Anda di halaman 1dari 9

TATALAKSANA PELAYANAN IGD

A. Pendaftaran

Petugas TPPGD bertugas melakukan proses admisi pasien rawat jalan maupun
admisi rawat inap yang bertujuan memberikan pelayanan kepada pasien yang akan
berobat jalan dan dirawat dengan pelayanan maksimal.
Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan pendaftaran, keluarga pasien
diarahkan ke petugas TPPGD, jika pasien tidak ada yang mengantar maka petugas
TPPGD yang akan mendatangi pasien. Keluarga pasien akan ditanya tentang pasien
apakah merupakan pasien lama atau pasien baru, siapa penanggung jawab dan kartu
identitas. Setelah proses pemeriksaan selesai dan pasien dinyatakan boleh pulang maka
petugas kasir akan menyelesaikan proses administrasi dengan memasukan biaya
tindakan, barang habis pakai (termasuk obat), pemeriksaan penunjang dan biaya obat
pulang yang sebelumnya telah diinput oleh petugas IGD dan petugas farmasi. Untuk
pasien IGD yang rawat jalan dinyatakan sebagai false emergency maka status pasien
adalah umum (tidak dapat menggunakan BPJS) karena tidak ada kegawat daruratan
sesuai dengan peraturan Permenkes.
Pasien yang harus rawat inap akan melalui beberapa tahapan, tergantung pada
penjaminnya, apabila penjaminnya adalah perusahaan maka tempat perawatan
disesuaikan dengan hak kelasnya dan jika tempat penuh maka akan naik kelas atau turun
kelas sesuai dengan kerjasama yang berlaku. Jika penjamin adalah asuransi petugas
TPPGD akan menghubingi pihak asuransi untuk medapatkan persetujuan penjamin
untuk rawat inap dan tindakan yang akan dilakukan. Untuk pasien tanpa penjamin maka
pasien bebas untuk menetukan kelas perawatan.
Untuk pasien BPJS yang akan rawat inap dengan kriteria emergency tanpa harus
membawa surat rujukan dari FKTP dan hanya perlu membawa kartu anggota BPJS
pada bagian TPPGD untuk didata, dokter jaga akan memeriksa dan menentukan dokter
spesialis yang akan merawat sesuai dengan diagnosa, petugas TPPGD akan membuat
SEP untuk pendaftaran dan mencari kelas sesuai dengan hak kelasnya, pasien atau
keluarga pasien mengisi biodata rawat inap, dan pasien masuk perawatan.

B. Sistem Komunikasi

Komunikasi di IGD dilakukan dengan menggunakan fasilitas telepon eksternal &


telepon internal.
 Telepon internal : (031) 79222351 ext. 111 atau 081252614738
 Telepon eksternal : 081234880771

C. Pelayanan

1. Skrining
Skrining adalah tata cara penerimaan pasien yang disesuaikan dengan ada
atau tidaknya fasilatas yang dimiliki RS yang dibutuhkan oleh pasien yang
bertujuan agar pasien tertangani sesuai kondisi dan kebutuhan berdasarkan
kemampuan RS.
Pelaksanaan skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar RS.
Berdasarkan hasil skrining inilah apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan
sumber daya RS karena pasien hanya diterima apabila RS dapat menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan yang tepat.
Skirining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi, atau pengamatan
pemeriksaaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Proses melengkapi skrining dengan hasil tes diagnostik menjadi
tanggungjawab dalam memberikan keputusan pasien diterima atau dirujuk.
Ditetapkan standar pelaksanaan dari hasil diagnostik yang diperlukan sebelum
penerimaan pasien. Pasien tidak dirawat, dipindahkan, atau dirujuk sebelum
diperoleh hasil tes yang dibutuhkan tersedia.
Skrining dapat dibagi menjadi skrining dari luar dan skrining dari dalam RS.
Skrining dari luar RS seperti pasien yang sudah membawa hasil penunjang atau
melalui telepon. Pihak RS lain menelepon ke RS yang dituju untuk menanyakan
apabila RS dapat menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien. Sedangkan
skrining dari dalam RS dilakukan pada saat diperiksa di IGD, pasien dilakukan
pemeriksaan penunjang yang akan menjadi dasar dalam membuat keputusan pasien
diterima atau dirujuk.
Dari hasil skrining petugas dapat menilai kebutuhan pasien sesuai dengan
misi dan sumber daya rumah sakit.
1. Pasien dengan kebutuhan preventif dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
berkala seperti medical check up.
2. Pasien dengan kebutuhan kuratif dilakukan pemeriksaan dan diberi obat bagi
pasien yang dapat berobat jalan dan perawatan bagi pasien yang perlu rawat
inap.
3. Pasien dengan kebutuhan promotif dilakukan penyuluhan tentang hidup sehat,
pola makan sehat dan olah raga.
4. Pasien dengan kebutuhan rehabilitatif dibuatkan perencanaan untuk melakukan
pemulihan tehadap pasien sehingga dapat melakukan aktifitas seperti semula.
5. Pasien dengan kebutuhan paliatif diberi apa yang menjadi keinginan dan
keluarga pasien diberitahu keadaan pasien.

