Anda di halaman 1dari 17

ASKEP PADA PASIEN VESIKOLITIASIS

KMB I

Disusun Oleh :

Anisa Afriani (A02020011)

Annisa Fitriani (A02020012)

Annisa Sholihatul Jannah (A02020013)

Arlika Kusuma Wardani (A02020015)

Asyifa Arnanda Mustika (A02020016)

Aulia Fitriana (A02020017)

Bagas Andika Putra (A02020018)

Bayu Widiarto (A02020019)

Bella Apricya Nirmala Saefudin (A02020020)

Chairunissa Widya Putri (A02020021)

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM PENDIDIKAN DIII


KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022
A. Definisi Pengertian

Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari endapan mineral di
dalam kandung kemih. Saat batu kandung kemih menyumbat saluran kemih, akan timbul
keluhan berupa sulit dan nyeri saat buang air kecil, bahkan kencing berdarah (hematuria).

Batu kandung kemih bisa terjadi siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, penyakit ini lebih
sering dialami oleh pria yang berusia di atas 52 tahun, dan risiko mengalami batu kandung kemih
akan meningkat jika pria mengalami pembesaran prostat.

B. Gejala

Batu kandung kemih bisa tidak menimbulkan keluhan atau gejala apa pun. Gejala baru muncul
saat batu yang terbentuk menyumbat saluran urine atau melukai dinding kandung kemih.

Gejala yang bisa timbul saat kondisi ini terjadi antara lain:

 Nyeri dan rasa seperti terbakar saat buang air kecil


 Urine berdarah (hematuria)
 Urine lebih pekat dan gelap
 Sulit buang air kecil
 Tidak lancar atau tersendat-sendat saat buang air kecil
 Tidak nyaman atau sakit pada penis, jika terjadi pada pria
 Nyeri pada perut bagian bawah
 Terus-menerus merasa ingin buang air kecil, terutama di malam hari
 Lebih sering mengompol, jika terjadi pada anak-anak

C. Penyebab

Jika Anda sering kencing tidak tuntas, urine akan tersisa dalam kandung kemih dan menjadi
terkonsentrasi. Ini artinya mineral dalam urine begitu tinggi sehingga dapat mengkristal dan
membentuk batu mineral.

Ada banyak kondisi yang dapat mengganggu fungsi kandung kemih dalam menyimpan dan
mengosongkan urine. Kondisi yang paling umum di antaranya:

 Pembesaran kelenjar prostat. Pada pria, penyakit BPH (prostat yang membesar) dapat
menghambat aliran urine dan membuatnya terperangkap dalam kandung kemih.
 Kandung kemih neurogenik. Penyakit ini mengganggu saraf antara otak dan otot kandung
kemih sehingga kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik.
 Peradangan. Jika kandung kemih Anda meradang, kristal mineral lambat laun dapat
terbentuk di dalamnya.
 Alat medis. Kateter urine, alat kontrasepsi, dan alat medis lainnya dapat memicu
penumpukan mineral urine dan membentuk batu kandung kemih.
 Batu ginjal. Batu ginjal berukuran kecil dapat turun ke kandung kemih melalui saluran
ureter dan menjadi batu kandung kemih jika tidak diangkat.
 Sistokel. Pada wanita, dinding kandung kemih bisa melemah dan turun ke vagina.
Kondisi ini akan menghambat aliran urine dan membentuk batu mineral.

D. Patofisiologi

Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang mendukung proses ini
yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein. Pada umumnya Kristal tumbuh
melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar, di
antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui saluran kencing hingga pada lumen yang
sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan
gabungan dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium
oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009). Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009
menyatakan bahwa sebagian batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapatbersifat simtomatik ataupun
asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain :

1. Teori Inti matriks

Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic sebagai inti. Substansi organik ini
terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan mempermudah kristalisasi dan agresi
substansi pembentuk batu.

2. Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat, kalsium
oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

3. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam
akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.

4. Teori kurangnya faktor penghambat.

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam
mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

E. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah
kerusakan nefron, mengedalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Adapun penatalaksanaan
pada Vesikolithiasis menurut Soeparman ( 1999) dan Smeltser (2001) antara lain ialah :

1. Penanganan nyeri
2. Terapi nutrisi dan medikasi

3. Litrottipsi gelombang kejut ekstrokoproreal (ESWL)

4. Metode endourologi pengangkatan batu

5. Uretroskopi

6. Pelarutan batu

7. Pengangkatan batu pada kandung kemih dengan cara : vesikolitotomi (pengangkatan batu pada
kandung kemih).

TINJAUAN KASUS

Tn. J masuk rumah sakit pada hari kamis 09 September 2021 dengan keluhan nyeri perut bagian
bawah tembus hingga belakang serta menyebar kebagian genitalia. Nyeri dirasakan 1 hari
sebelum masuk rumah sakit terutama saat buang air kecil. Saat dilakukan pengkajian klien
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus hinga belakang. Klien juga mengatakan setiap
kali BAK kencingnya keluar sedikit-sedikit dan berwarna kuning keruh tetapi tuntas meskipun
terasa sakit. Tekanan darah: 150/90 mmHg, Nadi : 89 x/menit, Suhu : 36,7°C, Pernapasan : 23
x/menit, BB : 62 , TB : 167, IMT : 62/1,67 = 22,23

A. Biodata

1. Identitas pasien

Nama : Tn. J

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Alamat : Desa Langgikima

B. Penanggung jawab

Nama : Ny. M
Hubungan dengan pasien : Istri

C. Pengkajian

a. Keluhan utama:

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus hingga
belakang serta menyebar ke bagian genitalia. Nyeri dirasakan terutama saat buang air kecil.

P (Propokatif) : Klien mengatakan nyeri bertambah parah ketika buang air kecil

Q (Quality) : Klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk.

R (Radiation) : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah tembus belakang, menyebar
kebagian genitalia

S (Severity) : Skala nyeri yang dirasakan 6 (sedang)

T (Time) : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan yang sama sekitar
1 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan pernah berobat 6 bulan sebanyak 4 kali karena
penyakit TBC . Pengobatan yang terakhir sampai tuntas.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama seperti
yang ia rasakan

D. Pengkajian Pola Fungsional Virginia Henderson

a. Pola Nafas

Pola nafas normal sebelum dan saat sakit

b. Pola Aktivitas

Sebelum sakit: Klien biasanya bekerja

Saat sakit: Klien tidak dapat bekerja

c. Pola Nutrisi

Sebelum sakit: Klien tidak memiliki gangguan makan, makan tepat waktu dan menghabiskan 2-3
porsi setiap hari, dan minum 2-2,5 liter air, klien mengatakan jika air di rumahnya banyak
mengandung kapur
Saat sakit: Klien makan tidak teratur dan hanya menghabiskan 1/2 porsi makanan, minum air 1
liter

d. Pola eliminasi

BAB

Sebelum sakit: Klien mengatakan BAB 2x/hari

Saat sakit: Klien mengatakan BAB 2x/hari

BAK

Sebelum sakit: Klien mengatakan BAK 5x/hari

Saat sakit: Klien mengatakan sering bolak-balik WC (> 10 kali/24 jam) untuk buang air kecil dan
setiap kali BAK kencingnya

e. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit: Klien mengatakan tidur di malam hari kurang lebih 8 jam

Saat sakit: Klien mengatakan sulit untuk tidur di siang dan malam hari

f. Pola Berpakaian

Sebelum sakit: Klien bisa mengenakan pakaian sendiri

Saat sakit: Terkadang pasien di bantu oleh keluarga

g. Personal Hygiene

Sebelum sakit: Klien mengatakan mandi 2x sehari, mencuci rambut 2x sehari, menggosok gigi
2x sehari, dan memotong kuku 1x seminggu

