Anda di halaman 1dari 23

Makalah Kewirausahaan

“Mengembangkan Ide Kewirausahaan Yang Sukses, Mengembangkan Model


Kewirausahaan Yang Efektif, Peluang Bisnis & Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Dan Kegagalan Bisnis”
Dosen Pengampu : Hafni Indriati Nasution

Oleh

Kelompok 7 :

1. Juan Andreas Gultom 4203131005


2. Melisa Damayanti Lubis 4201131017

JURUSAN KIMIA

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
yang diberikan-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Kewirausahaan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Hafni Indriati
Nasution Selaku dosen pengampu kami dalam mata kuliah ini.

Kami berharap semoga makalah ini sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dan
juga dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya. Kami juga menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan
saran dan kritik yang membangun agar kami dapat menyelesaikan tugas berikutnya dengan lebih
bagus lagi.

Medan, September 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Mengembangkan Ide Kewirausahaan ............................................................................. 3

2.2 Mengembangkan model Kewirausahaan ........................................................................ 6

2.3 Peluang Bisnis..................................................................................................................... 10

2.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Bisnis Faktor ...... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 19

3.2 Saran ................................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan ber-“usaha” selalu mempunyai tujuan atau sasaran untuk memperoleh
keuntungan atau laba nyata dalam bentuk rupiah. Namun demikian, laba bukanlah
merupakan satu-satunya tujuan kegiatan usaha, akan tetapi masih terdapat tujuan-tujuan lain
yang dapat dicapai, seperti mengurangi pengangguran atau memberi kesempatan kerja,
membantu masyarakat sekitarnya, perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu
meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak (Marwan Asri, 1986 : 3-4). Sebelum
memikirkan berapa keuntungan nyata yang dapat diperoleh dan cara mendapatkannya
melalui kegiatan usaha tersebut, perlu dipahami dan dikaji secara lengkap mengenai faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Hal ini penting untuk dihayati terlebih
dahulu, sebab banyak orang yang beranggapan bahwa hanya karena kurang uang atau modal,
maka harapan untuk memperoleh keuntungan menjadi terhambat. Sukses tidaknya suatu
kegiatan usaha pada dasarnya tidak tergantung pada besar-kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih
dipengaruhi oleh bagainaa mengelolanya. Masa-masa kritis yang harus dilalui perusahaan
dalam hidupnya adalah selama lima tahun pertama sejak didirikan. Ternyata lebih dari 50%
usaha kecil gagal melewati usia dua tahun pertamanya. Tidak sedikit pula usaha yang maju
selagi kecil, namun kemudian jatuh setelah besar. Di samping itu, banyak pula usaha kecil
yang cukup sukses ketika masih dikelola pendirinya. Dalam hal ini, pengetahuan penyebab
kegagalan tersebut berguna segali sebagai bahan pelajaran yang dapat membantu untuk
menentukan pilihan dan cara-cara mengurusnya (Singgih, 1986 : 2). Kelemahan yang sering
dijumapi pada usaha kecil yang gagal adalah dalam keorganisasian, keuangan, administrasi,
dan pemasaran. Kelemahan keorganisasian pada umumnya berupa tidak jelasnya struktur
organisasi, pembagian tugas dan wewenang yang tidak jelas, status karyawan, serta
system penggajian yang tidak beres. Selain itu, kepemimpinan seorang diri mempunyai
kelemahan yang dapat menghancurkan usaha, terutama jika pimpinan sakit dalam jangka
waktu yang cukup lama atau bahkan meninggal dunia secara mendadak, sementara persiapan
kader belum dilakukan. Dalam bidang keuangan, biasanya pengusaha lemah dalam membuat
anggaran, tidak adanya pencatatan dan pembukuan secara baik, serta tidak adanya batasan
tegas antara harta milik pribadi (keluarga) dengan harta milik perusahaan. Dengan demikian,
seringkali pimpinan tidak tahu tentang besarnya laba-rugi kegiatan usahanya. Kelemahan di
bidang pemasaran pada umumnya berupa ketidakserasian antara program produksi dan
penjualan. Kelemahan ini juga disebabkan karena kurangnya pengamatan pasar, sehingga
tidak tahu posisi pasarnya, cara menghadapi saingan, serta cara mempromosikan hasil
usahanya. Kelemahan lain yang sering muncul adalah perluasan atau pengembangan usaha
yang dilakukan secara emosional tanpa didukung oleh data dan fakta yang aktual.
Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya akan dapat diyakini bahwa untuk mencapai sasaran
nyata kegiatan usaha yang berupa keuntungan, masih banyak hal atau factor selain modal,

1
yang hakiki untuk diperhatikan. Untuk itu, pada kesempatan ini, secara berturut-turut akan
dibicarakan mengenai faktor-faktor tersebut, yang meliputi: (1) faktor produksi alam, (2)
faktor produksi manusia (tenaga kerja), (3) faktor produksi modal, (4) faktor produksi
manajemen (keahlian pengelola), dan (50) faktor produksi lingkungan (sosial dan budaya).
Dalam perusahaan, sumber-sumber ekonomi tersebut diproses oleh kegiatan perusahaan
menjadi barang atau jasa. Barang dan jasa yang dihasilkan ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dalam proses pemuasan itulah, diharapkan juga
perusahaan memperoleh laba atau keuntungan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana cara mengembangkan Ide kewirausahaan yang sukses?
b. Bagaimana cara mengembangkan model Kewirausahaan yang efektif?
c. Apa itu peluang bisnis?
d. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan bisnis?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui cara mengembangkan Ide kewirausahaan yang sukses
b. Untuk mengetahui cara mengembangkan model Kewirausahaan yang efektif
c. Untuk mengetahui peluang bisnis
d. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan bisnis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mengembangkan Ide Kewirausahaan


