Dosen Pembimbing:
Tinuk Esti Handayani, SST.,M.Kes
Disusun Oleh:
Verlingga Diah Oktiasa Putri
P27824221061
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Asuhan Kebidanan Pada Nifas
2.1.1 Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama
Nama digunakan untuk mengenali atau memanggil pasien agar tidak terjadi
kekeliruan bila ada nama yang sama. (Romauli, 2011)
2) Umur
Umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas (Ambarwati, 2010)
3) Agama
Agama melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu
tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran (Purwati, 2012).
4) Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan, secara tidak
langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu (Marmi, 2012)
5) Penghasilan
Penghasilan yang terbatas dan putus kerja karena berbagai alasan dapat
menambah sulitnya masalah social ekonomi, sehingga mempengaruhi
kelangsungan kehamilan (Manuaba, 2012)
b. Keluhan Utama
Akibat dari proses involusi akan menimbulkan rasa mules, saat pertama ASI
diproduksi akan menimbulkan rasa nyeri pada payudara, ibu akan merasa letih
karena tenaganya lebih banyak terkuras saat persalinan, ibu akan mengalami
gangguan eliminasi (retensio urine) yang disebabkan ibu takut untuk melakukan
mobilisasi diri (Wiknjosastro, 2015)
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah dialami, dilalui, sekarang baik penyakit menurun,
menahun, dan menular seperti anemia apabila tidak tertangani dengan baik pada
masa nifas menyebabkan terjadinya subinvolusi uteri, perdarahan postpartum,
infeksi puerperium, ASI berkurang, dan mudah terjadi infeksi mammae. Ibu yang
juga memiliki penyakit TBC aktf tidak dibenarkan untuk memberikan ASI karena
dapat menular ke bayinya (Manuaba, 2021)
d. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat haid
Dengan memberikan ASI kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar menstruasi kembali
setelah 4-6 bulan. Dalam waktu 3 bulan belum menstruasi, dapat menjamin
bertindak sebagai kontrasepsi yaitu Metode Amenore Laktasi (MAL)
(Manuaba, 2012)
2) Riwayat nifas yang lalu
Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit sperti perdarahan pascasalin dan
infeksi nifas. Maka diharapkan nifas saat ini juga tanpa penyakit. Ibu
menyusui eksklusif sampai usia anak 6 bulan. Teradapat pengeluaran lokhea
rubra sampai hari ke-3 berwarna merah. Lokhea serosa hari ke-4 sampai ke-9
warna kecoklatan. Lokhea alba hari ke-10 sampai ke-15 warna putih dan
kekuningan. Ibu dengan riwayat pengeluaran lokhea purulenta, lovheastasis,
infeksi uterin, rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan khusus dan ibu
meneteki kurang dari 2 tahun. Adanya bendungan ASI sampai terjadi abses
payudara harus dilakukan observasi yang tepat (Manuaba, 2012)
3) Riwayat nifas sekarang
Terdapat pengeluaran lokhea rubra sampai hari ke 3 berwarna merah dan
hitam, lokhea serosa hari keempat sampai ketujuh warna kecoklatan, lokhea
seroa hari ketujuh sampai keempatbelas berwarna putih. (Manuaba, 2012).
4) Riwayat KB
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur(ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metodeamenorhe
laktasi (MAL) dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru (Saifuddin, 2014).
e. Pola Kebiasaan sehari hari
1. Nutrisi
Ibu nifas dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tambahan 500 kalori tiap
hari. Dengan minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Pada 6 bulan pertama
adalah 14 gelas perhari dan 6 bulan kedua 12 gelas perhari. Ibu nifas diberikan
pil zat besi setidaknya 40 hari pasca persalinan. Pemberian kapsul vitamin A
200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua
diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama (Mulati, 2015).
2. Eliminasi
Ibu nifas harus mampu berkemih 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam belum
dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc, maka dilakukan
kateterisasi. BAB pada ibu nifas spontan pada hari ke 2 sampai 3 postpartum.
Jika melewati hari ke-3 postpartum maka akan diberikan obat pencahar per
oral atau per rektal (Mulati, 2015).
