Salak yang digunakan untuk membuat manisan salak yaitu salak dengan tingkat kematangan mengkal atau setengah matang. Buah salak yang mengkal lebih renyah dan memudahkan dalam proses pemotongan/pengirisan. Salak yang mengkal memiliki kecenderungan masih kuat jaringan dagingnya sehingga pada proses pembuatan manisan daging buah tidak mudah rusak.
2. Pembuatan larutan Perendam
Larutan perendam atau air gula terdiri dari 5 kg gula pasir, 1⁄2 sendok makan garam dan 1⁄2 sendok makan asam sitrat. Semua bahan dilarutkan dalam 25 liter air bersih dan dipanaskan hingga mendidih. Dalam pembuatan larutan perendam, terdapat proses pelarutan gula, garam, dan asam sitrat dengan menggunakan air membentuk campuran homogen. Ketika sesendok gula dilarutkan dalam air, setelah pengadukan yang cukup lama, susunan dari campurannya di seluruh bagian larutan akan sama, larutan ini adalah campurnan homogen (Raymond Chang, 2004:7).
3. Perendaman buah salak
Perendaman buah salak dilakukan dua kali, yang pertama buah salak direndam dengan menggunakan air kapur dan perendaman kedua direndam dengan menggunakan air gula. Proses perendaman menggunakan air kapur hanya berlangsung 1,5 jam, sedangkan perendaman dengan air gula dilakukan selama awal proses pengemasan sampai dikonsumsi oleh konsumen. Penggunaan kapur sirih dalam tahapan pembuatan manisan bertujuan untuk memberikan tekstur yang renyah. Air sirih diperoleh dengan cara mencampurkan kapur sirih dengan air, kemudian dimasak dan didiamkan semalaman. Lapisan yang bening keputihan yang berada di bagian atas kapur sirih inilah yang digunakan. Dengan perbandingan tiap 1 liter air ditambahkan ½ sendok makan air kapur sirih (Magdalena Soenarti, 2007: 4). Menurut Enny Karti Basuki dkk (2015) lama perendaman dan penambahan konsentrasi Ca(OH)2 yang tinggi akan mengakibatkan tekstur buah menjadi keras, karena semakin banyak kesempatan ion Ca2+ berikatan dengan asam pektat (membentuk Ca-pektinat) yang terdapat dalam buah, sehingga jaringan buah akan semakin kokoh. Menurut Fatah (dalam Sri Hastuti, 2013: 41) perendaman dalam larutan kalsium hidroksida bertujuan untuk menguatkan tekstur buah yang akan diolah menjadi manisan. Senyawa kalsium dalam kapur berpenetrasi ke dalam jaringan buah. Sehingga mengakibatkan struktur jaringan buah menjadi lebih kuat karena adanya ikatan baru antara kalsium dengan jaringan buah. Manisan adalah buah/sayur yang diawetkan menggunakan gula dengan kadar yang tinggi untuk memberikan atau menambahkan rasa manis dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Dina Septya, 2016:74). Konteks manisan buah-buahan dapat digunakan untuk menjelaskan proses pengawetan makanan secara alami menggunakan gula. Perendaman buah pada kadar gula dalam buah meningkat dan kadar air berkurang. Kandungan air yang ada dalam buah keluar dari sel buah, sehingga mikroba tidak cocok lagi tumbuh Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak dan menjadikan manisa buah lebih awet. Konsentrasi gula yang tinggi dan lama perendaman yang paling lama akan menghasilkan manisan buah dengan kadar air yang rendah. Penurunan kadar air pada manisan disebabkan karena 2 faktor yaitu, a) proses osmosis dalam larutan gula, semkin lama perendaman dan semakin pekat konsentrasi larutan gula yang terserap maka jumlah air yang keluar dari buah akan semkin banyak, b) proses pengeringan akan mengeluarkan air dari buah yang diakibatkan oleh panas dari cabinet drying yang dapat mengupkan air dalam buah (Arini Maulidiah dkk, 2014). Dasarnya pembuatan manisan buah menerapkan prinsip dari osmosis, steeping cooked fruit in increasingly concentrated sugar solutions so that, by osmosis, the sugar permeates the fruit and reaches a concentration that will ensure the stability of the final product (Darra Goldstein 2015:101). Dapat disarikan bahwa peningkatan konsentrasi gula dapat menyebabkan osmosis, gula meresap ke dalam buah sehingga mencapai konsentrasi yang dapat menjaga kestabilan produk akhir. Osmosis merupakan peristiwa perpindahan molekul air (pelarut) melalui membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi rendah (kurang pekat) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (pekat). Konteks manisan buah-buahan dapat digunakan untuk menjelaskan proses osmosis yang terjadi antara larutan gula dan kandungan air yang terdapat di dalam buah-buahan. Adanya perpindahan molekul air dari buah ke larutan gula. Proses osmosi pada buah salak terjadi ketika cairan alami yang terkandung di dalam buah salak keluar dari sel buah dan digantikan dengan air gula dengan konsentrasi tinggi. Proses inilah yang menyebabkan buah salak menjadi manis. Semakin tinggi konsentrasi gula maka air yng keluar dari bahan manisan basah semakin meningkat. Penembahan gula dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan proses dehidrasi osmosis sehingga sejumah air akan keluar dari buah-buahan (Sohibulloh, dkk, 2013). Penelitian dilakukan oleh Arinin Maulidiah dkk (2014: 25) untuk melihat perbedaan nilai rendemen antara buah yang direndam dalam waktu 24 jam dan 48 jam, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka semakin tinggi nilai rendemen manisan, hal ini terjadi karena 1) terjadinya mobilitas air dari buah ke larutan gula maupun larutan gula ke buah, sehingga banyaknya gula yang masuk ke dalam buah menjadi lebih banyak, 2) berat jenis gula lebih besar dari pada berat jenis air, sehingga keberadaan gula dalam buah akan menggantikan tempat sebagian air dan akan meningkatkan berat manisan, keadaan ini menyebabkan nilai rendemen menjadi besar sehingga berpengaruh terhadap berat produk. manisan salak ini dapat bertahan selama 2 bulan jika dibiarkan disuhu kamar dan dapat bertahan selama 3-4 bulan jika diletakkan di dalam kulkas. Produksi manisan salak ini tidak menggunakan pengawet dan pewarna tambahan sehingga pengwet alami benar-benar berasal dari air gula. Manisan yang tidak menggunakan zat aditif. 4. Sterilisasi Tahapan terakhir dari proses pembuatan manisan salak yaitu pengepresan cup dan sterilisasi. Stelirisasi dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel maupun sisa- sisa air gula yang msih menempel pada cup. Bila pengemasan menggunakan jar (kaca) maka proses strilisasi dilakukan dengan cara memasukan jar ke dalam air mendidih, sedangkan jika hanya menggunakan cup maka dilakukan dengan merendam cup pada air hangat saja. Hal ini dikarenakan bahan cup tidak tahan terhadap panas, sehingga untuk menghindari dikhawatirkan maisan akan terkontaminasi oleh lelehan dari cup plastik tersebut maka perendaman dengan air hangat dirasa sudah cukup.