Pada dasarnya, menemukan ide bisnis tidaklah sulit. Akan tetapi, banyak
pengusaha pemula yang kesulitan untuk mendapatkan sebuah ide bisnis. Padahal, jika
dicermati lebih lanjut ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk menangkap gagasan-
gagasan brilian tersebut. berikut ini adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk
menangkap ide bisnis yang tepat yaitu:.
 Melakukan Riset Bisnis & Produk
Metode ini adalah metode terukur, di mana ide bisnis yang dicari dapat diperoleh
melalui riset dan persentase yang dilakukan untuk memastikan jenis bisnis dan produk
yang banyak diterima pasar. Riset bisnis ini bisa dilakukan dengan bantuan teknologi
digital. Misalnya dengan mencari kata kunci melalui Google Trend untuk mengetahui
tren bisnis pada suatu lokasi melalui persentase dan angka pencarian informasi tertinggi.
 Serap Ide dari Masalah Orang lain
Setiap orang pasti memiliki masalah dan setiap masalah pasti membutuhkan solusi.
Masalah-masalah yang pada awalnya bersifat personal rupanya telah banyak
menginspirasi dan dikembangkan untuk menjadi ide bisnis cemerlang bagi banyak
pebisnis sukses. Contoh nyata paling sederhana adalah usaha laundry. Banyaknya
mahasiswa yang tidak sempat mengurus cucian dan sulitnya mencari jasa asisten rumah
tangga bagi para ibu-ibu bekerja, membuat munculnya jasa laundry menjadi solusi paling
jitu untuk mengatasi masalah tersebut.
 Belajar dari Kesuksesan Bisnis Orang lain
Usaha yang sukses dan mampu bertahan dalam jangka waktu lama pasti memiliki
keunggulan yang patut dipelajari. Dari sana, bisa menyaring dan mengaplikasikannya
sebagai gagasan untuk ide bisnis yang hendak dirintis. Tapi menduplikasi sebuah bisnis
yang sukses tidak harus sama persis. Jangan lupa untuk mengamati, meniru, dan
memodifikasi bisnis tersebut agar bisnis yang akan ditekuni sedikit berbeda, memiliki ciri
khas, dan memiliki nilai lebih dari bisnis yang sudah ada.
 Belajar dari Kelemahan Pesaing
Menemukan ide untuk bisnis ternyata dapat Anda temukan dari kelemahan
kompetitor. Anda bisa menjelajahi social media atau website bisnis yang memiliki
produk atau layanan serupa dengan bisnis yang ingin Anda tekuni. Lihatlah bagaimana
tiap orang memberi ulasan di kolom komentar pada website tersebut. Catat apa saja
keluhan yang ada. Hal-hal yang tidak bisa dipenuhi oleh pesaing Anda inilah yang dapat
menjadi ide bagus untuk melahirkan sebuah bisnis baru.
 Mengikuti Perkembangan Tren
Tren adalah sesuatu yang banyak diminati oleh sekolompok orang pada satu waktu.
Karena itu, sebuah ide bisnis yang mengikuti tren akan berpeluang untuk digemari dan

3
banyak menjaring konsumen dalam waktu cepat. Tidak ada yang salah dengan mengikuti
tren, selama Anda mampu membuat bisnis tersebut berbeda dari yang lain. Tetapi, karena
sebuah tren biasanya cepat berlalu, maka pastikan juga Anda memiliki solusi seandainya
tren bisnis tersebut mulai memudar dan tidak lagi digemari.

 Buatlah Tetap Sederhana


Banyak bisnis kecil gagal mencapai kemajuan karena bisnis itu terlalu rumit atau
ambisius. Para wirausahawan (dalam kasus ini, saya tidak membuat perbedaan antara
wirausahawan tradisional dan wirausahawan gaya hidup) cenderung mengabaikan
rintangan yang bisa mengganggu bisnis baru. Anda seharusnya mampu melihat jalur yang
jelas, dari mana akan ke mana, Anda dapat menjual produk atau jasa serta menghasilkan
uang. Semakin sedikit rintangan dan kelemahan di jalur itu, semakin baik. Atau
sebagaimana pemah dikatakan seseorang (walaupun saya akui saya tidak tahu siapa),
"Jika sebuah bisnis tidak berjalan secara efektif, maka bisnis ini dikatakan tidak akan
berhasil."

Pertanyaan yang seharusnya dalam berwirausaha:


1. Siapa Costumer sasaran?
Jika tidak bisa mengidentifikasi sebuah kelompok atau lebih yang akan bemiat
membeli produk, Anda seharusnya memahami orang yang menjadi sasaran pasar.
kebutuhan mereka, kebiasaan membeli, persepsi, dan lain-lain. Setidaknya
minimal, pastikan Costumer sasaran itu ada dan tahu siapa mereka.
2. Bagaimana Anda mencapai Costumer?
Memerlukan sebuah cara untuk menjangkau calon Costumer dengan
menggunakan pesan, tidak harus menjangkau setiap kemungkinan calon
Costumer yang ada, tetapi harus mencapai jumlah memadai dari mereka untuk
menciptakan peluang yang cukup besar untuk menghasiIan penjualan yang
mengalirkan uang. Lebih dari itu, Anda harus mampu menjangkau calon
Costumer dengan cukup murah untuk membayar biaya pemasaran, dan masih
memiliki cukup uang untuk membayar biaya-biaya Misalnya seorang guru
dengan metode hebat untuk membantu anak-anak yang berkinerja buruk dari mata
pelajaran geometri, dan Anda ingin menawarkan jasa les privat. maka perlu cara
untuk menemui orangtua para siswa bermasalah tersebutdan siapa pun yang
melihat diperlukannya pemecahan bagi masalah itu. Mungkin tidak ada publikasi
bagi para siswa yang nilainya jelek (atau orangtua mereka), dan sekolah tidak
akan menjual daftar siswa yang memiliki nilai di bawah C untuk mata pelajaran
geometri. Tetapi nama permainan dalam bisnis kecil adalah pemasaran ceruk
(niche marketing). Membayar iklan untuk melayani ceruk seperti ini sepertinya
tidak ekonomis. Karena jangkauan siaran TV yang sangat luas, maka tarif
iklannya dirancang bagi mereka yang menjual produk dengan daya tarik bagus.

4
Banyak orang membeli bir dan deodoran, oleh karena itu, biaya iklan massal
produk tersebut dapat dijustifikasi.

 Ide Luar Biasa


Kewirausahaan dipandang sebagai suatu fungsi yang mencakup eksploitasi peluang
peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan
pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu
diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan
tindakan yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai
sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar
daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan caracara
baru.
Sebagai wirausahawan, juga harus mempertimbangkan apakah perusahaan Anda
sesuai dengan gaya hidup yang dipilih..Beberapa tahun yang lalu, dengan mengenakan
topi broker bisnis, bisa membantu pemilik toko mesin menjual bisnisnya. Bisnis ini
berjalan cukup baik, tetapi pemiliknya menjadi lelah dan frustrasi. Beberapa bulan
setelah penjualan, ia memanggil saya untuk mengatakan bahwa ia ingin membeli Sebuah
bisnis baru. (Ini lumrah; setelah pemilik bisnis kecil menjual bisnisnya, mereka sering
ingin kembali ke dunia bisnis beberapa bulan kemudian.) Ketika seseorang bertanya jenis
bisnis apa yang ingin ia beli, ia menjawab, "Bisnis ideal adalah bisnis yang bisa
dijalankan tanpa pegawai." jelasnya, apa yang membuatnya kehilangan semangat
sehingga ia menjual bisnisnya adalah pengelolaan pegawai. Walaupun "skenario bisnis
ideal" ini tidak berarti dalam dunia bisnis tradisional, skenario ini cukup masuk akal –
dan kenyataannya lumrah saja – dalam dunia bisnis gaya hidup.
Umumnya, banyak wirausahawan gaya hidup terjun ke dunia bisnis mereka sendiri
karena mereka tidak ingin bersandar pada orang lain atau bertanggung jawab pada orang
lain. Dengan kemajuan teknologi perkantoran dan Internet, menjalankan bisnis tanpa
pegawai sangat ditnungkinkan dewasa ini, sejauh Anda memilih bisnis yang tepat dan
menetapkannya sejak awal. Ini mungkin berjalan baik pada sebagian besar jasa
profesional dan bisnis Internet, tetapi jarang berjalan baik pada usaha manufaktur atau
ritel dengan bangunan toko.
 Ide Bisnis

Suatu ide usaha/bisnis yang bagus adalah penting, atau bahkan merupakan
persyaratan untuk usaha yang sukses. Namun demikian ide bisnis yang bagus biasanya
tidak langsung datang kepada pengusaha, tetapi merupakan hasil dari kerja keras dan
upaya dari pengusaha untuk membangkitkan, mengidentifikasi dan mengevaluasi
peluang. Ide usaha (bisnis) adalah respon seseorang, banyak orang, atau suatu organisasi
untuk memecahkan masalah yang teridentifikasi atau untuk memenuhi kebutuhan di
suatu lingkungan (pasar, masyarakat). Mencari sebuah ide bisnis yang bagus adalah

5
langkah awal untuk mengubah keinginan dan kreatifitas pengusaha menjdi peluang
usaha/bisnis.

Ada dua hal penting yang harus dicatat dalam suatu ide bisnis bagus tersebut:

a. Ide bisnis hanyalah suatu alat


b. Suatu ide dapat diubah menjadi peluang bisnis yang menguntungkan

Dengan kata lain, tanpa mengurangi arti pentingnya, sebuah ide hanyalah alat yang harus
dikembangkan, dan diubah menjadi peluang usaha/bisnis yang menguntungkan.

 Kreatifitas

Kreatifitas adalah kemapuan untuk merancang, membentuk, membuat atau


melakukan sesuatu dengan cara yang baru atau lain. Kemampuan menimbulkan solusi
yang kreatif untuk kebutuhan/masalah dan untuk memasarkan yang seringkali menandai
perbedaan antara sukses dan kegagalan dalam bisnis. Hal ini juga membedakan antara
bisnis yang tumbuhbpesat atau dinamis dengan perusahaan menengah biasa.

Kenyataannya pengusaha yang sukses selalu kreatif dalam mengidentifikasi sebuah


produk, jasa atau peluang usaha/bisnis yang baru. Agar kreatif, anda perlu membuka
pikiran dan mata , anda sementara mempelajari sumber-sumber ide bisnis yang dijelaskan
di bawah ini dan menerapkan tekniknya.

2.2 Mengembangkan model Kewirausahaan


Hasil studi yang dilakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi enam
tahap pengembangan bisnis yaitu:
1. survival,
2. stabilisasi,
3. orientasi
4. pertumbuhan,
5. pertumbuhan yang cepat,
6. kematangan

Pada setiap tahap tersebut gaya kepemimpin wirausaha dan keterampilan yang diperlukan
cenderung berubah.
Menurut Lambing ada dua keterampilan yang diperlukan oleh pemilik perusahaan
dalam rangka pengembangan perusahaan, yaitu:
1. Manajemen personal, 2.
2. manajemen keuangan.

6
Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, perhatian utama
yang harus ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih keunggulan daya saing
(competitive advantage) melalui pengembangan kapabilitas khusus (kewirausahaan),
sehingga perusahaan kecil tidak lagi mengandalkan strategi kekuatan pasar (market
power) melalui monopoli dan fasilitas pemerintah.
Dalam strategi tersebut, perusahaan kecil harus mengarah pada keterampilan khusus
secara internal yang bisa menghasilkan core product yang unggul untuk memperbesar
manufacturing share. Strategi ini lebih murah dan ampuh dalam memberdayakan usaha
kecil, karena perusahaan kecil bisa memanfaatkan sumber daya lokalnya.
Batasan tentang usaha kecil belum ditemui kesepakatan para ahli. Usaha kecil
didefinisikan dengan cara yang berbeda tergantung pada kepentingan organisasi.
Dilihat dari perangkat manajemennya, Lambing mengemukakan bahwa kontrol atau
pengawasan pada usaha kecil biasannya informal. Apabila hanya ada beberapa
karyawan, maka deskripsi pekerjaan dan segala aturan secara tidak tertulis sebab
wirausaha mudah menguasai segala aspek usahanya. Kebanyakan orang yang ingin
membuka usaha selalu menjadikan masalah modal sebagai kendala. Modal dijadikan
“pembuka” untuk masuk ke dunia usaha. Ternyata masalah modal bukan lah masalah
utama ketika usaha baru dimulai. Para pengusaha atau wirausahawan yang sukses, dari
pengalaman mereka membuktikan bahwa masalah modal bukanlah masalah urgen
ketika membuka usaha. Masalah penting adalah keberanian dan mental wirausaha
serta berani mengambil resiko. Banyak bukti tentang hal ini, pengusaha-pengusaha
sukses dan ulet itu selalu berangkat dengan keberanian dan modal seadanya. Dari
pengalaman pengusaha-pengusaha sukses, terdapat 12 resep yang dapat dipakai ketika
awal mendayung “biduk” bisnis mereka:
a. Melayani kebutuhan
Dalam membuka usaha, melayani kebutuhan konsumen merupakan hal penting
dan suatu keniscayaan. Dalam logika ekonomi, jika ada permintaan maka akan ada
penawaran. Untuk itu yang perlu dilakukan adalah menjejaki apa kebutuhan riil
konsumen.

Untuk mengetahui kebutuhan riil konsumen cara yang dapat ditempuh adalah
dengan mengamati langsung dan berani banayak bertanya. Contoh, Anda melihat
sebuah perempatan jalan yang strategis. Dari informasi yang diperoleh melalui
bertanya ke beberapa pihak di sekitar perempatan ditemui bahwa sangat sulit untuk
mencari telpon atau wartel. Kalaupun ada, itupun jauh dan tidak bersih dan kurang
nyaman. Dengan cara ini, kita telah berhasil menyelami kebutuhan riil konsumen.

b. Menjual enceran
Cara ini adalah cara yang sangat tradisional. Kita dapat mengawali usaha dengan
mendatangi pusat-pusat grosir yang berskala besar. Dan juga mendatangi tempat-

7
tempat perdagangan yang menjual barang dengan harga yang relatif murah atau miring.
Lalu barang-barang tersebut dijual dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
Dalam bahasa yang sangat sederhana dapat diungkapkan, bahwa dalam memulai
usaha, kita harus tahu tempat membeli yang murah dan tempat menjual yang mahal.

c. Menjual penemuan
Usaha-usaha baru kebanyakan dimulai dari penemuan jenis produk baru. Setiap
produk baru ditemukan, setelah dipatenkan kemudian dapat dijual ke pasar. Penemuan-
penemuan baru yang memiliki kekhasan (unik) biasanya sangat mudah menembus pasar.
Untuk menjadikan produk baru “digemari” pasar maka kita perlu
mempopulerkannya ( membuat lebih dikenal masyaralat secara luas). Seperti bisnis
khasiat buah mengkudu. Awalnya orang tidak mengenal dan memahami khasiat yang
dimiliki mengkudu. Hal ini karena sebelumnya, mengkudu belum populer dan familiar.
Masyarakat jadi bisa memahami dan mengenal secara baik khasiat mengkudu setelah
populer dan dikenal secara luas di masyarakat.

d. Duplikasi usaha
Jika kita kurang memiliki inovasi atau kreasi bukan berarti usaha baru tak bisa
dirintis dan dibuka. Ide dalam membuka usaha baru tidak lah mesti new dan otentik.
Kita dapat mengamati usaha-usaha yang telah lebih dahulu muncul di sekitar
lingkungan. Lalu “ dikopi” usaha tersebut dengan membuka usaha baru. Contoh, di
depan sekolah A telah dahulu ada usaha foto copy. Maka kita dapat membuka usaha
foto copy baru sebagai “tandingan” usaha lama. Akan lebih baik, jika kita mampu
sedikit. mengembangkan usaha tersebut dengan menambah jasa lain selain foto kopi ,
seperti, penyewaan bahan bacaan dan penjual koran.

e. Jual keterampilan
Untuk membuka usaha baru, kejelian mengamati potensi teman dan kolega sekitar
kita merupakan modal. Banyak orang yang memiliki potensi dan bakat jika dikelola
dengan baik akan menjadi lapangan bisnis yang dapat mendulang keuntungan besar.
Dengan demikian, modal tidaklah selalu bentuk materi. Kepiawaian kita dalam
membaca potensi teman bisa menjadi modal usaha yang dapat mendatangkan
keuntungan yang menjanjikan.

f. Usaha pelatihan
Membuka usaha dengan cara usaha pelatihan merupakan kelanjutan dari
menjual keterampilan. Jika Anda memiliki kemampuan dalam mengelola orang-orang
yang memiliki potensi dan keterampilan tertentu maka ini merupakan “mata air” yang
dapat mengalirkan keuntungan ke kocek Anda. Orang yang memiliki keterampilan
tersebut diwadahi dengan baik dan dijadikan “bengkel” usaha sesuai dengan

8
keterampilan yang dimiliki. Contoh, usaha bimbingan tes, Primagama, yang dirajai
oleh Purdi E Candra. Purdi E Candra mengumpulkan para koleganya yang
menguasai bidang studi tertentu untuk memecahkan soal-soal. Dari disinilah
kemudian lembaga ini berkembang pesat yang pada awalnya hanya diminati 7 murid.

g. Usaha keagenan
Membuka keagenan artiya adalah membuka jasa biro yang memberikan layanan
tertentu dan spesifik, seperti model agency. Contoh usaha ini adalah Indo.com di Bali
yang dikomandoi oleh Eka Ginting merupakan perusahaan travel online itu
memasarkan jasa pelayanan pemesan kamar hotel kepada para wisatawan asing melalui
website mereka.

h. Barang koleksi
Kegemaran untuk mengkoleksi barang-barang langka merupakan lahan bisnis.
Karena barang-barang langka dan kuno tersebut merupakan barang yang memiliki
nilai tinggi. Barang yang memiliki nilai itu, di pasar akan memiliki harga yang tinggi.

Diceritakan bahwa, sesorang pengemar dan kolektor barang-barang kuno setiap hari
membaca koran khususnya pada kolom yang memuat duka (meninggal dunia). Lalu
kemudian, ia mendatangi keluarga yang ditinggalkan untuk mencari barang-barang
peninggalan yang oleh keluarga yang diwarisi sering dianggap tidak dibutuhkan lagi
atau membelinya dengan harga murah dan tak jarang didapat secara gratis. Kemudian
kolektor ini menjualnya dengan harga yang tinggi

i. Buka kantor konsultan


Jenis usaha ini dapat dibuka oleh orang-orang yang telah berhenti bekerja dari
perusahaan-perusahan besar atau para birokrat yang telah pensiun. Mereka tentunya
memiliki pengalaman yang banyak sesuai dengan dunia kerja masing-masing.
Pengalaman dari bekerja puluhan tahun tersebut dapat disebarkan ke orang lain dengan
melalui wadah dengan membuka jasa konsultasi. Namun sayangnya potensi ini belum
digarap dengan baik dan jitu.

j. Beli waralaba
Bagi wirausaha yang memiliki modal lumayan besar , namun mau sibuk dengan
ikut memikirkan usaha yang sama sekali baru, membuka usaha baru dapat dilakukan
dengan membeli waralaba. Dalam membeli waralaba ini dapat dituntut kejelian dalam
membaca pasar dan produk yang diminati konsumen. Waralaba yang beli dapat
berskala nasional maupun internasional. Contoh usaha waralaba ini adalah
BalonUdara, Wong Solo, Ayam Goreng, Es teller 77 dan lainnya.

9
k. Membeli usaha sakarat
Usaha yang sakarat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya, dililit hutang,
manajemen yang amburadul, dan kurangnya modal. Biasanya usaha yang sakarat
tersebut dijual murah oleh pemiliknya. Bagi orang yang ingin membuka usaha,
perusahaan yang sakarat tersebut dapat dijadikan lahan memulai usaha baru dengan
membeli usaha tersebut.
Hal yang penting dan mesti dilakukan adalah mempelajari penyebab usaha sakarat
dan kemudian membangun kembali usaha itu kreativitas dan semangat kerja yang
luar biasa. Beberapa strategi baru harus dilakukan karena tantangan bisnis semakin
berat dan kompleks.
l. Usaha bersama
Jika kita memiliki kemauan dan semangat tapi miskin pengalaman bukan
menjadi penghalang untuk membuka bisnis atau usaha baru. Kita dapat mengandeng
kolega untuk membuka usaha bersama. Suatu usaha akan lebih bagus jika dikelola
secara bersamasama. Dengan bersama-sama dalam mengelola usaha maka sharing ide
dan pengalaman akan terjadi dan usaha akan berjalan dengan baik.

2.3 Peluang Bisnis

Melihat, mencari dan bertindak terhadap peluang usaha yang tersedia adalah
Peluang bisnis dan dapat dijelaskan sebagai suatu ide yang menarik atau usulan bisnis
yang memberi kemungkinan untuk memberikan hasil bagi investor atau seseorang yang
mengambil resiko. Peluang seperti itu diwakili oleh persyaratan

Peluang Bisnis dapat dijelaskan sebagai ide investasi atau usulan usaha yang
menarik yang memberi kemungkinan untuk memberikan hasil atau keuntungan bagi
seseorang yang memiliki resiko. Peluang seperti itu digambarkan oleh persyaratan dan
mengarah ke penyedian suatu usaha produk atau usaha jasa yang dibuat atau ditambahkan
nilainya untuk keperluan pembeli atau pengguna akhir.

Suatu ide yang bagus belum tentu merupakan peluang usaha atau bisnis yang
baik. Sebagai contoh, Anda menciptakan suatu produk yang bagus dari segi teknis namun
pasar belum siap untuk produk itu. Atau ide itu tidak masuk akal, tetapi tingkat
persaingan dan sumber daya yang dibutuhkan sedemikian rupa sehingga tidak layak
untuk dilanjutkan. Kadang-kadang bahkan ada pasar yang siap untuk ide itu, tetapi
pengembalian investasi tidak dapat diterima. Untuk lebih lanjut, pertimbangkan fakta
bahwa lebih dari 80 % semua produk baru gagal. Memang, bagi para investor atau
penanam modal, ide itu kelihatan bagus, namun jelas tidak tahan uji terhadap pasar. Jadi,
apa yang mengubah suatu ide menjadi peluang usaha? jawaban sederhana adalah bila
pendapatan melebih biaya disebut laba.

10
Karakter Dari Suatu Peluang Usaha Yang Bagus

Suatu peluang usaha harus memenuhi, atau mampu memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut :

a. Permintaan yang nyata, yaitu : merespon kebutuhan yang tidak dipenuhi


atau mensyaratkan pelanggan yang mempunyai kemampuan untuk
membeli dan bisa memilih
b. Pengembalian investasi (return on investment) yaitu memberikan hasil
dalam jangka waktu cepat, lama dan tepat waktu
c. Kompetitif yaitu dapat mengimbangi/lebih baik, atau sama dari sudut
pandang pelanggan dibandingkan dengan produk atau jasa yang tersedia d.
Mencapai tujuan yaitu memenuhi tujuan dan aspirasi dari orang atau
organisasi yang mengambil resiko
d. Ketersediaan sumberdaya dan keterampilan, yaitu terjangkau oleh
penguasa dari segi sumberdaya, kompetensi, persyaratan hukum

Mengidentifikasi dan Menilai peluang usaha

Ide dan Peluang harus disaring dan dinilai untuk kelayakannya setelah ide dan
peluang diidentifikasi atau dihasilkan. Ini bukan tugas yang mudah dan juga sangat
penting. Hal ini dapat membedakan antara berhasil dan gagal, antara membuat kaya atau
melenyapkan apapun yang anda miliki.

Mengidentifikasi dan menilai peluang usaha pada intinya menentukan resiko dan
hasil/imbalan yang menggambarkan beberap faktor seperti di bawah ini:

a. Kondisi industri dan pasar


b. Lamanya masa peluang produk
c. Tujuan pengusaha dan kompetensi yang dimiliki pengusaha
d. Pengelola tim
e. Persaingan
f. Modal, Teknologi dan Sumberdaya
g. Kondisi Lingkungan (politik, ekonomi, hokum, kebijakan pemerintah

2.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Bisnis Faktor

Faktor Keberhasilan
1. Faktor Produksi Alam
Untuk menyelenggarakan suatu kegiatan usaha, pasti memerlukan faktor produksi
alam. Dalam hal ini misalnya tempat, tanah, sawah, ataupun bahan mentah, betapa
pun kecil dan bagaimana pun jenis usaha tersebut (Soebroto, 1979 : 7). Bahkan suatu
kegiatan usaha yang nampaknya tidak memerlukan tempat, misalnya usaha perantara,

11
makelar, bagaimanapun memerlukan tempat untuk bertemu dengan calon pembeli,
yang secara lebih luas pasti mempunyai areal atau daerah tertentu untuk
menyelenggarakan pemasaran dagangannya. Dalam kenyataannya, tidak semua
perusahaan dapat memperoleh dan memiliki fasilitas fisik yang sesuai dengan jenis
usahanya. Misalnya usaha dagang, ada yang memperoleh tempat yang strategis dan
ada yang terpencil. Pemilihan dan penentuan fasilitas fisik tersebut selalu
dihubungkan dengan biaya dan penghasilan, juga dilihat dari sudut proses produksi
dan pemasaran, sehingga secara keseluruhan memungkinkan tercapainya laba yang
tinggi atau layak. Dari laba itulah perusahaan dapat hidup berkembang dan
berkelanjutan. Untuk itulah, diperlukan perencanaan terhadap penentuan fasilitas fisik
perusahaan, yang meliputi: (1) lokasi perusahaan, tempat dimana perusahaan
melakukan kegiatan kerja, (2) bangunan: jenis dan model gedung yang dibutuhkan,
(3) tata letak fasilitas produksi: tata letak dan susunan mesin serta peralatan dalam
proses produksi, (4) lingkungan kerja: berbagai faktor lingkungan kerja yang cukup
mempengaruhi kenyamanan kerja (Marwan Asri, 1986 : 66).
Dari perincian di atas, kita dapat melihat bahwa perencanaan produksi, khususnya
perencanaan fasilitas fisik perusahaan, merupakan suatu proses integral, dimana
semua aspek produks harus dipertimbangkan secara masak. Dengan demikian, lokasi
tempat produksi tidak akan dibangun di sembarang tempat, namun perlu diletakkan
dan dibangun di wilayah yang relatif strategis. Tempat kegiatan usaha yang relatif
strategis cenderung mendukung lancarnya kegiatan pengusaha, sehingga akan
meminimumkan biaya-biaya dan sebaliknya memaksimalkan keuntungan. Pengertian
strategis di sini lebih ditinjau dari segi ekonomis. Memang sering juga terjadi bahwa
penentuan letak/lokasi kegiatan usaha bisa disebabkan oleh alasan historis. Alasan
historis lokasi sebuah perusahaan batik di Yogyakarta atau Surakarta (Solo) ataupun
kota lain umumnya karena alasan historis, yaitu memang sejak dahulu secara turun-
temurun nenek moyang membuat di daerah tersebut. Penentuan lokasi kegiatan usaha
itu pun dapat berdasarkan alam, misalnya keadaan tanah, ketinggian, pengairan, dan
lain sebagainya. Secara terperinci dapat disebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan lokasi perusahaan yang perlu dipertimbangkan adalah: (a)
letak sumber bahan mentah, (b) tenaga kerja, (c) pasar, (d) fasilitas transportasi, dan
(e) pembangkit tenaga. Kecali itu, sebenarnya juga masih ada faktor lain yang juga
bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan letak kegiatan usaha, antara
lain: kemungkinan areal tanah untuk pengembangan usaha, fasilitas air, sikap
masyarakat setempat, kemungkinan perluasan kota, serta keadaan tanah dan iklim
daerah setempat. Yang perlu diperhatikan yaitu bahwa setiap kegiatan usaha, lebih-
lebih jenis produksinya berbeda, maka faktor-faktor tersebut juga pengaruhnya
berbeda. Bagi satu perusahaan mungkin faktor utama yang mempengaruhi dapat
berbeda dengan perusahan yang lainnya.

12
2. Faktor Produksi Manusia (Tenaga Kerja)
Untuk melaksanakan suatu usaha, selalu dibutuhkan tenaga. Sesuai dengan
peningkatan kesibukan kerja suatu usaha, maka pengusaha memerlukan tambahan
tenaga orang lain, yaitu buruh, karyawan, dan untuk perusahaan besar masih
ditambah lagi dengan staf pemikir (Thomas Soebroto, 1979 : 16). Pegawai, karyawan,
buruh atau tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan
kegiatan usaha. Manpower management merupakan bagian tersendiri dan khusus dari
manajemen. Bagaimanapun majunya teknologi dewasa ini, namun faktor manusia
masih memegang peranan bagi suksesnya suatu usaha (Buchari Zainun, 1985 : 9).
Memang kita mengetahui, bahwa sudah banyak tenaga manusia yang dapat
digantikan oleh alat mekanis dan otomatis. Tetapi di dalam banyak hal, manusia
masih diperlukan, terutama di dalam hal-hal dimana alat perlengkapan mekanis itu
belum dapat dipergunakan. Kegiatan suatu usaha untuk mencapai suatu ttujuan, yang
kegiatannya dilakukan dengan bantuan tenaga orang lain. Demikian penting
kedudukan manusia dalam suatu usaha, sehingga sebagian besar waktu dan tenaga
pengusaha dalam menghadapi masalah adalah terutama dicurahkan kepada
masalahmasalah manusia, yaitu tenaga kerjanya. Dilihat secara praktis dan historis,
perkembangan manusia boleh dikatakan bahwa semenjak manusia membentuk suatu
usaha, bagaimanapun primitif bentuk usaha itu sudah diharapkan kepada manajemen
kepegawaian. Dari uraian di atas, bahwa pengolahan sumber daya alam tidak hanya
membutuhkan teknologi dan modal, tetapi sekaligus membutuhkan manusia yang
terampil, mempunyai kemampuan untuk mengatur dan memimpin (Widjaja, 1985 :
247). Apabila dikaitkan dengan tujuan usaha, dengan menerapkan prinsip ekonomi,
yaitu dengan pengorbanan tertentu diharapkan diperoleh hasil atau keuntungan yang
maksimum. Maka dari itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya tenaga
kerja yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, serta sikap mental positif terhadap
kegiatan pengembangan usaha. Dalam hal ini, pendidikan luar sekolah khusus
mempunya peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan tenaga
kerja dengan melalui pendidikan dan latihannya, baik yang diselenggarakan oleh
lembaga pemerintahan ataupun swasta.

3. Faktor Produksi Modal


Modal merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk perputaran
roda usaha. Sebagian dana atau modal tersebut dipergunakan perusahaan untuk
membeli barang-barang yang termasuk kelompok aktiva tetap. Aktiva tetap yang
dimaksud di sini adalah aktiva yang mengikat dan untuk jangka waktu yang panjang,
biasanya kurang lebih satu tahun, umpamanya mesin, peralatan, bangunan, alat-alat
pengangkutan dan tani. Semua perusahaan pasti punya salah satu atau beberapa aktiva
tetap di atas. Dana yang tertanam pada aktiva tetap disebut modal tetap perusahaan.
Besarnya modal tetap ini dapat berubah mengikuti keputusan manajemen untuk

13
membeli aktiva tetao baru atau menjual aktiva tetap lama. Tentu saja perubahan yang
dialami oleh modal tetap tidak sesering yang terjadi pada modal kerja. Modal kerja
mungkin berubah-ubah setiap hari, atau bahkan lebih cepat lagi. Sedangkan modal
tetap pada umumnya mengalami perubahan beberapa bulan atau tahun sekali saja.
Apabila modal tetap selalu sering berubah, justru akan menimbulkan masalah bagi
perusahaan, umpamanya bila mesin terlalu sering ditambah, mengakibatkan tata letak
peralatan sering berubah. Keadaan seperti ini akan mempengaruhi kelancaran proses
produksi (Marwan Asri, 1985 : 153). Untuk mengubah susunan maupun besarnya
modal tetap memang tidak semudah mengubah susunan dan besarnya modal kerja.
Menjual aktiva tetap yang tidak dipakai misalnya, mungkin memakan waktu
berbulan-bulan sebelum ada pembeli yang bersedia menampung barang tersebut.
Sebaliknya di dalam membeli aktiva tetap tersebut siap untuk dipergunakan,
pembayarannya pun tidak sekaligus atau tunai, mungkin beberapa kali, sesuai dengan
perjanjian atau kemampuan perusahaan. Akibat lamanya menunggu perubahan
susunan maupun modal tetap cenderung berjalan lambat.
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan, khususnya
perusahaan kecil, adalah kekurangan modal, terutama kaitannya dengna modal kerja
usaha. Yang dimaksud dengan modal kerja usaha di sini adalah uang dan barang yang
digunakan langsung dalam kegiatan usaha. Berangkat dari keterbatasan itu, maka
dalam pengelolaan modal kerja usaha terkandung tugas ekonomi pokok, yaitu harus
dapat memanfaatkan barang tersebut dengan baik, dalam arti: (1) menggunakannya
seefisien mungkin, yaitu menggunakan/mengeluarkan dengan cara tepat sepanjang
perlu, sesuai dengan urutan priotitas untuk memperoleh barang atau kebutuhan lain
yang paling bermanfaat; (2) berusaha memperoleh tambahan modal kerja dari sumber
lain secara tepat (Soebroto, 1979 : 73).

