Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

HUKUM OHM

Disusun Oleh :

Adit Bastiar ( 201571098 – TE )


Ade Hasan ( 211561256 – TM )
Teguh Prasetio ( 201571105 – TE )
Sambas (211561260 – TM)
Afdiansyah (211561272 – TM)

Dosen Pembimbing :

Rudi Rusdiyanto

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUTA BANGSA


TAHUN AJARAN
2021/2022
Kata Pengantar

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
nikmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan peyusunan laporan inidengan
baik tepat pada waktunya. Adapun laporan ini disusun sebagai prasyarat telah mengikuti
praktikum mata kuliah Pengukuran dan Rangkaian listrik. Dalam usaha menyelesaikan
laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu dan pengetahuan,
sehinga tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan
baik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi rusdiyanto yang telah membimbing
selama melaksanakan praktikum, dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca dan Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Bekasi, 26 Juli 2022

Dosen Pembimbing

Rudi Rusdiyanto

Anggota Kelompok

Adit Bastiar Teguh Prasetio Ade Hasan Sambas Afdiansyah

i
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1

1.2 Tujuan Percobaan ......................................................................................................................... 1


BAB II
LANDASAN TEORI .......................................................................................................................... 2

2.1 Percobaan Hukum Ohm ............................................................................................................... 2

2.1.1 Tujuan percobaan....................................................................................................................... 2

2.1.2 Teori dasar .................................................................................................................................. 2

2.1.3 Sejarah Hukum OHM ................................................................................................................ 3

2.1.4 Rangkaian Seri dan Paralel ....................................................................................................... 6


BAB III
METODE PERCOBAAN ................................................................................................................ 11

3.1 Alat dan Bahan............................................................................................................................ 11

3.2 Langkah Percobaan .................................................................................................................... 12

3.3 Flowchart Percobaan ................................................................................................................. 13

3.4 Tabel Hasil Percobaan ............................................................................................................... 14

3.5 Grafik/Data Hasil Percobaan ..................................................................................................... 15

3.6 Hasil Analisis............................................................................................................................... 16


BAB IV
KESIMPULAN & SARAN .............................................................................................................. 18

4.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 18

4.2. Saran .......................................................................................................................................... 18


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila suatu penghantar diberikan potensial yang berbeda diantara kedua ujungnya,
maka dalam penghantar itu akan timbul arus listrik. Hukum Ohm menjelaskan hubungan
antara tegangan listrik dengan kuat arus listrik. Orang yang pertama kali menyatakan
hubungan antara tegangan dengan kuat arus listrik adalah George Simon Ohm.

Pada praktikum kali ini akan dilakukan 4 kegiatan. Yaitu menduga nilai hambatan dalam
rangkaian seri, menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian seri, menduga nilai
hambatan dari rangkaian paralel, dan menduga bebas panas disipasi pada hambatan
berangkaian paralel. Pada kegiatan menduga nilai hambatan dalam, pertama yang dilakukan
adalah menyusun alat seperti yang telah ditunjukkan pada gambar, naikkan tegangan secara
bertahap, catat besar tegangan dan arus setiap terjadi perubahan. Panas disipasi dapat dihitung
dengan merangkai komponen yang dilakukan pertama kali adalah rangkaian disusun seperti
pada gambar yang ada. Tegangan pada sumber berada pada posisi maksimum lalu cata nilai
tegangan (V) dan kuat arusnya (I).

Hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari sudah sering dijumpai. Seperti pada penggunaan
alat-alat listrik seperti lampu, TV, dan kulkas juga alat elektrik lainnya yang harus disesuaikan
dengan tegangan. Hukum Ohm memberikan informasi mengenai kuat arus atau tegangan
suatu alat listrik. Bila alat listrik diberi tegangan listrik yang lebih kecil dari seharusnya, arus
akan mengecil sehingga alat itu tidak bekerja normal (misalnya lampu akan redup).

1.2 Tujuan Percobaan


Praktikum Fisika Dasar ini diadakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat:
1. Mengetahui pembagian arus listrik
2. Mengetahui beban pada listrik (hambatan pada arus listrik)
3. Mengetahui arus masuk dan arus keluar pada rangkaian listrik
4. Mahasiswa mampu mengukur tegangan dan arus pada suatu beban atau hambatan
5. Mahasiswa mampu menghitung tegangan dan arus sesuai teori.
6. Mengetahui arus step up dan step down pada transformator

1|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Percobaan Hukum Ohm


2.1.1 Tujuan percobaan
➢ Menentukan besar hambatan listrik suatu resistor dengan bantuan Hukum Ohm.
➢ Menentukan hubungan antara arus yang lewat pada resistor dengan beda potensial antara
ujung-ujung resistor tersebut.
2.1.2 Teori dasar
Bila suatu kawat penghantar diberi beda tegangan diantara kedua ujungnya, maka
dalam kawat penghantar itu akan timbul arus listrik, yang dinyatakan sebagai :

V = I R ………………………. (1)

Dengan V merupakan beda tegangan, I adalah arus lewat penghantar dan R adalah
hambatan penghantar .
Persamaan (1) menunjukkan bahwa hukum Ohm berlaku jika hubungan V dan I adalah
linier. Arus listrik dapat diukur dengan menggunakan amperemeter dan tegangan dengan
menggunakan voltmeter. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah
penghantar mampu dialiri electron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini
yang disebut dengan arus, dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya dengan air yang
mengalir pada sebuah pipa.
Tenaga (the force) yang mendorong electron agar bisa mengalir dalam sebauh rangkaian
dinamakan tegangan. Tegangan adalah sebenarnya nilai dari potensial energi antara dua titik.
Ketika kita berbicara mengenai jumlah tegangan pada sebuah rangkaian, maka kita akan
ditujukan pada berapa besar energi potensial yang ada untuk menggerakkan electron pada titik
satu dengan titik yang lainnya. Tanpa kedua titik tersebut istilah dari tegangan tersebut tidak
ada artinya. Elektron bebas cenderung bergerak melewati konduktor dengan beberapa derajat
pergesekan, atau bergerak berlawanan. Gerak berlawanan ini yang biasanya disebut dengan
hambatan. Besarnya arus didalam rangkaian adalah jumlah dari energi yang ada untuk
mendorong electron, dan juga jumlah dari hambatan dalam sebuah rangkaian untuk
menghambat lajunya arus. Sama halnya dengan tegangan hambatan ada jumlah relative antara
dua titik. Dalam hal ini, banyaknya tegangan dan hambatan sering digunakan untuk
menyatakan antara atau melewati titik pada suatu titik. Untuk menemukan arti dari ketetapan
dari persamaan dalam rangkaian ini, kita perlu menentukan sebuah nilai layaknya kita
menentukan nilai masa, isi, panjang dan bentuk lain dari persamaan fisika. Standard yang
digunakan pada persamaan tersebut adalah arus listrik, tegangan ,dan hambatan. Simbol yang
digunakan adalah standar alphabet yang digunakan pada persamaan aljabar. Standar ini
digunakan pada disiplin ilmu fisika dan teknik, dan dikenali secara internasional. Setiap unit
ukuran ini dinamakan berdasarkan nama penemu listrik. Amp dari orang perancis Andre M.
Ampere, volt dari seorang Italia Alessandro Volta, dan ohm dari orang german Georg Simon
ohm. Simbol matematika dari setiap satuan sebagai berikut “R” untuk resistance (Hambatan),
V untuk voltage (tegangan), dan I untuk intensity (arus), standard symbol yang lain dari
tegangan adalah E atau Electromotive force. Simbol V dan E dapat dipertukarkan untuk
beberapa hal, walaupun beberapa tulisan menggunakan E untuk menandakan sebuah tegangan
yang mengalir pada sebuah sumber ( seperti baterai dan generator) dan V bersifat lebih umum.
Salah satu dasar dalam perhitungan elektro, yang sering dibahas mengenai satuan couloumb,
2|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa
dimana ini adalah besarnya energi yang setara dengan electron pada keadaan tidak stabil. Satu
couloumb setara dengan 6.250.000.000.000.000.000. electron. Symbolnya ditandai dengan Q
dengan satuan couloumb. Ini yang menyebabkan electron mengalir, satu ampere sama dengan
1 couloumb dari electron melewati satu titik pada satu detik. Pada kasus ini, besarnya energi
listrik yang bergerak melewati conductor (penghantar).
Sebelum kita mendefinisikan apa itu volt, kita harus mengetahui bagaimana mengukur
sebuah satuan yang kita ketahui sebagai energi potensial. Satuan energi secara umum adalah
joule dimana sama dengan besarnya work (usaha) yang ditimbulkan dari gaya sebesar 1
newton yang digunakan untuk bergerak sejauh 1 meter (dalam satu arah). Dalam british unit,
ini sama halnya dengan kurang dari ¾ pound dari gaya yang dikeluarkan sejauh 1 foot.
Masukkan ini dalam suatu persamaan, sama halnya dengan I joule energi yang digunakan
untuk mengangkat berat ¾ pound setinggi 1 kaki dari tanah, atau menjatuhkan sesuatu dengan
jarak 1 kaki menggunakan parallel pulling dengan ¾ pound. Maka kesimplannya, 1 volt sama
dengan 1 joule energi potensial per 1 couloumb. Maka 9 volt baterai akan melepaskan energi
sebesar 9 joule dalam setiap couloum dari electron yang bergerak pada sebuah rangkian.
Satuan dan simbol dari satuan elektro ini menjadi sangat penting diketahui ketika kita
mengeksplorasi hubungan antara mereka dalam sebuah rangkaian.
2.1.3 Sejarah Hukum OHM
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya.
Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah “hukum”
tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan: dimana I adalah arus listrik
yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere, V adalah tegangan listrik yang
terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt, dan R adalah nilai hambatan listrik
(resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm. Hubungan antara arus
listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik dalam suatu rangkaian dinyatakan
dalam hukum Ohm. Nama Ohm diambil dari seorang ahli fisika dan matematika Jerman,
George Simon Ohm (1787 – 1854) dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The
Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827 yang membuat teori ini.
Ketika Ohm membuat percobaan tentang listrik, ia menemukan:
Bila hambatan tetap, arus dalam setiap rangkaian adalah berbanding langsung dengan
tegangan
Bila tegangan bertambah, maka aruspun bertambah. Dan bila tegangan berkurang maka
aruspun berkurang.
Bila tegangan tetap, maka arus dalam rangkaian menjadi berbanding terbalik terhadap
rangkaian itu. Bila hambatan bertambah, maka arus berkurang dan bila hambatan berkurang
maka arus bertambah. Dalam hambatan yang tetap, arus dan tegangan berbeda-beda.
Satuan dari hambatan listrik adalah Ohm (simbul S2 dibaca = Omega). Hukum Ohm dapat
dinyatakan dalam bentuk rumus, dasar rumusnya dinyatakan sebagai berikut:
R = I/E atau E = I x R atau I = E / R
R = menunjukan banyaknya hambatan listrik
I = menunjukan banyaknya aliran arus listrik
E = menunjukan banyaknya tegangan listrik di dalam rangkaian tertutup.
➢ Satuan dari hambatan adalah satu Ohm (1Ω)
➢ Satuan dari aliran arus adalah satu ampere (I A).
➢ Satuan dari tegangan listrik adalah satu Volt (1 V)

