Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS MOCH. RAMDHAN

Disusun Oleh:
Kelompok IV
1. Exo Christie
2. I Putu Vebly Argiantara
3. Intan Permatasari Puageno
4. Nensy Rahmawati Sukari
5. Ni Luh Putu Damayanti
6. Noni Kartin Kurenteng
7. Novalia Dewanty Maitimu
8. Novia Angelina Kaope
9. Rio Andeska

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
IMMANUEL BANDUNG
2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/tanggal : Sabtu/20 Juni 2015


Waktu : 08.00 WIB - 08.30 WIB (30 menit)
Judul/Topik : Bahaya merokok terhadap Kanker Serviks
Sasaran : Semua pengunjung di Puskesmas Moch. Ramdhan
Sasaran Utama : Pasien atau perempuan dengan risiko tinggi Kanker
Serviks yang berobat ke Puskesmas Moch. Ramdhan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan pengunjung yang
datang di Puskesmas Moch. Ramdhan dapat mengetahui tentang Bahaya Merokok
terhadap Kanker Serviks.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, pengunjung yang datang di
Puskesmas Moch. Ramdhan dapat:
1. Mengetahui pengertian Rokok
2. Mengetahui zat-zat yang terkandung pada Rokok
3. Mengetahui bahaya merokok
4. Hubungan antara bahaya merokok terhadap Kanker Serviks
5. Mengetahui pengertian dari Kanker Serviks
6. Mengetahui penyebab dari Kanker Serviks
7. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Kanker Serviks
8. Mengetahui pencegahan penyakit Kanker Serviks
C. Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian Rokok
b. Zat-zat yang terkandung pada Rokok
c. Bahaya merokok
d. Pengertian Kanker Serviks
e. Hubungan antara bahaya merokok terhadap Kanker Serviks
f. Penyebab Kanker Serviks
g. Tanda dan gejala dari penyakit Kanker Serviks
h. Pencegahan penyakit Kanker Serviks
D. Proses Pelaksanaan Penyuluhan
Tahapan Alokasi Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Penanggung
Waktu Jawab
Pembukaan 5 menit 1. Memberi salam Menjawab salam CI Klinik
dan memper-
kenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
penyuluhan dan
tema penyuluhan
Mendengarkan dan
3. Persepsi dengan
menjawab
menanyakan
mengenai Kanker
Serviks
Isi 15 menit 1. Menjelaskan Mendengarkan CI Klinik
Penyuluhan materi penyuluhan
mengenai
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala,
pemeriksaan atau
deteksi dini,
pengobatan, dan
pencegahan
2. Komunikator Mengajukan
meminta kom- Pertanyaan
unikan untuk
bertanya tentang
materi yang
disampaikan
Penutup 10 menit 1. Memberikan Menjawab CI Klinik
pertanyaan akhir
sebagai evaluasi
2. Menyimpulkan Mendengarkan
bersama-sama
hasil kegiatan
penyuluhan
3. Menutup Menjawab Salam
penyuluhan dan
mengucapkan
salam

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi/tanya jawab
F. Media Penyuluhan
Leaflet, dengan sumber:
Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia.
Kursus pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Neville, Hacker. (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2. Jakarta:
Hipokrates
Rahayu, Dedeh Sri. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika
Rasjidi, Imam. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:
EGC
Sarwono. (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
G. Evaluasi
1. Struktur
a. Peserta hadir dalam penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan berada di Puskesmas Ibrahim Adjie
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Hasil
Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan dari penyuluh, dengan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa pengertian Rokok
b. Sebutkan zat-zat yang terkandung pada Rokok
c. Sebutkan bahaya merokok
d. Apa pengertian Kanker Serviks
e. Sebutkan hubungan antara bahaya merokok terhadap Kanker Serviks
f. Sebutkan penyebab Kanker Serviks
g. Sebutkan tanda dan gejala dari penyakit Kanker Serviks
MATERI PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KANKER
SERVIKS

1. Pengertian Rokok
Rokok adalah suatu bahan yang banyak dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat yang merupakan salah satu produk industri dari komuditi
internasional yang mengandung bahan kimia.

2. Zat-zat yang terkandung pada Rokok


a. Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
b. Benzene juga dikenal sebagai bensol merupakan senyawa kimia organik
yang mudah terbakar dan cairan tidak berwarna.
c. Cadmium sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif yang
ditemukan baterai.
d. Metanol (alkohol kayu) adalah alkohol yang paling sederhana yang
juga dikenal sebagai metil alkohol.
e. Asetilena (bahan bakar yang digunakan dalam obor las) merupakan
senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna
yang paling sederhana.
f. Amonia ditemukan di mana-mana di lingkungan tetapi sangat beracun
dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
g. Formaldehida cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat.
h. Hidrogen sianida adalah racun yang digunakan sebagai fumigan untuk
membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik
dan pestisida.
i. Arsenik adalah bahan yang terdapat dalam racun tikus.
Sedangkan asap yang dihasilkan rokok mengandung tar.
j. Tar itu sendiri mengandung banyak bahan beracun ke dalam tubuh.
k. Karbon monoksida adalah bahan kimia beracun ditemukan dalam asap
buangan mobil. Hal inilah yang kemudian bisa menurunkan jumlah
oksigen dalam darah dan menghalangi semua kinerja organ pensuply
oksigen di dalam tubuh. Karena tubuh kurang oksigen membuat jantung
mengalami penebalan dan bekerja lebih keras memompa darah. Inilah
penyebab utama seorang perokok bisa mengalami serangan jantung
secara mendadak.

