Anda di halaman 1dari 19

Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur

Penulis: Arif Mustofa, S.T., M.Si

Diterbitkan oleh
Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur

Penulis
Arif Mustofa, S.T., M.Si

Editor
Nurcahyo Kursistiyanto
Purwo Adi Wibowo
Raju Rizqi
Gesi Mei Silvia Wahyu Dinta Pratama

Desain cover
Tim Desain

Cetakan ke 1, Edisi 1, September 2020

Diterbitkan oleh:
UNISNU Press
Alamat: Kampus UNISNU Jepara
08957-1000-3000 ; 0857-2930-2000
IG: @pressunisnu ; FB: Unisnu Press Jepara
Email: unisnupress@unisnu.ac.id

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Mustofa, Arif.
Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur / Penulis,
Mustofa. -- Jepara: UNISNU Press, 2020.
xii + 102 hlm. ; 14,8 x 21 cm.
ISBN 978-623-91604-7-0

Hak cipta pada penulis; hak penerbitan pada UNISNU Press


Tidak boleh direproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

ii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia


dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
buku referensi untuk perkuliahan Manajemen Kualitas Air.
Buku ini berisi penjabaran tentang parameter-parameter
tersebut. Penjelasan parameter kualitas air bagi budidaya
perairan baik berupa definisi dan nilai standar didasarkan pada
Baku Mutu Lingkungan (BLM) dan peraturan-peraturan yang
berlaku baik dari Peraturan Pemerintah (PP) maupun
Keputusan Menteri (Kepmen). Ditambah pula dengan hasil
riset yang dilakukan penulis disertai dengan referensi-referensi
yang valid. Sehingga sangat baik dan bermutu untuk menjadi
buku pegangan bagi mahasiswa akuakultur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak
yang telah membantu terbitnya buku ini. Ucapan terima kasih
terutama ditujukan kepada:
1. Bapak Dr. H. Sa’dullah Assaidi, M.Ag., selaku Rektor
UNISNU Jepara, yang telah memberikan support dan
kesempatan untuk berkhidmah di Universitas Islam
Nahdlatul Ulama Jepara.
2. Bapak Purwo Adi Wibowo, SE., M.Sc., selaku Ketua LPPM
UNISNU Jepara, yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan riset dari hibah Ristekdikti maupun hibah
internal perguruan tinggi.

iii
3. Bapak Ir. Gun Sudiryanto, MM., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi UNISNU Jepara yang telah
memberikan arahan dan dorongan untuk selalu melakukan
peningkatan wawasan keilmuan bagi para dosen.
4. Bapak Drs. Nurcahyo Kursistiyanto, M.Si., selaku Kaprodi
Akuakultur UNISNU Jepara, yang telah memberikan saran
dan pendapat terhadap penyusunan buku ini.
Semoga dengan terbitnya buku ini dapat menambah
wawasan keilmuan terutama dalam bidang akuakultur.
Sehingga mahasiswa akuakultur mampu bertambah penge-
tahuannya. Jika ada kesalahan dalam penulisan buku ini
penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya.

Jepara, 17 Juni 2020

Arif Mustofa, S.T., M.Si.

iv
KATA PENGANTAR
EDITOR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita diberikan
kesehatan dan kekuatan untuk mengatur hidup dan kehidupan
di bumi ini. Sebagai bentuk ikhtiar manusia melalui upaya
pemenuhan gizi serta kedaulatan pangan dalam dinamika sosial
ekonomi masyarakat, maka produksi sumber pangan berbahan
dasar biota perairan harus selalu ditingkatkan.
Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas nomor
dua tertinggi di dunia. Agar menjadi keunggulan komparatif
bangsa, maka perlu pengelolaan dan pemanfaatan yang
optimal. Kekayaan alam Indonesia akan menjadi basis life
science sebagai sumber bahan kajian dan penelitian ilmu
hayati. Perairan Indonesia memiliki 600 spesies karang yang
berada dalam perairan seluas 3.257.483 km2 serta memiliki
garis pantai sepanjang 99.093 km. Dengan luas wilayah 1,3%
dari permukaan bumi, maka Indonesia merupakan negara
megabiodiversity.
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem penting
di perairan laut Indonesia yang menjadi salah satu ekosistem
kunci selain mangrove dan lamun. Baik buruknya ekosistem ini
menjadi indikator tingginya produktifitas primer perairan yang
baik untuk ikan maupun biota lainnya bisa tumbuh dan
berkembang. Pada akhirnya, kondisi perairan yang optimal

v
merupakan bahan baku dan media untuk budidaya perairan di
pesisir. Dengan demikian keberhasilan usaha budidaya tambak
dipengaruhi oleh faktor kualitas air yang optimal.
Dalam melakukan pengkajian kualitas yang optimal
untuk usaha budidaya perairan, maka diperlukan pedoman
yang menjadi acuan dalam persiapan, pelaksanaan dan
pascapanen. Salah satu bentuk acuan tersebut adalah mencakup
pengertian terhadap parameter yang harus diukur.
Buku ini berisi tentang penjelasan tentang parameter-
parameter kualitas air yang harus diketahui untuk pegelolaan
usaha budidaya. Pada akhir bab dijelaskan tentang metode
pengukuran parameter kualitas air sebagai daya dukung usaha
tambak. Dengan metode skoring yang diperbandingkan dengan
data dari para peneliti sebelumnya, maka dapat ditentukan
lokasi perairan yang memiliki kualitas air yang sesuai untuk
budidaya tambak. Dengan demikian buku ini sangat berguna
bagi para pelaku usaha budidaya tambak juga para mahasiswa
akuakultur terutama pada matakuliah Manajemen Kualitas Air
dan Rekayasa Budidaya.
Semoga dengan hadirnya buku ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang akuakultur.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jepara, 17 Juni 2020

Drs. Nurcahyo Kursistiyanto, M.Si.


Kaprodi Budidaya Perairan
UNISNU Jepara

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................... iii


KATA PENGANTAR EDITOR .................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................ vii
DAFTAR TABEL ...................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi
BAB I KUALITAS AIR BAKU ................................................... 1
A. Pengertian ....................................................................... 1
B. Pemanfaatan Air untuk Budidaya .................................. 3
C. Pencemaran air ............................................................... 4
BAB II KUALITAS AIR UNTUK AKUAKULTUR .................... 7
A. Air dan Perikanan ........................................................... 7
B. Kualitas air ..................................................................... 8
C. Transportasi sampel ..................................................... 14
D. Pemberian label untuk pengiriman............................... 16
E. Analisa standar kualitas air bidang perikanan .............. 16
BAB III PARAMETER FISIKA AIR ........................................ 19
A. Cahaya .......................................................................... 19
B. Suhu.............................................................................. 20
C. Kecerahan ..................................................................... 22
D. Kekeruhan (Turbiditas) ................................................ 24
E. Kecepatan arus dan debit air ........................................ 25
F. Salinitas ........................................................................ 28
G. TSS (Total Suspended Solid) ....................................... 30

vi
i
H. TDS (Total Dissolved Solid) ........................................ 33
BAB IV PARAMETER KIMIA AIR ......................................... 35
A. pH (derajat keasaman) ................................................. 35
B. Alkalinitas .................................................................... 37
C. Kesadahan (hardness) .................................................. 38
D. Karbondioksida (CO2) ................................................. 40
E. Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO) .................. 41
F. Nitrogen ....................................................................... 46
G. Amonia (NH3) ............................................................. 47
H. Nitrat (NO3) ................................................................. 49
I. Nitrit (NO2) .................................................................. 51
J. Fosfat ........................................................................... 54
K. Hidrogen Sulfida (H2S) ................................................ 55
L. Logam Berat ................................................................ 57
M. BOD ............................................................................. 59
N. COD ............................................................................. 63
BAB V PARAMETER BIOLOGI AIR ...................................... 65
A. Total Bakteri Umum .................................................... 65
B. Total Plankton .............................................................. 66
BAB VI ANALISA DAN EVALUASI DATA............................. 73
A. Analisa dan Evaluasi Data ........................................... 73
B. Analisis Daya Dukung Lingkungan ............................. 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 83
LAMPIRAN ........................................................................... 89
INDEKS ................................................................................ 99

vi
ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Major Ion dan Secondary Ion dalam Padatan


