NUR SYAADAH
NIM : 0433131490118072
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
Taufiq dan HidayahNya , sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Karya
Ilmiah Akhir Ini. Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini dilakukan dalam rangka
memenuhi syarat untuk mencapai gelar Profesi Ners pada STIKES Kharisma
Karawang. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang
berjudul “ “Aplikasi Posisi Ibu Menyusui Side Lying Hold Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri dan Keefektifan menyusui Pada Ny.N dengan Pasca Operasi
Sectio Caesarea Di Ruang Rawat Gabung RSUD Karawang Tahun 2019”
Penulis menyadari bahwa dalam Karya Ilmiah Akhir ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, serta
dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
segenap pihak yang telah membimbing, mendukung, membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir. Dengan
segala hormat, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
dengan tulus kepada:
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir yang disusun oleh penulis masih
banyak kekurangannya, sehingga penulis sangat mengharapkan saran masukan
dan kritik untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap semoga Karya
Ilmiah Akhir ini dapat ditindak lanjuti oleh berbagai pihak yang terkait dengan
Karya Ilmiah Akhir yang akan dilakukan selanjutnya, dan semoga memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan. Aamiin.
Karawang, Juli 2019
Penulis
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKes KHARISMA KARAWANG
Karya Ilmiah Akhir, Juli 2019
Nur Syaadah
Aplikasi posisi ibu menyusui Side Lying Hold terhadap penurunan intensitas nyeri
dan keefektifan menyusui pada Ny.N pasca operasi Sectio Caesarea di ruang
Rawat Gabung RSUD Karawang Tahun 2019.
xi+ 176 halaman + 5 gambar +9 tabel + 8 lampiran
Abstrak
Kata Kunci: side lying hold, nyeri, Sectio Caesarea, menyusui efektif
Abstract
Bibliography: 40 (2005-2019)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vii
ABSTRACT …………………………………………………………………….viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................6
C. Metoda Telaah ..........................................................................................7
D. Sistematik Penulisan ................................................................................8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................174
B. Saran .......................................................................................................175
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
. Hal
A. LATAR BELAKANG
Sectio Caesarea adalah salah satu operasi yang saat ini banyak menjadi
pilihan bagi ibu hamil di negara maju yang disebabkan karena kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pada saat ini,
2009 24,6%. Selain itu angka kejadian Sectio Caesarea di Australia pada
tahun 1998 sekitar 21% dan pada tahun 2007 telah mencapai sekitar 31%
sementara di rumah
1
2
sakit swasta bisa lebih dari 30% (Judhita and Chyntia, (2009) dalam
Wahyuni 2017).
masalah yang kompleks bagi ibu baik secara fisik, psikologis, sosial,
Dampak fisik atau fisiologis yang sering muncul pada pasien Sectio
penyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek
Smeltzer, 2010).
2010).
Ibu post Sectio Caesarea akan merasakan nyeri yang akan memberi
dampak pada ibu dan bayi, bagi ibu, nyeri akan menimbulkan kesulitan
pada saat menyusui. Hal ini mengakibatkan respon ibu terhadap bayi
kurang, sehingga ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi dan mempunyai
banyak manfaat bagi bayi maupun ibunya tidak dapat diberikan secara
adalah side lying hold merupakan salah satu posisi menyusui yang
operasi Sectio Caesarea, posisi menyusui yang satu ini mengharuskan ibu
tidak akan kesusahan mencari sumber ASI, setelah bayi nyaman meminum
ASI sokonglah kepala ibu dan buatlah posisi ibu senyaman mungkin.
Dengan posisi ini perut ibu yang memiliki luka bedah tidak akan tersentuh
oleh bayi sama sekali, kakinya yang kecil belum bisa menendang dan
posisi menyusui side lying hold terhadap penurunan nyeri pada kasus post
Caesarea .
sebanyak 2006 pasien (85,36%), sedangkan pada tahun 2018 jumlah kasus
menyusui dengan posisi side lying hold untuk mengurangi rasa nyeri
pasca operasi Sectio Caesarea, sehingga masih banyak pasien yang belum
mau menyusui bayinya sebelum 24 jam post operasi, rasa nyeri masih
Penulis dengan menggunakan alat ukur nyeri Numeric Rating Scale (NRS)
peroleh pasien masih enggan menyusui bayinya karena rasa nyeri yang
dirasakan.
Mengingat penting nya menyusui dini yang dilakukan pada ibu post
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Karawang
Karawang
Karawang
C. METODE TELAAH
1. Observasi partisipasif
2. Wawancara
3. Studi dokumenter
4. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku buku dan jurnal penelitian yang ada untuk
D. SISTEMATIKA PE NULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan umum dan tujuan
evaluasi
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari Karya Ilmiah Akhir dan saran yang
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
A. TINJAUAN TEORI
a. Sectio Caesarea
11
12
pada bayi.
Luka dari insisi akan menjadi port de entris bagi kuman. Oleh
prinsip steril.
Untuk memproses pembentukan ASI dan nilai kalori serta zat gizi
ASI itu sendiri memerlukan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh
serta cadangan yang ada pada ibu akan digunakan untuk aktivitas
Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
Prawirohardjo, 2006)
13
PATHWAY SC
14
b. Pemeriksaan Penunjang
darahnya.
c. Penatalaksanaan
1) Perawatan awal
2) Diet
dilakukan pada 2-4 jam pasca operasi,berupa air putih dan air teh
3) Mobilisasi
operasi
5) Perawatan luka
dan prostaglandin
pencernaan
operasi
hematoma
a. Pengertian
(Asih, 2016)
bahwa 60% kematian ibu yang terjadi setelah persalinan dan 50%
bayinya
6) Dukungan ASI.
keluarga baru
a) Uterus
Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat
dengan berat 1000 gram. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari
antara lain:
(Sulistyawati, 2015)
21
b) Lokhea
asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau
proses involusi.