3. Dampak dan Bahaya Merokok


Kerugian yang di timbulkan dalam tingkah laku mereka yang terlalu banyak
mengkonsumsi rokok sangat banyak, dan terutama itu bagi kesehatan. Tapi
sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Jika
kita tahu, sebenarnya bahwa di dalam asap rokok itu terdapat 4000 zat kimia
berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikoton yang bersifat aditif
dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa
26 Maret 2002 : 19).

Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat


memicu terjadinya kanker. Selain itu konsumsi rokok juga dapat menyebabkan
terjadinya penyakit kardiovaskuler, paru-paru dan merupakan salah satu penyebab
dari penyakit hipertensi. Jika kita lihat seandainya hipertensi mengalami tingkatan
yang berat, maka juga dapat menimbulkan risiko terjadinya gangguan penglihatan,
penyakit jantung koroner, penyakit ginjal dan penebalan dinding pembuluh darah
yang nantinya dapat terjadi stroke.

Ternyata selain berpengaruh buruk terhadap perokok sendiri, seseorang


yang menghirup asap rokok di lingkungan justru mempunyai risiko yang lebih
besar untuk menderita sakit, seperti gangguan pernafasan, memperburuk asma dan
memperberat penyakit angina pectoris. Khususnya bagian ak dapat meningkatkan
risiko untuk mendapat serangan infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan
pada paru-paru di masa datang. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin
dan setelah di baker nikotin yang masuk kedalam sirkulasi darah hanya 25 persen.
Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktuhanya 15 detik untuk
sampai ke otak manusia.

Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan


suatu ketergantungan seseorang pada rokok seperti ketergantungan pada obat
tertentu. Apabila kebiasaan tersebut telah berlangsung lama, maka akan teramat
sulit untuk berhenti atau mengurangi jumlah konsumsi rokok yang dihisap setiap
hari. Dalam halini yang mempengaruhi terjadinya ketergantungan adalah salah
satu zat kimia dari rokok itu sendiri yaitu nikotin. Nikotin itu diterima oleh
reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan
jalur adrenergic.

Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu system
dopaminergik. Hasilnya dijalur adrenergic, zatini akan mengaktifkan system
adrenergic pada bagian otak lokusseruleus yang mengeluarkan serotonin.
Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus
keinginan mecari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit
untuk meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan padanikotin. Ketika ia
berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehakan berkurang, dan rasa ingin
marah pun akan muncul.

Efek dari rokok atau tembakau member stimulasi depresi ringan, gangguan
daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.
Jika di bandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya,
maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dinggap gawat.

4. Hubungan antara pengaruh merokok terhadap Kanker Serviks


Terdapat data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker serviks dan
hubungannya dengan kanker sel skuamosa pada serviks. Mekanisme kerjanya bisa
secara langsung melalui aktivitas mutasi mukus serviks (cairan pada permukaan
mulut rahim) pada perokok atau melalui efek imunosupresif (mengurangi daya
tahan tubuh) yang muncul dari kebiasaan merokok.

Tembakau pada rokok juga mengandung bahan-bahan karsinogenik


(penyebab kanker) baik yang dihisap sebagai rokok maupun sigaret yang
dikunyah. Asap rokok sendiri menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons
heterocyclic amine yang sangat karsinogen (penyebab kanker) dan mutagen
(penyebab mutasi).
Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada mukus
serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Bahan-
bahan tersebut juga terbukti dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks
sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks.

Wanita perokok mempunyai risiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks


dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Rokok mengandung nikotin dan atau
zat lainnya yang terdapat di dalam rokok. Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan
serviks dan menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker
serviks, di samping merupakan karsinogen infeksi virus. Rokok mengandung
tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.

5. Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang
mengenai organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu
infeksi menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus
kanker serviks.
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah kanker yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara uterus (rahim) dengan liang vagina.