Terlarut Total .......................................................... 34
Tabel 2. Pengaruh TDS terhadap Akuakultur
Perikanan ................................................................ 34
Tabel 3. Pengaruh pH terhadap kondisi biota budidaya ....... 37
Tabel 4. Kriteria kualitas air berasarkan nilai DO ................ 45
Tabel 5. Jenis-jenis logam berat dan rata-rata
konsentrasinya dalam air laut ................................. 58
Tabel 6. Kriteria kualitas air berdasarkan nilai BOD5 ......... 62
Tabel 7. Kelas pencemaran berdasarkan nilai BOD5 ........... 62
Tabel 8. Standar kualitas air untuk akuakultur ..................... 73
Tabel 9. Parameter kualitas air sumber untuk kultur
udang windu (Penaeus monodon) dan udang
vaname (Litopenaeus vannamei) ............................ 75
Tabel 10. Parameter kualitas air pemeliharaan untuk
kultur udang windu (Penaeus monodon) dan
udang vaname (Litopenaeus vannamei) ................. 76
Tabel 11. Parameter kualitas tanah untuk kultur udang
windu (Penaeus monodon) dan udang
vaname (Litopenaeus vannamei) ............................ 78
Tabel 12. Parameter lingkungan dengan bobot, kelas............. 79
Tabel 13. Kelas daya dukung perairan dari parameter
lingkungan terukur .................................................. 80
Tabel 14. Karakteristik dan kelas kelayakan lahan tambak .... 82

ix
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Keseimbangan Lingkungan Perairan ......... 9


Gambar 2. Alat dan Bahan Sampling Air ............................. 12
Gambar 3. Kegiatan Pemantauan Kualitas Air ..................... 12
Gambar 4. Penanganan sampel ketika pengiriman ............... 15
Gambar 5. Contoh format pemberian label ........................... 16
Gambar 6. Termometer Manual dan Digital yang
Terintegrasi dengan DO-meter ............................ 22
Gambar 7. Pengamatan kecerahan menggunakan
Secchidisk ............................................................ 23
Gambar 8. Cara menggunakan refraktometer ....................... 30
Gambar 9. Peralatan laboratorium untuk uji TSS ................. 33
Gambar 10. Alat pengukur pH ................................................ 37
Gambar 11. Egeria densa dapat menurunkan kesadahan
(hardness) perairan .............................................. 39
Gambar 12. Kincir air untuk menambahkan DO dalam
tambak ................................................................. 44
Gambar 13. DO-meter dan cara menggunakannya ................. 46
Gambar 14. Kurva pertumbuhan bakteri ................................. 65
Gambar 15. Beberapa jenis fitoplankton dari genus
Ceratium dan Gymnodinium ............................... 70
Gambar 16. Zooplankton dari fillum Chaetognatha dan
Chordata .............................................................. 72

