KMB I
Disusun Oleh :
TAHUN 2021/2022
A. Definisi Pengertian
Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari endapan mineral di
dalam kandung kemih. Saat batu kandung kemih menyumbat saluran kemih, akan timbul
keluhan berupa sulit dan nyeri saat buang air kecil, bahkan kencing berdarah (hematuria).
Batu kandung kemih bisa terjadi siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, penyakit ini lebih
sering dialami oleh pria yang berusia di atas 52 tahun, dan risiko mengalami batu kandung kemih
akan meningkat jika pria mengalami pembesaran prostat.
B. Gejala
Batu kandung kemih bisa tidak menimbulkan keluhan atau gejala apa pun. Gejala baru muncul
saat batu yang terbentuk menyumbat saluran urine atau melukai dinding kandung kemih.
Gejala yang bisa timbul saat kondisi ini terjadi antara lain:
C. Penyebab
Jika Anda sering kencing tidak tuntas, urine akan tersisa dalam kandung kemih dan menjadi
terkonsentrasi. Ini artinya mineral dalam urine begitu tinggi sehingga dapat mengkristal dan
membentuk batu mineral.
Ada banyak kondisi yang dapat mengganggu fungsi kandung kemih dalam menyimpan dan
mengosongkan urine. Kondisi yang paling umum di antaranya:
Pembesaran kelenjar prostat. Pada pria, penyakit BPH (prostat yang membesar) dapat
menghambat aliran urine dan membuatnya terperangkap dalam kandung kemih.
Kandung kemih neurogenik. Penyakit ini mengganggu saraf antara otak dan otot kandung
kemih sehingga kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik.
Peradangan. Jika kandung kemih Anda meradang, kristal mineral lambat laun dapat
terbentuk di dalamnya.
Alat medis. Kateter urine, alat kontrasepsi, dan alat medis lainnya dapat memicu
penumpukan mineral urine dan membentuk batu kandung kemih.
Batu ginjal. Batu ginjal berukuran kecil dapat turun ke kandung kemih melalui saluran
ureter dan menjadi batu kandung kemih jika tidak diangkat.
Sistokel. Pada wanita, dinding kandung kemih bisa melemah dan turun ke vagina.
Kondisi ini akan menghambat aliran urine dan membentuk batu mineral.
D. Patofisiologi
Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang mendukung proses ini
yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein. Pada umumnya Kristal tumbuh
melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar, di
antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui saluran kencing hingga pada lumen yang
sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan
gabungan dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium
oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009). Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009
menyatakan bahwa sebagian batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapatbersifat simtomatik ataupun
asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain :
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic sebagai inti. Substansi organik ini
terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan mempermudah kristalisasi dan agresi
substansi pembentuk batu.
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat, kalsium
oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam
akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam
mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
E. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah
kerusakan nefron, mengedalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Adapun penatalaksanaan
pada Vesikolithiasis menurut Soeparman ( 1999) dan Smeltser (2001) antara lain ialah :
1. Penanganan nyeri
2. Terapi nutrisi dan medikasi
5. Uretroskopi
6. Pelarutan batu
7. Pengangkatan batu pada kandung kemih dengan cara : vesikolitotomi (pengangkatan batu pada
kandung kemih).
TINJAUAN KASUS
Tn. J masuk rumah sakit pada hari kamis 09 September 2021 dengan keluhan nyeri perut bagian
bawah tembus hingga belakang serta menyebar kebagian genitalia. Nyeri dirasakan 1 hari
sebelum masuk rumah sakit terutama saat buang air kecil. Saat dilakukan pengkajian klien
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus hinga belakang. Klien juga mengatakan setiap
kali BAK kencingnya keluar sedikit-sedikit dan berwarna kuning keruh tetapi tuntas meskipun
terasa sakit. Tekanan darah: 150/90 mmHg, Nadi : 89 x/menit, Suhu : 36,7°C, Pernapasan : 23
x/menit, BB : 62 , TB : 167, IMT : 62/1,67 = 22,23
A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 53 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
B. Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Hubungan dengan pasien : Istri
C. Pengkajian
a. Keluhan utama:
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus hingga
belakang serta menyebar ke bagian genitalia. Nyeri dirasakan terutama saat buang air kecil.
P (Propokatif) : Klien mengatakan nyeri bertambah parah ketika buang air kecil
R (Radiation) : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah tembus belakang, menyebar
kebagian genitalia
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan yang sama sekitar
1 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan pernah berobat 6 bulan sebanyak 4 kali karena
penyakit TBC . Pengobatan yang terakhir sampai tuntas.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama seperti
yang ia rasakan
a. Pola Nafas
b. Pola Aktivitas
c. Pola Nutrisi
Sebelum sakit: Klien tidak memiliki gangguan makan, makan tepat waktu dan menghabiskan 2-3
porsi setiap hari, dan minum 2-2,5 liter air, klien mengatakan jika air di rumahnya banyak
mengandung kapur
Saat sakit: Klien makan tidak teratur dan hanya menghabiskan 1/2 porsi makanan, minum air 1
liter
d. Pola eliminasi
BAB
BAK
Saat sakit: Klien mengatakan sering bolak-balik WC (> 10 kali/24 jam) untuk buang air kecil dan
setiap kali BAK kencingnya
Sebelum sakit: Klien mengatakan tidur di malam hari kurang lebih 8 jam
Saat sakit: Klien mengatakan sulit untuk tidur di siang dan malam hari
f. Pola Berpakaian
g. Personal Hygiene
Sebelum sakit: Klien mengatakan mandi 2x sehari, mencuci rambut 2x sehari, menggosok gigi
2x sehari, dan memotong kuku 1x seminggu
Saat sakit: Klien mengatakan mandi 1x sehari (di seka), tidak mencuci rambut, menggosok gigi
1x sehari, dan tidak memotong kuku
Sebelum sakit: Klien selalu mengatakan nyaman baik di rumah maupun di tempat lain
i. Berkomunikasi
Sebelum sakit: Klien mengatakan dirinya dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar
k. Bekerja
l. Rekreasi
Saat sakit: Klien mengatakan tidak dapat melakukan rekreasi bersama keluarga
m. Belajar
1. Kepala
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan, rambut pasien nampak lebat, Tidak ada lesi,
kulit kepala bersih, warna kulit coklat gelap, akral hangat, turgor kulit baik
b. Mata
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata, pupil klien nampak
isokor
c. Hidung
Simetris kiri dan kanan , tidak ada serumen , penciuman normal, klien dapat membedakan
penciuman dengan satu objek dengan objek yang di cobakan
d. Telinga
klien tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak terdapat karies gigi.
