Anda di halaman 1dari 11

MANUSKRIP

PENGARUH EDUKASI EARLY WARNING SYSTEM(EWS)


TERHADAP RESPONSE TIME PERAWAT DI
IGD BRSUD KABUPATEN TABANAN

OLEH:

NI MADE BUDIARI
NIM. C2119176

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020
PENGARUH EDUKASI EARLY WARNING SYSTEM (EWS)
TERHADAP RESPON TIME PERAWAT DI IGD BRSUD
KABUPATEN TABANAN
Ni Made Budiari1, I Made Dwie Pradnya Susila2, Gede Arya Bagus Arisudhana3
1
S1 Keperawatan Ners, 2STIKES Bina Usada Bali, 3STIKES Bina Usada Bali
Korespondensi: budiarikuliah19@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Pelayanan pasien gawat darurat merupakan pelayanan yang memerlukan pelayanan segera,
yaitu cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian atau kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan
berupa response time (waktu tanggap), dimana merupakan indikator proses untuk mencapai indikator hasil
yaitu kelangsungan hidup. Untuk memenuhi tercapainya response time yang cepat diperlukan suatu system
pendekatan sistematis dalam menangani pasien yang mengalami kegawatdaruratan salah satunya dengan
menggunakan Early Warning System (EWS).
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh edukasi early warning system terhadap respon time perawat di IGD
BRSUD Kabupaten Tabanan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan (jenis) pra-eksperimen (one-
group pra-test-posttest design) melibatkan 39 sampel yang dipilih dengan teknik sampel total sampling.
Pengumpulan data dalam pemberian edukasi EWS berupa modul, dan bahan penelitian berupa jam yang
digunakan untuk mengukur respon time. Analisa data menggunakan system komputerisasi dengan analisa
univariat dan bivariat.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Respon time perawat sebelum dilakukan edukasi early
warning system sebagian besar cepat yaitu 15 (39,5%). Respon time perawat setelah dilakukan edukasi early
warning system sebagian besar sangat cepat yaitu 26 (66,7%).
Simpulan: Ada pengaruh edukasi early warning system perawat terhadap respon time perawat dengan nilai
signifikansi (p) sebesar 0,000.

Kata Kunci: Early Warning System, Kegawatdaruratan, Respon Time Perawat

STIKES Bina Usada Bali | 1


THE EFFECT OF EARLY WARNING SYSTEM (EWS) EDUCATION ON NURSES'
RESPONSE TIME IN EMERGENCY ROOM
TABANAN HOSPITAL
Ni Made Budiari1, I Made Dwie Pradnya Susila2, Gede Arya Bagus Arisudhana3
1
S1 Keperawatan Ners, 2STIKES Bina Usada Bali, 3STIKES Bina Usada Bali
Corresponding author : budiarikuliah19@gmail.com

ABSTRACT

Background: Emergency patient care is a service that requires immediate service, namely fast, precise, and
accurate to prevent death or disability. One of the indicators of service quality is in the form of response
time, which is a process indicator to achieve the outcome indicator, namely survival. To achieve a fast
response time, a systematic approach system is needed in dealing with patients who experience emergencies,
one of which is by using the Early Warning System (EWS).
The purpose: This study aims to determine the effect of early warning system education on the response time
of nurses in Emergency Room Tabanan Hospital.
Method: This study used an experimental method with a pre-experimental design (one-group pre-test-
posttest design) involving 39 samples selected by total sampling technique. Data collection in providing EWS
education is in the form of modules, and the research material is in the form of a clock used to measure the
response time. Data analysis uses a computerized system with univariate and bivariate analysis.
Results: This study showed that the response time for nurses before the early warning system education was
fast, namely 15 (39.5%). Most of the nurses' response time after the early warning system education was 26
(66.7%).
Conclusion: The results of this study can be concluded that there is an effect of early warning system nurse
education on the response time of nurses with a significance value (p) of 0.000.

Keywords: Early Warning System, Emergencies, Nurses Respon Time

STIKES Bina Usada Bali | 2


1. Pendahuluan System (EWS) (National Clinical
Effectiveness Committee, 2013)
Instalasi Gawat Darurat sebagai garda EWS adalah sistem peringatan dini
terdepan pelayanan kesehatan memerlukan yang dapat diartikan sebagai rangkaian
penanganan secara terpadu, multi disiplin sistem komunikasi informasi yang dimulai
dan multi profesi. Akses pelayanan dari deteksi awal, dan pengambilan
kesehatan bagi korban kegawatdaruratan keputusan selanjutnya. Deteksi dini
bertujuan mencegah dan mengurangi angka merupakan gambaran dan isyarat terjadinya
kesakitan, kematian dan kecacatan. gangguan fungsi tubuh yang buruk atau
Kunjungan pasien di Instalasi Gawat fisik pasien sehingga dapat menjadi kode
Darurat (IGD) terus bertambah tiap dan atau mempersiapkan kejadian buruk
tahunnya. Peningkatan terjadi sekitar 30% dan meminimalkan dampaknya (National
di seluruh IGD rumah sakit dunia (Bashkin Clinical Effectiveness Committee, 2013).
et.al, 2015). Di Indonesia, data kunjungan
pasien ke IGD mencapai 4.402.205 Berdasarkan hasil observasi yang
(Riskesdas, 2018), sedangkan secara dilakukan oleh peneliti selama satu shift
regional di Bali, kunjungan ke IGD jaga di ruang triage IGD BRSUD
mengalami kenaikan dari 98,80% menjadi Kabupaten Tabanan pada saat studi
100% dalam kurun waktu 2017-2018 pendahuluan bulan Maret 2020, ditemukan
(Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2019). belum maksimalnya response time perawat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam menangani pasien. Hal ini
merupakan elemen penting di rumah sakit ditunjukkan dari 10 orang pasien baru yang
yang berperan dalam memberikan datang 5 orang diantaranya mendapatkan
penanganan pertama terhadap pasien sakit pelayanan di IGD lebih dari 5 menit. Hal ini
maupun cedera dengan kondisi akut yang juga didukung oleh jawaban pasien, dari
membutuhkan pertolongan (Hodgins, M. J, lima orang pasien yang memberikan
2011). Pelayanan pasien gawat darurat jawaban mendapatkan pelayanan lebih dari
merupakan pelayanan yang memerlukan 5 menit.
pelayanan segera, yaitu cepat, tepat, dan
cermat untuk mencegah kematian atau Hasil pencatatan respon time yang
kecacatan. Salah satu indikator mutu dilakukan di IGD BRSUD Kabupaten
pelayanan berupa response time (waktu Tabanan yang dicatat dalam buku register
tanggap), dimana merupakan indikator respon time dalam 3 bulan terakhir
proses untuk mencapai indikator hasil yaitu menunjukkan rata-rata respon time berada
kelangsungan hidup (Depkes RI, 2014). pada rentang 4 sampai 8 menit. Sehingga
dari hasil tersebut perlu adanya dilakukan
Perawat harus melakukan penanganan upaya-upaya perbaikan supaya rentang
sesuai standar, intervensi yang tepat dan respon time kurang dari 5 menit. Salah satu
seefektif mungkin dengan response time upaya yang dilakukan oleh BRSUD
yang cepat sehingga dapat meningkatkan Kabupaten Tabanan dalam mengatasi
efisiensi (Suhartati, 2011). Untuk keluhan pasien yang mendapatkan
memenuhi tercapainya response time yang pelayanan yang lama yaitu dengan
cepat diperlukan suatu system pendekatan menyiapkan sarana dan prasarana sumber
sistematis dalam menangani pasien yang daya manusia dan manajemen IGD rumah
mengalami kegawatdaruratan salah satunya sakit sesuai standar salah satunya dengan
dengan menggunakan Early Warning meningkatkan respon time pelayanan. Satu

STIKES Bina Usada Bali | 3


pasien mengatakan cukup puas dengan IGD BRSUD Kabupaten Tabanan dengan
alasan sesampainya di IGD mendapatkan jumlah 42 orang. Sedangkan populasi
penanganan langsung dari dokter dan tejangkau dalam penelitian ini adalah
perawat, tetapi sangat lama dalam proses semua perawat pelaksana yang bertugas di
administrasi karena pasien menggunakan IGD BRSUD Kabupaten Tabanan dengan
jaminan. Rata- rata respon time di IGD jumlah 39 orang. Penelitian dilaksanakan
BRSUD Kabupaten Tabanan selama 3 pada bulan September sampai dengan
bulan dari bulan Januari sampai dengan Oktober 2020.
Maret 2020 yaitu 4-7 menit.
Alat atau instrumen yang digunakan
Penelitian yang dilakukan oleh dalam pemberian edukasi EWS berupa
(Widodo, 2015) mendapatkan hasil modul, dan bahan penelitian berupa jam
response time sangat terkait dengan yang digunakan untuk mengukur respon
kepuasan pelanggan di IGD RS. Panti time. Teknik analisa data yang digunakan
Waluyo Surakarta. Response time pada dalam penelitian ini adalah analisa data
pelayanan kegawatdaruratan merupakan hal secara deskriptif dan dilakukan uji
yang sangat penting untuk diperhatikan. normalitas data dengan uji Saphiro wik,
karena data besar sampel kurang dari 50
Penelitian ini bertujuan untuk (Dahlan, 2013). Bila data terdistribusi tidak
mengetahui tentang pengaruh edukasi early normal maka digunakan uji Wilcoxon
warning system terhadap respon time Signed Rank Test. Sedangkan bila data
perawat di IGD BRSUD Kabupaten berdistribusi normal , maka uji statistik
Tabanan dengan menggunakan cara yang yang digunakan adalah Paired Sample T-
lebih efektif dan diharapkan dapat test, dengan interpretasi hasil P-value <0,05
diterapkan secara berkelanjutan dalam berarti ada perbedaan hasil sebelum
upaya meningkatkan mutu pelayanan di diberikan perlakuan dengan setelah
BRSUD Kabupaten Tabanan diberikan perlakuan.
2. Metode Penelitian
3. Hasil dan Pembahasan
Desain penelitian ini termasuk desain a. Karakteristik responden
eksperimen dengan rancangan ini berdasarkan usia
digunakan untuk mencari hubungan sebab Tabel 2.1 Tabel Karakteristik
akibat dengan adanya keterlibatan dalam responden berdasarkan usia di
melakukan manipulasi terhadap variabel IGD BRSUD Kabupaten
bebas .berdasarkan tujuan penelitian Tabanan
Usia Frekuensi Persentase (%)
peneliti menggunakan rancangan (jenis)
Pra-eksperimen (One-group Pra-test- 17-25 11 28,2
posttest Design). Penelitian ini tahun
mengungkapkan hubungan sebab akibat 26-35 22 56,4
dengan melibatkan satu kelompok subyek. tahun
36-45 6 15,4
Kelompok subyek di observasi sebelum
tahun
dilakukan intervensi, kemudian diobservasi Total 39 100
lagi setelah intervensi.

Pada penelitian ini sebagai populasi Pada tabel 2.1 dapat dijelaskan
target adalah semua perawat yang ada di bahwa dari 39 responden sebagian

STIKES Bina Usada Bali | 4


besar memiliki usia 26-35 tahun Tabel 2.4 Tabel Karakteristik responden
sebanyak 22 (56,4%) responden. berdasarkan lama kerja di IGD
BRSUD Kabupaten Tabanan
Lama Kerja Frekuensi Persentase
b. Karakteristik responden (%)
berdasarkan jenis kelamin 1-5 tahun 8 20,5
Tabel 2.2 Tabel Karakteristik 6-10 tahun 13 33,3
>10 tahun 18 46,2
responden berdasarkan jenis
Total 39 100
kelamin di IGD BRSUD
Kabupaten Tabanan

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Pada tabel 2.4 dapat dijelaskan
(%) bahwa dari 39 responden sebagian besar
bekerja >10 tahun sebanyak 18
Laki – laki 11 28,2 responden (46,2%).
Perempuan 28 71,8
Hasil penelitian disajikan secara
Total 39 100 berurutan yaitu tentang respon time
perawat sebelum dilakukan early
warning system,respon time perawat
Pada tabel 2.2 dapat dijelaskan setelah dilakukan early warning system
bahwa dari 39 responden sebagian dan pengaruh edukasi early warning
besar berjenis kelamin perempuan system terhadap respon timeperawat di
yaitu 28 responden (71,8%). IGD BRSUD Kabupaten Tabanan.

c. Karakteristik responden a. Respon time perawat sebelum


berdasarkan pendidikan dilakukan early warning system
Tabel 5.3 Tabel Karakteristik
responden berdasarkan Tabel 2.5 Respon time perawat
pendidikan di IGD BRSUD sebelum dilakukan early
Kabupaten Tabanan warning system
Pendidikan Frekuensi Persentase Respon Kategori Jumlah Persentase
(%) time (%)
DIII 14 35,9 >5 Lambat 13 35,9
Keperawatan 25 64,1 menit
Sarjana
3-5 Cepat 15 38,5
Keperawatan
menit
Total 39 100
0-3 Sangat 11 25,6
Pada tabel 2.3 dapat menit cepat
dijelaskan bahwa dari 39
responden sebagian besar Jumlah 39 100
berpendidikan sarjana
keperawatan yaitu 25 responden Berdasarkan tabel 2.5 dapat
(64,1%). dijelaskan bahwa dari 39 responden paling
banyak memberikan response time cepat
d. Karakteristik responden berdasarkan yaitu 15 responden (38,5%).
lama kerja

STIKES Bina Usada Bali | 5


b. Respon time perawat setelah dilakukan signifikan respon time perawat sebelum
early warning system dan sesudah diberikan edukasi early
Tabel 2.6 Respon time perawat setelah
warning system. Nilai Z hitung respon
dilakukan early warning system time perawat sebelum dan sesudah
Respon Kategori Jumlah Persentase diberikan edukasi early warning system =
time (%) 4,053 dan Z tabel dengan nilai α =1,65
>5 Lambat 2 5,1 berarti Z hitung lebih besar dari pada Z
menit tabel Artinya Ho ditolak dan Ha
3-5 Cepat 11 28,2
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
menit
terdapat pengaruh yang signifikan
0-3 Sangat 26 66,7 respon time perawat sebelum dan sesudah
menit cepat diberikan edukasi early warning system.

Jumlah 39 100 Waktu tanggap gawat darurat


merupakan gabungan dari waktu
Berdasarkan tabel 2.6 dapat tanggap saat pasien tiba di depan pintu
dijelaskan bahwa dari 39 responden paling rumah sakit sampai mendapat respon
banyak memberikan response time sangat dari petugas Instalasi Gawat Darurat
cepat yaitu 26 responden (66,7%). (response time) dengan waktu
pelayanan yang diperlukan sampai
c. Respon time perawat sebelum dan sesudah selesai proses penanganan gawat
diberikan edukasi early warning system darurat (Haryatun dan Sudaryanto,
Tabel 2.7 Respon time perawat sebelum dan
2008). Respon time (waktu tanggap)
sesudah diberikan edukasi early dari perawat pada penanganan pasien
warning system gawat darurat yang memanjang dapat
Klasifikasi N Tingkat Rerata Std menurunkan usaha penyelamatan
Kecemasan Deviasi
pasien.
P Z Ketidaksesuaian jumlah perawat
Pre 39 1,90 0,788 dan jumlah pasien merupakan salah satu
hambatan dalam pelaksanaan response
time dan triase. Yoon et al (2003)
0,000 -
mengemukakan faktor internal dan
Post 39 4,053 2,62 0,590 eksternal yang mempengaruhi
keterlambatan penanganan kasus gawat
darurat antara lain karakter pasien,
Berdasarkan tabel 2.7 dapat penempatan staf, ketersediaan stretcher
dijelaskan bahwa nilai rata-rata respon dan petugas kesehatan, waktu ketibaan
time sebelum diberikan edukasi early pasien, pelaksanaan manajemen dan,
warning system adalah 1,90 dengan
strategi pemeriksaan dan penanganan
standar deviasinya 0,788. Nilai rata-rata yang dipilih. Hal ini bisa menjadi
respon times etelah diberikan edukasi pertimbangan dalam menentukan
early warning system mengalami konsep tentang waktu tanggap
peningkatan yaitu 2,62 dengan standar penanganan kasus di IGD rumah sakit.
deviasinya adalah 0,590. Hasil uji
statistik Wilxocon Signed Rank Test Faktor-faktor yang
yaitu nilai p = 0,000 yang artinya nilai p mempengaruhi response time perawat
< 0,05 sehingga ada pengaruh secara yaitu kecepatan dan ketepatan, hal ini

STIKES Bina Usada Bali | 6


memerlukan standar sesuai dengan suatu system pendekatan sistematis
kompetensi dan kemampuan sehingga dalam menangani pasien yang
dapat memberikan jaminan penanganan mengalami kegawatdaruratan salah
kegawatdaruratan dengan cepat dan satunya dengan menggunakan early
tepat. Selain itu, sarana dan prasarna warning system (EWS) (National
pendukung serta sumber daya manusia Clinical Effectiveness Committee,
dan manajemen IGD harus sesuai 2013). Dalam meningkatkan response
dengan standar (Kepmenkes, 2009). Hal timepelayanan terutama di IGD
ini menunjukkan sarana dan prasarana diperlukan sebuah sistem penilaian
serta sumber daya manusia dan sederhana berdasarkan pengukuran
manajemen IGD sudah sesuai standar fisiologis yang rutin dilaksanakan
dari Kementrian Kesehatan. seperti denyut jantung, tekanan darah,
laju pernapasan, suhu dan tingkat
Berdasarkan hasil penelitian kesadaranuntuk identifikasi tepat waktu
yang dilakukan sebelum dan setelah terhadap risiko perburukan suatu
dilakukan edukasi early warning system penyakit sehingga penanganan pasien
di IGD BRSUD Kabupaten Tabanan kritis untuk meminimalkan dampak
menunjukkan nilai rata-rata respon pada sistem tubuh (Kepmenkes, 2011).
timesetelah diberikan edukasi early Penelitian ini sejalan dengan
warning system mengalami peningkatan
penelitian yang dilakukan oleh
yaitu 2,62 dengan standar deviasinya (Bellomo R, 2012) dengan judul“Well-
adalah 0,590. Hasil uji statistik implemented Early Warning Scores can
Wilcoxon Signed rank test help Rapid Response Teams in
menghasilkan signifikansi (p) sebesar improving outcomes” didapatkan hasil
0,000 berarti ada pengaruh edukasi early early warning system sangat penting
warning system perawat terhadap respon
bagi rumah sakit untuk mendapatkan
time perawat. manfaat klinis dimana hasil penelitian
Penelitian ini sejalan dengan tersebut menunjukkan early warning
penelitian yang dilakukan oleh system mampu meningkatkan rapid
(Shahriar Dadkhah, 2018) dengan judul respon time. Oleh karena itu
” Effect of modified early warning pemanfaatan early warning system telah
system on rapid response team call terbukti menjadi alat yang berguna
outcome di Presence Saint Francis dalam pengenalan awal pasien yang
Hospital, Evanston, IL, USA” . Hasil memburuk di rumah sakit tersebut.
penelitian tersebut menunjukkan Ada Hasil penelitian juga menunjukkan
peningkatan yang signifikan rapid masih ada perawat yang memiliki
respon time dari era pra ke post MEWS respon time yang lambat yaitu sebanyak
(1,31% vs 1,97%, p = 0,03). Skor dua orang, menurut asumsi peneliti hal
MEWS di era Pra-MEWS secara tersebut disebabkan karena kemampuan
signifikan lebih tinggi daripada di Era dari masing-masing individu perawat
Pasca-MEWS (4,39 vs 3,95 p = didalam memahami pentingnya prinsip
0,0004).Hasil implementasi early kegawat daruratan. Walaupun sudah
warning system telah menyebabkan diberikan eduksai tentang early warning
peningkatan rapid respon time. system penerapan di IGD saat
Untuk memenuhi tercapainya melakukan tindakan pertama
response time yang cepat diperlukan pertolongan terhadap pasien juga

STIKES Bina Usada Bali | 7


mempengaruhi respon time seperti Physician. (2012). Overcrowding.(On
banyaknya kunjungan ke IGD serta line)
pandemi global yang sedang dialami. (http://www.caep.ca/advocacy/overcro
Berdasarkan uraian di atas wding. diakses 15 mei 2020).
response time perawat sebelum dan
sesudah diberikan edukasi early Dahlan. (2013). Besar Sampel dan Cara
warning system sebagian besar Pengambilan Sampel.Jakarta :
mengalami peningkatan.. Hal ini Salemba Medika.
menunjukkan perawat mampu Depkes RI. (2014). Departemen Kesehatan
menerapkan prinsip perawat Republik Indonesia. (2014). Petunjuk
kegawatdaruratan yang terdiri dari Pelaksanaan Indikator Mutu
pertolongan harus dilakukan dengan Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta.
segera dan singkat, kemampuan menilai
dan merspon dengan cepat, pengkajian Dewi, BAM et.al. (2020). Pengaruh
adekuat dan akurat, keselamatan dan Penggunaan Adult Early Warning
keefektifan perawatan pasien, intervensi Scoring (AEWS) Terhadap Tingkat
berdasarkan keakutan pasien, dan Mortalitas di RSUD Bali Mandara.
keakuratan dalam mengkaji pasien dan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2019).
memberikan perawatan sesuai dengan Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
prioritas pasien, serta tercapainya 2016. Bali: Dinas Kesehatan Porvinsi
kepuasan pasien. Bali.
4. Simpulan Firmansah. (2019). Hubungan
Pendokumentasian Early Warning
Ada pengaruh edukasi early System dengan Pelaksanaan Code
warning system perawat terhadap respon Blue di RS Ortopedi Prof Dr R
time perawat dengan nilai signifikansi (p) Soeharso Surakarta.
sebesar 0,000
Firmansyah. (2015). NEWSS: Nursing
5. Referensi Early Warning Scoring System, TMRC
Bashkin et.al. (2015). Organizational RSCM,
Factors Affecting Length Of Stay (online),(https://www.scribd.com/doc/
In The Emergency Department: 184093556/NEWSS-Nursing-Early-
Initial Observational Study. Israel Warning-Scoring-System diakses
Journal Of Health Policy tanggal 28 Mei 2020, jam 09.15
Research, 4, 38. WIB.).
https://doi.org/10.1186/s13584-
Georgaka & Vitos. (2012). Early Warning
015-0035-6
Systems. Hospital Chronicles 2012,
Bellomo R. (2012). Well-implemented volume 7, supplement 1: 37-43.
Early Warning Scores can help Rapid
Bashkin et.al. (2015). Organizational
Response Teams in improving
Factors Affecting Length Of Stay In
outcomes. Clinical journal of the
The Emergency Department: Initial
American Society of Nephrology :
Observational Study. Israel Journal Of
CJASN.2007;2(3):431-9.
Health Policy Research, 4, 38.
Canadian of Association Emergency https://doi.org/10.1186/s13584-015-

