Disusun Oleh:
ABSTRAK
Radikalisme berasal dari kata radikal. Kata radikal dalam kamus Bahasa Inggris, diartikan sebagai ekstrem atau
bergaris keras. Radikalisme berarti suatu paham aliran yang menghendaki perubahan secara drastis atau
fundamental reform. Radikalisme agama, eksistensinya menganggap dirinya sebagai ideologi alternatif yang
hendak menggulingkan ideologi kekuasaan yang sedang establish (mapan). Latar belakang yang sekaligurs
menjadi faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme, yaitu faktor Sosial-Politik, faktor Emosi Keagamaan,
faktor kultural, faktor ideologis anti westernisme, faktor kebijakan pemerintah. Ideologi Pancasila mengarahkan
setiap anak bangsa bahwa sekalipun memiliki agama yang berbeda-beda namun harus membuka diri dalam ruang
dialog untuk dapat saling mencurahkan isi hati. Hal tersebut diperlukan agar kejadian seperti G30S PKI tidak
terulang kembali. Pancasila pada dasarnya memiliki nilai-nilai universal yang sama dengan ideologi lainnya,
seperti keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan. Untuk melindungi
pemuda dari paham radikalisme perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan dalam beberapa bidang,
yaitu pendidikan, sosial, keagamaan, seni budaya, ataupun olahraga
ABSTRACT
Radicalism comes from the word radical. The word radical in the English dictionary, is defined as extreme or
hard-line. Radicalism means a school of thought that requires drastic changes or fundamental reforms. Religious
radicalism, its existence considers itself as an alternative ideology that wants to overthrow the established ideology
of power. The background which at the same time became the driving factor for the emergence of the radicalism
movement, namely the socio-political factor, the religious emotion factor, the cultural factor, the anti-westernism
ideological factor, the government policy factor. The ideology of Pancasila directs every child of the nation that
even though they have different religions, they must open themselves in a dialogue space to be able to pour out
their hearts to each other. This is necessary so that incidents such as the G30S PKI do not repeat themselves.
Pancasila basically has the same universal values as other ideologies, such as civility, respect for human rights,
welfare, peace and justice. To protect youth from radicalism, prevention and mitigation efforts need to be carried
out in several fields, namely education, social, religious, arts and culture, or sports.
(pers) Barat yang selalu G30S PKI adalah sebuah gerakan yang
memojokkan umat Islam juga memiliki tujuan untuk menggulingkan
menjadi faktor reaksi dengan pemerintahan Presiden Soekarno serta
kekerasan yang dilakukan. mengubah Indonesia menjadi negara yang
menerapkan ideologi komunis. Gerakan
tersebut dipimpin langsung oleh DN Aidit yang
IDEOLOGI PANCASILA saat itu adalah ketua dari PKI atau Partai
Komunis Indonesia. Pada tanggal 1 Oktober
Ideologi Pancasila mengarahkan 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan
setiap anak bangsa bahwa sekalipun anggota dari Pasukan Pengawal Istana atau
memiliki agama yang berbeda-beda namun seringkali disebut Cakrabirawa, memimpin
harus membuka diri dalam ruang dialog pasukan yang dianggap setia atau loyal kepada
PKI. Gerakan tersebut mengincar Perwira universal yang sama dengan ideologi
Tinggi TNI AD Indonesia. Mereka menangkap lainnya, seperti keberadaban,
enam orang dari anggota perwira tersebut. penghormatan akan HAM, kesejahteraan,
Namun 3 orang diantaranya langsung dibunuh
perdamaian dan keadilan. Dalam era
di rumahnya. Sementara yang lainnya dibawa
globalisasi, romantisme kesamaan historis
paksa menuju Lubanh Buaya. Semua jenazah
jaman lalu tidak lagi merupakan pengikat
perwira TNI AD ditemukan selang beberapa
rasa kebersamaan yang kokoh.
hari kemudian.
Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai
Terdapat 6 perwira tinggi TNI
lebih kuat pengaruhnya daripada kesamaan
Angkatan Darat yang menjadi korban
latar kesejarahan. Karena itu, implementasi
meninggal dunia dalam tragedi G30S/PKI yaitu
nilai-nilai Pancasila, agar tetap aktual
Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor
menghadapi ancaman radikalisme harus
Jendral Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas
Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal lebih ditekankan pada penyampaian