Anda di halaman 1dari 8

Mata kuliah : Perspektif Biblis Politik Perjanjian Baru

Dosen pengampu : Pdt. Dr. May Linda Sari


Nama / NIM : Stephanus / 19.24.73

Radikalisme
1.1. Pendahuluan
Akhir-akhir ini isu radikalisme sering didengungkan di Indonesia. Dalam
konteks Indonesia, isu radikal yang sering didengungkan adalah didominasi oleh
radikalisme agama. Padahal istilah radikal tidak identik pada agama saja. KBBI
edisi yang keempat tidak pernah mengaitkan arti dari kata radikalisme dengan
agama, tetapi dengan politik.
1.2. Definisi Radikalisme
Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang
mendambakan perubahan atau pembaharuan tatanan sosial dan politik secara drastis
melalui kekerasan. KBBI edisi keempat mencatat radikalisme memiliki tiga arti,
yakni pertama paham atau aliran yang radikal dalam politik; kedua paham atau
aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan
cara kekerasan dan drastis; ketiga sikap ekstrem dalam aliran politik.1 Imbuhan
akhiran -isme membuat kata radikal terkunci pada suatu arti yang memang
berhubungan dengan suatu aliran. Radikalisme secara harafiah merupakan suatu
paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap
suatu sistem masyarakat sampai ke akar-akarnya.2 Radikal menginginkan adanya
perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan
masyarakat.
Kaum radikal identik dengan perilaku kekerasan yang merupakan respons
terhadap kegagalan atau tatanan sosio-politik yang ada. Kelompok radikal yang
melakukan kekerasan berupaya agar ideologi mereka menjadi satu-satunya

1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: KBBI Daring, 2016), diakses pada
tanggal 17 Maret 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/radikalisme
2
Nuria Reny Hariyati dan Hespi Septiana, Radikalisme: Dalam Perspektif Analisis Wacana
Kritis (Gresik: Graniti, 2019), 3, diakses pada tanggal 17 Maret 2023,
https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_MEMBACA_KRITIS_RADIKALISME_
DAL/WDoPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
alternatif yang dapat menggantikan tatanan yang ada. Kaum radikal menganggap
bahwa rencana-rencana yang digunakan adalah rencana yang paling ideal.3
1.2.1. Radikalisme Positif
Kata radikal bukan hanya bisa digunakan dalam konteks politis atau
sosiologis saja, namun secara progresif penggunaan kata ini dipakai banyak orang
dalam konteks yang lain, salah satunya konteks teologis yang maknanya bisa
menjadi bersifat positif-konstruktif.4 Salah satu definisi radikal adalah keras
menuntut perubahan. Dalam makna negatif, “keras” adalah tindakan yang
menggunakan kekerasan secara fisik, yaitu memaksakan perubahan. Namun dalam
konteks ideologi atau keyakinan, “keras” tidak harus dimaknai negatif yang
dituangkan dalam tindakan membabi buta dengan kekerasan.5 Saat Yesus hidup di
bumi, bangsanya mengalami penjajahan dan berjuang dengan keras untuk merdeka.
Namun, Yesus tidak berjuang secara fisik, justru Yesus secara radikal mati demi
kebenaran dan kasih-Nya kepada umat manusia.
1.3. Gerakan Radikalisme di Dunia
Dalam politik, radikal seringkali dilihat sebagai individu atau kelompok yang
mencerminkan pandangan kiri. Makna kiri ini berasal selama Revolusi Prancis
(1787-1789), di mana mereka yang paling menentang raja duduk di Majelis
Nasional di paling kiri, sedangkan mereka yang paling berkomitmen kepada raja di
paling kanan.6 Politik radikal menunjukkan maksud untuk mengubah atau
menggantikan prinsip-prinsip dasar masyarakat atau sistem politik.
Radikalisme muncul pada tahun 1797. Istilah radikalisme digunakan pertama
kali oleh Charles James Fox, negarawan Inggris, yang menginginkan suatu
reformasi radikal untuk membela kebebasan dan penghapusan perdagangan budak.
Gerakan yang dicetuskan tersebut terdiri dari hak pilih secara drastis ke titik hak

3
Nuria Reny Hariyati dan Hespi Septiana, Radikalisme…, 3.
4
Obed Krisnantyo Aji, Being Radical for Jesus (Yogyakarta: ANDI, 2016), 45, diakses pada
tanggal 20 Maret 2023,
https://www.google.co.id/books/edition/Being_Radical_For_Jesus/5KQ5EAAAQBAJ?hl=id&gbp
v=0
5
Ibid.
6
Goldia Erando Ginting, “Maraknya Radikalisme dan Separatisme di Berbagai Belahan Dunia
dan Peran Mahasiswa untuk Memberantasinya,” dalam Bunga Rampai: Isu-Isu Krusial Tentang
Radikalisme dan Separatisme (Klaten: Lakeisha, 2019), 473, diakses pada tanggal 20 Maret 2023,
https://www.google.co.id/books/edition/Bunga_Rampai_ISU_ISU_KRUSIAL_TENTANG_RAD/
rbZ9EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
pilih universal. Baru kemudian pengertian radikalisme mulai digunakan sebagai
istilah umum yang mencakup semua pihak yang mendukung gerakan reformasi
parlementer.7
Sekitar tahun 1848 di Prancis, penggunaan istilah radikal merujuk kepada
kaum republiken pendukung hak pilih universal. Kemudian ada juga istilah radikal
filosofis yang disebutkan oleh Merriam-Webster yang berkaitan erat dengan posisi
dan aspirasi kaum liberal di Inggris.8 Awalnya di sepanjang abad ke-19, para aktivis
anti perbudakan kerap dijuluki “radikal” oleh lawan-lawan aktivis mereka. Namun
pasca-Perang Dunia ke-2 di Amerika Serikat pada kurun waktu 1950-an, sebutan
“kanan radikal” tertuju kepada sayap konservatif Partai Republik yang sangat
antikiri.9 Pada awal abad ke-19, ada perubahan makna istilah radikal yang
dipengaruhi oleh ide-ide filosofis antroposentrisme. Pengaruh ini lekat dengan
kaum Marxis atau kelompok ideologi lain yang mendukung perubahan sosial dan
politik secara mendasar dan keras melalui revolusi.10
Azumardi Azra dikutip oleh Hafid, bahwa sejarah mencatat bahwa akar mula
lahirnya gerakan radikal di tanah air Indonesia terutama yang dikaitkan dengan
radikalisme agama mulai menggeliat pada pasca kemerdekaan Republik Indonesia
hingga pasca reformasi. Hal itu dimulai sejak Kartosuwirjo memimpin operasi
tahun 1950-an di bawah bendera Darul Islam (DI/TII) di Jawa Barat, menyusul di
Aceh dan Makassar. Dalam sejarahnya gerakan ini dapat digagalkan, tetapi
kemudian gerakan ini muncul kembali pada masa pemerintahan presiden Soeharto.
Setelah sejak jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dan masa-masa kebebasan,
sehingga dengan tidak langsung memfasilitasi beberapa kelompok radikal ini untuk
muncul lebih nyata, ditambah lagi dengan liputan media elektronik, sehingga
gerakan ini pada akhirnya lebih tampak.11

7
Goldia Erando Ginting, “Maraknya Radikalisme dan Separatisme di Berbagai Belahan Dunia
dan Peran Mahasiswa untuk Memberantasinya,”…, 473.
8
Tim Penyusun, “Istilah Radikal Harus Diganti?”, dalam Indonesia.go.id dipublikasikan pada
tanggal 7 November 2019, diakses pada tanggal 18 Maret 2023,
https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1344/istilah-radikal-harus-diganti?lang=1
9
Ibid.
10
Tim Penyusun, “Istilah Radikal Harus Diganti?”
11
Wahyudin Hafid, “GENEOLOGI RADIKALISME DI INDONESIA: Melacak Akar Sejarah
Gerakan Radikal,” Jurnal Al-Taffaquh 1, no 1 (Januari 2020): 38, diakses pada tanggal 17 Maret
2023, https://jurnal.fai.umi.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/37
Pada saat ini tumbuh kelompok radikal yang menggunakan agama Islam
seperti DI/NII, Ikhwanul Muslim (IM), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan
kelompok lainnya yang sering disebut radikal. Kelompok-kelompok baru ini
melakukan perjalanan ke berbagai kota demi mewujudkan cita-cita mendirikan
negara berdasarkan syariat Islam di Indonesia. Mereka melakukan jihad terlarang
dari bawah tanah dengan melakukan rekrutmen anggota serta melakukan aksi-aksi
di berbagai daerah melalui para kadernya sampai pada akhirnya mereka diketahui
oleh publik bahwa kelompok ini sudah masuk ke panggung politik.12
Keinginan untuk mendirikan negara Islam menjadi sesuatu yang logis karena
mayoritas penduduknya beragama Islam. Berkaca dari kasus radikalisme di
beberapa negara lainnya, di mana kelompok radikal yang berlandsakan agama
tumbuh subur di negara di mana agama tersebut menjadi mayoritas yang dipeluk
oleh penduduknya, maka tidaklah heran apabila di Indonesia sendiri yang mayoritas
penduduknya adalah beragama Islam mulai bermunculan kelompok-kelompok
radikal Islam yang menginginkan terjadinya perubahan mendasar di negara ini.
1.4. Menyikapi Radikalisme Berdasarkan Perspektif Perjanjian Baru
Radikalisme dalam agama Kristen muncul pada abad ke-16 , yakni melalui
adanya reformasi yang dilakukan oleh kelompok Protestan. Reformasi tersebut
melahirkan Gereja-gereja Protestan, sehingga perpecahan tersebut adalah awal
mula atau benih munculnya radikalisme dalam agama Kristen. Tokoh reformasi
tersebut adalah Martin Luther yang dianggap sebagai kaum radikalis oleh kelompok
Katolik. Luther dianggap mampu melakukan perubahan dalam struktur gereja baik
secara fisik maupun ajaran keagamaannya.13
Kitab Suci agama Yahudi (Perjanjian Lama) mempunyai pengaruh dalam
membentuk sudut pandang dan sikap kaum Kristiani terhadap penggunaan
kekerasan. Teks-teks yang mengandung unsur kekerasan tidak secara otomatis
membawa pada kekerasan kemanusiaan. Ada sejumlah faktor yang kompleks