2. Leher
tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan KGB.
3. Thorax
a. Paru-paru
Inspeksi :
Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan (+)/(+), deformitas tulang dada (-), trakea tidak
mengalami deviasi, frequensi pernapasan normal dan tidak mengunakan otot bantu pernapasan.
Palpasi :
Tidak ditemukan adanya benjolan dan masa. Taktil fremitus seirama. Nyeri tekan (-)
Perkusi :
Auskultasi :
Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial diatas trachea, bunyi
broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan {crackles (-), whezing (-), mengi (-)}.
b. Jantung
Inspeksi :
Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris antara kiri dan kanan
serta tidak ada sianosis.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid klavikula kiri, CRT < 3 detik,
dan tekanan vena jugular (jugularis venous pressure/JVP) 7 cmH2O.
Perkusi :
Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
Auskultasi :
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, Bj1 dan Bj2 normal (lub-dub). Bj1 terdengar
bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis
c. Abdomen
Auskultasi :
Peristaltik usus 15 x/menit.
Perkusi :
Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembesaran hepar (-)
4. Ekstremitas
Inspeksi :
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari posisi duduk, tidak
ada deformitas dan fraktur.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5 dimana klien dapat melakukan
rentang gerak penuh, dapat melawan gravitasi dan dapat menahan tahanan penuh.
5. Genetalia
Inspeksi :
Klien tidak menggunakan alat bantu/kateter, klien nampak meringis memegang perut bagian
bawah dan pinggang. Urine berwarna kuning keruh
Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area pinggang. Kandung kemih tidak teraba
Perkusi :
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil USG
G. Analisa Data
Data Obyektif :
Data obyektif :
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, sulit tidur,
tekanan darah meningkat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang
3. Meringis 1 5
4. Gelisah 2 5
5. Kesulitan tidur 2 5
6. Tekanan darah 2 5
1. Manajemen nyeri
Observasi
Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya TENS, hipnosis,
terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres dingin/hangat)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya suhu, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
Kolaborasi
2. Gangguan eliminasi urine b.d Iritasi kandung kemih d.d desakan berkemih, sering buang air
kecil
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat
berkemih dengan baik
1. Sensasi berkemih 4 1
2. Desakan berkemih 2 5
3. Karakteristik urine 2 5
Terapeutik
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kamis, -
09/09/ 2021
Jum’at,
10/09/2021
07.00 WIB - Monitor tanda-tanda vital - Hasil
Tekanan darah: 160/90
mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,6 oC Pernapasan :
23 x/menit
07.07 WIB - Lakukan pengkajian nyeri - Klien mengatakan perutnya
masih sakit tembus hingga
belakang terutama saat ia
BAK
07.07 WIB - Observasi reaksi - Klien nampak meringis
nonverbal dari memegang perut bagian
ketidaknyamanan. bawah dan pinggang.
Sabtu,
11/09/2021
07.00 WIB - Monitor tanda-tanda vital - Hasil :
Tekanan darah: 150/80
mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Pernapasan : 24 x/menit
07.07 WIB - Lakukan pengkajian nyeri - Klien mengatakan perutnya
masih sakit tembus hingga
belakang terutama saat ia
BAK
07.07 WIB - Observasi reaksi nonverbal - Klien nampak meringis
dari ketidaknyamanan. memegang perut bawah dan
pinggang
07.11 WIB - Menganjurkan untuk - Klien mengatakan ia
melakukan teknik non melakukan yang telah
farmakologi (Teknik nafas diajarkan perawat.
dalam dan distraksi)
07.20 WIB - Menganjurkan klien untuk - klien mengatakan ia susah
meningkatkan istirahat. untuk tidur
07.25 WIB - Anjurkan pasien untuk - Klien mengatakan ia
minum 200 ml cairan pada melakukan yang
saat makan, di antara waktu diinstruksikan perawat
makan dan di awal petang
07.34 WIB - Memantau eliminasi urine, - Klien mengatan hari ini BAK
meliputi frekuensi, 2 sejak pagi smpe saat ini,
konsistensi warna urine
07.40 WIB - Berikan cukup waktu untuk - klien mengatakan saat BAK
pengosongan kandung masih terasa sakit sehingga
kemih (10 menit) butuh waktu lumayan lama
untuk menuntaskan
08.00 WIB - Menyambung cairan - terpasang cairan RL (20 tpm)
I. EVALUASI KEPERAWATAN
• skala nyeri 5
• Klien nampak meringis memegang perut bagian
bawah dan pinggang