3|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa


a. Sifat Arus
Di dalam logam, arus seluruhnya dibawa oleh elektron, sedangkan ion positif yang berat
berada tetap pada kedudukan yang biasanya dalam struktur kristal. Hanya elektron valensi
(elektron yang terluar) saja yang bebas berperan serta dalam proses penghantaran; elektron
yang lain terikat kuat pada ionnya. Dalam keadaan tunak, elektron dicatu ke dalam logam dari
salah satu ujungnya dan dikeluarkan dari ujung yang lain, sehingga menghasilkan arus, tetapi
logam itu secara keseluruhan netral dipandang dari segi listrik-statik.
b. Tegangan Listrik
Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltase) adalah perbedaan potensi listrik antara
dua titik dalam rangkaian listrik, dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi
potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor
listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai
ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi. V= I .R Satuan SI untuk Tegangan adalah volt
(V). Tegangan listrik dapat dimisalkan dengan tekanan air di dalam menara m. Di atas menara
itu, air disimpan dalam bak air. Makin tinggi letak bak air itu makin besar pula tekanannya.
Jika keran dibuka air mulai bergerak di dalam pipa. Kecepatan mengalirnya berhubungan erat
dengan tekanan air tersebut.

c. Hambatan listrik
Hambatan ialah gesekan atau rintangan yang diberikan suatu bahan terhadap suatu aliran
arus. Dengan adanya gesekan atau rintangan ini, menyebabkan gerak elektron berkurang.
Hambatan-hambatan ini yang menghalang’t gerak elektron disebut resistansi. Jadi resistansi
adalah hambatan listrik, makin besar resistansi sebuah penghantar, semakin kecil arus listrik
yang megalirnya. Sedangkan alat resistansi disebut resistor at4u tahanan (ditulis dengan
notasi huruf R). Akibat adanya gesekan atau rintangan (resistansi) pada aliran elektron, maka
sejumlah energi listrik berubah menjadi energi panas. Resistor (Hambatan) dapat pula berupa
lampu atau elemen pemanas. Tetapi kawat yang panjangpun dapat memberikan hambatan
tertentu .

d. Kuat arus dan Tegangan


Kuat arus (I) dapat didefinisikan “ jumlah muatan yang mengalir melalui suatu
penampang persatuan waktu”. Dari definisi di atas kuat arus dapat dirumuskan sebagai
berikut:
I = dq per dt = q per t
Keterangan :
Dq = jumlah muatan ( coulomb= C )
dt = selisih waktu ( detik )
I = kuat arus ( ampere=A)
Satuan kuat arus adalah coulomb/detik atau ampere.
e. Hambatan dan Resistor
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial. Satu cara
untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai. Georg simon Ohm (1787-1854)
menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda
potensial V yang diberikan ke ujung ujungnya: I- V. Sebagai contoh, jika kita menghubungkan
kawat ke baterai 6 V, aliran arus akan dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai
3 V. Akan sangat membantu jika kita bandingkan arus listrik dengan aliran di sungai atau pipa
yang dipengaruhi oleh gravitasi. Jika pipa (atau hampir rata, kecepatan alir akan kecil. Tetapi
jika satu ujung lebih dari yang lainnya, kecepatan aliran atau arus akan lebih besar. Makin
besar perbedaan ketinggian, makin besar arus. Kita lihat pada Bab 17 bahwa potensial listrik
analog, pada kasus gravitasi, dengan ketinggian tebing; hal itu berlaku pada kasus ini untuk

4|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa


ketinggian dari mana fluida mengalir. Sama seperti penambahan ketinggian menyebabkan
aliran air yang besar, demikian pula beda potensial listrik yang lebih besar, atau tegangan,
menyebabkan aliran arus listrik menjadi lebih besar.
Tepatnya berapa besar aliran arus pada kawat tidak hanva bergantung pada tegangan,
tetapi juga pada hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. Dinding-dinding
pipa, atau tepian sungai dan batu-batu ditengahnya, memberikan hambatan terhadap aliran
arus. Dengan cara yang sama, elektron-elektron diperlambat karena adanya interaksi dengan
atom atom kawat makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu tegangan V. Kita
kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding terbalik dengan hambatan.
Ketika kita gabungkan hal ini dakesebandingan di atas, kita dapatkan I = di
mana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnva, V adalah beda potensial yang
melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya. Hubungan ini (Persamaan
18-2) sering dituliskan V = I R, dan dikenal sebagai hukum Ohm. Banyak fisikawan yang akan
mengatakan bahwa ini bukan merupakan hukum, tetapi lebih berupa definisi hambatan. Jika
kita ingin menyebut sesuatu sebagai hukum Ohm hal tersebut akan berupa pernyataan bahwa
arus vang melalui konduktor logam, sebanding dengan tegangan yang
diberikan, I V. Sehingga, R konstan, tidak bergantung pada V, untuk konduktor logam. Tetap
hubungan ini tidak berlaku umum untuk bahan dan alat lain seperti dioda, tabung hampa
udara, transistor, dan sebagainya. Dengan demikian “hukum Ohm” bukan merupakan hukum
dasar, tetapi lebih berupa deskripsi mengenai kelas bahan (konduktor logam) tertentu.
Kebiasaan menyebut hukum Ohm demikian melekat sehingga kita tidak akan
mempermasalahkan penggunaannya, selama kita tetap ingat batasannya Bahan atau alat yang
tidak mengikuti hukum Ohm dikatakan nonohmik.. Definisi hambatan R = V/I uga dapat
dalam hal ini, R tidak akan yang diberikan. Satuan untuk hambatan disebut ohm dan disingkat
Q (huruf besar Yunani untuk omega). Karena R = V/I, kita lihat bahwa 1,0 Ω ekivaler. dengan
1,0 V / A. (Giancoli.Fisika Edisi kedelapan jilid 2.Hal 67-68)
Sehingga Rumus hokum I Ohm :

VA-VB = I.R atau VAB = I.R atau sering ditulis V = I.R

Keterangan
V = beda potensial listrik antara 2 titik dalam Volt(V)
I = kuat arus listrik dalam ampere (A)
R = tahanan listrik penghantar dalam ohm (Ω)

f. Amperemeter dan Voltmeter


Arus yang mengalir pada suatu konduktor diukur engan menghubungkan alat pengukur
arus yang disebut amperemeter/galvanometer. Sifat alat ini, antara lain :
Dipakai untuk mengatur kuat arus
Mempunyai hambatan yang sangat kecil
Dipasang seri dengan alat yang akan diukur
Untuk mengukur kuat arus yang sangat besar, yang melebihi batas ukurnya dipasang tahanan
Shunt secara parallel dengan amperemeter. Alat amperemeter dengan tahanan Shunt
disebut Ampermeter.
Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial.
Sifat voltmeter:
Dipakai untuk mengukur beda potensial
Mempunyai tahanan dalam yang sangat besar
Dipasang parallel dengan alat kawat yang hendak diukur potensialnya