6. Penyebab
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi
genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat
tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan
bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel
abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan
sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh
(metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah
infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks
berkaitan erat dengan infeksi HPV  ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe
resiko rendah  (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi
menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah
pada kanker mulut rahim (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker leher rahim:
a. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
b. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yang
suka berganti-ganti pasangan
c. Merokok. Dari berbagai penelitian di negara-negara maju telah di temukan
bahan konstituen rokok di dalam sel-sel epitel leher rahim.
d. Faktor genetik (faktor keturunan). Faktor ini sangat memegang peranan
seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau tidak. Jika ibu Anda atau
saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker leher rahim,
maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita penyakit yang
sama.
e. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker
karena kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker
serviks. Namun, jika seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya
menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk
berkembangnya kanker serviks semakin besar.
f. Pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
g. Diet tinggi lemak
h. Kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
i. Kebersihan diri sendiri yang kurang
j. Grande multi para

7. Gejala dan Tanda


Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun.  Kanker
serviks dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker
berkembang, semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala
tersebut dapat berupa:
a. Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua periode
menstruasi, atau setelah menopause.
b. Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki bau
yang busuk.
c. Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex

8. Skrining dan Diagnosis


Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium yang lebih awal,
penatalaksanaan sepertinya lebih berhasil. Skrining kanker serviks regular dan
perubahan prekanker pada serviks direkomendasikan untuk semua wanita.
Kebanyakan panduan menganjurkan skrining pertama dalam waktu 3 tahun
pertama setelah aktif secara seksual, atau tidak lebih dari umur 21. Skrining dapat
berupa:
a. Pap Test
Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks – leher sempit dari
uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada
tidaknya abnormalitas. Pemeriksaan Pap Test dapat mendeteksi sel abnormal pada
serviks. Stadium prekanker terjadi pada saat sel abnormal terdapat hanya pada
lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak
ditangani, sel abnormal ini dapat berubah menjadi sel kanker, dimana dapat
menyebar pada beberapa tempat sekitar serviks, vagina bagian atas, area pelvis,
dan bagian lain dari tubuh. Kanker atau prekanker yang ditemukan pada stadium
preinvasif jarang membahayakan nyawa dan biasanya hanya membutuhkan
pengobatan rawat jalan.
b. Tes HPV DNA
Terdapat juga pemeriksaan HPV DNA untuk menentukan apakah seseorang
terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV yang sepertinya paling mungkin
menyebabkan kanker serviks. Seperti pada Pap tes, tes HPV DNA mengambil
jaringan dari serviks untuk diperiksa di lab. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
strain resiko tinggi HPV pada DNA sel sebelum perubahan pada sel serviks dapat
terlihat. Pemeriksaan HPV DNA bukan merupakan pengganti skrining Pap dan
tidak digunakan untuk wanita lebih muda dari 20 tahun dengan hasil Pap yang
normal, kebanyakan infeksi HPV pada wanita pada kelompok ini sembuh sendiri
dan tidak dikaitkan dengan kanker serviks.

9. Diagnosis
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil
pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan
diagnosis, dokter dapat melakukan:
a. Memeriksa serviks
Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat menggunakan
mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel abnormal. Jika
terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisis (biopsy).
b. Mengambil sample sel serviks
Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample dari sel abnormal dari
serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter
menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks.
Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area
yang abnormal.

10. Stadium
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani
pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan
sampai dimana penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium
kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk
menentukan stadium dapat berupa:
a. Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography
(CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker
telah menyebar disekitar serviks.
b. Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt
menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung
(cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
a. Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive,
kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
b. Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
c. Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun
belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
d. Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus
ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
e. Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat,
seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain
didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

11. Penatalaksanaan
a. Kanker Noninvasive (Terbatas)
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari
serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan
wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk
membuang kanker noninvasif termasuk:
1) Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk
mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana kelainan
ditemukan.
2) Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada
cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
3) Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini
menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang
memotong seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.
4) Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel
kanker dan prekanker.
5) Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari
area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy
biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal
noninvasif.
b. Kanker Invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada
serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk
penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor,
termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan
pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri dari:
1) Operasi
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan
membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya
pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3
milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang
serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut –
merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm
kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding
pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan
mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien
tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy
termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi
2) Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel
kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally
(brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif
yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan
operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker
serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik.
Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat
digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan
tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih
hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri
lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina,
dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita
premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3) Kemoterapi
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien
dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor
rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan
bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang
paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling
konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin
agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus,
dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial.
Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah
memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun,
efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya
yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks
termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate,
vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl
melamine.  Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker
serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering
digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate,
cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute
Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan
kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun
secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok.
Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause
dini pada wanita premenopause.
4) Kemoradiasi
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan
harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada
penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi
berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua
modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2
modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan
radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama
2 tahun sebesar 43%     ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B
sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan
lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.

12. Pencegahan
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari
infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang
terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap
melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV. Sebagai
tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks
yaitu:

a. Menghindari hubungan sex pada umur muda.


b. Memiliki partner seks tunggal
c. Menghindari merokok
d. Vaksniasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan
perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national Advisory
Committee on Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada
wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13
hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling
efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan
selama tiga kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin
pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan keenam. Dosis
vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan atas. Walaupun vaksin
dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak dapat
mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker
serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis
tersebut. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang
paling penting.
e. Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara
paling efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih
dini. Panduan jadwal Pap rutin adalah sebagai berikut:
1) Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan
sex pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi
duluan)
2) Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap
satu atau 2 tahun sekali.
3) Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun
jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
4) Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap
smear sudah dapat dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai