Disusun Oleh:
Kelompok IV
1. Exo Christie
2. I Putu Vebly Argiantara
3. Intan Permatasari Puageno
4. Nensy Rahmawati Sukari
5. Ni Luh Putu Damayanti
6. Noni Kartin Kurenteng
7. Novalia Dewanty Maitimu
8. Novia Angelina Kaope
9. Rio Andeska
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi/tanya jawab
F. Media Penyuluhan
Leaflet, dengan sumber:
Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia.
Kursus pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Neville, Hacker. (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2. Jakarta:
Hipokrates
Rahayu, Dedeh Sri. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika
Rasjidi, Imam. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:
EGC
Sarwono. (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
G. Evaluasi
1. Struktur
a. Peserta hadir dalam penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan berada di Puskesmas Ibrahim Adjie
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Hasil
Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan dari penyuluh, dengan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa pengertian Rokok
b. Sebutkan zat-zat yang terkandung pada Rokok
c. Sebutkan bahaya merokok
d. Apa pengertian Kanker Serviks
e. Sebutkan hubungan antara bahaya merokok terhadap Kanker Serviks
f. Sebutkan penyebab Kanker Serviks
g. Sebutkan tanda dan gejala dari penyakit Kanker Serviks
MATERI PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KANKER
SERVIKS
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah suatu bahan yang banyak dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat yang merupakan salah satu produk industri dari komuditi
internasional yang mengandung bahan kimia.
Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu system
dopaminergik. Hasilnya dijalur adrenergic, zatini akan mengaktifkan system
adrenergic pada bagian otak lokusseruleus yang mengeluarkan serotonin.
Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus
keinginan mecari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit
untuk meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan padanikotin. Ketika ia
berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehakan berkurang, dan rasa ingin
marah pun akan muncul.
Efek dari rokok atau tembakau member stimulasi depresi ringan, gangguan
daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.
Jika di bandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya,
maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dinggap gawat.
6. Penyebab
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi
genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat
tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan
bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel
abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan
sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh
(metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah
infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks
berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe
resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi
menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah
pada kanker mulut rahim (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker leher rahim:
a. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
b. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yang
suka berganti-ganti pasangan
c. Merokok. Dari berbagai penelitian di negara-negara maju telah di temukan
bahan konstituen rokok di dalam sel-sel epitel leher rahim.
d. Faktor genetik (faktor keturunan). Faktor ini sangat memegang peranan
seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau tidak. Jika ibu Anda atau
saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker leher rahim,
maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita penyakit yang
sama.
e. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker
karena kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker
serviks. Namun, jika seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya
menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk
berkembangnya kanker serviks semakin besar.
f. Pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
g. Diet tinggi lemak
h. Kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
i. Kebersihan diri sendiri yang kurang
j. Grande multi para
9. Diagnosis
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil
pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan
diagnosis, dokter dapat melakukan:
a. Memeriksa serviks
Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat menggunakan
mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel abnormal. Jika
terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisis (biopsy).
b. Mengambil sample sel serviks
Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample dari sel abnormal dari
serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter
menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks.
Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area
yang abnormal.
10. Stadium
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani
pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan
sampai dimana penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium
kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk
menentukan stadium dapat berupa:
a. Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography
(CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker
telah menyebar disekitar serviks.
b. Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt
menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung
(cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
a. Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive,
kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
b. Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
c. Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun
belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
d. Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus
ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
e. Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat,
seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain
didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.
11. Penatalaksanaan
a. Kanker Noninvasive (Terbatas)
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari
serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan
wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk
membuang kanker noninvasif termasuk:
1) Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk
mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana kelainan
ditemukan.
2) Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada
cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
3) Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini
menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang
memotong seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.
4) Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel
kanker dan prekanker.
5) Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari
area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy
biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal
noninvasif.
b. Kanker Invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada
serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk
penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor,
termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan
pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri dari:
1) Operasi
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan
membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya
pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3
milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang
serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut –
merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm
kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding
pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan
mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien
tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy
termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi
2) Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel
kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally
(brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif
yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan
operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker
serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik.
Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat
digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan
tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih
hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri
lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina,
dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita
premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3) Kemoterapi
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien
dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor
rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan
bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang
paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling
konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin
agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus,
dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial.
Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah
memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun,
efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya
yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks
termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate,
vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl
melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker
serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering
digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate,
cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute
Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan
kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun
secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok.
Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause
dini pada wanita premenopause.
4) Kemoradiasi
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan
harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada
penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi
berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua
modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2
modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan
radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama
2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B
sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan
lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
12. Pencegahan
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari
infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang
terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap
melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV. Sebagai
tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks
yaitu: