Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK 3

MITRA KERJA PERAWAT


(KEMITRAAN DAN PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS)

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK III

ESTEFANI LEWIER 21212004


LENORA DIANA RAHANBINAN 21212033
ST. JULFIANI NUS 21212001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas ridho rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kemitraan dan Pengorganisasian
dalam Keperawatan Komunitas”. Guna untuk memenuhi tugas BAHASA INDONESIA. Penulis
mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penyusun
berharap dalam penyusunan makalah ini dapat berguna bagi semua pihak khususnya bagi
mahasiswa/mahasiswi stikes gunung sari makassar.

Makassar, 03 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................


DAFTAR ISI ................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................................
B. Tujuan ......................................................................................................................
C. Rumusan Masalah ...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi .....................................................................................................................
B. Unsur kemitraan ......................................................................................................
C. Prinsip kemitraan .....................................................................................................
D. Dasar pemikiran dalam kemitraan ...........................................................................
E. Tujuan dan hasil dalam kemitraan ...........................................................................
F. Upaya dalam kemitraan dalam membangun Kesehatan lintas sectoral dan
lintas program..........................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih
memperlihatkan adanya ketidak sesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat
dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang
diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak
yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan Kesehatan masyarakat termasuk perawat
spesialis komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut
dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan. Salah satu intervensi keperawatan komunitas
di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam
membangun jenjang kemitraan di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan
elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan
pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada
bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat
penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin
mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah
sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis 2 komunitas
harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja Bersama anggota masyarakat dalam menciptakan
perubahan di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi kemitraan dan pengorganisasian ?


2. Apa unsur dalam kemitraan ?
3. Apa prinsip kemitraan ?
4. Apa dasar pemikiran dalam kemitraan ?
5. Apa tujuan dan hasil dari kemitraan ?
6. Apa upaya dan kemitraan dalam membangun kesehatan lintas sectoral dan lintas program ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi kemitraan danpengorganisasian ?


2. Mahasiswa mampu mengetahui unsur dalam kemitraan ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kemitraan ?
4. Mahasiswa mampu mengetahui dasar pemikiran dalam kemitraan ?
5. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dan hasil dari kemitraan ?
6. Mahasiswa mampu mengetahuiupaya dan kemitraan dalammembangun kesehatan lintas sektoral
dan lintas program ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kemitraan menurut Departemen Kesehatan (2003) adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan asas saling menguntungkan untuk mencapai tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing. Sementara itu, menurut Eng,
Parker, dan Harlan (1997) dalam Stanhope & Lancaster (2000), kemitraan merupakan suatu bentuk
partisipasi aktif dan adanya keterlibatkan semua pihak untuk perubahan ke arah sehat komunitas.
(Maryani,Sri Dewi. 2014) Pengorganisasian adalah suatu proses yang terjadi dimasyarakat dalam
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan prioritas dari kebutuhan tersebut, serta berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut dengan cara gotong royong. Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses
dimana masyarakat dapat mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas dari
kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri
maupun yang berasal dari luar, dengan usaha secara gotong royong (S.Notoatmodjo,1997). (Efendi, Ferry
&Makhfudli.)

B. Unsur dalam kemitraan

1. Informed, setiap partisipan yang terlibat harus mengetahui persepsi dan tanggung jawab
masing-masing
dengan memberikan informasi yang jelas sebelum kerja sama di lakukan.

2. flexibel, kebutuhan masing-masing mitra harus dipertimbangkan sehingga semua mitra


kerjasama saling diuntungkan dan membuat kontribusi yang sama terhadap mitra lainnya.
3. negotiated, kontribusi yang diberikan pada masing-masing mitra serta setiap perubahan yang
terjadi berdasarkan kesepakatan bersama.

C. Prinsip Kemitraan

1. Saling menguntungkan (mutual benefit) Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi
juga non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas
dan berorientasi pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan
berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit.
3. Keterbukaan (transparansi) Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota
mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat
yang setara) dengan menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu.
Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan
kepercayaan antar organisasi.
4. Kesetaraan Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri
sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan
membutuhkanr asa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan
kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari
anggota yang lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain.
Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam
pertukaran pendapat yang konstruktif.
5. Tanggung Jawab Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain
dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang
relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan
berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi,
keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas
terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha
yang berkelanjutan.

6. Saling Melengkapi Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun
atas kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang
lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar
pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang
untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana
hambatan budaya dan bahasa harus diatasi.

Model Kemitraan :

1. Managerialism Model managerialism menekankan pada penggunaan konsep manajemen yang baik
dan aplikatif dalam menentukan keberhasilan kemitraan untuk mencapai tujuan. pengembangan
kegiatan manajemen mengacu pada fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dengan mengembangkan indikator yang terukur untuk melakukan tiap
fungsi manajemen. penggunaan model ini memiliki pemahaman bahwa manajemen yang efisien dan
efektif dapat menyelesaikan hamper semua permasalahan yang ada.

2.New Pluralism. New pluralism menggunakan penggabungan antara asas ekonomi dan kesejahteraan.
fokus utama penggunaan model New pluralism menekankan pada adanya hubungan antra individu
sebagai voluntirdan badan hukum. model ini sangat cocok digunakan untuk organisasi besar yang sudah
memiliki kedekatan hubungan dengan badan hukum (punya sanksi dengan badan hukum yang jelas) dan
tidak tepat digunakan pada institusi masyarakat yang diprivatisasi karena sedikit sekali perhatian
terhadap kerja sama dengan organisasi sukarela. model ini lebih “ Business Oriented” dengan
memprioritaskan cara untuk menguntungkan kemitraan yang dibentuk, kurang melihat visi yang bersifat
sosial.

3.State Orientated Radikalism State. Orientated Radikalism lebih liberal dan lebih eksplisit menantang
privatisasi institusi pemerintah. model ini menekankan bagaimana pelayanan diberikan, bukan
bagaimana pengembangan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan. model ini masih melihat
kepentingan masyrakat lain dan tidak hanya mengutamakan kepentingan organisasi semata, melainkan
lebih mengutamakan bagaimana menciptakan institusi pemerintah swasta.

4.Entrepreneurialism. Entrepreneurialism lebih menekankan bisnis dengan memberikan kebebasan pada


pihak lain yang terlibat kemitraan dengan mengkaji seberapa banyak keuntungan dan manfaat yang akan
didapatkan dari hasil melakukan kemitraan. biasanya model ini lebih menekankan pada pemberian
reward untuk menarik perhatian masyarakat dengan melibatkan beberapa pihak yang akan
menguntungkan organisasi. salah satu komitmen kepada organisasi adalah kebulatan tekat untuk maju,
menganggap bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai kelebihan untuk memajukan organisasi
dengan bagaimana ia mempromosikan atau menjualnya ke pihak lain.

5.Movement Building. Movement Building di tujukan terhadap bagaimana membangun solidaritas


kearah sosial dengan orientasi bisnis minimal. Solidaritas diantara organisasi dan individu tidak dapat
secara langsung diperoleh dari identitas sektoral atau dari koalisi sosial, seperti gender, kelas sosial, dan
sebagainya. Pada model ini lebih dihargai kelebihan individu yang terlibat dalam organisasi. Biasanya,
model ini digunakan pada organisasi non privat yang semata-mata untuk membangun kerjasama
didalam batasan kesepakatan bersama. Yang perlu diutamakan dari aliansi dan koalisi pada model ini
adalah mereka tidak dibatasi oleh institusi atau identitas, tidak berfokus pada memaksimalkan
keuntungan individu, tetapi semua partisipan yang terlibat kemitraan memberikan reaksi untuk
kepentingan dan tujuan bersama.( Maryani,Sri Dewi. 2014)

D. Dasar pemikiran kemitraan


Seperti telah diuraikan dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara
berbagai sector pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat,
serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati. Disini untuk
membangun kemandirian, kemitraan adalah sangat penting peranannya. Masyarakat yang
mandiri adalah wujud dari kemitraan antara anggota masyarakat itu sendiri atau diantara
masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun swasta. Petugas Kesehatan
bertugas memotivasi dan menfasilitasi masyarakat untuk menjalin kemitraan dengan pihak-
pihak yang lain, misalnya dapat menfasilitasi advokasi kepada sektor terkait, seperti pemerintah
setempat.

E. Tujuan dan hasil kemitraan

1. Tujuan kemitraan adalah meningkatnya jumlah dan mutu kegiatan masyarakat di bidang
kesehatan yang secara operasional dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Meningkatkan kemampuan pemimpin (tokoh masyarakat) dalam merintis dan mengerakan upaya
kesehatan dimasyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan upaya Kesehatan.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.
d. meningkatakan kemampuan masyrakat dalam mengali, menghimpun, dan mengelola dana atau
sarana masyarakat untuk upaya kesehatan.

2. Hasil Indikator keberhasilan dari kegiatan kemitraan dapat diketahui dari banyaknya mitra yang
terlibat, jenis dan jumlah kegiatan yang dilakukan, kontribusi mitra, keberlangsungan kemitraan,
jumlah kegiatan atau produk yang dihasilkan melalui kemitraan, jumla hkegiatan atau upaya yang
sudah dilakukan. Indikotor keberhasilan kemitraan yang dapat dilakukan perawat komunitas
dapat diketahui berdasarkan indikator input, indikator proses, dan indikator output.
F.Upaya dan kemitraan dalam membangun kesehatan lintas sektoral dan lintas program

Kemitraan dalam membangun kesehatan lintas sektoral WHO(1998)


mendeskripsikan kemitraan kesehatan sebagai berikut :
“Bring together a set of actors for the common goal of improving the health of
population based on mutually agreed roles and pronciples”.

Kemitraan dalam upaya kesehatan adalah kebersamaan dari sejumlah pelaku untuk mencapai tujuan
yang sama, yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang didasarkan atas kesepakatan tentang
peranan dan prinsip masing-masing pihak. Dalam membina kemitraan harus ada aktor-aktor yang
berperan yaitu dalam hal ini mitra. Adapun mitra yang dibangun berasal dari pemerintah dan non
pemerintah. Dapat juga dari sektor kesehatan dan non-kesehatan. Setiap kemitraan dalam upaya
kesehatan harus menghormati nilai-nilai universal yaitu :

1.Hak asasi manusia.


2.Keamanan Kesehatan.
3.Keadilan dalam Kesehatan.
4.Keamanan individu.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumber daya (3M) tersedia
(input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya
jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output), membaiknya indikator
derajat kesehatan (outcome). Fokus praktik keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat. Pengorganisasian komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis
komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status Kesehatan masyarakat dapat
menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community development).
Intervensi keperawatan komunitas yang paling penting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan
bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat lainnya, karena dengan terbentuknya
kemitraan yang saling menguntungkan dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat. Model
kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat” merupakan paradigma
perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi profesi perawat di Indonesia. Model
ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan
advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan
sosial dan azas pemerataan.

B.Saran

1.Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas yang terintegrasi antara praktik
keperawatan dengan basis riset ilmiah.

2.Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas.

3.Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan masyarakat.

4.Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sector terkait.

5.Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas.

6.Mendorong praktik keperawatan komunitas yang professional.


DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai