Anda di halaman 1dari 202

ANALISIS FISIKA

Pendahuluan

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Tim Pengajar

Dr. Moh. Hayat, M.Si.


Udin Asrorudin, M.Si.
Arie Pratama Putra, M.Si.
Singgih Wibowo, M.Eng
Ika Widiana, M.T.
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
• Pengetahuan mengenai analisis fisika dalam
hubungannya dengan kimia analisis sebagai dua
cabang ilmu yang saling melengkapi seperti
kekentalan, kerapatan, dan tegangan permukaan
serta instrumentasi analisis fisika modern
seperti DTA, TGA, DSC, dan dilatometer.
Sasaran Kompetensi
Kompetensi Utama
• Kompetensi konseptual mengenai cabang
keilmuan fisika yang bersifat analitik dan
kompetensi teknikal untuk melaksanakan analisis-
analisis fisik yang sering digunakan sebagai
pelengkap analisis kimia dan dasar kompetensi
integratif ke arah penggabungan kimia analitik
dengan fisika analitik dalam cabang ilmu sains
analitik.
Sub-kompetensi
• Pemahaman mengenai konsep fisika analitik
sebagai bagian dari sains analitik dan kemampuan
melaksanakan analisis fisika klasik dan
menggunakan instrumen fisika analitik sederhana
sebagai pelengkap analisis kimia.
Topik Pembelajaran
1. Pendahuluan dan Kontrak Belajar
2. Kedudukan fisika analitik dalam sains analitik
3. Ruang Lingkup Analisis Fisika
4. Dasar analisis fisika
5. Besaran-besaran analisis fisika
6. Analisis Fisika Klasik
7. Penetapan kerapatan
8. Penetapan modulus
9. Penetapan kekentalan
10. Penetapan pemuaian
11. Penetapan Kekerasan
12. Penetapan Sifat Thermal
13. Analisis Fisika Modern I
14. Analisis Fisika Modern II
Evaluasi
Penilaian prestasi belajar mahasiswa untuk mata kuliah
Fisika Dasar, meliputi :
• Ujian Formatif (UF) dan pelaksanaan tugas-tugas ko-
kurikuler (KO)
• Ujian Tengah Semester (UTS)
• Ujian Akhir Semester (UAS)

Nilai akhir ditentukan oleh gabungan nilai Tugas/UF/KO,


UTS, dan UAS dengan bobot masing-masing, adalah :
• Tugas/UF/KO : 20%
• UTS : 40%
• UAS : 40%
Aturan-aturan
• Kehadiran mahasiswa sebagai syarat mengikuti ujian minimal
80%.
• Mahasiswa yang berhalangan hadir karena alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan dapat mengganti jam kuliah pada
minggu yang sama, dengan menunjukkan dokumen yang sah
(surat keterangan dokter, surat tugas dari pejabat yang
berwenang).
• Dalam hal mahasiswa tidak dapat mengikuti Ujian Formatif
(UF) dan pelaksanaan tugas-tugas ko-kurikuler (KO) karena
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan mendapatkan
kesempatan mengikuti UF atau KO susulan dengan
menunjukkan dokumen yang sah (surat keterangan dokter,
surat tugas dari pejabat yang berwenang).
• Keterlambatan masuk kuliah bagi mahasiswa maksimal 15
menit setelah kuliah dimulai.
• Pergantian jam kuliah dapat dilakukan sesuai kesepakatan.
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Kedudukan dan Ruang Lingkup

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Analisis Fisika atau Fisika Analitik?
Kedudukan Analisis Fisika di dalam
Sains Analitik
Sains Analitik (Analytical Science)
Dalam Arti Luas:
• Sains Analitik adalah cabang iptek (MIPA)
yang berhubungan dengan Analitik yaitu
pengujian sistematik atas sifat alam atau
penyebab sesuatu keadaan atau kejadian.
• Terdiri atas: Fisika Analitik, Kimia Analitik,
Biologi/ Biokimia Analitik, dan Kemometri.
• Kemometri: gabungan matematika, statistika,
dan komputasi data, yang digunakan untuk
menginterpretasikan hasil analisis.
Kedudukan Analisis Fisika di dalam
Sains Analitik
Sains Analitik (Analytical Science)
Dalam Arti Sempit:
• Sains analitik adalah kimia analitik abad 21,
yaitu gabungan analisis kimia konvensional,
analisis kimia modern (secara instrumental
tetapi masih melibatkan proses kimia,
terutama pada penyiapan sampel), dan analisis
kimia secara instrumental (yang tidak lagi
melibatkan proses-proses kimia).
Analisis Fisika dan Analisis Kimia

Analisis Fisika: Rangkaian kegiatan yang


sistematik untuk mengukur, menetapkan, atau
Preparasi sampel menguji sifat-sifat fisik/karakteristik suatu
pada bahan
Analisis Fisika Analisis Kimia: Rangkaian kegiatan yang
bisa melibatkan sistematik untuk menguji, mengukur atau
menetapkan sifat-sifat kimia (terutama jenis,
reaksi-reaksi kimia; jumlah, dan struktur senyawaan) suatu bahan
preparasi sampel
Analisis kimia melalui proses fisika (tanpa
pada melibatkan proses kimia), semakin banyak
Analisis Kimia dijumpai
belum tentu Analisis Fisika, mungkin melibatkan proses
melibatkan kimia
reaksi kimia Dukungan analisis fisika untuk analisis kimia,
semakin menguat karena: sifat bahan lebih
ditentukan oleh struktur fisik, bukan
komposisi (jenis dan jumlah bahan).
(Kesimpulan Iptek akhir abad 20).
PENGUKURAN, PENETAPAN, dan
PENGUJIAN:
Standar: Pengukuran: Jika rangkaian
terdiri atas kegiatan analisis tersebut
mendapatkan hasil akhir
Standar langsung dari alat ukur (tanpa
Perusahaan, perhitungan lebih lanjut).
Analisis kimia melalui proses
Standar fisika (tanpa melibatkan proses
Nasional, kimia), semakin banyak dijumpai
Standar Penetapan: Jika hasil pembacaan
skala alat ukur dilanjutkan
Regional, dengan perhitungan untuk
dan Standar mendapatkan hasil akhir.
Internasional Pengujian: Jika hasil pengukuran
. atau penetapan dibandingkan
dengan suatu standar yang
telah ditentukan.
Analisis Fisika dan Analisis Kimia
Analisis Fisika: lebih banyak ditemui pada
Sifat Bahan produk jadi
ditentukan Analisis Kimia: lebih menonjol pada kontrol
proses
oleh Bahan baku, kerapkali memerlukan Analisis
komposisi Fisika dan Analisis Kimia
Sifat-sifat fisika bahan yang berhubungan
kimiawi, dengan HASIL analisis kimia terutama:
kondisi kerapatan, kekentalan, penampakan
fisik, sifat-sifat thermal, dan
fisik, dan kekerasan
sifat Sifat fisika yang berhubungan dengan
PROSES analisis kimia terutama:
biokimia kerapatan, rheologi (kekentalan dan
SERTA perubahan bentuk), dan indeks refraksi.
Sifat fisik bahan yang semakin erat dengan
struktur kimia analitik: pemuaian, struktur
Kristalografi fisik/kristalografi, sifat kelistrikan, sifat
kemagnetan bahan, dan struktur
permukaan
Ruang Lingkup Analisis Fisika
• Analisis Fisika Klasik
▫ Uji mekanik (gaya dan massa),
▫ Analisis struktur,
▫ Analisis thermal,
▫ Sifat kelistrikan dan kemagnetan,
▫ Pencahayaan dan bunyi.
• Analisis Fisika Modern
▫ Struktur: Sonometri/Ultrasonometri, Turbidimetri, difraksi sinar-X,
▫ Gelombang/getaran:Oskiloskop/Frekuensi
▫ Thermal Analysis: DTA (Differential Thermal Analysis), DSC
(Differential Scan Calorimetry, TGA (Thermo Gravimetry Analyser)
▫ Mikroskopi: SEM (Scanning Electron Microscope),
▫ Spektrometri: Difraksi Sinar-X, UVIF (Ultra Violet Induced
Fluorescence Module), SASW (Spectral Analysis of Surface Waves)
▫ Imaging (Pencitraan):Transmisi Sinar-X, Resonansi Magnet Inti,
ultrasonograph,
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Dasar-dasar Analisis Fisika

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
2

Dasar Analisis Fisika (Keterampilan Generik Analisis Fisika)

Terdiri atas:
1. Membaca skala ukur (nonius,
Keterampilan analog, dan numerik)
Generik
2. Good Measuring Practices
Unsur-unsur
3. Menggunakan alat ukur
keterampilan yang
membentuk 4. Memastikan kebenaran skala ukur
kemampuan alat yang digunakan
melaksanakan 5. Menghitung berdasarkan
(hampir semua) matematika
prosedur analisis
fisika
6. Mengolah data menggunakan
statistika sederhana
7. Mengoperasikan peralatan
mekanik sederhana
3

Dasar Analisis Fisika: Membaca Skala Analog

• Skala Analog:
“pointer”/lidah ukur (seperti
jarum atau berkas cahaya)
yang bergerak di atas lajur
berskala
• Pembacaan: skala di kiri
pointer, ditambah taksiran
posisi pointer antara skala di
kiri dan di kanan
• Angka taksiran minimal adalah
0,1 skala terkecil; boleh lebih
besar, tidak boleh lebih kecil
• Sangat disarankan
pembacaan dilakukan
dengan tiga kali ulangan
pembacaan
4

Dasar Analisis Fisika :


Membaca Skala Nonius (pada alat ukur analog)

• Pada Gambar di atas: Satu skala di


bagian bawah dibagi menjadi 10, oleh skala
nonius di bagian atas (ada yang dibagi 50
atau 100)
• Pembacaan: skala di kiri angka nol nonius,
ditambah skala atas yang (hampir)
berimpit.
• Pada Gambar di atas: skala ke 4 dan 5
hampir berimpit dengan skala di bawahnya.
Skala 4 dapat dianggap lebih dekat
• Pembacaan skala di atas adalah: 29,4 boleh
juga dibaca 29,5.
5

Dasar Analisis Fisika : Membaca Skala Numerik

• Skala Numerik: Skala ukur dalam


bentuk angka yang langsung dibaca
Skala Numerik
(Numerik Readout) • Tidak menjamin ketelitian ukur
sering disebut • Angka kedua yang tidak mantap (selalu
(secara salah) berubah), tidak dibaca
Tayangan Digital • Contoh: Jika desimal ke-3 dan ke-4
(Digital Display). neraca analitik elektronik 4-desimal
Padahal contoh selalu berubah, pembacaan hanya
Digital Display sampai desimal ke-3
adalah
• Desimal ketiga yang dibaca adalah
Layar Monitor
Komputer
angka yang paling sering terlihat
• Skala Numerik belum tentu dihasilkan
dari proses pengukuran digital (alat
ukur dengan skala numerik belum
tentu alat ukur digital).
6

Dasar Analisis Fisika : Good Measuring Practices (GMPs)

GMP (untuk pelaksana dan teknisi): cara


melaksanakan proses pengukuran
dengan baik dan benar.

