Anda di halaman 1dari 219

APLIKASI POSISI IBU MENYUSUI SIDE LYING HOLD

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DAN


KEEFEKTIFAN MENYUSUI PADA NY.N DENGAN
PASCA OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RUANG RAWAT GABUNG
RSUD KARAWANG
TAHUN 2019

KARYA ILMIAH AKHIR

STIKES KHARISMA KARAWANG

NUR SYAADAH
NIM : 0433131490118072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km.1 By Pass Karawang 41369
Juli 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
Taufiq dan HidayahNya , sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Karya
Ilmiah Akhir Ini. Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini dilakukan dalam rangka
memenuhi syarat untuk mencapai gelar Profesi Ners pada STIKES Kharisma
Karawang. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang
berjudul “ “Aplikasi Posisi Ibu Menyusui Side Lying Hold Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri dan Keefektifan menyusui Pada Ny.N dengan Pasca Operasi
Sectio Caesarea Di Ruang Rawat Gabung RSUD Karawang Tahun 2019”

Penulis menyadari bahwa dalam Karya Ilmiah Akhir ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, serta
dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
segenap pihak yang telah membimbing, mendukung, membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir. Dengan
segala hormat, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
dengan tulus kepada:

1. Uun Nurjanah, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang.


2. Dr.Sri Sugihartati, MM selaku Direktur RSUD Karawang
3. Ns. Abdul Gowi, M.Kep., Sp.Kep.J selaku Ka. Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Kharisma Karawang.
4. Siti Rochanah, M.Kes.,M.Kep selaku Pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan, masukan, serta dorongan dalam menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir ini.
5. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Suami tercinta
Ganda Hadi Saputra dan anak anak tersayang M.Mugni Alfathir, Fahlevi
Fauzan Algifari yang selalu memberi support kepada penulis untuk
mendapatkan Gelar Profesi Ners STIKes Kharisma Karawang dan senantiasa
memberikan dukungan penuh baik material maupun spiritual.
6. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Non Reguler angkatan 07, dan adik-
adik kelas “semua angkatan” Terima kasih atas dukungan, semangat,
kenangan, dan kebersamaan yang indah selama ini.
7. Kru bagian rekam medis dan kru Ruang rawat Gabung RSUD Karawang
yang telah bersedia kooperatif ikut andil dalam penelitian ini.
8. Teman-teman di RS. Dewi Sri, terima kasih atas do`a dan dukungannya
selama ini hingga penulis survive dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir
ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Semoga amal
baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.
Amin YRA.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir yang disusun oleh penulis masih
banyak kekurangannya, sehingga penulis sangat mengharapkan saran masukan
dan kritik untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap semoga Karya
Ilmiah Akhir ini dapat ditindak lanjuti oleh berbagai pihak yang terkait dengan
Karya Ilmiah Akhir yang akan dilakukan selanjutnya, dan semoga memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan. Aamiin.
Karawang, Juli 2019

Penulis
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKes KHARISMA KARAWANG
Karya Ilmiah Akhir, Juli 2019
Nur Syaadah

Aplikasi posisi ibu menyusui Side Lying Hold terhadap penurunan intensitas nyeri
dan keefektifan menyusui pada Ny.N pasca operasi Sectio Caesarea di ruang
Rawat Gabung RSUD Karawang Tahun 2019.
xi+ 176 halaman + 5 gambar +9 tabel + 8 lampiran

Abstrak

Menurut Word Health Organitation (WHO). standar rata-rata Sectio


Caesarea disebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran, di
Amerika Serikat dilaporkan insiden kelahiran caesarea meningkat hingga
31,1% dari kelahiran hidup tahun 2006, angka tertinggi yang pernah
dilaporkan (martin,.dkk, (2009), data dari departemen Kesehatan RI tahun
2013 dengan Sectio Casarea sebanyak 921.000 atau sekitar 19,92% dari
seluruh persalinan data dari Medikal Record RSUD Karawang tahun 2017
(85,36%), sedangkan pada tahun 2018 sebanyak (97,8%). Salah satu upaya
mengurangi keluhan nyeri ibu pasca Sectio Caesarea saat menyusui non
farmakologi adalah dengan melakukan tekhnik menyusui yang benar, side
lying hold merupakan salah satu posisi menyusui yang direkomendasikan
untuk para ibu menyusui yang baru saja menjalani operasi Sectio
Caesarea, tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Efektifitas posisi
ibu menyusui side lying hold terhadap penurunan tingkat nyeri dan
keefektifan menyusui pasca operasi Sectio Caesarea di ruang Rawat
Gabung RSUD Karawang. Penulis menggunakan metode deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan menggunakan proses asuhan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul ada 5, sedangkan dalam teori ada 8,
hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari di RSUD dan
4 hari di rumah, klien dapat melakukan menyusui dengan posisi side lying
hold dengan penurunan intensitas nyeri awal 7 menjadi 0, dan menyusui
efektif ditandai dengan kenaikan BB bayi dari 3000 gram menjadi 3250
gram.

Kata Kunci: side lying hold, nyeri, Sectio Caesarea, menyusui efektif

Daftar Pustaka : 40 (2005-2019)


PROGRAM STUDY OF EDUCATION PROFESSION OF NERS 
STIKES KHARISMA KARAWANG
Final Scientific Work, July 2019
Nur Syaadah

Application of the position of breastfeeding mothers Side Lying Hold to reduce


pain intensity and effectiveness of breastfeeding in Ny.N postoperative Sectio
Caesarea in the Combined Care Room of Karawang Hospital in 2019.
xi + 176 pages + 5 pictures + 9 tables + 8 attachments 

Abstract

According to Word Health Organitation (WHO). the average standard of


Caesarean Sectio in a country is around 5-15% per 1000 births, in the
United States it is reported that the incidence of cesarean births increased
to 31.1% of live births in 2006, the highest rate ever reported (martin, .dkk,
(2009 ), data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in
2013 with Sectio Casarea were 921,000 or around 19.92% of all data births
from the Karawang Regional Medical Record in 2017 (85.36%), whereas
in 2018 it was (97.8%). One effort to reduce complaints of maternal pain
after Sectio Caesarea during non-pharmacological breastfeeding is by
doing proper breastfeeding techniques, side lying hold is one of the
breastfeeding positions recommended for breastfeeding mothers who have
just undergone Caesarean Sectio surgery, the purpose of this paper is to
determine the effectiveness of breastfeeding mothers lying side hold
position to reduce the level of pain and effectiveness of breastfeeding after
Sectio Caesarea breastfeeding in Karawang Hospital. The author uses
descriptive methods in the form of case studies using the nursing care
process. There are 5 nursing diagnoses, while in theory there are 8 results:
after nursing for 3 days in the hospital and 4 days at home, the client can
breastfeed with the side lying hold position with a decrease in the initial
pain intensity of 7 to 0, and breastfeeding effectively characterized by an
increase in infant BB from 3000 grams to 3250 grams.

Keywords: side lying hold, pain, Sectio Caesarea, effective breastfeeding

Bibliography: 40 (2005-2019)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………iv

KATA PENGANTAR...........................................................................................v

ABSTRAK............................................................................................................vii

ABSTRACT …………………………………………………………………….viii

DAFTAR ISI........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xii

DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................6
C. Metoda Telaah ..........................................................................................7
D. Sistematik Penulisan ................................................................................8

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Tinjauan Teori .........................................................................................10
1. Konsep Sectio Caesarea
a. Pengertian .....................................................................................10
b. Pemeriksaan penunjang.................................................................14
c. Penatalaksanaan ............................................................................14

2. Konsep Asuhan masa Nifas


a. Pengetian .......................................................................................17
b. Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu Masa Nifas .....................17
c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas ...................................................18
d. Adaptasi psikologi Masa Nifas ....................................................30
e. Tahap Masa Nifas ........................................................................31
f. Peran perawat pada masa Nifas ....................................................32
g. Hal hal yang harus dapat di penuhi selama masa Nifas ................33
h. Proses laktasi dan menyusui ........................................................34

3. Konsep Dasar Nyeri ...........................................................................43


B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ..........................................................................................63
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................72
3. Perencanaan ........................................................................................74
C. Konsep Evident Best Practice Posisi menyusui Side Lying Hold .............86

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Laporan Kasus ........................................................................................94
B. Pembahasan Asuhan Keperawatan.........................................................153
C. Pembahasan Kasus/ Intervensi berdasarkan EBP .................................167

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................174
B. Saran .......................................................................................................175

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DAFTAR TABEL

. Hal

Tabel 3.1 Riwayat Obstetri 97


Tabel 3.2 Pemeriksaan Penunjang 104
Tabel 3.3 RiwayatPengobatan 105
Tabel 3.4 Analisa Data 106
Tabel3.5 Intervensi Keperawatan 111
Tabel3.6 Implementasi/Catatatan Tindakan Keperawatan
123
Tabel3.7 Evaluasi/Catatan Perkembangan 141
Tabel3.8 Implementasi Dan Evaluasi Posisi Menyusui SLH dan CH 162
Tabel3.9 Implementasi Dan Evaluasi efektifitas menyusui 163
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 fisiologi pengeluaran ASI 34


Gambar 2.2 Numeric Rating Scale 55
Gambar 2.3 Wong baker Faces Pain scale 55
Gambar 2.4 Posisi Menyusui SLH dan CH 89
Gambar 3.1 Genogram Keluarga 101
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Fisiologi Nyeri


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Publikasi

Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 SOP dan SAP

Lampiran 6 Lembar Balik dan Leaflet

Lampiran 7 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 8 Jurnal EBP


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio Caesarea adalah salah satu operasi yang saat ini banyak menjadi

pilihan bagi ibu hamil di negara maju yang disebabkan karena kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pada saat ini,

terutama dalam bidang kesehatan. Prevalensi Sectio Caesarea terus

meningkat dari tahun ke tahun, menurut Word Health Organitation

(WHO), standar rata-rata Sectio Caesarea disebuah negara adalah sekitar

5-15% per 1000 kelahiran di dunia.

Persalinan dengan metode Sectio Caesarea di Inggris pada tahun 2008-

2009 24,6%. Selain itu angka kejadian Sectio Caesarea di Australia pada

tahun 1998 sekitar 21% dan pada tahun 2007 telah mencapai sekitar 31%

(Afriani, Desmiwarti and Kadri, 2013). Sedangkan di Amerika Serikat

dilaporkan insiden kelahiran caesarea meningkat hingga 31,1% dari

kelahiran hidup tahun 2006, angka tertinggi yang pernah dilaporkan

(martin,.dkk, (2009) dalam lowdermilk 2013). Data Riskesdas 2013

menunjukkan kelahiran bedah Sectio Caesarea di Indonesia sebesar 9.8

%. Sementara data dari departemen Kesehatan RI tahun 2013 jumlah ibu

yang bersalin pada tahun 2013 sebanyak 4.622.741 jiwa, sedangkan

persalinan dengan Sectio Casarea sebanyak 921.000 atau sekitar 19,92%

dari seluruh persalinan. Di rumah sakit pemerintah rata- rata 11%,

sementara di rumah

1
2

sakit swasta bisa lebih dari 30% (Judhita and Chyntia, (2009) dalam

Wahyuni 2017).

Meskipun tindakan Sectio Caesarea merupakan penyelamatan akhir untuk

mengatasi kegawat daruratan obstetrik, akan tetapi risiko yang dialami

akibat tindakan ini perlu dipertimbangkan seperti kerusakan organ organ

seperti vesika urinaria dan uterus saat di langsungkan operasi,

tromboemboli, perdarahan dan infeksi. Pada dasarnya, persalinan yang

dilakukan dengan pervaginam lebih aman dilakukan jika

dibandingkan dengan tindakan Sectio Caesarea. Efek samping dari obat-

obatan yang diberikan saat operasi Sectio Caesarea dilakukan lebih

berbahaya dari pada pervaginam. Masa penyembuhan luka akibat proses

persalinan juga akan lebih lama jika dibandingkan persalinan

pervaginam, serta pada persalinan Sectio Caesarea dapat menimbulkan

masalah yang kompleks bagi ibu baik secara fisik, psikologis, sosial,

dan spiritual (Hartati, 2014).

Dampak fisik atau fisiologis yang sering muncul pada pasien Sectio

Caesarea adalah nyeri sebagai akibat adanya sayatan jaringan yang

menyebabkan kontinuitas jaringan terputus. Rasa nyeri yang dirasakan

biasanya membuat pasien merasa tidak nyaman karena pasien merasa

sangat kesakitan, ketidaknyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia

yang harus dipenuhi (zakiyah, 2015).

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


3

Oleh karena itu peran perawat penting dalam penatalaksanaan untuk

memperhatikan ketidaknyamanan atau nyeri. Ketidaknyamanan atau

nyeri tersebut harus diatasi sesuai dengan manajemen nyeri.

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial.

Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang dibanding

suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2010).Tanpa melihat sifat, pola atau

penyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek

yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya, hal

ini dapat mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskular,

gastrointestinal, endokrin dan imunologik (Yeager dkk, 1987 dalam

Smeltzer, 2010).

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis

dan non farmakologis. Semua intervensi akan sangat berhasil bila

dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan keberhasilan sering

dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan (Smeltzer,

2010).

Ibu post Sectio Caesarea akan merasakan nyeri yang akan memberi

dampak pada ibu dan bayi, bagi ibu, nyeri akan menimbulkan kesulitan

pada saat menyusui. Hal ini mengakibatkan respon ibu terhadap bayi

kurang, sehingga ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi dan mempunyai

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


4

banyak manfaat bagi bayi maupun ibunya tidak dapat diberikan secara

optimal (Purwandari, 2009). Salah satu upaya mengurangi keluhan nyeri

ibu pasca Sectio Caesarea melahirkan saat menyusui adalah dengan

melakukan tekhnik menyusui yang benar yaitu dengan menggunakan

posisi menyusui yang tepat. Posisi yang digunakan untuk menyusui

adalah side lying hold merupakan salah satu posisi menyusui yang

direkomendasikan untuk para ibu menyusui yang baru saja menjalani

operasi Sectio Caesarea, posisi menyusui yang satu ini mengharuskan ibu

untuk berbaring disebelah bayi dan memposisikan diri ibu untuk

menghadap bayi, kemudian menyokong bayi dengan tangan ibu dan

mengarahkannya kehadapan ibu, untuk mencapai payudara, ibu bisa

mengarahkan mulut bayi langsung ke payudara ibu, dengan begitu bayi

tidak akan kesusahan mencari sumber ASI, setelah bayi nyaman meminum

ASI sokonglah kepala ibu dan buatlah posisi ibu senyaman mungkin.

Dengan posisi ini perut ibu yang memiliki luka bedah tidak akan tersentuh

oleh bayi sama sekali, kakinya yang kecil belum bisa menendang dan

bermain dengan perut ibu (Hardianti, 2014).

Penelitian yang telah dilakukan LizaWati (2014) dengan judul “pengaruh

posisi menyusui side lying hold terhadap penurunan nyeri pada kasus post

Sectio Caesarea menyatakan bahwa posisi menyusui side lying hold

terbukti memiliki pengaruh dalam mengurangi nyeri persalinan Sectio

Caesarea .

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


5

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data dari

Medikal Record RSUD Karawang bahwa data jumlah kasus persalinan di

RSUD Karawang tahun 2017 sebanyak 2350 pasien, jumlah kasus

persalinan spontan 344 pasien (14.6%) dan persalinan Sectio Caesarea

sebanyak 2006 pasien (85,36%), sedangkan pada tahun 2018 jumlah kasus

persalinan sebanyak 1731 jumlah kasus persalinan spontan 138(7,97%)

dan persalinan Sectio Caesarea 1693 pasien.(97,8%) jumlah ini

menunjukan semakin meningkat nya jumlah persentase pasien yang

dioperasi Sectio Caesarea di banding 1 tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan petugas bidan di ruang

Rawat Gabung RSUD Karawang belum pernah diajarkan tentang cara

menyusui dengan posisi side lying hold untuk mengurangi rasa nyeri

pasca operasi Sectio Caesarea, sehingga masih banyak pasien yang belum

mau menyusui bayinya sebelum 24 jam post operasi, rasa nyeri masih

dirasakan dan membuat tidak nyaman.

Penulis dengan menggunakan alat ukur nyeri Numeric Rating Scale (NRS)

dan lembar obsevasi dengan membandingkan skala nyeri Numeric Rating

SCale (NRS) dengan angka 0-10 dan mengukur frekuensi menyusui di

peroleh pasien masih enggan menyusui bayinya karena rasa nyeri yang

dirasakan.

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


6

Mengingat penting nya menyusui dini yang dilakukan pada ibu post

operasi Sectio Caesarea serta dampak yang ditimbulkan akibat tidak

dilakukannya menyusui dini atas dasar itulah penulis tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai” efektifitas posisi ibu menyusui side

lying hold terhadap penurunan intensitas nyeri dan peningkatan efektifitas

menyusui pasca operasi Sectio Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD

Karawang Tahun 2019”

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Penulis mengetahui efektifitas posisi ibu menyusui side lying hold

terhadap penurunan nyeri dan pasca operasi Sectio Caesarea di ruang

Rawat Gabung RSUD Karawang

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada Ny.N dengan post Sectio Caesarea

di ruang Rawat Gabung RSUD Karawang

b. Merumuskan Diagnosa pada Ny.N dengan pasca Operasi Sectio

Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD Karawang

c. Membuat Rencana Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan

pasca operasi Sectio Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD

Karawang

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


7

d. Melakukan Implementasi Keperawatan pada Ny.N dengan pasca

operasi Sectio Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD

Karawang

e. Mengevaluasi sejauh mana yang dicapai dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.N dengan

pasca operasi Sectio Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD

Karawang

f. Penulis mampu mengevaluasi efektifitas penerapan posisi ibu

menyusui side lying hold terhadap penurunan intensitas nyeri

dan kefektifan menyusui pada Ny.N dengan pasca operasi Sectio

Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD Karawang.

C. METODE TELAAH

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan metode deskriptif

dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa data, perencanaan,

implementasi dan evaluasi

Adapun proses pengumpulan data meliputi :

1. Observasi partisipasif

Suatu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan menegakkan

pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien

selama di Rumah Sakit dan lebih bersifat objektif yaitu :dengan

melihat respon pasien setelah dilakukan tindakan

2. Wawancara

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


8

Diperoleh dengan cara mengadakan tanya jawab dengan keluarga

pasien dan tenaga Kesehatan lain untuk mendapatkan keterangan

3. Studi dokumenter

Diperoleh dengan mempelajari buku laporan, catatan rekam medis,

serta hasil pemeriksaan yang ada

4. Studi kepustakaan

Dengan mempelajari buku buku dan jurnal penelitian yang ada untuk

membantu dalam menegakkan diagnosa keperawatan serta intervensi

D. SISTEMATIKA PE NULISAN

Adapun sistematika penulisan Karya Ilmiah ini terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan umum dan tujuan

khusus, metode telaah, dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan tentang :

A. Konsep dasar teori yang meliputi :pengertian, etiologi, manifestasi

klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan

B. Konsep dasar Asuhan Keperawatan tentang asuhan keperawatan

dengan pasca operasi Sectio Caesarea yang meliputi : pengkajian,

diagnosa keperawatan dan perencanaan

C. Evidance Based Practice posisi menyusui side lying hold

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


9

BAB III TINJAUAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang :

A. Laporan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi

B. Pembahasan kasus yang meliputi pengkajian, perencanaan dan

evaluasi

C. Pembahasan kasus/intervensi berdasarkan Evidance Based Practice

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari Karya Ilmiah Akhir dan saran yang

diberikan peneliti terkait Asuhan Keperawatan pada klien dengan pasca

operasi Sectio Caesarea

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


10

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Sectio Caesarea

a. Sectio Caesarea

Tindakan operasi Sectio Caesarea merupakan proses

pembedahan yang dilakukan tindakan insisi pada dinding

abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas

jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah

insisi, hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan

prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).

Pada proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak nyeri

saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai

sadar, akan nyeri didaerah sayatan yang membuat sangat

terganggu. Whalley, dkk. (2008).

Setelah kelahiran bayi prolaktin dan oksitosin meningkat

menyebabkan efeksi ASI, efeksi ASI yang tidak adekuat

menimbulkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi.

Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu

produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI

yang keluar hanya sedikit. Masalah ketidakefektifan pemberian

ASI diangkat karena kurangnya informasi ibu mengenai

11
12

manajemen laktasi atau bagaimana pemberian ASI yang baik

pada bayi.

Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup

dan menimbulkan luka post Sectio Caesarea, yang bila tidak

dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

Luka dari insisi akan menjadi port de entris bagi kuman. Oleh

karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan

prinsip steril.

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan

menimbulkan masalah hambatan mobilisasi. Efek anestesi juga

dapat menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi.

Untuk memproses pembentukan ASI dan nilai kalori serta zat gizi

ASI itu sendiri memerlukan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh

serta cadangan yang ada pada ibu akan digunakan untuk aktivitas

dan metabolisme (Maryunani, 2009), prosedur persiapan operasi

puasa sebelum operasi dan nafsu makan menurun, akan muncul

masalah resiko defisit nutrisi.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,

penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan


13

masalah ansietas pada pasien. Selain itu, setelah dilakukan Sectio

Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek

kognitif berupa kurang pengetahuan. .(Saifuddin, Mansjoer &

Prawirohardjo, 2006)
13

PATHWAY SC
14

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium darahHemoglobin untuk mengetahui anemi

atau tidak dan untuk mengetahui persediaan jumlah darah apabila

dibutuhkan. Golongan darah untuk mengetahui jenis golongan

darahnya.

c. Penatalaksanaan

1) Perawatan awal

a) Letakan pasien dalam posisi pemulihan

b) Periksa kondisi pasien, periksa tanda tanda Vital tiap 15 menit

selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya

periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar

c) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

d) Transfusi jika diperlukan

2) Diet

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh

dilakukan pada 2-4 jam pasca operasi,berupa air putih dan air teh

setelah 4 jam boleh makan sesuai dietnya

3) Mobilisasi

a) Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil

terlentang sedini mungkin sejak dikamar pemulihan

b) Mobilisasi dini dapat di mulai sejak di kamar pemulihan

c) Miring kanan dan kiri 6-10 jam setelah operasi


15

d) Hari ke 2 pasca operasi penderita dapat di dudukan selama 5

menit dan di minta untuk relaksasi napas dalam

e) Kemudian posisi tidur terlentang dapat di ubah menjadi posisi

setengah duduk ( semi fower)

f) Selanjutnya pasien dianjurkan belajar berdiri, berjalan dan

kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 post operasi

4) Perawatan fungsi kandung kemih

a) Jika urin jernih, kateter di lepas 8 jam sampai 24 jam post

operasi

b) Jika urin keruh biarkan kateter terpasang sampai urin jernih

biasanya terpasang 24 – 48 jam / lebih lama lagi tergantung

jenis operasi dan keadaan pasien.

5) Perawatan luka

a) Jika pada kasa luka terdapat rembesan darah atau keluar

cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut

b) Jika pembalut agak kendur, jangan ganti pembalut, tapi beri

plester untuk mengencangkan

c) Perawatan luka dengan cara steril

d) Luka harus di jaga agar tetap kering dan bersih

e) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat

jahitan kulit dilakukan pada hari ke 5 post SC


16

6) Jika masih terdapat pendarahan

a) Lakukan masase uterus

b) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ML cairan IV ( garam

fishiologik atau RL) 60 tetes /menit , ergomentrin 0,2 mg IM

dan prostaglandin

c) Jika terdapat tanda infeksi, berikan anti biotik kombinasi

sampai pasien bebas demam selama 48 jam.

7) Analgetik dan Obat untuk memperlancar kerja saluran

pencernaan

8) Obat – obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita

dapat di berikan raboransia seperti neorobion

d. Hal – hal lain yang perlu di perhatikan

1) Pasca bedah penderita dirawat dan di obserpasi kemungkinan

komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah

operasi

2) Pasca operasi dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya

hematoma

3) Pasien dibaringkan dengan posisi semi Fower ( berbaring

dengan lutut di tekuk) agar dinding abdomen tidak tegang

4) Di usahakan agar penderita tidak batuk atau menangis

5) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkat barang yang berat


17

6) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang

menaikan tekanan intra abdomen

2. Konsep Asuhan masa nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu, Selama

masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak

hamil yang normal, selama masa pemulihan alat-alat kandungan

berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan baik secara fisik

maupun psikologis, sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis,

namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan

maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis.

(Asih, 2016)

b. Tujuan asuhan pada masa nifas menurut Kemenkes RI (2015)

1) Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya,karena diperkirakan

bahwa 60% kematian ibu yang terjadi setelah persalinan dan 50%

kematianmasa nifas yang terjadi pada saat 24 jam

2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.


18

3) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya

4) Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman

serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan

bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE.

5) Memberikan konseling dan pelayanan Keluarga Berencana

termasuk nasehat hubungan seksual

6) Dukungan ASI.

7) Dukungan pada ibu dan keluarganya pada peralihan ke suasana

keluarga baru

8) Promosi dan mempertahankan Kesehatan fisik, mental dan social

ibu dan bayinya,memberikan pengetahuan tentang tanda tanda

bahaya, gizi, istirahat, tidur dan Kesehatan diri serta memberikan

micro nutrisi jika perlu

9) Imunisasi ibu terhadap tetanus

c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus

Involusi uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar

dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi


19

necrotic(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana tinggi

fundus uteri (TFU).

Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat

dengan berat 1000 gram. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari

dibawah pusat. Pada 1 minggu postpartum, TFU teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram. Pada 2

minggu postpartum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350

gram. Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tak

teraba) dengan berat 50 gram. Perubahan ini berhubungan

erat dengan perubahan miometrium yang bersifat proteolisis

Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,

antara lain:

(1) autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan

memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur

hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya

dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebih akan

tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic

dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

(2) Atrofi jaringan yang berploriferasi dengan adanya

estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi

sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang

menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada


20

otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan

terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan

beregenerasi menjadi endometrium yang baru.

(3) Efek oksitosin (kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus yang meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi

sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang

sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar

hypofise memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses

homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan

mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu

mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan

mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta

memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1

sampai 2 jam pertama postpartum, intensitas kontraksi uterus

dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting

sekali untuk menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus

pada masa ini. Suntikan okstiosin biasanya diberikan secara

intravena atau intramuskuler, segera setelah kepala bayi lahir.

Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang

pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.

(Sulistyawati, 2015)
21

b) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

mengadung darah dan sisa jaringan desidua yang necrotic dari

dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi

asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau

anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.

Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya

proses involusi.

(1) Lokhea rubra/merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4

masa nifas. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

(2) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 masa nifas.

(3) Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada

hari ke-7 sampai hari ke-14 masa nifas.


22

(4) Lokhea alba/putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini

dapat berlangsung selama minggu ke 2-6 masa nifas.

Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk

yang disebut dengan lokhea purulenta. Pengeluaran lokhea

yang tidak lancar disebut dengan lokhea statis. (Sulistyawati,

2015)

c) Perubahan Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai, dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus

uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri berbentuk cincin.

Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah. Setelah minggu pertama serviks mendapatkan kembali

tonusnya.

d) Vulva, Vagina, dan Perineum

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot

panggul, perineum, vagina, dan vulva kearah elastisitas dari

ligamentum otot rahim. Estrogen pasca partum yang menurun

berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas

vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa

tidak nyaman saat coitus (dispareunia) menetap sampai fungsi


23

ovarium kembali normal dan menstruasi mulai lagi. Mukosa vagina

memakan waktu 2-3 minggu untuk sembuh tetapi pemulihan luka

sub-mukosa lebih lama yaitu 4-6 minggu. Laserasi perineum

sembuh pada hari ke-7 masa nifas dan otot perineum akan pulih

pada hari ke 5-6 masa nifas. (Asih dan Risneni, 2016)

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh tingginya

kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan

tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi

otot-otot polos. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari

sebelum faal usus kembali normal. Pasca melahirkan, ibu sering

mengalami konstipasi. Hal ini disebebkan tonus otot usus menurun

selama proses persalinan dan awal masa nifas, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,

haemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Beberapa cara agar ibu dapat

buang air besar kembali teratur, antara lain: pemberian diet/makanan

yang mengandung serat, pemberian cairan yang cukup, pengetahuan

tentang pola eliminasi pasca melahirkan, pengetahuan tentang

perawatan luka jalan lahir. (Rukiyah, 2011)


24

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Pada postpartum kadar steroid menurun sehingga menyebabkan

penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu

satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang

besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak

mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Hal yang

menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum antara

lain adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga

terjadi retensi urin, diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk

mengurangi cairan yang terretensi dalam tubuh dan terjadi

selama 2 hari setelah melahirkan. (Rukiyah, 2011)

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem musculoskeletal pada ibu selama nifas berlangsung

terbalil dengan masakehamilannya, perubahan ini meliputi hal hal

yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi serta

perubahan pusat berat ibu akibat akibat pembesaran Rahim, untuk

menstabilkan sendi dengan lengkap diperlukn waktu sampai minggu

ke 6 sampai ke 8 setelah ibu melahirkan, namun kaki ibu belum

mengalami perubahan yang berarti.(Asih dan Risneni, 2016)


25

5) Perubahan Sistem Endokrin

Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti-diuretic

yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon

progeseron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan

dan peningkatan pembuluh darah, sehingga hal ini akan

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum, dan vulva serta vagina. Ketika plasenta lepas dari

dinding uterus dan lahir, tingkat hormon hCG, HPL, estrogen, dan

progesteron didalam darah ibu menurun dengan cepat dan menetap

sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 masa nifas. (Asih dan

Risneni, 2016)

Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH, dan LH.

Penurunan estrogen menjadikan hormon prolaktin yang dikeluarkan

oleh glandula pituitary anterior meningkat dengan cepat dan

beraksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi

produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar hormon prolaktin tetap

tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel didalam ovarium

ditekan. Tetapi pada wanita yang tidak menyusui, hormon

prolaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin

berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi

susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada

minggu ke-3 masa nifas, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

(Rukiyah, 2011)
26

Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini yakni dalam hari ke

27 masa nifas, dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita

menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari.

Diantara wanita yang menyusui, 15% mengalami menstruasi dalam

enam minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita yang tidak

menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam enam minggu, 65%

dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita

menyusui, 80% siklus menstruasi pertama tidak mengandung ovum

(anovulatory). Pada wanita tidak menyusui, 50% siklus pertama tidak

mengandung ovum. (Bobak, 2005).

Hormon oksitosin disekresikan oleh glandula pituitary posterior dan

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap

ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan

plasenta dan mempertahankan kontrakasi, sehingga mencegah

perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi

oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri. (Rukiyah, 2011)

6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan naik kurang lebih 0,5°C

dari keadaan normal (37,5°C-38°C) sebagai akibat kerja keras

sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Pada hari ke-3

masa nifas suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI.

Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya


27

ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium, mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain.

(Sulistyawati, 2015).

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit.

Denyut nadi selama jam pertama setelah melahirkan biasanya akan

lebih cepat. Tetapi, setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali

permenit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya

kemungkinan infeksi. Pada minggu ke 8-10 setelah melahirkan,

denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil. (Rukiyah, 2011)

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah tinggi

pada masa nifas dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi

postpartum. (Sulistyawati, 2015). Bila tekanan darah menjadi

rendah menunjukkan adanya perdarahan masa nifas.

Pernapasan pada ibu nifas umumnya lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi

istirahat. Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada

saluran pernapasan. Bila pernapasan pada masa nifas menjadi lebih

cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. (Rukiyah, 2011)


28

7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penurunan estrogen menyebabkan

diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume

plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4

jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu

mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron

membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan

meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan

bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan,

uterus kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada

persalinan dengan SC pengeluaran darah sebanyak dua kali lipat.

Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar hematokrit. Setelah

persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu

relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada

jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien

dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan tumbuhnya hemokonsentrasi sehingga volume

darah kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjadi pada hari ke 3-

5 masa nifas. (Sulistyawati, 2015)


29

8) Perubahan Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen,

dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin

meningkat. Pada hari pertama masa nifas, kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental

sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis

yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai

15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam

beberapa hari masa nifas. Jumlah sel darah tersebut masih dapat

naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis

jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama. Jumlah

Hb, hematocrit, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal-

awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan

tingkat volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan

hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan masa nifas,

terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume

dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan

dengan peningkatan hematocrit dan Hb pada hari ke 3-7 masa

nifas, yang akan kembali normal dalam minggu ke 4-5 masa

nifas. Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah,

misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah

sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1


30

minggu masa nifas biasanya semuanya akan kembali pada

keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang

dipompa oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan

dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan normal.

(Sulistyawati, 2015)

d. Adapasi psikologis pada masa nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama selama kehamilan,

menjelang proses kelahiran, maupun setelah persalinan. Pada periode

tersebut, kecemasan sorang wanita dapat bertambah.

1) Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung

dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu

terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif

terhadap lingkungannya. Ketidak nyamanan yang dialami

antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,

kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah

istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologi yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini

antara lain kekecewaan pada bayinya. Ketidaknyamanan sebagai

akibat perubahan fisik yang dialami. Rasa bersalah karena belum

bisa menyusui bayinya. Kritikan suami atau keluarga tentang

perawatan bayinya.
31

2) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawab akan perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif

sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah

komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan

bayinya. Tugas bidan antara lain mengajarkan cara perawatan

bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan,

senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri.

3) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu

merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami

dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan

akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi

fisiknya. (Asih dan Risneni, 2016)

e. Tahap masa nifas

Masa nifas menurut Kemenkes RI (2015) terbagi menjadi tiga

periode yaitu:
32

1) Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam.

Masa 2 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan

karena atonia uteri. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus

dengan teratur melakukan pemerikasan kontraksi uterus,

pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.

2) Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam – 1 minggu.

Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri

dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau

busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan

dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.

3) Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 mingu – 6

minggu.Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan

perawatan dan pemeriksaaan sehari-hari serta konseling KB.

f. Peran perawat pada masa nifas

Peran dan tanggung jawab perawat dalam masa nifas menurut

Sulistyawati (2015), antara lain:

1) Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam

menghadapi saat-saat krisis masa nifas.

Pola hubungan yang terbentuk antara ibu dan perawat akan

sangat ditentukan oleh keterampilan perawat dalam

menempatkan diri sebagai teman dan pendamping ibu. Jika pada


33

tahap ini hubungan yang terbentuk sudah baik maka tujuan dari

asuhan akan lebih mudah tercapai.

2) Pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan

terhadap ibu dan keluarga.

Tidak hanya ibu yang akan mendapatkan materi pendidikan

kesehatan, tapi juga seluruh anggota keluarga. Melibatkan

keluarga dalam setiap kegiatan perawatan ibu dan bayi

merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk

memberikan pendidikan kesehatan yang tepat. Selain itu, setiap

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kesehatan

selalu melibatkan keluarga sehingga selalu mengikut sertakan

keluarga dalam pelaksanaan asuhan.

3) Pelaksanaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan

perawatan, pemantauan, penangananan masalah, rujukan,

dan deteksi dini komplikasi masa nifas

a. Hal – hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas

1) Fisik, istirahat, makanan bergizi, sering menghirup udara segar,dan

lingkungan yang besar

2) Psikologi

Stress setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan

dari keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan

menghargai ibu

3) Sosial
34

Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,

menanggapi dan memperhatikan kebahagiaaan ibu,serta menghibur

bila ibu terlihat sedih

4) Psikososial

a. Proses laktasi dan menyusui

1) Fisiologi pengeluaran ASI

Gambar 2.1

2)

3)

a) Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin)

Prolaktin merupakan suatu hormone yang disekresi oleh

glandula pitutari yang memiliki peranan penting untuk

memproduksi ASI, kadar hormon ini meningkat selama

kehamilan, kerja hormone ini dihambat oleh hormone plasenta,

dengan lepasnya plasenta pada akhir proses persalinan maka

kadar estrogen dan progesterone berangsur angsur menurun

sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin

yang akan menghambat ovulasi dan mempunyai fungsi

kontrasepsi. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan

meningkat dalam keadaan keadaan seperti : stress atau

pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan putting susu,


35

hubungan kelamin dan obat obatan trangulizer hipotalamus

seperti reserpine, klorpromazin dan fenitiazid, sedangkan yang

Refleks Let Down/Pelepasan ASI menyebabkan prolactin

terhambat pengeluarannya pada kedaan ibu gizi buruk,pengaruh

obat obatan

b) Pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI)

Refleks Let Down/Pelepasan ASI dibawah kendali

neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan

merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi

sel sel mioepitel yang akan memeras air susu yang telah terbuat

keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus untuk

selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut

bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi.

Faktor faktor yang memicu peningkatan Refleks Let

Down/Pelepasan ASI adalah melihat bayi, mendengarkan suara

bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi,

sedangkan faktor yang menghambat Refleks Let

Down/Pelepasan ASI yaitu keadaan ibu yang bingung/psikis

kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti/merasakan

nyeri.

4) Mekanisme menyusui

Refleks yang diperlukan untuk keberhasilan menyusui yaitu:

a) Reflex rooting ( reflex menangkap/mencari)


36

Reflex menangkap/mencari merupakan bayi diberi

rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh

pipi bayi, dengan puting susu, menyentuh sisi mulut

bayi,bayi akan menoleh kearah sentuhan, bayi akan

membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk

menyusui

b) Reflex sucking ( reflex menghisap )

Reflex menghisap akan timbul bila putting susu ibu

merangsang langit langit bagian belakang dengan sempurna

maka sebagian besar areola ibu sedapat mungkin harus

tertangkap oleh mulut bayi,saat mengisi mulutnya dengan

putting susu susu sampai kelangit keras dan punggung lidah,

reflex ini melibatkan rahang, lidah dan pipi bayi.

c) Reflex swallowing ( reflex menelan )

Reflex menelan terjadi apabila ASI yang penuh dalam mulut

bayi,hal ini terjadi saat ASI keluar dari putting susu pada

saat bayi menyusu yang disusul gerakan menghisap (tekanan

negatif) yang ditimbulkan oleh otot otot pipi bayi sehingga

pengeluaran ASI akan bertambah dan diteruskan dengan

mekanisme menelan masuk ke lambung.

5) Manajemen laktasi

a) Persiapan psikologis ibu


37

Persiapan psikologis ibu sangat penting, perawat /bidan harus

mendorong serta meyakinkan ibu bahwa dirinya akan berhasil

dalam menyusui dan merupakan proses alamiah, menjelaskan

keuntungan ASI dan kekurangan susu botol /formula, libatkan

suami atau aggota keluarga lain tentang pembagian tugas dalam

keluarga supaya ibu dapat beristirahat cukup untuk Kesehatan

ibu dan bayi

b) Upaya meningkatkan produksi ASI pada masa sesudah

melahirkan:

(1) IMD

Bayi langsung menyusui bayinya 1 jam pertama segera

setelah lahir, bila ibu melahirkan dengan proses operasi, maka

proses bersentuhan juga bisa dilakukan segera setelah ibu

sadar dan siaga. (Maryunani, 2009)

(2) Bounding Attachment

Menurut Asih dan Risneni (2016) Bounding Attachment

adalah sentuhan awal /kontak kulit antara ibu dan bayi pada

menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi

Salah satu prinsip upaya meningkatkan Bounding Attachment

kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam

memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu

serta memberi rasa nyaman (Asih,dan Risneni,2016)

(3) Asupan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk

mencukupi produksi ASI, karena perubahan fisiologi ibu dan


38

penggunaan cadangan lemak ibu maka ibu memerlukan 500

kalori tambahan sehari saat menyusui.

(4) Perawatan payudara

Perawatan payudara adalah memelihara kebersihan,

memperlancar sirkulasi darah, memperlancar pengeluaran

ASI, dan mengatasi putting susu datar terbenam diantara nya

adalah bersihkan payudara dengan air hangat setelah mandi,

hindari menggunakan sabun karena akan membuat kulit

putting kering dan gatal, pijat putting dan sekitarnya dengan

ibu jari dan telunjuk menggunakan minyak zaitun, baby oil

atau minyak kelapa untuk mengelupas kulit mati pada putting

dan menjaganya tetap lembab.

(5) Cara menyusui yang baik dan benar

Proses menyusui harus santai dan nyaman bagi ibu, keluarkan

sedikit ASI dari putting susu kemudian dioleskan pada putting

susu dan areola hal ini bermanfaat sebagai desinfektan dan

menjaga kelembaban putting susu, Atur posisi bayi terhadap

payudara ibu, jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang

bayinya: menyusui bisa dimulai dari payudara kanan dengan

meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian dalam dengan

posisi badan bayi menghadap badan ibunya. Tangan kanan

memegang bokong dan paha bayi. Sangga payudara kanan

dengan tangan kiri, tetapi tidak di bagian yang hitam lalu

sentuh mulut bayi dengan puting susu anda untuk memberi


39

rangsangan, bila bayi membuka mulut masukkan seluruh

puting susu sebanyak mungkin sampai daerah areola tertutupi

dan dekap bayi hingga ujung hidung bayi menyentuh

payudara anda, ibu jari menekan sedikit payudara sehingga

bayi bayi dapat bernafas.

Menyusui dapat terjadi kurang lebih 10-15 menit, lepaskan

isapan bayi dengan menekan dagunya atau memasukkan jari

kelingking yang bersih ke sudut mulut bayi. Sebelum

dilanjutkan dengan menyusu pada payudara lain, setelah

selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada putting susu dan areola sekitarnya biarkan kering dengan

sendirinya, sendawakan dahulu bayi agar tidak muntah

dengan cara membuat posisi bayi menempel di pundak ibu

(Asih dan Risneni, 2016).

(6) Posisi menyusui

(a) Posisi timangan menyilang (cross cradle hold)

Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman , bayi

berbaring miring menghadap ibu, sisi tubuh bayi berada di

lengan bawah ibu pada sisi yang berlawanan dengan

payudara yang di gunakan untuk menyusui,tangan

menyangga leher dan bahu bayi sedemikian rupa agar bayi

dapat menengadahkan kepalanya. Posisi ini berguna bagi

ibu bayi baru lahir atau bayi premature.


40

(b) Posisi menggendong atau timangan (cradle hold)

Letakkan kepala bayi di lekuk lengan.Pegang badan dan

bokong bayi dengan tangan dan lengan anda. Bayi

berbaring menghadap anda. Payudara berada di depan muka

bayi. Letakkan tangan bayi yang satu di belakang tubuh

anda seperti posisi merangkul.(Maryunani, 2009)

(c) Posisi memegang kepala (football hold)

Dengan cara meletakkan (menyelipkan bayi pada lengan

bawah seperti memegang bola football dengan kepala bayi

berada pada tangan anda.Ini adalah posisi yang baik untuk

ibu dengan operasi Caesar atau bayi yang kecil. Posisi ini

akan mengurangi tekanan pada bagian perut.

(d) Posisi berbaring miring (side lying hold)

Posisi tubuh ibu miring ke satu sisi dengan bayi menghadap

ibu (berhadapan), ibu dapat menggunakan beberapa bantal

untuk menyokong kepala dan pundak ibu, posisi ini baik

untuk ibu dengan operasi Caesar atau yang masih sulit

untuk duduk. Posisi ini bagus untuk ibu yang menjalani

bedah caesar karena berat badan bayi tidak menekan insisi

bedah.

Memberikan ASI yang benar adalah dengan menggerakan

badan bayi kearah payudara dengan posisi yang nyaman

bukan dengan menggerakan payudara kearah tubuh bayi

sehingga menyebabkan pundak dan punggung anda sakit.


41

(7) Lama frekuensi menyusui

Menyusui bayi sebaiknya tanpa dijadwal, karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara dalam 15 menit dan ASI dalam

lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Perhatikan

tanda-tanda bila bayi sudah cukup ASI. Pada awalnya, bayi

akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan

mempunyai pola tertentu setelah 1 sampai 2 minggu

kemudian. Setelah kenyang otomatis bayi akan melepaskan

isapannya dari payudara ibu, biarkan saja bayi tertidur

meskipun baru mengisap ASI dari satu payudara, saat bayi

minta di susui kembali lanjutkan dengan payudara yang

satunya, ibu dianjurkan tidak buru buru atau memaksa bayi

melepaskan isapan dari satu payudara ke payudara lain.

Dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan

bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul

(Asih dan Risneni, 2016)

4) Efektivitas menyusui

Tanda-tanda menyusu yang efektif yang dapat dipantau dari ibu

menurut Lowdermilk (2013) :

a) Asi mulai keluar banyak pada hari ke-3 dan ke-4

b) Rasa seperti ditarik keras pada puting saat diisap, namun

tanpa rasa nyeri.


42

c) Kontraksi uterus dan peningkatan perdarahan per vaginam

saat menyusui (minggu pertama atau kurang)

d) Rasa tenang dan mengantuk selama menyusui

e) Rasa haus

f) Payudara kan melunak dan lebih ringan selama menyusui

g) Ketika ASI keluar, mungkin terasa payudara geli atau

hangat atau payudara sebelahnya ikut mengeluarkan ASI.

Tanda-tanda menyusu yang efektif yang dapat dipantau dari

bayi menurut Lowdermilk (2013) :

a) Menempel tanpa kesulitan

b) Pola 15 – 20 kali mengisap kemudian menelan pada satu

waktu

c) Bunyi menelan terdengar

d) Mudah melepas payudara saat setelah menyusu

e) Bayi tampak tenang setelah menyusu

f) Minimal tiga kali buang air besar dan popok basah 6 – 8 kali

setiap 24 jam pada hari ke 4.

Tanda-tanda yang dapat diamati dan dapat didiskusikan perawat

dengan ibu untuk meyakinkan ibu lebih lanjut, mengingat air susu

secara langsung ditransfer dari payudara ke mulut bayi tidak dapat

diukur:

a) Suara menelan yang dapat didengar saat menyusui.


43

b) Peningkatan berat badan yang cukup besar >115 – 200 gram

per minggu setelah usia 4 hari

c) Produksi urin bayi yang cukup ditunjukan dengan

popok dengan kebasahan yang cukup

d) Feses bayi yang mengalami transisi dari berwarna gelap

menyerupai tar (mekonium) menjadi kuning kehijauan hingga

fases lunak, berpasir, berwarna kuning muda pada hari kelima

kehidupan.

e) Turgor kulit yang normal

(Nagtalon & Ramos, 2014)

3. Konsep Dasar Nyeri

a. Pengertian

Manuaba (2013) menyatakan bahwa persepsi nyeri individu yang

berbeda-beda dalam skala dan tingkatannya karena merupakan

kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, dan sifatnya

sangat subjektif. Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif

jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti

emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap

perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh

rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau

meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan mekanisme

pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan

menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus


44

nyeri.(Asikin,2016)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri

adalah fenomena yang subyektif dimana respon yang dialami setiap

individu akan berbeda dalam skala dan tingkatannya untuk

menunjukkan adanya masalah atau perasaan yang tidak nyaman. ,

timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan

individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri.

Sedangkan nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosi tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan aktual atau potensial

atau kondisi lain yang masuk dalam kriteria kerusakan tersebut ,

awitan tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat

dengan akhir yang diantisipasi atau diprediksi dan durasi kurang

dari 6 bulan (Wilkonson,2012)

b. Teori nyeri

1) Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) dalam Potter

and Perry (2010) menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur

dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang system

saraf pusat, dimana impuls nyeri dihantarkan saat sebuah

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan ditutup .
45

2) Endogenous Opiat Theory

Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia

mengemukakan bahwa terdapat subtansi seperti opiet yang

terjadi selama alami didalam tubuh, subtansi ini disebut

endorphine yang mempengaruhi transmisi impuls yang

diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine mempengaruhi

transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri.

Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmitter

maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari

pesan nyeri (Hidayat, 2014)

c. Fisiologi nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa

dimana reseptor nyeri memberikan respon jika adanya stimulasi

atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti

histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam

yang terlepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat

kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat berupa termal,

listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare, 2012).

Nyeri dapat dirasakan jika reseptor nyeri tersebut menginduksi

serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan serabut C.

Serabut A- delta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan

cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan


46

mendeteksi intensitas nyeri.

Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran sangat kecil,

menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan

terus-menerus (Potter & Perry, 2010), serabut C dan A-delta

menyampaikan rangsang dari serabut saraf perifer maka akan

melepaskan mediator biokimia yang aktif terhadap respon nyeri,

kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada jaringan yang

rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut

saraf aferen sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medulla

spinalis. Didalam kornu dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi

P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari

saraf perifer ke saraf traktus spinolatamus, informasi di

sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter & Perry,

2010).
47

Bagan 2.1 Fisiologi Nyeri

Stimulasi nyeri : zat kimia, listrik


kekurangak oksigen, trauma jaringan, dan
lain-lain

Pelepasan mediator nyeri (histamine,


prostaglandin, serotonin,ion kalium dll)

Merangsang nosireseptor Dihantarkan Serabut Tipe Aα


(Reseptor nyeri) dan Serabut Tipe C

Medula spinalis

System aktivasi System aktivasi Area Grisea


Retikuler Retikuler periakueduktus

Hipotalamus dan
Talamus Talamus
sistim limbik

Otak (kortek somatosensorik

Persepsi nyeri
(Potter & Perry ,2010)
48

d. Tanda dan gejala nyeri

1) Suara: Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas

2) Ekspresi wajah: Meringiu mulut

3) Menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup

rapat/membuka mata atau mulut, menggigit bibir

4) Pergerakan tubuh: Kegelisahan, mondar – mandir, gerakan menggosok

atau berirama, bergerak melindungi bagian tubuh, immobilisasi, otot

tegang.

5) Interaksi sosial: Menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus

aktivitas untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu (Mohamad, 2012).

e. Proses atau mekanisme nyeri

1) Transduksi

Aktivasi dari reseptor nyeri terjadi selama proses transduksi. Transduksi

merupakan proses dari stimulus nyeri yang diubah ke bentuk yang

dapat diakses oleh otak (Taylor, 2012). Selama fase transduksi,

stimulus berbahaya (cedera jari tangan) memicu pelepasan mediator

biokimia (misal., prostaglandin, bradikinin, serotonin, histamin, zat P)

(Kozier, 2010).

Bradykinin adalah vasodilator kuat untuk meningkatkan permeabilitas

kapiler dan mengalami konstriksi otot polos, memiliki peran yang

penting dari mediator kimia nyeri pada bagian yang cidera sebelum

nyeri mengirimkan pesan ke otak. Bradikinin juga pemacu pengeluaran


49

histamin dan kombinasi dengan respon inflamasi seperti adanya

kemerahan, pembengkakan, dan nyeri yang merupakan ciri khas adanya

reaksi inflamasi.Prostaglandin adalah hormon seperti substansi

tambahan untuk mengirim stimulus nyeri ke CNS.

Prostaglandin, substansi P, dan serotonin (adalah hormon yang akan

aktif untuk menstimulasi otot polos, menghambat sekresi lambung dan

proses vasokonstriksi) yaitu neurotransmitter atau substansi baik untuk

meningkatkan atau menghambat target saraf.Proses transduksi dimulai

ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptor) merupakan

sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan

jaringan

2) Transmisi

Impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis. Zat P

bertindak sebagai neurotrasmiter, yang meningkatkan pergerakan

impuls menyebrangi setiap sinaps saraf dari neuron aferen primer ke

neuron ordo kedua di kornu dorsalis medulla spinalis. Transmisi dari

medulla spinalis dan asendens, melalui traktus spinotalamikus, ke

batang otak dan talamus. Lalu melibatkan transmisi sinyal antara

talamus ke korteks sensorik somatik tempat terjadinya persepsi nyeri

(Kozier, 2010).
50

3) Persepsi

Persepsi dari nyeri melibatkan proses sensori bahwa akan datang

persepsi nyeri (Taylor, 2012). Persepsi merupakan titik kesadaran

seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri ditransmisikan naik ke

medulla spinalis ke talamus dan otak tengah. Dari talamus, serabut

menstransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks

sensori dan korteks asosiasi (dikedua lobus parietalis), lobus frontalis,

dan sistem limbik. Ada sel-sel di dalam limbik yang diyakini

mengontrol emosi, khususnya ansietas (Potter & Perry, 2010).

Selanjutnya diterjemahkan dan ditindak lanjut berupa tanggapan

terhadap nyeri tersebut.

4) Modulasi

Proses dimana sensasi dari nyeri dihambat atau dimodifikasi disebut

modulasi. Sensasi nyeri diantaranya dapat diatur atau dimodifikasi oleh

substansi yang dinamakan neuromodulator. Neuromodulator

merupakan campuran dari opioid endogen, yang keluar secara alami,

seperti morphin pengatur kimia di ganglia spinal dan otak. Mereka

memiliki aktivitas analgesik dan mengubah persepsi nyeri.

Endhorpin dan enkephalin merupakan neuromodulator opioid.

Endhorpin diproduksi di sinap neural tepatnya titik sekitar CNS.

Endhorpin ini merupakan penghambat kimia nyeri terkuat yang

memiliki efek analgesik lama dan memproduksi euphoria. Enkephalin

yang mana tersebar luas seluruhnya di otak dan ujung dorsal di ganglia
51

spinal, dipertimbangkan sedikit potensi daripada endhorpin. Enkephalin

dapat mengurangi sensasi nyeri oleh penghambat yang dilepaskan dari

substansi P dari neuron afferent terminal (Taylor, 2012).

f. Faktor yang mempengaruhi nyeri

1) Budaya

Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai

faktor faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri dan ekspresi nyeri

tersebut. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi

terhadap nyeri (Potter & Perry, 2010).

2) Jenis kelamin

Perbedaan antara laki laki dengan perempuan tidak hanya dalam

faktor biologis, tetapi aspek sosial kultural juga membentuk

berbagai karakter sifat gender. Jenis kelamin dengan respon

nyeri laki- laki dan perempuan berbeda. Hal ini terjadi karena

laki-laki lebih siap untuk menerima efek, komplikasi dari nyeri

sedangkan perempuan suka mengeluhkan sakitnya dan

menangis

3) Usia

Semakin bertambah usia semakin bertambah pula pemahaman

terhadap suatu masalah yang diakibatkan oleh tindakan dan

memiliki usaha untuk mengatasinya. Umur lansia lebih siap


52

melakukan dengan menerima dampak, efek dan komplikasi

nyeri (Adha, 2014).

4) Makna Nyeri

Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri

dibandingkan klien lain, bergantung pada keadaan dan

interpretasi klien mengenai makna nyeri tersebut. Seorang klien

yang menghubungkan rasa nyeri dengan hasil akhir yang positif

dapat menahan nyeri dengan sangat baik. Sebaliknya, klien

yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat merasa lebih

menderita. Mereka dapat berespon dengan putus asa, ansietas,

dan depresi karena mereka tidak dapat mengubungkan makna

positif atau tujuan nyeri.

5) Kepercayaan spiritual

Kepercayaan spiritual dapat menjadi kekuatan yang mepengaruhi

pengalaman individu dari nyeri. Pasien mungkin terbantu dengan cara

berbincang dengan penasihat spiritual mereka (Taylor, 2012)

6) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya

pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun (Potter & Perry, 2010).


53

7) Ansietas

Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang

diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas

(Taylor, 2012).

8) Lingkungan dan dukungan keluarga

Individu dari kelompok sosiobudaya yang berbeda memiliki

harapan yang berbeda tentang orang, tempat mereka

menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri, klien yang

mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga

atau teman untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau

perlindungan. Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali

pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan (Potter &

Perry, 2010).

9) Pengalaman sebelumnya

Paritas dapat mempengaruhi persepsi akan nyeri, bagi wanita muda yang

sehat mungkin pertama kalinya mengalami rasa nyeri yang signifikan

sehingga ia belum mempunyai strategi untukmengatasi nyerinya, nyeri

sensorik pada nullipara sering kali lebih besar dari pada multipara

(Lowdermilk,2013)
54

g. Manajemen nyeri

1) Assesmen nyeri

a) Anamnesa

(1) Riwayat penyakit sekarang

(2) Riwayat pembedahan / penyakit dahulu

(3) Riwayat psiko-sosial

(4) Riwayat pekerjaan

(5) Obat obatan dan alergi

(6) Riwayat keluarga

(7) Assesmen system organ yang komprehensif

a) Pengukuran nyeri

(1) Numeric Rating Scale

Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang

dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang

dirasakannya.

Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan

dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.

0 = tidak nyeri

1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari- hari)

4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)


7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)
55

Gambar 2.2

Numeric Rating Scale

(2) Wong Baker FACES Pain Scale


Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak 3 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang
paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi
nyeri
0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2 – 3 = sedikit nyeri
4 – 5 = cukup nyeri
6 – 7 = lumayan nyeri
8 – 9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Gambar 2.3

Wong Baker FACES Pain Scale

0 2 4 6 8 10

No Hurts
hurts little B
56

(1) COMFORT scale

Indikasi: pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar

operasi / ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric

Rating Scale Wong-Baker FACES Pain Scale.Instruksi: terdapat 9 kategori

dengan setiap kategori memiliki skor 1-5, dengan skor total antara 9 – 45.

Kewaspadaan, Ketenangan, Distress pernapasan, Menangis, Pergerakan,

Tonus otot, Tegangan wajah, Tekanan darah basal, Denyut jantung basal

2) Tatalaksana sesuai mekanisme nyeri

a) Farmakologi Obat Analgesik

(1) Lidokain Tempel (Lidocaine Patch) 5%

(2) Eutectic Mixture of Local Anesthetics (EMLA)

(3) Parasetamol

(4) Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS)

Ketorolak: merupakan satu-satunya OAINS yang tersedia untuk

parenteral. Efektif untuk nyeri sedang-berat, bermanfaat jika terdapat

kontraindikasi opioid atau dikombinasikan dengan opioid untuk

mendapat efek sinergistik dan meminimalisasi efek samping opioid

(depresi pernapasan, sedasi, stasis gastrointestinal). Sangat baik

untuk therapi multi analgetik.

(5) Efek analgesik pada Antidepresan

(6) Anti-konvulsan

(7)Antagonis kanal natrium


57

(8) Antagonis kanal kalsium.

(9) Tramadol

Merupakan analgesik yang lebih paten daripada OAINS oral, dengan

efek samping yang lebih sedikit / ringan. Berefek sinergistik dengan

medikasi OAINS.

b) 3 Step-Ladder WHO

OAINS efektif untuk nyeri ringan-sedang, opioid efektif untuk nyeri

sedang-berat. Mulailah dengan pemberian OAINS / opioid lemah

(langkah 1 dan 2) dengan pemberian intermiten (pro re nata-prn) opioid

kuat yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Jika langkah 1 dan 2 kurang efektif / nyeri menjadi sedang- berat, dapat

ditingkatkan menjadi langkah 3 (ganti dengan opioid kuat dan prn

analgesik dalam kurun waktu 24 jam setelah langkah 1).

Penggunaan opioid harus dititrasi. Opioid standar yang sering digunakan

adalah morfin, kodein.

Jika pasien memiliki kontraindikasi absolut OAINS, dapat diberikan

opioid ringan. Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan

pengurangan dosis secara bertahap: Intravena : antikonvulsan, ketamine,

OAINS, opioid; Oral: antikonvulsan, antidepresan, antihistamin,

anxiolytic, kortikosteroid, anestesi lokal, OAINS, opioid, tramadol;

Rektal (supositori)

c) Non farmakologi
58

(1) Tekhnik distraksi

Distraksi dapat mengatasi nyeri menurut teori Gate Control,

bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme

pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini menjelaskan

bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka

dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu

cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan

merangsang sekresi endhorpin yang akan menghambat pelepasan

substansi P. Teknik distraksi ini khususnya distraksi

pendengaran dapat merangsang peningkatan hormon endhorpin

yang merupakan substansi sejenis morphin yang disuplai oleh

tubuh. Individu dengan endhorpin banyak, lebih sedikit

merasakan nyeri dan individu dengan endhorpin sedikit dapat

merasakan nyeri lebih besar (Rampengan, 2014)

(2) Menggunakan humor (kelucuan, keadaan yang menyenangkan)

Dapat merangsang pengeluaran hormon endhorpin yang dapat

menurunkan nyeri dengan pengalihan perhatian kedalam keadaan

yang menyenangkan.

(3) Mendengarkan musik

Dapat merangsang pelepasan hormon endhorpin yang

merupakan substansi sejenis morphin yang disuplai oleh tubuh,

sehingga pada saat reseptor nyeri di saraf perifer mengirimkan

sinyal ke sinaps, kemudian terjadi transmisi sinaps antara neuron

saraf perifer dan neuron yang menuju otak tempat yang


59

seharusnya substansi P akan menghasilkan impuls. Ketika

terjadi proses di atas, endhorpin akan memblokir lepasnya

substansi P dari neuron sensosik sehingga sensasi nyeri menjadi

berkurang.

(4) Imageri

Guided imagery merupakan salah satu teknik terapi tindakan

keperawatan yang dilakukan dengan cara mengajak pasien

berimaginasi membayangkan sesuatu yang indah dan tempat

yang disukai atau pengalihan perhatian terhadap nyeri yang bisa

dilakukan dengan posisi duduk atau berbaring dengan mata

dipejamkan dan memfokuskan perhatian dan berkonsentrasi.

Sehingga tubuh menjadi rileks dan nyaman.

(5) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan

atau stress melalui pengendoran otot-otot saraf, itu terjadi atau

bersumber pada obyek-obyek tertentu dan merupakan kondisi

istirahat fisik dan mental, tetapi aspek spirit tetap aktif bekerja.

Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan

homeostatis/seimbang, dalam keadaan tenang tetapi tidak

tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi

tubuh yang nyaman (Sunaryo & Lestari, 2015). Relaksasi otot-

otot akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami

trauma atau sakit sehingga mempercepat penyembuhan dan

menurunkan (menghilangkan) sensasi nyeri (Rampengan, 2014).


60

(6) Massage

Massage yang efektif untuk dismenorea adalah dalam bentuk

masase yaitu dalam bentuk pijatan. Salah satu bentuk pijatan

yaitu dengan counterpressure.

(7) Stimulasi Cutaneous

Stimulasi yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Massase,

mandi air hangat, kompres untuk menggunakan kantong es, dan

stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan upaya –

upaya untuk memenurunkan persepsi nyeri. Salah satu pemikiran

dalam stimulasi kutaneus bahwa cara ini menyebbakan pelepasan

endorphin, sehingga memblok transmisi stimulus

(8) Akupuntur

Akupuntur merupakan teknik yang sederhana, hanya

menggunakan jarum khusus serta dapat menunjukkan efek

positif dalam waktu singkat. Jarum yang ditusukkan akan

merangsang hipotalamus pituitary untuk melepaskan beta-

endhorpin yang berefek menguruangi nyeri

(9) HipnosisHipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri

melalui pengaruh sugesti pengaruh sugesti positif. Suatu

pendekatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti diri dan

kesan tentang perasaan yang rileks dan damai (Taylor, 2012)

(10) Biofeedback

Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu

informasi tentang respons fisiologis (mis., tekanan darah atau


61

ketegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap

respon tersebut. Terapi ini digunakan untuk menghasilkan

relaksasi dalam dan sangat efektif untuk mengatasi ketegangan

otot dan nyeri kepala migren. Ketika nyeri kepala ditangani,

elektroda dipasang secara eksternal di atas setiap pelipis.

Elektroda mengukur ketegangan kulit dalam mikrovolt. Mesin

poligraf terlihat mencatat tingkat ketegangan klien sehingga

klien dapat melihat hasilnya.

3) Assesmen ulang nyeri

Dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan

menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut:

Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan

pemeriksaan fisik pada pasien

Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana

nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang sadar/ bangun), pasien yang

menjalani prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum

pasien pulang dari rumah sakit.

Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen

ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat- obat intravena

 Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1

jam setelah pemberian obat nyeri.

 Asesmen ulang sebaiknya dilakukan dengan interval yang teratur.

: Pemberian parenteral: 30 menit, Pemberian oral: 60 menit,


62

Intervensi non-farmakologi: 30-60 menit.

4) Edukasi/pencegahan nyeri

Edukasi pasien: Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit

pasien, serta tatalaksananya. Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri

dan manfaatnya untuk pasien. Beritahukan bahwa pasien dapat

mengubungi tim medis jika memiliki pertanyaan / ingin berkonsultasi

mengenai kondisinya. Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam

menyusun manajemen nyeri (termasuk penjadwalan medikasi,

pemilihan analgesik, dan jadwal control). Kepatuhan pasien dalam

menjalani manajemen nyeri dengan baik

5) Medikasi saat pasien pulang

Pasien dipulangkan segera setelah nyeri dapat teratasi dan dapat

beraktivitas seperti biasa / normal.

Pemilihan medikasi analgesik bergantung pada kondisi pasien.


63

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subyektif dan obyektif

hasil dari anamnesa , wawancara pasien dan keluarga, pemeriksaan fisik,

tanda tanda vital,dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam

medic untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan, resiko atau

mencegah potensi masalah yang dapat ditunda.(Nanda, 2015)

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama,

alamat, status perkawinan, ruang rawat, MR , diagnosa medis, tanggal

masuk, tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta penanggung jawab.

b. Keluhan utama

Keluhan utama di kumpulkan untuk menentukan prioritas intervensi

keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang

kondisi kesehatannya saat ini , keluhan utama pada post op section

caesarea biasanya adalah nyeri di bagian abdomen, pusing dan

sakit pinggang.

Yang perlu di kaji dalam pengkajian nyeri adalah : Mengambarkan

keluhan saat dilakukan pengkajian serta mengambarkan

kejadian sampai terjadi penyakit saat ini, dengan metode P,Q,R,S,T

P : (Paliatif / provokatif) apakah yang menyebabkan keluhan dan

memperingan dan memperberatkan keluhan. Biasanya klien yang post

operasi sectio caesarea yang menyebabkan keluhan adalah luka insisi


64

pada abdomen post operasi, dan keluhannya berupa nyeri di bagian

pada luka post operasi

Q : (Quality / kwantity) seberapa berat keluhan dan bagaimana

rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul, biasanya

keluhannya pada 1 jam pertama setelah post operasi Sc ibu

belum merasakan apapun karena masih di bawah pengaruh anastesi

(obat bius), menurut lowdermilk (2013) sekitar 5 sampai 24 jam

pasca operasi ibu sudah boleh mulai belajar miring kanan miring kiri

kemudian duduk, dan setelah melewati 24 jam latih jalan dapat

dimulai, semakin aktif bergerak akan mempercepat pemulihan fisik

ibu nifas pasca operasi sectio. Setelah periode istirahat pertama

berakhir (biasanya sekitar 2 jam atau 8 jam).

R : (Region / radition) lokasi keluhan dirasakan dan juga arah

penyebaran keluhan sejauh mana, menurut hakimi 2000 sectio

caesarea adalah kelahiran bayi melalui insisi trans abdomen, dan

menurut Amru Sofian (2012) lokasi melalui sayatan pada dinding

uterus melalui dinding perut.

S : (Scale / severity) intensitas keluhan yang dirasakan apakah

sampai manganggu atau tidak, dimana hal ini menentukan waktu dan

durasi, biasanya intensitas yang di rasakan post SC adalah Intensitas

nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitas nyeri dapat diukur

dengan menggunakan angka 0 sampai 10 pada skala intensitas nyeri

(Maryunani, 2009). Biasanya klien dengan post SC mengalami skala

Nyeri 5 sampai 6 karena nyeri tersebut dalam batas sedang. Nyeri


65

persalinan, sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses

fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing

individu” (Judha, Sudarti&Fauziah, 2012).

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri atau tidak nyaman dari berbagai

sumber misalnya trauma bedah/ insisi, nyeri distensi kantung

kemih meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan atau

penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah

pasien operasi

1) Riwayat kesehaatan dahulu

Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya,

panggul ibu sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit

yang lain dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien

pernah mengalami penyakit yang sama.

2) Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak

sungsang, panggul sempit, gamelli, dan sudah riwayat SC

sebelumnya. Dan pada kehamilan kembar riwayat kesehatan

dahulunya faktor keturunan.

3) Riwayat genikologi dan menstruasi a) Riwayat genikologi

a) Riwayat menstruasi

Usia pertama kali haid, siklus haid, banyaknya darah, keluhan

sifat darah dan haid terakhir, HPHT dan tafsiran kehamilan.


66

b) Riwayat keluarga berencana

Jenis kontra sepsi yang digunakan sebelum hamil,waktu

dan lamanya. Apakah ada masalah jenis kontrasepsi yang akan

di gunakan.

c) Pola-pola fungsi kesehatan

(1) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang post operasi

section caesarea, dan cara pencegahan, penanganan, dan

perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya

akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk

mengkonsumsi makanan ringan dan setelah benar-benar

pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan,

kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk

memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa

dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-sering

ditemukan.

(3) Pola aktifitas

Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap,

hal ini menyebabkan hilangnya kekenyalan otot pada

masa post partum, terutama menurunnya tonus otot

dinding dan adanya diastasis rektus abdominalis. Pada

dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur dan


67

terdapat luka/insisi bekas operasi, secara berangsur akan

kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas bawah dapat

berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada

klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila

dilakukan regio anestesi dapat terjadi pula penurunan

kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot.

(4) Pola eleminasi

Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih

dapat terjadi karena letak blass berdempetan dengan

uterus, sehingga pengosongan kandung kemih mutlak

dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama

pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan demikian

kmungkinan dapat terjadi gangguan pola eliminasi BAK,

sehingga klien perlu dilakukan bldder training. Kaji warna

urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.

(5) Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan

tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri pada

luka post Sectio Caesarea.

(6) Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien

dengan keluarga dan orang lain. Dan juga biasanya pola

hubungan komunikasi, dan peran ibu dalam merawat


68

bayinya seperti memandikan,mengendong dan menyusui,

perawatan payudara.

(7) Pola penanggulangan stres

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.

Biasanya stess pada ibu setelah post operasi adalah gelisah

dan tidak bisa tidur lelap di karenakan bayi menangis di

tengah malam dan nyeri di bagian luka insisi pada

abdomen tersebut.

(8) Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada akibat luka

janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola

kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya

pengetahuan merawat bayinya.

(9) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan

kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan

dampak

psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain

dan body image dan ideal diri.

(10) Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan

seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena

adanya proses persalinan dan nifas.


69

a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum dan kesadaran klien, TTV ( TD, P, N, S )

dan pemeriksaan head to toe :

1) Kepala

a) Rambut: Rambut klien tampak bersih atau

kotor,rambur rontok atau tidak,warna bervariasi .

b) Mata: Mata simetris kiri dan kanan,penglihatan baik

atau tidak,sclera ikhterik/tidak.

c) Telinga: Simetris kiri dan kanan,telinga

tampak bersih/tidak.

d) Hidung: Simetris kiri dan kanan,bersih / tidak, tidak

ada kelainan.

e) Mulut dan gigi: Mulut terlihat bersih / kotor, tidak

terdapat sariawan, lembab / kering.

2) Leher

Saat di palpasi apakah ada teraba pembengkakan

kelenjar tiroid, warna kulit sekitar sama/tidak.

3) Thorak

Payudara

Simetris kiri dan kanan, warna sekitar areola hitam

kecoklatan, colostrum ada, tidak ada kelainan pada

payudara, puting susu menonjol, payudara terasa padat, dan

air susu klien hanya sedikit keluar.

Paru-paru
70

I: Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding

dadanormal,ada/tidak terlihat adanyapembengkakan

P :ada/Tidak nyeri tekan, premitus taktil sama/tidak,ada/

tidak teraba massa

P : Redup/sonor

A : Suara nafas Vesikuler/ronkhi/wheezing

Jantung

I :Ictus cordis terlihat/tidak

P : Ictus cordis teraba/tidak

P : Redup/timpani

A : Bunyi jantung lup dup

4) Abdomen

I : Abdomen mungkin masih

menonjol/membesar,terdapat luka operasi tertutup perban.

Biasanya pada ibu post operasi section tedapat strie

gravidarum

P : Nyeri pada luka operasi,TFU turun 1-2 jari tiap

24 jam,abdominalis kembali normal 6-8 minggu

post partum 7-12 cm,konsistensi uterus keras atau

lunak/lembek.

P : Redup

A : Bising usus ibu post operasi biasanya normal 5-

30 x/m , di post sc bising usus ibu tidak

terdengar, dikarenakan ibu masih dalam


71

keadaan puasa dan di pengaruhi obat bius pasca

operasi.

5) Genetalia

Biasanya yang post sc mengalami tanda tanda sbb:

Pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlah nya

Hematom vulfa(gumpalan darah)

Gejala yang paling jelas dan dapat di identifikasi

dengan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat

Lihat kebersihan pada genetali ibu

Ekstremitas

Atas : Pada pasien post sc dapat terjadi kelemahan sebagai

dampak anastesi yang mendefresikan system saraf pada

musculoskeletal sehingga menurunkan tonus otot.

Bawah : Biasanya pada ibu post sc melakukukan

pemeriksaan ekstremitas bawah yaitu pada pemeriksaan

kaki apakah ada oedema,reflek patella nyeri tekan atau

panas pada betis. Adanya tanda homan caranya

meletakan satu tangan pada lutut ibu dilakukan tekanan

ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada

betis dengan tindakan tersebut, tanda homan (+).


