Kelompok 2
Program Studi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Medan
Email :
anggaraditia04@gmail.com
ABSTRAK
Boraks merupakan bahan tambahan yang sering dijadikan sebagai bahan
pengawet makanan pada bakso, tahu, berbagai jenis mie, terasi, ikan asin, saus,
sosis, naget, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kandungan boraks pada makanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5
sampel uji yang terindikasi mengandung boraks. Sampel yang paling tinggi
kandungan boraksnya yaitu mi lidi. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan
warna pada sampel uji dari warna kuning-orange menjadi warna coklat pekat
setelah di beri larutan ekstrak kunyit.
Kata Kunci : boraks, kunyit, makanan
ABSTRACT
1
PENDAHULUAN
Penyalahgunaan produk atau bahan tertentu yang tidak sesuai dengan
peruntukannya sering sekali terjadi di negeri tercinta Indonesia ini. lama kelamaan
masyarakat pun cenderung menjadi terbiasa dengan kondisi seperti itu yang pada
akhirnya membuat masyarakat menjadi bersikap apatis terhadap berbagai
fenomena yang terjadi. Kondisi itu pula lah yang kurang lebih terjadi pada kasus
penyalahgunaan boraks yang sempat mencuat ke permukaan dalam beberapa
waktu terakhir ini. Boraks yang banyak digunakan sebagai bahan pengawet kayu
ini ternyata banyak juga digunakan dalam berbagai produk makanan sebagai
bahan pengawet.
Masalah keamanan pangan yang terjadi di Indonesia saat ini antara lain
kasus keracunan, ditemukannya pangan tercemar oleh kontaminan kimia,
penggunaan bahan tambahan ilegal, dan penggunaan bahan tambahan pangan
melebihi batas yang diijinkan. Hasil pantauan BPOM RI pada tahun 2005 yang
lalu menunjukkan ada 184 kejadian KLB keracunan pangan, yang mana
dari23.864 orang yang makan,8.949 orang sakit, dan 49 orang meninggal dunia.
Dari 184 kejadian tersebut, 28 kejadian disebabkan dari pangan olahan, 33
kejadian dari pangan jajanan, 39 kejadian dari pangan jasa boga, 78 kejadian dari
masakan rumah tangga, dan 6 kejadian dari pangan lain-lain. Dari karakteristik
epidemiologi KLB keracunan pangan, dilihat dari tempat kejadian, di rumah
tangga sebesar 39.67%, di sekolah/kampus sebesar 20.11%, di perayaan sebesar
15.67%, di asrama sebesar 9.24%, di kantor/pabrik sebesar 5.98%, di
hotek/restoran sebesar 2.24%, di tempat umum sebesar 2.17%, dan yang tidak
dilaporkan diaman tempat kejadiannya sebesar 4.90% (laporan tahunan 2005,
direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan).
Selain itu hasil monitoring keamanan pangan yang dilakukan terhadap
27.4296 sampel pangan menunjukkan sekitar 10.49 sampel pangan tidak
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan anatar lain karena penyalahgunaan
formalin (1.03%), penyalahgunaan boraks (1,12%), penyalahgunaan pewarna
(1.63%), cemaran mikrobiologis (0.82%), menggunakan pengawet dan pemanis
melewati batas (3.88%) dan sekitar 2% karena sebab-sebab lainnya (laporan
tahunan 2005, Badan BPOM RI).
2
Boraks adalah bubuk kristal putih yang mengandung boron, baraks pada
umumnya digunakan untuk anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik.
Mengonsumsi makanan yang mengandung boraks dapat menyebabkan keracunan
bahkan kematian. Pembuatan saus yang aman tanpa bahan pengawet dapat
dijadikan produk makanan yang baik bagi kesehatan.
Masalah keamanan pangan dapat terjadi di sepanjang rantai dan
disebabkan karena ketidaktahuan produsen terutama produsen skala kecil terhadap
bahaya keamanan pangan, ketidakpedulian produsen dan juga ketidaksadaran
konsumen untuk memilih pangan yang aman, selain juga karena tindak lanjut
pengawasan yang dilakukan instansi pemerintah belum memberikan efek jera.