Saat sakit: Klien mengatakan mandi 1x sehari (di seka), tidak mencuci rambut, menggosok gigi
1x sehari, dan tidak memotong kuku

h. Rasa Aman dan Nyaman

Sebelum sakit: Klien selalu mengatakan nyaman baik di rumah maupun di tempat lain

Saat sakit: Klien mengakatan kurang adanya kenyamanan

i. Berkomunikasi

Sebelum sakit: Klien mengatakan dirinya dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar

Saat sakit: Klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik


j. Spiritual

Sebelum sakit: Klien mengatakan selalu sholat 5 waktu

Saat sakit: Klien mengatakan jarang sholat

k. Bekerja

Sebelum sakit: Klien bekerja

Saat sakit: Klien tidak dapat bekerja

l. Rekreasi

Sebelum sakit: Klien mengatakan rekreasi tercukupi

Saat sakit: Klien mengatakan tidak dapat melakukan rekreasi bersama keluarga

m. Belajar

Klien biasanya bekerja, tidak belajar

E. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1. Kepala

a. Kepala dan rambut

Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan, rambut pasien nampak lebat, Tidak ada lesi,
kulit kepala bersih, warna kulit coklat gelap, akral hangat, turgor kulit baik

b. Mata

Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata, pupil klien nampak
isokor

c. Hidung

Simetris kiri dan kanan , tidak ada serumen , penciuman normal, klien dapat membedakan
penciuman dengan satu objek dengan objek yang di cobakan

d. Telinga

klien tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

e. Mulut dan gigi

Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak terdapat karies gigi.

2. Leher
tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan KGB.

3. Thorax

a. Paru-paru

Inspeksi :

Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan (+)/(+), deformitas tulang dada (-), trakea tidak
mengalami deviasi, frequensi pernapasan normal dan tidak mengunakan otot bantu pernapasan.

Palpasi :

Tidak ditemukan adanya benjolan dan masa. Taktil fremitus seirama. Nyeri tekan (-)

Perkusi :

Suara perkusi resonan dan tidak ada tanda-tanda penumpukan cairan

Auskultasi :

Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial diatas trachea, bunyi
broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan {crackles (-), whezing (-), mengi (-)}.

b. Jantung

Inspeksi :

Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris antara kiri dan kanan
serta tidak ada sianosis.

Palpasi :

Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid klavikula kiri, CRT < 3 detik,
dan tekanan vena jugular (jugularis venous pressure/JVP) 7 cmH2O.

Perkusi :

Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.

Auskultasi :

Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, Bj1 dan Bj2 normal (lub-dub). Bj1 terdengar
bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis

c. Abdomen

Auskultasi :
Peristaltik usus 15 x/menit.

Perkusi :

Suara perkusi timpani, pada perut tidak ada penumpukan cairan.

Palpasi :

Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembesaran hepar (-)

4. Ekstremitas

Inspeksi :

Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari posisi duduk, tidak
ada deformitas dan fraktur.

Palpasi:

Tidak ada nyeri tekan, tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5 dimana klien dapat melakukan
rentang gerak penuh, dapat melawan gravitasi dan dapat menahan tahanan penuh.

5. Genetalia

Inspeksi :

Klien tidak menggunakan alat bantu/kateter, klien nampak meringis memegang perut bagian
bawah dan pinggang. Urine berwarna kuning keruh

Palpasi :

Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area pinggang. Kandung kemih tidak teraba

Perkusi :

Ada nyeri ketok pada pinggang bagian belakang kanan.

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil USG

Nefrolitis Dextra, Kista ginjal bilateral

G. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. Data Subyektif : Nyeri Akut Agen pencedera
fisiologis
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah tembus hingga belakang dan
menjalar ke bagian genitalia

Data Obyektif :

 Tekanan darah : 150/90 mmHg


 Skala nyeri 6 (sedang)
 Klien nampak meringis memegang
perut bagian bawah dan pinggang
 Ada nyeri tekan pada perut bagian
dan pada area pinggang
 Ada nyeri ketok pada pinggang
bagian belakang

2. Data subyektif : Gangguan eliminasi Iritasi kandung kemih


urine
Klien mengatakan sering bolak-balik WC (>
10 kali/24 jam) untuk buang air kecil

Klien mengatakan setiap kali BAK


kencingnya keluar sedikit-sedikit dan
berwarna kuning keruh tetapi tuntas
meskipun terasa sakit.