Meliputi:
• Menguji kebenaran skala ukur alat
• Merawat peralatan
• Mengatur kondisi lingkungan
• Terapan teori galat dalam
pengukuran
• Melaksanakan pengukuran
• Menghitung nilai galat
• Menetapkan nilai pengukuran
7

GMPs: Menguji kebenaran skala ukur alat


• Secara praktis kebenaran skala ukur bisa diuji
dengan membandingkan hasil ukur alat
dengan hasil ukur alat sejenis yang terjamin
kebenar-annya (verifikasi praktis).
• Jika skala alat ukur yang diuji menunjukkan
Pelajari: penyimpangan: skala alat ukur diuji dengan
cara verifikasi yaitu membandingkan hasil
Teknik
Kalibrasi dan
ukur alat dengan alat ukur sejenis yang
Verifikasi alat terkalibrasi (tetapi tidak digunakan untuk
ukur aktifitas rutin) dan diulang minimal 7 kali.
• Jika tidak ada alat ukur pembanding yang ter-
jamin kebenarannya: skala alat ukur diuji de-
ngan cara kalibrasi yaitu membandingkan
ha-sil ukur alat dengan ketentuan standar
ukuran.
8

GMPs: Merawat Peralatan

• Perawatan peralatan terutama untuk menjamin


kinerja alat dengan meniadakan kondisi-kondisi
yang menurunkan kinerja (atau merusak)
peralatan.
• Terutama: menjaga kebersihan peralatan dan
melumasi bagian-bagian yang perlu dilumasi (tidak
semua bagian bergerak harus dilumasi)
• Pelumas harus pelumas silikon, pembersihan
peralatan menggunakan udara tekan dan
penghisap vakum
• Lap basah juga sangat membantu
• Setiap aktivitas yang berhubungan dengan
peralatan (penggunaan, perawatan, verifikasi,
dan rekalibrasi) harus tercatat di dalam Buku
Log Alat bersangkutan.
9

GMPs: Mengatur kondisi lingkungan


• Kondisi lingkungan harus disesuaikan
dengan tingkat ketelitian (yaitu jumlah
angka penting) pengukuran.
• Hampir semua pengukuran fisika
Jika
dipengaruhi oleh suhu.
lingkungan
• Banyak parameter fisik yang
tidak dipengaruhi oleh kelembapan dan
dikondisikan tekanan atmosfer.
berarti • Syarat umum kondisi (pengukuran 3
pengukuran s.d. 4 angka penting): Atmosfer tidak
pada 2 s.d. 3 bersifat korosif, suhu ruang 20/25/27oC
angka penting. dengan fluktuasi <2oC, kelembapan
antara 60-80%, tekanan 1,00 atm,
kecepatan aliran udara tidak melampaui
0,5 m/s (tidak terasakan oleh kulit).
10

GMPs: Mengatur kondisi lingkungan

• Suhu: diatur menggunakan AC


sentral
Jika • Kelembapan: diatur
menggunakan humidifier/
lingkungan dehumidifier dan/atau AC
tidak • Luas permukaan saluran masuk
dikondisikan udara dingin AC, diperbesar
berarti agar kecepatan aliran udara
pengukuran (minimal di sekitar alat ukur)
tidak melampaui kebutuhan
pada 2 s.d. 3 • Peralatan jangan diletakkan
angka penting. pada aliran udara yang keluar
dari AC.
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Pengukuran dan Besaran
Analisis Fisika

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
2

GMPs: Terapan teori galat dalam pengukuran

SYARAT PENGUKURAN:
NILAI GALAT
• Alat Ukur: terkalibrasi dan
▪ Galat skala ukur alat:
skala terkecil sesuai dengan
<0,5 skala terkecil
tingkat ketelitian pengukuran.
▪ Galat angka taksiran +0,1
skala terkecil
• Pelaksana Pengukuran:
memiliki kompetensi.
▪ Galat pelaksanaan
pengukuran dan Galat • Cara melaksanakan
Lingkungan: masing- pengukuran: tervalidasi
masing <0,1 toleransi (akurasi dan presisinya diketahui
galat yang diperbolehkan dengan pasti)
• Kondisi/lingkungan
pengukuran: terkontrol sesuai
tingkat ketelitian pengukuran
3

GMPs: Terapan teori galat dalam pengukuran


Galat = error, pergeseran nilai
Tiap pengukuran PASTI disertai galat
Jika pengukuran Galat pengukuran berasal dari:
TIDAK • Alat ukur
menunjukkan • Pelaksana pengukuran
terjadinya galat, • Cara melaksanakan pengukuran
berarti • Kondisi/lingkungan
pengukuran • Objek yang diukur
tersebut Galat sistematik: berulang dengan nilai yang tetap;
belum optimal yang bisa dihitung/diperkirakan diberlakukan
sebagai koreksi, yang tidak bisa diperki rakan
dinyatakan sebagai Nilai Keakuratan (akurasi)
Galat tidak sistematik: bergerak di antara nilai
maksimal dan minimal tertentu; antara lain
dinyatakan sebagai Nilai Kepresisian.
Nilai Keakuratan dan Kepresisian, kerapkali bergabung
menjadi Nilai Ketidakpastian (Uncertainty)
4

GMPs: Terapan teori galat dalam pengukuran

PENGENDALIAN NILAI GALAT


• Galat dari Alat ukur: ditekan mendekati nol
melalui kalibrasi/verifikasi alat ukur
Galat sistematik: • Galat dari Pelaksana pengukuran: ditekan melalui
berasal dari pelatihan dan pengujian kompetensi
penyimpangan • Galat dari Cara Melaksanakan Pengukuran:
kondisi yang dikendalikan melalui proses validasi/verifikasi
bersifat tetap metode uji
Galat Tidak • Galat dari Kondisi/lingkungan: ditekan melalui
Sistematik: berasal pengendalian kondisi (laboratorium)
dari fluktuasi • Galat Objek Ukur: dikendalikan pada sistem
kondisi yang tidak produksi dan cara pengambilan sampel
terkendalikan
Keseluruhan galat dinyatakan sebagai nilai
ketidakpastian dan ditulis dalam bentuk angka
penting pada hasil pengukuran
5

GMPs: Terapan teori galat dalam pengukuran

GALAT PENGUKURAN:
• Untuk 1x ukur → (minimal) galat
alat
GALAT OBJEK UKUR
• Pengukuran Ulangan → Deviasi
▪ Membentuk Jumlah Angka rata-rata (x1, x2, x3)
Penting yang dilaporkan
• Untuk hasil penetapan melalui
▪ Semakin teliti bentuk fisik rumus → differensial dari rumus
objek, jumlah angka penting yang digunakan
semakin besar • Dinyatakan dalam bentuk
▪ Skala Terkecil alat ukur satu angka selain nol.
HARUS DISESUAIKAN • Untuk ulangan lebih dari 6 →
dengan ketelitian bentuk fisik dihitung secara statistik (Syarat:
objek ukur satuan datum diperoleh dengan
cara yang MEMENUHI syarat
pengukuran)
6

GMPs: Terapan teori galat dalam pengukuran

TEORI GALAT dan UNCERTAINTY


Nilai Ketidaktentuan
(ketidakpastian) BISA • Uncertainty (nilai ketidaktentuan/keti-
dakpastian pengukuran) adalah
ditetapkan melalui
jelmaan Galat Tidak Sistematik dan
ketentuan teoritis atau
Galat Sistematik yang tidak bisa
dengan cara praktis. diprediksi.
Secara praktis, Nilai • Uncertainty untuk Analisis Kimia yang
Ketidakpastian ditetapkan diperoleh melalui proses validasi
melalui pengukuran dengan 7 s.d. 40 ulangan pengukuran
ulangan yang diplot ke sering dinyatakan dalam LoA (Limit
dalam Extended Period of Analitik)
Time. • Pada dasarnya Nilai ketidakpastian
dinyatakan dalam satu angka selain nol,
namun diperbolehkan dalam 2-angka
• Nilai ketidakpastian terutama berasal
dari kondisi-kondisi yang berfluktuasi
seperti temperatur dan tekanan
7

GMPs: Melaksanakan pengukuran


Pengukuran dilaksanakan dengan:
• Menggunakan peralatan yang terkalibrasi
• Dengan prosedur kerja yang sudah divalidasi
• Oleh pelaksana yang kompeten
• Di ruangan yang terkondisi
• Umumnya dilaksanakan dengan tiga kali
ulangan
Peralatan yang digunakan memenuhi
persyaratan:
• Skala terkecil alat ukur: <0,01 satuan yang
diukur
• Angka dengan nilai terendah pada hasil
ukur harus menunjukkan perbedaan jika
pengukuran diulang (jika tidak, berarti
pengukuran belum optimum).
8

GMPs: Menghitung nilai galat


• Nilai galat dihitung dari hasil-
hasil pengukuran ulangan
• Galat alat ukur: 0,5 x skala ukur
terkecil
• Galat kondisi (ruang dan alat):
dihitung dari hasil pengukuran
ulangan yang disebar pada
rentang waktu tertentu (satu hari,
satu minggu, satu bulan, satu
tahun)
• Galat objek ukur: dihitung dari
hasil pengukuran objek yang
berbeda pada waktu, alat, dan
pelaksana yang sama
9

GMPs: Menetapkan nilai pengukuran


• Nilai pengukuran (nilai hasil ukur)
dibulatkan dengan desimal (atau
eksponen) yang sama dengan nilai
galat
• Metode pengukuran harus
dicantumkan (khusus hasil
pengukuran fisik)
• Ingat: Nilai galat selalu dibulatkan
menjadi satu angka selain nol.
• Dalam konsep angka penting
(significant figures) hanya angka
terakhir pada nilai pengukuran
yang boleh mengandung nilai
galat.
10

Satuan Ukuran, Satuan Dasar (SI)

KUANTITAS UNIT SATUAN SIMBO


L
Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu second (detik) s
Arus Listrik ampere A
Temperatur Termodinamik kelvin K
Jumlah Bahan mole mol
Intensitas cahaya candela cd

Satuan Tambahan
Sudut Bidang radian rad
Sudut Ruang steradian sr
11

Satuan Ukuran, Satuan Turunan (SI)


12

Satuan Ukuran, Faktor-faktor Pengali


13

Satuan Ukuran, Imperial Vs. Internasional


File: Imperial and Metric Conversion Factors.doc

Untuk Program Diploma:


Perdagangan Sistem Satuan tidak mengikuti ketentuan
Internasional Sains, tetapi mengikuti Kondisi Praktis di
lebih banyak Lapangan.

menggunakan Lapangan masih


Sistem Satuan menggunakan Sistem Satuan
Imperial Imperial, seperti barrel,
(seperti Barrel, miles, dan lbs.
galon, lbs) Walaupun ketentuan Sains adalah satuan
internasional (SI), namun untuk
mahasiswa D3, Sistem Satuan
Imperial juga harus
dipelajari.
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Analisis Fisika Klasik

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Analisis Fisika Klasik
Meliputi: 1. Gaya dan Massa (uji mekanik):
1. Uji mekanik (gaya dan • Kerapatan: absolut, relatif, curah
massa), • Modulus (tarik, geser, dan tekan):
2. Analisis struktur, kekentalan, transisi gelas, tensile,
tekuk, elastisitas, stress/strain
3. Analisis thermal,
• Kekerasan: pensil, mohs, rockwell,
4. Sifat kelistrikan dan brinell, vickers micro, knoop micro,
kemagnetan, penetrasi, tekan
5. Pencahayaan dan • Impact (benturan): daya lekat
bunyi. (cat/coating, perekat/adhesive),
ketahanan sobek, peredaman
getaran
2. Struktur Fisik:
• keporian, luas permukaan, ukuran
butir, bentuk kristal, kehomogenan,
kekompakan
Analisis Fisika Klasik
Meliputi: 3. Sifat-sifat Thermal:
1. Uji mekanik (gaya dan • Pemuaian : muai panjang / bidang /
massa), ruang
2. Analisis struktur, • Kalor : panas jenis, konduksi panas,
nilai hantaran/hambatan panas
3. Analisis thermal,
• Temperatur: titik nyala, titik api, auto
4. Sifat kelistrikan dan ignition point, titik leleh/beku, transisi
kemagnetan, gelas, titik tuang, seizure point, welding
5. Pencahayaan dan point.
bunyi. 4. Kelistrikan dan kemagnetan :
potensial, kuat arus, nilai
hambatan/hantaran listrik, kapasitansi,
impedansi, penguatan/peredaman, kuat
medan magnet, konstanta dielektrikum.
Analisis Fisika Klasik
Meliputi: 5. Pencahayaan dan Bunyi : kuat
1. Uji mekanik (gaya dan pencahayaan, intensitas sinar / suara,
massa), komposisi sinar/warna, kecerahan,
spektrum bunyi
2. Analisis struktur,
3. Analisis thermal,
4. Sifat kelistrikan dan
kemagnetan,
5. Pencahayaan dan
bunyi.
Beberapa Analisis Fisika Klasik Penting
1. Densitas
2. Ekspansi Termal
3. Sifat Pelelehan
4. Kalor Jenis
5. Konduktivitas Termal
6. Sifat Listrik
7. Elektrokimia
1. Densitas
• Didefinisikan sebagai massa per unit volume

• Memiliki satuan g/cm3, kg/l, kg/m3


• Ditentukan oleh nomor atom dan faktor-faktor
lainnya seperti jari-jari atom dan atomic
packing
• Dipengaruhi oleh suhu
Beberapa Pengertian
Pengertian yang berhubungan dengan densitas
• Kerapatan
• Massa Jenis
• Berat Jenis
• Kerapatan Relatif : kerapatan suatu material
dibandingkan dengan material lain yang
dijadikan standar, tidak memiliki satuan.
• Specific gravity : densitas suatu material
dibandingkan dengan densitas air pada suhu
4oC, karena merupakan perbandingan, SG tidak
memiliki satuan.
Pentingnya Densitas
• Merupakan salah satu pertimbangan penting
dalam penentuan material untuk suatu aplikasi,
tapi biasanya bukan merupakan satu-satunya
karakteristik yang dipertimbangkan.
• Strength (kekuatan) juga merupakan sifat yang
penting. Kedua sifat tersebut seringkali
dihubungkan sebagai strength -to -weight ratio,
yaitu tensile strength dibagi dengan densitas.
▫ Merupakan rasio yang sering digunakan untuk
membandingkan material dalam industri pesawat
terbang, otomotif, dan produk lain yang
memperhatikan bobot dan energi.
2. Ekspansi Termal
• Densitas dari suatu material merupakan fungsi
temperatur.
• Secara umum, densitas suatu material akan
turun terhadap kenaikan temperatur.
• Volume per satuan massa naik terhadap
kenaikan temperatur.
• Ekspansi termal merupakan istilah yang
menggambarkan pengaruh temperatur terhadap
densitas.
• Diukur sebagai koefisien ekspansi termal, .
Koefisien Ekspansi Termal
• Perubahan panjang per derajat temperatur,
misalnya mm/mm/oC.
• Rasio perubahan panjang lebih disukai
dibandingkan perubahan luas atau volume
karena lebih mudah diukur dan diaplikasikan.
• Ditentukan dengan persamaan :
L2 - L1 = α L1 (T2 - T1)
dimana :
α adalah koefisien ekspansi termal;
L1 dan L2 merupakan panjang awal dan panjang
akhir pada temperatur T1 dan T2
Ekspansi Termal dalam Manufaktur
• Ekspansi termal digunakan dalam shrink fit dan
expansion fit assemblies.
▫ Satu bagian logam dipanaskan untuk
memperbesar ukuran atau didinginkan untuk
memperkecil agar dapat dimasukkan satu sama
lain.
▫ Ketika bagian tersebut kembali ke temperatur
semula, akan terbentuk sambungan yang kuat.
• Ekspansi termal dapat menimbulkan masalah
pada proses heat treatment dan welding, karena
kedua proses tersebut dapat menghasilkan
thermal stress.
3. Sifat Pelelehan
• Titik leleh (melting point) dari suatu unsur
merupakan temperatur terjadinya perubahan
wujud unsur murni dari padat menjadi cair.
• Perubahan sebaliknya (dari cair menjadi padat)
terjadi pada temperatur yang sama dan disebut
titik beku (freezing point).
• Agar perubahan wujud dari padat menjadi cair
tersebut dapat terjadi pada Tm dibutuhkan kalor
yang disebut Heat of fusion.
Pelelehan Logam Alloy
• Tidak seperti logam murni, kebanyakan alloy
tidak memiliki titik leleh tunggal.
• Pelelehan dapat terjadi pada beberapa titik
tahapan. Temperatur mulai terjadinya
pelelehan disebut solidus, dan temperatur saat
semua alloy telah meleleh disebut liquidus.
• Di antara kedua temperatur tersebut, alloy
merupakan campuran antara logam padat dan
lelehan logam.
• Pengecualian : eutectic alloy yang meleleh (dan
membeku) pada temperatur tunggal.
Pelelehan pada Material Nonkristalin
• Pada material nonkristalin (misalnya gelas),
terjadi transisi gradual dari wujud padat hingga
menjadi wujud cair.
• Padatan akan melunak perlahan-lahan jika
temperatur naik, dan akan mencair keseluruhan
pada melting point.
• Selama pelunakan, material akan semakin
plastis (sifat plastis mengalami peningkatan)
hingga mendekati melting point.
Pelelehan dalam Manufaktur
• Metal casting – logam dilelehkan dan
dituangkan dalam cetakan. Logam dengan
melting point lebih rendah umumnya lebih
mudah dicasting.
• Plastic molding- karakteristik pelelehan polimer
merupakan sifat penting pada proses
pembentukan hampir semua polimer.
• Sintering Serbuk Logam – proses sintering
dilakukan pada temperatur mendekati melting
point untuk membentuk ikatan pada serbuk.
4. Kalor Jenis
• Banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur satu satuan massa dari
suatu material sebanyak satu derajat.
• Untuk menentukannya dapat digunakan
persamaan:
H = c m (T2 - T1)
dimana :
H = jumlah kalor yang dibutuhkan;
c = kalor jenis material;
m = massa;
(T2 - T1) = perubahan temperatur.
Kalor Jenis Volumetrik
• Banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur satu satuan volume dari
suatu material sebanyak satu derajat.
• Dapat diperoleh dari perkalian densitas ()
dengan kalor jenis (c)
Kalor Jenis Volumetrik = c
dimana :
 : densitas
c : kalor jenis
5. Konduktivitas Termal
• Konduksi termal adalah perpindahan energi
panas melalui suatu material dari satu molekul
ke molekul berikutnya, murni melalui
pergerakan panas tanpa disertai perpindahan
massa.
• Konduktivitas termal dari suatu material
merupakan kemampuan untuk memindahkan
panas melalui mekanisme tersebut.
▫ Diukur sebagai koefisien konduktifitas termal, k
(J/s mm oC).
▫ Umumnya bernilai tinggi pada logam, rendah
pada keramik dan plastik.
Difusivitas Termal
• Lebih umum digunakan untuk analisis
perpindahan panas
• Merupakan rasio konduktivitas termal terhadap
kalor jenis volumetrik.

dimana :
K : difusivitas Termal
k : konduktifitas termal
 : densitas
c : kalor jenis
Sifat Termal dalam Manufaktur
• Merupakan faktor penting dalam manufaktur,
karena banyak proses yang menghasilkan panas
sebagai efek samping.
• Pada beberapa kasus, panas merupakan energi
yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu
proses. Misalnya : perlakuan panas, sintering
serbuk logam dan keramik.
• Pada kasus yang lain, panas muncul selama
proses. Contoh : cold forming logam.
6. Sifat Listrik
• Rekayasa material menghasilkan beragam
material yang memiliki sifat konduksi listrik
yang beragam.
• Aliran arus listrik dihasilkan dari pergerakan
pembawa muatan – partikel kecil yang
memiliki muatan listrik.
▫ Dalam padatan, pembawa muatan adalah elektron
dan hole.
▫ Dalam larutan pembawa muatan adalah ion
positif dan negatif.
• Pergerakan partikel pembawa muatan
disebabkan oleh adanya beda potensial listrik.
• Aliran tersebut dihambat oleh karakteristik
internal material, seperti struktur atom dan
ikatan antar atom dan molekul.
• Hukum Ohm :

dimana I = arus, A; E = beda potensial, V; dan R


= hambatan listrik, 
Hambatan Listrik
• Hambatan listrik dari suatu material yang
memiliki penampang teratur (misalnya kawat
logam) bergantung pada panjang L, luas
penampang A, dan resistivitas material 

dimana resistivitas  memiliki satuan Ωm2/m


atau Ωm
Resistivitas
• Sifat yang menggambarkan kemampuan
material untuk menghambat arus listrik.
• Nilai resistivitas material tidak konstan; tetapi
bervariasi terhadap temperatur.
• Untuk logam, resistivitas meningkat terhadap
kenaikan temperatur. Perubahan  terhadap
temperatur dapat dihitung dari persamaan :
Konduktivitas
• Seringkali lebih nyaman untuk melihat
karakteristik material dari kemampuannya
dalam menghantar arus, bukan
menghambatnya.
• Konduktivitas dari suatu material secara
sederhana merupakan kebalikan dari
resistivitas.

dimana konduktivitas memiliki satuan (Ωm)-1


Rekayasa Material dan Kelistrikan
• Logam merupakan konduktor listrik terbaik,
karena ikatan logamnya.
• Sebagian besar keramik dan polimer, yang
elektronnya terikat kuat dalam ikatan kovalen
dan/atau ionik, merupakan konduktor yang
buruk.
• Material-material tersebut digunakan sebagai
isolator listrik karena memiliki resistivitas yang
tinggi.
Semikonduktor
• Merupakan material yang dalam kondisi normal
bersifat isolator, namun setelah menerima
energi dari luar dapat bersifat konduktor.
• Material semikonduktor yang paling umum
adalah silikon. Digunakan secara besar-besaran
dikarenakan kelimpahannya yang besar di bumi,
proses yang mudah dan murah.
• Partikel pembawa muatan dalam semikonduktor
adalah elektron dan hole.
Sifat Listrik dalam Manufaktur
• Electric discharge machining – penggunaan
energi listrik untuk membentuk loncatan listrik
untuk membuang lapisan pengotor dari logam.
• Dalam proses welding, seperti arc welding dan
resistance spot welding, digunakan energi listrik
untuk melelehkan sambungan logam.
• Kemampuan semikonduktor yang unik dapat
digunakan sebagai basis pembuatan IC dan
industri mikroelektronik.
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Kerapatan

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Beberapa Pengertian
Pengertian yang berhubungan dengan kerapatan
• Densitas
• Massa Jenis
• Berat Jenis
• Kerapatan Relatif : kerapatan suatu material
dibandingkan dengan material lain yang
dijadikan standar, tidak memiliki satuan.
• Specific gravity : densitas suatu material
dibandingkan dengan densitas air pada suhu
4oC, karena merupakan perbandingan, SG tidak
memiliki satuan.
1. Densitas
• Didefinisikan sebagai massa per unit volume

• Memiliki satuan g/cm3, kg/L, kg/m3


• Ditentukan oleh nomor atom dan faktor-faktor
lainnya seperti jari-jari atom dan atomic
packing
• Dipengaruhi oleh suhu
Pentingnya Densitas
• Merupakan salah satu pertimbangan penting
dalam penentuan material untuk suatu aplikasi,
tapi biasanya bukan merupakan satu-satunya
karakteristik yang dipertimbangkan.
• Strength (kekuatan) juga merupakan sifat yang
penting. Kedua sifat tersebut seringkali
dihubungkan sebagai strength -to -weight ratio,
yaitu tensile strength dibagi dengan densitas.
▫ Merupakan rasio yang sering digunakan untuk
membandingkan material dalam industri pesawat
terbang, otomotif, dan produk lain yang
memperhatikan bobot dan energi.
Type Kerapatan
• Kerapatan Absolut
• Kerapatan Relatif
• Kerapatan Curah
Penetapan Kerapatan Absolut
• Syarat kondisi: sampel bersifat homogen dan tidak
menguap
• Prinsip penetapan: Sampel dibentuk sehingga
memungkinkan pengukuran volume dan penimbangan
massa
• Volume: bisa diukur secara langsung (metode
stereometri) atau melalui hukum Archimedes.
• Bobot ditimbang dengan neraca yang terkalibrasi
minimal dalam 4-angka penting
• Contoh, penetapan kerapatan kayu: kayu dibentuk
menjadi balok. Volume adalah “panjang x lebar x tinggi”.
Massa diketahui dengan penimbangan.
• Untuk sampel dengan kerapatan rendah,
kerapkali memerlukan Teknik Penimbangan
Vakum (dengan koreksi gaya apung)
Pengukuran Kerapatan Absolut Fluida:
Piknometer
• Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari
kaca berbentuk mirip labu takar
8

Jenis Piknometer
Ada 2-tipe piknometer:
1. Yang volumenya diketahui dengan pasti dan
akurat minimal sampai 4-angka penting:
penentuan volume menggunakan air suling
tidak diperlukan, tetapi suhu harus
disesuaikan.
2. Yang volumenya tidak diketahui dengan
pasti: diperlukan penentuan volume
menggunakan air suling.
INGAT: Penimbangan lebih dari 4-angka penting
harus menerapkan Penimbangan Vakum.
Penetapan Kerapan Absolut Cairan
• Perhatikan volume piknometer yang digunakan
(tertera pada bagian tabung ukur)
• Piknometer ditimbang dalam keadaan kosong.
• Fluida yang akan diukur massa jenisnya
dimasukkan ke dalam piknometer tersebut.
• Piknometer ditutup setelah volume yang
diisikan sudah tepat.
• Piknometer yang terisi fluida ditimbang
kembali.
• Piknometer dibersihkan dan dikeringkan
kembali setelah digunakan
• Massa fluida dihitung dengan cara
mengurangkan massa pikno berisi fluida dengan
massa pikno kosong.
• Setelah mendapat data massa dan volume fluida,
kerapatan fluida dihitung dengan :

• Adapun satuan yang biasanya digunakan yaitu


massa dalam satuan gram (g) dan volume dalam
satuan ml, sehingga kerapatan diukur dalam
satuan g/mL
Penetapan Kerapatan Relatif
• Kerapatan Relatif (Relative Density):
perbandingan kerapatan sampel dengan kerapatan
air atau zat lain yang ditentukan.
• Tanpa satuan, hanya berupa angka
• Sering disebut Berat Jenis, namun Berat Jenis bisa
mengacu ke Kerapatan atau Kerapatan Relatif
(berat jenis bisa memiliki satuan atau tanpa
satuan).
• Ditetapkan melalui terapan Hukum Archimedes
(menggunakan medium yang tidak bereaksi dengan
sampel)
• Sangat disarankan “Berat Jenis” tidak
digunakan untuk tulisan ilmiah.
Penetapan Kerapatan Relatif Padatan
• Penetapan secara Tidak Langsung:
▫ Mengukur kerapatan sampel dan kerapatan standar secara
terpisah.
▫ Kemudian dibandingkan

• Menggunakan neraca pegas atau neraca torsi.


▫ Dapat digunakan untuk benda dengan bentuk tidak teratur.
▫ Sampel ditimbang di udara terbuka (Wu)
▫ Sampel ditimbang kembali di dalam air (Wa)
▫ Kerapatan relatif dihitung dengan persamaan :
Penetapan RD Cairan dengan Piknometer
• Piknometer digunakan seperti sebelumnya
• Kerapatan Relatif Cairan dihitung menggunakan
persamaan :

(WS − WP )
RD =
(WA − WP )

WP = bobot piknometer
WA = bobot pikno + acuan
WS = bobot pikno + sampel
Penetapan RD Cairan dengan Hidrometer
• Hidrometer merupakan sebuah alat ukur massa
jenis zat cair yang merupakan aplikasi dari
Hukum Archimedes.
• Hukum Archimedes menyatakan bahwa sebuah
benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan
mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang
dipindahkan oleh benda itu.
• Nilai massa jenis suatu zat cair dapat diketahui
dengan membaca skala pada Hidrometer yang
ditempatkan mengapung pada zat cair
• Nilai massa jenis suatu zat cair dapat diketahui
dengan membaca skala pada hidrometer yang
ditempatkan mengapung pada zat cair.
• Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Agar
tabung kaca terapung tegak di dalam zat cair,
bagian bawah tabung dibebani dengan butiran
timbal.
• Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih
besar supaya volume zat cair yang dipindahkan
hydrometer lebih besar. Dengan demikian,
dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan
hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair.
• Tangkai tabung kaca didesain supaya perubahan
kecil dalam berat benda yang dipindahkan (sama
artinya dengan perubahan kecil dalam massa jenis
zat cair) menghasilkan perubahan besar pada
kedalaman tangkai yang tercelup di dalam zat cair.
Ini berarti perbedaan bacaan pada skala untuk
berbagai jenis zat cair menjadi lebih jelas.
Penetapan RD Cairan dengan Hidrometer
• Hidrometer dan zat cair yang akan diukur densitas
disiapkan dalam suatu tabung
• Pastikan hidrometer bersih dan telah terkalibrasi
• Memasukkan hidrometer ke dalam tabung yang
berisi zat cair yang akan diukur densitasnya dengan
hati-hati untuk menghindari pembentukan
gelembung udara dan usahakan hidrometer dalam
keadaan tegak lurus agar mempermudah dalam
pembacaan
• Baca hasil pengukuran yang tertera pada skala.
• Cara membaca hasil pengukuran pada hidrometer
adalah dengan membaca skala yang ditunjuk oleh
zat cair yang naik dalam hidrometer.
Pengukuran Kerapatan Butiran
• Untuk benda berbentuk butiran, bisa dibedakan
menjadi kerapatan curah dan kerapatan absolut
• Kerapatan curah adalah massa bahan padat
berbentuk butiran dibagi volume curah. Volume
curah adalah volume bahan dalam bentuk
tercurah (beras dalam takaran, dll)
• Kerapatan absolut adalah massa bahan dibagi
volume nyata bahan. Untuk benda yang bersifat
curah, volume nyata adalah volume curah
dikurangi volume udara di antara butiran-
butiran bahan
Penetapan Kerapatan (Absolut) Serbuk/butiran
Kerapatan Semen:
• Sampel ditimbang untuk mengetahui bobotnya,
kemudian dimasukkan ke dalam minyak tanah.
Kenaikan volume minyak tanah (atau medium
lain) yang dipindahkan oleh semen, ditetapkan
sebagai volume.
Kerapatan Beras:
• Kerapatan absolut: bobot tertentu beras
dimasukkan ke dalam parafin. Pertambahan
volume parafin adalah volume absolut beras
Catatan:
• Medium pengukur volume celah butiran HARUS
TIDAK Bereaksi Atau Diserap oleh sampel
21

Penetapan Kerapatan Curah


Kerapatan Curah (Bulk Density):
bobot per volume curah
Untuk sampel berbentuk
butiran (seperti beras)
Hukum Archimedes yang bisa dicurahkan
dapat digunakan untuk
penetapan Kerapatan, Volume ditetapkan dengan
dan Kerapatan Relatif, mengukur volume curah
tetapi Kerapatan Curah
(menggunakan gelas ukur)
tidak menerapkan Bobot tertentu sampel diukur
Hukum Archimedes volume curahnya dengan
memasukkan sampel ke
dalam gelas ukur
Sebelum volume dibaca, harus
diketuk-ketuk agar benda
curah mencapai volume
terendah, tetapi tidak
boleh ditekan-mampatkan.
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Modulus

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Elastisitas
• Setiap benda yang dikenai gaya akan mengalami
perubahan bentuk (memanjang, memendek, dll)
• Jika gaya tersebut diteruskan, maka benda akan
mengalami patah atau fracture
• Cek Kembali Hukum Hooke:
F = k 𝜟x
• Fenomena seperti yang dijelaskan pada Hukum
Hooke, terjadi pada hampir semua padatan (tapi
hanya berlaku sampai titik tertentu➔ proporsional
limit)
• Jika gaya yang diberikan terlalu besar maka benda
akan teregang berlebih dan mungkin akan patah
• Perhatikan :
▫ Elastic limit, Elastic region
▫ Plastic region
▫ Breaking point
Modulus (tunggal), moduli (jamak)
Modulus: koefisien yang menyatakan tingkat
kemampuan benda untuk mempertahankan
bentuknya
Modulus Tarik, juga disebut Modulus Young: stress/
strain, gaya tarik diberikan searah sumbu benda.
Modulus Tekan: kebalikan modulus tarik
Modulus Geser, juga disebut Modulus Shear: gaya
diberikan sejajar permukaan benda uji (dasar benda
ditahan)
Modulus Sobek: kemampuan menahan sobekan.
Modulus Tarik & Modulus Tekan
• Untuk modulus tarik berlaku persamaan :

atau

dengan E adalah modulus tarik (modulus young)


benda, dengan satuan N/m2
• Karena :

dan

maka berlaku persamaan :


• Untuk modulus tekan nilai untuk 𝜟L sama
dengan persamaan pada modulus tarik, hanya
nilainya negatif

➔ TANYA KENAPA????
10

Jika suatu benda ditarik ke


Poisson’s Ratio: satu arah, maka benda tsb
perbandingan akan cenderung mengecil
pada dua arah yang lain.
bentuk, tanpa
Ukuran kecenderungan tsb
satuan. adalah: Poisson's ratio
Modulus: (ν, μ), (Simeon Poisson),
yaitu perbandingan
perbandingan penyusutan relatif pada
gaya dengan arah tegak lurus beban
perubahan bentuk yang diberikan, dibagi oleh
perpanjangan relatif
(searah dengan beban
yang diberikan).
11

• Untuk bahan yang tak termampatkan (secara


sempurna) nilai Poisson’s Ratio adalah 0,5.
Kebanyakan bahan teknis praktis memiliki nilai v
antara 0,0 dan 0,5.
• Sumbat botol, memiliki nilai v mendekati 0,0;
kebanyakan logam sekitar 0,3, dan karet hampir
0,5.
• Beberapa material, kebanyakan busa polimer,
memiliki nilai v negatif (bahan auxetic). Jika
ditarik, bahan ini akan mengalami perbesaran
ukuran pada arah tegak lurus gaya tarik.
Penetapan modulus:tarik
Young's Modulus, Modulus Young, (Y) juga disebut,
modulus keelastikan, atau modulus regang/tensile:
adalah ukuran kekakuan bahan.

Didefinisikan sebagai perbandingan rentang perubahan


sress (tekanan atau tarikan gaya) dengan strain
(ketegangan) dalam batas keelastikan atau nilai strain
yang rendah.

Ditetapkan melalui slope kurva stress-strain.


Dikembangkan oleh Thomas Young ahli fisika Inggris.
Penetapan modulus:tarik
• Stress, dirumuskan:
Tekanan Regang σ=F/A
adalah lawan dari • σ, adalah gaya tarik
tekanan mampat peregangan,
Tekanan regang bisa • F, adalah gaya tarik yang
terus naik sampai dikenakan pada sampel,
mencapai kekuatan • A, luas penampang
lintang sampel.
regang, disebut
• Satuan stress peregangan
kondisi batas adalah newtons per meter
tekanan persegi (N/m², juga
disebut: pascals, Pa)
Pengukuran Modulus Tarik
Pengukuran Modulus Tekan
Modulus Geser
• Benda dikenai gaya pada dua sisi seperti pada
gambar :
 Besarnya pertambahan panjang karena adanya gaya
tersebut dapat dihitung dengan persamaan :

 Dengan G adalah modulus geser benda dengan


besaran N/m2
Penetapan modulus:geser
• Pada sains material, modulus
shear, G, (kadang-kadang
disebut modulus kekakuan, S),
didefinisikan sebagai
perbandingan antara tekanan
shear/geser (shear stress),
F/A, terhadap ketegangan
shear (shear strain), Dx/h.
• Modulus shear biasanya
diukur dalam GPa
(gigapascals) atau ksi (ribuan
pound per inch persegi)
Penetapan modulus:geser
Modulus Shear beberapa bahan:
• Baja 79.3 GPa
• Tembaga 63.4 GPa
• Titanium 41.4 GPa
• Kaca 26.2 GPa
• Aluminium 25.5 GPa
• Polyetilena 0.117 GPa
• Karet 0.0003 GPa
Bahan-bahan anisotropik seperti kayu
dan kertas, menunjukkan
perbedaan nilai modulus shear jika
diukur pada arah berbeda.
20

Penetapan modulus:sobek
Untuk sampel berbentuk lembaran
(biasanya polimer) seperti plastik
untuk kantong.
Menggunakan teknik benturan
(pendulum dan dijatuhkan objek
tertentu). ***
Sampel dibentangkan dengan tegangan
tertentu, kemudian dibenturkan
dengan gaya yang terukur.
Jika benturan belum menyobek sample,
posisi benturan berikutnya harus
digeser.
Benturan yang tepat menyobek kertas
dicatat sebagai Nilai Ketahanan
Sobek
Modulus Bulk
• Jika suatu benda dikenai
gaya dari semua sisi,
maka benda akan
mengalami perubahan
volume (mengecil)
• Bayangkan sebuah balon
udara yang direndam
dalam kolam. Balon akan
mendapat tekanan
hidrostatis dari segala
arah
• Perubahan volume
dapat ditulis dengan
persamaan :

• Karena :

• Maka :
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Kekentalan

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Kekentalan dan Rheologi
• Kekentalan (viskositas) adalah
sifat fisik yang menyatakan
tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir.
• Rheologi cabang ilmu fisika yang
berhubungan dengan sifat aliran
dan/atau perubahan bentuk
bahan.
• Rheologi mempelajari sifat
aliran fluida dan/atau
perubahan padatan dibawah
stress dan strain
• Alat untuk penetapan
kekentalan: viskosimeter
(Oswald, Haake/bola jatuh,
Engler, Brookfield), rheometer.
Viskositas
• Merupakan ukuran resistensi terhadap deformasi.
• Gaya gesek dalam fluida dihasilkan oleh kohesi dan
pertukaran momentum antar molekul-molekul fluida.
• Terdapat perbedaan perilaku antara cairan dan gas
terhadap perubahan suhu.
• Fluida ideal: tidak memiliki viskositas, viskositas = 0.
Viskositas Dinamis
𝐹/𝐴 𝑣
𝜂= ; 𝐹 = 𝜂𝐴
𝑣/𝑙 𝑙

• Viskositas ditentukan sebagai rasio shear stress (F/A) terhadap


velocity gradient (v/l)
• Persamaan di atas disebut sebagai Persamaan Viskositas
Newton, mengingat pergeseran fluida sebanding dengan gaya yang
diberikan (ingat Hukum II Newton).
•  disebut sebagai viskositas dinamik atau viskositas absolut
• Satuan: N.det/m2 atau Pa s atau kg/(m det)
• Poise: satuan Viskositas Dinamik (berdasarkan gaya yang
menyebabkan aliran), yaitu gaya yang diperlukan untuk menjaga
perbedaan kecepatan sebesar 1 cm/s antara lapisan yang berjarak 1
cm.
• 1 P (poise) = 1 g/(cm s) = dyne.detik per cm2
• 1 Pa.s = 10 P = 1000 cP
Viskositas Kinematis
• Viskositas kinematik adalah ukuran resistensi
internal fluida untuk mengalir di bawah pengaruh
gaya gravitasi.
• Viskositas kinematik merupakan rasio Viskositas
Dinamis terhadap densitas; =  / 
• Stoke: satuan viskositas kinematik (berdasarkan
kecepatan aliran tanpa mempertimbangkan gaya-
gaya yang menyebabkannya).
• Stoke = 10-4 m2 s-1 = cm2/s
▫ 1 m2/s = 1 . 104 stokes
▫ 1 cm2/s = 1 St (stokes)
Bilangan Reynold
• adalah rasio gaya inersia fluida terhadap
gaya viskosnya
• Untuk Keperluan Teknik:
𝜌𝜈𝐷
𝑅=
𝜌
• Jika angka Reynolds kurang dari 2300, alirannya
adalah laminar.
• Angka Reynolds lebih dari 4000
mengindikasikan aliran turbulen.
• Di antara nilai-nilai ini menunjukkan aliran
transien, yang berarti aliran fluida berpindah
antara aliran laminar dan turbulen.
6
Fluida Newtonian vs Non Newtonian
• Fluida Newtonian: fluida dengan kekentalan konstan
• Fluida Non-Newtonian: kekentalah berubah oleh
temperatur dan stress.
▫ Senyawaan Pseudoplastik: jika dikenakan stress,
nilai kekentalan akan turun. Contoh: hair styling gel
▫ Dilatant liquid (shear thickening fluid): jika
diberikan stress, nilai kekentalan akan naik. ) Contoh:
tepung jagung + air
▫ Thixotropic: jika diberikan stress nilai tekanan akan
naik, tetapi menurun berdasarkan fungsi waktu pada
nilai stress yang tetap.
▫ Rheopetic: jika diberikan stress nilai kekentalan
akan naik, dan terus naik berdasarkan fungsi waktu
pada nilai stress yang tetap
Ketergantungan Temperatur dan Teori
viskositas
• Viskositas gas meningkat dengan naiknya
temperatur
• Viskositas cairan menurun jika temperatur
dinaikkan
• Fluiditas ➔ kebalikan dari viskositas
• Fluiditas cairan meningkat jika temperatur
dinaikkan

Kekentalan dipengaruhi suhu, karena itu suhu


ketika pengukuran kekentalan dilaksanakan harus
dikendalikan atau harus diukur dan dicatat.
Penetapan kekentalan: Viskosimeter Oswald
Berdasarkan kecepatan aliran fluida
melalui pipa kapiler (kekentalan
kinematik).
Untuk sampel dengan sudut kontak
(dengan kaca) mendekati 0o.
Terutama untuk sampel cair dengan
kekentalan relatif sama dengan
kekentalan air.
Fluida mengalir karena gaya berat,
karena itu kerapatan sampel harus
Wilhelm Ostwald: diukur.
ahli kimia fisik Penetapan dilaksanakan secara relatif
Jerman, dengan membandingkan waktu alir
Pemenang Nobel volume tertentu (antara sampel
Kimia 1909 dan standar).
(Kesetimbang kimia
dan laju reaksi).

