HUKUM OHM
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Rudi Rusdiyanto
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
nikmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan peyusunan laporan inidengan
baik tepat pada waktunya. Adapun laporan ini disusun sebagai prasyarat telah mengikuti
praktikum mata kuliah Pengukuran dan Rangkaian listrik. Dalam usaha menyelesaikan
laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu dan pengetahuan,
sehinga tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan
baik.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi rusdiyanto yang telah membimbing
selama melaksanakan praktikum, dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca dan Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Dosen Pembimbing
Rudi Rusdiyanto
Anggota Kelompok
i
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
Pada praktikum kali ini akan dilakukan 4 kegiatan. Yaitu menduga nilai hambatan dalam
rangkaian seri, menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian seri, menduga nilai
hambatan dari rangkaian paralel, dan menduga bebas panas disipasi pada hambatan
berangkaian paralel. Pada kegiatan menduga nilai hambatan dalam, pertama yang dilakukan
adalah menyusun alat seperti yang telah ditunjukkan pada gambar, naikkan tegangan secara
bertahap, catat besar tegangan dan arus setiap terjadi perubahan. Panas disipasi dapat dihitung
dengan merangkai komponen yang dilakukan pertama kali adalah rangkaian disusun seperti
pada gambar yang ada. Tegangan pada sumber berada pada posisi maksimum lalu cata nilai
tegangan (V) dan kuat arusnya (I).
Hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari sudah sering dijumpai. Seperti pada penggunaan
alat-alat listrik seperti lampu, TV, dan kulkas juga alat elektrik lainnya yang harus disesuaikan
dengan tegangan. Hukum Ohm memberikan informasi mengenai kuat arus atau tegangan
suatu alat listrik. Bila alat listrik diberi tegangan listrik yang lebih kecil dari seharusnya, arus
akan mengecil sehingga alat itu tidak bekerja normal (misalnya lampu akan redup).
V = I R ………………………. (1)
Dengan V merupakan beda tegangan, I adalah arus lewat penghantar dan R adalah
hambatan penghantar .
Persamaan (1) menunjukkan bahwa hukum Ohm berlaku jika hubungan V dan I adalah
linier. Arus listrik dapat diukur dengan menggunakan amperemeter dan tegangan dengan
menggunakan voltmeter. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah
penghantar mampu dialiri electron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini
yang disebut dengan arus, dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya dengan air yang
mengalir pada sebuah pipa.
Tenaga (the force) yang mendorong electron agar bisa mengalir dalam sebauh rangkaian
dinamakan tegangan. Tegangan adalah sebenarnya nilai dari potensial energi antara dua titik.
Ketika kita berbicara mengenai jumlah tegangan pada sebuah rangkaian, maka kita akan
ditujukan pada berapa besar energi potensial yang ada untuk menggerakkan electron pada titik
satu dengan titik yang lainnya. Tanpa kedua titik tersebut istilah dari tegangan tersebut tidak
ada artinya. Elektron bebas cenderung bergerak melewati konduktor dengan beberapa derajat
pergesekan, atau bergerak berlawanan. Gerak berlawanan ini yang biasanya disebut dengan
hambatan. Besarnya arus didalam rangkaian adalah jumlah dari energi yang ada untuk
mendorong electron, dan juga jumlah dari hambatan dalam sebuah rangkaian untuk
menghambat lajunya arus. Sama halnya dengan tegangan hambatan ada jumlah relative antara
dua titik. Dalam hal ini, banyaknya tegangan dan hambatan sering digunakan untuk
menyatakan antara atau melewati titik pada suatu titik. Untuk menemukan arti dari ketetapan
dari persamaan dalam rangkaian ini, kita perlu menentukan sebuah nilai layaknya kita
menentukan nilai masa, isi, panjang dan bentuk lain dari persamaan fisika. Standard yang
digunakan pada persamaan tersebut adalah arus listrik, tegangan ,dan hambatan. Simbol yang
digunakan adalah standar alphabet yang digunakan pada persamaan aljabar. Standar ini
digunakan pada disiplin ilmu fisika dan teknik, dan dikenali secara internasional. Setiap unit
ukuran ini dinamakan berdasarkan nama penemu listrik. Amp dari orang perancis Andre M.
Ampere, volt dari seorang Italia Alessandro Volta, dan ohm dari orang german Georg Simon
ohm. Simbol matematika dari setiap satuan sebagai berikut “R” untuk resistance (Hambatan),
V untuk voltage (tegangan), dan I untuk intensity (arus), standard symbol yang lain dari
tegangan adalah E atau Electromotive force. Simbol V dan E dapat dipertukarkan untuk
beberapa hal, walaupun beberapa tulisan menggunakan E untuk menandakan sebuah tegangan
yang mengalir pada sebuah sumber ( seperti baterai dan generator) dan V bersifat lebih umum.
Salah satu dasar dalam perhitungan elektro, yang sering dibahas mengenai satuan couloumb,
2|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa
dimana ini adalah besarnya energi yang setara dengan electron pada keadaan tidak stabil. Satu
couloumb setara dengan 6.250.000.000.000.000.000. electron. Symbolnya ditandai dengan Q
dengan satuan couloumb. Ini yang menyebabkan electron mengalir, satu ampere sama dengan
1 couloumb dari electron melewati satu titik pada satu detik. Pada kasus ini, besarnya energi
listrik yang bergerak melewati conductor (penghantar).
Sebelum kita mendefinisikan apa itu volt, kita harus mengetahui bagaimana mengukur
sebuah satuan yang kita ketahui sebagai energi potensial. Satuan energi secara umum adalah
joule dimana sama dengan besarnya work (usaha) yang ditimbulkan dari gaya sebesar 1
newton yang digunakan untuk bergerak sejauh 1 meter (dalam satu arah). Dalam british unit,
ini sama halnya dengan kurang dari ¾ pound dari gaya yang dikeluarkan sejauh 1 foot.
Masukkan ini dalam suatu persamaan, sama halnya dengan I joule energi yang digunakan
untuk mengangkat berat ¾ pound setinggi 1 kaki dari tanah, atau menjatuhkan sesuatu dengan
jarak 1 kaki menggunakan parallel pulling dengan ¾ pound. Maka kesimplannya, 1 volt sama
dengan 1 joule energi potensial per 1 couloumb. Maka 9 volt baterai akan melepaskan energi
sebesar 9 joule dalam setiap couloum dari electron yang bergerak pada sebuah rangkian.
Satuan dan simbol dari satuan elektro ini menjadi sangat penting diketahui ketika kita
mengeksplorasi hubungan antara mereka dalam sebuah rangkaian.
2.1.3 Sejarah Hukum OHM
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya.
Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah “hukum”
tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan: dimana I adalah arus listrik
yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere, V adalah tegangan listrik yang
terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt, dan R adalah nilai hambatan listrik
(resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm. Hubungan antara arus
listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik dalam suatu rangkaian dinyatakan
dalam hukum Ohm. Nama Ohm diambil dari seorang ahli fisika dan matematika Jerman,
George Simon Ohm (1787 – 1854) dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The
Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827 yang membuat teori ini.
Ketika Ohm membuat percobaan tentang listrik, ia menemukan:
Bila hambatan tetap, arus dalam setiap rangkaian adalah berbanding langsung dengan
tegangan
Bila tegangan bertambah, maka aruspun bertambah. Dan bila tegangan berkurang maka
aruspun berkurang.
Bila tegangan tetap, maka arus dalam rangkaian menjadi berbanding terbalik terhadap
rangkaian itu. Bila hambatan bertambah, maka arus berkurang dan bila hambatan berkurang
maka arus bertambah. Dalam hambatan yang tetap, arus dan tegangan berbeda-beda.
Satuan dari hambatan listrik adalah Ohm (simbul S2 dibaca = Omega). Hukum Ohm dapat
dinyatakan dalam bentuk rumus, dasar rumusnya dinyatakan sebagai berikut:
R = I/E atau E = I x R atau I = E / R
R = menunjukan banyaknya hambatan listrik
I = menunjukan banyaknya aliran arus listrik
E = menunjukan banyaknya tegangan listrik di dalam rangkaian tertutup.
➢ Satuan dari hambatan adalah satu Ohm (1Ω)
➢ Satuan dari aliran arus adalah satu ampere (I A).
➢ Satuan dari tegangan listrik adalah satu Volt (1 V)
c. Hambatan listrik
Hambatan ialah gesekan atau rintangan yang diberikan suatu bahan terhadap suatu aliran
arus. Dengan adanya gesekan atau rintangan ini, menyebabkan gerak elektron berkurang.
Hambatan-hambatan ini yang menghalang’t gerak elektron disebut resistansi. Jadi resistansi
adalah hambatan listrik, makin besar resistansi sebuah penghantar, semakin kecil arus listrik
yang megalirnya. Sedangkan alat resistansi disebut resistor at4u tahanan (ditulis dengan
notasi huruf R). Akibat adanya gesekan atau rintangan (resistansi) pada aliran elektron, maka
sejumlah energi listrik berubah menjadi energi panas. Resistor (Hambatan) dapat pula berupa
lampu atau elemen pemanas. Tetapi kawat yang panjangpun dapat memberikan hambatan
tertentu .