Data obyektif :

-Urine tampak kuning keruh

-Kandung kemih tidak teraba

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, sulit tidur,
tekanan darah meningkat

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang

Kriteria Hasil (SLKI)

No Kriteria Hasil Awal Target

1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2 5


2. Keluhan nyeri 1 5

3. Meringis 1 5

4. Gelisah 2 5

5. Kesulitan tidur 2 5

6. Tekanan darah 2 5

Rencana tindakan keperawatan (SIKI)

1. Manajemen nyeri

Observasi

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri


 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Terapeutik

 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya TENS, hipnosis,
terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres dingin/hangat)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya suhu, pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan eliminasi urine b.d Iritasi kandung kemih d.d desakan berkemih, sering buang air
kecil
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat
berkemih dengan baik

Kriteria Hasil (SLKI)

No Kriteria Hasil Awal Target

1. Sensasi berkemih 4 1

2. Desakan berkemih 2 5

3. Karakteristik urine 2 5

Rencana tindakan keperawatan (SIKI)

1. Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK

Terapeutik

Sediakan alat bantu (mis kateter eksternal, urinal) jika perlu

2. Manajemen Eliminasi Urine

Observasi

 Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine


 Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)

Terapeutik

 Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih


 Batasi asupan cairan, jika perlu

Edukasi

 Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine


 Anjurkan minum yang cukup
 Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu


H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu Dx Kep Implementasi Respon Pasien Paraf


Tanggal/Jam

Kamis, -
09/09/ 2021

09.00 WIB - Monitor tanda-tanda vital - Hasil :


Tekanan darah: 150/90
mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Pernapasan : 23 x/menit

09.10 WIB - Lakukan pengkajian nyeri - Klien mengatakan perutnya


masih sakit tembus hingga
belakang terutama saat ia
BAK

09.10 WIB - Observasi reaksi nonverbal - Klien tampak meringis


dari ketidaknyamanan.
09.30 WIB - Mengajarkan tentang teknik - Klien Nampakmemahami dan
non farmakologi (Teknik mengikuti apa yang diajarkan
nafas dalam) (teknik relaksasi nafas dalam
dan distraksi)
09.36 WIB - Menganjurkan klien untuk - klien mengatakan ia susah
meningkatkan istirahat. untuk tidur
09.40 WIB - Ajarkan pasien untuk - Klien mengerti dan bersedia
minum200 ml cairan pada mengikuti instruksi yang
saat makan diberikan
09.45 WIB - Ajarkan pasien tentang tanda - klien mengerti dengan tanda
dan gejala infeksi saluran dan gejala infeksi yang
kemih yang harus dijelaskan perawat
dilaporkan (misalnya
demam, menggigil, nyeri
pinggang, hematuria, serta
perubahan konsistensi dan
bau urine)
10.00 WIB - Mengontrol lingkungan yang - Membatasi pengunjung dan
dapat mempengaruhi nyeri mengontrol kebisingan.
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
berulang)
10.30 WIB - Berikan cukup waktu untuk - klien mengatakan butuh
pengosongan kandung kemih waktu agak lama bila BAK
(10 menit) sampai tuntas
10.32 WIB - Memantau eliminasi urine, - Klien mengatan hari ini BAK
frekuensi, konsistens 2 sejak pagi smpe saat ini,
warna urine

Jum’at,
10/09/2021
07.00 WIB - Monitor tanda-tanda vital - Hasil
Tekanan darah: 160/90
mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,6 oC Pernapasan :
23 x/menit
07.07 WIB - Lakukan pengkajian nyeri - Klien mengatakan perutnya
masih sakit tembus hingga
belakang terutama saat ia
BAK
07.07 WIB - Observasi reaksi - Klien nampak meringis
nonverbal dari memegang perut bagian
ketidaknyamanan. bawah dan pinggang.

07.11 WIB - Menganjurkan untuk - Klien mengatakan ia


melakukan teknik non melakukan yang telah
farmakologi (Teknik nafas diajarkan perawat
dalam dan distraksi)

07.20 WIB - Menganjurkan klien untuk - klien mengatakan ia susah


meningkatkan istirahat. untuk tidur

07.25 WIB - Anjurkan pasien untuk - Klien mengatakan ia


minum200 ml cairan pada melakukan yang
saat makan. diinstruksikan perawat
07.34 WIB - Menyambung cairan - terpasang cairan RL (20 tpm)
07.40 WIB - Berikan cukup waktu untuk - klien mengatakan masih agak
pengosongan kandung kemih lama untuk menuntaskan
(10 menit) BAK-nya
08.00 WIB - Memantau eliminasi urine, - Klien mengatakan BAK
meliputi frekuensi, sudah 4 kali dari pagi smpe
konsistensi saat ini, warna urine kuning
namun tidak sekeruh kemari

Sabtu,
11/09/2021
07.00 WIB - Monitor tanda-tanda vital - Hasil :
Tekanan darah: 150/80
mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Pernapasan : 24 x/menit
07.07 WIB - Lakukan pengkajian nyeri - Klien mengatakan perutnya
masih sakit tembus hingga
belakang terutama saat ia
BAK
07.07 WIB - Observasi reaksi nonverbal - Klien nampak meringis
dari ketidaknyamanan. memegang perut bawah dan
pinggang
07.11 WIB - Menganjurkan untuk - Klien mengatakan ia
melakukan teknik non melakukan yang telah
farmakologi (Teknik nafas diajarkan perawat.
dalam dan distraksi)
07.20 WIB - Menganjurkan klien untuk - klien mengatakan ia susah
meningkatkan istirahat. untuk tidur
07.25 WIB - Anjurkan pasien untuk - Klien mengatakan ia
minum 200 ml cairan pada melakukan yang
saat makan, di antara waktu diinstruksikan perawat
makan dan di awal petang
07.34 WIB - Memantau eliminasi urine, - Klien mengatan hari ini BAK
meliputi frekuensi, 2 sejak pagi smpe saat ini,
konsistensi warna urine
07.40 WIB - Berikan cukup waktu untuk - klien mengatakan saat BAK
pengosongan kandung masih terasa sakit sehingga
kemih (10 menit) butuh waktu lumayan lama
untuk menuntaskan
08.00 WIB - Menyambung cairan - terpasang cairan RL (20 tpm)

I. EVALUASI KEPERAWATAN

Waktu Dx Kep Evaluasi Paraf


Kamis, S:
09/09/ 2021 Klien mengatakan perutnya masih sakit tembus hingga
belakang terutama saat ia BAK, nyerinya hilang timbul dan
rasanya seperti
tertusuk-tusu
O:
• Tekanan darah: 160/90 mmHg
• Skala nyeri 5
• Klien nampak meringis memegang perut bagian
bawah dan pinggang.
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
• Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi.
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Observasi tanda-tanda vital.
• Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berulang).
• Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi.
• Ajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik
relaksasi nafas dalam)
• Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Jum’at, S:
10/09/2021 Klien mengatakan perutnya masih sakit tembus hingga
belakang terutama saat ia BAK, nyerinya seperti tertusuk-
tusuk dan menjalar hingga kemaluannya
O : 150/80 mmHg

• skala nyeri 5
• Klien nampak meringis memegang perut bagian
bawah dan pinggang

A : Masalah nyeri belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
• Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi.
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Observasi tanda-tanda vital.
• Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berulang).
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi.

Anda mungkin juga menyukai