3. Personal Hygiene
Ibu nifas diharapkan \menjaga kebersihan diri untuk mencegah terjadinya
infeksi. Ibu nifas harus menjaga seluruh tubuh terutama perineum. Ibu nifas
disarankan untuk mengganti pembalut 2 sampai 4 kali atau jika merasa sudah
penuh. Ibu nifas disarankan cebok dari arah depan kebelakang dengan air
bersih. Merawat luka laserasi dengan mencuci luka menggunakan air dingin
dan menghindari menyentuh daerah luka laserasi tersebut (Mulati, 2015).
4. Istirahat
Ibu nifas harus cukup istirahat, tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
(Mulati, 2015).
5. Aktivitas
Pada ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-
48 jam postpartum. Tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam dan sebagainya
(Mulati, 2015).
6. Hubungan seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan luka
episiotomy sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum
(Kemenkes, 2018)
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Menurut (Mulati, 2015) adaptasi psikologis pada ibu nifas yaitu:
1. Fase Taking In
Fase ini berlangsung pada hari pertama dan kedua setelah postpartum. Ibu
terfokus pada dirinya sendiri, sehingga ibu cenderung pasif terhadap
lingkungannya.
2) Nadi
Untuk mengetahui nadi ibu normal atau tidak. Nadi normal pada ibu nifas
adalah 60-100 x/menit (Walyani & Purwoastuti, 2015)
3) Suhu
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh tapi tidak lebih
dari 38°C. Bila terjadi peningkatan melebihi 38°C berturut-turut selama 2 hari,
kemungkinan terjadi ineksi (Manuaba,2012)
4) Pernafasan
Untuk mengetahui pernafasan ibu normal atau tidak. Pernafasan normal yaitu
16-20 x/menit. (Walyani & Purwoastuti, 2015)
d. Pemeriksaan fisik
1) Rambut
Untuk mengetahui keadaan rambut meliputikebersihan, mudah rontok atau
tidak (Sulistyawati, 2015).
2) Muka
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, pucat atau tidak (Heryani,
2012).
3) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan
ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada konjungtiva.
Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre eklamsia (Romauli,
2011)
4) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran limfe
dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011).
5) Payudara
Pada ibu postpartum normalnya berbentuk simetris, hiperpigmentasi aerola
mammae, putting susu menonjol, kolostrum sedah keluar, pembesaran
simetris. Pada hari pertama sampai keempat pengeluaran kolostrum, kemudian
hari keempat sampai kesepuluh ASI transisi dan hari kesepuluh ASI mature
(Bahiyatun, 2013).
6) Abdomen
Pada abdomen kita harus memeriksa posisi uterus atau tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, dan ukuran kandung kemih (Saifuddin, 2014) pemeriksaan
abdomen pascasalin dilakukan selama periode pascasalin (1 jam-5 hari)
meliputi tindakan berikut:
a. Pemeriksaan kandung kemih
Dalam memeriksa kandung kemih mencari secara spesifik distensi
kandung kemih yang disebabkan oleh retensi urin akibat hipotonisitas
kandung kemih karena trauma selama melahirkan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan wanita mengalami infeksi kandung kemih. Menurut
(Bahiyatun, 2013) pada awal postpartum, kandung kemih mengalami
edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya
overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urin yang
tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh
adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang
setelah 24 jam postpartum.
b. Pemeriksaan uterus
Menurut (Manuaba, 2012), setelah bayi dilahirkan uterus selama
persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk
anyaman sehingga pembuluh darah dengan demikian terhindar dari dapat
tertutup sempurna, perdarahan postpartum.
Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya,
schingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak
teraba lagi di simfisis pubis (Bahiyatun, 2013).
c. Derajat Diastasis Rekti (DDR).