5|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa


g. Daya Listrik
Energi listrik berguna untuk kita karena dapat dengan mudah diubah menjadi energi
bentuk lain. Motor, merubah energi listrik menjadi kerja mekanik. Isolator pada alat-alat lain
seperti pemanas listrik, kompor, pemanggang, dan pengering rambut, energi listrik diubah
menjadi energi panas pada hambatan kawat yang dikenal dengan nama “elemen pemanas”.
Dan pada banyak bola lampu biasa, filamen kawat yang kecil menjadi sedemikian panas
sehingga bersinar, lampu hanya beberapa persen energi yang diubah menjadi cahaya tampak,
dan sisanya, lebih dari 90 persen, menjadi energi panas. Filamen bola lampu dan elemen
pemanas pada alat-alat rumah tangga memiliki hambatan yang biasanya berkisar antara
beberapa ohm sampai beberapa ratus ohm. Energi listrik diubah menjadi energi panas atau
cahaya pada alat-alat seperti itu karena arus biasanya agak besar, dan ada banyak tumbukan
antara elektron yang bergerak dan atom pada kawat. Pada setiap tumbukan, sebagian energi
elektron ditransfer ke atom yang ditumbuknya. Sebagai akibatnya, energi kinetik atom
bertambah dan dengan demikian temperatur elemen kawat bertambah. Energi panas yang
bertambah ini (energi dalam) dapat ditransfer sebagai kalor dengan konduksi dan konveksi ke
udara pada pemanas atau ke makanan pada wajan, dengan radiasi ke roti pada pemanggang,
atau diradiasikan sebagai cahaya.

2.1.4 Rangkaian Seri dan Paralel


Hukum Ohm Pada rangkaian listrik tertutup, terjadi aliran arus listrik. Arus listrik
mengalir karena adanya beda potensial antara dua titik pada suatu penghantar, seperti pada
lampu senter, radio, dan televisi. Alat-alat tersebut dapat menyala (berfungsi) karena adanya
aliran listrik dari sumber tegangan yang dihubungkan dengan peralatan tersebut sehingga
menghasilkan beda potensial. Orang pertama yang menyelidiki hubungan antara kuat arus
listrik dengan beda potensial pada suatu penghantar adalah Georg Simon Ohm, ahli fisika dari
Jerman. Ohm berhasil menemukan hubungan secara matematis antara kuat arus listrik dan
beda potensial, yang kemudian dikenal sebagai Hukum Ohm. Jika ada beda potensial antara
dua titik dan dihubungkan melalui penghantar maka akan timbul arus listrik. Penghantar
tersebut dapat diganti dengan resistor misalnya lampu. Berarti jika ujung-ujung lampu diberi
beda potensial maka lampu itu dialiri arus. Perhatikan gambar berikut :

Gambar 2.1 Rangkaian listrik


Dalam eksperimennya, Ohm menemukan bahwa setiap beda potensial ujung-ujung
resistor R dinaikkan maka arus yang mengalir juga akan naik. Bila beda potensial diperbesar
2x ternyata kuat arusnya juga menjadi 2x semula. Apakah hubungan yang terjadi? Dari
sifatnya itu dapat ditentukan bahwa beda potensialnya sebanding dengan kuat arus yang lewat.
Hubungan ini dapat dirumuskan: V ~ I Hubungan V dan I yang diperoleh Ohm ini sesuai
dengan grafikV-I yang diperoleh dari eksperimen, polanya seperti pada Gambar 2.2. Agar
kesebandingan di atas sama, Ohm menggunakan konstanta perbandingannya sebesar R (
resistivitas = hambatan ), sehingga di peroleh persamaan sebagai berikut. V = I R
6|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa
Berdasarkan tabel pada Kegiatan di atas, Anda ketahui bahwa makin besar beda potensial
yang ditimbulkan, maka kuat arus yang mengalir makin besar pula. Besarnya perbandingan
antara beda potensial dan kuat arus listrik selalu sama (konstan). Jadi, beda potensial
sebanding dengan kuat arus (V ~ I). Secara matematis dapat Anda tuliskan V = m × I, m
adalah konstanta perbandingan antara beda potensial dengan kuat arus. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar grafik berikut!

Gambar 2.2. Grafik hubungan antara kuat arus dengan beda potensial

Berdasarkan grafik di atas, nilai m dapat Anda peroleh dengan persamaan m = . Nilai m
yang tetap ini kemudian didefinisikan sebagai besaran hambatan listrik yang dilambangkan
R, dan diberi satuan ohm (Ω), untuk menghargai Georg Simon Ohm. Jadi, persamaan tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut :
R = atau V = I x R
Keterangan:
V : beda potensial atau tegangan (V)
I : kuat arus (A)
R : hambatan listrik (Ω)
Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Ohm, yang berbunyi: “Kuat arus yang
mengalir pada suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung
penghantar itu dengan syarat suhunya konstan/tetap.”
Hukum Ohm dapat diterapkan pada suatu rangkaian listrik tertutup. Rangkaian listrik
tertutup dikatakan sederhana jika memenuhi syarat minimal rangkaian dan memiliki sumber
tegangan pada satu loop saja. Syarat minimal rangkaian tertutup adalah ada sumber tegangan,
hambatan dan penghantar.

