Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN

“ Pemanfaatan Minyak Jelantah sebagai Bahan Baku

Pembuatan Pengharum Ruangan (MIJEL)”

Disusun Oleh :

Kelompok 9

1. Ahyat Rosyi P07133117002


2. Dewi Fortuna P07133117010
3. Dinda Ristiani Putri P07133117012
4. Miftasya Ineda Hingar P07133117025

SEMESTER V

DIPLOMA TIGA SANITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Praktik Belajar Lapangan Mata Kuliah Promosi Kesehatan di Wilayah

Kerja Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta ini telah mendapatkan persetujuan

dari pembimbing, serta pejabat yang berwenang pada :

Hari :
Tanggal :
Menyetujui
Dosen Mata Kuliah, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Lucky Herawati , SKM,


Drs. Adib Suyanto, MSi
M.Sc
NIP. 19530808 197503 2 001 NIP.19640927 199203 1 001
Pembimbing Puskesmas,

Siti Nurwahyuni, AMKL


NIP. 19640424 198511 2 001
Mengetahui
Kepala/ Pimpinan Puskesmas
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Umbulharjo II

Mohamad Mirza Fauzie, SST., M.Kes drg. Sri Kussutiastuti


NIP. 19670719 199103 1 002 NIP.19670322 200003 2 002
A. Latar Belakang

Pemanfaatan limbah di era globalisasi seperti sekarang ini kurang

mendapatkan perhatian yang khusus dari masyarakat dilingkungan sekitar.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan limbah

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan kandungan dalam

limbah. Kebanyakan masyarakat hanya berfikir bahwa limbah hanya

mendatangkan dampak negative. Sebenarnya banyak limbah industri

rumah tangga yang dapat dimanfaatkan salah satunya limbah minyak

jelantah.

Ibu kader menyediakan makanan yang bermacam dan tidak dapat

terlepas dari minyak goreng. Namun, di sisi lain, ibu kader dikhawatirkan

juga menghadirkan sejumlah persoalan lingkungan dan kesehatan bagi

anggota keluarga. Limbah gorengan berupa minyak jelantah selama ini

dibuang di tempat-tempat yang tidak semestinya seperti selokan dan got-

got saluran air, menimbulkan pencemaran air yang serius. Sementara itu,

minyak goreng yang digunakan berulang-kali untuk menggoreng dalam

rangka penghematan, menghadirkan resiko karsinogenik bagi anggota

keluarga.

Minyak goreng sisa memasak atau yang dikenal dengan minyak

jelantah belum mendapat perhatian khusus dari masyarakat. Perilaku

penggunaan minyak goreng di masyarakat yang memiliki kecenderungan

untuk dihabiskan dengan cara memakainya berulang kali atau menyisakan

minyak yang sudah tidak layak pakai untuk dibuang ke saluran air atau
pekarangan, dapat menimbulkan dampak negatif untuk kesehatan dan

lingkungan karena minyak yang dipakai berulang kali dapat berpotensi

untuk menimbulkan penyakit kanker dan penyempitan pembuluh darah

yang dapat memicu penyakit jantung koroner, stroke, serta hipertensi,

sedangkan menyisakan minyak jelantah untuk dibuang ke saluran air atau

pun ke pekarangan dapat menimbulkan pencemaran air dan rusaknya

kesuburan tanah (Firina amalia, Retnaningsih, Irni rahmayani, 2010).

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia

sebagai alat pengolah bahan–bahan makanan. Minyak goreng sebagai

media penggoreng sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat.

Kini krisis minyak goreng nyaris merata di hampir seluruh kota di negara

yang menjadi salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia

ini. Dengan kondisi harga minyak goreng yang semakin melambung

tinggi, membuat sejumlah pelaku usaha memperjualbelikan minyak

goreng bekas pakai atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah.

Minyak goreng jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal

dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak

sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas

pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya. Minyak jelantah sangat

berbahaya untuk kesehatan tubuh manusia karena telah mengalami

kerusakan. Kerusakan minyak ditandai dengan munculnya bau tidak

sedap, warna yang tidak jernih bahkan coklat kehitaman, dan berbusa.

Minyak goreng jelantah juga mengandung senyawa seperti hidrolisis,


oksidasi, dan pirolisis . Pada dasarnya semua minyak goreng memiliki

kandungan kimia yang sama yaitu asam lemak dan gliserol (Winarno.

1992).

Hingga saat ini bentuk pemanfaatan limbah minyak jelantah yang

telah ditemukan adalah mengubahnya menjadi pengharum ruangan.