4. Faktor Produksi Manajemen (Keahlian Pengolahan)


Apabila dilihat di antara sekelilingnya, suatu usaha merupakan kesatuan yang
rumit dan mandiri. Kesatuan atau lembaga tersebut mempunyai sasaran tertentu yang
ingin dicapai pemiliknya. Dengan demikian, suatu usaha adalah jugamerupakan
lembaga/badan administrasi, yang di dalamnya mengandung kegiatan manajemen
atau tata laksana. Yang dimaksud dengan manajemen di sini adalah kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengkoordinasikan, dan
mengawasi keseluruhan faktor usaha yang tersedia dan diperlukan, yaitu sarana dan
manusia, teristimewa manusianya, untuk mencapai suatu sasaran yang telah
ditetapkan. Pelaksana manajemen ini disebut manajer. Untuk mendukung tugas
sebagai manajer, seorang penusaha/pengelola kegiatan usaha harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Memiliki moral yang tinggi Apabila diuraikan secara ringkas, manusia yang
bermoral tinggi itu setidaktidaknya memiliki/menjalankan enam sifat utama,

14
yaitu: 1) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Kemerdekaan batin, 3)
Keutamaan, 4) Kasih sayang terhadap sesama manusia, 5) Loyalitas hukum,
dan 6) Keadilan
b. Memiliki sikap mental wiraswasta Apabila diuraikan secara ringkas, bahwa
manusia yang bersikap mental wiraswasta setidak-tidaknya memiliki enam
kekuatan mental yang membangun kepribadian yang kuat:
1) Berkemauan keras
2) Berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi; untuk ini diperlukan (a)
pengenalan diri, (b) kepercayaan pada diri sendiri, (c) pemahaman tujuan
dan kebutuhan
3) Kejujuran tanggung jawab, yang mencakup: (a) moral yang tinggi, (b)
disiplin diri
4) Ketahanan fisik dan mental, yang meliputi: (a) kesehatan jasmani dan
rohani, (b) kesabaran, dan (c) ketabahan
5) Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras
6) Pemikiran yang konstruktif dan kreatif
c. Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan Apabila diuraikan secara ringkas,
maka manusia wiraswasta setidak-tidaknya harus memiliki empat hal, agar
dirinya peka/sensitif terhadap lingkungan bagi kehidupan:
1) Pengenalan terhadap arti lingkungan;
2) Rasa syukur atas segala yang diperoleh dan dimiliki;
3) Keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan
sumbersumber ekonomi lingkungan setempat;
4) Kepandaian untuk menghargai dan memanfaatkan waktu secara efektif.
d. Memiliki keterampilan wiraswasta, yang mencakup:
1) Keterampilan berpikir kreatif
2) Keterampilan dalam pembuatan keputusan
3) Keterampilan dalam kepemimpinan
4) Keterampilan manajerial
5) Keterampilan dalam bergaul antarmanusia (human relations) (Soemanto,
1984)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor inilah yang


paling menonjol dalam hubungannya dengan usaha.

5. Faktor Produksi Lingkungan


Perlu untuk dipahami bahwa perusahaan sebagai suatu sistem, berarti selain
memiliki sub-sub sistem (bagian-bagian), juga menghadapi lingkungan atau sering
disebut supra system. Lingkungan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu lingkungan umum (general environment) dan lingkungan khusus (specific
environment). Yang dimaksud dengan lingkungan umum adalah lingkungan

15
perusahan yang secara tidak langsung mempengaruhi proses perkembangan
perusahaan dalam pencapaian tujuan. Faktor lingkungan umum yang mempengaruhi
perusahaan itu terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial kebudayaan, pendidikan,
teknologi, dan hukum. Lingkungan umum tersebut sering dikenal dengan akronim
“IPOLEKSOSBUDKAM”, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
keamanan. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan khusus adalah lingkungan
perusahaan yang secara langsung mempengaruhi proses perkembangan perusahaan
dalam mencapai tujuan. Faktor lingkungan khusus ini terdiri dari: (a) lingkungan
pelanggan, (b) lingkungan penyedia, (c) lingkungan pesaing, (d) lingkungan
teknologi, dan (e) lingkungan sosio-politik. Kedua lingkungan tersebut di atas, baik
lingkungan umum maupun lingkungan khusus, mempunyai sifat yang berubah-ubah
sesuai dengan jenis perusahaan dan perkembangan waktu. Demikian juga kadar
pengaruhnya dapat berbeda-beda bagi perusahaan yang satu dengan yang lainnya.
Akan tetapi secara keseluruhan, faktor-faktor tersebut sangat menentukan mati-
hidupnya perusahaan. Untuk itu, pengusaha harus tajam dan jauh ke depan
memandang dan menghadapi lingkungan khusus, agar perusahaan dapat berkembang.
Dalam setiap pengambilan keputusan, pengusaha akan selalu berhadapan dengan
lingkungan, di mana salah satu karakteristiknya yang paling menyulitkan dalam
proses pengambilan keputusan adalah ketidakpastian. Ini adalah salah satu sifat
dimana pengusaha tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang. Pada umumnya reaksi pengusaha dalam menghadapi lingkungan
yang penuh ketidakpastian, kompleks, dinamis, suasana persaingan, dan adanya
keterbatasan, adalah dalam bentuk kebingungan dan kecemasan (Mangkusubroto,
1983 : 14-15). Dalam menghadapai keadaan yang penuh ketidakpastian, pengusaha
perlu memiliki kepekekaan dan wawasan yang luas, untuk mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi, dalam kaitannya dengan kegiatan usahanya.

Faktor Kegagalan

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan,


diantaranya adalah faktor ekonomi, kesalahan manajemen, dan bencana alam. Perusahaan
yang mengalami kegagalan dalam operasinya akan berdampak pada kesulitan keuangan
perusahaan (Sudana, 2011). Zimmerer mengemukakan ada beberapa faktor penyebab
kegagalan dalam menjalankan usaha, yaitu :

1. Ketidakmampuan Manajemen; Dalam bisnis kecil, kurangnya pengalaman


manajemen atau lemahnya kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah
utama dari kegagalan usaha. Pemilik usaha kurang memiliki kemampuan
kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan agar bisnis bisa berjalan.
2. Kurang Pengalaman; Manajer bisnis kecil perlu memiliki pengalaman dalam bidang
usaha yang akan dimasukinya. Idealnya, calon wirausahawan harus memilki
keterampilan teknis yang memadai (pengalaman kerja mengenai konsep
16
pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan konsep yang mencukupi), kemampuan
mengkoordinasi berbagai kegiatan bisnis, serta keterampilan untuk mengelola orang-
orang dalam organisasi serta memotivasi mereka untuk meningkatkan kinerja.
3. Lemahnya Kendali Keuangan; Kunci dari keberhasilan bisnis adalah adanya
kendali keuangan yang baik. Sementara itu, perusahaan kecil seringkali melakukan
dua kesalahan keuangan, yakni kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakan
kredit terhadap pelanggan.
4. Gagal Mengembangkan Perencanaan yang Strategis; Tanpa memiliki suatu
strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang
berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.
5. Pertumbuhan Tidak Terkendali; Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah,
sehat, dan didambakan oleh semua perusahaan. Namun demikian, pertumbuhan
haruslah terencana dan terkendali. Hal itu dikarenakan cenderung meningkatnya
berbagai masalah dengan berkembangnya perusahaan sehingga manajer harus belajar
menangani masalah-masalah tersebut.
6. Lokasi yang Buruk; Pemilihan lokasi yang tepat harus dipilih berdasarkan
penelitian, pengamatan, dan perencanaan. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan
besarnya biaya sewa yang harus dibayar. Beberapa pemilik bisnis seringkali memilih
lokasi hanya dikarenakan adanya tempat yang kosong.
7. Pengendalian Persediaan yang Kurang Baik; Pada umunya, investasi terbesar yang
harus dilakukan oleh manajer bisnis kecil adalah salah satu tanggung jawab
menajerial yang penting. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi akan
mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok sehingga pelanggan merasa kecewa
dan pergi.
8. Ketidakmampuan Membuat Transisi Usaha; Setelah berdiri dan berkembang,
biasanya diperlukan adanya perubahan gaya manajemen yang secara drastis berbeda
(Zimmerer, 2009).

