semua perawat mengetahui jenis obat-obatan dengan pH tinggi
c. Semua perawat memahami cara pemasangan IV dan waktu penggatian IV sesuai dengan
SPO
d. Semua perawat memahami pivas score dan mengobservasi pada semua pasien yang
terpasang infus perifer.

14
3.1.4 Metode
Pemantauan angka kejadian phlebitis yang dilakukan di RSUD Komodo dengan cara:
a. Observasi semua pasien yang menggunakan IV line secara berkala dengan PIVAS
b. Mengumpulkan data pasien dengan PIVAS ≥ 2
c. Laporan bulanan angka kejadian phlebitis
Metode pengukuran indikator pada setiap bulan:
Jumlah kejadian phlebitis ( pivas score ≥2 ) dalam bulan tersebut X 100 %
Jumlah total insersi IV dalam bulan tersebut

3.1.5 Metode QI FOCUS-PDSA


Berikut dijabarkan aplikasi QI FOCUS PDSA dari kasus diatas

15
16
RS BERSIH SEHAT
LAPORAN KEGIATAN QI METODE FOCUS-PDCA INDIKATOR MUTU : PHLEBITIS INFUS
PERIODE : JANUARI-JUNI 2016 BAGIAN : KEPERAWATAN

F Phlebitis infus tidak mencapai target,


Didapatkan 50 kejadian (0.42% dari 11806 total insersi).
Terjadi peningkatan sebesar 0.12 % (standar maksimal 0.02) dibandingkan dengan kejadian tahun 2015

Standar faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat pemasangan infus


1. Faktor pasien
- Oedem
- Usia
- Faktor pembuluh darah ( vena rapuh )
- Kurang kooperatif ( mobilisasi tinggi, gelisah )
2. Faktor cairan yang digunakan : Hiperosmolaritas
3. Faktor perawat :
- Tehnik aseptic
- Pengetahuan dan keterampilan dalam pemasangan
- Pengetahuan lokasi pemasangan infus
- Kurang konsisten dalam hal observasi area IV line
4. Faktor lingkungan: kamar dengan pasien infeksius resiko tinggi infeksi nosokomial

1. Gant Chart
S 2. Rekomendasi penyelesaian masalah

No ACTION PLAN PIC TIME TABLE


1 Kolaborasi dengan bagian Pharmacy untuk membuat panduan pemberian obat-obatan dgn pH Pharmacy Desember

17
rendah dan hiperosmolar untuk mengurangi kejadian phlebitis 2016
2 Vena Metacarpal tidak direkomendasikan untuk pemberian obat-obatan dan cairan hipertonis HN Desember
PSO 2016
3. Sosialisasi kembali SPO Pemberian therapi IV dengan cairan Hiperosmolaritas harus melalui HN Desember
vena besar ( tidak perifer ) 2016

4 Kolaborasi dengan dokter DPJP untuk pemasangan vena central (CVC), bila dibutuhkan. HN Desember
2016

5 Revisi pedoman penilaian skor phlebitis Komite September


Mutu 2016

3. Gant Chart
No Item Juli Agst Sept Okt Nop Des
1 Kolaborasi dengan bagian Pharmacy untuk membuat panduan pemberian
obat-obatan dgn pH rendah dan hiperosmolar untuk mengurangi kejadian
phlebitis
2 Sosialisasi Vena Metacarpal tidak direkomendasikan untuk pemberian obat-
obatan dan cairan hipertonis
3. Sosialisasi kembali SPO Pemberian therapi IV dengan cairan
Hiperosmolaritas harus melalui vena besar ( tidak perifer )
4 Kolaborasi dengan dokter DPJP untuk pemasangan vena central (CVC), bila
dibutuhkan.
5 Revisi pedoman penilaian skor phlebitis

6 Evaluasi Outcome

Keterangan : Jakarta, 5 Juli 2016 Jakarta, ________________


18
1. Format ini agar dilengkapi setiap ditemukan suatu permasalahan Pelapor Kepala UPM
disetiap unit kerja dan ditembuskan Unit Penjaminan Mutu setiap
bulan selambat-lambatnya minggu pertama bulan berikutnya
2. Setiap kegiatan yang dilaksanakan perbaikan agar dibuat laporan (…………………………………) (………………………….)
tertulis lengkap dengan format dari unit penjaminan mutu Nama dan tanda tangan Nama dan tanda tangan

RS BERSIH SEHAT
LAPORAN KEGIATAN QI METODE FOCUS-PDCA INDIKATOR MUTU : PHLEBITIS INFUS
PERIODE : JANUARI-JUNI 2016 BAGIAN : KEPERAWATAN

19
P Rencana Perbaikan

NO MASALAH ANALISA REKOMENDASI/RTL PIC TARGET


PENYELESAIAN
1 Phlebitis infus Pentingnya panduan Kolaborasi dengan bagian Pharmacy untuk Ka Juli 2016
pemberian obat-obatan dg membuat panduan pemberian obat-obatan dgn Farmasi
pH rendah dan pH rendah dan hiperosmolar untuk
hiperosmolar mengurangi kejadian phlebitis
2 Pentingnya perawat tahu Sosialisasi Vena Metacarpal tidak Ka Oktober 2016
tempat pemasangan infus direkomendasikan untuk pemberian obat- Ruangan
dengan cairan dan obat obatan dan cairan hipertonis
hipertonis
3 Pentingnya perawat tahu Sosialisasi kembali SPO Pemberian therapi Ka Oktober 2016
SPO pemasangan infus IV dengan cairan Hiperosmolaritas harus Ruangan
dengan terapi cairan melalui vena besar ( tidak perifer )
hipertonis
4 Kolaborasi penting Kolaborasi dengan dokter DPJP untuk Ka Desember 2016
dilakukan untuk pemasangan vena central (CVC), bila Ruangan
menghindari phlebitis dibutuhkan.
pemasangan infus dengan
terapi cairan hipertonis
5 Pedoman skor phlebitis Revisi pedoman penilaian skor phlebitis Ka Mutu Juli 2016
sebaiknya standar
6 Outcome harus dievaluasi Evaluasi Outcome Ka Mutu Desember 2016
untuk menilai efektifitas
treatment yang telah 20
dilakukan
D 1 Melakukan kolaborasi dengan bagian Pharmacy untuk membuat panduan pemberian obat-obatan dgn pH rendah dan hiperosmolar untuk
mengurangi kejadian phlebitis
2 Melakukan Sosialisasi Vena Metacarpal tidak direkomendasikan untuk pemberian obat-obatan dan cairan hipertonis
3 Melakukan sosialisasi kembali SPO Pemberian therapi IV dengan cairan Hiperosmolaritas harus melalui vena besar ( tidak perifer )
4 Melakukan kolaborasi dengan dokter DPJP untuk pemasangan vena central (CVC), bila dibutuhkan
5 Merevisi pedoman penilaian skor phlebitis
6 Mengevaluasi Outcome

S 1. Ketepatan pelaksanaan SOP


2. Kontinyuitas sosialisasi pelaksanaan SOP dilaksanakan
3. Proses kolaborasi dengan DPJP tercapai
4. Kolaborasi dengan Pharmacy tercapai

A Tetap melakukan pemantauan phlebitis pemasangan infus sesuai standar / indikator mutu

Keterangan : Jakarta, 5 Juli 2016 Jakarta,________________


1. Format ini agar dilengkapi setiap ditemukan suatu permasalahan Pelapor Kepala UPM
disetiap unit kerja dan ditembuskan Unit Penjaminan Mutu setiap
bulan selambat-lambatnya minggu pertama bulan berikutnya
2. Setiap kegiatan yang dilaksanakan perbaikan agar dibuat laporan (…………………………………) (………………………….)
tertulis lengkap dengan format dari unit penjaminan mutu Nama dan tanda tangan Nama dan tanda tangan

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada konsep, dengan latar belakang terkait QI pelayanan keperawatan
dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan keperawatan akan terjaga kualitasnya dengan
QI dengan metode FOCUS. Manajemen Mutu adalah kegiatan komprehensif dalam rangka
penggunaan data agar dapat dimanfaatkan untuk diinformasikan kepada pihak yang
membutuhkan untuk dapat ditindaklajuti dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan
pasien. Metode QI FOCUS menggunakan lima langkah yaitu Focus, Organized the team,
Clarify what is happening in the current, Understand the degree of change needed dan
Select a solution for improvement Untuk memperkuat analisa yang dipergunakan adalah
Fishbone diagram analisis dan lima W (What, When, Where, Who dan Why)

4.2 Saran
Karena kefektifan hasil QI dengan menggunakan metode FOCUS disarankan
4.2.1 Gunakan metode FOCUS untuk meningkatkan QI pada pelayanan keperawatan dan
pelayanan kesehatan pada umumnya
4.2.2 Diperlukan kesiapan dan pengalaman serta literature yang cukup untuk mendapatkan
hasil optimal

22
Referensi

Crosby, P. B. (1979). Quality is Free. New York, USA: New America Library.
Deming, W. E. (1986). Out of The Crisis. London: Cambridge.
Juran, J. M. (1988). Quality Control Handbook (4th editio). New York, USA: McGraw-Hill
Companies Inc.
Kelly, P. (2010). Essential Of Nursing Leadership & Management. New York, USA: Delmar
Cengage Learning.
Kimberly, J. R., & Minville, E. (2003). Quality as an Organizational Problem: Advances in
Health Care Organization Theory. San Francisco: CA: Jossey-Bass.
Meisenheimer, C. G. (1989). Quality Assurance for Home Health Care. Maryland: Aspen
Publication.
Rakhmawati, W. (2009). Pengawasan dan Pengendalian Dalam Pelayanan Keperawatan:
Supervisi, Manajemen Mutu dan Risiko. Bandung: Pustaka Unpad.
Wijono, D. (2000). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (Cetakan Ke). Surabaya:
Airlangga University Press.

23

Anda mungkin juga menyukai