“KALA II PERSALINAN”
DOSEN PEMBIMBING :
IMELDA FITRI, SST., M.KEB
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kala II Persalinan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Askeb Persalinan dan BBL. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Asuhan kala II persalinan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Imelda Fitri, SST, M.Keb selaku dosen mata
kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi persalinan kala II
2.2 Pemeriksaan obstetric dikala II
2.3 Kala II dalam persalinan normal
2.4 Amniotomi
2.4.1.Pengertian amniotomi
2.4.2.Indikasi amniotomi
2.4.3.Teknik amniotomi
2.5 Episiotomi
2.5.1. Pengertian episiotomi
2.5.2. Tujuan episiotomi
2.5.3. Indikasi episiotomi
2.5.4. Jenis episiotomi
2.5.5. Teknik episiotomi
2.6 Mekanisme persalinan
BAB 3 PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
4. Perubahan serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran serviks yaitu
pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang
panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Lalu akan
terjadi pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan
diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak, kira–kira 10 cm.
Pada pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim, serviks
dan vagina telah merupakan satu saluran.
B. Fisiologi kala II
1. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap 2-3
menit
2. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan kekuning-
kuningan sekonyong-konyong dan banyak
3. Pasien mulai mengejan
4. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka
5. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his
berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala
membuka pintu”
6. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa
mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah
symphisis disebut “Kepala keluar pintu”
7. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan
mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya
akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang
kuat tersebut
8. Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga
dari hidung anak keluar lendir dan cairan
9. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh
badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir
10. Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban
pecah, kadang-kadnag bercampur darah
11. Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20 menit
Diagnosis Pasti
1. Pembukaan lengkap
2. Kepala bayi terlihat pada introitus vagina
4. Melahirkan kepala
Bimbing ibu untuk mengejan. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 –
6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput
tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain
dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi
yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa atau kain bersih untuk membersihkan
muka janin dari lendir dan darah.
Gambar 5. Melahirkan Kepala
6. Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu
hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi
eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk
mengejan pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara
lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis.
Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu
posterior bayi.
Gambar 7. Melahirkan Bahu
2.5 Episiotomi
2.5.1. Pengertian episiotomi
2.5.2. Tujuan episiotomi
2.5.3. Indikasi episiotomi
2.5.4. Jenis episiotomi
2.5.5. Teknik episiotomy
A B
Fleksi
a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil
yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm)
b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena momement
yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan
defleksi
d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal.
Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan
e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang
disebut sebagai putaran paksi dalam
Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu
bawah panggul
b. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya
c. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan
satunya lagi menolak ke atas karena adanya tahanan dasar panggul
d. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang dapat
maju adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput
Oxorn, Harry dan William R Forte. 1990. Human Labor & Birth :Ilmu Kebidanan
Patofisiologi & Fisiologi Persalinan, Di Editori oleh Mohammad Hakimi. Edisi
Indonesia, Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita
Ed 2 di Editori oleh Monica Ester. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.