STIKES Bina Usada Bali | 8


0035-6. predicting the ED boarding of
admitted patients for more than 2
Bellomo R. (2012). Well-implemented hours. Journal of Emergency Nursing,
Early Warning Scores can help Rapid 37(3), 225-230.
Response Teams in improving
outcomes. Clinical journal of the Kartikawati Dewi. (2011). Buku
American Society of Nephrology : AjarDasar-Dasar Kegawatdaruratan.
CJASN.2007;2(3):431-9. Jakarta : Salemba Medika.
Canadian of Association Emergency Kepmenkes, R. (2011). Tentang standar
Physician. (2012). Overcrowding.(On pelayanan kegawatdaruratan di
line) Rumah sakit. Jakarta; Menteri
(http://www.caep.ca/advocacy/overcro kesehatan Republik Indonesia. 2011.
wding. diakses 15 mei 2020).
Kyriaco & Jordan. (2011). Monitoring Vital
Dahlan. (2013). Besar Sampel dan Cara Signs: Development of a Modified
Pengambilan Sampel.Jakarta : Early Warning Scoring (Mews) System
Salemba Medika. for General Wards in a Developing
Country. Diakses 04Juli2017,
Depkes RI. (2014). Departemen Kesehatan darihttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
Republik Indonesia. (2014). Petunjuk articles/PMC3901724/#pone.0087073-
Pelaksanaan Indikator Mutu NHS1.
Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta.
Lumenta. (2012). Pedoman Penyusunan
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2019). SOP Untuk Rumah Sakit[versi
Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun elektronik].http://www.scribd.com/doc
2016. Bali: Dinas Kesehatan Porvinsi /39154631/Pedoman-Penyusunan-
Bali. SOP.
Firmansah. (2019). Hubungan Mancini, D. (2013). Accounting
Pendokumentasian Early Warning Information Systems for Decision
System dengan Pelaksanaan Code Making(illustrate). Springer Science &
Blue di RS Ortopedi Prof Dr R Business Media.
Soeharso Surakarta.
Mancini. (2011). Pengkajian primer pada
Firmansyah. (2015). NEWSS: Nursing penderita gawat darurat.
Early Warning Scoring System, TMRC
RSCM, Morgan GE. (2013). Chronic Pain
(online),(https://www.scribd.com/doc/ Managament. In : Clinical
184093556/NEWSS-Nursing-Early- Anesthesiology, 5th ed. Lange Medical
Warning-Scoring-System diakses Books/McGraw-Hill, 2013, p. 1023-
tanggal 28 Mei 2020, jam 09.15 85.
WIB.).
National Clinical Effectiveness Committee.
Georgaka & Vitos. (2012). Early Warning (2013). ational Early Warning Score:
Systems. Hospital Chronicles 2012, National Clinical Guidline No. 1.
volume 7, supplement 1: 37-43. Ireland: Department of Health, 2013.
Hodgins, M. J, et al. (2011). Who is Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan
sleeping in our beds? Factors perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka

STIKES Bina Usada Bali | 9


Cipta. Standar Nasional Akreditas Rumah
Sakit Edisi 1.Indonesia: Tim Komisi
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Akreditasi Rumah Sakit.
Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis : Jakarta : SalembaMedika. Sucista. (2011). Pembuatan Aplikasi
Penentuan Rute optimal Menuju
Perkins, G. D. (2015). European Pelayanan Gawat Darurat berbasis
Resuscitation Council Guidelines for Mobile. STMIK Amikom Yogyakarta.
Resuscitation 2015. Section 2. Adult
basic life support and automated Suhartati, dkk. (2011). Standar Pelayanan
external defibrillation. Resuscitation, Keperawatan Gawat Darurat di
95, 81–99. Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian
https://doi.org/10.1016/j.resuscitation. Kesehatan.
2015.07.015diakses pada tanggal 15
Februari 2020. Widodo, E. (2015). Hubungan Response
Time Perawat Dalam Memberikan
Prihati, D. R. (2019). Pengetahuan Perawat Pelayanan Dengan Kepuasan
Tentang Early Warning Score Dalam Pelanggan Di IGD RS. Panti
Penilaian Dini Kegawatan Pasien WaluyoSurakarta.
Kritis. http://ebook/stikeskusumahusada.ac.id
/penelitian-gawat-darurat/2015/1064d
Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan iakses tanggal 6 Februari 2020 jam
Pengembangan Kesehatan 11.58 WIB.
Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/do
wnload/infoterkini/materi_rakorpop_2
0 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
– Diakses Maret 2020.
Sabriyati. (2012). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Ketepatan
Waktu Tanggap Penanganan Kasus
Pada Response Time I Di Instalasi
Gawat Darurat Bedah Dan Non-
Bedah RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
Shahriar Dadkhah. (2018a). Effect of
modified early warning system on
rapid response team call outcome.
Shahriar Dadkhah. (2018b). Effect of
modified early warning system on
rapid response team call outcome di
Presence Saint Francis Hospital,
Evanston, IL, USA.
SNARS Edisi 1. (2012). KOMISI
AKREDITAS RUMAH SAKIT. (2012).

STIKES Bina Usada Bali | 10

Anda mungkin juga menyukai