Anda di halaman 1dari 4

Bismillaahirrahmaaniraahiim..

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam Allah semoga selalu tercurahkan kepada kepada junjungan
kita, nabi agung Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Hadirin kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,

Alhamdulillah, hari ini kita dapat kembali berkumpul dalam majelis salat dan khotbah Jumat, yang
insya Allah dirahmati Allah SWT. Dalam kesempatan kali ini, khotib akan membawakan tema
mengenai kasih sayang dalam Islam.

Khutbah Jumat Soal Kasih Sayang dalam Islam

Hadirin kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah Islam merupakan agama yang mengajarkan
kepada umatnya untuk selalu berperilaku kasih sayang, baik kepada keluarga, sesama maupun bagi
seluruh alam. Ajaran ini bersifat penting dan dijunjung tinggi dalam agama Islam.

Rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang baik (uswatun hasanah) pun diutus oleh Allah SWT untuk
menebarkan kasih sayang bagi seluruh alam. Sebagaiman firman Allah dalam surah Anbiya ayat 107
yang berbunyi:

١٠٧ – َ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰنكَ اِاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِم ْين‬

Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-‘ālamīn

Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam. (QS. Al Anbiya [21]:107)

Dalam ayat ini dijelaskan, bahwa Allah SWT melalui Rasulnya mengutus untuk menebarkan kasih
sayang bagi seluruh alam, tidak hanya kepada sesama umat Islam, namun juga kepada siapa saja
walaupun berbeda keyakinan.
Dilansir dari laman NU Online, hal ini senada dengan pendapat Imam Thabari dalam Tafsir at-
Thabrani juz 16 halaman 439 yang menjelaskan isi surah Anbiya ayat 107, bahwa Nabi Muhammad
diutus Allah SWT untuk menebarkan kasih sayang bagi seluruh umat manusia, tanpa ada
pengecualian, baik muslim maupun non-muslim.

Hal tersebut memang sudah seharusnya menjadi barang tentu, di mana seorang muslim selaku umat
Nabi Muhammad SAW memiliki sifat untuk saling menyayangi kepada sesama.

Hadirin kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,

Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari Juz 1 hlm 11 meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda:

ُ‫ َوال ُمهَا ِج ُر َم ْن هَ َج َر َما نَهَى هَّللا ُ َع ْنه‬،‫ال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ال ُم ْسلِ ُمونَ ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِد ِه‬

“Seorang Muslim adalah orang yang tidak melukai saudara Muslim lainnya baik dengan lisan dan
tangannya, orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah SWT (HR. Bukhari)”.

Hadis diatas menerangkan, bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan tuntutan kepada seorang
muslim untuk menanamkan karakter kehidupan di masyarakat yang saling menghormati, menebar
kasih sayang, tidak saling mendzalimi, tidak menghujat dan tidak memusuhi kepada sesama.

Hal-hal ini tentunya harus dipraktekan dalam tindakan maupun ucapan lisan. Perbuatan seperti
menghujat dan memusuhi orang lain tidaklah mencerminkan perilaku sebagai seorang muslim.
Perbuatan tercela seperti menghujat dan memusuhi justru akan menimbulkan perpecahan dan
merenggakan persaudaran sesama muslim.

Dari Sahabat Abu Musa RA, Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai hubungan antara muslim
satu dengan lainnya yang berbunyi:

ُ ‫اَ ْل ُمْؤ ِمنُ لِ ْل ُمْؤ ِم ِن ك َْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد َب ْع‬.


‫ضهُ َب ْعضًا‬

“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi. Sebagiannya
menguatkan sebagian yang lain.” Dan beliau ‫ ﷺ‬merekatkan jari-jemarinya. (HR. Al-Bukhari [no. 481,
2446, 6026], Muslim [no. 2585] dan at-Tirmidzi [no. 1928], dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari
Radhiyallahu ‘anhu).

Seorang muslim dengan muslim lainnya itu diibaratkan sebuah bangunan. Apabila menginginkan
sebuah bangunan yang berdiri kokoh, maka harus diisi dengan perilaku saling menguatkan dan
menyayangi satu sama lain. Tindakan-tindakan seperti mencela justru akan berdampak negatif dan
hanya memicu pertengkaran yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

Perilaku kasih sayang tidak hanya memiliki dampak positif pada lingkungan di sekitar kita, namun
juga akan menempatkan kita sebagai orang yang paling dekat dengan rahmat Allah SWT. Allah SWT
akan menebarkan rahmat dan kasih sayang kepada orang-orang yang menebar kasih sayang kepada
para makhluknya.

Begitupun orang-orang yang membenci dan berbuat aniaya kepada makhlukNya, Allah SWT
tentunya akan membenci serta menjauhkan rahmatNya dari orang-orang dengan perilaku seperti
itu. Naudzubillah min dzalik…

Kemudian, perilaku dan sifat kasih sayang tidak hanya diberikan kepada kaum muslimin saja. Sikap
seperti ini juga harus diterapkan kepada lawan. Lawan di sini diartikan dengan orang-orang yang
memiliki keyakinan berbeda. Umat Islam harus senantiasa menunjukan sikap kasih sayangnya
dengan bentuk toleransi yang tinggi dan menghargai perbedaan yang ada.

Dilansir dari laman NU Online Jawa Timur, Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 4 hlm 175
meriwayatkan sebuah hadis, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menceritakan perilaku para nabi-
nabi terdahulu, ketika mereka dilukai oleh para umatnya, Nabi mendoakan:

َ‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِقَوْ ِم ْي فَِإنَّهُ ْم الَ يَ ْعلَ ُموْ ن‬

Artinya: Ya Allah, ampunilah umatku, karena mereka tidak tahu. (HR Bukhari)

Dalam perilaku tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah sosok yang pendendam,
pembenci, dan penghujat. Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan yang baik dengan sikap-
sikapnya yang lemah lembut, felksibel, mudah akrab, dan mengutamakan kasih saya kepada
umatnya.

Demikianlah khutbah Jumat pekan ini. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang selalu
mengedapkan sikap kasih sayang kepada siapapun demi memperoleh berkah serta ridho dari Allah
SWT. Aamiin allahumma aamiin.

Anda mungkin juga menyukai