Pemeriksaan derajat diastasis rekti (DDR) untuk mengevaluasi tonus otot
abdomen. Diastasis rekti adalah derajat pemisahan otot rektus abdomen
diukur menggunakan lebar jari ketika otot-otot abdomen kontraksi dan
ditulis sebagai pembilang lalu sekali lagi ketika otot-otot tersebut relaksasi
ditulis sebagai penyebut. Dengan cara posisikan ibu berbaring terlentang
tanpa bantal dibawah kepala ibu, menempatkan ujung jari salah satu pada
garis tengah abdomen dengan jari telunjuk tepat di bawah umbilicus dan
jari lainnya berbaris di longitudinal kebawah arah sympisis pubis. Tepi jari
menyentuh satu sama lain meminta ibu menaikkan kepalanya dan
meletakkan dagu di dadanya di antara payudara. Catat hasil pemeriksaan
diastasis: 2/5 jari maksudnya dua jari ketika otot-otot relaksasi.
(Bahiyatun, 2013)
7) Lochea
Lochea adalah pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari
tempat implantasi plasenta yang terjadi pada masa nifas. Pengeluaran lochea
dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya (Manuaba, 2012).
8) Melakukan observasi CHPBK sehingga setiap saat keadaan ibu dan janin dapat
diketahui dengan pasti.
- C (Cortonen) = denyut jantung janin
- H (His) = lamanya kontraksi dalam detik
a. 20 - 30 detik
b. > 40 detik
c. Per 10 menit
- B (Bindering) = Peregangan SBR/SAR yaitu lingkaran retraksi patologis atau
pertengahan simpisis dan pusat
- P = penurunan (pelvis straton bidang hodge) dan pembukaan
Seviks
- K = ketuban dengan cek vulva vagina
2.2. Perencanaan
Diagnose: P1/>1APIAH , post partum hari ke 1-42, persalinan normal/tindakan, laktasi
lancar/tidak, involusi normal/abnormal, lochea normal/abnormal, keadaan psikologis
ibu baik, keadaan umum ibu dan bayi baik/buruk (Marmi, 2015. Menurut
(Bahiyatun, 2013), kemungkinan masalah yang timbul seperti after pain atau kram
perut, nyeri perineum, bendungan ASI, putting lecet, konstipasi.
Tujuan: Masa nifas berjalan normal tanpa komplikasi bagi ibu dan bayi (Bahiyatun,
2013).
Kriteria menurut (Bahiyatun,2013):
Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital dalam batas
normal, laktasi lancer, involusi baik, teraba bundar dan keras, pengeluaran lochea
normal.
Intervensi menurut (Kemenkes RI, 2020):
1. Pelayanan nifas dan BBL 1 dengan bidan selanjutnya, lakukan pemantauan
mandiri menggunakan buku KIA. Ada keluhan/ tanda bahaya segera dating ke
PMB dengan membuat janji terlebih dahulu, konsultasi, KIE dan konseling
dilakukan secara online, ibu dan keluarga dilarang bepergian apabila tidak
mendesak, selalu menggunakan masker, dan cuci tangan. (Nurjasmi, Emi, 2020)
Rasional: memberikan pelayanan memenuhi standar klinis dan standar new
normal menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
2. Jelaskan mengenai kebutuhan dasar nifas meliputi nutrisi, eliminasi, istirahat,
aktifitas, kebersihan diri, perawatan payudara, senam nifas, hubungan seksual
dan KB.
Rasional: ibu mengerti mengenai kebutuhan dirinya dan mampu memenuhinya
(Kemenkes RI, 2020)
3. Jelaskan cara menyusui yang benar dan anjurkan pemberian ASI eksklusif.
Cara menyusui yang benar:
1) Menyusui bayi sesering mungkin, paling sedikit 8 kali sehari.
2) Bila bayi tidur >3 jam, bangunkan, lalu susui.
3) Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindahkan ke payudara sisi lain.
4) Bila bayi kenyang, tapi payudara masih terasa penuh, perlu dikososngkan
dengan diperah lalu disimpan.
Rasional: cara menyusui yang benar dapat mencegah terjadi bendungan ASI
ataupun mastitis. Pemberian ASI ekskludif dapat meningkatkan system imun,
bayi hingga usia 6 bulan hanya membutuhkan ASI (Bahiyatun, 2013).
4. Ajarkan mengenai posisi dan perlekatan menyusui yang benar meliputi:
1) Pastikan posisi ibu ada dalam posisi yang nyaman.
2) Kepala dan badan bayi berada dalam garis lurus.