9
Penetapan kekentalan: Bola Jatuh (Höppler)
Berdasarkan kecepatan jatuh
yang konstan untuk bola
dengan ukuran tertentu.
Viskosimeter bola
Lintasan jatuh harus lurus, karena
jatuh, juga dikenal
itu wadah media harus sedikit
sebagai Viskosimeter
lebih besar dari bola yang
Haake. Sekarang
dijatuhkan.
Haake ikut
Waktu tempuh, t, diukur untuk
mengembangkan
jarak AB (di bagian atas) yang
viskosimeter rotor
sama dengan BC (di
berputar.
bawahnya). Kecepatan
konstan ditunjukkan oleh:
tAB = tBC
10
Penetapan kekentalan: viskosimeter Engler
Berdasarkan kecepatan aliran
fluida melalui pipa/saluran
tertentu (seperti Oswald
tetapi menggunakan pipa
berdiameter lebih besar),
sudut kontak tidak harus
mendekati nol.
Untuk sampel cair dengan
kekentalan (kinematik)
relatif tinggi.
Kerapatan sampel dan suhu
pengukuran harus diukur.

Noviar D.: Fisika Analitik.2006.

11
Penetapan kekentalan: viskosimeter Brookfield

Berdasarkan hambatan
putaran sebuah rotor
di dalam medium
yang diukur, atau
gaya yang diperlukan
untuk menghasilkan
kecepatan putaran
tertentu.
Viskosimeter Brookfiled
(rotor berputar),
paling banyak
dimodifikasi dan
dikembangkan dalam
berbagai merk
dagang.
12
Penetapan kekentalan: Rheometer
• Rheometers: peralatan yang
digunakan untuk mengukur sifat
benda yang berhubungan dengan
reologi.
• Contoh Reologi yang sederhana:
kekentalan sebagai fungsi dari gaya
geser untuk menentukan sifat aliran.
• Contoh reologi yang kompleks:
keviskoelastikan (viscoelasticity)
sebagai fungsi dari frekuensi atau
temperatur.
• Dua instrumen dalam satu bentuk
untuk menganalisis sifat aliran dan
tekanan dengan mengukur:
▫ Respons Stress Vs Strain selama
pengujian pada laju tetap
▫ Perubahan kekentalan sebagai fungsi
perubahan laju shear
14
Penetapan kekentalan:
Kekentalan Beberapa Bahan
Air 1 cps
Susu 3 cps
Oli SAE 10 65 – 140 cps
Oli SAE 20 140 - 420 cps
Oli SAE 30 420 – 650 cps
Oli SAE 40 650 – 900 cps
Minyak Jarak 1,000 cps
Madu 10.000 cps
Coklat 25.000 cps
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Kekerasan

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Pendahuluan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik
(Mechanical properties) dari suatu material.
Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya
untuk material yang dalam penggunaanya akan
mangalami pergesekan (frictional force) dan
deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu
keadaan dari suatu material ketika material tersebut
diberikan gaya maka struktur mikro dari material
tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal
artinya material tersebut tidak dapat kembali ke
bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material
untuk menahan beban identasi atau penetrasi
(penekanan).
Mengapa diperlukan pengujian
kekerasan?
Di dalam aplikasi manufaktur, material
dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan
yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk
memastikan suatu material memiliki spesifikasi
kualitas tertentu.
Pengertian Umum
• Kekerasan: kemampuan benda padat untuk
menahan perubahan bentuk atau abrasi di
permukaan. Kekerasan adalah karakteristik
bahan, bukan sifat fisik dasar.
• Pada mineralogi: kekerasan adalah ketahanan
gores permukaan halus suatu mineral.
• Pada metalurgi, kekerasan adalah kemampuan
bahan untuk menahan perubahan (plastic
deformation).
• Benda yang lebih lunak bisa digores oleh benda
yang lebih keras, tetapi benda yang lebih keras
tidak bisa digores oleh benda yang lebih lunak.
Penetapan Kekerasan: Mineral
• Kekerasan relatif mineral, ditetapkan berdasarkan
skala kekerasan Mohs (ahli mineral Jerman:
Friedrich Mohs)
• 10 kekerasan mineral pada skala Mohs: 1, talc; 2,
gypsum; 3, calcite; 4, fluorite; 5, apatite; 6,
orthoclase (feldspar); 7, quartz; 8, topaz; 9,
corundum; and 10, diamond.
• Kekerasan sampel mineral ditetapkan berdasarkan
kristal pada skala Mohs yang bisa menggores
sampel.
• Galena, dengan kekerasan 2.5, bisa menggores
gypsum dan dapat digores oleh calcite.
• Kekerasan mineral menentukan sifat ketahanannya.
Penetapan Kekerasan: Permesinan
• Kekerasan, umumnya diukur dengan Metode Brinell
(Ahli mesin swedia: Johann Brinell, yang
merancang mesin Brinell untuk penetapan
kekerasan logam dan logam campuran).
• Sebuah bola atau kerucut dari bahan keras
dijejakkan ke permukaan benda uji. Gaya yang
digunakan dan lekukan yang terjadi diukur dan
dihitung untuk mendapatkan nilai kekerasan.
• Kekerasan berhubungan dengan kekuatan,
ketahanan/keawetan, dan ketangguhan suatu
benda padat.
• Pada penggunaannya, kekerasan sering
digabungkan dengan sifat-sifat fisik di atas.
Penetapan Kekerasan:
Pertimbangan Umum:
• Semakin kecil bagian
yang diukur, semakin
rendah beban yang
digunakan.
• Kedalaman dan posisi
penjejakan
(penekanan) harus
sesuai dengan bentuk
sampel.
• Kedalaman penjejalan
maksimal adalah 10%
ketebalan sampel
Penetapan Kekerasan: Skala Brinell
• Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel
bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu
material dalam bentuk daya tahan material
terhadap bola baja (identor) yang ditekankan
pada permukaan material uji tersebut
(spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel
diperuntukan untuk material yang memiliki
permukaan yang kasar dengan uji kekuatan
berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja)
biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun
terbuat dari bahan Karbida Tungsten.
Penetapan Kekerasan: Skala Brinell
Indenter (penjejak)
berbentuk bola.
Pada Rumus:
• D = diameter bola
• d = diameter jejak
• F = beban
• HB = Hardness Brinell
Penetapan Kekerasan: Skala Rockwell
• Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell
bertujuan menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material terhadap
indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan
yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.
Penetapan Kekerasan: Skala Rockwell
A. Kedalaman yang
dicapai penjejak
setelah diberikan gaya
awal (minor load).
B. Posisi penjejak pada
gaya uji total.
C. Posisi akhir setelah
rekoveri elastis bahan.
D. Kedalaman
Pengukuran (C minus
A).
Penetapan Kekerasan: Skala Vickers
• Pengujian kekerasan dengan metode Vickers
bertujuan menentukan kekerasan suatu material
dalam yaitu daya tahan material terhadap
indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai
bentuk geometri berbentuk piramid seperti
ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang
dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding
dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu
antara 1 sampai 1000 gram.
Penetapan Kekerasan: Skala Vickers
• Standar untuk kekerasan
logam.
• Terutama untuk Micro-
hardness
• Muka penjejak (indenter
faces) adalah prisma
dengan sudut 136 derajat
(sama pada dua arah).
• HV = 1.854(F/D2),
F, kg beban yang
digunakan (1 s.d 120 kg).
D2, mm2 luas jejak.
Penetapan Kekerasan:Skala Shore
Terutama untuk bahan plastik, karet, elastomer.
Berdasarkan kekerasan dalam batas elastisitas.
• Sklerometer Shore: Sebuah pemukul dengan ujung
berbentuk berlian, dijatuhkan di dalam tabung gelas
berskala, dari ketinggian tertentu. Yang diamati adalah
pantulan pemukul setelah dijatuhkan. Semakin tinggi
pantulan, semakin tinggi kekerasan.
• Kekerasan Shore diukur berdasarkan ketahanan bahan
terhadap tekanan masuk oleh penekan yang diberikan
beban oleh tiga buah pegas. Nilai semakin tinggi, jika
ketahanan semakin besar.
• Kekerasan Rendah: Durometer Shore A, jika penusuk
masuk menembus bahan, kekerasan nol. Jika tidak
tertusuk sama sekali, kekerasan 100. t (waktu)
penusukan ikut dilaporkan.
Penetapan Kekerasan: Skala Barcol
Kekerasan Barcoll: ketahanan bahan terhadap
penetrasi (penusukan) baja berujung tajam yang
ditekan menggunakan pegas. (Barcol impressor).
Peralatan disebut ‘Barcoll Impressor’ memiliki skala
dari nol sampai 100, yang lansung dibaca:
Nilai Kekerasan Barcoll sering digunakan untuk
mengukur tingkat pengerasan plastik dan resin.
Benda uji ditempatkan di bawah penjejak Alat Uji
kekerasan Barcol. Kepada benda uji diberikan
tekanan yg tetap sampai skala ukur menunjukkan
nilai maksimum. Kedalaman tusukan diubah ke
bentuk Bilangan Barcol Absolut.
Penetapan Kekerasan: Membaca Skala
60 HRC: Nilai Uji 60 pada skala Rockwell C.
80 HR15N: Nilai Uji 80 pada Skala Rockwell 15N
200 HBS10/3000/15: Nilai Uji 200, skala Brinell,
menggunakan bola baja (HBS) 10 mm), dengan beban
3000 kg dan waktu 15 detik. Secara informal sering
dilaporkan sebagai: HB 200.
500 HBW 1/30/20: Nilai Uji 500 menggunakan bola wolfram
(HBW), berdiameter 1 mm, beban 30 kg dan waktu 20
detik.
200 HV 500/15"200“: Nilai Uji Skala (Mikro) Vickers dengan
beban 500 g, selama 15 detik.
200 HK 500/15"200“: Nilai Uji Skala Knoop dengan beban
500 g, selama 15 detik.
Perbandingan
Skala Ukur
Kekerasan
Catatan yang Perlu Diperhatikan
Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung pada :
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji
Dalam pengujian kekerasan, diukur ketahanan terhadap deformasi. Tetapi
ukuran penekan, beban dan ukuran penekanan, derajat pengerasan regangan,
berbeda. Jadi pertama korelasi antara kekerasan yang diperoleh dengan
berbagai cara pengujian kekerasan menjadi permasalahan.
Tidak ada cara lain kecuali mendapatkan hubungan tersebut secara eksperimen,
jadi kekerasan yang diperoleh dengan berbagai cara ditulis sebagai tabel
konversi kekerasan. Tetapi hal yang diutarakan di atas berbeda menurut bahan,
oleh karena itu untuk baja atau paduan tembaga perlu memakai tabel yang
berlainan sesuai dengan paduan mesing-masing.
Sejumlah data tersedia berkenaan dengan hubungan antara kekerasan dan
kekuatan tarik atau kekuatan lelah. Hubungan ini sangan memudahkan untuk
mengetahui kekuatan bahan dengan pengujian sederhana dari kekerasan. Tetapi
karena hubungan itu memuat banyak faktor variabel, perlu berhati-hati dalam
penggunaannya. Sebagai tambahan dalam penggunaan bagi bahan yang sama
jenisnya, disarankan untuk memperhatikan metalografinya.
DIARGAM ALIR UJI KEKERASAN LOGAM