Pembuatan pengharum ruang dari limbah minyak jelantah biasanya

berbentuk padat (batang). Pada kesempatan ini untuk promosi kesehatan

yang akan dilaksanakan adalah mengolah minyak jelantah menjadi

pengharum ruangan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengurangi limbah minyak jelantah?

2. Bagaimana pemanfaatan minyak jelantah yang baik?

C. Tujuan Program

1. Mengurangi limbah minyak jelantah.

2. Mengetahui pemanfaatan minyak jelantah yang baik.

D. Manfaat

1. Bagi Pemerintah

Membantu program pemerintah dalam pengelolaan limbah cair

domestic.

2. Bagi Pihak Puskesmas


Membantu program kerja puskesmas dalam promosi kesehatan.

3. Bagi Ibu Kader

a. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi ibu kader atau

audience.

b. Melatih ketampilan ibu kader dalam memanfaatkan limbah cair

domestic khususnya minyak jelantah.

4. Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dalam pengelolaan limbah cair domestic.

b. Melatih kepercayaan dalam promosi kesehatan.

E. Pelaksanaan

1. Topik

Setelah melakukan data sekunder di masyarakat wilayah kerja

puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta, masih terdapat perilaku

membuang limbah cair rumah tangga sembarangan, maka dari itu kami

memilih topik Pemanfaatan Limbah Cair Rumah Tangga (Minyak

Jelantah) sebagai Bahan Baku Pembuatan Pengharum Ruangan Mijel.

2. Sasaran

Pada Promosi Kesehatan ini, yang dijadikan sasaran adalah ibu kader

wilayah kerja puskesman Umbulharjo II yaitu Kelurahan Muja-Muju.

3. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan dilakukan pada hari Kamis, 31 Oktober 2019 di Ruang

Aula Puskesmas Umbulharjo II.

4. Metode

Metode yang dilakukan dalam kegiatan Promosi Kesehatan ini adalah

dengan sosialisasi program kepada ibu kader dengan menggunakan

power point dan demonstrasi secara langsung mengenai pembuatan

pewangi minyak jelantah ( Mijel ).

No Waktu (Menyesuaikan Acara Penanggung

. dengan Opinion Jawab

leader)

1. 5 menit Pembukaan oleh Ibu Ibu Mila

Mila

2. 5 Menit Sambutan oleh Sanitarian

Pembimbing Puskesmas

Puskesmas sekaligus Umbulharjo II

membuka acara

pelatihan

3. 10 Menit Materi 1 Anggota 1

4. 10 Menit Materi 2 Anggota 2

5. 10 Menit Materi 3 Anggota 3

6. 10 Menit Materi 4 Anggota 4

7. 10 Menit Sesi Tanya Jawab Seluruh


Anggota

8. Penutup Penutup Seluruh

Anggota
MATERI YANG AKAN DISAMPAIKAN

A. Pengertian dan Dampak Limbah Cair Domestik

Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses

produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan

sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu cair atau

padat.

1. Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat

digolongkan dalam 2 golongan yaitu :

a. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses

lebih lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah.

b. Limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai

tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya

untuk mempermudah sistem pembuangan.

2. Dampak Limbah Cair pada Kesehatan

Dalam paradigma Kesehatan Lingkungan ada 4 simpul yang berkaitan

dengan proses pajanan limbah cair yang dapat mengganggu kesehatan.

a. Simpul 1: Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumber

pencemar atau biasa disebut sebagai sumber emisi limbah. Sumber

emisi limbah pada umumnya berasal dari sektor industri,

transportasi, yang mengeluarkan berbagai bahan buangan yang

mengandung senyawa kimia yang tidak dikehendaki. Emisi

tersebut dapat berupa gas, cairan, maupun partikel yang

mengandung senyawa organik maupun anorganik.


b. Simpul 2: Media lingkungan (air, tanah, udara, biota) Emisi dari

simpul 1 dibuang ke lingkungan, kemudian menyebar secara luas

di lingkungan sesuai dengan kondisi media transportasi limbah.

Bila melalui udara, maka sebarannya tergantung dari arah angin

dominan dan dapat menjangkau wilayah yang cukup luas. Bila

melalui air maka dapat menyebar sesuai dengan arah aliran yang

sebarannya dapat sangat jauh. Komponen lain yang ikut

menyebarkan emisi tersebut adalah biota air yang ikut tercemar.

c. Simpul 3 : Pemajanan Limbah Cair ke manusia

Di lingkungan, manusia dapat menghirup udara yang tercemar,

minum air yang tercemar, makan makanan yang terkontaminasi

dan dapat pula kemasukan Limbah melalui kulit. Pada umumnya

titik pemajanan B3 kedalam tubuh manusia melalui pernafasan,

oral (mulut) dan kulit

d. Simpul 4: Dampak Kesehatan yang timbul

Akibat kontak dengan Limbah Cair atau terpajan oleh pencemar

melalui berbagai cara seperti pada simpul 3, maka dampak

kesehatan yang timbul bervariasi dari ringan, sedang, sampai berat

bahkan sampai menimbulkan kematian, tergantung dari dosis dan

waktu pemajanan. Jenis penyakit yang ditimbulkan, pada

umumnya merupakan penyakit non infeksi antara lain : Keracunan,

kerusakan organ, kanker, hipertensi, asma bronchioli, pengaruh

pada janin yang dapat mangakibatkan lahir cacat (cacat bawaan),


kemunduran mental, gangguan pertumbuhan baik fisik maupun

psikis, gangguan kecerdasan.

B. Minyak Goreng Bekas (Jelantah)

Istilah minyak jelantah merujuk pada suatu jenis minyak yang

diperoleh dari sisa menggoreng makanan dalam proses memasak. Dengan

kata lain, minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pakai yang

sebenarnya adalah limbah yang mengandung senyawa-senyawa bersifat

karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Senyawa karsinogenik

ini timbul ketika minyak dipakai atau dipanaskan saat menggoreng.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel

(KPBB), Ahmad Safrudin kepada Greeners mengatakan bahwa usaha

untuk mengolah kembali minyak jelantah menjadi minyak goreng tidak

dimungkinkan sekalipun telah melalui tahapan penyaringan, penjernihan

dan distilasi. Karena, minyak bekas pakai adalah jenis limbah yang

berbahaya bagi kesehatan manusia, dan jika dibuang secara sembarangan

berpotensi menjadi limbah B3 (berbahaya dan beracun).

Menurut Ahmad, sebagian besar sektor rumah tangga dan

perusahaan pengolah makanan, termasuk warung makan, restoran dan

lainnya masih membuang sisa minyak jelantah ke saluran air, sekalipun

dalam jumlah kecil (5 cc - 15 cc) terutama yang menempel di

penggorengan mereka. Namun karena jutaan rumah tangga (pribadi

maupun perusahaan), maka akumulasinya menjadi sangat besar, sekitar


5.000 sampai 15.000 liter minyak bekas pakai masuk ke badan air dan

mengendap di dasar air, terutama di kawasan muara. Oleh karena itu

Gubernur DKI harus segera membuat peraturan untuk menangani masalah

minyak bekas pakai ini.

Lamanya minyak kontak dengan panas. Berdasarkan penelitian

terhadap minyak jagung, pada pemanasan 10-12 jam pertama, bilangan iod

berkurang dengan kecepatan konstan. Sedangkan jumlah oksigen dalam

lemak bertambah dan selanjutnya menurun setelah pemanasan 4 jam

kedua berikutnya. Kandungan persenyawaan karbonil bertambah dalam

minyak selama proses pemanasan, kemudian berkurang sesuai dengan

berkurangnya jumlah oksigen.

C. Alat dan Bahan

Alat :

1. Tusuk kayu

2. Wadah

3. Wadah cetakan

Bahan :

1. Minyak goreng bekas

2. Bibit pewangi

3. Soda api

4. Air
D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menjernihkan minyak goreng bekas dengan menggunakan serabut tebu

dan didiamkan selama 2 hari.

3. Melarutkan soda api dengan air.

4. Menambahkan minyak goreng bekas yang telah dijernihkan kedalam

larutan soda api.

5. Mengaduk dengan menggunakan tusuk kayu dan menambahkan bibit

pewangi hingga adonan mengental.

6. Menuangkan adonan kedalam wadah cetakan dan menunggu hingga

adonan mengeras.

7. Mengemas produk pengaharum ruangan yang berbahan minyak

jelantah dengan menggunakan plastik mika.

E. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan :

a. Meningkatkan ekonomi masyarakat.

b. Bahan yang digunakan mudah didapat.

c. Mudah dalam pembuatan.

2. Kekurangan :

a. Bau minyak jelantah masih terasa

b. Lama ketahanan bau dari produk pengharum ruangan.

Anda mungkin juga menyukai