Faktor lain yang menjadi penyebab kegagalan usaha adalah :

1. Tidak Memiliki Visi; Usaha yang dijalankan tanpa tujuan merupakan penyebab terbesar
kegagalan. Oleh karenanya, menentukan suatu tujuan, baik untuk jangka panjang,
menengah, atau pendek, adalah hal yang sangat penting dilakukan. Terlebih jika dalam
menjalankan usaha, kita bekerjasama dengan satu atau beberapa rekan usaha.
Menyamakan visi diawal usaha adalah suatu keharusan.
2. Lemahnya Perencanaan; Yang penting jalan dulu deh! Tapi, mau lewat mana? Pake
apa? Perlu uang berapa? Disinilah pentingnya peran perencanaan. Perencanaan tidak
harus rumit, tidak perlu seperti rencana perusahaan besar. Yang terpenting, bisa dijadikan
pedoman untuk mencapai target. Ingat, jika gagal membuat rencana, sebenarnya kita
sedang merencanakan sebuah kegagalan.

17
3. Terlalu Percaya Diri; Tidak semua ide besar akan booming di pasar. Sebelum
ditawarkan ke konsumen, akan lebih „aman‟ jika ide itu diuji dulu kelayakannya melalui
sebuah riset atau cukup melakukan jajak pendapat sederhana kepada teman, keluarga,
atau tetangga. Biarkan mereka menjawab dengan jujur dan menilai ide yang kita miliki.
4. Miskin Komitmen; Ide yang bernilai milyaran akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi
dengan komitmen yang kuat. Banyak wirausaha yang sudah memulai usaha namun tidak
memiliki waktu untuk mengelola perusahaan. Imbasnya, usaha mengalami stagnan, sulit
berkembang dan akhirnya gagal. Hati-hati juga dengan keberhasilan. Seringkali
keberhasilan membuat kita hanyut dalam euforia hingga melupakan komitmen.
5. Keterbatasan Dana; Salah satu penyebab kegagalan ditahun-tahun awal usaha adalah
minimnya dana operasional. Seorang pemilik perusahaan, walaupun kecil, harusnya bisa
menghitung berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk memutar roda usaha selama
belum menghasilkan. Siasati kondisi ini dengan struktur manajemen yang ramping,
mengurangi pemborosan, meningkatkan efisiensi finansial yang berorientasi mendorong
keuntungan.
6. Minimnya Kemampuan Manajerial; Banyak cerita kegagalan yang berakar dari
minimnya pengalaman dan keterampilan manajerial seperti tidak mampu membuat
perencanaan, salah mengelola keuangan, kurang jeli melihat pergerakan pasar, atau gagal
memotivasi karyawan. Untuk mengejar ketinggalan ini, tak ada salahnya mengais ilmu
dari berbagai seminar dan pelatihan manajemen. Bertukar pikiran dengan teman yang
lebih dulu terjun ke dunia usaha juga dapat dilakukan untuk mendongkrak kemampuan
majerial (Ciputra, 2013).

18
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Suatu ide usaha/bisnis yang bagus adalah penting, atau bahkan merupakan persyaratan
untuk usaha yang sukses. Namun demikian ide bisnis yang bagus biasanya tidak langsung datang
kepada pengusaha, tetapi merupakan hasil dari kerja keras dan upaya dari pengusaha untuk
membangkitkan, mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang. Ide usaha (bisnis) adalah respon
seseorang, banyak orang, atau suatu organisasi untuk memecahkan masalah yang teridentifikasi
atau untuk memenuhi kebutuhan di suatu lingkungan (pasar, masyarakat). Mencari sebuah ide
bisnis yang bagus adalah langkah awal untuk mengubah keinginan dan kreatifitas pengusaha
menjdi peluang usaha/bisnis.

Ada dua hal penting yang harus dicatat dalam suatu ide bisnis bagus tersebut:

c. Ide bisnis hanyalah suatu alat


d. Suatu ide dapat diubah menjadi peluang bisnis yang menguntungkan

Dengan kata lain, tanpa mengurangi arti pentingnya, sebuah ide hanyalah alat yang harus
dikembangkan, dan diubah menjadi peluang usaha/bisnis yang menguntungkan. faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah faktor produksi manajemen (pengelolaan), dalam
hal ini adalah manusianya. Seseorang yang mempunyai persyaratan atau kepribadian yang
mantap dalam usaha, akan pandai mencari dan menggunakan tambahan modal untuk perluasan
dan pengembangan usaha. Minat berusaha itu terwujud sebagai hasil pengambilan keputusan dan
percaya diri sendiri yang dapat diandalkan, dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin
terjadi. Penerapan sikap-sikap demikianlah yang terserat dalam pengertian
kewirausahaan/kewiraswastaan. Dengan adanya faktor manusia yang memadai, maka
kelengkapan untuk faktor-faktor lainnya seperti modal, tenaga, lingkungan, dan alam, dapat
diusahakan dengan cara melakukan pengelolaan dengan baik. Untuk meningkatkan kemampuan
berusaha dan juga bagi tenaga kerja, dapat ditempuh dengan melalui pendidikan dan latihan,
khususnya pendidikan luar persekolahan.

3.2 Saran

Makalah ini dibuat dengan segala kemampuan kami. Apabila ada kesalahan kami, kami
mohon maaf. Saran dan kritik kami terima demi kebaikan penulisan makalah kami di kemudian
hari. Terimakasih kepada pembaca yang menyempatkan diri membaca makalah ini. Kami
ucapkan terimakasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asyari, Harfandi. 2014. KEWIRAUSAHAAN (Membangun Jiwa Entrepreneurship Dengan


Pendekatan Ajaran Islam). STAIN PRESS.

Firmansyah, Anang., Roosmawarni, Anita. 2019. KEWIRAUSAHAAN (Dasar dan Konsep).


Qiara media.

Jannah, Mukhlishotul. 2015. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN


USAHA. Jurnal Islamiconomic .Vol.6 No.1. 25-42

20

Anda mungkin juga menyukai