3) Wajah menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting.
4) Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.
Rasional: posisi dan perlekatan menyusui yang benar dapat mencegah terjadinya
puting lecet (Bahiyatun, 2013).
5. Jelaskan cara memerah dan menyimpan ASI
Cara menyimpan: simpan dalam ruangan (ASIP segar), kulkas, freezer.
Cara memberikan: sebelum ASI diberikan pada bayi, rendam dalam wadah yang
berisi air hangat. Gunakan gelas kaca atau keramik dan mangkok kaca, jangan
gunakan bahan dari plastik atau melamin. Rasional: berguna bagi ibu yang
bekerja jauh dari rumah, tetap dapat memberikan ASI untuk bayinya (Bahiyatun,
2013).
6. Jelaskan tanda bahaya nifas meliputi perdarahan lewat jalan lahir, keluar cairan
berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan
kejang, demam > 2 hari, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, ibu sedih.
murung tanpa sebab (depresi).
Rasional: ibu dapat mendeteksi dini adanya kelainan, sehingga dapat segera.
ditangani dan tidak menyebabkan komplikasi (Bahiyatun, 2013)
7. Jelaskan ketidaknyamanan masa nifas meliputi: Nyeri after pain atau keram
perut, Bendungan ASI, Nyeri luka jahitan, Konstipasi, dan Puting susu lecet.
Rasional: ibu dapat kooperatif dengan asuhan yang diberikan
8. Ajarkan kepada ibu mengenai cara perawatan payudara.
Rasional: gerakan masase payudara dapat memperlancar peredaran darah
(Bahiyatun, 2013)
9. Ajarkan ibu dan keluarga cara pijat oksitosin
Rasional: membantu memperlancar pengeluaran ASI
10. Ajarkan kepada ibu mengenai senam nifas.
Rasional: senam nifas dapat meningkatkan tonus otot, mengurangi berat badan
dan mencegah konstipasi (Bahiyatun, 2013)
11. Beri konseling tentang KB pascasalin laktasi yang dianjurkan seperti KB
implant, pil progestin, Suntik progestin. Untuk pascasalin tanpa laktasi >21 hari
di perbolehkan memakai kb IUD bila tidak ada kontraindikasi.
Rasional: tenaga kesehatan akan memberikan tentang cara, kelebihan,
keuntungan dan efek samping dari alat kontrasepsi meskipun beberapa metode
mengandung risiko. Penggunaan kontrasepsi aman setelah ibu haid kembali
(Bahiyatun, 2013).
12. Berikan pil zat besi selama 40 hari postpartum, serta kapsul vitamin A 200.000
IU.
Rasional: vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel dan meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi (Bahiyatun, 2013)
13. Jelaskan jadwal kunjungan nifas yaitu 6-48 jam postpartum, hari ke 3-7 setelah
melahirkan, hari ke 8-28 setelah melahirkan, dan 29-42 hari postpartum. Pada
masa pandemi COVID-19 untuk zona hijau kunjungan KF 1 dilakukan di
fasyankes, sedangkan untuk kunjungan KF 2, 3, dan 4 dilakukan kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan yang didahului dengan janji temu serta menerapkan
protokol kesehatan. Untuk daerah zona merah kunjungan KF 1 dilakukan di
fasyankes dan kunjungan KF 2, 3, dan 4 dilakukan dengan metode kunjungan
rumah atau pemantauan dengan media online.
Rasional: kunjungan ulang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi ibu dan bayi
serta mencegah penularan COVID-19 pada keluarga ibu dan nakes (Kemenkes
RI, 2020).
2.3. Pelaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien,
dan aman berdasarkan evidence based kepada klien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan (Kemenkes RI, 2016)
2.4. Evaluasi
Menurut (Kemenkes RI, 2011) bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan pada asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan kondisi klien.
Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi
segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien atau keluarga kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien. Evaluasi ditulis dalam bentuk
SOAP, yaitu sebagai berikut :
S : Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penata- laksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi / follow up dan rujukan.
TTD PETUGAS
VERLINGGA DIAH
BAB 3
TINJAUAN KASUS
VERLINGGA DIAH