Anda di halaman 1dari 5

GURU INSPIRATIF TINGKAT

NASIONAL ASAL PURWAKARTA


SELASA, 03 DES 2019 | 16:35:20 WIB - OLEH NURDIN CAHYADI, S.KOM | DIBACA 2761
    
TAPAK KECIL MENGUKIR ASA
Oleh : Lia Yulindaria

Hidup adalah perjalanan dari satu sisi ke sisi lainnya. Alur kehidupan tak pernah berganti,
meski zaman telah berubah. Kesempurnaan hidup adalah kehidupan yang didalamnya penuh
makna dan manfaat. Karena, sejatinya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi sesamanya. Maha Besar Allah dengan segala Kuasa-Nya yang telah menciptakan segala
sesuatu secara sempurna dan seimbang.

Kehidupan kadang tak selamanya sesuai harapan. Banyak hal yang kita inginkan dapat kita
raih. Namun, banyak hal juga yang tidak kita perkirakan tetapi ternyata Allah izinkan.
Sungguh, sebaik-baik penjaga hanyalah Allah semata. Dia yang menjaga hati kita dari
kesombongan saat jawara dengan jalan diberikan ujian kesedihan, agar kita tahu bahwa
hanyalah Allah yang Maha Kuasa. Sekaligus, Dia pula yang menjaga hati kita dari rasa
gundah dan galau saat kecewa dengan cara diberi-Nya kita kesenangan dan kebahagiaan yang
lain bersamaan dengan kekecewaan itu sendiri. 

Tujuan hidup secara individu adalah menjadi bahagia lahir dan batin. Saat menentukan
pilihan hidup, maka akhir kisah bahagialah yang kita cari. Bahagia dengan apa yang kita
pilih, bahagia dengan apa yang kita kerjakan, dan bahagia dengan apa yang kita perjuangkan.

Saat memilih menjadi seorang guru, dalam hal ini guru honorer,  saya sudah menyiapkan diri
untuk tidak berharap banyak di sisi nominal penghasilan dari profesi ini. Saya harus rela
digaji di bawah standar UMR bahkan rela terima gaji per triwulan.  Tapi, saya menganggap
profesi ini adalah profesi mulia. Sebab, pada profesi ini terdapat proses pembelajaran,
sehingga terjadi perbaikan pada gaya dan pola pikir pribadi saya sendiri. 

Saya berharap, lewat profesi ini saya mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijak.
Di awal  saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan mampu mewarnai dan merubah
orang lain lewat profesi ini juga. Sungguh profesi luar biasa.

Kecintaan saya pada guru membuat saya tetap bertahan melewati berbagai kondisi terburuk.
Honor minim tidak menjadi halangan untuk berkreasi. Sering kali honor tidak pernah saya
rasakan. Habis untuk bahan saya berkreasi. Bahkan, biasanya kreatifitas saya melebihi budget
honor saya. Tapi, alhamdulillah, ada saja rejeki lain yang Allah beri. Itulah barangkali
sebagian dari faedah sodaqoh. Allah akan ganti dengan rejeki yang lebih besar.

Hari Pendidikan Nasional adalah momentum refleksi perjalanan pendidikan Indonesia.


Begitu juga menjadi momentum refleksi perjalanan karir diri saya. Di tahun 2008, dalam
rangkaian refleksi itu, saya melihat kinerja keguruanlah  yang menjadi perhatian saya.
Semua hal selain sistem pendidikan, anak didik, orang tua, dan para pemangku kepentingan
kerap kali menghiasi pemikiran saya. Saya ingin sekali membuat perubahan yang berarti
dalam sistem pendidikan terutama di kelas dan atau sekolah saya.

Tentang kerja sama gurulah yang menjadi perhatian utama saya saat itu. Adalah kedisiplinan
dan makna keberadaan para guru yang saya soroti. Saya pun membuat kolaborasi guru di
sekolah melalui Colaboration Learning Community. Program ini mengusung keberadaan
guru yang harus bekerjasama demi menghasilkan karya terbaik, terutama dalam proses
pembelajaran, saling mengingatkan dan menguatkan satu sama lain, menurunkan sisi
senioritas, dan membangun serta meningkatkan kompetensi guru melalui pembelajaran guru
mandiri, tanpa harus menunggu pelatihan guru yang kadang tidak menjaring guru-guru
onorer dan terkadang harus meninggalkan kebersamaan kita dengan siswanya. Semua pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas  guru secara keseluruhan dan otomatis meningkatkan
juga kualitas sekolah secara bertahap.