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
2015)
tonusnya.
sembuh pada hari ke-7 masa nifas dan otot perineum akan pulih
haemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Beberapa cara agar ibu dapat
mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Hal yang
panggul, perineum, dan vulva serta vagina. Ketika plasenta lepas dari
dinding uterus dan lahir, tingkat hormon hCG, HPL, estrogen, dan
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 masa nifas. (Asih dan
Risneni, 2016)
produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar hormon prolaktin tetap
minggu ke-3 masa nifas, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
(Rukiyah, 2011)
26
Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini yakni dalam hari ke
enam minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita yang tidak
Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan naik kurang lebih 0,5°C
masa nifas suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI.
(Sulistyawati, 2015).
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit.
lebih cepat. Tetapi, setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali
Pernapasan pada ibu nifas umumnya lambat atau normal. Hal ini
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga
plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4
beberapa hari masa nifas. Jumlah sel darah tersebut masih dapat
awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan
dipompa oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan
(Sulistyawati, 2015)
1) Fase Taking In
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,
Gangguan psikologi yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini
perawatan bayinya.
31
3) Fase Letting Go
periode yaitu:
32
tahap ini hubungan yang terbentuk sudah baik maka tujuan dari
2) Psikologi
menghargai ibu
3) Sosial
34
4) Psikososial
Gambar 2.1
2)
3)
obat obatan
sel sel mioepitel yang akan memeras air susu yang telah terbuat
nyeri.
4) Mekanisme menyusui
menyusui
bayi,hal ini terjadi saat ASI keluar dari putting susu pada
5) Manajemen laktasi
melahirkan:
(1) IMD
adalah sentuhan awal /kontak kulit antara ibu dan bayi pada
(3) Asupan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk
ibu dengan operasi Caesar atau bayi yang kecil. Posisi ini
bedah.
4) Efektivitas menyusui
e) Rasa haus
waktu
f) Minimal tiga kali buang air besar dan popok basah 6 – 8 kali
dengan ibu untuk meyakinkan ibu lebih lanjut, mengingat air susu
diukur:
kehidupan.
a. Pengertian
rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau
pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan
nyeri.(Asikin,2016)
timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan
awitan tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
b. Teori nyeri
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) dalam Potter
pertahanan ditutup .
45
c. Fisiologi nyeri
2010).
47
Medula spinalis
Hipotalamus dan
Talamus Talamus
sistim limbik
Persepsi nyeri
(Potter & Perry ,2010)
48
tegang.
1) Transduksi
(Kozier, 2010).
penting dari mediator kimia nyeri pada bagian yang cidera sebelum
jaringan
2) Transmisi
Impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis. Zat P
(Kozier, 2010).
50
3) Persepsi
4) Modulasi
yang mana tersebar luas seluruhnya di otak dan ujung dorsal di ganglia
51
1) Budaya
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai
2) Jenis kelamin
nyeri laki- laki dan perempuan berbeda. Hal ini terjadi karena
menangis
3) Usia
4) Makna Nyeri
5) Kepercayaan spiritual
6) Perhatian
7) Ansietas
(Taylor, 2012).
Perry, 2010).
9) Pengalaman sebelumnya
Paritas dapat mempengaruhi persepsi akan nyeri, bagi wanita muda yang
sensorik pada nullipara sering kali lebih besar dari pada multipara
(Lowdermilk,2013)
54
g. Manajemen nyeri
1) Assesmen nyeri
a) Anamnesa
a) Pengukuran nyeri
Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang
dirasakannya.
0 = tidak nyeri
Gambar 2.2
Gambar 2.3
0 2 4 6 8 10
No Hurts
hurts little B
56
Indikasi: pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar
operasi / ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric
dengan setiap kategori memiliki skor 1-5, dengan skor total antara 9 – 45.
Tonus otot, Tegangan wajah, Tekanan darah basal, Denyut jantung basal
(3) Parasetamol
(6) Anti-konvulsan
(9) Tramadol
medikasi OAINS.
b) 3 Step-Ladder WHO
Jika langkah 1 dan 2 kurang efektif / nyeri menjadi sedang- berat, dapat
opioid ringan. Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan
Rektal (supositori)
c) Non farmakologi
58
yang menyenangkan.
berkurang.
(4) Imageri
(5) Relaksasi
istirahat fisik dan mental, tetapi aspek spirit tetap aktif bekerja.
(6) Massage
(8) Akupuntur
(10) Biofeedback
Dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang sadar/ bangun), pasien yang
ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat- obat intravena
4) Edukasi/pencegahan nyeri
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
sakit pinggang.
pasca operasi ibu sudah boleh mulai belajar miring kanan miring kiri
sampai manganggu atau tidak, dimana hal ini menentukan waktu dan
nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitas nyeri dapat diukur
c. Riwayat kesehatan
pasien operasi
a) Riwayat menstruasi
di gunakan.
ditemukan.
klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila
perawatan payudara.
abdomen tersebut.
dampak
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
tampak bersih/tidak.
ada kelainan.
2) Leher
3) Thorak
Payudara
Paru-paru
70
P : Redup/sonor
Jantung
P : Redup/timpani
4) Abdomen
gravidarum
lunak/lembek.
P : Redup
operasi.
5) Genetalia
Ekstremitas
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada
1) Nyeri akut b.d cedera fisik (luka insisi prosedur operasi) d.d mengeluh
2) hambatan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis anastesi dan nyei d.d
metode menyusui d.d bayi tidak melekat pada payudara ibu, ASI tidak
menyusui
3. Perencanaan/Intervensi Keperawatan
mengacu pada perilaku terukur atau persepsi yang ditunjukan oleh seorang
RR : 16-20
5. Edukasi
x/menit
1. Jelaskan penyebab periode
Suhu : 36 °C -
dan pemicu nyeri
37,5°C
2. Jelaskan stategi
meredakan nyeri dengan
metode Non farmakologik
Latih dalam penggunaan
teknik non farmakologi
3. Anjurkan mengontrol
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dokter.
1. Defisit
Setelah dilakukan Observasi
perawatan diri :
tindakan 1. Identifikasi usia dan
b.d hambatan
keperawatan budaya dalam membantu
mobilisasi
diharapkan defisit kebersihan diri
ditandai
perawatan diri 2. Identifikasi jenis bantuan
dengan :
teratasi yang dibutuhkan
Data subyektif
3. Monitor kebutuhan tubuh
Menolak Outcome defisit
( mis; rambut,
melakukan perawatan diri
mulut ,kulit,kuku, badan,
perawatan diri dipertahankan
payudara, perenium )
Data obyektif pada .. ditingkatkan
4. Monitor integritas kulit
Tidak mampu pada.. dengan
Terapeutik
mandi/mengena kriteria evaluasi,
1. Sediakan alat peralatan
kan pakaian/ke yaitu:
mandi (mis; sabun, sikat
toilet/makan/ber 1. Kemampuan
gigi, shampoo, pelembab
hias melakukan
kulit )
Minat perawatan diri
2. Sediakan likgkungan yang
melakukan
2. Verbalisasi aman dan nyaman
perawatan diri
keinginan 3. Fasilitasi mandi sesuai
kurang
melakukan kebutuhan
perawatan diri 4. Pertahankan kebiasaan
3. Minat kebersihan diri
melakukan 5. Berikan bantuan sesuai
perawatan diri tingkat kemandirian
4. Mempertahan Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi
79
Ketidak langkah
adekuatan 5. Ajarkan cara memeriksa
pertahanan tubuh kondisi luka operasi,
sekunder: kondisi preparat infus dan
penurunan kateter urin
HB,imunosupresi, Kolaborasi
leukopenia, 1. Kolaborasi pemberian
supresi respon antibiotik
inflamasi,
vaksinasi tidak
adekuat.
6 Resiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
4. BB Terapeitik
sesuai
5. Berikan suplemen
Edukasi
jika mampu
diprogramkan
penanganan infeksi,
secara keseluruhana
membawakan makanan
memungkinkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelummakan
antiemetik)
menjelaskan perencanaan KB
topik Edukasi
7. Menjalani penggunaan KB
pemeriksaan yang
tidak tepat
defekasi
meningkatkan peristaltic
usus
2. Anjurkan peningkatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan
1. Implementasi
2. Evaluasi
kembali.
LYING HOLD
menyusui Side Lying Hold adalah posisi ibu menyusui pada ibu dengan
cara yang tepat jika luka operasi sangat sakit untuk waktu yang berbeda
beda selama masa laktasinya, posisi ini membuat ibu dapat beristirahat
dan berelaksasi saat menyusui, posisi ibu berbaring miring dengan bantal
bahkan saat malam hari ketika waktunya tidur dan mengurangi keluhan
malam hari, posisi ini direkomendasikan bagi ibu nifas post Sectio
Caesarea karena perut ibu yang memiliki luka bedah dapat terhindar dari
gesekan tangan atau benda lain, tidak akan tersentuh oleh bayi sama
sekali karena beban berat badan bayi sama sekali tidak ditopang oleh ibu
tetapi akan tertumpu dan menekan pada bed/tempat tidur. (wati, 2014).
(Desmawati, 2013).
Tanda kecukupan ASI bisa dilihat dari: Bayi berkemih 6 kali dalam 24
jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering buang air
88
menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, Payudara ibu terasa lunak dan kosong
setiap kali selesai menyusui, Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran
ASI, setiap kali bayi mulai menyusu dan berat badan bayi bertambah.
Sedangkan kekurangan dari posisi ini adalah bayi mudah tersedak dan
resiko hidung bayi tertutup payudara jika sang ibu ketiduran, sulit untuk
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan Liza Wati tahun 2014 yang
(quasi experiment). Desain penelitian nya adalah Pre and Post Test
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh posisi Side Lying
RSUD Kota Tanjungpinan Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu
89
lembar observasi skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dengan angka
Gambar 2.4
2. SOP Tekhnik posisi menyusui side lying hold menurut Asih dan Risneni
(2016)
a. Pengertian
90
miring Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada
b. Tujuan
5) Mencegah perdarahan
c. Indikasi
a. Kontraindikasi
b. Peralatan
1) 4 buah Bantal
2) Selimut gulung/kain/handuk
c. Prosedur
Identifikasi klien
Mencuci tangan
91
2) Tahap Orientasi
3) Tahap Kerja
b) Prosedur tindakan
lutut kaki
bayi
sayang
bersendawa.
4) Tahap terminasi
Mencuci tangan
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
c. Status Kesehatan
1) Keluhan utama
Pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada luka operasi Sectio
Caesarea sekitar 5 jam yang lalu, nyeri bertambah saat daerah perut
perinatalogi.
X X
keterangan:
Laki-Laki :
Perempuan :
Meninggal :
Pasien :
Serumah :
-------
a) Riwayat ginekologi
Klien menikah pada usia 23 tahun dan lama pernikahan sudah 1 tahun,
bulan
b) Riwayat Obstetri
G1P0A0, dengan pembukaan 1 tetapi mules jarang , keluar air air dan
lendir sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit, HPHT 20-10-2018, klien
kehamilan 9 bulan, hari kamis malam tanggal 11 juli sekitar jam 22 klien
merasa mules tapi masih jarang tetapi keluar air air dari jalan lahir rembes
terus menerus disertai lendir kemudian periksa ke bidan ternyata belum ada
pembukaan tetapi air ketuban terus keluar akhirnya dirujuk oleh bidan desa
ke UGD RSUD sekitar jam 23, kemudian diobservasi diruang bersalin dan
di lakukan induksi sampai jam 07.00 tanggal 12 juli belum ada pembukaan
dan menurut bidan kondisi janin sudah lemah dengan DJJ 80x/menit dan
kondisi ibu sangat lemah, kemudian klien di jadwalkan operasi SC cito jam
07.30, bayi lahir segera menangis dengan BB 3000 gram,PB 48 cm, Apgar
Skore 6/8, jenis kelamin perempuan , bayi tidak segera di rawat gabung
masih ada di ruang perinatalogi, dan tidak dilakukan IMD dengan alasan
kondisi ibu masih lemah, bayi baru akan di rawat gabung setelah 8 jam post
Sectio Caesarea.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
3) Kepala
Keadaan rambut bersih tidak rapih, tidak adanya nyeri tekan, tidak ada
benjolan
4) Wajah
wajah tampak kusam dan berkeringat tercium bau keringat, tidak ada
kesakitan
5) Mata
6) Hidung
Keadaan hidung bersih, tidak adanya nyeri tekan, tidak ada pernafasan
cuping hidung,
Mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak ada gigi berlubang, fungsi
8) Telinga
Bentuk telinga simetris, bersih, tidak ada massa, tidak ada gangguan
9) Leher
kelenjar thyroid
10) Dada
11) Abdomen:
tekan pada daerah lukapost operasi, nyeri terasa seperti disayat sayat
bertambah pada saat klien bergerak, nyeri berkurang pada saat tidak
bersih tidak ada rembesan dari kassa posisi luka horizontal disupra
pusat, DRA tidak dilakukan karena klien masih kesakitan, linea agra
12) Genetalia : Tidak adanya varises, tidak ada edema, tidak ada
pem balut jika penuh, warna agak kemerahan, konsistensi encer dan
bau amis darah, terpasang kateter urin dengan kondisi vulva kotor.
14) Ekstremitas :
otot kuat dan kenyal, respon pergerakan ada (bisep dan trisep), tidak
ada oedema, crt kembali dalam 2 detik, kuku pendek dan bersih
Tonus Otot 5 5
karena masih nyeri luka operasi tidak dapat menahan tahanan yang
diberikan oleh perawat, otot sedikit lemah dan kenyal, reflek partela
dan babinsky ada. Tidak ada oedema dan varices, tanda houman
a) Pola nutrisi
nasi, lauk pauk berupa ikan, daging, tempe dan tahu, sayuran
post operasi Sectio Caesarea 5 jam yang lalu baru minum saja,
b) Pola eliminasi
sebelum operasi sekitar 5-6 jam yang lalu , tampak julmah urine
Di rumah klien tidur klien kurang lebih 8 jam perhari yaitu jam
Rumah sakit setelah operasi hari ke 0-1 klien masih ingin tidur
e) Personal hygiene
a) Psikologi
Saat ini klien dalam fase taking in, di mana klien masih
nya, klien ingin cepat bertemu dengan bayinya dan ingin segera
yang benar, masih nyeri luka operasi dan ingin segera merawat
kaki nya masih blm bisa bergerak bebas hanya bisa di geser
rumah sakit
c) Konsep diri
d) Aspek Sosial
Pola Komunikasi klien berespon dengan baik saat perawat
mengajukan dan dapat menjawab dengan baik, hubungan
interaksi dengan keluarga baik.dan hubungan dengan tetangga di
rumah baik , dengan sesame pasien dan petugas di rumah sakit
juga baik
e) Data Spiritual
Klien dan keluarga beragama islam. Selama masa nifas klien
sadar tidak bisa beribadah shalat 5 waktu seperti biasanya,tetapi
selama di Rumah Sakit klien tidak lupa berdoa untuk
kesembuhannya dan untuk bayinya
e. Pemeriksaan penunjang
Tabel 3.2
Tabel 3.3
HR:94x/menit,
Nyeri dipersepsikan
RR : 22 x/menit,
Suhu:36oC
DO:
Ejeksi ASI tidak
ASI belum keluar adekuat
SC
3 DS : Post sc Hambatan
mobilisasi
Klien mengatakan ke 2 kaki
Keterbatasan rentang
masih lemas dan takut bergerak gerak
ke 2 kaki nya masih blm bisa
Kelemahan
bergerak bebas hanya bisa di
post operasi.
DO :
TD:120/80mmHg,
HR:94x/menit,
RR : 22 x/menit,
Suhu:36oC
Kekuatan otot 5 5
- 4 4
lemas
DO: Bedrest
20 Iu 25 tetes/menit pada
bau amis
2. Diagnosa Keperawatan
b. Menyusui tidak efektif b.d situasional bayi tidak rawat gabung dan
kelemahan
3 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut
Setelah Manajemen Nyeri
berhubungan observasi
dilakukan 1. tanda-tanda vital klien.
dengan prosedur 2. Monitor nyeri (PQRST)
tindakan klien.
invasif: efek Terapeutik
keperawatan 1. Berikan teknik non
operasi sectio
3x24 jam farmakologi untuk
caesarea, ditandai
diharapkan mengurangi rasa nyeri
dengan
nyeri akut (relaksasi nafas dalam,
Data subyektif :
hilang atau Teknik menyusui side
P : klien
terkontrol dan lying hold sesuai EBP)
mengatakan
klien mampu 2. Bantu klien melakukan
nyeri
untuk posisi yang nyaman.
bertambah jika
mempertahank 3. Kontrol lingkungan dan
bergerak dan
an derajat aktivitas yang
berkurang bila memperberat rasa nyeri
kenyamanan
(suhu ruangan,
beristirahat
secara adekuat pencahayaan dan
HR:94x/menit, RR : 16-20
ketorolak 3x30 mg iv
RR : 22 x/menit, x/menit
sesuai instruksi dokter.
Suhu:36oC: Suhu : 36 °C -
HR:94x/menit 37,5°C
Edukasi
bayi menangis)
2. Ajarkan ibu
menyusui agar
disinfektan
3. Ajarkan ibu
putting ibu
benar
berhadapan, tangan –
payudara
selalu mengosongkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
HR:94x/menit, Edukasi
Suhu:36oC mobilisasi
dilakukan(mis; posisi
tidur ke kursi)
perawatan
payudara)
2. Verbalisasi
keinginan
melakukan
perawatan diri
mandi, vulva
hygiene,
perawatan
payudara
3. Minat
melakukan
perawatan diri
mandi, vulva
hygiene,
perawatan
payudara
4. Mempertahank
an kebersihan
payudara
2. Informasikan hasil
badan
Terpasang infus
labolatorium misalnya
3. Demam
RL + induksin
leukosit
4. Kemerahan
20 Iu 25
3. Anjurkan kecukupan
5. Nyeri
tetes/menit
nutrisi, cairan ,
6. Cairan berbau
pada tangan
mobilisasi dan istirahat,
busuk
kanan
dan personal hygiene
7. Kadar Leukosit
Terpasang
4. Ajarkan cara cuci
5000-10000 /ul
kateter urin
tangan yang benar
8. Suhu : 36 °C -
dengan kondisi
menggunakan 6
37,5°C
vulva kotor
langkah
dengan
5. Ajarkan cara
pembalut penuh
memeriksa kondisi luka
darah dan
operasi, kondisi
lochea yang
preparat infus dan
bau amis
kateter urin
Kol
abor
asi
1. Kolaborasi pemberian
antibiotic ceftriaxone
2x1gram,
metronidazole 3x500
mg.
menggunakan 6 langkah
I, ,V, III 14.35
2. Mengobsevasi TTV
R/
TD:120/80mmHg,HR:94x/menit,
RR : 22 x/menit, Suhu:36oC
beristirahat
kemampuan menyusui
5. Mengidentifikasi toleransi
melakukan pergerakan
saja
6. Mengidentifikasi kebutuhan
personal hygiene
mobilisasi
dengan benar
mobilisasi dini
mobilisasi
menyusui
metronidazole 500 mg iv ,
instruksi dokter.
ke 3 obat
IV 16.35
15. Menjelaskan manfaat mandi dan
mobilisasi jalan
hygiene
R/ pengunjung bergantian
masuk ruangan
II 19.15
menyusui
II 19.20 R/ klien mengatakan ingin
menyusu
swallowing -
putting, mastitis)
II 19.35
R/ payudara teraba masih
ada
bayi
menangis)
II 19.45 R/ Klien dan suami tampak
menyimak
melakukannya
II 19.55
25. Mengajarkan ibu mengarahkan
menyimak
yang benar
putting payudara
penerapan EBP
memberikan izinnya
rawat gabung
menggunakan 6 langkah
I,V 08.35
2. Mengobsevasi TTVR/
TD:120/80 mmHg,
HR:94x/menit, RR : 20 x/menit,
Suhu:36oC
I 09.00
3. Memonitor nyeri (PQRST) klien
hold/berbaring miring
lain
scale
I 11.00
T : nyeri muncul + 3 menit
scale
steril sepanjang 10 cm
7. Mengidentifikasi kebutuhan
personal hygiene
II 15.35
R/ Klien mengatakan sudah
kemampuan menyusui
I, II 15.40 R/ Klien mengatakan ASI sudah
yang benar
9. Memberikan pendidikan
cradle hold
jalan
instruksi dokter.
I 17.00 ke 2 obat
duduk bergantian
menggunakan 6 langkah
I 08.05
2. Mengobsevasi TTV
R/ TD:110/80 mmHg,
HR:86x/menit, RR : 20 x/menit,
Suhu:36oC
I 08.10
3. Memonitor nyeri (PQRST) klien
hold/berbaring miring
scale
I 11.30 T : nyeri muncul + 2 menit
lain
sepanjang 10 cm
jam 9-3
baik
melanjutkannya di rumah
ceftriaxone 1 gram iv ,
ke 4 obat
5. Evaluasi/Catatan Perkembangan
Tabel 3.7
timbul ± 3 menit
O:
- Keadaan umum masih
tampak baik
meringis
dan kolaborasi no 1
II 19.30 Nur
Syaadah
perawatannya
P : Intervensi dilanjutkan :
Manajemen laktasi
observasi no :( 2)
S : Klien mengatakan ke 2
dengan bantuan
bed pasien
Kekuatan otot 5 5
5 5
- TTV :TD:120/70 Mmhg,
N : 80 x/menit,
R : 20x/menit,
S : 36,4 º C
A: Hambatan mobilisasi
teratasi
P: Intervensi dipertahankan
observasi no 2
IV 17.00 Nur
Syaadah
melakukan perawatan
mobilisasi jalan
menggunakan pembalut
diri teratasi
P : Intervensi di pertahankan
no 4
tidur
O: Suhu : 36,4
mendemonstrasikan cuci
tidak terjadi
P : intervensi dipertahankan
no 1
timbul ± 3 menit
O:
- Keadaan umum masih
tampak baik
meringis
teratasi
P :Lanjutkan intervensi :
edukasi no 2 dan
II 18.00 Nur
kolaborasi no 1 Syaadah
perawatannya
P : Intervensi dilanjutkan :
kolaborasi no : 1
jalan
bantu suami
Kekuatan otot 5 5
5 5
- TTV :TD:120/70 Mmhg,
N : 80 x/menit,
IV 18.00 R : 20x/menit, Nur
S : 36,7º C Syaadah
A: Hambatan mobilisasi
teratasi
P: Intervensi stop
bantu suami
menggunakan pembalut
diri teratasi
P : Intervensi di stop
infeksi
Suhu : 36,7
tidak terjadi
P : intervensi dipertahankan
no 1
timbul ± 3 menit
O:
- Keadaan umum masih
tampak baik
teratasi
P :Lanjutkan intervensi di
ruamah
II 15.30 Nur
S : Klien mengatakan sudah Syaadah
mendemonstrasikan cara
dengan benar
perlekatan baik
efektif teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dirumah :
12.00 Nur
Syaadah
S : Klien mengatakan nyeri
tidak demam
Infeksi
Suhu : 36 °C
tidak terjadi
P : intervensi dilanjutkan di
rumah
1. Pengkajian
Data subyektif yaitu nyeri pada area luka operasi nyeri seperti disayat
sayat, Skala nyeri 7 dengan menggunakan numeric rating scale 0-10, tidak
mengatakan ada luka operasi 5 jam yang lalu, klien mengatakan tidak
areola dan perenium karena belum bisa mobilisasi masih lemas dan
merasakan nyeri luka operasi, Klien mengatakan belum tahu cara merawat
bayi, cara posisi menyusui yang benar, masih nyeri luka operasi dan ingin
luka operasi di tutup kassa balutan sepanjang 10 cm, bersih tidak ada
rembesan dari kassa, posisi luka horizontal disupra pubis Leukosit 17,58,
terpasang kateter urin dengan kondisi vulva kotor dengan pembalut penuh
Wajah tampak kusam dan berkeringat, dan tercium bau keringat, ariola
tampak kotor, perenium dan vulva tampak lokhea rubra warna merah segar
dan bau amis, terpasang kateter urin hari ke 1, ASI belum keluar,
colostrum keluar sedikit saat di pijit, payudara teraba lembek, bayi tidak
dilakukan IMD bayi baru akan di rawat gabung setelah 8 jam post SC, data
ini tidak sesuai dengan teori dimana IMD harus sudah bisa dilakukan bila
ibu melahirkan dengan proses operasi, maka proses bersentuhan juga bisa
dilakukan segera setelah ibu sadar dan siaga. (Maryunani, 2009) hal ini
peristaltik usus, hal ini dikarenakan klien sudah sadar betul dan pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
menyusui.
aktual hal ini berdasarkan keluhan paling utama klien, nyeri dan
tidak efektif.
3. Tujuan Keperawatan
seluruh nya dapat dicapai sampai rawatan hari ke 3 hal ini dikarenakan
4. Intervensi Keperawatan
posisi dan perlekatan saat ibu menyusui amping ibu selama kegiatan
(missal nyeri, bengkak pada payudara, lecet pada putting dan mencari
solusinya), ajarkan ibu mengenali tanda tanda bayi siap menyusu (mis,
dan bayi menangis), ajarkan ibu mengeluarkan ASI untuk diolesi pada
terjaga dan sebagai disinfektan, ajarkan ibu mengarahkan mulut bayi dari
arah bawah kearah putting ibu, ajarkan posisi menyusui (mis, cross cradle,
cradle, football, dan side lying hold) yang diikuti dengan perlekatan yang
benar, ajarkan perlekatan yang benar: perut ibu dan bayi berhadapan,
tangan –kaki bayi satu garis lurus, mulut bayi terbuka lebar dan dagu bayi
payudara, ajarkan memerah ASI dengan posisi jari jam 12-6, dan jam 9-3,
5. Implementasi
Q: nyeri seperti disayat sayat, R :nyeri pada area luka operasi tidak
dalam dengan respon klien tampak menarik nafas melalui hidung dan
EBP dengan respon klien dan suami bersedia dan memberikan izinnya,
dengan posisi menyusui miring saat bayi sudah rawat gabung tercatat
mencatat jam menyusui dan skala nyeri dengan posisi miring di lembar
observasi selama 24 jam dengan respon klien dan suami bersedia mengisi
dilembar observasi.
sebelum bayi rooming in, dan intervensi edukasi cuci tangan 6 langkah
tidak bisa menggunakan hand rub karena kondisi hand rub di ruangan saat
side lying hold dimana intervensi ini juga di lakukan untuk tekhnik
6. Evaluasi
intra vena Ketorolak 30 mg, 60 menit setelah pemberian therapy oral asam
lying hold dilanjutkan oleh klien dan keluarga di catat dalam lembar
observasi.
Tabel 3.8
Implementasi dan evaluasi posisi menyusui
SLH dan CH
Har Tindakan
Evaluasi
i Keperawatan
Tabel 3.9
i ke
muda
dalam 24 jam
muda
menyusu
muda keruh
menyusu
7. BB 3100
muda
lunak
menyusu
7. BB 3150
7. berat badan bayi bertambah
muda jernih
lunak
menyusu 7. BB 3200
muda jernih
lunak
menyusu
turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui
akibat adanya nyeri. Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien menunda
nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang. Metode non
berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Salah satu terapi non
Posisi menyusui Side Lying Hold merupakan suatu posisi ibu menyusui pada
samping bayi, ibu langsung mengahadap bayi dengan kepala bayi di dekat
payudara dan mulut bayi melekat dengan puting ibu, sehingga memberikan
Dengan posisi miring akan menghindari penekanan pada daerah luka operasi
di sekitar abdomen dimana semua beban (tubuh bayi ) akan tertumpu dan
Posisi side lying hold juga mempengaruhi tingkat perlekatan pada saat
Tujuan dari tekhnik menyusui side lying hold adalah untuk mengurangi
Risneni, 2016)
skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dengan angka 0-10.untuk mengukur
dampak pada ibu dan bayi, bagi ibu nyeri akan menimbulkan kesulitan pada
saat menyusui.
Hasil evaluasi EBP ini ternyata terbukti efektif bisa di lihat dari lembar
menyusui yang berbeda yaitu posisi menyusui Side Lying Hold dengan posisi
Dalam lembar observasi menunjukan bahwa dengan posisi Side Lying Hold
ada penurunan tingkat nyeri yang signifikan dari skala 7 dihari pertama
dengan skala 7 dan padahari ke 7 terjadi penurunan tingkat nyeri dengan skala
2.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wati (2014) bahwa ada pengaruh
posisi Side Lying Hold terhadap penurunan nyeri pada kasus post Sectio
Caesarea di RSUD Kota Tanjung pinang hanya sampai skala 2, perbedaan ini
menurut asumsi peneliti karena ada perbedaan dalam metode yang di pakai
posisi cradle hold, dilakukan 1 jam sebelum pemberian analgetik dan 1 jam
frekuensi BAK dan BAB, BB bayi dan kondisi payudara ibu yang terus
meningkat setiap hari nya. Ada perbedaan frekuensi BAK di hari pertama
hanya 3 kali ganti popok di hari ke 7 menjadi 8x ganti popok, warna urine
dari bening menjadi kuning jernih, BAB di hari pertama 1x hitam dihari ke 7
Hal ini sesuai dengan teori dari (Nagtalon & Ramos, 2014) bahwa
peningkatan berat badan yang cukup besar >115 – 200 gram per minggu
setelah usia 4 hari, produksi urin bayi yang cukup ditunjukan dengan
popok dengan kebasahan yang cukup, feses bayi yang mengalami transisi
hingga feses lunak, berpasir/berbiji, berwarna kuning muda pada hari kelima
kehidupan.
Menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan dengan memberikan teknik untuk
Hal ini mengacu pada teori gate control yang menyatakan bahwa impuls-
impuls nyeri yang akan melewati gerbang (ujung-ujung saraf sensorik) dapat
pusat. Impuls nyeri dihantarkan ketika gerbang dalam posisi terbuka dan
akan dihentikan ketika gerbang ditutup (Potter and Perry, 2010). Posisi
menyusui side lying hold dapat dijadikan penghambat (menutup) agar impuls
saraf tidak dapat berjalan bebas sehingga tidak dapat mentransmisikan impuls
Selain itu juga karena faktor lain yaitu persepsi, dan toleransi individu
terhadap ambang nyeri, serta kondisi psikologis ibu yang tidak dalam keadaan
Kondisi psikologis klien pada fase taking in saat masih perawatan di Rumah
alami klien pada post partum hari ke 1 dan 2, dan saat perawatan di rumah
hari ke 4 sampai ke 7 post partum dimana klien berada pada fase letting go,
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya klien
karena ada dukungan dari suami dan keluarganya. Hal ini sesuai dengan teori
Perbedaan nyeri yang dirasakan klien didukung oleh Telfer dalam Fraser dan
bahwa intervensi posisi Side Lying Hold mampu mengalihkan toleransi nyeri
dan ambang batas nyeri saat dan setelah ibu menjalani aktifitas menyusui dan
kontak langsung dengan bayi, dengan menyusui ibu mau beradaptasi serta
berespons terhadap nyeri dengan lebih baik, sehingga ibu lebih toleran
A. KESIMPULAN
pada Ny.N pasca operasi Sectio Caesarea di ruang Rawat Gabung RSUD
sebagai berikut
1. Pengkajian
bergerak, nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada area luka operasi
numeric rating scale, nyeri muncul 3-5 menit sekali, Klien tampak
Suhu:36oC
2. Diagnosa keperawatan
3. Tindakan
intensitas nyeri luka operasi post operasi sectio casarea juga efektif
8x ganti popok, warna urine dari bening menjadi kuning jernih, BAB
gram di hari ke 7.
B. SARAN
174
176
nyeri.
174
DAFTAR PUSTAKA
Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan, :
Yogyakarta: Nuha Medika
Asih yusari, Risneni. 2016 .buku ajar asuhan kebidanan nifas dan menyusui,
Jakarta ; Trans Info Media
Asikin, M., Nasir, M., & Podding, I. T. 2016. Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005, Buku ajar keperawatan maternitas, alih
bahasa, Maria, A, Peter, (ed) Komalasari, Jakarta, EGC
Cooper, M. A & Fraser, D. M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan Ed. 14. Jakarta: EGC
Lestari,A,P.2015.PengaruhStimulasiKutaneusSlowStrokeBackMassage)
hadap Intensitas Nyeri Haid Pada Siswi Kelas XI SMA Muhammadiyah 7
Jurnal Keperawatan vol 4.ISSN
Mansjoer, Arif. Dkk. 2006. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Maryunani A 2009 asuhan pada ibu dalam masa nifas(post partum), Jakarta ;
Trans Info Media
Nagtalon, J., & Ramos. 2014. Kesehatan ibu & bayi baru lahir: pedoman untuk
perawat dan bidan. (R. Astikawati & E. K. Dewi, Eds.). Jakarta: Erlangga.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,
Jakarta:EGC
Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. (8 th. Edition). Jakarta: EGC
Sulistyawati, Ari. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.a Medika
Taylor, S.E., Peplau, L.A, Sears, D.O. 20 12. Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas.
Jakarta: Kencana.
Wahyuni, H. Dkk. 2017. Terapi Slow Deep Breathing Dengan Bermain Meniup
Baling- Baling Terhadap Intensitas Nyeri Pada Anak Yang Dilakukan
Penyuntikan Anestesi Sirkumsisi. “Jurnal Skolastik Keperawatan”. 1(2).
Walley, Janet. RN, BSN. 2008. Panduan Praktis bagi calon ibu kehamilan dan
persalinan. Jakarta: EGC
Wati L 2014 pengaruh posisi Side Lying Hold terhadap penurunan nyeri pada
kasus post Sectio Caesarea di RSUD Kota Tanjungpinang “Jurnal
Keperawatan vol 4 no 1,ISSN (2014)
TANGGAL TERBIT
Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma
Pengertian Cara pemberian ASI kepada bayi dengan posisi ibu berbaring
4. Mencegah perdarahan
Kontra indikasi Indikasi medis yang membuat ibu tidak bisa menyusui bayi nya
2. Selimut gulung/kain/handuk
Identifikasi klien
Mencuci tangan
6) Tahap Orientasi
TANGGAL TERBIT
Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma
7) Tahap Kerja
lying hold
b. Prosedur tindakan
punggung bayi
TANGGAL TERBIT
Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma
12. Menyusukan pada payudara kiri dan kanan masing masing (15-
- meletakkan bayi tegak lurus pada bahu dan perlahan punggung bayi di
usap sambil bersendawa. Bila bayi tertidur baringka miring kanan atau
8) Tahap terminasi
Mencuci tangan
TANGGAL TERBIT
Profesi Ners
STIKes Kharisma
Profesi Ners STIKes Kharisma
TEK
Mencuci tangan sebelum
Bayi mendapatkan colostrum Menyusui
Meningkatkan kontraksi Rahim Ibu berbaring miring dengan
Mencegah perdarahan nyaman
Adalah Cara pemberian ASI
kepada bayi dengan posisi ibu
berbaring miring Bayi berbaring
miring dengan dada bayi
Indikasi :Ibu yang melahirkan
bersandar pada dada ibu, bayi di
dengan cara sectio caesarea
susukan dengan kaki kearah ibu sebelum 24 jam pertama post
ibu operasi yang merasakan nyeri > 6
dan belum mendapatkan analgetik
selama 6 jam, masih terpasang
kateter, tidak bisa mobilisasi duduk
Kontra indikasi : Ibu post SC yang
sudah bisa mobilisasi
STIKes
Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
Sebelum menyusui, ASI Apabila ingin menyusui dengan TEKHNIK POSISI MENYUSUI
dikeluarkan sedikit kemudian payudara ang satu maka balikkan
dioleskan di putting dan sekitar badan ibu kesisi yang satunya lagi
areola payudara (cara ini SIDE LYING HOLD
bermanfaat
kesisi yang satunya lagi
sebagai desinfektan)
Meletakkan 1 atau 2 bantal Perhatikan bayi saat menyusu, ketika
dibawah kepala dan sisipkan 1 bayi sudah mendapat asupan ASI yang
bantal di belakang punggung ibu cukup, untuk melepas isapan bayi jari
kelingking dimasukkan kemulut bayi
Meletakkkan bantal lain atau melalui sudut mulut atau dagu bayi di
lipatan selimut di bawah lutut tekan ke bawah.
kaki
Bayi berbaring miring dengan
dada bayi bersandar pada dada
ibu mulut bayi sejajar dengan
putting susu
Menggunakan lengan ibu untuk
mengatur posisi bayi agar tetap Profesi ners non regular
miring atau sisipkan gulungan
selimut atau handuk di belakang Selama menyusui tataplah bayi dengan StTIKes Kharisma 2019
punggung bayi penuh kasih sayang
2
Menggunakan tangan ibu yang bebas Menyusukan pada payudara kiri dan Created by: nurSTIKes
syaadah
untuk memegang payudara yang paling kanan masing masing (15-20 menit)
Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
dekat dengan bayi kemudian susui bayi
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
STIKes Kharisma Program Studi Profesi Ners TA 2018- 2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
6. Menyimak
dengan baik
3 Penu 5 1. Mereview 1. Mampu
tup kembali materi menjawab
m yang disampaikan pertanyaan yang
e dengan diajukan
n mengajukan
i pertanyaan
t 2. Evaluasi objektif 2. Mampu
menjawab 3
pertanyaan dari 3
pertanyaan yang
diajukan
Mampu
mendemonstrasik
an cara tekhnik
relaksasi nafas
3. Mengucapkan
dalam
salam
3. Menjawab salam
Lampiran Materi
TEKHNIK POSISI MENYUSUI
A. Pengertian
Cara pemberian ASI kepada bayi dengan posisi ibu berbaring miring Bayi
berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu, bayi di
susukan dengan kaki kearah ibu, bagi ibu yang melahirkan dengan cara
sectio caesarea sebelum 24 jam pertama post operasi yang merasakan
nyeri > 6 dan belum mendapatkan analgetik selama 6 jam
B. Tujuan :
1. Mengurangi tingkat skala dan intensitas nyeri luka operasi
2. Bayi mendapatkan colostrum
3. Meningkatkan kontraksi Rahim
4. Mencegah perdarahan
C. Indikasi :
3. Ibu post partum normal (Primipara, multi para)
4. Ibu post partum sectio caesarea (Primipara, multi para) Kontra indikasi
desinfektan)
19. Meletakkkan bantal lain atau lipatan selimut di bawah lutut kaki
20. Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu mulut
21. Menggunakan lengan ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap miring
22. Menggunakan tangan ibu yang bebas untuk memegang payudara yang
23. Apabila ingin menyusui dengan payudara ang satu maka balikkan badan
24. Perhatikan bayi saat menyusu, ketika bayi sudah mendapat asupan ASI
kemulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi di tekan ke bawah.
26. Menyusukan pada payudara kiri dan kanan masing masing (15-20
27. Setelah selesai menyusui oleskan sedikit ASI ke putting susu dan areola
usap sambil bersendawa. Bila bayi tertidur baringka miring kanan atau
- bayi diletakkan secara tengkurap dalam pangkuan ibu dan di tepuk tepuk
DAFTAR PUSTAKA
Asih yusari, Risneni (2016) buku ajar asuhan kebidanan nifas dan
menyusui, Jakarta ; Trans Info Media
Cadwell Karin, Turner Cindy, Maffei (2011) buku saku manajemen
Laktasi Jakarta; EGC
Maryunani A (2009)asuhan pada ibu dalam masa nifas(post partum),
Jakarta ; Trans Info Media