7|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa


Gambar 2.3 Rangka tertutup sederhana

Pada rangkaian listrik sederhana akan memenuhi hukum Ohm seperti persamaan berikut
. V = I x R Rangkaian sederhana dapat dikembangkan dengan beberapa sumber tegangan dan
beberapa hambatan. Rangkaian beberapa hambatan dan sumber tegangan ini dapat dibagi
beberapa jenis diantaranya seri, pararel dan campuran. Penjelasan sifat-sifat rangkaian itu
dapat dipahami seperti penjelasan berikut.

❖ Rangkaian Hambatan Seri


Rangkaian seri berarti sambungan antara ujung komponen satu dengan pangkal
komponen lain secara berurutan. Contoh rangkaian hambatan seri ini dapat kalian lihat pada
Gambar berikut.

Gambar 2.3 Rangkaian Seri Resistor

Sifat dasar yang harus kalian pahami adalah tentang kuat arusnya, beda potensial dan
hambatan penggantinya. Arus listrik adalah muatan listrik yang mengalir. Pada rangkaian
hambatan seri, muatan-muatan itu akan mengalir melalui semua hambatannya secara
bergantian. Berarti muatan yang melalui R1, R2 dan R3 akan sama dan kuat arusnya secara
otomatis harus sama. Karena I sama maka sesuai hukum Ohm dapat diketahui bahwa beda
potensial ujung-ujung hambatan akan sebanding dengan besarnya R. V ~ R Bagaimana
dengan sifat beda potensial tiap-tiap hambatan? Pada tiap-tiap hambatan memiliki beda
potensial V1, V2 dan V3. Karena sumbernya E maka jumlah V1 + V2 + V3 haruslah sama
dengan E. Sifat inilah yang di kenal sebagai pembagi tegangan. Dari penjelasan di atas dapat
dirumuskan dua sifat rangkaian R seri sebagai berikut. Beberapa hambatan yang diseri dapat
diganti dengan satu hambatan. Besarnya hambatan itu dapat diturunkan dengan membagi

8|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa


persamaan beda potensial dengan kuat arus (I sama)

❖ Rangkaian Hambatan Paralel


Hambatan yang dirangkai paralel berarti ujungnya dihubungkan menjadi satu dan
pangkalnya juga menyatu. Contoh rangkaiannya seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.4 Rangkaian Hambatan Paralel

Pada gambar di atas terlihat bahwa semua ujungnya dititik yang sama yaitu a dan b. Jika
diukur beda potensialnya tentunya akan memiliki hasil yang sama. Bagaimana dengan sifat
kuat arus yang lewat ke semua cabang? Aliran muatan dapat diibaratkan dengan aliran air dari
tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Jika ada percabangan pada suatu titik maka aliran
air itu akan terbagi. Besar aliran itu akan disesuaikan dengan hambatan yang ada pada setiap
cabang. Yang terpenting pada pembagian itu adalah jumlah air yang terbagi harus sama
dengan jumlah bagian-bagiannya. Sifat aliran air ini dapat menjelaskan bahwa kuat arus yang
terbagi pada percabangan I harus sama dengan jumlah kuat arus setiap cabang ( I1 + I2 + I3
). Sesuai hukum Ohm maka kuat arus setiap cabang berbanding terbalik dengan hambatannya.
1
I𝑅
Dari penjelasan di atas dapat dituliskan dua sifat utama pada rangkaian hambatan paralel
pada Gambar di atas. seperti berikut. Sesuai dengan hambatan seri, pada beberapa hambatan
yang di rangkai paralel juga dapat diganti dengan satu hambatan. Hambatan itu dapat di
tentukan dari membagi persamaan kuat arus dengan besar potensial pada kedua massa seperti
berikut.

9|Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa


10 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Gambar 3.1

1 Gambar rangkaian
2 Ampere meter DC / AC
3 Volt meter DC / AC
4 Resistor 1 buah
5 Power Supply DC / AC
6 Kabel Penghubung

11 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.2 Langkah Percobaan

Gambar 3.2

Gambar 3.3
1. Rangkailah alat dan bahan seperti pada gambar 3.2
2. Nyalakan Power Supply
3. Atur nilai tegangan pada power supply menjadi 3V
4. Tutup saklar, kemudian lakukan validasi dengan cara memilih variasi batas ukur pada
voltmeter dan amperemeter sampai jarum menunjuk angka yang cukup jelas untuk di
amati
5. Amati dan baca nilai tegangan pada voltmeter dan kuat arus pada amperemeter
6. Catat nilai V1 dan I1 pada R1 ke dalam table
7. Buka saklar, kemudian ubah tegangan pada power supply menjadi 6V
8. Ulangi langkah 4 sampai 6
9. Buka saklar, kemudian ubah tegangan pada power supply menjadi 9V
10. Ulangi langkah 4 sampai 6
11. Buka saklar, kemudian ubah tegangan pada power supply menjadi 12V
12. Ulangi langkah 4 sampai 6
13. Buka saklar dan matikan power supply
14. Rangkailah alat dan bahan seperti pada gambar 3.3
15. Ulangi langkah 2 sampai 13 untuk menentukan nilai VL dan IL pada Lampu L
16. Simpan kembali peralatan praktikum ke tempat semula kemudian bersihkan dan rapikan
tempat praktikum

12 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.3 Flowchart Percobaan

Start

Persiapkan alat,
bahan dan
drawing

Rangkai/wiring
komponen sesuai
drawing

Masukan nilai
tegangan sumber

Validasi Alat ukur

Test rangkaian

No/tidak sesuai

Catat Value
pengukuran Value

Yes/Ya sesuai

Selesai

13 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.4 Tabel Hasil Percobaan
➢ Percobaan Pengukuran Voltmeter

Percobaan 1 Beban 1 Resistor


Value Stabilizier
No Value Voltmeter
3 Volt 6 Volt 10 Volt 12 Volt
1 100 mV - - - -
2 1V - - - -
3 10 V 6V 8V - -
4 50 V 6V 10 V 12 V 14 V
Percobaan 2 Beban Rangkaian paralel Lamp & resistor
Value Stabilizier
No Value Voltmeter
3 Volt 6 Volt 10 Volt 12 Volt
1 100 mV - - - -
2 1V 7V - - -
3 10 V 2V 4V 6V 7V
4 50 V 4V 10 V 12 V 14 V

➢ Percobaan Pengukuran Amperemeter

Percobaan 1 Beban 1 Resistor


Value Stabilizier
No Value Amperemeter
3 Volt 6 Volt 10 Volt 12 Volt
1 100 µA 20 µA 34 µA 46 µA 52 µA
2 100 mA 4 mA 8 mA 10 mA 12 mA
3 1A 4A 6A 10A 12A
4 5A - - - -
Percobaan 2 Beban 1 Lamp
Value Stabilizier
No Value Amperemeter
3 Volt 6 Volt 10 Volt 12 Volt
1 100 µA 18 µA 24 µA 32 µA 36 µA
2 100 mA 4 mA 6 mA 8 mA 8 mA
3 1A 4A 6A 8A 8A
4 5A 2A 4A 6A 8A

1. Jika Input Power stabilizier di tambah maka Lampu semakin terang dan
Value Ampere semakin Naik
2. Semakin besar Value Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka
semakin kecil daya (Watt) yang dibutuhkan, dan semakin kecil pula arus
Note : listrik (Ampere) yang dihasilkan, dengan besar tegangan (Volt) tetap.
3. Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin
besar daya (Watt) yang dibutuhkan, dan semakin besar pula arus listrik
(Ampere) yang dihasilkan, dengan besar tegangan (Volt) tetap.

14 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
3.5 Grafik/Data Hasil Percobaan

➢ Grafik/Data Voltmeter

Percobaan 2 R. Paralel & Resistor


14
14 12
12 10
10
7 7
8 6
6 4 4
4 2
2
0
1 2 3 4
100 mV
1V 7
10 V 2 4 6 7
50 V 4 10 12 14

100 mV 1V 10 V 50 V

Percobaan 1 Beban 1 Resistor

14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4
100 mV
1V
10 V 6 8
50 V 6 10 12 14

100 mV 1V 10 V 50 V

15 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
➢ Grafik/Data Amperemeter

Percobaan 1 beban 1 Resistor


60 52
46
50
40 34

30 20
20 10 10 12 12
8 6
10 4 4

0
1 2 3 4
100 µA 20 34 46 52
100 mA 4 8 10 12
1A 4 6 10 12
5A

100 µA 100 mA 1A 5A

Percobaan 2 Beban 1 Lamp

40 36
32
35
30 24
25
18
20
15
8 8 8 8 8
10 6 6 6
4 4 4
2
5
0
1 2 3 4
100 µA 18 24 32 36
100 mA 4 6 8 8
1A 4 6 8 8
5A 2 4 6 8