72

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia

(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) terhadap

gangguan kesehatan / proseskehidupan atau kerentanan respons dari seorang

individu, keluarga, kelompok atau komunitas tempat perawat secara legal

mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan

atau mencegah perubahan.(PPNI, 2016)

1) Nyeri akut b.d cedera fisik (luka insisi prosedur operasi) d.d mengeluh

nyeri, meringis, posisi menghindari nyeri

2) hambatan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis anastesi dan nyei d.d

sulit menggerakan ekstremitas dan kekuatan otot menurun

3) Menyusui tidak efektif b.d situasional tidak rawat gabung, ketidak

adekuatan suplai ASI, kurang informasi penting nya menyusui dan

metode menyusui d.d bayi tidak melekat pada payudara ibu, ASI tidak

menetes/memancar, ibu kesulitan dalam memposisikan bayinya untuk

menyusui

4) Resiko defisit nutrisi d.d kebutuhan metabolisme yang tinggi akibat

proses menyusui, proses penyembuhan luka, kehilangan selera makan,

mual,muntah, puasa setelah pembedahan

5) Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas, tentang KB

dan perawatan post operasi b.d kurangnya sumber informasi

6) .Defisit perawatan diri b.d kelemahan dan nyeri post op

7) Resiko infeksi d.d prosedur invasive


73

8) Resiko konstipasi d.d penurunan tonus otot sekunder terhadap anestesi,

kurang masukan, nyeri perineal /rectal

3. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

Merupakan lanjutan setelah diagnosis di identifikasi dan merencanakan

tindakan keperawatan yang spesifik secara berurutan, kriteria hasil

mengacu pada perilaku terukur atau persepsi yang ditunjukan oleh seorang

individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang responsif terhadap

tindakan keperawatan.(Nanda, 2015)

Intervensi keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan kepada pengetahuan dan penilaian kritis untuk

mencapai peningkatan , pencegahan dan pemulihan Kesehatan klien

individu, keluarga dan komunitas. (PPNI, 2018)


74

1. PERENCANAAN/ INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut b.d
Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
prosedur invasif:
tindakan
efek operasi observasi
keperawatan
sectio caesarea,
diharapkan nyeri 1. Tanda-tanda vital klien.
ditandai dengan
akut hilang atau 2. Monitor nyeri (PQRST)
Data subyektif :
terkontrol dan klien.
Mengeluh nyeri
klien mampu
Data Objektif: Terapeutik
untuk
Klien tampak 1. Berikan teknik non
mempertahankan
meringis farmakologi untuk
derajat
kesakitan mengurangi rasa nyeri
kenyamanan secara
Bersikap ( relaksasi nafas dalam,
adekuat
protektif(menghin distraksi terapi musik,terapi
dari nyeri, Outcome nyeri di
pijat, aroma terapi, teknik
waspada) pertahankan pada ..
imajinasi terbimbing,
Gelisah ditingkatkan
biofeedback, akuprestur,
Frekuansi nadi pada ...
hipnosis)
meningkat dengan kriteria
2. Bantu klien melakukan
Sulit tidur hasil, yaitu:
posisi yang nyaman.
1. Keluhan nyeri
2. Meringis 3. Kontrol lingkungan dan
3. Sikap protektif aktivitas yang memperberat
4. Gelisah rasa nyeri ( suhu ruangan,
5. Kesulitan tidur pencahayaan dan
6. Tanda tanda vital kebisingan)
TD: 110/70 -
4. Pertimbangkan jenis dan
140/90 mmHg
sumber nyeri dalam
Nadi : 60-100 pemilihan stategi
x/menit meredakan nyeri
75

RR : 16-20
5. Edukasi
x/menit
1. Jelaskan penyebab periode
Suhu : 36 °C -
dan pemicu nyeri
37,5°C
2. Jelaskan stategi
meredakan nyeri dengan
metode Non farmakologik
Latih dalam penggunaan
teknik non farmakologi

3. Anjurkan mengontrol
nyeri secara mandiri
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

analgetik sesuai instruksi

dokter.

2 Menyusui tidak Observasi


Setelah dilakukan
efektif b.d 1. Identifikasi kesiapan dan
tindakan
situasional tidak mampuan menyusui
keperawatan
rawat gabung, 2. Identifikasi tujuan atau
diharapkan
ketidak adekuatan keinginan menyusui
menyusui tidak
suplai ASI, 3. Identifikasi permasalahan
efektif teratasi
kurang informasi yang ibu alami selama
outcome
penting nya proses menyusui
dipertahankan ..
menyusui dan Teurapeutik
ditingkatkan pada ..
metode menyusui 1. Gunakan teknik
dengan kriteria hasil
Data subyektif : mendengarkan aktif
yaitu:
Kelelahan (mis;duduk sama tinggi,
1. Perlekatan bayi
maternal dengarkan permasalahan
pada payudara
Kecemasan ibu)
ibu
76

maternal 2. Berikan pujian terhadap


2. Kemampuan
Data Obyektif : perilaku ibu yang benar
ibu
Bayi tidak 3. Dukung ibu meningkatkan
memposisikan
mampu melekat kepercayaan diri dalam
bayi dengan
pada payudara ibu menyusui
benar sesuai
ASI tidak 4. Libatkan system
kemampuan
menetes/memanc pendukung : suami ,
mobilisasi
ar keluarga
3. Tetesan/
Bay mi rawat Edukasi
pancaran ASI
gabung 1. Berikan konseling
4. Suplai ASI
Nyeri atau lecet menyusui
adekuat
terus menerus 2. Jelaskan manfaat menyusui
5. Puting tidak
setelah minggu bagi ibu dan bayi
lecet
ke2 3. Ajarkan 4 teknik menyusui
6. Kepercayaan
Intake bayi tidak yang tepat sesuai
diri ibu
adekuat kemampuan mobilisasi dan
7. Payudara ibu
Bayi menghisap kebutuhan ibu dan
kosong setelah
tidak terus perlekatan lacth on dengan
menyusui
menerus benar Ajarkan posisi
8. Bayi tidur
Bayi menangis menyusui (mis, cross
setelah
saat di susui cradle, cradle, football, dan
menyusu
Menolak untuk side lying hold yang diikuti
9. Hisapan bayi
menghisap dengan
Bayi rewel dan 4. perlekatan yang benar
menangis terus Kolaborasi
dalam jam jam 1. Kolaborasi pemberian
pertama setelah Therapy
menyusui
77

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi


keperawatan
3. Hambatan Setelah dilakukan
Observasi
mobilisasi fisik tindakan
1. Identifikasi adanya nyeri
b.d efek agen keperawatan
atau Keluhan fisik lainnya
farmakologis diharapkan
2. Identifikasi toleransi fisik
anastesi dan nyeri hambatan mobilisasi
melakukan pergerakan
luka operasi teratasi
3. Monitor frekuensi jantung
ditandai dengan : Outcome hambatan
dan tekanan darah sebelum
Data subyektif: mobilisasi
mobilisasi
Mengeluh sulit dipertahankan pada ..
4. Monitor kondisi umum
menggerakan ditingkatkan
selama melakukan
ekstremitas pada ..dengan
mobilisasi
Data obyektif kriteria evaluasi
Terapeutik
Kekuatan otot 1. Pergerakan
1. Fasilitasi aktivitas
menurun ekstremitas
mobilisasi dengan alat
Rentang gerak meningkat
bantu(mis;pagar tempat
ROM menurun 2. Kekuatan otot
tidur)
meningkat
2. Fasilitasi melakukan
3. Rentang gerak
pergerakan jika perlu
ROM meningkat
3. Libatkan keluarga untuk
4. Nyeri
membantu pasien dalam
5. Kecemasan
meningkatkan pergerakan
6. Kaku sendi
7. Gerakan terbatas Edukasi
8. Kelemahan fisik 1. Jelaskan dan tujuan
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan(mis; posisi
miring kanan dan miring
78

kiri, duduk ditempat tidur,


duduk di sisi tempat
tidur,pindah dari tempat
tidur ke kursi)

1. Defisit
Setelah dilakukan Observasi
perawatan diri :
tindakan 1. Identifikasi usia dan
b.d hambatan
keperawatan budaya dalam membantu
mobilisasi
diharapkan defisit kebersihan diri
ditandai
perawatan diri 2. Identifikasi jenis bantuan
dengan :
teratasi yang dibutuhkan
Data subyektif
3. Monitor kebutuhan tubuh
Menolak Outcome defisit
( mis; rambut,
melakukan perawatan diri
mulut ,kulit,kuku, badan,
perawatan diri dipertahankan
payudara, perenium )
Data obyektif pada .. ditingkatkan
4. Monitor integritas kulit
Tidak mampu pada.. dengan
Terapeutik
mandi/mengena kriteria evaluasi,
1. Sediakan alat peralatan
kan pakaian/ke yaitu:
mandi (mis; sabun, sikat
toilet/makan/ber 1. Kemampuan
gigi, shampoo, pelembab
hias melakukan
kulit )
Minat perawatan diri
2. Sediakan likgkungan yang
melakukan
2. Verbalisasi aman dan nyaman
perawatan diri
keinginan 3. Fasilitasi mandi sesuai
kurang
melakukan kebutuhan
perawatan diri 4. Pertahankan kebiasaan
3. Minat kebersihan diri
melakukan 5. Berikan bantuan sesuai
perawatan diri tingkat kemandirian

4. Mempertahan Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi
79

kan kebersihan dan dampak tidak mandi


diri teradap Kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan pasien
jika perlu

5 Resiko Infeksi d.d Observasi


Setelah dilakukan
Faktor resiko: 1. Monitor tanda dan gejala
tindakan
Penyakit kronis infeksi lokal dan istemik
keperawatan
Efek prosedur Terapeutik
diharapkan resiko
invasive 1. Batasi jumlah pengunjung
infeksi tidak terjadi
Malnutrisi 2. Cuci tangan sebelum dan
out come resiko
Peningkatan sesudah kontak dengan
infeksi
paparan pasien dan lingkungan
dipertahankan
organisme pasien
pada .. ditingkatkan
pathogen 3. Pertahankan teknik aseptic
pada ..
lingkungan setiap tindakan(mis; ganti
Ketidak kriteria hasil, yaitu: balutan, tindakan pasang
adekuatan infus, injeksi dan lain lain)
1. Kebersihan
pertahanan tubuh Edukasi
tangan
primer: gangguan 1. Jelaskan tanda dan gejala
2. Kebersihan
peristaltic, infeksi
badan
kerusakan 2. Informasikan hasil
3. Demam
integritas kulit, labolatorium misalnya
4. Kemerahan
perubahan sekresi leukosit
5. Nyeri
PH, penurunan 3. Anjurkan kecukupan
6. Cairan berbau
kerja silialis, nutrisi, cairan , mobilisasi
busuk
ketuban pecah dan istirahat, dan personal
7. Kadar
lama, KPD, hygiene
Leukosit
merokok, statis 4. Ajarkan cara cuci tangan
5000-
cairan tubuh yang benar menggunakan 6
10000 /ul
80

Ketidak langkah
adekuatan 5. Ajarkan cara memeriksa
pertahanan tubuh kondisi luka operasi,
sekunder: kondisi preparat infus dan
penurunan kateter urin
HB,imunosupresi, Kolaborasi
leukopenia, 1. Kolaborasi pemberian
supresi respon antibiotik
inflamasi,
vaksinasi tidak
adekuat.
6 Resiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi

nutrisi d.d faktor tindakan Observasi

resiko : keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi

kebutuhan diharapkan ketidak 2. Identifikasi perasaan ibu

metabolisme yang seimbangan nutrisi sebelum nampan makanan

tinggi akibat tidak terjadi dibawa masuk

proses menyusui, outcome 3. Identifikasi alergi dan

proses dipertahankan .. intoleransi makanan

penyembuhan ditingkatkan pada .. 4. Identifikasi kebutuhan

luka, kehilangan dengan kriteria kalori dan kebutuhan

selera makan, evaluasi, yaitu nutrisi

mual,muntah, 1. Porsi makan yang 5. Monitor asupan diet

puasa setelah adekuat semua makanan

pembedahan, 2. Verbalisasi 6. Monitor kemajuan

kondisi psikologis keinginan untuk menyusui apakah

(mis;stress, meningkatkan memiliki suplai ASI yang


81

keenggan untuk nutrisi adekuat

makan) 3. Pengetahuan 7. Monitor hasil

tentang standar labolatorium

nutrisi yang tepat 8. Monitor asupan makanan

4. BB Terapeitik

5. IMT 1. Lakukan oral hygiene

6. Frekuensi makan sebelum makan bila perlu

7. Nafsu makan 2. Fasilitasi menentukan

8. Membran mukosa pedoman diet

3. Sajikan makanan yang

menarik dan suhu yang

sesuai

4. Berikan makanan tinggi

kalori dan tinggi proten

5. Berikan suplemen

makanan jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk

jika mampu

2. Ajarkan diet yang

diprogramkan

3. Jelaskan pada ibu dan

keluarga nutrisi yang baik

untuk penyembuhan luka,


82

penanganan infeksi,

energy dan kesejahteraan

secara keseluruhana

4. Anjurkan keluarga untuk

membawakan makanan

yang diminta ibu jika

memungkinkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

medikasi sebelummakan

(mis; pereda nyeri,

antiemetik)

2. Kolaborasi dengan tim

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis

nutrient yang dibutuhkan

No Diagnosa Tujuan /Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
7 Kurang Setelah dilakukan Observasi

pengetahuan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan

tentang perawatan keperawatan penyebab kurang

ibu nifas, tentang diharapkan Kurang pengetahuan perawatan ibu

KB dan pengetahuan tentang nifas da tentang kontrasepsi


83

perawatan post perawatan ibu nifas 2. Identifikasi kesiapan dan

operasi b.d dan perawatan post kemampuan menerima

kurangnya operasi teratasi informasi

sumber informasi outcome Terapeutik

dipertahankan .. 1. Berikan penilaian tentang

ditingkatkan pada .. tingkat pengetahuan

dengan kriteria 2. Dukung kesiapan dan

evaluasi, yaitu motivasi mendapatkan

1. Perilaku sesuai informasi

anjuran 3. Sediakan bagi klien dan

2. Perilaku sesuai keluaga materi dan media

pengetahuan tentang perawatan ibu

3. Kemampuan nifas dan tentang

menjelaskan perencanaan KB

pengetahuan 4. Berikan kesempatan

tentang suatu topik untuk bertanya

4. Kemampuan 5. Fasilitasi klien dan

menggambarkan pasangan dalam

pengalaman mengambil keputusan

sebelumnya yang untuk menggunakan

sesuai dengan kontrasepsi

topik Edukasi

5. Pertanyaan tentang 1. Jelaskan langkah langkah

masalah yang perawatan ibu nifas


84

dihadapi 2. Jelaskan jenis jenis KB ,

6. Persepsi yang cara penggunaan,

keliru terhadap kontraindikasi dan

masalah keuntungan dan kerugian

7. Menjalani penggunaan KB

pemeriksaan yang

tidak tepat

8 Resiko konstipasi Setelah dilakukan Manajemen konstipasi

d.d penurunan tindakan Observasi

tonus otot keperawatan 1. Periksa tandadan gejala

sekunder diharapkan konstipasi

terhadap anestesi, konstipasi tidak 2. Periksa gerakan


terjadi outcome
kurang masukan, usus ,karakteristik feces
dipertahankan ..
nyeri 3. Identifikasi faktor resiko
ditingkatkan
perineal /rectal konstipasi ( mis; obat
pada .. dengan
obatan, tirah baring, dan
kriteria hasil, yaitu
diet rendah serat)
Mempertahankan
Terapeutik
feces lunak
1. Anjurkan diit tinggi serat
setiap1-3 hari
2. Lakukan masase abdomen
1. kontrol
jka perlu
pengeluaran feses
3. Lakukan efakuasi feces bila
2. Keluhan defekasi
perlu
lama dan sulit
4. Lakukan enema
3. Mengejan saat
85

defekasi

4. konsistensi feses Edukasi

5. frekuensi defekasi 1. Anjurkan tingkatkan

6. peristaltik usus mobilisasi untuk

meningkatkan peristaltic

usus

2. Anjurkan peningkatan

cairan, dan diit tinggi serat

Kolaborasi

1. Kolaborasi penggunaan

obat pencahar jika perlu

1. Implementasi

Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah

implementasi dalam menetapkan selama tindakan keperawatan.

Tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri/kerjasama dengan

tim kesehatan lainnya.

2. Evaluasi

Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui

keberhasilan tujuan.Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai


86

maka tugas perawat selanjutnya adalah melakukan pengkajian

kembali.

C. KONSEP EVIDENT BEST PRACTICE POSISI MENYUSUI SIDE

LYING HOLD

1. Efektifitas posisi menyusui side lying hold terhadap penurunan nyeri

pada kasus post sectio caesarea

Salah satu terapi non farmakologi untuk mengurangi nyeri post SC

adalah menyusui dengan Posisi Menyusui Side Lying Hold. posisi

menyusui Side Lying Hold adalah posisi ibu menyusui pada ibu dengan

menggunakan posisi berbaring miring, posisi ini dapat dilakukan karena

cara yang tepat jika luka operasi sangat sakit untuk waktu yang berbeda

beda selama masa laktasinya, posisi ini membuat ibu dapat beristirahat

dan berelaksasi saat menyusui, posisi ibu berbaring miring dengan bantal

dibawah kepala dan dibawah lutut yang akan mengurangi terjadinya

ketegangan otot abdomen (Perry, 2010).

Selain itu dapat mengurangi kelelahan karena bisa dilakukan kapanpun

bahkan saat malam hari ketika waktunya tidur dan mengurangi keluhan

musculoskeletal (wahyuni dkk, 2017) pada ibu menyusui, dengan posisi

berbaring miring akan mengurangi hipermobilitas sendi serta perubahan

pusat berat ibu akibat penekan atau beban berat bayi.

Keuntungan posisi menyusui dengan berbaring miring akan membuat

ibu lebih banyak kesempatan bersantai, tidur lebih banyak pada


87

malam hari, posisi ini direkomendasikan bagi ibu nifas post Sectio

Caesarea karena perut ibu yang memiliki luka bedah dapat terhindar dari

gesekan tangan atau benda lain, tidak akan tersentuh oleh bayi sama

sekali karena beban berat badan bayi sama sekali tidak ditopang oleh ibu

tetapi akan tertumpu dan menekan pada bed/tempat tidur. (wati, 2014).

Selain itu keuntungan posisi berbaring miring juga dapat berpengaruh

pada kefektifan menyusui sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Jannnah (2017) bahwa setelah diberikan intervensi edukasi teknik posisi

menyusui mengalami peningkatan efektivitas menyusui, bayi perlu

melakukan perlekatan dengan baik pada payudara ibu untuk dapat

menyusu secara efektif, mendapatkan ASI yang cukup, dan mencegah

radang atau luka pada puting susu ibu.

Penelitian yang dilakukan Bayu (2013) menyatakan bahwa cara

persalinan dapat mempengaruhi jumlah pemberian ASI, Sectio Caesarea

lebih sedikit memberikan ASI dibandingkan dengan pasien yang

mengalami persalinan normal, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya posisi menyusui yang kurang tepat, nyeri pasca

operasi, mobilisasi yang kurang dan adanya rawat pisah ibu-anak

(Desmawati, 2013).

Tanda kecukupan ASI bisa dilihat dari: Bayi berkemih 6 kali dalam 24

jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering buang air
88

besar berwarna kekuningan dengan bentuk “berbiji”, bayi tampak puas,

sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup, bayi setidaknya

menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, Payudara ibu terasa lunak dan kosong

setiap kali selesai menyusui, Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran

ASI, setiap kali bayi mulai menyusu dan berat badan bayi bertambah.

(Nagtalon & Ramos, 2014)

Sedangkan kekurangan dari posisi ini adalah bayi mudah tersedak dan

resiko hidung bayi tertutup payudara jika sang ibu ketiduran, sulit untuk

wanita yang mempunyai payudara besar (wati, 2014)

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan Liza Wati tahun 2014 yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi Side Lying Hold terhadap

penurunan nyeri pada kasus post Sectio Caesarea di RSUD Kota

Tanjungpinang. Penelitian nya menggunkan desain eksperimen semu

(quasi experiment). Desain penelitian nya adalah Pre and Post Test

Without Control. Teknik pengambilan sampel pada penelitian nya dengan

menggunakan teknik accidental sampling. sampel dalam penelitian di

adalah 44 responden. Pada penelitian ini, analisis bivariat dilakukan

dengan menggunakan uji wilcoxon. hasil penelitian dengan Uji Wilcoxon

dapat dilihat nilai ρ Value diperoleh adalah 0,000. Kesimpulannya adalah

0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh posisi Side Lying

Hold Terhadap Penurunan nyeri pada kasus post Sectio Caesarea Di

RSUD Kota Tanjungpinan Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu
89

post partum yang melahirkan dengan Sectio Caesarea primipara dan

multipara, Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa

lembar observasi skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dengan angka

0-10 dengan membandingkan skala nyeri sebelum menyusui dan sesudah

menyusui posisi SLH di bandingkan dengan skala nyeri sebelum

menyusui dengan skala nyeri menyusui posisi CH, observasi dilakukan

Selama 1 minggu , observasi di hentikan ketika rentang nyeri terasa

ringan yaitu skala 1-3.

Gambar 2.4

Posisi Menyusui Side Lying Hold dan Cradle Hold

Side Lying Hold Cradle Hold

2. SOP Tekhnik posisi menyusui side lying hold menurut Asih dan Risneni

(2016)

a. Pengertian
90

Cara pemberian ASI kepada bayi dengan posisi ibu berbaring

miring Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada

ibu, bayi di susukan dengan kaki kearah ibu.

b. Tujuan

1) Mengurangi tingkat skala dan intensitas nyeri luka operasi

2) Meningkatkan efektifitas menyusui

3) Bayi mendapatkan colostrum

4) Meningkatkan kontraksi Rahim

5) Mencegah perdarahan

c. Indikasi

1) Ibu post partum normal (Primipara, multi para)

2) Ibu post partum sectio caesarea (Primipara, multi para)

a. Kontraindikasi

Ibu yang memiliki payudara sangat besar

b. Peralatan

1) 4 buah Bantal

2) Selimut gulung/kain/handuk

3) Alat peraga : boneka bayi (bila bayi belum rooming in)

c. Prosedur

1) Tahap pra interaksi

 Melakukan verifikasi data

 Identifikasi klien

 Mencuci tangan
91

2) Tahap Orientasi

 Memberikan salam kepada klien dan keluarga

 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

3) Tahap Kerja

a) Mengajarkan kepada klien tentang teknik posisi menyusui

side lying hold

b) Prosedur tindakan

(1) Mencuci tangan sebelum menyusui

(2) Ibu berbaring miring dengan nyaman

(3) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan di putting dan sekitar areola payudara (cara ini

bermanfaat sebagai desinfektan)

(4) Meletakkan 1 atau 2 bantal dibawah kepala dan sisipkan 1

bantal di belak punggung ibu

(5) Meletakkkan bantal lain atau lipatan selimut di bawah

lutut kaki

(6) Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada

dada ibu mulut bayi sejajar dengan putting susu

(7) Menggunakan lengan ibu untuk mengatur posisi bayi agar

tetap miring atau sisipkan gulungan selimut atau handuk di

belakang punggung bayi


92

(8) Menggunakan tangan ibu yang bebas untuk memegang

payudara yang paling dekat dengan bayi kemudian susui

bayi

(9) Apabila ingin menyusui dengan payudara yang satu maka

balikkan badan ibu kesisi yang satunya lagi

(10) Perhatikan bayi saat menyusu, ketika bayi sudah mendapat

asupan ASI yang cukup, untuk melepas isapan bayi

jari kelingking dimasukkan kemulut bayi melalui sudut

mulut atau dagu bayi di tekan ke bawah.

(11) Selama menyusui tataplah bayi dengan penuh kasih

sayang

(12) Menyusukan pada payudara kiri dan kanan masing masing

(15-20 menit) atau on demand ( sesuai keinginan bayi)

(13) Setelah selesai menyusui oleskan sedikit ASI ke putting

susu dan areola dan biarkan kering dengan sendirinya

(14) Kemudian sendawakan bayi dengan cara :

• Meletakkan bayi tegak lurus pada bahu dan perlahan

punggung bayi di usap sambil bersendawa. Bila bayi

tertidur baringka miring kanan atau tengkurap,

udara akan keluar dengan sendirinya


93

• Bayi diletakkan secara tengkurap dalam pangkuan ibu

dan di tepuk tepuk halus pada punggung bayi sampai

bersendawa.

4) Tahap terminasi

Melakukan evaluasi tindakan

Berpamitan dengan klien

Mencuci tangan

Mencatat kegiatan tindakan keperawatan


BAB III
TINJAUN KASUS

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Klien bernama NY.N, berumur 24 tahun, jenis kelamin perempuan,

agama islam, suku sunda, bangsa Indonesia,pendidikan terakhir SLTA,

pekerjaan ibu rumah tangga, dengan no RM 00776448 beralamat

Dusun citeureup Karawang, tanggal masuk RSUD 11 juli 2019, tanggal

pengkajian 12 juli 2019 jam 14.30

b. Identitas penanggung jawab

Nama Suami Tn. S usia 25 tahun, suku sunda, bangasa Indonesia,

pendidikan SLTA, pekerjaan karyawan swasta, agama islam, beralamat

Dusun citeureup Karawang

c. Status Kesehatan

1) Keluhan utama

Pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada luka operasi Sectio

Caesarea sekitar 5 jam yang lalu, nyeri bertambah saat daerah perut

ditekan dan saat bergerak, nyeri seperti di sayat sayat dan

terlokalisasi pada bagian perut dengan skala 7(0-10), yaitu nyeri

berat nyeri dirasakan menetap, upaya untuk mengurangi nyeri

dengan cara tidak bergerak, klien tampak meringis kesakitan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


94
95

2) Riwayat Kesehatan sekarang

Saat melakukan pengkajian Ny.N mengatakan baru 5 jam operasi

post Secti Caesarea, klien mengatakan ini pertama kalinya

melakukan operasi Sectio Caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah

Dini. Klien mengatakan sakit di bagian luka post Sectio Caesarea,

dan klien mengatakan belum bisa mobilisasi hanya bisa menggeser

ke 2 kakinya saja, klien mengatakan ASI nya belum keluar dan

belum bisa disusukan kebayinya karena bayi nya masih diruang

perinatalogi.

3) Riwayat Kesehatan yang lalu

Klien tidak mempunyai penyakit menular, klien mengatakan tidak

mempunyai riwayat alergi makanan dan obat obatan, tidak

memiliki kebiasaan merokok ataupun minuman beralkhohol

4) Riwayat Kesehatan keluarga

Klien mengatakan dalam keluarga nya tidak ada yang memiliki

penyakit menular ataupun penyakit keturunan seperti hipertensi,

DM, asma dan lainnya serta gangguan mental

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


96

Gambar 3.1 Genogram keluarga NY.N

Genogram Keluarga : 3 Generasi

X X

keterangan:

Laki-Laki :

Perempuan :

Meninggal :

Pasien :

Serumah :

-------

5) Riwayat obstertric dan ginekologi

a) Riwayat ginekologi

(1) Riwayat menstruasi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


97

Klien mengatakan pertama kali mendapatkan menstruasi ketika

berumur 13 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama menstruasi 6 hari,

setiap menstruasi 3 kali ganti pembalut setiap harinya

(2) Riwayat pernikahan

Klien menikah pada usia 23 tahun dan lama pernikahan sudah 1 tahun,

setelah menikah langsung hamil di tahun yang sama hanya kosong 6

bulan

(3) Riwayat keluarga berencana

Klien mengatakan setelah menikah berencana langsung mendapat anak

dan rencana KB IUD

b) Riwayat Obstetri

Tabel 3.1 Riwayat Obstetri

no tahun Tipe Penolon Jenis BB Keadaan Masalah


persalinan kelamin Lahir Bayi kehamilan
g

1 2019 SC SPOG Pr 3000 Hidup KPD

c) Riwayat kehamilan sekarang

Klien datang ke RSUD atas rujukan bidan desa hamil 38 mg aterm,

G1P0A0, dengan pembukaan 1 tetapi mules jarang , keluar air air dan

lendir sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit, HPHT 20-10-2018, klien

mengatakan selalu rutin periksa kehamilan nya ke bidan sampai usia

kehamilan 9 bulan, hari kamis malam tanggal 11 juli sekitar jam 22 klien

merasa mules tapi masih jarang tetapi keluar air air dari jalan lahir rembes

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


98

terus menerus disertai lendir kemudian periksa ke bidan ternyata belum ada

pembukaan tetapi air ketuban terus keluar akhirnya dirujuk oleh bidan desa

ke UGD RSUD sekitar jam 23, kemudian diobservasi diruang bersalin dan

di lakukan induksi sampai jam 07.00 tanggal 12 juli belum ada pembukaan

dan menurut bidan kondisi janin sudah lemah dengan DJJ 80x/menit dan

kondisi ibu sangat lemah, kemudian klien di jadwalkan operasi SC cito jam

07.30, bayi lahir segera menangis dengan BB 3000 gram,PB 48 cm, Apgar

Skore 6/8, jenis kelamin perempuan , bayi tidak segera di rawat gabung

masih ada di ruang perinatalogi, dan tidak dilakukan IMD dengan alasan

kondisi ibu masih lemah, bayi baru akan di rawat gabung setelah 8 jam post

Sectio Caesarea.

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Klien tampak lemah, dengan kesadaran Compos Mentis, GCS :15

2) Tanda tanda vital

TD:120/80mmHg, HR:94x/menit, R : 22 x/menit, Suhu:36oC

3) Kepala

Keadaan rambut bersih tidak rapih, tidak adanya nyeri tekan, tidak ada

benjolan

4) Wajah

wajah tampak kusam dan berkeringat tercium bau keringat, tidak ada

hiperpigmentasi, tidak ada cloasma gravidarum, klien tampak meringis

kesakitan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


99

5) Mata

Sclera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor, reaksi terhadap

cahaya +, fungsi penglihatan jelas

6) Hidung

Keadaan hidung bersih, tidak adanya nyeri tekan, tidak ada pernafasan

cuping hidung,

7) Mulut dan gigi

Mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak ada gigi berlubang, fungsi

mengunyah baik, fungsi pengecapan baik, gusi normal, lidah bersih

tidak ada pembengkakan tonsil

8) Telinga

Bentuk telinga simetris, bersih, tidak ada massa, tidak ada gangguan

pendengaran, tidak ada lesi.

9) Leher

Tidak ada hiperpigmentasi dan tidak adanya kesulitan menelan, tidak

ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran

kelenjar thyroid

10) Dada

a) Jantung: BJ 1 dan 2 + terdengar, tidak terdengar bunyi jantung

tanbahan , irama regular, CRT < 3 detik

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


100

b) Paru: Pergerakan dinding dada simetris, tidak adanya Otot

Bantu Nafas, suara paru vesikuler, irama reguler, keadalamnya

dangkal, perkusi paru sonor kanan/kiri

c) Payudara : Simetris, putting susu tampak kotor, keadaan puting

eksverted, adanya hiperpigmentasi aerola dan tampak kotor,

teraba lembek, pengeluaran asi belum ada, colostrum keluar

sedikit saat dipijit

11) Abdomen:

Bentuk abdomen simetris, , bising usus 7 x /menit, terdapat nyeri

tekan pada daerah lukapost operasi, nyeri terasa seperti disayat sayat

dengan skala 7 (0-10), nyeri hanya sekitar luka operasi, nyeri

bertambah pada saat klien bergerak, nyeri berkurang pada saat tidak

bergerak, luka tampak di tutup kassa balutan sepanjang 10 cm ,

bersih tidak ada rembesan dari kassa posisi luka horizontal disupra

pubis, kontraksi uterus baik, tinggi pundus uteri 2 jari di bawah

pusat, DRA tidak dilakukan karena klien masih kesakitan, linea agra

12) Genetalia : Tidak adanya varises, tidak ada edema, tidak ada

hematoma, Perineum utuh, Lochea Rubra dengan jumlah 2x ganti

pem balut jika penuh, warna agak kemerahan, konsistensi encer dan

bau amis darah, terpasang kateter urin dengan kondisi vulva kotor.

13) Anus : tidak ada hemoroid

14) Ekstremitas :

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


101

Atas : Terpasang infus RL + induksin 20 Iu 25 tetes/menit pada

tangan kanan dapat menahan tahanan yang diberikan oleh perawat,

otot kuat dan kenyal, respon pergerakan ada (bisep dan trisep), tidak

ada oedema, crt kembali dalam 2 detik, kuku pendek dan bersih

Tonus Otot 5 5

Bawah : klien mengatakan ke 2 kaki masih lemas dan takut bergerak

karena masih nyeri luka operasi tidak dapat menahan tahanan yang

diberikan oleh perawat, otot sedikit lemah dan kenyal, reflek partela

dan babinsky ada. Tidak ada oedema dan varices, tanda houman

tidak ada. Tonus Otot 4 4

15) Pola aktivitas sehari hari

a) Pola nutrisi

Di rumah Frekuensi makan klien 3x sehari, makanan pokok

nasi, lauk pauk berupa ikan, daging, tempe dan tahu, sayuran

seperti asem, bayam, kangkung, katuk, buah-buahan, jeruk,

pisang, apel, dan lainlain, tidak ada pantangan dan keluahan,

klien minum 6-7 gelas sehari, sedangkan di Rumah sakit setelah

post operasi Sectio Caesarea 5 jam yang lalu baru minum saja,

makanan yang disediakan Rumah Sakit DB TKTP 2100 kkal,

dengan komposisi nasi, telur dan sayuran, klien merasa lapar

ingin segera makan tetapi masih nyeri bila berganti posisi.

b) Pola eliminasi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


102

Di rumah klien Frekuensi BAK 4-5x/hari ,warna kuning jernih,

Bau khas, Jumlah sekitar 800 cc -1000 cc/hari sedangkan di

rumah sakit klien menggunakan kateter urin yang terpasang

sebelum operasi sekitar 5-6 jam yang lalu , tampak julmah urine

700 cc warna urine kuning jernih.sedangkan BAB di rumah

frekuensi BAB 1kali /hari dengan konsistensi feses lembek, di

rumah sakit klien belum pernah BAB

c) Pola istirahat tidur

Di rumah klien tidur klien kurang lebih 8 jam perhari yaitu jam

dari jam 21 sampai dengan jam 5 pagi, klien tidur dengan

nyenyak dan tidak ada kebiasaan sebelum tidur, sedangkan di

Rumah sakit setelah operasi hari ke 0-1 klien masih ingin tidur

karena masih lelah.

d) Pola aktivitas dan latihan

Di rumah klien Dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa ada

hambatan, di Rumah sakit Dalam melakukan aktivitas dibantu

oleh keluarga dan perawat

P:klien mengatakan nyeri bertambah jika bergerak dan

berkurang bila tidak bergerak.

Q: nyeri seperti disayat sayat

R:nyeri pada area luka operasi tidak menyebar ke bagian lain

S : skala nyeri 7 dengan menggunakan numeric rating scale

T : +nyeri muncul 3-5 menit

e) Personal hygiene

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


103

Di rumah klien dapat melakukan Mandi 2x/hari, Gosok gigi

3x/hari, Gunting kuku 1x/minggu, Keramas 2x/minggu

Di rumah sakit klien tidak dapat melakukan mandi,gosok gigi

dan keramas karena tidak dapat mobilisasi masih lemas dan

takut nyeri luka operasi

16) Aspek psikososial dan spiritual

a) Psikologi

Saat ini klien dalam fase taking in, di mana klien masih

ketergantungan nya masih kepada keluarga, masih merasakan

nyeri, tetapi sangat senang dengan kelahiran putri pertama nya

walaupun harus dengan secara operasi sectio caesarea, klien

menanyakan kapan bayinya akan di bawa rawat gabung dengan

nya, klien ingin cepat bertemu dengan bayinya dan ingin segera

merawat dan segera menyusuinya, tetapi merasa khawatir

karena belum tahu cara merawat bayi, cara posisi menyusui

yang benar, masih nyeri luka operasi dan ingin segera merawat

bayinya karena bayi belum rawat gabung dengan kondisi nya

yang masih lemah hanya bisa berbaring di tempat tidur belum

bisa bangun karena masih merasakan nyeri luka operasi dan ke 2

kaki nya masih blm bisa bergerak bebas hanya bisa di geser

saja.karena baru 5 jam post operasi.

b) Persepsi dan pola pikir

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


104

Klien merasa yakin cepat sembuh karena akan mengikuti semua

prosedur perawatan post partum sesuai intruksi tenaga medis di

rumah sakit

c) Konsep diri

(1) Body Image

Klien mengatakan tidak ada gangguan pada penampilannya,


klien menerima dengan penampilan

(2) Ideal Diri


Klien berharap bisa segera pulih agar bisa secepatnya
merawat bayinya

(3) Identitas Diri


Klien seorang ibu rumah tangga biasa yang tinggal dengan
suami dan ibu kandung nya

(4) Harga Diri


Klien bangga dengan perannya sebagai seorang ibu rumah
tangga yang mengurus suami dan mengerjakan pekerjaan
rumah.

d) Aspek Sosial
Pola Komunikasi klien berespon dengan baik saat perawat
mengajukan dan dapat menjawab dengan baik, hubungan
interaksi dengan keluarga baik.dan hubungan dengan tetangga di
rumah baik , dengan sesame pasien dan petugas di rumah sakit
juga baik
e) Data Spiritual
Klien dan keluarga beragama islam. Selama masa nifas klien
sadar tidak bisa beribadah shalat 5 waktu seperti biasanya,tetapi
selama di Rumah Sakit klien tidak lupa berdoa untuk
kesembuhannya dan untuk bayinya
e. Pemeriksaan penunjang

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


105

Tabel 3.2

Tanggal Pemeriksaan Hasil Normal


Pemeriksaa
n
11/07/2019 Hemoglobin 12,5 11,7-15,5
Eritrosit 3,45 4,1-5,1
Leukosit 17,58 4,4-11,3
Trombosit 213 150-400
Hematokrit 34,5 35-47
MCV 87 80-100
MCH 34 26-34
MCHC 36 32-36
RDW-CV 12,3 12,0-14,8
f. Riwayat pengobatan

Tabel 3.3

Tanggal Nama obat Dosis Jam Cara


Pemberian pemberian
12/07/2019 Ceftriaxone 2x1 gr 08.00dan Intra vena
20.00
Ketorolac 3x30 mg 08.00, Intra vena
16.00,dan
24.00
metronidazole 3x500 mg 08.00, Intra vena
16.00,dan
24.00
Induksin 20 3x1 08.00, Drip
mg 16.00,dan dalam RL
24.00 20
tetes/menit
13/7/2019 Ceftriaxone 2x1 gr 08.00dan Intra vena
20.00

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


106

Ketorolac 3x30 mg 08.00, Intra vena


16.00,dan
24.00
metronidazole 3x500 mg 08.00, Intra vena
16.00,dan
24.00
Laktafit tablet 2x1 tab 08.00 dan Oral
20.00
14/7/2019 Cefixime 2 x 08.00 dan oral
100mg 16.00
Asam 3x500 mg 08.00, oral
mefenamat 16.00 dan
24.00
Sulfate 1x1 08.00 oral
ferrous
Analisa Data
Tabel 3.4 Analisa Data
NO DATA FOKUS PENYEBAB MASALAH
1 DS: Post OP SC 5 jam Nyeri Akut
lalu
P : klien mengatakan nyeri

bertambah jika bergerak luka sayatan


dan berkurang bila tidak
terputus nya
bergerak
kontunuitas jaringan
Q: nyeri seperti disayat sayat

R :nyeri pada area luka operasi pengeluaran


histamin, bradikinin,
tidak menyebar ke bagian lain
prostaglandin dan
S : Skala nyeri 7 dengan substansi P

menggunakan nu meric rating


Merangsang
scale
nosereseptor delta A

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


107

T : nyeri muncul +3-5 menit Dorsal horn di


medulla spinalis
DO:
Klien tampak meringis Traktus
kesakitan, skala 7( numeric spinotalamikus
rating scale )
Cortek cerebri
TD:120/80mmHg,

HR:94x/menit,
Nyeri dipersepsikan
RR : 22 x/menit,

Suhu:36oC

2 DS : bayi belum rawat Menyusui tidak


gabung efektif
Klien mengatakan belum tahu

cara merawat bayi, cara posisi Belum ada rangsang


isapan
menyusui yang benar, masih

nyeri luka operasi dan ingin Kurang nya


rangsangan hisapan
segera merawat bayinya karena bayi

bayi belum rawat gabung Oksitosin menurun

DO:
Ejeksi ASI tidak
ASI belum keluar adekuat

Colostrum keluar sedikit saat di ASI tidak keluar


pijit
inefektif laktasi
Payudara teraba lembek,

keadaan puting eksverted kurang pengetahuan

Bayi tidak segera di rawat cara dan perawatan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


108

gabung masih ada di ruang menyusui

perinatalogi, dan tidak dilakukan


menyusui tidak
IMD dengan alasan kondisi ibu efektif
masih lemah, bayi baru akan di

rawat gabung setelah 8 jam post

SC

3 DS : Post sc Hambatan
mobilisasi
Klien mengatakan ke 2 kaki
Keterbatasan rentang
masih lemas dan takut bergerak gerak
ke 2 kaki nya masih blm bisa
Kelemahan
bergerak bebas hanya bisa di

geser saja.karena baru 5 jam

post operasi.

melakukan aktivitas dibantu oleh

keluarga dan perawat

DO :

TD:120/80mmHg,
HR:94x/menit,
RR : 22 x/menit,
Suhu:36oC

Kekuatan otot 5 5
- 4 4

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


109

4 DS: Post sc Defisit Perawatan


Klien mengatakan tidak dapat Diri :Mandi,
melakukan mandi, belum pernah Keterbatasan rentang perawatan
membersihkan putting susu, gerak payudara, vulva
areola dan perenium karena hygiene
belum bisa mobilisasi masih Kelemahan

lemas
DO: Bedrest

Wajah tampak kusam dan


Defisit perawatan
berkeringat
diri: mandi, vulva
Badan tercium bau keringat, hygiene

putting susu tampak kotor,

ariola tampak kotor, perenium

tampak lokhea rubra warna

merah segar dan bau amis

Terpasang kateter urin hari ke 1

5 DS : Luka post Resiko infeksi


Klien mengatakan ada luka SC/terpasang
operasi 5 jam yang lalu tindakan invasive
DO: infus dan kateter
Tampak luka operasi di tutup
kassa balutan sepanjang 10 Jaringan terbuka
cm, bersih tidak ada rembesan
dari kassa, posisi luka Proteksi kurang

horizontal disupra pubis


Leukosit 17,58
Infasi bakteri
Suhu:36oC

Terpasang infus RL + induksin

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


110

20 Iu 25 tetes/menit pada

tangan kanan, Terpasang

kateter urin dengan kondisi

vulva kotor dengan pembalut

penuh darah dan lochea yang

bau amis

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut b.d luka insisi

b. Menyusui tidak efektif b.d situasional bayi tidak rawat gabung dan

kurang informasi penting nya menyusui dan metode menyusui

c. hambatan mobilisasi b.d efek agen farmakologis anastesi dan nyeri

d. Defisit Perawatan Diri :Mandi, perawatan payudara, vulva hygiene b.d

kelemahan

e. Resiko Infeksi d.d prosedur invasive tindakan operasi SC, terpasang

infus dan kateter urine

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


111

3 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut
Setelah Manajemen Nyeri
berhubungan observasi
dilakukan 1. tanda-tanda vital klien.
dengan prosedur 2. Monitor nyeri (PQRST)
tindakan klien.
invasif: efek Terapeutik
keperawatan 1. Berikan teknik non
operasi sectio
3x24 jam farmakologi untuk
caesarea, ditandai
diharapkan mengurangi rasa nyeri
dengan
nyeri akut (relaksasi nafas dalam,
Data subyektif :
hilang atau Teknik menyusui side
P : klien
terkontrol dan lying hold sesuai EBP)
mengatakan
klien mampu 2. Bantu klien melakukan
nyeri
untuk posisi yang nyaman.
bertambah jika
mempertahank 3. Kontrol lingkungan dan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


112

bergerak dan
an derajat aktivitas yang
berkurang bila memperberat rasa nyeri
kenyamanan
(suhu ruangan,
beristirahat
secara adekuat pencahayaan dan

Q: nyeri seperti Outcome nyeri kebisingan)


4. Pertimbangkan jenis
disayat sayat di pertahankan
dan sumber nyeri dalam
R :nyeri pada area pada 2 pemilihan stategi

luka operasi tidak ditingkatkan meredakan nyeri


5. Edukasi
menyebar ke pada 5
1. Jelaskan penyebab
bagian lain
dengan periode dan pemicu
S : Skala nyeri 7
Kriteria Hasil, nyeri
dengan
yaitu: 2. Jelaskan stategi
menggunakan
meredakan nyeri
numeric rating 1. nyeri

2. Meringis dengan metode Non


scale
farmakologik Teknik
T : nyeri muncul 3- 3. Sikap
proteksi menyusui side lying
5 menit sekali
4. Tanda-tanda hold
Data Objektif:

Klien tampak vital dalam 3. Latih dalam

batas normal. penggunaan teknik


meringis kesakitan,
TD: 110/70 - non farmakologi
skala 7 (numeric
140/90 4. Anjurkan mengontrol
rating scale )
mmHg nyeri secara mandiri
TD:120/80mmHg
Nadi : 60-100 Kolaborasi
, 1. Kolaborasi
x/menit
pemberian analgetik

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


113

HR:94x/menit, RR : 16-20
ketorolak 3x30 mg iv
RR : 22 x/menit, x/menit
sesuai instruksi dokter.
Suhu:36oC: Suhu : 36 °C -

HR:94x/menit 37,5°C

No Diagnosa Tujuan /Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
2. Menyusui tidak Manajemen Laktasi
Setelah
efektif Observasi
dilakukan
berhubungan 1. Identifikasi kesiapan dan
tindakan
dengan kurang kemampuan ibu
keperawatan
informasi menyusui
3x24 jam
tentang cara dan 2. Monitor kemampuan
diharapkan
perawatan bayi menyusui
menyusui
menyusui di 3. Periksa reflek primitif
efektif
tandai dengan : (rooting, sucking,
outcome
Data subyektif : swallowing)
dipertahankan
Klien 4. Periksa kondisi
2 ditingkatkan
mengatakan ASI payudara ibu (mis, jenis
pada 4 dengan
belum keluar, puting, bengkak,
Kriteria Hasil,
Klien lecet/luka pada putting,

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


114

mengatakan nyeri putting, mastitis)


yaitu:
belum tahu cara 5. Periksa posisi dan
1. Perlekatan bayi
merawat bayi, perlekatan saat ibu
pada payudara ibu
cara posisi menyusui
2. Kemampuan ibu
menyusui yang Teurapeutik
memposisikan
benar masih 1. Damping ibu selama
bayi dengan benar
nyeri luka kegiatan menyusui
sesuai
operasi dan bayi berlangsung
kemampuan
belum rawat 2. Dukung ibu
mobilisasi
gabung meningkatkan
3. Tetesan pancaran
Data Obyektif : kepercayaan diri untuk
ASI
ASI belum
menyusui dengan
4. Suplai ASI
keluar
menggunakan boneka
Colostrum adekuat
keluar sedikit saat membantu ibu
5. Puting tidak lecet
saat di pijit
memposisikan bayinya
6. Payudara ibu
Payudara teraba
3. Damping ibu
lembek kosong setelah
Bayi tidak memposisikan bayinya
menyusui
segera di rawat dengan benar untuk
7. Hisapan bayi
gabung masih menyusu pertama kali

ada di ruang 4. Berikan pujian ,

perinatalogi, dan informasi dan saran

tidak dilakukan terhadap perilaku positif

IMD dengan dalam menyusui

alasan kondisi 5. Diskusikan masalah

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


115

ibu masih lemah, selama menyusui (missal

bayi baru akan nyeri, bengkak

di rawat gabung padapayudara, lecet pada

setelah 6 jam putting dan

post SC mencari solusinya)

Edukasi

1. Ajarkan ibu mengenali

tanda tanda bayi siap

menyusu (mis, bayi

mencari putting, keluar

saliva, mamasukan jari

kedalam mulutnya, dan

bayi menangis)

2. Ajarkan ibu

mengeluarkan ASI untuk

diolesi pada putting

sebelum dan sesudah

menyusui agar

kelenturan putting tetap

terjaga dan sebagai

disinfektan

3. Ajarkan ibu

mengarahkan mulut bayi

dari arah bawah kearah

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


116

putting ibu

4. Ajarkan posisi menyusui

(mis, cross cradle,

cradle, football, dan side

lying hold) yang diikuti

dengan perlekatan yang

benar

5. Ajarkan perlekatan yang

benar: perut ibu dan bayi

berhadapan, tangan –

kaki bayi satu garis

lurus, mulut bayi terbuka

lebar dan dagu bayi

menempel pada payudara

ibu untuk menghindari

lecet pada putting

payudara

6. Ajarkan memerah ASI

dengan posisi jari jam

12-6, dan jam 9-3

7. Informasikan ibu untuk

selalu mengosongkan

payudara sampai bayi

melepas sendiri putting

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


117

ibu dan mengosongkan

payudara pada payudara

yang belum disusui

dengan memerah ASI

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian

therapy laktafit 1x1 tablet

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
3 Hambatan Setelah dilakukan
Observasi
mobilisasi fisik tindakan
1. Identifikasi adanya
berhubungan keperawatan 3x24
nyeri atau Keluhan
dengan efek agen jam diharapkan
fisik lainnya
farmakologis hambatan mobilisasi
2. Identifikasi toleransi
anastesi dan nyeri teratasi
fisik melakukan
ditandai dengan : Outcome hambatan
pergerakan
Data subyektif: mobilisasi
3. Monitor frekuensi
Klien mengatakan dipertahankan pada 2
jantung dan tekanan
Klien mengatakan ditingkatkan pada 4
darah sebelum
ke 2 kaki masih dengan Kriteria
mobilisasi
lemas dan takut Hasil
4. Monitor kondisi umum
bergerak ke 2 kaki 1. Pergerakan
selama melakukan
nya masih blm ekstremitas
mobilisasi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


118

bisa bergerak meningkat


Terapeutik
bebas hanya bisa 2. Kekuatan otot
1. Fasilitasi aktivitas
di geser meningkat
mobilisasi dengan alat
saja.karena baru 5 3. Rentang gerak
bantu (mis; pagar tempat
jam post operasi. ROM meningkat
tidur)
melakukan 4. Nyeri
2. Fasilitasi melakukan
aktivitas dibantu 5. Kecemasan
pergerakan jika perlu
oleh keluarga dan 6. Kaku sendi
3. Libatkan keluarga untuk
perawat 7. Gerakan terbatas
membantu pasien dalam
Data obyektif : 8. Kelemahan fisik
meningkatkan
TD:120/80mmHg
pergerakan

HR:94x/menit, Edukasi

RR : 22 x/menit, 1. Jelaskan dan tujuan

Suhu:36oC mobilisasi

Kekuatan otot 2. Anjurkan melakukan


5 5
mobilisasi dini
4 4
3. Ajarkan mobilisasi

sederhana yang harus

dilakukan(mis; posisi

miring kanan dan miring

kiri, duduk ditempat

tidur, duduk di sisi tempat

tidur,pindah dari tempat

tidur ke kursi)

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


119

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
4 Defisit perawatan
Setelah Observasi
diri : mandi, 1. Identifikasi usia dan
dilakukan
perawatan budaya dalam membantu
tindakan
payudara, vulva kebersihan diri
keperawatan
hygiene 2. Identifikasi jenis bantuan
3x24 jam
berhubungan yang dibutuhkan
diharapkan
dengan hambatan 3. Monitor kebutuhan tubuh
defisit
mobilisasi ( mis; rambut,
perawatan
ditandai dengan : mulut ,kulit, kuku, badan,
diri mandi
Data subyektif payudara, perenium )
dan vulva
Klien 4. Monitor integritas kulit
hygiene
mengatakan tidak Terapeutik
teratasi
dapat melakukan 1. Sediakan alat peralatan
Outcome
mandi, belum mandi (mis; sabun, sikat
defisit
pernah gigi, shampoo, pelembab
perawatan
membersihkan kulit )
diri mandi
payudara sekitar 2. Sediakan likgkungan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


120

putting dan ariola


dan vulva yang aman dan nyaman
dan perenium
hygiene 3. Fasilitasi mandi sesuai
Data obyektif
dipertahanka kebutuhan
Wajah tampak
n pada 2 4. Pertahankan kebiasaan
kusam dan
ditingkatkan kebersihan diri
berkeringat
pada 4 5. Berikan bantuan sesuai
Badan tercium
dengan tingkat kemandirian
bau keringat,
Kriteria Edukasi
ariola tampak
Hasil, yaitu: 1. Jelaskan manfaat mandi
kotor, perenium
1. Kemampuan dan dampak tidak mandi
tampak lokhea
melakukan teradap Kesehatan
rubra warna
perawatan diri 2. Ajarkan kepada keluarga
merah segar dan
(mandi, vulva cara memandikan pasien
bau amis
hygiene, jika perlu

perawatan

payudara)

2. Verbalisasi

keinginan

melakukan

perawatan diri

mandi, vulva

hygiene,

perawatan

payudara

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


121

3. Minat

melakukan

perawatan diri

mandi, vulva

hygiene,

perawatan

payudara

4. Mempertahank

an kebersihan

diri, vulva dan

payudara

No Diagnosa Tujuan /Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
5 Resiko Infeksi Observasi
Setelah
berhubungan 1. Monitor tanda dan
dilakukan
dengan prosedur gejala infeksi lokal dan
tindakan
invasive tindakan sistemik
keperawatan
operasi SC, Terapeutik
3x24 jam
preparat infus 1. Batasi jumlah
diharapkan
dan kateter urine pengunjung
resiko infeksi
di tandai dengan 2. Cuci tangan sebelum
tidak terjadi
Data subyektif dan sesudah kontak
outcomeresiko
Klien dengan pasien dan
infeksi
mengatakan ada lingkungan pasien
dipertahankan
luka operasi 5 3. Pertahankan teknik
pada 4

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


122

jam yang lalu aseptic setiap tindakan


ditingkatkan
sepanjang 10 cm, (mis; ganti balutan,
pada 5
dan terpasang tindakan pasang infus,
Kriteria Hasil,
kateter urin hari injeksi dan lain lain)
yaitu:
ke 1 Edukasi
1. Kebersihan
Data Objektif: 1. Jelaskan tanda dan
tangan
Leukosit 11,5
gejala infeksi
2. Kebersihan
Suhu:36 C o

2. Informasikan hasil
badan
Terpasang infus
labolatorium misalnya
3. Demam
RL + induksin
leukosit
4. Kemerahan
20 Iu 25
3. Anjurkan kecukupan
5. Nyeri
tetes/menit
nutrisi, cairan ,
6. Cairan berbau
pada tangan
mobilisasi dan istirahat,
busuk
kanan
dan personal hygiene
7. Kadar Leukosit
Terpasang
4. Ajarkan cara cuci
5000-10000 /ul
kateter urin
tangan yang benar
8. Suhu : 36 °C -
dengan kondisi
menggunakan 6
37,5°C
vulva kotor
langkah
dengan
5. Ajarkan cara
pembalut penuh
memeriksa kondisi luka
darah dan
operasi, kondisi
lochea yang
preparat infus dan
bau amis
kateter urin

Kol

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


123

abor

asi

1. Kolaborasi pemberian

antibiotic ceftriaxone

2x1gram,

metronidazole 3x500

mg.

4. Implementasi/Catatan Tindakan Keperawatan


Tabel 3.6
No Hari/ No Jam Implementasi P
Tgl Dx a
r
a
f
1 jumat/ V 14.30 1. Melakukan cuci tangan sebelum Nur
syaadah
12-Juli- dan sesudah kontak dengan pasien

2019 dan lingkungan pasien

menggunakan 6 langkah
I, ,V, III 14.35
2. Mengobsevasi TTV

R/

TD:120/80mmHg,HR:94x/menit,

RR : 22 x/menit, Suhu:36oC

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


124

I 14.40 3. Memonitor nyeri (PQRST) klien

R/ P : klien mengatakan nyeri bertambah

jika bergerak dan berkurang bila

beristirahat

Q: nyeri seperti disayat sayat

R :nyeri pada area luka operasi tidak

menyebar ke bagian lain

S : Skala nyeri 7 dengan

menggunakan numeric rating scale

T : nyeri muncul + 3-5 menit


II 14.50
4. Mengientifikasi kesiapan dan

kemampuan menyusui

R/ Klien mengatakan ASI

belum keluar, masih nyeri luka

operasi dan bayi belum rawat


III 14.55 gabung

5. Mengidentifikasi toleransi

kemampuan mobilisasi fisik

melakukan pergerakan

R/ Klien mengatakan nyeri

bertambah jika bergerak dan

berkurang bila tidak bergerak,

hanya bisa menggesarkan ke 2 kaki


IV 15.00

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


125

saja

6. Mengidentifikasi kebutuhan

personal hygiene

R/ Klien mengatakan tidak dapat

melakukan mandi, belum pernah

membersihkan putting susu, areola


V 15.30
dan perenium karena belum bisa

mobilisasi

7. Mengidentifikasi tanda dan gejala

infeksi lokal dan sistemik

R/klien tidak demam, nyeri pada luka

V 15.35 operasi skala 7, luka tampak bersih di

balut verban steril sepanjang 10 cm

8. Mengajarkan cara cuci tangan yang

benar dengan 6 langkah kepada

klien dan suami


I 15.40
R/ klien dan suami dapat

mendemonstrasikan cuci tangan

dengan benar

9. Memberikan teknik non

farmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri dengan teknik relaksasi nafas

dalam dan menjelaskan stategi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


126

meredakan nyeri dengan metode

Non farmakologik Teknik

menyusui side lying hold

R/ Klien dan suami tampak senang

menerima informasi tentang

strategi mengurangi nyeri


III 15.50
R/ Klien tampak menarik nafas

melalui hidung dan

menghembuskan nafas dari mulut

secara pelan pelan


III 15.55
10. Menganjurkan melakukan

mobilisasi dini

R/ klien bertanya mobilisasi apa

yang boleh dilakukan

III 16.00 11. Menjelaskan dan tujuan

mobilisasi

R/ Klien dapat menyebutkan

tujuan mobilisasi untuk

melancarkan peredaran darah

12. Mengajarkan mobilisasi

sederhana yang harus dilakukan

miring kanan dan miring

kiri,dan memfasilitasi aktivitas

II 16.15 mobilisasi dengan alat bantu

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


127

pagar tempat tidur

R/ Klien tampak memiringkan

badan nya kesebelah kiri dengan

bantuan memegang pagar


I, V 16.20
tempat tidur

13. Melakukan kontrak waktu

tentang konseling menyusui

R/ Klien dan suami bersedia

dilakukan tentang konseling

menyusui

14. Melakukan kolaborasi

IV 16.30 pemberian analgetik ketorolak 30

mg iv, dan antibiotik

metronidazole 500 mg iv ,

ceftriaxone 1 gram iv sesuai

instruksi dokter.

R/ Tidak ada reaksi alergi dari

ke 3 obat
IV 16.35
15. Menjelaskan manfaat mandi dan

vulva hygiene dan dampak tidak

mandi terhadap Kesehatan

R/ Klien mengatakan faham dan

akan melakukan personal

hygiene bila sudah dapat

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


128

mobilisasi jalan

16. Membantu melakukan personal


V 17.00 hygiene mandi dan vulva

hygiene

R/ Klien tampak lebih segar,

wajah tidak kusam, tidak


II 19.00
tercium bau keringat, vulva

tampak bersih, kateter urine

tampak bersih, putting susu dan

areola tempak bersih)

17. Membatasi jumlah pengunjung :

R/ pengunjung bergantian

masuk ruangan

II 19.15

18. Mengidentifikasi kembali

kesiapan dan kemampuan

menyusui
II 19.20 R/ klien mengatakan ingin

menyusui bayinya, klien tampak

langsung menyusui bayinya

tanpa dikeluarkan sedikit dan


II 19.25
dioleskan di putting dan areola

19. Memonitor kemampuan bayi

menyusu

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


129

R/ bayi tampak menyusu dengan

daya isap lemah

20. Memeriksa reflek primitif

(rooting, sucking, swallowing)


II 19.30
R/ rooting +, sucking -,

swallowing -

21. Memeriksa kondisi payudara

ibu(mis, jenis puting, bengkak,

lecet/luka pada putting, nyeri

putting, mastitis)
II 19.35
R/ payudara teraba masih

lembek, putting exverted, nyeri

putting tidak ada, mastitis tidak

ada

22. Memeriksa posisi dan perlekatan

saat ibu menyusui

R/ hidung bayi tampak terjepit


II 19.40
payudara ibu, areola tampak

tidak masuk semua ke mulut

bayi

23. Mengajarkan ibu mengenali

tanda tanda bayi siap menyusu

(mis, bayi mencari putting,

keluar saliva, mamasukan jari

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


130

kedalam mulutnya, dan bayi

menangis)
II 19.45 R/ Klien dan suami tampak

menyimak

24. Mengajarkan ibu mengeluarkan

ASI untuk diolesi pada putting

sebelum dan sesudah menyusui


II 19.50
agar kelenturan putting tetap

terjaga dan sebagai disinfektan

R/klien dan suami tampak

menyimak dan mencoba

melakukannya

II 19.55
25. Mengajarkan ibu mengarahkan

mulut bayi dari arah bawah

kearah putting ibu

R/klien dan suami tampak

menyimak

26. Mengajarkan posisi menyusui

(mis, cross cradle, cradle,

football, dan side lying hold

yang diikuti dengan perlekatan

yang benar

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


131

I, II 20.00 R/klien dan suami posisi apa

yang boleh dilakukan sekarang

27. Mengajarkan perlekatan yang

benar: perut ibu dan bayi

berhadapan, tangan –kaki bayi


I 20.05
satu garis lurus, mulut bayi

terbuka lebar dan dagu bayi

menempel pada payudara ibu

untuk menghindari lecet pada

putting payudara

R/ klien dan Suami tampak


I 20.10
menyimak

28. Melakukan inform consent

terhadap klien dan suami tentang

penerapan EBP

R/ klien dan suami bersedia dan

memberikan izinnya

29. Melakukan observasi jam

memulai menyusui dan tingkat

skala nyeri dengan posisi

menyusui miring saat bayi sudah

rawat gabung

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


132

R/ tercatat dilembar observasi

30. Melakukan kontrak dengan klien

dan suami untuk mencatat jam

menyusui dan skala nyeri

dengan posisi miring di lembar

observasi selama 24 jam :

R/Klien dan suami bersedia

mengisi dilembar observasi

No Hari/ No Jam Implementasi Paraf


Tgl Dx
1 Sabtu I 08.30 1. Melakukan cuci tangan sebelum Nur
Syaadah
/13-Juli- dan sesudah kontak dengan

2019 pasien dan lingkungan pasien

menggunakan 6 langkah
I,V 08.35
2. Mengobsevasi TTVR/

TD:120/80 mmHg,

HR:94x/menit, RR : 20 x/menit,

Suhu:36oC
I 09.00
3. Memonitor nyeri (PQRST) klien

dengan mengggunakan lembar

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


133

observasi dengan posisi SLH

R/ P : klien mengatakan ada

perbedaan nyeri saat sebelum

menyusui dan sedang menyusui

dan berkurang saat menyusui

dengan posisi side lying

hold/berbaring miring

Q: nyeri sedikit senut senut

R :nyeri pada area luka operasi

tidak menyebar ke bagian

lain

S: Skala nyeri 3 dengan

menggunakan numeric rating

scale
I 11.00
T : nyeri muncul + 3 menit

4. Memonitor nyeri (PQRST) klien

dengan mengggunakan lembar

observasi dengan posisi CH

R/ P : klien mengatakan ada

perbedaan nyeri saat sebelum

menyusui dan sedang menyusui

dan tidak berkurang saat

menyusui dengan posisi CH

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


134

Q: nyeri sedikit senut senut

R :nyeri pada area luka operasi

tidak menyebar ke bagian lain

S : Skala nyeri 5 dengan


V 10.55
menggunakan numeric rating

scale

T : nyeri muncul + >5 menit

5. Mengidentifikasi tanda dan

gejala infeksi lokal dan sistemik

R/klien tidak demam, nyeri pada


III 11.00
luka operasi skala 5, luka

tampak bersih di balut verban

steril sepanjang 10 cm

6. Mengidentifikasi toleransi fisik

IV 11.30 melakukan pergerakan

R/ Klien mengatakan nyeri

bertambah jika posisi duduk dan

berkurang bila setengah duduk

7. Mengidentifikasi kebutuhan

personal hygiene
II 15.35
R/ Klien mengatakan sudah

dapat melakukan mandi hanya

di lap saja, dan vulva hygiene

di kamarmandi di bantu suami

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


135

8. Mengientifikasi kesiapan dan

kemampuan menyusui
I, II 15.40 R/ Klien mengatakan ASI sudah

keluar, sudah mulai menyusui

sejak jam 19 .00 kemarin tetapi

masih bingung cara menyusui

yang benar

9. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang posisi

menyusui yang benar dan

mendemonstrasikan teknik non

farmakologi untuk mengurangi

rasa nyeri dengan teknik

III 15.50 menyusui side lying hold dan

cradle hold

R/ Klien tampak bergantian

posisi menyusui side lying hold

dan credle hold, nyeri berkurang

pada saat posisi side lying hold

10. mengajarkan mobilisasi

sederhana yang harus dilakukan

setelah 24 jam pertama yaitu

V 16.00 mobilisasi duduk kemudian

jalan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


136

R/ Klien tampak duduk

bersandar ke tempat tidur dan

berusaha berdiri turun dari

tempat tidur, dan berjalan ke

kamar mandi di bantu suami


IV 16.30
11. melakukan kolaborasi

pemberian anti biotik

metronidazole 500 mg iv dan

ceftriaxone 1 gram iv sesuai

instruksi dokter.

R/ Tidak ada reaksi alergi dari

I 17.00 ke 2 obat

SD 12. Menganjurkan melakukan

18.15 personal hygiene mandi dan

vulva hygiene di kamar mandi

karena sudah lebih dari 24 jam

sudah boleh mobilisasi jalan

R/ Klien dan suami mengatakan

akan mencoba melakukannya

13. Melakukan observasi jam

memulai menyusui dan tingkat

skala nyeri dengan posisi

menyusui miring dan posisi

duduk bergantian

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


137

R/ tercatat dilembar observasi

No Hari/ No Jam Implementasi Paraf


Tgl Dx
1 Minggu/ I 08.00 1. Melakukan cuci tangan sebelum Nur

14Juli- dan sesudah kontak dengan syaadah

2019 pasien dan lingkungan pasien

menggunakan 6 langkah
I 08.05
2. Mengobsevasi TTV

R/ TD:110/80 mmHg,

HR:86x/menit, RR : 20 x/menit,

Suhu:36oC
I 08.10
3. Memonitor nyeri (PQRST) klien

dengan mengggunakan lembar

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


138

observasi dengan posisi SLH

R/ P : klien mengatakan ada

perbedaan nyeri saat sebelum

menyusui dan sedang menyusui

dan berkurang saat menyusui

dengan posisi side lying

hold/berbaring miring

Q: nyeri sedikit senut senut

R :nyeri pada area luka operasi

tidak menyebar ke bagian lain

S : Skala nyeri 2 dengan

menggunakan numeric rating

scale
I 11.30 T : nyeri muncul + 2 menit

4. Memonitor nyeri (PQRST) klien

dengan mengggunakan lembar

observasi dengan posisi CH

R/ P : klien mengatakan ada

perbedaan nyeri saat sebelum

menyusui dan sedang menyusui

dan sedikit berkurang saat

menyusui dengan posisi CH

Q: nyeri sedikit senut senut

R :nyeri pada area luka operasi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


139

tidak menyebar ke bagian

lain

S : Skala nyeri 4 dengan

menggunakan numeric rating


V 12.00
scale

T : nyeri muncul + 3 menit

5. Mengidentifikasi tanda dan

gejala infeksi lokal dan sistemik

R/klien mengatakan masih nyeri,

tidak demam, luka tampak

II 14.45 bersih di balut verban steril

sepanjang 10 cm

II 14.50 6. Mengajarkan memerah ASI

dengan posisi jari jam 12-6, dan

jam 9-3

7. Memberikan Informasi kepada

klien untuk selalu


II 15.00
mengosongkan payudara sampai

bayi melepas sendiri putting ibu

R/ Klien tampak menyimak

8. Memberikan informasi kepada

klien untuk selalu

mengosongkan payudara pada


II 15.05

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


140

payudara yang belum disusui

dengan memerah ASI

R/Klien tampak menyimak

9. Mendamping klien selama

kegiatan menyusui berlangsung

R/klien tampak berhasil


II 15.30
menyusui bayinya deng nyaman

dan tenang dengan posisi yang

benar dan perlekatan bayi yang

baik

10. Memberikan pujian , informasi

dan saran terhadap perilaku

I, II, V 16.00 positif dalam menyusui

R/Klien merasa senang karna

telah berhasil dapat menyusui

bayinya dan akan

melanjutkannya di rumah

11. Melakukan kolaborasi

pemberian anti biotik

metronidazole 500 mg iv dan

ceftriaxone 1 gram iv ,

Ketorolak 30 mg iv , laktafit 1x1

tablet sesuai instruksi dokter

R/ Tidak ada reaksi alergi dari

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


141

ke 4 obat

5. Evaluasi/Catatan Perkembangan

Tabel 3.7

No Hari/ No Jam Evaluasi P


Tgl Dx a
r
a
f
1. Jumat/ I 19.00 S : (P): Klien mengatakan Nur
Syaadah
12-07- masih nyeri daerah luka

2019 setelah operasi sectio

caesare. Sebelum posisi

menyusui SLD dengan

Skala 5 , dan sesudah

posisi SLD berkurang

menjadi 4 , (Q) nyeri

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


142

seperti disayat-sayat, (R)

nyeri terutama daerah

perut ,(S) skala nyeri 4,(T)

nyeri dirasakan hilang

timbul ± 3 menit

O:
- Keadaan umum masih
tampak baik

- Wajah masih tampak

meringis

- TTV :TD:120/70 Mmhg,


N : 80 x/menit,
R : 20x/menit,
S : 36,4 º C
A : Masalah nyeri akut belum
teratasi
P :Lanjutkan intervensi :

manajemen nyeri : observasi

no 1,2, teurapeutik no 1,2

dan kolaborasi no 1
II 19.30 Nur
Syaadah

S : Klien mengatakan ASI

belum keluar, ingin

menyusui bayi nya tetapi

tidak tahu caranya dan

perawatannya

O:bayi sudah di rawat gabung

sejak jam 19.00

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


143

Klien tampak kesulitan

menyusui yang nyaman

Payudara masih lembek,

saat di pijit colostrum

tampak keluar sedikit

A : Masalah menyusui tidak

efektif belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan :

Manajemen laktasi

observasi no :( 2)

III 19.00 terepeutik no :(1,4) edukasi Nur

no:(6,7,8), kolaborasi no : Syaadah

S : Klien mengatakan ke 2

kaki nya sudah bisa ditekuk

dan posisi badan sudah bisa

bergerak miring kanan dan

kiri, tetapi masih belum bisa

bergerak bebas karena

merasakan nyeri dan

terpasang kateter urin

O: Klien tampak miring kanan

dengan bantuan

berpegangan pada handrel

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


144

bed pasien

Kekuatan otot 5 5
5 5
- TTV :TD:120/70 Mmhg,
N : 80 x/menit,
R : 20x/menit,
S : 36,4 º C

A: Hambatan mobilisasi
teratasi

P: Intervensi dipertahankan

observasi no 2
IV 17.00 Nur
Syaadah

S : klien mengatakan akan

melakukan perawatan

kebersihan diri mandi,

vulva hyigiene dan

kebersihan payudara setiap

hari ke toilet bilasudah bisa

mobilisasi jalan

O : Klien tampak lebih segar,

tidak tercium bau keringat,

vulva tampak bersih

menggunakan pembalut

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


145

yang baru, payudara:

putting dan ariola tampak


V 19.00 bersih putting tidak lecet. Nur
Syaadah
A: Masalah defisit perawatan

diri teratasi

P : Intervensi di pertahankan

no 4

S : Klien mengatakan masih

nyeri luka operasi , tidak

demam, tidak nyeri pada

aerah yang terpasang infus

dan kateter urine, klien akan

melakukan cuci tangan

dengan sabun dengan 6

langkah setiap sebelum dan

sesudah menyusui bayi nya,

dan akan meningkatkan

nutrisi, cairan dan

mobilisasi serta istirahat

tidur

O: Suhu : 36,4

Luka operasi masih tampak

bersih tidak ada rembesan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


146

di tutup kassa steril + 10

cm, Preparat infus tidak

plebhitis, kateter urine

tampak bersih, tampak

mendemonstrasikan cuci

tangan dengan 6 langkah

A : masalah resiko infeksi

tidak terjadi

P : intervensi dipertahankan

observasi no 1,2,3, kolaborasi

no 1

No Hari/ No Jam Evaluasi Paraf


Tgl Dx
2 Sabtu/13 I 18.00 S : (P): Klien mengatakan Nur
Syaadah
juli 2019 masih nyeri daerah luka

setelah operasi sectio

caesare. Sebelum posisi

menyusui SLD dengan

Skala 5 , dan sesudah

posisi SLD berkurang

menjadi 4 , (Q) nyeri

seperti disayat-sayat, (R)

nyeri terutama daerah

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


147

perut ,(S) skala nyeri 4,(T)

nyeri dirasakan hilang

timbul ± 3 menit

O:
- Keadaan umum masih
tampak baik

- Wajah masih tampak

meringis

- TTV :TD:120/70 Mmhg,


N : 80 x/menit,
R : 20x/menit,
S : 36,7 º C
A : Masalah nyeri akut belum

teratasi

P :Lanjutkan intervensi :

manajemen nyeri : observasi

no 1,2, teurapeutik no 1,2

edukasi no 2 dan
II 18.00 Nur
kolaborasi no 1 Syaadah

S : Klien mengatakan ASI

belum keluar, ingin

menyusui bayi nya tetapi

tidak tahu caranya dan

perawatannya

O:bayi sudah di rawat gabung

sejak jam 19.00

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


148

Klien tampak kesulitan

menyusui yang nyaman

Payudara masih lembek,

saat di pijit colostrum

tampak keluar sedikit

A : Masalah menyusui tidak

efektif belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan :

Manajemen laktasi observasi

III 18.00 no :(2,3,4,5) terepeutik no : Nur


Syaadah
(3,5) edukasi no:(1 sd 8),

kolaborasi no : 1

S : Klien mengatakan sudah

dapat melakukan mobilisasi

jalan

O: Klien tampak duduk dan

berjalan ke kamar mandi di

bantu suami

Kekuatan otot 5 5
5 5
- TTV :TD:120/70 Mmhg,
N : 80 x/menit,
IV 18.00 R : 20x/menit, Nur
S : 36,7º C Syaadah
A: Hambatan mobilisasi
teratasi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


149

P: Intervensi stop

S : Klien mengatakan sudah

dapat melakukan mandi

hanya di lap saja, dan vulva

hygiene di kamar mandi di

bantu suami

O : Klien tampak lebih segar,

tidak tercium bau keringat,

vulva tampak bersih

menggunakan pembalut

yang baru, payudara:

putting dan ariola tampak

V 18.00 bersih putting tidak lecet. Nur


Syaadah
A: Masalah defisit perawatan

diri teratasi

P : Intervensi di stop

S : Klien mengatakan masih

nyeri luka operasi , tidak

demam, tidak nyeri pada

daerah yang terpasang infus

O: tidak ada tanda tanda

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


150

infeksi

Suhu : 36,7

Luka operasi masih tampak

bersih tidak ada rembesan

di tutup kassa steril + 10 cm

A : masalah resiko infeksi

tidak terjadi

P : intervensi dipertahankan

observasi no 1,2,3, kolaborasi

no 1

No Hari/Tgl No Jam Evaluasi P


Dx a
r
a
f
3 Minggu/ I 11.30 S : (P): Klien mengatakan Nur
Syaadah
14-juli nyeri daerah luka setelah

2019 operasi sectio caesare.

Sebelum posisi menyusui

SLD dengan Skala 3 , dan

sesudah posisi SLD

berkurang menjadi 2 , (Q)

nyeri seperti disayat-sayat,

(R) nyeri terutama daerah

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


151

perut ,(S) skala nyeri 4,(T)

nyeri dirasakan hilang

timbul ± 3 menit

O:
- Keadaan umum masih
tampak baik

- Wajah tampak relaks

- TTV :TD:120/70 Mmhg,


N : 80 x/menit,
R : 20x/menit,
S : 36 º C
A : Masalah nyeri akut belum

teratasi

P :Lanjutkan intervensi di

ruamah

II 15.30 Nur
S : Klien mengatakan sudah Syaadah

bisa cara menyusui bayinya

O:Klien tampak menyusui

dengan nyaman, klien dapat

mendemonstrasikan cara

dan perawatan menyusui

dengan benar

Payudara masih lembek,

perlekatan baik

A : Masalah menyusui tidak

efektif teratasi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


152

P : Intervensi dilanjutkan

dirumah :
12.00 Nur
Syaadah
S : Klien mengatakan nyeri

luka operasi berkurang ,

tidak demam

O: Tidak ada tanda tanda

Infeksi

Suhu : 36 °C

Luka operasi masih tampak

bersih tidak ada rembesan

di tutup kassa steril + 10 cm

A : masalah resiko infeksi

tidak terjadi

P : intervensi dilanjutkan di

rumah

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


153

B. Pembahasan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subyektif dan obyektif

hasil dari anamnesa , wawancara pasien dan keluarga, pemeriksaan fisik,

tanda tanda vital,dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam

medik untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan, resiko atau

mencegah potensi masalah yang dapat ditunda.(Nanda, 2015)

Berdasarkan pengkajian didapatkan data pada kasus Ny.N dengan post

Sectio Carsarea atas indikasi KPD

Data subyektif yaitu nyeri pada area luka operasi nyeri seperti disayat

sayat, Skala nyeri 7 dengan menggunakan numeric rating scale 0-10, tidak

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


154

menyebar ke bagian lain, nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang

bila tidak bergerak, nyeri muncul 3-5 menit , klien mengatakan

mengatakan ada luka operasi 5 jam yang lalu, klien mengatakan tidak

dapat melakukan mandi, belum pernah membersihkan putting susu,

areola dan perenium karena belum bisa mobilisasi masih lemas dan

merasakan nyeri luka operasi, Klien mengatakan belum tahu cara merawat

bayi, cara posisi menyusui yang benar, masih nyeri luka operasi dan ingin

segera merawat bayinya karena bayi belum rawat gabung

Data obyektif yang didapatkan adalah keadaan umum tampak lemah,

TD:120/80mmHg,, HR:94x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu:36oC, tampak

luka operasi di tutup kassa balutan sepanjang 10 cm, bersih tidak ada

rembesan dari kassa, posisi luka horizontal disupra pubis Leukosit 17,58,

terpasang infus RL + induksin 20 Iu 25 tetes/menit pada tangan kanan,

terpasang kateter urin dengan kondisi vulva kotor dengan pembalut penuh

darah dan lochea yang bau amis, Kekuatan otot 5 5


4 4

Wajah tampak kusam dan berkeringat, dan tercium bau keringat, ariola

tampak kotor, perenium dan vulva tampak lokhea rubra warna merah segar

dan bau amis, terpasang kateter urin hari ke 1, ASI belum keluar,

colostrum keluar sedikit saat di pijit, payudara teraba lembek, bayi tidak

segera di rawat gabung masih ada di ruang perinatalogi, dan tidak

dilakukan IMD bayi baru akan di rawat gabung setelah 8 jam post SC, data

ini tidak sesuai dengan teori dimana IMD harus sudah bisa dilakukan bila

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


155

ibu melahirkan dengan proses operasi, maka proses bersentuhan juga bisa

dilakukan segera setelah ibu sadar dan siaga. (Maryunani, 2009) hal ini

dikarenakan bayi harus diobservasi di ruang perinatalogi karena nilai

Apgar Skor saat lahir adalah 6/8.

Data yang tidak ditemukan adalah penurunan nafsu makan, penurunan

peristaltik usus, hal ini dikarenakan klien sudah sadar betul dan pengkajian

dilakukan 5 jam sesudah tindakan operasi sectio caesarea dimana efek

pembiusan dari obat anstesi sudah mulai menghilang, status kekurangan

nutrisi juga tidak ditemukan karena klien sudah tidak dipuasakan.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian dan pengelompokkan data penulis

merumuskan diagnosa keperawatan pada N.y.N didapat kan 5 diagnosa

keperawatan yang muncul yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan luka

insisi, Resiko Infeksi ditandai dengan prosedur invasive tindakan operasi

Sectio Caesarea, terpasang preparat infus dan kateter urine, hambatan

mobilisasi berhubungan dengan efekfarmakologi anastesi dan nyeri luka

operasi, Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak,

menyusui tidak efektif berhubungan dengan situasional bayi tidak rawat

gabung dan kurang informasi penting nya menyusui dan metode

menyusui.

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


156

Dalam teori Diagnosa keperawatan ada 8, sedangkan yang muncul

berdasarkan data yang ditemukan pada kasus terdapat 5 Diagnosa

keperawatan yang sesuai teori. Diagnosa Keperawatan yang tidak muncul

ada 3 diantaranya adalah Resiko defisit nutrisi d.d kebutuhan metabolisme

yang tinggi akibat proses menyusui, proses penyembuhan luka,

kehilangan selera makan, mual,muntah, puasa setelah pembedahan,

Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas, tentang KB dan

perawatan post operasi b.d kurangnya sumber informasi, Resiko

konstipasi d.d penurunan tonus otot sekunder terhadap anestesi, kurang

masukan, nyeri perineal /rectal, hal ini dikarenakan klien saat

pengumpulan data tidak menemukan data data yang menunjang untuk

menegakan ke 3 diagnosa tersebut.

Diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas utama adalah Nyeri akut

berhubungan dengan luka insisi, nyeri merupakan diagnosa keperawatan

aktual hal ini berdasarkan keluhan paling utama klien, nyeri dan

kenyamanan merupakan salah satu kategori psikologis yang dapat

mempengaruhi penurunan fungsi fisiologis, nyeri juga salah satu faktor

ketidakberhasilan memberikan ASI (Wahyuni dkk,2017) atau menyusui

tidak efektif.

3. Tujuan Keperawatan

Merupakan lanjutan setelah diagnosis di identifikasi dan merencanakan

tindakan keperawatan yang spesifik secara berurutan, kriteria hasil

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


157

mengacu pada perilaku terukur atau persepsi yang ditunjukan oleh

seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang responsif

terhadap tindakan keperawatan.(Nanda, 2015)

Tujuan keperawatan yang ingin di capai dari ke 5 diagnosa keperawatan

seluruh nya dapat dicapai sampai rawatan hari ke 3 hal ini dikarenakan

kondisi klien yang kooperatif mau melaksanakan intervensi yang telah

dilakukan bersama perawat

4. Intervensi Keperawatan

Rencana atau intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk diagnosa

keperawatan nyeri akut adalah :

Observasi : tanda-tanda vital klien, monitor nyeri (PQRST)

klien,Terapeutik : berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri (relaksasi nafas dalam, distraksiterapi musik,terapi pijat, aroma

terapi, teknik imajinasi terbimbing, biofeedback, akuprestur, hipnosis),

bantu klien melakukan posisi yang nyaman, kontrol lingkungan dan

aktivitas yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan dan

kebisingan), pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

stategi meredakan nyeri dengan memberikan tindakan Teknik menyusui

Side Lying Hold sesuai EBP.

Edukasi jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri, jelaskan stategi

meredakan nyeri, latih dalam penggunaan teknik non farmakologi

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


158

anjurkan mengontrol nyeri secara mandiri kolaborasi: pemberian

analgetik ketorolak 3x30 mg iv sesuai tatalaksana farmakologi sesuai

mekanisme nyeri nya menggunakan 3 Step-Ladder WHO Ketorolak:

merupakan pemberian therapi langkah ke 2, OAINS yang tersedia untuk

parenteral. Efektif untuk nyeri sedang-berat.assessment ulang nyeri 60

menit setelah pemberian analgetik (Wardani,2014).

Sedangkan intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk diagnosa

menyusui tidak efektif adalah : identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu

menyusui, monitor kemampuan bayi menyusui, periksa reflek primitif

(rooting, sucking, swallowing), periksa kondisi payudara ibu(mis, jenis

puting, bengkak, lecet/luka pada putting, nyeri putting, mastitis) periksa

posisi dan perlekatan saat ibu menyusui amping ibu selama kegiatan

menyusui berlangsung, dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri untuk

menyusui dengan menggunakan boneka saat membantu ibu memposisikan

bayinya, dampingi ibu memposisikan bayinya dengan benar untuk

menyusu pertama kali, berikan pujian , informasi dan saran terhadap

perilaku positif dalam menyusui, diskusikan masalah selama menyusui

(missal nyeri, bengkak pada payudara, lecet pada putting dan mencari

solusinya), ajarkan ibu mengenali tanda tanda bayi siap menyusu (mis,

bayi mencari putting, keluar saliva, mamasukan jari kedalam mulutnya,

dan bayi menangis), ajarkan ibu mengeluarkan ASI untuk diolesi pada

putting sebelum dan sesudah menyusui agar kelenturan putting tetap

terjaga dan sebagai disinfektan, ajarkan ibu mengarahkan mulut bayi dari

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


159

arah bawah kearah putting ibu, ajarkan posisi menyusui (mis, cross cradle,

cradle, football, dan side lying hold) yang diikuti dengan perlekatan yang

benar, ajarkan perlekatan yang benar: perut ibu dan bayi berhadapan,

tangan –kaki bayi satu garis lurus, mulut bayi terbuka lebar dan dagu bayi

menempel pada payudara ibu untuk menghindari lecet pada putting

payudara, ajarkan memerah ASI dengan posisi jari jam 12-6, dan jam 9-3,

informasikan ibu untuk selalu mengosongkan payudara sampai bayi

melepas sendiri putting ibu, informasikan ibu untuk selalu mengosongkan

payudara pada payudara yang belum disusui dengan memerah ASI,

kolaborasi pemberian therapy laktafit 1x1 tablet.

5. Implementasi

Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah

implementasi dalam menetapkan tindakan keperawatan, tindakan ini

dapat dilakukan secara mandiri/kerjasama dengan tim kesehatan lainnya

Implementasi yang sudah dilakukan terhadap Ny.N adalah pada hari

pertama ke 2 dan ke 3 telah melakukan semua tindakan sesuai intervensi

dari ke 5 diagnosa keperawatan diantara nya adalah mengobsevasi TTV

dengan respon : TD:120/80mmHg,HR:94x/menit, RR : 22 x/menit,

Suhu:36oC, memonitor nyeri (PQRST) klien , dengan respon P : klien

mengatakan nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang bila beristirahat,

Q: nyeri seperti disayat sayat, R :nyeri pada area luka operasi tidak

menyebar ke bagian lain, S : Skala nyeri 7 dengan menggunakan numeric

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


160

rating scale, T : nyeri muncul 3-5 menit , memberikan teknik non

farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas

dalam dengan respon klien tampak menarik nafas melalui hidung dan

menghembuskan nafas dari mulut secara pelan pelan, melakukan

kolaborasi pemberian analgetik ketorolak 30 mg iv, dan antibiotik

metronidazole 500 mg iv , ceftriaxone 1 gram iv sesuai instruksi dokter

dengan respon tidak ada reaksi alergi dari ke 3 obat.

Melakukan inform consent terhadap klien dan suami tentang penerapan

EBP dengan respon klien dan suami bersedia dan memberikan izinnya,

melakukan observasi jam memulai menyusui dan tingkat skala nyeri

dengan posisi menyusui miring saat bayi sudah rawat gabung tercatat

dilembar observasi., melakukan kontrak dengan klien dan suami untuk

mencatat jam menyusui dan skala nyeri dengan posisi miring di lembar

observasi selama 24 jam dengan respon klien dan suami bersedia mengisi

dilembar observasi.

Ada beberapa tindakan yang tidak bisa di implementasikan salah satunya

mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri untuk menyusui dengan

menggunakan boneka saat membantu ibu memposisikan bayinya tidak

dapat dilakukan hal ini dikarenakan ruangan rawat gabung tidak

mempunyai alat peraga boneka untuk mengedukasi posisi menyusui

sebelum bayi rooming in, dan intervensi edukasi cuci tangan 6 langkah

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


161

tidak bisa menggunakan hand rub karena kondisi hand rub di ruangan saat

itu sedang habis.

Implementasi yang sudah dilakukan untuk diagnosa keperawatan

menyusui tidak efektif salah satunya dengan memberikan posisi menyusui

side lying hold dimana intervensi ini juga di lakukan untuk tekhnik

nonfarmakologi mengurangi nyeri.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui

keberhasilan tujuan.Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka

tugas perawat selanjutnya adalah melakukan pengkajian kembali.

Evaluasi farmakologi dilakukan 30 menit setelah pemberian theraphy

intra vena Ketorolak 30 mg, 60 menit setelah pemberian therapy oral asam

mefenamat 500 mg dan evaluasi non farmakologi dilakukan 30 sampai 60

menit setelah tindakan,evaluasi non farmakologi posisi menyusui side

lying hold dilanjutkan oleh klien dan keluarga di catat dalam lembar

observasi.

Dihari ke 3 evaluasi keperawatan yang di dapatkan adalah nyeri luka

operasi berkurang dengan skala 2 belum teratasi.

Planning observasi tingkat nyeri dilanjutkan dirumah selama 4 hari

kedepan, resiko infeksi tidak terjadi, hambatan mobilisasi teratasi, defisit

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


162

perawatan diri mandi dan pulpa hygiene teratasi, ketidakefektifan

menyusui teratasi intervensi dilanjutkan di rumah.

Tabel 3.8
Implementasi dan evaluasi posisi menyusui
SLH dan CH
Har Tindakan
Evaluasi
i Keperawatan

1 Posisi SLH Skala 7 menjadi 5

Posisi SLH Skala 5 menjadi 3


2
Posisi CH Skala 5 tetap 5
3 Posisi SLH Skala 3 menjadi 2
Posisi CH Skala 3 menjadi 4

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


163

Posisi SLH Skala 3 menjadi 2


4
Posisi CH Skala 4 tetap 4

Posisi SLH Skala 2 menjadi 1


5
Posisi CH Skala 3 tetap 3

6 Posisi SLH Skala 2 menjadi 1


Posisi CH Skala 3 tetap 3
Posisi SLH Skala 1menjadi 0
7
Posisi CH Skala 2 tetap 2

Tabel 3.9

Implementasi dan Evaluasi efektifitas menyusui

Har Asfek Penilaian Efektifitas Evaluasi

i ke

1 1. Frekuensi BAK dalam 24 jam dilihat 1. BAK /ganti popok 2x

dari frekuensi ganti popok ( 12 jam)

2. Warnanya urine jernih sampai kuning 2. Warna urine jernih

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


164

muda

3. bayi sering buang air besar berwarna 3. Belum BAB dalam

kekuningan dengan bentuk “berbiji” 12 jam

4. bayi setidaknya menyusu 10-12 kali 4. 9 kali (dalam 12 jam)

dalam 24 jam

5. Payudara ibu terasa lunak dan kosong 5. Payudara belum

setiap kali selesai menyusui kosong

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena 6. Belum merasakan geli

aliran ASI setiap kali bayi mulai


7. BB masih 3000
menyusu

7. berat badan bayi bertambah

2 1. Frekuensi BAK dalam 24 jam dilihat 1. BAK /ganti popok 3x

dari frekuensi ganti popok

2. Warnanya urine jernih sampai kuning 2. Warna urine jernih

muda

3. bayi sering buang air besar berwarna 3. BAB 1x hitam

kekuningan dengan bentuk “berbiji” lembek

4. bayi setidaknya menyusu 10-12 kali 4. 16 kali ( posisi SLH

dalam 24 jam 9x, posisi CH 7x)

5. Payudara ibu terasa lunak dan kosong 5. Payudara sedikit

setiap kali selesai menyusui kosong

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena 6. merasakan geli

aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusu

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


165

7. berat badan bayi bertambah 7. BB masih 3000

3 1. Frekuensi BAK dalam 24 jam dilihat 1. BAK /ganti popok 4x

dari frekuensi ganti popok

2. Warnanya urine jernih sampai kuning 2. Warna urine sedikit

muda keruh

3. bayi sering buang air besar berwarna 3. BAB 1x hitam

kekuningan dengan bentuk “berbiji” lembek

4. bayi setidaknya menyusu 10-12 kali

dalam 24 jam 4. 12 kali ( posisi SLH

5. Payudara ibu terasa lunak dan kosong 7x, posisi CH 5x)

setiap kali selesai menyusui 5. Payudara kiri sedikit

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena kosong

aliran ASI setiap kali bayi mulai 6. merasakan geli

menyusu

7. berat badan bayi bertambah 7. BB masih 3000

4 1. Frekuensi BAK dalam 24 jam dilihat 1. BAK /ganti popok 6x

dari frekuensi ganti popok

2. Warnanya urine jernih sampai kuning


2. Warna urine sedikit
muda
keruh
3. bayi sering buang air besar berwarna
3. BAB 2x kuning
kekuningan dengan bentuk “berbiji”
belum berbiji
4. bayi setidaknya menyusu 10-12 kali
4. 12 kali (posisi SLH
dalam 24 jam

5. Payudara ibu terasa lunak dan kosong

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


166

setiap kali selesai menyusui 6x, posisi CH 5x)

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena 5. Payudara kiri sedikit

aliran ASI setiap kali bayi mulai kosong

menyusu 6. merasakan geli

7. berat badan bayi bertambah

7. BB 3100

5 1. Frekuensi BAK dalam 24 jam dilihat 1. BAK /ganti popok 6x

dari frekuensi ganti popok

2. Warnanya urine jernih sampai kuning 2. Warna urine kuning

muda

3. bayi sering buang air besar berwarna 3. BAB 3x kuning

kekuningan dengan bentuk “berbiji” belum berbiji

4. bayi setidaknya menyusu 10-12 kali 4. 12 kali ( posisi SLH

dalam 24 jam 8x, posisi CH 4x)

5. Payudara ibu terasa lunak dan kosong 5. Payudara kiri dan

setiap kali selesai menyusui kanan kosong dan

lunak

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena

aliran ASI setiap kali bayi mulai 6. merasakan geli

menyusu
7. BB 3150
7. berat badan bayi bertambah

6 1. Frekuensi BAK dalam 24 jam dilihat 1. BAK /ganti popok 6x

dari frekuensi ganti popok

2. Warnanya urine jernih sampai kuning 2. Warna urine kuning

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


167

muda jernih

3. bayi sering buang air besar berwarna 3. BAB 3x kuning

kekuningan dengan bentuk “berbiji” berbiji/ampas

4. bayi setidaknya menyusu 10-12 kali 4. 11 kali ( posisi SLH

dalam 24 jam 7x, posisi CH 4x)

5. Payudara ibu terasa lunak dan kosong 5. Payudara kiri dan

setiap kali selesai menyusui kanan kosong dan

lunak

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena 6. merasakan geli

aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusu 7. BB 3200

7. berat badan bayi bertambah

7 1. Frekuensi BAK dalam 24 jam dilihat 1. BAK /ganti popok 8x

dari frekuensi ganti popok

2. Warnanya urine jernih sampai kuning 2. Warna urine kuning

muda jernih

3. bayi sering buang air besar berwarna 3. BAB 3x kuning

kekuningan dengan bentuk “berbiji” berbiji/ampas

4. bayi setidaknya menyusu 10-12 kali 4. 10 kali ( posisi SLH

dalam 24 jam 7x, posisi CH 3x)

5. Payudara ibu terasa lunak dan kosong 5. Payudara kiri dan

setiap kali selesai menyusui kanan kosong dan

lunak

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


168

aliran ASI setiap kali bayi mulai 6. merasakan geli

menyusu

7. berat badan bayi bertambah 7. BB masih 3250

C. Pembahasan kasus/intervensi berdasarkan Evident Best Practice

Tindakan operasi Sectio Caesarea menyebabkan nyeri dan mengakibatkan

terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan

dampaknya akan mengalami kesulitan dengan perawatan bayi, bergerak naik

turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui

akibat adanya nyeri. Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien menunda

pemberian ASI sejak awal pada bayinya.

Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri post Sectio

Caesarea biasanya menggunakan theraphy analgetik. Namun demikian

pemberian farmakologi tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

klien sendiri untuk mengontrol nyerinya. Sehingga dibutuhkan kombinasi

farmakologi untuk mengontrol nyeri dengan non farmakologi agar sensasi

nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang. Metode non

farmakologi tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang

berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Salah satu terapi non

farmakologi untuk mengurangi nyeri post operasi sectio caesarea adalah

menyusui dengan Posisi Menyusui Side Lying Hold

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


169

Posisi menyusui Side Lying Hold merupakan suatu posisi ibu menyusui pada

ibu dengan menggunakan posisi berbaring miring, posisi ibu berbaring di

samping bayi, ibu langsung mengahadap bayi dengan kepala bayi di dekat

payudara dan mulut bayi melekat dengan puting ibu, sehingga memberikan

kemudahan pada ibu untuk menyusui tanpa menghawatirkan ketidak

nyamanan rasa nyeri.

Dengan posisi miring akan menghindari penekanan pada daerah luka operasi

di sekitar abdomen dimana semua beban (tubuh bayi ) akan tertumpu dan

menekan pada bed/tempat tidur.

Posisi side lying hold juga mempengaruhi tingkat perlekatan pada saat

menyusui sehingga meningkatkan keefektifan menyusui.

Tujuan dari tekhnik menyusui side lying hold adalah untuk mengurangi

tingkat skala dan intensitas nyeri luka operasi, meningkatkan kenyamanan

menyusui dan efektifitas menyusui atau perlekatan, bayi mendapatkan

colostrum, meningkatkan kontraksi Rahim, mencegah perdarahan (Asih dan

Risneni, 2016)

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar observasi

skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dengan angka 0-10.untuk mengukur

perkembangan intensitas nyeri dan mengukur efektifitas menyusui dilihat dari

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


170

jumlah Frekuensi BAK dan BAB, kejernihan urine, konsistensi feces,

pengukuran BB dan kondisi pengosongan payudara ibu.

Penerapan EBP dilaksanakan selama 3 hari perawatan di RS dilanjutkan di

rumah selama 4 hari menjadi 7 hari menggunakan lembar observasi dan

dilakukan pengukuran pada saat 1 jam sebelum obat analgetik untuk

mengetahui tingkat kefektifan EBP ini.

Menurut asumsi peneliti, mekanisme posisi menyusui side lying hold

merupakan posisi menyusui yang paling nyaman untuk mengurangi nyeri,

Nyeri merupakan sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan,

karena kerusakan jaringan aktual maupun potensial, Nyeri akan memberi

dampak pada ibu dan bayi, bagi ibu nyeri akan menimbulkan kesulitan pada

saat menyusui.

Hasil evaluasi EBP ini ternyata terbukti efektif bisa di lihat dari lembar

observasi hasil evaluasi intensitas tingkat nyeri menggunakan skala numerik

menunjukan ada perbedaan skala nyeri dengan membandingkan 2 posisi

menyusui yang berbeda yaitu posisi menyusui Side Lying Hold dengan posisi

menyusui Cradle Hold.

Dalam lembar observasi menunjukan bahwa dengan posisi Side Lying Hold

ada penurunan tingkat nyeri yang signifikan dari skala 7 dihari pertama

menjadi skala 0 di hari ke 7, sedangkan dengan posisi CH pada hari pertama

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


171

dengan skala 7 dan padahari ke 7 terjadi penurunan tingkat nyeri dengan skala

2.

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wati (2014) bahwa ada pengaruh

posisi Side Lying Hold terhadap penurunan nyeri pada kasus post Sectio

Caesarea di RSUD Kota Tanjung pinang hanya sampai skala 2, perbedaan ini

menurut asumsi peneliti karena ada perbedaan dalam metode yang di pakai

yaitu dalam implementasinya tidak dibandingkan dengan posisi lain yaitu

posisi cradle hold, dilakukan 1 jam sebelum pemberian analgetik dan 1 jam

sesudah analgetik, dan dilakukan lebih sering pada malam hari.

Keefektifan menyusui bisa dilihat hasil evaluasi dari frekuensi menyusui,

frekuensi BAK dan BAB, BB bayi dan kondisi payudara ibu yang terus

meningkat setiap hari nya. Ada perbedaan frekuensi BAK di hari pertama

hanya 3 kali ganti popok di hari ke 7 menjadi 8x ganti popok, warna urine

dari bening menjadi kuning jernih, BAB di hari pertama 1x hitam dihari ke 7

menjadi 3x warna kuning berbiji/ampas, BB bayi di hari pertama 3000 gram

menjadi 3250 gram.

Hal ini sesuai dengan teori dari (Nagtalon & Ramos, 2014) bahwa

peningkatan berat badan yang cukup besar >115 – 200 gram per minggu

setelah usia 4 hari, produksi urin bayi yang cukup ditunjukan dengan

popok dengan kebasahan yang cukup, feses bayi yang mengalami transisi

dari berwarna gelap menyerupai tar (mekonium) menjadi kuning kehijauan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


172

hingga feses lunak, berpasir/berbiji, berwarna kuning muda pada hari kelima

kehidupan.

Menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan dengan memberikan teknik untuk

mengurangi rasa nyeri yakni terapi distraksi yang memfokuskan perhatian

pasien pada sesuatu selain nyeri, misalnya dengan menyusui.

Hal ini mengacu pada teori gate control yang menyatakan bahwa impuls-

impuls nyeri yang akan melewati gerbang (ujung-ujung saraf sensorik) dapat

diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

pusat. Impuls nyeri dihantarkan ketika gerbang dalam posisi terbuka dan

akan dihentikan ketika gerbang ditutup (Potter and Perry, 2010). Posisi

menyusui side lying hold dapat dijadikan penghambat (menutup) agar impuls

saraf tidak dapat berjalan bebas sehingga tidak dapat mentransmisikan impuls

atau pesan sensori ke korteks sensorik. Upaya menutup pertahanan tersebut

merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Selain itu juga karena faktor lain yaitu persepsi, dan toleransi individu

terhadap ambang nyeri, serta kondisi psikologis ibu yang tidak dalam keadaan

stress melainkan dalam keadaan bahagia dan menyenangkan karena kehadiran

bayi yang diharapkan sehingga ibu dapat melakukan manajemen nyeri.

Kondisi psikologis klien pada fase taking in saat masih perawatan di Rumah

Sakit bahwa kecemasan seorang wanita akan bertambah ternyata tidak di

alami klien pada post partum hari ke 1 dan 2, dan saat perawatan di rumah

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


173

hari ke 4 sampai ke 7 post partum dimana klien berada pada fase letting go,

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya klien

merasa bahagia dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya

karena ada dukungan dari suami dan keluarganya. Hal ini sesuai dengan teori

Reva Rubin dalam Asih dan Risneni (2016)

Perbedaan nyeri yang dirasakan klien didukung oleh Telfer dalam Fraser dan

Cooper (2009) yang menyatakan nyeri merupakan fenomena multifaktor yang

subjektif, personal dan kompleks yang dipengaruhi oleh 85 ontro-faktor

psikologis, biologis, faktor budaya dan ekonomi. Perbedaan ini menunjukan

bahwa intervensi posisi Side Lying Hold mampu mengalihkan toleransi nyeri

dan ambang batas nyeri saat dan setelah ibu menjalani aktifitas menyusui dan

kontak langsung dengan bayi, dengan menyusui ibu mau beradaptasi serta

berespons terhadap nyeri dengan lebih baik, sehingga ibu lebih toleran

terhadap rasa nyeri yang dialaminya.

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian tentang Aplikasi posisi ibu menyusui Side

Lying Hold terhadap penurunan intensitas nyeri dan keefektifan menyusui

pada Ny.N pasca operasi Sectio Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD

Karawang Tahun 2019, maka penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 juli 2019, diperoleh data Klien

bernama Ny.N berusia 2 4 tahun Keluhan utama yaitu lien

mengatakan nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang bila tidak

bergerak, nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada area luka operasi

tidak menyebar ke bagian lain, Skala nyeri 7 dengan menggunakan

numeric rating scale, nyeri muncul 3-5 menit sekali, Klien tampak

meringis, TD:120/80mmHg, HR:94x/menit, RR : 22 x/menit,

Suhu:36oC

2. Diagnosa keperawatan

Penulis menegakan 5 diagnosa keperawatan yang muncul pada

Ny.N. Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi adalah diagnosa

paling utama yang di tegakan.

3. Tindakan

Tindakan yang dilakukan dalam memgatasi nyeri yaitu dengan

manajemen nyeri mulai dari tindakan observasi, tindakan terapeutik,

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


174
175

edukasi dan kolaborasi. memberi posisi menyusui side lying hold

merupakan salah satu Metode non farmakologi untuk menurunkan

intensitas nyeri luka operasi post operasi sectio casarea juga efektif

dalam meningkatkan kefektifan menyusui

4. Berdasarkan hasil penelitian yang tercatat dilembar observasi selama

3 hari di RSUD dan 4 hari dilanjutkan di rumah klien terdapat

penurunan intensitas nyeri setelah dilakukan memberi posisi

menyusui side lying hold selama 7 hari, intensitas nyeri hilang di

hari ke 7 dari skala 7 di hari pertama menjadi 0, juga terdapat

perbedaan tingkat kefektifan menyusui, Ada perbedaan frekuensi

BAK di hari pertama hanya 3 kali ganti popok di hari ke 7 menjadi

8x ganti popok, warna urine dari bening menjadi kuning jernih, BAB

di hari pertama 1x hitam dihari ke 7 menjadi 3x warna kuning

berbiji/ampas, BB bayi di hari pertama 3000 gram menjadi 3250

gram di hari ke 7.

B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diaplikasikan kepada

semua pasien post partum dan memberikan kontribusi untuk

pertimbangan pihak Rumah Sakit dalam pembuatan Standar

operasional Prosedur (SPO) posisi menyusui side lying hold pada

kasus post Sectio Caesarea

2. Bagi pendidikan keperawatan maternitas

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019

174
176

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi

peneliti dan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dalam

bangku perkuliahan. Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi

dan menambah ilmu pengetahuan mahasiswa program studi profesi

keperawatan STIKes Kharisma Karawang tentang pengaruh posisi

Sectio Caesarea khususnya pada mata kuliah maternitas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat

mengembangkan serta melanjutkan penelitian ini serta

memperdalam analisis kasus dan menerapkan beberapa kriteria

khusus pada klien kelolaan utama yang dapat menurunkan intensitas

nyeri.

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019

174
DAFTAR PUSTAKA

Adha, D. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Respon


Terhadap
Nyeri Pasien Post Operasi Mayor di Irna Bedah RSUP. Dr. Djamil
Padang.Jurnal Keperawatan ISSN

Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan, :
Yogyakarta: Nuha Medika

Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. 2 0 1 1 . Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Cetakan


Pertama.

Amru,Sofian.2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obsetri : Obsetri Operatif


Obsetri Social edisi 3 jilid 1&2. Jakarta:.EGC

Asih yusari, Risneni. 2016 .buku ajar asuhan kebidanan nifas dan menyusui,
Jakarta ; Trans Info Media

Asikin, M., Nasir, M., & Podding, I. T. 2016. Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005, Buku ajar keperawatan maternitas, alih
bahasa, Maria, A, Peter, (ed) Komalasari, Jakarta, EGC
Cooper, M. A & Fraser, D. M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan Ed. 14. Jakarta: EGC

Desmawati.2013.Penentu Kecepatan Pengeluaran Air Susu Ibu Setelah Sectio


Caesarea. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional vol 7 no 8

Green, C.J., & Wilkinson, J.M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan :


Maternal& Bayi baru lahir (Alih Bahasa, Monica ESTER… { et, al} );
Editor Edisi Bahasa Indonesia, Sari Isneini, Fruriolina Ariani, Ni Putu
Indri Mahayuni. Jakarta : EGC.

Hartati, Suryani. 2015. Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Seksio Sesarea


(Pendekatan Teori Model Selfcare dan Comfort). Jakarta Timur : CV.
Trans Info Media

Hidayat, S. 2014. Dzkir Khafi Untuk Menurunkan Skala Nyeri


Osteoarthritis
Pada Lansia.Jurnal Keperawatan ISSN

Hidayat, dkk. 2014. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika..


Jakarta: Trans Info Media; 2009.

Jannah M 2017 Pengaruh Support Edukasi Teknik Menyusui Yang Benar


Terhadap Efektivitas Menyusui Ibu Postpartum Wilayah Kerja
Puskesmas Batua.Skripsi fakultas keperawatan universitas Hasanudin.

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


Kementrian Kesehatan RI. (2015). Panduan operasional pelayanan persalinan
dan nifas normal bagi tenaga Kesehatan.jakarta:Kemenkes RI
Kozier, B & Erb, G. 2010. Fundamentals of nursing : concepts and prosedures
(3 th edition). California : Addison- Wesly

Kurniawan, Bayu.2013.Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol 27, No.4

Lestari,A,P.2015.PengaruhStimulasiKutaneusSlowStrokeBackMassage)
hadap Intensitas Nyeri Haid Pada Siswi Kelas XI SMA Muhammadiyah 7
Jurnal Keperawatan vol 4.ISSN

Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. 2013. Keperawatan maternitas.


terjemahan oleh Felicia Sidartha & Anesia Tania. Singapura: Elsevier.

Mansjoer, Arif. Dkk. 2006. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Manuaba, I. B.G.2013. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetric ginekologi


dan KB. Jakarta: EGC

Margono. 2014. Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam


TerhadapPeningkatan
Adaptasi Regulator Tubuh Untuk Menurunkan Nyeri Pasien Post
Operasi Fraktur Di Rumah Sakit Ortopedi Sueharso Surakarta Jurnal
Keperawatan vol 2.ISSN

Maryunani A 2009 asuhan pada ibu dalam masa nifas(post partum), Jakarta ;
Trans Info Media

Nagtalon, J., & Ramos. 2014. Kesehatan ibu & bayi baru lahir: pedoman untuk
perawat dan bidan. (R. Astikawati & E. K. Dewi, Eds.). Jakarta: Erlangga.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,
Jakarta:EGC

NANDA. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika

Prawirohardjo.sarwono. 2006. ilmu kebidanan . Jakarta : P.T Bina pustaka

Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme.


Jakarta : EGC

PPNI.2016 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan: DPP PPNI

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


PPNI.2019 Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan: DPP PPNI

PPNI.2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan: DPP PPNI

Saifullah, A. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Tindakan


Perawat dalam Managemen Nyeri Post Operasi di Bangsal Bedah RSUD
DR Suehadi Prijonegoro Sragen Journal Media Ners, Vol.8 No.2.

Saifuddin, 2006. Buku maternitas dasar, Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. (8 th. Edition). Jakarta: EGC
Sulistyawati, Ari. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.a Medika
Taylor, S.E., Peplau, L.A, Sears, D.O. 20 12. Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas.
Jakarta: Kencana.
Wahyuni, H. Dkk. 2017. Terapi Slow Deep Breathing Dengan Bermain Meniup
Baling- Baling Terhadap Intensitas Nyeri Pada Anak Yang Dilakukan
Penyuntikan Anestesi Sirkumsisi. “Jurnal Skolastik Keperawatan”. 1(2).

Walley, Janet. RN, BSN. 2008. Panduan Praktis bagi calon ibu kehamilan dan
persalinan. Jakarta: EGC

Wati L 2014 pengaruh posisi Side Lying Hold terhadap penurunan nyeri pada
kasus post Sectio Caesarea di RSUD Kota Tanjungpinang “Jurnal
Keperawatan vol 4 no 1,ISSN (2014)

World Health Organization. 2015. WHO Statement on Caesarean Section


Rates. Retrieved from www.who.int/reproductivehealth/

Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri Konsep & Penatalaksanaan Dalam Praktik


Keperawatan Berbasisi Bukti. Jakarta: Salemba Medika.

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
SOP TEKHNIK POSISI MENYUSUI SIDE LYING HOLD

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN


95/4

TANGGAL TERBIT

Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma

Pengertian Cara pemberian ASI kepada bayi dengan posisi ibu berbaring

miring Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada

dada ibu, bayi di susukan dengan kaki kearah ibu.

Tujuan 1. Mengurangi tingkat skala dan intensitas nyeri luka operasi

2. Bayi mendapatkan colostrum

3. Meningkatkan kontraksi Rahim

4. Mencegah perdarahan

indikasi 1. Ibu post partum normal (Primipara, multi para)

2. Ibu post partum sectio caesarea (Primipara, multi para)

Kontra indikasi Indikasi medis yang membuat ibu tidak bisa menyusui bayi nya

Peralatan 1. 4 buah Bantal

2. Selimut gulung/kain/handuk

Prosedur 5) Tahap pra interaksi

 Melakukan verifikasi data

 Identifikasi klien

 Mencuci tangan

6) Tahap Orientasi

 Memberikan salam kepada klien dan keluarga

 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


SOP TEKHNIK POSISI MENYUSUI SIDE LYING HOLD

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN


96/4

TANGGAL TERBIT

Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma

 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

7) Tahap Kerja

a. Mengajarkan kepada klien tentang teknik posisi menyusui side

lying hold

b. Prosedur tindakan

1. Mencuci tangan sebelum menyusui

2. Ibu berbaring miring dengan nyaman

3. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan di putting dan sekitar areola payudara (cara ini

bermanfaat sebagai desinfektan)

4. Meletakkan 1 atau 2 bantal dibawah kepala dan sisipkan 1

bantal di belakang punggung ibu

5. Meletakkkan bantal lain atau lipatan selimut di bawah lutut kaki

6. Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada

ibu mulut bayi sejajar dengan putting susu

7. Menggunakan lengan ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap

miring atau sisipkan gulungan selimut atau handuk di belakang

punggung bayi

8. Menggunakan tangan ibu yang bebas untuk memegang

payudara yang paling dekat dengan bayi kemudian susui bayi

9. Apabila ingin menyusui dengan payudara ang satu maka

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


SOP TEKHNIK POSISI MENYUSUI SIDE LYING HOLD

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN


97/4

TANGGAL TERBIT

Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma

balikkan badan ibu kesisi yang satunya lagi

10. Perhatikan bayi saat menyusu, ketika bayi sudah mendapat

asupan ASI yang cukup, untuk melepas isapan bayi jari

kelingking dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau

dagu bayi di tekan ke bawah.

11. Selama menyusui tataplah bayi dengan penuh kasih sayang

12. Menyusukan pada payudara kiri dan kanan masing masing (15-

20 menit) atau on demand ( sesuai keinginan bayi)

13. Setelah selesai menyusui oleskan sedikit ASI ke putting susu

dan areola dan biarkan kering dengan sendirinya

14. Kemudian sendawakan bayi dengan cara :

- meletakkan bayi tegak lurus pada bahu dan perlahan punggung bayi di

usap sambil bersendawa. Bila bayi tertidur baringka miring kanan atau

tengkurap, udara akan keluar dengan sendirinya

- bayi diletakkan secara tengkurap dalam pangkuan ibu dan di tepuk

tepuk halus pada punggung bayi sampai bersendawa.

8) Tahap terminasi

Melakukan evaluasi tindakan

Berpamitan dengan klien

Mencuci tangan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


SOP TEKHNIK POSISI MENYUSUI SIDE LYING HOLD

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN


98/4

TANGGAL TERBIT

Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma

Mencatat kegiatan tindakan keperawatan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


TUJUAN Langkah Langkah teknik
APA ITU TEKHNIK
menyusui side lying hold
POSISI MENYUSUI
SIDE LYING HOLD Mengurangi tingkat skala dan  
intensitas nyeri luka operasi

TEK
Mencuci tangan sebelum
Bayi mendapatkan colostrum Menyusui
Meningkatkan kontraksi Rahim Ibu berbaring miring dengan
Mencegah perdarahan nyaman
Adalah Cara pemberian ASI
kepada bayi dengan posisi ibu  
berbaring miring Bayi berbaring  
miring dengan dada bayi
Indikasi :Ibu yang melahirkan
bersandar pada dada ibu, bayi di
dengan cara sectio caesarea
susukan dengan kaki kearah ibu sebelum 24 jam pertama post
ibu operasi yang merasakan nyeri > 6
dan belum mendapatkan analgetik
selama 6 jam, masih terpasang
kateter, tidak bisa mobilisasi duduk
Kontra indikasi : Ibu post SC yang
sudah bisa mobilisasi

STIKes
Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
Sebelum menyusui, ASI Apabila ingin menyusui dengan TEKHNIK POSISI MENYUSUI
dikeluarkan sedikit kemudian payudara ang satu maka balikkan
dioleskan di putting dan sekitar badan ibu kesisi yang satunya lagi
  areola payudara (cara ini SIDE LYING HOLD
bermanfaat  
  kesisi yang satunya lagi
sebagai desinfektan)
 
Meletakkan 1 atau 2 bantal Perhatikan bayi saat menyusu, ketika
 
dibawah kepala dan sisipkan 1 bayi sudah mendapat asupan ASI yang
  bantal di belakang punggung ibu cukup, untuk melepas isapan bayi jari
kelingking dimasukkan kemulut bayi
 
Meletakkkan bantal lain atau melalui sudut mulut atau dagu bayi di
  lipatan selimut di bawah lutut tekan ke bawah.
  kaki  
  –Bayi berbaring miring dengan  
  dada bayi bersandar pada dada
ibu mulut bayi sejajar dengan  
putting susu
 
Menggunakan lengan ibu untuk  
mengatur posisi bayi agar tetap Profesi ners non regular
miring atau sisipkan gulungan
selimut atau handuk di belakang Selama menyusui tataplah bayi dengan StTIKes Kharisma 2019
punggung bayi penuh kasih sayang
2
Menggunakan tangan ibu yang bebas Menyusukan pada payudara kiri dan Created by: nurSTIKes
syaadah
untuk memegang payudara yang paling kanan masing masing (15-20 menit)
Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
dekat dengan bayi kemudian susui bayi
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TEKHNIK POSISI MENYUSUI

SIDE LYING HOLD

Pokok bahasan : Asuhan keperawatan pada klien dengan Post


Operasi sectio carsarea hari ke 1
Sub Pokok bahasan : Cara melakukan Tekhnik Posisi Menyusui Side
Lying Hold
Hari/tanggal : Sabtu /13 juli 2019/11.00
Waktu : 1 x 30 menit
Sasaran : Klien Ny.N
Tempat : Ruang Rawat Gabung RSUD
KARAWANG
Penyuluh : Nur Syaadah
Tujuan intruksional umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dapat
memahami dan mampu melakukan teknik posisi menyusui side lying hold
Tujuan untruksional khusus :
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit
diharapkan klien mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian dan tujuan teknik posisi menyusui side
lying hold
b. Menyebutkan 7 dari 14 langkah langkah cara teknik posisi menyusui side
lying hold
c. Mendemonstrasikan cara teknik posisi menyusui side lying hold
Kegiatan Belajar Mengajar
N Taha W kegiatan Kegiatan peserta
O p a penyuluh
k
t
u
1 Pem 5 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam
buka salam 2. Menerima dengan
an m 2. Memperkenalkan baik
e diri 3. Menyimak
n 3. Menjelaskan dengan baik
i tujuan
t
2 Pela 2 1. Menjelaskan 1. Menyimak
ksan 0 pengertian teknik dengan baik
aan
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
m menyusui side lying hold
e 2. Menjelaskan tujuan
n teknik menyusui side 2. Menyimak
i lying hold dengan baik
t 3. Menjelaskan langkah
langkah cara teknik 3. Menyimak
menyusui side lying hold dengan baik
4. Mendemonstrasikan
cara teknik menyusui
side lying hold
5. Memberikan 4. Menyimak
kesempatan untuk dengan baik
bertanya
5. Mengajukan
6. Menjawab
beberapa
pertanyaan yang diajukan
pertanyaan

6. Menyimak
dengan baik
3 Penu 5 1. Mereview 1. Mampu
tup kembali materi menjawab
m yang disampaikan pertanyaan yang
e dengan diajukan
n mengajukan
i pertanyaan
t 2. Evaluasi objektif 2. Mampu
menjawab 3
pertanyaan dari 3
pertanyaan yang
diajukan
Mampu
mendemonstrasik
an cara tekhnik
relaksasi nafas
3. Mengucapkan
dalam
salam
3. Menjawab salam

Metode : Ceramah , diskusi , demonstrasi


Media : Leaflet, Lembar balik
Materi : Terlampir
Evaluasi : Lisan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan
Mendemonstrasikan kembali cara teknik posisi menyusui side
lying hold
Standar persiapan :
a. Satu hari sebelum pendidikan kesehatan membuat kontrak dengan klien
tentang waktu pelaksanaan pendidikan Kesehatan

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


b. Satu hari sebelum pelaksanaan, materi pendidikan kesehatan dikonsulkan
c. Sebelum pendidikan kesehatan mengingatkan kembali kontrak, persiapan
klien
Standar proses
a. Klien dapat bekerjasama selama pemberian pendidikan Kesehatan
b. Klien dapat berperan aktif dalam diskusi
c. Klien banyak mengajukan pertanyaan selama proses diskusi
d. Klien dapat mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan sampai dengan
selesai.
Standar hasil
a. Klien dapat menjelaskan tentang pengertian dan tujuan teknik posisi
menyusui side lying hold
b. Klien dapat menyebutkan 7 dari 14 langkah langkah cara teknik posisi
menyusui side lying hold
c. Klien dapat melakukan dan mendemonstrasikan cara teknik posisi
menyusui side lying hold

Lampiran Materi
TEKHNIK POSISI MENYUSUI

SIDE LYING HOLD

A. Pengertian
Cara pemberian ASI kepada bayi dengan posisi ibu berbaring miring Bayi
berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu, bayi di
susukan dengan kaki kearah ibu, bagi ibu yang melahirkan dengan cara
sectio caesarea sebelum 24 jam pertama post operasi yang merasakan
nyeri > 6 dan belum mendapatkan analgetik selama 6 jam
B. Tujuan :
1. Mengurangi tingkat skala dan intensitas nyeri luka operasi
2. Bayi mendapatkan colostrum
3. Meningkatkan kontraksi Rahim
4. Mencegah perdarahan
C. Indikasi :
3. Ibu post partum normal (Primipara, multi para)

4. Ibu post partum sectio caesarea (Primipara, multi para) Kontra indikasi

: ibu post SC yang sudah bisa mobilisasi

D. Langkah Langkah teknik menyusui side lying hold


15. Mencuci tangan sebelum menyusui

16. Ibu berbaring miring dengan nyaman

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


17. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan di

putting dan sekitar areola payudara (cara ini bermanfaat sebagai

desinfektan)

18. Meletakkan 1 atau 2 bantal dibawah kepala dan sisipkan 1 bantal di

belakang punggung ibu

19. Meletakkkan bantal lain atau lipatan selimut di bawah lutut kaki

20. Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu mulut

bayi sejajar dengan putting susu

21. Menggunakan lengan ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap miring

atau sisipkan gulungan selimut atau handuk di belakang punggung bayi

22. Menggunakan tangan ibu yang bebas untuk memegang payudara yang

paling dekat dengan bayi kemudian susui bayi

23. Apabila ingin menyusui dengan payudara ang satu maka balikkan badan

ibu kesisi yang satunya lagi

24. Perhatikan bayi saat menyusu, ketika bayi sudah mendapat asupan ASI

yang cukup, untuk melepas isapan bayi jari kelingking dimasukkan

kemulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi di tekan ke bawah.

25. Selama menyusui tataplah bayi dengan penuh kasih sayang

26. Menyusukan pada payudara kiri dan kanan masing masing (15-20

menit) atau on demand ( sesuai keinginan bayi)

27. Setelah selesai menyusui oleskan sedikit ASI ke putting susu dan areola

dan biarkan kering dengan sendirinya

28. Kemudian sendawakan bayi dengan cara :

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


- meletakkan bayi tegak lurus pada bahu dan perlahan punggung bayi di

usap sambil bersendawa. Bila bayi tertidur baringka miring kanan atau

tengkurap, udara akan keluar dengan sendirinya

- bayi diletakkan secara tengkurap dalam pangkuan ibu dan di tepuk tepuk

halus pada punggung bayi sampai bersendawa.

DAFTAR PUSTAKA
Asih yusari, Risneni (2016) buku ajar asuhan kebidanan nifas dan
menyusui, Jakarta ; Trans Info Media
Cadwell Karin, Turner Cindy, Maffei (2011) buku saku manajemen
Laktasi Jakarta; EGC
Maryunani A (2009)asuhan pada ibu dalam masa nifas(post partum),
Jakarta ; Trans Info Media

STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019


STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019

Anda mungkin juga menyukai