Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Busana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Istilah
busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu “bhusana” dan istilah yang popular
dalam bahasa Indonesia yaitu “busana” yang dapat diartikan “pakaian”.
Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari
kepala sampai ujung kaki yang memberi kenyamanan dan menampilkan
keindahan bagi si pemakai.
Fashion yang biasanya hanya berlaku di satu waktu tertentu pada akhirnya
mempengaruhi consumer buying cycle dan consumer use cycle pada produk
fashion Kurva consumer buying cycle menaik seiring dengan kenaikan
consumer use cycle-nya. Namun ketika sebuah fahsion telah mencapai
puncaknya, consumer buying trend menurun lebih cepat dan tajam daripada
consumer use.
1.2 Gambaran Umum Industri
Bulpin Konveksi yang beralamat di Jalan Yos Sudarso berdiri sejak tahun
2005 di Palu Sulawesi Tengah oleh M. Nur pasila dengan nama bulpin
konveksi diambil dari kependekan nama suatu daerah di Sulawesi Selatan
yaitu; Bulukumba dan Pinrang yang kebenaran pemilik usaha berasal dari
daerah tersebut.
Tujuan Pembuatan Laporan
a. Sebagai persyaratan telah selesai mengikuti prakerin;
b. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh sertifikat uji kompetensi
keahlian.
1
BAB II
LANDASAN TEORI

Secara etimologi, fashion berasal dari Bahasa latin “factio”, yang berati
“melakukan”. Dalam perkembangannya, kata yangb bersal dari bahasa latin
tersebut diserap kedalam bahasa inggris menjadi “Fashion” yang emudian
secara sederhana diartikan sebagai gaya . pakaian yang populer dalam suatu
budaya. Definisi fashion menurut “Oxford Advanced Leaener’s Dictionary of
Current English” adalah “prevailing cutom; that which is considered must to
be admired and imitated during a period at a place.” Kalimat ini memiliki arti,
kebiasaan umum; yang mana dipertimbangkan untuk dikagumi dan diikuti
selama kurun waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut cambridge
Dictionary fashion memiliki arti “style that is popular at a particular time,
especially in clother, hair, make-up,ect.” Kalimat tersebut memiliki arti gaya
yang populer pada waktu tertentu.

Dari tahun ke tahun model gaun selalu berganti entah itu dari
gayanya,warna,motif atau sebagainya. Untuk model busana yang elegan dapat
dilihat dari brokat yang digunakan pada gaun,cara menempatkan aplikasinnya
dan juga dalam pemilihan warna.

Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri (1998) Warna yang


digunakan untuk busana pesta malam biasanya menggunakan warna-warna
mencolok/cerah,warna-warna yang lembut, seperti pink, biru mudah, dan
putih serta warna-warna tua/gelap. Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993)
Pemilihan warna busana pesta berbeda, harus disesuaikan dengan kesempatan

2
pestanya. Pada umumnya warna yang digunakan untuk busana pesta malam
adalah yang mengandung unsur merah, hitam, keemasan, perak, atau warna-
warna mengkilap.
Dari tahun ke tahun model gaun selalu berganti entah itu dari
gayanya,warna,motif atau sebagainya. Untuk model busana yang elegan dapat
dilihat dari brokat yang digunakan pada gaun,cara menempatkan aplikasinnya
dan juga dalam pemilihan warna.
Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri (1998) Warna yang
digunakan untuk busana pesta malam biasanya menggunakan warna-warna
mencolok/cerah,warna-warna yang lembut, seperti pink, biru mudah, dan
putih serta warna-warna tua/gelap. Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993)
Pemilihan warna busana pesta berbeda, harus disesuaikan dengan kesempatan
pestanya. Pada umumnya warna yang digunakan untuk busana pesta malam
adalah yang mengandung unsur merah, hitam, keemasan, perak, atau warna-
warna mengkilap.

Pakaian juga telah mencerminkan diri manusia yang beradap sehingga dari
pakaian pula menjadikan manusia dari hewan. Kemudian perkembangan baju
sangat pesat dengan berbagai jenis model, namun disamping itu kita harus
pandai silektif dalam memilih model baju yang cocok kita gunakan khususnya
bagi kita pelajar muslimah bolehlah kita mengikuti perkembangan namun
tentunya tidak melanggar syariat, yaitu tetap sopan dan menutup aurat dalam
acara apapun mesilnya dalam acara pesta,kita harus pandai dalam memilih
pakain yang cocok untuk wanita muslimah yang angun, elegan, dan islami.
Karena alasan itulah melatar belakangi kami untuk membuat model baju pesta
atau bisa juga dipakai dalam acara keluarga dan pesta lainya yang berjudul
PURPLE LONG DRESS
3
2.1 Sejarah A-line
Ditelusuri dalam sejarah fashion, siluet A-line pertama kali diciptakan
oleh desainer Christian Dior di tahun 1955 dalam rok A-line nya. Saking
epic-nya, ro ini dikenang sebagai salah satu revolusi vashion. Kemudian di
tahun 1958, bekas asistennya, Yves Saint Laurent, membuat rancangan dress
dengan siluet A-line yang menjadi debutnya sebagai seorang desainer.Di
tahun 1980-an siluet A-line sempat tenggelam, kalah pamor dengan siluet
structured seperti blazer dengan bahu lebar pada masa itu. Tetapi setelah era
80-an, siluet A-line kembali digemari hingga kini dan telah menjadi siluet
klasik yang disukai sepanjang masa. A-line hijab drees with tiles combination
adalah pakaian tata busana yang sangat di sukai oleh wanita.
Di Indonesia mayoritas umat beragama islam sangat berkembang.
Oleh karena itu banyaknya model atau desain-desain yang dibutuhkan untuk
membuat sebuah gaun dengan A-line hijab dress with tiles combination.
Sebenarnya dalam membuat busana/gaun dengan model tile combination
dress tidak terlalu rumit dan menggunakan model yang cukup menawan.Agar
dress yang dibuat lebih kelihatan mewah dan elegan sebaiknya menggunakan
tambahan tile di seluruh bagian rok.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Desain produksi


3.1.1 Pengertian desain produksi
Salah satu media yang sangat membantu dalam membuat
sistematika perencanaan produksi pada segmen industri garmen adalah
dengan membuat desain produksi (production sketching). Production
sketching adalah suatu gambar desain busana yang digunakan sebagai
pedoman dalam proses produksi pada sebuah industri busana, yaitu garmen.
Pembuatan sketsa produksi di proyeksikan sebesar-besarnya untuk
mengakomodasi sistem kerja industri yang kompleks dengan
kapasitas/volume produksi yang besar. Tujuan penggunaan gambar desain ini
adalah untuk menstandarisasi produk pada kisaran standar mutu tertentu
sesuai dengan keinginan/pesanan konsumen (buyer).
Untuk kesempurnaan proses produksi pada sebuah industri,
diperlukan gambar production sketching yang lengkap dan jelas. Semua
detail busana akan digambar jelas semua detail pada model busana yang akan
di produksi harus di gambar lengkap dengan disertai dengan keterangan –
keterangan yang mendukung ,sehingga akan mudah di mengerti oleh tim
produksi seperti bagian pola, bagian potong, bagian jahit dan bigian
finishing. Gambar production skatching ini harus dilengkapi dengan
production sheet/worksheet, yaitu lembar kerja yang menguraikan semua
keterangan yang di perlukan dalam pembuatan produk busana, seperti : jenis
bahan yang di gunakan, warna, corak, ukuran, perlengkapan busana dsb,
sesuai dengan kebutuhan proses produksi tersebut.

5
3.1.2 Macam macam desain produksi
Desain produksi di bgi menjadi 2 macam yakni:
1. Desain produksi 1
Desain produksi 1 yaitu desain produksi yang menunjukan analisa desain atau
detail desain tersebut. Misalnya adalah kancingnya, saku yang di pakai, jenis
lengan yang di pakai,model rok yang dipakai, dsb. Desain yang dianalisa
meliputi bagian depan dan bagian belakang.

6
2. Desain Produksi 2
Desain produksi 2 yaitu desain produksi yang berisi ukuran tiap-tiap bagian
detail desain busana. Misalnya ukuran panjang lengan 30 cm, panjang saku 15
cm, lebar lidah kancing 2 cm.

3.1.3 . Fungsi Desain Produksi


Sebelum aktifitas produksi dimulai, biasanya dilakukan evaluasi
atau mempelajari urutan kerja produksi dalam bentuk gambar yang
dijabarkan. Pelaksanaan proses produksi yang terencana dan di lakukan
secara sistematis akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian mutu produk
yang optimal. Selain dari itu mutu produk industri itu juga tidak lepas sari
7
hubungan ata sistem kerja sama antara desain dan dan pelaksana produksi,
mengingat ketepatan produksi akan berakibat pada mutu produk yang sejak
awal telah di konsepkan oleh para desainer untuk menentukan titk temu
desain. Dengan adanya desain produksi ini maka diharapkan mencegah
terjadinya kesalahan dalam menterjemahkan desain sehingga pada produksi
akan menghasilkan busana yang sesuai dengan desain yang dibuat.

3.1.4 Pembuatan pola dasar


Pola adalah bentuk atau model yang memiliki keteraturan, baik
dalam desain maupn gagasan abstrak. Unsur pembentuk pola disusun secara
berulang dalam aturan tertentu sehingga dapat di perkirakan kelanjutannya.
Pola dapat dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau bagian dari sesuatu,
contoh dalam dunia desain seperti kertas,dinsing dan corak kain. Pelopor
pola siap pakai yang dijual secara komersial adalah Ebenezer Butterick dari
Massachusetts, Amerika Serikat.
Dalam menjahit atau desain busana, pola adalah potongan-
potongan kertas yang merupaka prototype bagian-bagian pakaian atau
produk jahit- menjahit. Pola dijadika contoh agar tidak terjadi kesalah
sewaktu menggunting kain. Sebelum membuat pakaian, pola disesuaikan
dengan ukuran-ukuran bentuk badan dan model pakaian. Untuk pakaian yang
dijahit menurut pesanan, sebelum pola dibuat ,dilakukan pengukuran bagian-
bagian tubuh tertentu menggunakan centi meter.

8
Pola dasar adalah pola yang masih asli, belum mengalami perubahan
atau disebut masih natural. Berikut adalah macam-macam teknik untuk
membuat pola dasar:

1) Konstruksi datar atau flat pattern-drafting adalah menggambar pola di atas


kertas dengan memkai pengukuran-penggukuran yang akurat, serta
rangkaian yang sesuai dengan apa yang akan digambarkan
2) Konstruksi padat atau blocks adalah pola dibuat dengan cara
menyampirkan kain muslin pada boneka jahit atau langsung diatas
badan pemakai.
3) Pola draping adalah pembuatan pola dasar secara langsung yang dikerjakan
oleh dressfrom. Teknik ini antara lain dengan menata pakaian, terus
menggunting pola dan jahit.

Pola dasar terdiri dari:


 Pola badan bagian atas, yaitu dari bahu sampai pinggang biasanya
disebut pola bagian badan bagian muka dan belakng.
 Pola bagian bawah,dari pinggang sampai lutut atau sampai mata
kaki. Atau biasanya disebut pola dasar rok muka dan belakang.
 Pola lengan, dari bagian atas atau bahu terendah sampai siku atau
pergelangan, biasa disebut pola dasar lengan.
 Adapula pola badan atas dengan pola badan bawah yang menjadi
satu biasanya di sebut pola dasar gaun atau baju terusan.

9
POLA DEPAN

Keterangan Pola Muka

A–B = 1/4 L.Badan + 1 Cm


A–C = 1/16 L. Badan + 2 Cm
A–D = 1/16 L. Badan + 1 Cm
C–E = Panjang Muka
E–K = A–B
B–F = 1/20 L. Badan
( Hubungkan garis D-F )
D – D1 = Panjang Bahu
D – D2 = ½ Panjang Bahu
E–H = 1/10 Lingkar pinggang + 1 Cm
( Hubungkan Garis H-D2 )
H–I = Tinggi Dada
H–J = 3 Cm ( untuk Cupnat ) Hubungkan J-I
J–L = Buatla Garis Siku Ke Kanan
E–L = ¼ Lingkar Pnggang + 1 Cm + 3 Cm untuk Coup
L–M = Panjang Sisi
10
C–G = 5 Cm
G – G1 = ½ Lebar Muka
(hubungkan titik D1-G1-M dengan menggunakan mistar lengan)

POLA BELAKANG

Keterangan pola belakang


A – B = ¼ Lingkar badan – 1
A–C = Turun 1,5
A–D = 1/16 Lingkar badan + 1 cm
( Hubungkan D–C ( lingkar leher belakang)
C – E = Panjang punggung
E–K = A–B
B – F = 1/20 Lingkar badan
(Hubungkan garis D–D1)
D – D1 = Panjang bahu
D – D2 = ½ Panjang bahu
11
E–H = 1/10 Lingkar pinggang – 1 + 3 cm (untuk cupnat)
(Hubungkan H–D2)
I – I1 = 3 cm
H – J = 3 cm untuk cupnat
(Hubungkan J–I2)
E – L = ¼ Lingkar pinggang – 1 cm + 3 untuk cupnat
L–M = Panjang sisi
C – G1 = 1/3 Panjang punggung

POLA LENGAN

A – B = ¼ lingkar kerung lengan (LKL) + 3


A – C = Panjang lengan
A – D1 = ½ LKL (dibagi 3)
A – D2 = A – D1 (dibagi 4)
C–E = C – E1 (2 cm ke dalam)

12
3.2 Pola dasar skala 1: 4
Merupakan pola dasar yang dibuat menggunakan skala 1:4 dengan ukuran
yang tetap sama.

13
Pada perubahan pola bagian leher di turunkan 2 cm, bagian bahu dikeluarkan
1 cm, bagian lengan di keluarkan 1 cm dan juga pada bagian sisi di keluarkan
2 cm.

3.3 Perubahan pola dasar skala 1:4

14
3.4 Alat dan bahan yang digunakan
No. Alat Bahan

Mesin jahit Bahan utama (Satin


1.
Jepang)

Mesin obras Tile


2.

Jarum (mesin,tangan dan Organza


3.
pentul)

Kapur jahit Benang


4.

Pensil Fliselin
5.

Kertas pola payet


6.

Meteran Resleting
7.

Skala Karbon merah biru


8.

Penggaris siku, lurus dan


9.
panggul

Rader

15
Veterban

Patung dummy

Gunting (kain, dan kertas)

Pendedel, dan lem kertas

3.5 Rancangan bahan dan harga yang digunakan adalah


No Jumlah Harga
Bahan dan Alat Harga Total
. Barang Satuan

1. Kain Roberto 3m Rp. 50.000 Rp. 150.000

2. Kain Ceruti 1m Rp. 60.000 Rp. 60.00

3. Vliselin 1m Rp. 6.000 Rp. 6.000

4. Benang 3 gulung Rp. 6.000 Rp. 6.000

5. Permata 2m Rp. 28.000 Rp. 56.000

6. Mutiara 1 kantong Rp. 5.000 Rp. 5.000

7. Resleting Jepang 1 pasang Rp. 4.000 Rp. 4.000

Jumlah Rp. 283.000

16
3.6 Rancangan bahan skala 1:8

17
3.7 Proses jahit
Berikut langkah-langkah dalam tertib kerja pembuatan Project Work
1. Mencari sumber ide / inspirasi;
2. Menentukan model desain;
3. Konsultasi gambar desain sekaligus teknik pecah pola;
4. Mengambil ukuran badan;
5. Membuat pola dasar dan pengembangannya;
6. Pecah pola sesuai model desain;
7. Menggunting pola;
8. Meletakkan pola di atas bahan utama;
9. Menggunting bahan utama;
10. Meletakkan pola di atas furing;
11. Menggunting furing;
12. Memberi tanda pada bahan;
13. Menjahit dengan mesin sesuai langkah, yaitu
1) Menjahit bagian depan dan belakang;
2) Menyambung bahu;
3) Menyambung sambungan bagian dada;
4) Menjahit sisi bahan utama;
5) Memasang kerah pada gaun;
6) Menjahit lengan;
7) Memasang lengan pada gaun;
8) Menyelesaikan cape;
9) Memasang cape di bagian lingkar badan
10) Menyambung bagian-bagian rok A-Line
11) Menjahit sisi furing;
18
12) Menyambung furing rok A-Line
13) Memasang rets di bahan utama;
14) Menjahit sisi furing;
15) Menjahit sisi bahan utama rok
16) Menyambung tile pada rok
17) Menjahit ban pinggang rok
18) Pengepresan
19) Memasang ragam hias.

3.8 Implementasi K3
Keselamatan kerja
1. Memakai busana kerja (celemek)
2. Alat-alat menjahit diletakkan pada satu tempat secara rapi
3. Benda tajam diletakkan pada tempat yang aman
4. Rambut yang panjang sebaiknya diikat
5. Atur posisi duduk dan badan dalam keadaan tegak
6. Pergunakan alas kaki sewaktu bekerja
7. Mata konsentrasi pada jahitan sewaktu mesin beroperasi
8. Jangan memegang roda mesin waktu mesin berjalan
9. Waktu mesin berjalan jangan meletakkan alat-alat diatas mesin jahit
10.Membersihkan sisa benang dalam keadaan mesin berhenti
11.Setiap selesai menggunakan mesin jahit, harus dibersihkan sisa-sisa
kain atau debu-debu jahitan

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti PRAKERIN selama 6 bulan industri memberikan
banyak pembelajaran yang berguna dan dapat diamalkan ketika akan masuk
kedalam dunia kerja. Salah satunya adalah Ketika Membuat busana pesta
tentunya kita perlu memperhatikan beberapa hal yang menunjang baju yang
ingin dibuat salah satunya aksesoris berupa korsase yang akan membuat baju
yang dikenakan lebih hidup dan menarik sehingga membuat sang pemakai
lebih percaya diri.

4.2 Saran-Saran Dengan selesai prakerin saran penulis adalah:


a. Sekolah harus bermitra dengan industri sebelum siswa diturunkan ke
lapangan/industri.
b. Kurikulum yg di sekolah sebaiknya harus relevan dengan kegiatan siswa di
industri.

20
c. Membuat karya harus menggunakan hati untuk memastikan mencintai apa
yang dikerjakan demi mendapatkan hasil yang maksimal.

4.3 Hasil yang dicapai Setelah mengikuti prakerin selama tiga bulan hasil
yang penulis capai adalah:
a. Dapat membuat pola, merubah pola, dan lain lain.
b.Dapat membuat dasi dan topi
c. Dapat menyambung bis celana
d.Dapat menjahit masker.
e. Dapat membuat celana
4.3 Dokumentasi

21
HASIL AKHIR

22
DAFTAR PUSTAKA

23
https://repository.maranatha.edu/20632/4/1261037_Chapter2.pdf

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-fashion/

http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126658-6027-Pola
%20perilaku-Literatur.pdf

Dwi Retnoningrum. (2008). Pelaksanaan Praktik Industri Sebagai Upaya


Peningkatan Kesiapan Kerja Pada Siswa Program Studi Keahlian Tata
Busana. Laporan Penelitian.

24
25

Anda mungkin juga menyukai