EVIDENCED BASED NURSING PRACTICE

(EBNP)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Program Studi Profesi Ners
Nama : Dwi Apriadi
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Taipei
Saat Ini : Student PhD Program in
School of Nursing at TMU
CP : 081364279848/WA
Email : dwi_apriadi12@yahoo.co.id
Id Line : dwi_apriadi12

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Program Studi Profesi Ners
 REFLEKSI
SEBERAPA PENTING?

MENGAPA EVIDENCED BASED

MENJADI PENTING BAGI PERAWAT?
 Apa itu EBN ?

Evidence Based Nursing didefinisikan sebagai sintesis dan penggunaan temuan ilmiah
(hasil penelitian) dari suatu penelitian randomized control trial (Estabrook, 2004).

Sackeett, et al (2009) EBN adalah sebagai suatu sintesis dan penggunaan temuan ilmiah
dari berbagai jenis penelitian termasuk randomized control trial, penelitian deskriptif,
informasi dari laporan kasus dan pendapat pakar.
 Tujuan Evidence Based Nursing (EBN)
1. Memberikan landasan objektif dan rasional dalam praktik keperawatan
2. Memberikan bukti bahwa praktik keperawatan dilandasi oleh penerapan prinsip-
prinsip ilmiah (scientific method) yang relevan dan terkini (up to date)
3. Melatih kemampuan perawat untuk berfikir kritis dan rasional
4. Sebagai salah satu ciri dan praktik keperawatan profesioanal
5. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
6. Sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya
 Evidence-Based Nursing

Nurse’s own
clinical
expertise

Evidenced-
based
clinical
decision

Evidence-based nursing. (2011). In W. Dorland, Dorland's illustrated medical

dictionary. Philadelphia, PA: Elsevier Health Sciences.
Using PICO to create a
research question
 Levels of Evidence

1. Cochrane Library
2. CINAHL
3. Science Direct
4. PubMed Clinical Queries
5. PubMed Central
6. Google scholar

Text source: Melnyk, B.M., & Fineout-Overholt, E. (2011). Evidence-based practice in nursing and
healthcare: A guide to best practice. Philadelphia: Lippincott, Williams & Wilkins.
 Riset RCT menjadi rekomendasi
diterapkan dilayanan keperawatan
 EVIDENCED BASED NURSING

FOR ACUTE MYOCARDIAL

INFARCTION
Infark miokard akut (IMA)

Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala utama nyeri dada pada pasien

keluhan utama
Nyeri dada

Kecemasan (50-70%)
Ketakutan mereka akan kematian, rumah sakit, kerusakan fisik dan prognosis, isolasi,
ketidakmampuan untuk merawat diri, dan tanggapan terhadap intervensi medis dan
keperawatan.
Nyeri dada mengurangi mobilitas dan ventilasi paru,
menunda pemulihan dan rawat inap yang
berkepanjangan.
Kecemasan berkontribusi terhadap penurunan aliran
darah koroner, peningkatan risiko IMA onset baru, dan
peningkatan rasio bahaya kejadian penyakit
kardiovaskular aterosklerotik (52%).
Intervention ?
The first interventions when a patient with an AMI is admitted is
hemodynamic assessment, stabilization and relief of chest pain.

Treatments include oxygenation and administration of

opioids, nitroglycerin and aspirin
Opioids  side effects

Although analgesic drugs are the most effective means available to

nurses, they are not the only approach to control the chest pain.
it is important to offer nonpharmacological methods along with
analgesics to attenuate the chest pain and anxiety in the patients.
 Ada kriteria Intervensi?
Riwayat IMA pertama Tidak dilakukan pada gangguan visual dan pendengaran,
kali, pengobatan dengan riwayat nyeri kronis, penyalahgunaan alkohol dan obat-
Streptokinase, tidak ada obatan, penyakit kulit, patah tulang, gangguan sensorik
(pemeriksaan dengan uji Diapazon), edema,
riwayat menggunakan
hiperkeratosis dan kelainan vaskuler pada kaki, amputasi
refleksologi, skor nyeri
ekstremitas bawah, kepekaan terhadap sentuhan atau
VAS 3. pijatan, riwayat penyakit yang mendasarinya (diabetes
mellitus, gangguan hati, ginjal, paru-paru, gangguan
darah), antiaritmia, antiansietas dan obat kurang tidur;
intoleransi terhadap intervensi, setiap kondisi akut pada
saat intervensi dan riwayat resusitasi jantung paru.
Bagaimana intervensi dilakukan?