xi
xi
i
BAB I
KUALITAS AIR BAKU

A. Pengertian
Kualitas air baku atau yang jamak disebut baku mutu air
didefinisikan sebagai ukuran kadar organisme, zat, energi atau
unsur yang ada atau harus ada dan/atau komponen zat cemar
yang ditoleransi kandungannya di dalam sebuah perairan.
Definisi ini sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001 tanggal 14
Desember 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran, yang menjelaskan bahwa apabila
suatu perairan telah memenuhi baku mutu yang telah
ditentukan sesuai peruntukannya maka perairan tersebut
memiliki kualitas baik dan dapat digunakan sesuai
peruntukannya tersebut. Untuk mengetahui kondisi perairan
sesuai dengan peruntukannya harus diukur menggunakan alat
uji dan metode yang sesuai. Pengukuran parameter-parameter
perairan harus berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Pemerintah di
atas, maka kriteria kualitas air berdasarkan kelas tersaji
sebagaimana dalam Tabel 1.
Pada bagian ketiga perihal klasifikasi dan kriteria mutu
air pasal 8 ayat 1 dalam Peraturan Pemerintah tersebut di atas
dijelaskan klasifikasi mutu air yang dibagi menjadi 4 (empat)
kelas, yaitu :

Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur 1


1. Kelas satu, air yang peruntukannya dipergunakan untuk
air baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
menggunakan untuk air baku air minum;
2. Kelas dua, air yang peruntukkannya dapat dipergunakan
untuk sarana dan prasarana wisata air, kegiatan budidaya
ikan, peternakan, pertanaman, dan/atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk kegiatan budidaya ikan, peternakan, pertanaman,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan
untk mengairi tanaman atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Baku mutu mengandung pengertian bahwa air memiliki
ambang batas keamanan dari segala sesuatu yang
membahayakan. Bahan yang membahayakan dapat berupa zat
padat, cair maupun gas serta mikroorganisme. Yang dimaksud
dengan keamanan dalam hal ini adalah apabila lingkungan
masih dapat mentoleransinya hingga tidak terjadi proses
akumulasi zat-zat berbahaya.
Standar kualitas digunakan untuk pembanding guna
mengetahui ada tidaknya perubahan terhadap kualitas
lingkungan. Jenis zat yang menurunkan kualitas air/keluar dari
baku mutu.

2 Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur


1. Limbah yang membutuhkan oksigen ,
Contoh : limbah rumah tangga, kotoran hewan, limbah
industri.
2. Agen penyebab penyakit
Bakteri dan virus, berasal dari: rumah sakit, rumah
tangga, kotoran binatang.
3. Bahan anorganik dan mineral
Asam : pertambangan dan industri .
Garam : irigasi, pertambangan, limbah industri, lapa-
ngan minyak
Logam berat: BBM, industri, limbah pertanian
4. Bahan organik
Contoh : herbisida, pestisida, plastik, detergen,
senyawa Cl.

B. Pemanfaatan Air untuk Budidaya


Pemanfaatan air untuk budidaya berdasarkan peruntu-
kannya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Pemanfaatan air sebagai media, terdiri atas :
a. Waduk
b. Danau
c. Sungai
d. Rawa
e. Laut
f. Badan perairan lainnya
2. Pemanfaatan air sebagai materi, terdiri atas penggunaan
air di :
a. Kolam
b. Tambak

Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur 3


c. Wadah lain yang diusahakan untuk budidaya ikan
Pengembangan pemanfaatan air untuk kegiatan budi-
daya ikan dilakukan dengan berbagai cara:
1. Intensifikasi air, dilakukan dengan cara:
a. Peningkatan lahan budidaya dan daya dukung air
b. Peningkatan manajemen dan teknologi budidaya
c. Efisiensi penggunaan air
d. Penebaran benih, pakan dan obat yang bermutu
e. Pengendalian hama dan penyakit;
f. Diversifikasi ikan budidaya; dan
g. Aplikasi biosekuriti.
2. Ekstensifikasi, dilakukan dengan mekanisme menambah
luas lahan eksisting untuk kegiatan budidaya.