100 µA 100 mA 1A 5A

3.6 Hasil Analisis


Pada praktikum kali ini digunakan beban atau hambatan dengan nilai yang tetap dan
menggunakan 4 variasi nilai tegangan sumber, yaitu 3v, 6v, 9v, dan 12v. Dapat dilihat dari
hasil tabel dan grafik bahwa dengan nilai hambatan yang sama, semakin besar tegangan maka
semakin besar pula arus listrik yang mengalir pada hambatan tersebut. Hal ini sesuai dengan
hukum Ohm yang menyatakan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah
benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Suatu
bahan dengan harga konektivitas yang besar akan mengalikan arus yang besar pula.
16 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
Pada percobaan yang pertama yaitu mengukur besar tegangan dan arus pada resistor 1
yang belum diketahui nilai hambatannya. Sumber tegangan yang digunakan sebesar 3 volt.
Kemudian diukur menggunakan ampere meter dan diketahui arus yang mengalir pada resistor
tersebut yaitu sebesar 5A, dan pada volt meter memiliki tegangan sebesar 50V. Lalu sumber
tegangan dinaikkan hingga 6 volt, dan diketahui arus yang mengalir pada resistor sebesar 1A
dan memiliki tegangan sebesar 10V. Lalu sumber tegangan dinaikkan hingga 9 volt, dan
diketahui arus yang mengalir pada resistor sebesar 100mA dan memiliki tegangan sebesar
10V. Lalu sumber tegangan dinaikkan lagi hingga 12 volt, dan diketahui arus yang mengalir
pada resistor sebesar 100µA dan memiliki tegangan sebesar 100mV. Kemudian nilai
hambatan pada Resistor 1 dapat dicari dengan menggunakan teori hukum ohm V/I = R, maka
dihasilkan nilai hambatan yang berbeda – beda. Meskipun seharusnya nilai hambatan adalah
sama, hal ini dikarenakan pengaruh pembacaan nilai pada ampere meter dan voltmeter yang
kurang teliti
Pada percobaan yang kedua yaitu mengukur besar tegangan dan arus pada Bola lampu.
Sumber tegangan yang digunakan sebesar 3 volt. Kemudian diukur menggunakan ampere
meter dan diketahui arus yang mengalir pada bola lampu tersebut yaitu sebesar 0,165A dan
pada volt meter memiliki tegangan sebesar 0,335V. Lalu sumber tegangan dinaikkan hingga
6 volt, dan diketahui arus yang mengalir pada Bola lampu sebesar 0,335 mA dan memiliki
tegangan sebesar 0,700V. Lalu sumber tegangan dinaikan hingga 9 volt, dan diketahui arus
yang mengalir pada bola lampu sebesar 0,501A dan memiliki tegangan sebesar 1V. Lalu
sumber tegangan dinaikkan lagi hingga 12 volt, dan diketahui arus yang mengalir pada Bola
lampu sebesar 0,669A dan memiliki tegangan sebesar 1,340 V. Kemudian nilai hambatan pada
Bola lampu dapat dicari dengan menggunakan teori hukum ohm V/I = R, maka dihasilkan nilai
hambatan yang berbeda – beda dengan perbedaan nilai hambatan yang tidak terlalu jauh.
Meskipun seharusnya nilai hambatan adalah sama, hal ini dikarenakan pengaruh pembacaan
nilai pada ampere meter dan voltmeter yang kurang teliti. Jadi, dalam percobaan ini dapat
diketahui bahwa pada bola lampu juga mempunyai nilai hambatan meskipun sangat kecil. Dan
hasil pembacaan pada alat ukur sangat berpengaruh pada hasil perhitungan berdasarkan teori.

17 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Besarnya arus listrik yang mengalir berbanding lurus dengan besarnya beda potensial
(tegangan) Vsumber = Itotal
2. Semakin besar suatu tegangan maka akan semakin besar pula arus listrik yang dihasilkan.
3. Terjadi drop tegangan lebih besar terhadap lampu daripada terhadap resistor
4. Arus yang masuk dalam suatu percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar pada
percabangan tersebut.
5. Terlihat pada penelitian bahwa nilai hambatan berbanding terbalik dengan tegangan

4.2. Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus mempelajari dan memahami dahulu
materi yang akan dipraktikumkan, serta membaca dan memahami buku panduan yang
berkaitan dengan praktikum yang akan dilakukan pada waktu itu. Hal ini bertujuan agar
dalam pelaksanaan praktikum tidak kesulitan untuk melakukan praktikum dan agar
praktikum berjalan dengan lancar.
3. Berhati-hati dan serius dalam setiap melakukan percobaan, agar didapat hasil yang
maksimal.
4. Sebaiknya menggunakan alat ukur dengan tingkat ketelitian yang bagus.

18 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/listrik-dinamik-1-hukum-ohm-rangkaian-hambatan-hukum-.html
https://laporanpraktikum.id/laporan-praktikum-hukum-ohm/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Ohm
https://teknikelektronika.com/pengertian-rumus-bunyi-hukum-ohm/

https://blog.ruangguru.com/hambatan-listrik
https://ancharyu.wordpress.com/2010/03/14/arus-tegangan-hambatan-dan-hukum-ohm/
https://dasarteoripraktikum.blogspot.com/2019/10/dasar-teori-hukum-ohm.html

19 | S e k o l a h T i n g g i T e k n o l o g i D u t a B a n g s a

Anda mungkin juga menyukai