Menyiapkan Specimen: Pengujian kekerasan

-Baja (Masing-masing dari tiga metode)

-Besi Cor
-Tembaga Pengambilan Data
-Alumunium

→Memotong Specimen:
Menggrinda -Ukuran : 5 s/d 8 mm
-Harus rata

Mengampelas
GAMBAR MACAM-MACAM MEDIA PENGUJIAN

ROCKWELL VICKERS
BRINELL

Untuk pengujian Vickers, belum dilakukan / dipraktikumkan.


Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Sifat Thermal

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Pendahuluan
• Penetapan, pengukuran, pengujian sifat/karakteristik
bahan yang berhubungan dengan panas.
• Satuan ukuran yang berhubungan dengan panas:
Temperatur (derajat/tingkatan panas) dan Kalor
(jumlah panas).
• Sifat thermal yang berhubungan dengan temperatur
terutama: transisi gelas, titik leleh, titik didih, titik nyala,
titik bakar, titik bakar spontan/auto ignition point, titik
ledak, titik las, titik seizure, muai panjang, muai ruang,
muai bidang/permukaan.
• Sifat thermal yang berhubungan dengan kalor: panas
jenis (kapasitas panas spesifik), panas pembakaran,
panas peleburan, panas penguapan,
• Alat ukur temperatur: thermometer
• Alat ukur kalor: kalorimeter
Pendahuluan
• Analisis termal dalam pengertian luas adalah
pengukuran sifat kimia fisika bahan sebagai
fungsi suhu.
• Penetapan dengan metode ini dapat
memberikan informasi pada kesempurnaan
kristal, polimorfisma, titik lebur, sublimasi,
transisi kaca, dedrasi, penguapan, pirolisis,
interaksi padat-padat dan kemurnian.
• Data yang diperoleh berguna untuk karakterisasi
senyawa yang memandang kesesuaian,
stabilitas, kemasan dan pengawasan kualitas.
Daftar Materi
• Titrasi Termometrik
• Pemuaian
▫ Koefisien Pemuaian
▫ Pengukuran Muai Panjang
• Sifat Pelelehan
▫ Pelelehan pada Logam Alloy
▫ Titik Leleh / Beku
▫ Titik Leleh Serbuk
▫ Transisi Gelas
• Titik Nyala dan Titik Bakar
• Titik Nyala Spontan
Titrasi Termometrik
• Variabel yang diukur pada titrasi dengan metode
ini adalah panas reaksinya.
• Temperatur dialurkan terhadap volume titran.
Titran diteteskan dari buret terhadap suatu
larutan yang terletak dalam suatu bejana yang
terisolasi secara termal.
• Perubahan temperatur pada setiap penambahan
volume titran direkam secara terus-menerus.
• Titik akhir ditandai dengan belokan yang tajam
pada kurva titrasi pada media tidak berair.
Titrasi Termometrik
• Komponen utama dan metodologi dalam titrasi
termometrik sangatlah sederhana.
• Terdiri atas buret dengan penetesan otomatis,
kamar titrasi adiabatis, termistor dan perekam.
Perubahan temperature direkam sebagai fungsi
waktu.
• Kurva titrasi termometrik menyatakan ukuran
perubahan entalpi total, tercakup didalamnnya
perubahan entropi dan energi dalam.
• Metode ini digunakan untuk titrasi asetat
anhidrida dalam asam asetat serta studi asetilasi
Pemuaian
• Pemuaian: berubahnya ukuran/dimensi fisik karena
perubahan temperatur. Pemuaian: jika berubah
menjadi lebih besar. Penyusutan, jika berubah
menjadi lebih kecil.
• Dibedakan menjadi: Muai Panjang (a), Muai Ruang
(b), dan Muai Bidang (g).
• Muai Panjang, a = dL/(L.dT).
• Untuk benda-benda non-kristal, umumnya: b = 3a
dan g = 2a
• Muai panjang biasa digunakan untuk benda-benda
padat non-kristal.
• Muai ruang terutama untuk benda-benda cair.
• Muai bidang terutama untuk benda-benda kristal.
Koefisien Pemuaian
• Perubahan panjang per derajat temperatur,
misalnya mm/mm/oC.
• Rasio perubahan panjang lebih disukai
dibandingkan perubahan luas atau volume
karena lebih mudah diukur dan diaplikasikan.
• Ditentukan dengan persamaan :
L2 - L1 = α L1 (T2 - T1)
dimana :
α adalah koefisien ekspansi termal;
L1 dan L2 merupakan panjang awal dan panjang
akhir pada temperatur T1 dan T2
Muai Panjang
• Secara relatif, muai panjang, a, diukur dengan
membandingkan bahan standar dengan bahan uji
yang dipanaskan secara bersama-sama.
• Pada cara ini, benda uji dibuatkan menjadi
berbentuk batang yang sama dengan bahan
standar, kemudian dipanaskan bersama-sama.
Perbandingan pemuaian yang terjadi, diukur dan
dihitung menggunakan rumus:
abu = (sbu/sst). ast.
Pada rumus ini, bu adalah benda uji, st adalah
standar, dan s adalah skala alat ukur.
• Cara ini tidak memerlukan peralatan yang
terkalibrasi, tetapi penyebaran temperatur
antara benda uji dan standar harus sama.
Muai Panjang
• Secara absolut, muai panjang ditetapkan dengan
mengukur panjang bahan mula-mula (L), kenaikan
temperatur (DT), dan pertambahan panjang bahan
(DL) setelah dipanaskan.
• Semua alat ukur yang digunakan harus
terkalibrasi.
• Temperatur logam harus merata.
• Muai panjang dihitung menggunakan rumus:
a = DL/(L.DT).
• Biasanya pengukuran muai panjang secara absolut
ini dipadukan dengan pembuatan grafik hubungan
antara kenaikan temperatur dengan pertambahan
panjang yang terjadi.