Pasien diminta dalam posisi terlentang di tempat tidur.

kaki pasien dicuci dengan air hangat.
Letakkan bantal di bawah lutut untuk rilekskan tungkai bawah.
Berbicara dengan pasien tidak diperbolehkan saat menjalani pijat.
Pemijat melepas cincin, arloji dan perhiasan, mencuci tangan, dan duduk di kursi di ujung
tempat tidur pasien dalam posisi yang nyaman.
Pemijat melumasi bagian kiri pasien kaki selama satu menit menggunakan krim pelumas
Kemudian, pijat refleksi dilakukan pada telapak kaki kiri selama 20 menit.
Intervensi ini dimulai dengan memijat pusat bola kaki pada titik di mana jari-jari kaki
terhubung ke sisa kaki di bawah garis jari ketiga menggunakan tumit tangan dari
tengah ke luar.
Tekanan diterapkan selama 30 detik dengan ujung ibu jari ke tengah telapak kaki pada
titik solar plexus di pertemuan bola dan lengkungan. Pijatan diberikan dengan gerakan
memutar dengan kedua ibu jari dari tengah kaki ke arah luar.
Akhirnya, area jantung (pusat bola kaki) adalah dipijat dengan ibu jari
dengan gerakan memutar dan tekanan yang lumayan sehingga tidak
mengganggu pasien. Aksi tersebut berlangsung selama 20 menit. Kaki
kiri dipilih dalam penelitian ini karena pijat refleksi sehingga area pantul
sisi kiri tubuh konsisten dengan titik-titik refleks telapak kaki kiri dan
tangan dan area pantul sisi kanan tubuh konsisten dengan titik refleks
telapak kaki kanan dan tangan.
Stimulasi titik refleks telapak kaki kiri atau tangan diperlukan
untuk mengurangi rasa sakit terkait dengan jantung yang
terletak di sisi kiri, segera dan 20 menit setelah intervensi,
dua skala VAS diselesaikan. Intervensi ini dilakukan selama
tiga hari berturut-turut, dan nilai dievaluasi dengan cara yang
sama.
Mengapa kemudian Foot reflexology?
Bukti telah menunjukkan bahwa terapi komplementer dapat menjadi pilihan
perawat dalam mengelola nyeri dan ketidaknyamanan pasien

Pijat refleksi karena efek hemodinamik, suplai darah ke organ, peningkatan

stimulasi parasimpatis dan penurunan stimulasi simpatis efektif pada pasien
dengan IMA. Selain itu, karena pasien cemas diharapkan memiliki osilasi
simpatis yang tinggi dan parasimpatis yang rendah, ada kemungkinan bahwa
perawatan pijat refleksi kaki dapat mengurangi osilasi simpatis dan
meningkatkan respons parasimpatis, sehingga kemungkinan refleksologi dapat
mengurangi kecemasan, nyeri dan tekanan otot.

Reflexology is a noninvasive and simple method can be

useful as a nursing care in the critical care units
 Kesimpulan

• Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pijat

refleksi kaki efektif dalam meredakan nyeri dadadan
juga memiliki efek maksimal dalam 20 menit setelah
intervensi. Dengan demikian, pijat refleksi bisa
menjadisederhana, efektif, keperawatan, non-invasif,
nonfarmakologis, dan berbiaya rendahmetode
intervensi yang digunakan untuk meredakan nyeri
dada pada pasien IMA.
Bukti menunjukkan bahwa nyeri dada berkurang secara memadai di lebih dari 75%
pasien. Kecemasan juga berhubungan dengan peningkatan berbagai penyakit
kardiovaskular yang berbeda, termasuk stroke, penyakit jantung koroner, jantung gagal
jantung, dan kematian kardiovaskular.

Kecemasan meningkatkan aktivitas simpatis, yang dapat meningkatkan beban kerja

jantung, kebutuhan oksigen miokard, denyut jantung dan pernapasan, tekanan darah, dan
aritmia jantung.

Perawatan kecemasan adalah salah satu langkah penting dalam mencegah perkembangan
AMI. Oleh karena itu, menurunkan tingkat kecemasan pasien adalah salah satu tujuan
penting dalam asuhan keperawatan dan memiliki kepentingan klinis yang paling penting.
Daftar pustaka

Sayari S, Nobahar M, Ghorbani R, Effect of Foot reflexology on Chest Painand Anxiety in Patients with
Acute Myocardial Infarction: A Double Blind Randomized Clinical Trial,Complementary Therapies in
Clinical Practice, https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2020.101296.

Hasheminia AM et al. The Effect of Hand and Foot Surface Stroke Massage on Pain Intensity and Anxiety
Level in Hospitalized Patients with Acute Coronary Syndrome: A Randomized Clinical Trial. Int
Cardiovasc Res J.2021;15(4):154-158.icrj.118446