Keterangan
V = beda potensial listrik antara 2 titik dalam Volt(V)
I = kuat arus listrik dalam ampere (A)
R = tahanan listrik penghantar dalam ohm (Ω)
Gambar 2.2. Grafik hubungan antara kuat arus dengan beda potensial
Berdasarkan grafik di atas, nilai m dapat Anda peroleh dengan persamaan m = . Nilai m
yang tetap ini kemudian didefinisikan sebagai besaran hambatan listrik yang dilambangkan
R, dan diberi satuan ohm (Ω), untuk menghargai Georg Simon Ohm. Jadi, persamaan tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut :
R = atau V = I x R
Keterangan:
V : beda potensial atau tegangan (V)
I : kuat arus (A)
R : hambatan listrik (Ω)
Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Ohm, yang berbunyi: “Kuat arus yang
mengalir pada suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung
penghantar itu dengan syarat suhunya konstan/tetap.”
Hukum Ohm dapat diterapkan pada suatu rangkaian listrik tertutup. Rangkaian listrik
tertutup dikatakan sederhana jika memenuhi syarat minimal rangkaian dan memiliki sumber
tegangan pada satu loop saja. Syarat minimal rangkaian tertutup adalah ada sumber tegangan,
hambatan dan penghantar.
Pada rangkaian listrik sederhana akan memenuhi hukum Ohm seperti persamaan berikut
. V = I x R Rangkaian sederhana dapat dikembangkan dengan beberapa sumber tegangan dan
beberapa hambatan. Rangkaian beberapa hambatan dan sumber tegangan ini dapat dibagi
beberapa jenis diantaranya seri, pararel dan campuran. Penjelasan sifat-sifat rangkaian itu
dapat dipahami seperti penjelasan berikut.
Sifat dasar yang harus kalian pahami adalah tentang kuat arusnya, beda potensial dan
hambatan penggantinya. Arus listrik adalah muatan listrik yang mengalir. Pada rangkaian
hambatan seri, muatan-muatan itu akan mengalir melalui semua hambatannya secara
bergantian. Berarti muatan yang melalui R1, R2 dan R3 akan sama dan kuat arusnya secara
otomatis harus sama. Karena I sama maka sesuai hukum Ohm dapat diketahui bahwa beda
potensial ujung-ujung hambatan akan sebanding dengan besarnya R. V ~ R Bagaimana
dengan sifat beda potensial tiap-tiap hambatan? Pada tiap-tiap hambatan memiliki beda
potensial V1, V2 dan V3. Karena sumbernya E maka jumlah V1 + V2 + V3 haruslah sama
dengan E. Sifat inilah yang di kenal sebagai pembagi tegangan. Dari penjelasan di atas dapat
dirumuskan dua sifat rangkaian R seri sebagai berikut. Beberapa hambatan yang diseri dapat
diganti dengan satu hambatan. Besarnya hambatan itu dapat diturunkan dengan membagi
Pada gambar di atas terlihat bahwa semua ujungnya dititik yang sama yaitu a dan b. Jika
diukur beda potensialnya tentunya akan memiliki hasil yang sama. Bagaimana dengan sifat
kuat arus yang lewat ke semua cabang? Aliran muatan dapat diibaratkan dengan aliran air dari
tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Jika ada percabangan pada suatu titik maka aliran
air itu akan terbagi. Besar aliran itu akan disesuaikan dengan hambatan yang ada pada setiap
cabang. Yang terpenting pada pembagian itu adalah jumlah air yang terbagi harus sama
dengan jumlah bagian-bagiannya. Sifat aliran air ini dapat menjelaskan bahwa kuat arus yang
terbagi pada percabangan I harus sama dengan jumlah kuat arus setiap cabang ( I1 + I2 + I3
). Sesuai hukum Ohm maka kuat arus setiap cabang berbanding terbalik dengan hambatannya.
1
I𝑅
Dari penjelasan di atas dapat dituliskan dua sifat utama pada rangkaian hambatan paralel
pada Gambar di atas. seperti berikut. Sesuai dengan hambatan seri, pada beberapa hambatan
yang di rangkai paralel juga dapat diganti dengan satu hambatan. Hambatan itu dapat di
tentukan dari membagi persamaan kuat arus dengan besar potensial pada kedua massa seperti
berikut.
Gambar 3.1
1 Gambar rangkaian
2 Ampere meter DC / AC
3 Volt meter DC / AC
4 Resistor 1 buah
5 Power Supply DC / AC
6 Kabel Penghubung
11 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.2 Langkah Percobaan
Gambar 3.2
Gambar 3.3
1. Rangkailah alat dan bahan seperti pada gambar 3.2
2. Nyalakan Power Supply
3. Atur nilai tegangan pada power supply menjadi 3V
4. Tutup saklar, kemudian lakukan validasi dengan cara memilih variasi batas ukur pada
voltmeter dan amperemeter sampai jarum menunjuk angka yang cukup jelas untuk di
amati
5. Amati dan baca nilai tegangan pada voltmeter dan kuat arus pada amperemeter
6. Catat nilai V1 dan I1 pada R1 ke dalam table
7. Buka saklar, kemudian ubah tegangan pada power supply menjadi 6V
8. Ulangi langkah 4 sampai 6
9. Buka saklar, kemudian ubah tegangan pada power supply menjadi 9V
10. Ulangi langkah 4 sampai 6
11. Buka saklar, kemudian ubah tegangan pada power supply menjadi 12V
12. Ulangi langkah 4 sampai 6
13. Buka saklar dan matikan power supply
14. Rangkailah alat dan bahan seperti pada gambar 3.3
15. Ulangi langkah 2 sampai 13 untuk menentukan nilai VL dan IL pada Lampu L
16. Simpan kembali peralatan praktikum ke tempat semula kemudian bersihkan dan rapikan
tempat praktikum
12 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.3 Flowchart Percobaan
Start
Persiapkan alat,
bahan dan
drawing
Rangkai/wiring
komponen sesuai
drawing
Masukan nilai
tegangan sumber
Test rangkaian
No/tidak sesuai
Catat Value
pengukuran Value
Yes/Ya sesuai
Selesai
13 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.4 Tabel Hasil Percobaan
➢ Percobaan Pengukuran Voltmeter
1. Jika Input Power stabilizier di tambah maka Lampu semakin terang dan
Value Ampere semakin Naik
2. Semakin besar Value Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka
semakin kecil daya (Watt) yang dibutuhkan, dan semakin kecil pula arus
Note : listrik (Ampere) yang dihasilkan, dengan besar tegangan (Volt) tetap.
3. Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin
besar daya (Watt) yang dibutuhkan, dan semakin besar pula arus listrik
(Ampere) yang dihasilkan, dengan besar tegangan (Volt) tetap.
14 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.5 Grafik/Data Hasil Percobaan
➢ Grafik/Data Voltmeter
100 mV 1V 10 V 50 V
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4
100 mV
1V
10 V 6 8
50 V 6 10 12 14
100 mV 1V 10 V 50 V
15 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
➢ Grafik/Data Amperemeter
30 20
20 10 10 12 12
8 6
10 4 4
0
1 2 3 4
100 µA 20 34 46 52
100 mA 4 8 10 12
1A 4 6 10 12
5A
100 µA 100 mA 1A 5A
40 36
32
35
30 24
25
18
20
15
8 8 8 8 8
10 6 6 6
4 4 4
2
5
0
1 2 3 4
100 µA 18 24 32 36
100 mA 4 6 8 8
1A 4 6 8 8
5A 2 4 6 8
100 µA 100 mA 1A 5A
17 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Besarnya arus listrik yang mengalir berbanding lurus dengan besarnya beda potensial
(tegangan) Vsumber = Itotal
2. Semakin besar suatu tegangan maka akan semakin besar pula arus listrik yang dihasilkan.
3. Terjadi drop tegangan lebih besar terhadap lampu daripada terhadap resistor
4. Arus yang masuk dalam suatu percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar pada
percabangan tersebut.
5. Terlihat pada penelitian bahwa nilai hambatan berbanding terbalik dengan tegangan
4.2. Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus mempelajari dan memahami dahulu
materi yang akan dipraktikumkan, serta membaca dan memahami buku panduan yang
berkaitan dengan praktikum yang akan dilakukan pada waktu itu. Hal ini bertujuan agar
dalam pelaksanaan praktikum tidak kesulitan untuk melakukan praktikum dan agar
praktikum berjalan dengan lancar.
3. Berhati-hati dan serius dalam setiap melakukan percobaan, agar didapat hasil yang
maksimal.
4. Sebaiknya menggunakan alat ukur dengan tingkat ketelitian yang bagus.
18 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/listrik-dinamik-1-hukum-ohm-rangkaian-hambatan-hukum-.html
https://laporanpraktikum.id/laporan-praktikum-hukum-ohm/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Ohm
https://teknikelektronika.com/pengertian-rumus-bunyi-hukum-ohm/
https://blog.ruangguru.com/hambatan-listrik
https://ancharyu.wordpress.com/2010/03/14/arus-tegangan-hambatan-dan-hukum-ohm/
https://dasarteoripraktikum.blogspot.com/2019/10/dasar-teori-hukum-ohm.html
19 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a