• MUAI RUANG CAIRAN


• PENGUKURAN KALOR
Sifat Pelelehan
• Titik leleh (melting point) dari suatu unsur
merupakan temperatur terjadinya perubahan
wujud unsur murni dari padat menjadi cair.
• Perubahan sebaliknya (dari cair menjadi padat)
terjadi pada temperatur yang sama dan disebut
titik beku (freezing point).
• Agar perubahan wujud dari padat menjadi cair
tersebut dapat terjadi pada Tm dibutuhkan kalor
yang disebut Heat of fusion.
Pelelehan Logam Alloy
• Tidak seperti logam murni, kebanyakan alloy
tidak memiliki titik leleh tunggal.
• Pelelehan dapat terjadi pada beberapa titik
tahapan. Temperatur mulai terjadinya
pelelehan disebut solidus, dan temperatur saat
semua alloy telah meleleh disebut liquidus.
• Di antara kedua temperatur tersebut, alloy
merupakan campuran antara logam padat dan
lelehan logam.
• Pengecualian : eutectic alloy yang meleleh (atau
membeku) pada temperatur tunggal (bukan
rentang).
Titik leleh/beku
• Titik leleh: Temperatur ketika padatan berubah
menjadi cairan (mencair). Titik beku: temperatur
ketika cairan berubah menjadi padatan (membeku).
Tekanan 1,0 atm.
• Bentuk benda padat, tidak berubah; bentuk benda cair
berubah mengikuti wadah.
• Padatan diletakkan dalam wadah yang temperturnya
bisa dinaikkan secara lambat dan konstan, sambil
diamati (secara langsung atau menggunakan
suryakanta bahkan mikroskop).
• Titik leleh dicapai jika benda mulai mengalami
perubahan bentuk mengikuti bentuk wadah.
• Titik beku lebih sukar diamati; pada dasarnya titik
leleh sama dengan titik beku dan dipengaruhi oleh
tekanan. Karena itu tekanan ketika penetapan
dilakukan, harus diukur dan dicatat.
Titik Leleh Serbuk
• Suhu leleh zat adalah suhu pada saat zat tepat
meleleh seluruhnya yang ditunjukan pada saat
fase padat tepat hilang.
• Jarak leleh atau suhu leleh zat padat
didefinisikan sebagai rentang suhu atau suhu
pada saat zat padat menyatu dan meleleh
sempurna.
• Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut
atau membentuk tetesan pada dinding pipa
kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilang fase
padat
Titik Leleh Serbuk
• Gerus senyawa yang diuji menjadi serbuk yang sangat halus dan kecuali
dinyatakan lain.
• Jika mengandung air hidrat, keringkan pada suhu yang tertera
dimonografi, jika tidak mengandung air hidrat keringkan diatas bahan
pengering yang sesuai.
• Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup, dengan serbuk
kering hingga 2,5 mm – 3,5 mm setelah diisi kemudian mengetukan pada
permukaan padat.
• Panaskan tangas hingga suhu ≥ 30ᵒ dibawah suhu leleh yang diperkirakan.
Angkat termometer dan secepatnya tempelkan tabung kapiler pada
termometer dengan membasahi keduanya dengan tetesan cair dari tangas
atau sebaliknya.
• Tempatkan termometer dan lanjutkan pemanasan dengan pengadukan
tetap hingga suhu naik ≥ 3ᵒ/ menit jika suhu ≥ 3ᵒ dibawah dari batas
bawah jarak lebur yang diperkirakan, kurangi pemanasan hingga naik ≥ 1ᵒ -
2ᵒ/ menit.
• Suhu pada saat kolom uji yang diamati terlepas sempurna dari dinding
kapiler didefinisikan sebagai permukaan melebur, dan suhu pada saat zat
uji mencair seluruhnya didefinisikan suhu lebur.
• Kedua suhu tersebut berada dalam batas jarak leleh.
Transisi Gelas
• Pada material nonkristalin (misalnya gelas),
terjadi transisi gradual dari wujud padat hingga
menjadi wujud cair.
• Padatan akan melunak perlahan-lahan jika
temperatur naik, dan akan mencair keseluruhan
pada melting point.
• Selama pelunakan, material akan semakin
plastis (sifat plastis mengalami peningkatan)
hingga mendekati melting point.
Transisi gelas
• Transisi gelas: Rentang temperatur perubahan
kekerasan padatan menjadi kekentalan cairan, seperti
lilin yang melunak sebelum mencair.
• Terjadi pada benda-benda amorf dengan ukuran molekul
yang tidak seragam, seperti lilin, gelas, dan plastik.
• Prinsip pengukuran: benda uji dipanaskan sambil
ditekan dari atas (menggunakan piston) di dalam wadah
tertutup yang memiliki lobang di bagian bawah.
• Awal transisi gelas: Ketika bahan uji mulai keluar dari
lobang. Akhir: ketika bahan mengalir tanpa perlu
ditekan.
• Perubahan waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan
panjang tertentu bahan (misal: 1 cm) terhadap
perubahan temperatur, dicatat atau dibuatkan menjadi
grafik. Kuat tekan dan diameter lobang dicatat sebagai
perlakuan percobaan.
Temperatur TG pada Polimer
• Kisaran temperatur yang sempit, di bawah
temperatur tersebut polimer bersifat glassy dan
diatasnya bersifat rubbery
• Dipengaruhi oleh
▫ Free volume polimer (vf) volume dari polimer yang
tidak ditempati oleh molekul polimer itu sendiri
vf = v – vs
v = volume spesifik dari polimer dan
vs = volume molekul polimer
▫ Gaya tarik antar molekul
▫ Mobilitas internal rantai, yaitu keleluasaan molekul
untuk berotasi di sekitar ikatannya.
▫ Kekakuan rantai
▫ Panjang rantai
Titik didih/kondensasi
• Titik didih: temperatur ketika tekanan uap
cairan mencapai 1,0 atm bukan
’temperatur ketika cairan menguap’.
• Bisa diukur dengan memanaskan cairan
sampai mendidih pada tekanan 1,0 atm.
Uap cairan disarankan diembunkan
kembali.
• Perhatikan: benda cair (dan beberapa jenis
benda padat) bisa menguap di bawah
temperatur didih; uapnya bisa mengembun
(kondensasi) jika tekanan uap pada
tempeatur bersangkutan terlampaui.
• Titik didih berubah jika tekanan berubah,
sesuai dengan perubahan tekanan uap
jenuh pf berbagai temperatur.
Titik Nyala dan Titik Bakar
• Titik nyala adalah Temperatur terendah di mana campuran
senyawa dengan udara pada tekanan normal dapat menyala
setelah ada suatu inisiasi, misalnya dengan adanya percikan
api.
• Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah terbuka
(Open Cup /OC) atau wadah tertutup (Closed cup/CC).
• Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih tinggi
dari yang diukur dengan metoda wadah tertutup.
• Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap
yang merupakan fungsi dari temperatur cair, dengan naiknya
suhu, tekanan uap juga meningkat.
• Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang
mudah terbakar menguap di udara meningkat.
• Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka
uap diatas permukaannya siap untuk terbakar atau meledak.
Titik Nyala dan Titik Bakar
• Terutama untuk cairan yang bisa terbakar
(seperti bahan bakar minyak dan bahan organik).
• Titik Nyala (Flash Point): temperatur ketika uap
cairan terbakar untuk pertama kalinya, jika
dikenakan oksigen dan api tetapi nyala akan
kembali mati (hilang).
• Diukur dengan memanaskan benda uji di dalam
wadah tertutup secara perlahan-lahan; dan
mengenakan api secara berkala ke permukaan
wadah serempak dengan membuka tutup wadah.
Titik nyala tercapai jika terlihat adanya jilatan api
yang kembali hilang.
• Temperatur terendah ketika nyala yang
dihasilkan terus terjadi (tidak mati kembali)
adalah Titik Bakar (Flame Point).
Titik bakar spontan
• Titik Bakar Spontan (Auto Ignition Point)
adalah temperatur ketika bahan terbakar
dengan sendirinya (tanpa dikenakan api) jika
terkena udara.
• Secara kurang tepat sering disamakan
(padahal berbeda!) dengan Titik Ledak
(Explosive Point).
• Titik ledak diukur tanpa memaparkan benda
uji ke udara.
• Prinsip pengukuran: benda dipanaskan dengan
dipaparkan ke udara terbuka. Temperatur
ketika benda mulai menyala dengan sendirinya
(tanpa dikenakan api) adalah Titik Bakar
Spontan.
• Sifat thermal ini adalah informasi penting
untuk menangani bahan-bahan yang bisa
terbakar.
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -
ANALISIS FISIKA
Analisis Fisika Modern

Oleh
Dr. Moh. Hayat, M.Si.
Politeknik AKA Bogor 2020
Analisis Fisika Modern
• Analisis Fisika Modern, analisis fisik menggunakan
instrument (fisika) analitik, yang dicirikan oleh
adanya proses otomatisasi pengukuran dan
komputerisasi pengolahan data hasil ukur.
• Yang berhubungan dengan Analisis Kimia,
terutama: Dilatometri, Thermo Gravimetri
Analysis, Differential Thermal Analysis /
Differential Scanning Calorimetry, dan Thermal
Analyzer
• Selain Dilatometri, analisis fisik di atas, juga
memberikan informasi jenis senyawaan, jumlah
senyawaan, dan komposisi kimiawi.
• Analisis Thermal adalah gabungan TGA, DTA/DSC,
dan transisi gelas.
• Teknik pengukuran pemuaian benda, terutama
muai panjang dan muai ruang.
• Sampel umumnya berbentuk padatan massif
(Muai Panjang).
• Dilatometer modern bisa digunakan untuk
sampel butiran, serbuk, atau cairan (Muai
Ruang).
Dilatometri
• Pada alat ini, muai
panjang diplot
terhadap temperatur.
• Ketidakmurnian
benda uji, mengubah
kemiringan kurva,
sedangkan perubahan
struktur kristal
membengkokkan
kurva pada
temperatur tertentu.
Thermo Gravimetri Analysis
Analisis Kimia Fisik berdasarkan perubahan (umumnya
turun, mungkin naik) bobot sampel jika temperatur
dinaikkan secara linier.
Thermo Gravimetri Analysis
Sampel ditimbang sambil dipanaskan; perubahan bobot sampel
terhadap kenaikan temperatur dialurkan membentuk kurva
thermogram.
Thermo Gravimetri Analysis
Differential Thermal Analysis
Differential Thermal Analysis
Sampel dan bahan acuan
(referensi) dipanaskan bersama-
sama. Perbedaan temperatur
sampel terhadap temperatur
bahan acuan diplot (dibuatkan
grafik) terhadap temperatur.
Jika sampel mengalami reaksi
eksoterm, temperaturnya akan
lebih tinggi; jika mengalami
reaksi endoterm, temperaturnya
akan lebih rendah.
Perbedaan temperatur
menunjukkan jenis dan
intensitas reaksi.
Differential Thermal Analysis
Thermogram DTA Ca-Oksalat
Thermogram
TGA (atas) dan
Thermogram
DTA (bawah)
Ca-oksalat
Differential Scanning Calorimetry
Prinsip DSC sama dengan DTA. Perbedaan terletak pada sistem
pengukuran: DSC berdasarkan aliran kalor (ketika temperatur
turun atau naik), DTA berdasarkan kenaikan temperatur.(ketika
temperatur lingkungan naik secara linier).

Paling banyak digunakan,


terutama untuk analisis
polimer dan bahan
keramik.
Dikenal dua prinsip
pengukuran:
1. DSC Kompensasi
Daya
2. DSC Fluks Panas
Differential Scanning Calorimetry
Skema dasar DSC Tipe Kompensasi Daya.
Sampel dan acuan, dipanaskan dengan kenaikan temperatur yang
sama. Perbedaan daya yang diberikan (mW) diplot terhadap
temperatur (T).

Sensor Pt memantau
perubahan temperatur
Sampel dan Referens. Jika
terjadi selisih, pemanas
terpisah mengatur daya
yang digunakan agar
temperatur tetap sama.
Selisih daya diplot
terhadap T.
Differential Scanning Calorimetry
Skema Dasar DSC tipe Fluks Panas. Panas diberikan melalui
cakram konstantan yang dipanaskan dengan aliran listrik.

Termokopel sampel
dan acuan, memantau
aliran kalor ke sampel
dan acuan. Perbedaan
skala termokopel
menyatakan
perbedaan aliran
kalor diplot terhadap
perubahan temperatur
Differential Scanning Calorimetry
Beberapa contoh bentuk wadah sampel dan bahan acuan (gambar
diperbesar). Wadah ini berukuran sangat kecil, dengan bobot
hanya beberapa gram.
Differential Scanning Calorimetry
Thermogram DSC Polietilena Tereftalat
Differential Scanning Calorimetry
Thermogram DSC Fenacetin (96, 99, 100%)
Thermal Analyzer
Gabungan
DMA, TGA,
dan DSC
dalam satu
bentuk.
Kerapkali
digabungkan
juga dengan
alat ukur
transisi gelas.
Terima Kasih

- Semoga Bermanfaat -

Anda mungkin juga menyukai