TRIASE
Skrining yang dilaksanakan di IGD tidak terlewatkan dari kegiatan triase.
Triase adalah cara pemilahan pasien untuk menentukan prioritas
penanganan berdasarkan tingkat kegawatannya dan sesuai dengan penyakitnya.
Triase ini bertujuan agar pasien yang datang ke IGD langsung mendapat pelayanan
sesuai kasusnya, sehingga memastikan pengobatan yang cepat dan tepat waktu.
Triase sangat berfungsi di IGD karena dapat dengan cepat memprioritaskan
pengobatan pada saat pasien datang bersamaan.
IGD Rumah Sakit Wates Husada memakai sistem triase berbasis bukti yaitu
sistem “AUSTRALIA TRIASE SCALE” yang dapat di implementasikan dengan
cepat agar pertolongan terhadap pasien dalam keadaan gawat darurat juga lebih
cepat dan tepat sehingga angka kecacatan dan kematian berkurang.

1. Fungsi Triase

Triase merupakan hal yang penting di Instalasi Gawat Darurat. Triase


bertujuan untuk memastikan pasien yang gawat darurat mendapat prioritas
utama dalam pelayanan agar dapat penilaian dan pengobatan sesuai yang
dibutuhkan pasien.

2. Penilaian Triase

Triase merupakan titik kontak pertama pasien di IGD. Penilaian untuk pasien gawat
darurat antara 2 – 5 menit dari pasien datang. Penilaian triase melibatkan kombinasi
dari penampakan pasien dan pengamatan fisiologis. Pasien dengan kategori
“Australia Triage Scale” (ATS) I dan kategori II harus diberikan pelayanan utama.
Pengkajian perawatan yang lebih lengkap harus dilakukan. Penilaian triase tidak
selalu bertujuan untuk membuat diagnosa. Triase dilakukan oleh petugas IGD yang
sudah berpengalaman dan terlatih. Instalasi Gawat Darurat merupakan tempat
yang beresiko untuk terjadinya kegawatan yang agresif dari pasien, karena itu
diperlukan petugas yang sudah terlatih dan mempunyai prosedur dalam
penanganan masalah.

3. Waktu Untuk Pengobatan

Waktu untuk penilaian dan pengobatan ditentukan dari kategori “Australia


Triage Scale”, yang mengacu pada waktu maksimum pasien untuk dilakukan
bersamaan. Pasien harus dapat terlihat perbaikan dalam jangka waktu
maksimum yang ditetapkan. Instalasi Gawat Darurat dianggap sudah
melakukan kerja maksimal jika waktu penilaian dan pengobatan kurang atau
sama dengan waktu maksimum pasien untuk mendapat pelayanan.

4. Triase Ulang

Jika kondisi pasien pada saat menunggu terjadi perubahan ke arah gawat, maka
harus diprioritaskan dalam penanganan. Triase ulang ini disesuaikan
kategorinya dan di dokumentasikan di rekam medis.

5. Kebijakan Khusus
Dalam rangka memaksimalkan “Australia Triage Scale” telah ditetapkan
kebijakan :
 Pediatri : hasil penilaian triase, lima kategori harus digunakan untuk semua
pelayanan, anak- anak harus diprioritaskan untuk pelayanan gawat darurat.
 Trauma : triase harus diperuntukan sesuai dengan urgensi yang objektif sesuai
dengan hasil penilaian klinis.
 Gangguan prilaku : pasien dengan kesehatan mental atau perilaku bermasalah
harus diprioritaskan, beberapa pasien akut terganggu mungkin memerlukan respon
klinik segera, dikombinasi dengan respon keamanan untuk menjamin
keselamatan pasien. Pasien yang mengacam keselamatan petugas, tidak
dilakukan penilaian klinis dulu, sampai keselamatan petugas dapat terjamin.
AUSTRALIAN TRIAGE SCALE

KATEGORI TANGGAPAN DESKRIPSI KLINIS


KATEGORI I  Segera  Membahayakan  Henti jantung (respirator distress)
 Simultan/serentak  Kondisi mengancam  Resprasi < 10x/mnt
antara Penilaian hidup yang membutuhkan  Tekanan darah <80 mmhHg (dewasa)
dan pengobatan implemantasi segera
 GCS 9
 Kejang berulang
 Hypoventilasi
KATEGORI II Penilaian dan  Mengancam jiwa  Resiko pernapasan (stridor berat/droolin
pengobatan waktu severe respiratory distress)
bersamaan
 Gangguan sirkulasi (perpusi jelek, Nadi <
50x/mnt atau > 150
x/mnt untuk dewasa, hipotensi, kehilangan
banyak darah )
 Nyeri dada
 Nyeri hebat
 BSL < 3 mml/l
 Drowsy (GCS < 13)
 Acute hemiparese
 Panas degan tanda- tanda gelisah
 Terpapar cairan asam
 Mayor multi trauma
 Trauma berat terlokalisasi (fraktur
besar/amputasi)
 High risk history (rasa sakit hebat)
 Kejiwaan (agrresif, mengancam diri
sendir/oranglain)
KATEGORI III Penilaian dan  Berpotensi mengacam  Hipertensi berat
perawatan dalam kehidupan
waktu 30 menit
 Kehilangan darah cukup berat
 Perkembangan kondisi  Kejang
pasien dari mengancam
kehidupan atau
 Macam-macam panas Membahayakan
Kondisi (reaksi steroid, pasien
menyebabkan morbilitas
onkologi,imunosupresan)
 Jika penilaian dan
pengobatan tidak
 Sesak napas
dilakukan dalam waktu 30  Muntah
menit dari pasien datang  Dehidrasi
Atau  Cidera kepala dengan LOC singkat
Situasi urgensi apabila
pengobatan tidak  Nyeri dada bukan jantung
dilakukan dalam waktu  Cidera ekstremitas sedang
30 menit dan berpotensi  Cidera laserasi berat ekstremitas bawah
merugikan. (sensasi hilang, tidak teraba nadi)
Atau
 Neonatus stabil (resiko pelecehan anak,
Gambaran hasil
dicurigai cidera bukan kecelakaan)
pemeriksaan dari rasa
tidak nyaman yang berat  Perilaku
atau tertekan dalam  Sangat tertekan, resiko menyakiti diri
waktu 30 menit. sendiri Akut psikiatrik
 Krisis situasional, merubah diri sendiri
 Gelisah berpotensi agresif.
KATEGORI IV Penilaian dan  Berpotensi serius  Perdarahan sedang
pengobatan dalam
waktu 60 menit
 Kondisi pasien mungkin  Aspirasi benda asing tanpa ada gangguan
memburuk atau hasil pernapasan
dapat memburuk, jika  Trauma thorax tanpa sakit tulang d a d a
penilaian dan pengobatan atau gangguan pernapasan.
tidak dimulaia dalam
waktu 1 jam sejak tiba di
 Kesulitan menelan tanpa gangguan
IGD pernapasan.
 Gejala dapat  Cidera kepala ringan tanpa gangguan
berkelanjutan kehilangan kesadaran.
 Ada potensi menjadi, jika  Rasa sakit sedang dengan beberapa resiko.
waktu kritis pengoabatan  Muntah/diare tanpa dehidrasi
tidak di mulai dalam  Peradangan pada mata/ada benda asing
waktu 1 jam namun penglihatan normal.
 Kasus yang kompleks  Trauma ringan ekstremitas
atau kegawatan  Terkilir
 Dilakukan dengan kerja  Laserasi tanpa kesulitan
tim dan konsultasi untuk  Vital sign dalam batas normal.
penanganan pasien
 Rasa sakit ringan sedang.
Atau
Gambaran hasil  Sakitperut tidak spesifik
pemeriksaan dari rasa tidak  perilaku
nyaman atau tertekan dalam  masalah kesehatan normal
waktu 1 jam.  dibawah pengamatan dengan/tidak
mengancam diri sendiri/orang lain.

KATEGORI V Penilaian dan  Tidak mendesak  Sakit minimal tanpa resiko


pengobatan dalam
waktu 120 menit
 Kondisi pasien yang  Riwayat resiko rendah dan sedang
teratasi atau gejala tidak tanpa gejala
cukup atau hasil akhir  Gejal ringan dan stabil dari penyakit yang
dari pengobatan tidak ada.
signifikan jika penilaian
dan pengobatan
 Ggejala nyeri dari kondisi dengan
terhambat dari pasien resiko rendah.
datang.  Luka kecil, abrasi kecil, laserasi kecil.
Atau  Kontrol untuk bersih luka.
Masalah administrasi  Imunisasi
klinis : Surat kesehatan
 Perilaku
Hanya pemberian resep Pasien dengan gejala kronis secara klinis,
Hasil pemeriksaan (resume) secara sosial pasien dalam keadaan baik.

2. Pemeriksaan Pasien

Pasien yang datang ke IGD akan langsung dilakukan anamnesa dan


pemeriksaan fisik oleh dokter dan perawat, hasil pemeriksaan fisik ditulis di dalam
assesmen awal pasien, pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai ke kaki, sehingga
tidak ada yang terlewat, karena hasil pemeriksaan sangat menetukan tindakan
selanjutnya yang akan di ambil dan juga untuk menetukan diagnosa untuk
membantu menegakan diagnosa biasanya pasien juga akan dilakukan pemeriksaan
penunjang baik laboratorium, radiologi, dan lainnya yang sesuai dengan indikasi.

3. Observasi

Observasi adalah melakukan penilaian dan pengawasan kepada pasien yang


sudah diatasi kegawatdaruratannya yang bertujuan mencegah terjadinya perburukan
kembali kondisi pasien dan melakukan penilaian ulang kondisi pasien.
Apabila pasien sudah dilakukan pemeriksaan ternyata keadaan pasien
masih belum stabil maka akan dilakukan observasi, observasi dilakukan oleh
dokter dan perawat antara 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatan dan jenis
penyakitnya. Hal-hal yang perlu di observasi adalah :
 Keadaan umum pasien
 Kesadaran pasien
 Jalan napas
 Tanda – tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu).
Pasien dari rawat jalan yang membutuhkan observasi, pasien bisa dititipkan di
IGD. Dokter jaga selalu berkonsultasi dengan konsulen untuk perkembangan
keadaan pasien. Apabila kondisi sudah stabil pasien dapat dialihkan ke ruang
perawatan atau di rujuk ke RS lain.

4. Tempat Tidur Penuh

Pasien di IGD akan tetap terlayani walaupun tempat tidur di ruang perawatan
penuh. Agar mutu kontunitas pelayanan pasien tetap terjaga. Pasien yang akan
dirawat akan ditempatkan di ruang perawatan yang sesuai dengan jaminan, apabila
ruang perawatan yang sesuai jaminan penuh maka akan dicarikan alternatif yang
lain, dinaikan atau diturunkan dari jaminan sesuai dengan kerjasama dengan
penjamin.
Apabila ruangan alternatif yang dicari juga tidak ada maka pasien akan di
rujuk ke RS lain yang ada kerjasama dengan penjamin, tetapi jika RS rujukan juga
penuh maka pasien akan tetap di IGD sampai tempat perawatan ada. Keluarga
pasien harus memberitahu tentang keadaan ini. Petugas IGD selalu berkomunikasi
dengan ruang perawatan atau RS rujukan sampai tempat tersedia.

5. Informed Consent
Untuk pasien yang akan dilakukan tindakan, sebelum tindakan dilakukan,
pihak rumah sakit wajib memberi penjelasan kepada pasien dan pihak keluarga.
Setelah mendapat penjelasan, pihak keluarga harus membuat pernyataan
menyetujui tindakan yang akan dilakukan yang ditulis pada informed concent.

6. Pelayanan False Emergency

Pasien yang datang ke IGD tidak semua dengan kondisi emergensi. Apabila
hasil triase ternyata pasien dengan kondisi tidak emergensi (false emergensy), jika
pada jam kerja diarahkan ke poliklinik.

7. Visum Et Repertum

Pasien dengan kekerasan/ penganiayaan yang meminta visum dapat dilayani


di IGD. Pasien akan diperiksa dengan teliti dan dicatat dalam medical record.
Hasil pemeriksaan bisa dikeluarkan jika ada surat permintaan visum dari pihak
kepolisian. Hasil visum diberikan kepada pihak kepolisian.

8. Pelayanan DOA

Pasien yang datang ke IGD dengan tidak ada lagi tanda vital akan tetap
dilakukan tindakan pengobatan dan tindakan medis, tindakan dilakukan bertujuan
untuk melihat respon dari tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan, petugas
akan menghentikan tindakan pengobatan dan tindakan medis jika dokter jaga
menyatakan sudah tidak ada respon. Tindakan medis tidak lagi dilakukan jika
tanda-tanda pasti kematian telah jelas terlihat saat pemeriksaan awal.

9. Sistem Rujukan Atau Transfer Pasien

Perpindahan pasien di rumah sakit, dimulai dari admisi sampai dengan


kepulangan atau perpindahan pasien yang dapat melibatkan berbagai departemen
dan pelayanan sebagai praktisi kesehatan untuk pemberi asuhan. Seluruh fase
pelayanan, kebutuhan pasien disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di
dalam rumah sakit dan bila perlu di luar rumah sakit. Hal tersebut biasanya
dilakukan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan atau kebijakan
kelayakan transfer di dalam rumah sakit.
Merujuk pasien ke praktisi kesehatan lain diluar rumah sakit atau ke rumah
sakit lain, memulangkana pasien ke rumah atau ke tempat keluarga harus
berdasarkan kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan.
DPJP yang betanggungjawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan berdasarkan kebijakan.
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang
perawatan lain didalam RS atau memindahkan pasien dari satu RS ke RS lain.
Tujuan dari sistem rujukan ini adalah :
 Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
 Agar proses transfer pasien atau pemindahan pasien berlangsung dengan aman
dan lancar yang memperhatikan keselamatan pasien.

Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan pra transportasi


pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan
dan monitoring pasien selama transfer. Transfer atau rujukan di Ruamah Sakit
Wates Husada dilakukan oleh karena beberapa alasan :
a) Transfer untuk Penanganan dan Perawatan lebih lanjut (alih rawat)
b) Merupakan situasi emergensi dimana sangat diperlukan transfer untuk
tatalaksana pasien lebih lanjut.
c) Pasien di rujuk karena tidak ada alat atau dokter spesialis yang berkompeten
untuk mendiagnostik pasien lebih lanjut.
d) Pemeriksaan spesimen untuk laboratorium yang tidak dapat dilakukan di RS
Wates Husada dirujuk ke laboratorium yang memiliki fasilitas yang ada
kerjasama dengan Rumah Sakit Wates Husada

Anda mungkin juga menyukai