Untuk dapat menuntaskan masalah keamanan pangan, maka diperlukan suatu
kebijakan dan strategi yang tepat maka dibutuhkan daya dukung berupa hasil
kajian surveilan keamanan pangan, keputusan manajerial dan komunikasi risiko
yang efektf. Hal ini yang mendasari perlunya suatu kebijakan dan strategi
keamanan pangan dilandaskan pada prinsip-prinsip analisis risiko.
METODE PENELITIAN
Preparasi Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan makanan yang bermerk
yaitu saus dari merk ABC, mie lidi dari merk buah duku, sosis dari merk Champ,
nugget dari Champ, mie instan dari merk Intermi yang dibeli di minimarket dan
bahan makanan yang tidak bermerk yaitu terasi, mie kuning, ikan asin, tahu yang
berasal dari Pasar MMTC jl Wiliem Iskandar.
Bahan makanan yang dijadikan bahan percobaan yaitu bakso, tahu putih, mi
kuning, mi lidi, terasi, mi instan, ikan asin, saus, sosis, dan nugget
Prosedur Penelitian
3
1) Persiapan alat uji, tahap ini dilakukan dengan proses menghaluskan bahan-
bahan yaitu bakso, tahu putih, mi kuning, mi lidi, terasi, mi instan, ikan
asin, sosis, nugget, kunyit unutk diambil ekstaknya.
2) Persiapan sampel uji, tahap ini masing-masing sampel sebanyak 5 gr
bakso, tahu putih, mi kuning, mi lidi, terasi, mi instan, ikan asin, saus,
sosis, dan nugget. kemudian dimasukkan kedalam masing-masing cup
untuk diberi larutan kunyit sebanyak 10 tetes.
3) Pengujian sampel, pada tahap ini melakukan pengamatan pada tabung cup
yang berisi sampel uji. Setelah beberapa menit diberi larutan kunyit,
dilakukan pengamatan untuk semua sampel uji. Pengamatan dilakukan
berdasarkan indra penglihatan terhadap perubahan warna larutan sampel.
Apabila ada makanan yang positif mengandung boraks sampel uji akan
berubah warna.
HASIL PENELITIAN
Table 1. Hasil Pengamatan Uji Kandungan Boraks Pada Makanan
4
10 tahu Putih susu Kuning terang _
5
Sebelum setelah 5 menit
6
Sebelum setelah 5 menit
7
PEMBAHASAN
Pengujian hasil pengujian boraks bahan sampel yaitu saus, terasi, mie
instan, mie lidi, mie kuning, bakso, ikan asin, tahu dengan indicator esktrak kunyit
kemudian sampel yang digunakan di timbang sebanyak 5 mg dari semua sampel
kemudian setiap sampel di haluskan dan dimasukkan kedalam cup yang
berukuran 60 ml kemudian di teteskan 10 tetes larutan ekstrak kunyit kedalam
setiap sampel yang ada pada cup lalu di hitung dalam waktu 5 menit, untuk setiap
sampel yang telah di uji menghasilkan warna pekat menunjukkan sampel tersebut
mengandung boraks. Dari table di atas dapat kita ketahui dari total 10 sampel ada
sebanyak 5 sampel yang positif mengandung boraks sedangkan 5 sampel lainnya
tidak mengandung boraks.
Sampel mie lidi positif mengandung banyak sekali boraks karena setelah
di uji menunjukkan perubahan warna yang awalnya berwarna kuning-orange
berubah menjadi warna coklat pekat.
8
Mie kuning positif mengandung banyak boraks karena setelah di uji
menujukkan warna kuning terang kemudian terasi, mie instan, ikan asin positif
terindikasi mengandung boraks sedikit karena setelah di uji meunjukkan warna
coklat pekat pada terasi, warna kuning pekat pada mie instan dan warna coklat
pada ikan asin.
Ikan asin yang mengandung boraks memiliki ciri tekstur kenyal dan tidak
mudah putus sedangkan ikan asin yang tidak mengandung boraks memiiliki ciri
rapuh dan mudah putus karena telah mengalami proses pengawetan tradisional
dengan cara penggaraman dan pengeringan menggunakan sinar matahari.
SIMPULAN
9
mereka jual. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi dan edukasi bagi para
produsen industri makanan mengenai bahaya penggunaan boraks bagi kesehatan.
Daftar Pustaka
10