Sepsis MODS
Sepsis MODS
Oleh Kelompok 4 :
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada kira besarnya, sehingga kami
berbagai pihak. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
Dengan ini kami persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II KONSEP MEDIS.............................................................................................5
A. KONSEP DASAR SEPSIS.................................................................................5
A. Pengertian.....................................................................................................5
B. Etiologi..........................................................................................................5
C. Tanda dan Gejala..........................................................................................6
A. Patofisiologi..................................................................................................6
B. Pathway Sepsis..............................................................................................9
C. Tahap Perkembangan Sepsis.......................................................................10
A. Penatalaksanaan Sepsis...............................................................................10
B. Pemeriksaan Penunjang Sepsis...................................................................16
B. KONSEP DASAR MODS................................................................................18
A. Pengertian...................................................................................................18
B. Etiologi dan Faktor Resiko.........................................................................18
C. Klasifikasi MODS ......................................................................................19
A. Patofisiologi................................................................................................19
B. Pathway MODS .........................................................................................21
A. Penatalaksanaan MODS.............................................................................23
B. Pemeriksaan Penunjang MODS..................................................................24
iii
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................25
A. Pengkajian ........................................................................................................25
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................29
C. Rencana Asuhan Keperawatan..........................................................................31
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................34
A. Kesimpulan ......................................................................................................34
B. Saran..................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................36
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
v
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
infeksi (diduga infeksi) atau infeksi yang telah terbukti (adanya bakteri atau
yang ditandai dengan hipotensi yang mengarah pada septik syok dan akhirnya
penyebab kematian tersering pada pasien sepsis. Hingga saat ini harapan
pasien untuk dapat bertahan hidup dari MODS masih jauh dari harapan
2017).
penyebab kematian utama di ICU. Angka kematian akibat sepsis masih tinggi,
diperkirakan 1 dari 4 pasien sepsis berat dan 1 dari 2 pasien syok sepsis akan
pasien sepsis di ICU masih cukup tinggi yaitu 27% dibandingkan persentase
kematian non sepsis yaitu sebesar 14% (Guzman, 2012). Di Amerika sepsis
perawatan intensive ICU, sekitar 500.000 orang meninggal akibat sepsis setiap
1
sepsis, sepsis derajat berat dan syok septik terjadi pada 2 hingga 3% pasien
rawat
2
2
inap dan 10 hingga 15% atau lebih pada pasien yang dirawat di ICU (Hedi et.al,
2017). Pada januari 2006 - desember 2007 di bagian ICU Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta, tercatat angka kejadian sepsis sebesar 33,5%
dengan tingkat mortalitas 50,2% sedangkan di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang
pada tahun 2004 hingga 2005 didapatkan hasil positif timbulnya kuman pada
Sindrom disfungsi multi organ (MODS) terjadi pada pasien sepsis yang
mengalami kegagalan dua sistem oragan atau lebih secara berurutan atau secra
bersamaan. Beberapa disfungsi sistem organ ini akan terjadi akibat komplikasi dari
sepsis yang sangat umum terjadi. Sepsis diawali dengan adanya kejadian systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) yang disertai dengan infeksi. Kejadian sepsis
ditandai dengan adanya infeksi namun tidak selamanya terdapat bakteremia. Kejadian
morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan sepsis, MODS mengacu pada perubahan
fungsi beberapa organ sehingga homeostasis normal tidak dapat dipertahankan tanpa
Disfungsi metabolik dan hematologi juga umum terjadi pada sepsis berat dan
MODS. Namun belum ada konsensus mengenai bagaimana menentukan disfungsi atau
kegagalan sistem organ tertentu, jika MODS berkembang maka kondisi infeksi akan
anti inflamasi dan prokoagulan yang berujung pada kegagalan organ. Penentu utama
kegagalan organ adalah hipoperfusi jaringan. Pengetahuan kita saat ini tampaknya
sepsis, yaitu disfungsi mikrovaskular dan hipoksia sitopatik. Suplai darah yang tidak
Demikian pula dengan penggunaan oksigen pada tingkat sel yang tidak memadai
meskipun pasokan oksigen cukup karena dalam keadaan sepsis terjadi disfungsi
mitokondria. Bentuk hipoksia sepsis ini dikenal sebagai hipoksia sitopati (Suprayogi,
2018).
Untuk itu perlu pendalaman tentang konsep asuhan keperawatan pasien sepsis
dengan MODS agar tenaga medis atau perawat mampu memberikan diagnosa
keperawatan dengan benar, sehingga dalam pemberian intervensi akan lebih terarah
dan terukur pada target berbaikan organ, intervensi yang tepat pada sasaran akan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
al, 2017). Disfungsi organ dinyatakan sebagai perubahan akut pada total
konsekuensi dari infeksi. Nilai SOFA dapat dianggap nol pada pasien
2016).
2. Etiologi
bakteri Gram positif lain lebih jarang menimbulkan sepsis dengan angka
2014).
5
6
tersebut tidak khusus untuk infeksi dan dapat dijumpai pada banyak
sepsis. Gejala sepsis tersebut akan menjadi lebih berat pada penderita
usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama, dan pasien
4. Patofisiologi
ini terjadi melalui sebuah reseptor trans-membran yang dikenal sebagai Toll-
α), dan interleukin 1 (IL-1). TNF-α dan IL-1 memacu produksi toxic
activating factor, dan fosfolipase A2. Mediator ini merusak lapisan endotel,
human APC has been approved for treating sepsis. IL-1, interleukin 1; TNF-
5. Pathway Sepsis
9
10
gigi. Hal ini sangat umum dan biasanya tidak memerlukan perawatan
rumah sakit.
2. Sepsis berat, terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi sudah mulai
atau hati.
3. Syok septik, terjadi pada kasus sepsis yang parah, ketika tekanan darah
7. Penatalaksanaan Sepsis
dilaksanakan pada 1 jam pertama sejak time zero yaitu waktu pasien
masuk triase pada instalasi gawat darurat ataupun masuk ke bagian lain
otot lurik, otak, sel darah merah dan ginjal. Pada kondisi normal,
kadar laktat darah pada kondisi normal dipertahankan dalam kadar <1
2012). Jika laktat awal meningkat (> 2 mmol / L), itu harus diukur
hipoperfusi jaringan.
seluruh rongga tubuh pasien, adanya luka terbuka ataupun hal lainnya.
2016).
riwayat penyakit dan gejala yang timbul besar dugaan menjadi sumber
terdiri atas dua set sampel kultur darah yang aerobik dan anaerobik.
menit hingga jam setelah antibiotik diberikan (Baron EJ, dkk, 2013).
3. Pemberian Antibiotic
13
harus segera dimulai untuk pasien dengan sepsis atau syok septik.
antibiotik
kamar bangsal
tersebut
yang jauh lebih sensitif. Tetapi bila hasil kultur negative dan
14
2016).
4. Pemberian Cairan IV
darurat medis ini, resusitasi cairan awal harus dimulai segera setelah
pasien dengan sepsis dan septik. Syok (Shapiro NI, dkk, 2005),
2018).
5. Pemberian Vasopressor
vital adalah bagian penting dari resusitasi. Jika tekanan darah tidak
dalam jam pertama untuk mencapai tekanan arteri rata-rata (MAP) dari
Campaign, 2016).
quality of evidence).
kreatinin, elektolit, uji fungsi hati, kadar asam laktat, gas darah arteri,
2010).
(Prothrombin Time)
dan PPT (Partial
Thromboplastin Time)
memanjang
Level Meningkat Doubling-menandakan cedera
Kreatinin ginjal akut
Level asam Lactid acid > 4 mmol/L Mengindikasikan hipoksia
laktat (36 mg/dL) jaringan
Level enzim Level alkaline Mengindikasikan cedera
hepar phosphatase, AST, hepatoseluler akut yang
ALT, bilirubin disebabkan hipoperfusi
meningkat
Level serum Hipofosfatemin Berkorelasi terbalik dengan
fosfat tingkat sitokin proinflamasi
Level C- Meningkat Respons fase akut
reactive
protein
(CRP)
Level Meningkat Membedakan SIRS yang
prokalsitonin infeksius dari SIRS yang non-
infeksius
2. Foto abdomen
3. CT-Scan
4. MRI
5. Elektrokardiografi (EKG)
6. Lumbar puncture
1. Pengertian MODS
fungsi organ pada klien dengan penyakit akut seperti homeostasis yang tidak
dapat diatasa tanpa intervensi, disebut MODS jika organ yang mengalami
kegagalan dua atau lebih organ (Black & Hawks, 2014). MODS menunjukkan
defisit perfusi, dan sumber inflamasi yang persisten (Black & Hawks, 2014).
Sedangkan orang yang berisiko tinggi mengalami MODS adalah orang yang
memiliki respon imun yang rendah seperti lansia, klien dengan penyakit
kronis, klien dengan gizi buruk, klien dengan kanker, korban trauma berat
dan klien yang menderita sepsis (Black & Hawks, 2014). Menurut Balk R.A
(2000 dalam Herwanto & Amin, 2009) faktor risiko tinggi terjadinya MODS
3. Klasifikasi MODS
MODS sekunder terjadi dari inflamasi sistemik yang meluas, terjadi setelah
trauma, dan menyebabkan disfungsi organ yang tidak terlibat dalam trauma
awal (Black & Hawks, 2014). Klien memasuki proses hipermetabolik pada
hari ke 14-21 hari, kecuali proses ini tidak dapat dihentikan maka pasien
4. Patofisiologi
jaringan. Dilatasi dan konstriksi lokal, blokade pembuluh darah oleh agregasi
sel epitel untuk melepaskan TNF-a dan IL-8 yang mengakibatkan perubahan
sebagai hasil metabolisme xantin dan hipoxantin oleh xantin oksidase, dan
hasil metabolisme AA. Jumlah ROS yang terbentuk melebihi kapasitas anti-
teraktivasi. Kematian sel juga terjadi akibat influks kalsium ke dalam sel
21
22
23
6. Penatalaksanaan MODS
Saat ini tidak ada agen yang bisa membalikkan kegagalan organ.
Tetapi oleh karena itu terbatas pada perawatan suportif, yaitu menjaga
memadai merupakan target utama. Mulai nutrisi enteral dalam waktu 36 jam
(Anonim, 2013).
Cuci tangan, ruangan isolasi serta pelapisan kateter IV dengan silikon/ zat
5. Memberikan nutrisi yang cukup baik dengan enteral, parenteral, bila perlu
memberikan kalori yang berlebih. Pada MOSF non kalori intake 23-35
pasien di ICU dalam hal morbiditas, bukan mortalitas (kecuali Logistic Organ
A. Pengkajian
1. Airway
2. Breathing
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask, auskulasi dada, untuk
3. Circulation
4. Disability
25
26
satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada
5. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
1. Biodata Klien
a. Keluhan Utama
keluhan utama
klien.
1) Aktifitas/istirahat
2) Integritas ego
3) Eliminasi
4) Makanan/cairan
5) Hygiene
6) Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
7) Stres koping:
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital:
1) Tekanan Darah
2) Nadi
3) Pernapasan
b) Keteraturan
c) Amplitudo
4) Suhu Badan
5) Pemeriksaan fisik:
a) Kepala
6) Pemeriksaan khusus:
a) Inspeksi
b) Palpasi Jantung
jantung.
c) Auskultasi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus sepsis antara lain :
Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
30
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
1. Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
31
sesuai dengat tingkat mobilisasi pasien
3. Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
32
pemasangan torniquet pada area
yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
33
lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
10. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
34
1. Hindari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya (terlalu
panas atau dingin)
Edukasi
1. Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
2. Anjurkan penggunaan sarung
tangan termal saat memasak
3. Anjurkan memakai sepatu lembut
dan bertumit rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
35
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan cara memeriksa luka atau
luka operasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan mencuci tangan dengan
benar
6. Ajarkan etika batuk
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian imunisasi jika
perlu
Risiko Defisit Nutrisi D. (L.03030) Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (1.03119)
0032 1. Berat badan membaik Observasi :
2.Frekuensi makan membaik 1. Identifikasi status nutrisi
3. Nafsu makan membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
4.Membran mukosa membaik makanan
5. IMT membaik 3. Identifikasi makanan disukai
6. bising usus membaik 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
7. Porsi makan yang dihabiskan meningkat nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan
, jika perlu
2. Sajikan makanan dengan menarik dan
suhu yang sesuai
3. Berikan makanan tinggi serat untuk
36
mencegah konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan
protein
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (contoh: pereda nyeri,
antiemetik) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjalanan sepsis akibat bakteri diawali oleh proses infeksi yang ditandai
response syndrome (SIRS) dilanjutkan sepsis, sepsis berat, syok sepsis dan
pasien yang sakit akut, sehingga homeostasis tidak dapat dipertahankan lagi
a. Gangguan Sirkulasi
b. Gangguan Respirasi
c. Gangguan Ginjal
d. Gangguan Hematologi
e. Gangguan Hepar
f. Gangguan Gastrointestinal
38
35
(LODS).
B. Saran
1. Bagi Penulis
Dysfunction Syndrome(MODS)
2. Bagi Perawat
penatalaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, H., Ahmed, M., & Heba, N. (2017). Perfusion Indices Revisited. Journal
of Intensive Care.
Andra, L. B. (2007). Lactate-A Marker for Sepsis and Trauma. EMCREG-
International.
Anonim. (2013). Retrieved from
https://www.scribd.com/document/146055370/Askep-Multi-Organ-
Disfungsi-Syndrome
Ardianti, Budiono, S. d., Ciptaningtyas, U. d., & Rizke, V. (2013). Pola Kuman
pada Pasien Sepsis yang Dirawat di ICU Rsup Dr. Kariadi Semarang.
Universitas Diponegoro.
Baron, E. J., M, M. J., Weinstein, M. P., (2013). A Guide to Utilization of the
Microbiology Laboratory for Diagnosis of Infectious Diseases. The
Infectious Diseases Society of America (IDSA) and The American Society
for Microbiology (ASM).
Black, J. C., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore:
Elsheiver.
Caterino, J. M., & Kahan, S. (2012). Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia:
Binarupa Aksara Publisher.
Chen, K., & Pohan, H. T. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Darsana, W. (2010). Retrieved from
https://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/09/laporan-pendahuluan-
sepsis-neonatorum.html
Datta, P. (2007). Pediatric Nursing. New Delhi: JAYPEE.
Deswita, S. (2017). Korelasi Kadar Prokalsitonin dengan Skor Sequential Organ
Failure Assesment pada Pasien Sepsis. Universitas Andalas.
Dongoes, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Buat
Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Guzman, A. J., Cheesebrough, C. B., & Goldstein, B. (2012). The Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Sepsis, and Septic Shock.
Elseiver.
Hedi, B., Fitri, Y. E., & Hikayati. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Systemic Inflammatory Response Syndrome di Ruang ICU
RSUD Lahat. Universitas Sriwijaya.
Hermawan, A. G. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing.
Herwanto, V., & Amin, Z. (2009). Sindrom Disfungsi Organ Multipel. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
36
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
36
37