Saya pun mengusung dan menciptakan  literasi sekolah jauh sebelum literasi sekolah
digaungkan dan diusung pemerintah. Pojok baca kelas dibangun, buku-buku disebar di setiap
pojok sekolah. Siswa diminta membawa buku-buku dari rumah, kemudian bergantian
membaca buku milik temannya, mengadakan lomba mading bulanan, mendatangkan penulis-
penulis handal dan memberi penghargaan bagi siswa dan guru/staff dengan pembaca
terbanyak. Semua pada akhirnya membangun generasi literat yang mau dan mampu belajar
sepanjang hayat.

Saya pun mencoba mengusung dan membuat perubahan akhlak siswa jauh sebelum
Kurikulum 2013 yang berniat membangun karakter siswa dari mulai Sekolah Dasar. Melalui
konsep" Star Caracter Building" kami membangun karakter siswa kami. Teknis dari konsep
ini adalah menyediakan 6 warna bintang yang akan dibagikan untuk 6 karakter utama
berbeda yang diusung sekolah. Setiap hari siswa yang menunjukkan karakter dimaksud,
diberikan bintang dengan warna tertentu tersebut. Penganugerahan diberikan setiap 3 bulan
untuk mengapreasiasi karakter yang telah dilakukan siswa. Beberapa moment disiapkan
untuk terus menguatkan karakter yang telah dibangun. Ektrakurikuler dan kokurikuler terus
digelorakan untuk turut menjadi penguat karakter yang dibangun. Harapan kami karakter
utama ini akan menjadi dasar bagi pengembangan karakter-karakter lain berikutnya di masa
depan.

Terlepas dari semua itu setiap guru harus menyadari bahwa dalam jiwa manusia terdapat
fitrah dari Allah SWT untuk mengetahui hal baik dan buruk serta mampu membedakan benar
dan salah. Fitrah ini tak dapat muncul begitu saja. Setiap guru harus berjuang
mengembangkan potensi fitrah itu dengan jalan semakin mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Ini adalah motivasi terbesar dalam bekerja. Sehingga, label honorer bukan menjadi
halangan untuk berbuat dan berkarya lebih baik. Setiap manusia telah diberi jalannya
masing2 untuk berkontribusi di dunia.

Saat dianugerahi sebagai guru inspiratif tingkat Nasional, lewat seleksi portofolio dan
wawancara,  saya merasa bangga dan bahagia. Allah, lewat PGRI mengapresiasi ikhtiar saya
dengan anugerah yang tidak saya sangka-sangka. Sungguh menjadi semangat dan motivasi
untuk dapat berkarya nyata serta berbagi bersama pendidik2 lain sehingga mampu
menghebatkan pendidikan Indonesia.

Ikhlas memberi dan rela berbagi menjadi moto saya sekarang ini (terima kasih Pa
Dudung..????). Dari Yayasan Al Muhajirin, PGRI, dan Dinas Pendidikan Purwakarta tempat
saya bernaung, saya banyak belajar bahwa bekerja sajalah terbaik, tanpa memikirkan hasil
akhirnya. Lakukan proses terbaik dengan ikhlas, maka insya Allah suatu hari nanti, di saat
yang tepat, Allah akan menunjukkan buah dari ihktiar yang kita lakukan.

Bekerjalah dengan hati dan sepenuh hati, cintai pekerjaan kita dan orang-orang yang bekerja
bersama kita, maka cinta, anugrah dan keberkahan akan bersama kita pula.
Tetap semangat apapun dan dimanapun kita bekerja, teman-teman! Cintai dan nikmati lah
setiap prosesnya. Bangunlah dan bergabunglah dengan komunitas hebat pendidikan. Karena,
bersama komunitas kita mendapat kekuatan, dukungan, dan cinta.
Salam sayang untuk semua pendidik sejati di seluruh Indonesia.

Guru Penggerak, Indonesia Maju. Salam inspirasi!!!

Anda mungkin juga menyukai