C. Pencemaran air
Lingkungan perairan adalah komponen dalam kehidupan
di bumi yang paling mudah terdampak oleh kegiatan manusia.
Keadaan ini menyebabkan perairan sangat penting untuk
diperhatikan dan memerlukan penanganan khusus. Dalam
sistem perairan memiliki kapasitas terima (receiving capacity)
yang sangat terbatas terhadap bahan pencemar. Menurut Odum
(1993) pencemaran adalah perubahan fisika, kimia dan biologi
yang tidak diharapkan dalam udara, air dan tanah. Dalam
Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang disebut sebagai pencemaran
lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya

4 Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur


turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Definisi yang sama pula terdapat dalam PP nomor 82
tahun 2001 menjelaskan bahwa pencemaran air adalah masuk
dan/atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Berdasarkan pengertian ini, persoalan pencemaran air
dikaitkan dalam tiga hal pokok:
1. Unsur yang masuk atau dimasukkan ke dalam air
2. Kualitas dan penurunan kualitas air
3. Peruntukkan air.
Indikator pencemaran air dicirikan sebagai berikut :
1. Perubahan suhu
2. Perubahan pH
3. Perubahan bau, warna, dan rasa
4. Timbulnya koloid, bahan terlarut dan endapan
5. Adanya mikroorganisme
6. Meningkatnya radioktivitas air.
Terdapat dua jenis sumber pencemaran perairan, yaitu
point sources, pencemaran yang sumbernya dapat diketahui
secara pasti, misalnya limbah pabrik. Sedangkan nonpoint
sources adalah pencemaran yang sumbernya tidak dapat
diketahui secara pasti, misalnya pencemar bersama air hujan
atau aliran sungai yang masuk ke suatu perairan. Penyebab
utama tercemarnya sebuah kolam air (environmental agency,
1969) terdiri dari 3 hal yaitu :

Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur 5


1. Penggunaan air sejalan dengan peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Konsekuensinya adalah sema-
kin meningkatnya volume air limbah yang mengandung
berbagai senyawa maupun materi tertentu masuk dalam
perairan.
2. Pemusatan domisili penduduk dan industri menyebabkan
terjadinya peningkatan limbah tak terpakai yang mengalir
masuk ke dalam perairan. Konsekuensinya daya pemuli-
han diri perairan tersebut semakin terlampaui, sehingga
perairan menjadi tercemar dengan tingkat semakin berat.
3. Investasi sosial, ekonomi dan budaya dalam memperbaiki
lingkungan semakin rendah diakibatkan pergeseran nilai
sosial dan budaya semakin mengarah pada masyarakat
industri. Konsekuensinya investasi untuk sistem sanitasi
yang ramah lingkungan dan bertoleransi kepada orang
lain semakin rendah.

6 Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur


BAB II
KUALITAS AIR UNTUK AKUAKULTUR

A. Air dan Perikanan


Air berfungsi sebagai media internal dan eksternal,
dimana fungsi media internal air berlaku sebagai bahan baku
untuk reaksi-reaksi metabolisme dalam tubuh, pengangkut sari
makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk
dikeluarkan dari dalam tubuh serta pengatur/penyangga suhu
tubuh. Fungsi lainnya adalah sebagai media eksternal sebagai
habitat hewan air. Oleh karena itu air yang sesuai dengan
kriteria baku mutu kualitas air akan sangat berpengaruh
terhadap hidup dan tumbuhnya hewan air.
Air sebagai media hidup hewan budidaya karena air
memiliki keistimewaan yaitu mudah terkontaminasi. Hal itu
menyebabkan biota yang dibudidayakan ikut terkontaminasi
dan menjadikan faktor pembatas untuk perikanan. Fungsi air
memiliki peran penting pada makhluk perairan, selain sebagai
media untuk kehidupan, air juga memiliki andil besar dalam
setiap proses metabolisme di dalam tubuh hewan air, baik seba-
gai media proses dan media transportasi dari bagian tubuh yang
satu ke bagian tubuh yang lain, maupun sebagai zat yang ikut
dalam berbagai reaksi kimia dalam proses metabolisme.
Cara budidaya ikan yang baik dan memenuhi seluruh
kriteria yang dipersyaratkan akan menjadi sebuah jaminan akan

Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur 7

Anda mungkin juga menyukai