12
Yunardi Kristian Zega, “RADIKALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB
DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN,” Jurnal Shanan 4, no 1 (Maret
2020): 10, diakses pada tanggal 18 Maret 2023,
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1765/1351
13
Djoys A. Rantung, “PERAN PAK DALAM GEREJA UNTUK MENANGKAL
RADIKALISME DAN FUNDAMENTALISME AGAMA DI KALANGAN GENERASI MUDA,”
Jurnal Shanan 2, no 1 (Maret 2018): 7, diakses pada tanggal 18 Maret 2023,
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1499/1190
antara ayat-ayat kekerasan dan aksi kekerasan itu sendiri.14 Berikut ini penulis
merangkum sejumlah teks Alkitab dari artikel jurnal yang menyalahgunakan nama
Yesus untuk menjustifikasi penggunaan kekerasan. Misalnya, Yohanes 3:16
menjelaskan bahwa Tuhan memberikan anak-Nya supaya manusia tidak dihukum
oleh-Nya. Aspek dalam keyakinan ini adalah Yesus mati untuk menyelamatkan
manusia dari kekerasan Tuhan.15 Selanjutnya adalah tentang Kerajaan Allah yang
Yesus ajarkan menggambarkan bentuk-bentuk penghakiman di mana Tuhan akan
menghukum orang-orang jahat (Mat. 11:20-24; 13:41-42; 25:41-46). Meskipun
Yesus tidak mengajarkan supaya murid-murid-Nya menggunakan kekerasan, tetapi
bahasa yang Yesus gunakan mengisyaratkan pemisahan yang ekstrem antara orang-
orang baik (pengikut-Nya) dengan orang-orang jahat (penolak-Nya).
Selanjutnya Yesus tidak biasa menyelubungi arti kata-kata-Nya. Terkadang
Yesus dengan sengaja membesar-besarkan agar maksud-Nya benar-benar jelas
seperti dalam narasi yang diasosiasikan Yesus dalam Matius 10:34-46 yang
menuliskan bahwa yesus datang bukan untuk membawa perdamaian, tetapi
membawa pedang.16 Kemudian di dalam Lukas 11:23 dan 9:50, Yesus mendorong
orang-orang untuk menentukan sikap dan degan demikian Yesus memisahkan
mereka – menjadi dua kelompok yang saling menentang. “Orang yang tidak
memihak aku, sesungguhnya melawan aku”, kata Yesus; kemudian Yesus berkata
kepada pengikut-Nya bahwa “orang yang tidak melawan kalian, berarti berpihak
kepada kalian.”17
1.5. Analisis dan Refleksi
Melihat realitas bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan
kelompok radikalisme banyak lahir dari paham radikal Islam yang menginginkan
terjadinya perubahan mendasar di negara ini, namun hal ini bukan berarti bahwa
kelompok radikal dari agama yang lain tidak ada di negara ini. Kelompok radikal

14
Yunardi Kristian Zega, “RADIKALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB
DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN”…, 14.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
R.T. France, Yesus Sang Radikal: Potret Manusia yang Disablibkan, terj. Jesus The Radical:
A Potrait of the Man They Crucifield, diterjemahkan oleh P.G. Katoppo (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), 13, diakses pada tanggal 20 Maret 2023,
https://books.google.co.id/books?id=sbqD2c9Wlt0C&pg=PA7&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=4#
v=onepage&q&f=true
dari agama lain tumbuh meskipun bukan dengan tujuan menggantikan ideologi
Pancasila dengan ajaran agamanya. Pada bagian ini kelompok radikal Kristen yang
muncul di Indonesia umumnya dibentuk untuk meresponi aksi kekerasan dari
kelompok radikal lainnya.18 Beberapa kelompok-kelompok radikal Kristen antara
lain: Pasukan Kelelawar Hitam atau Pasukan Merah, Laskar Kristus, Brigade
Manguni, Gereja-gereja Fundamentalis dan Evangelistik.19
Berkaca pada sejumlah paham radikal Islam yang menginginkan Indonesia
menjadi negara Islam dengan mengganti ideologi Pancasila, maka paham radikal
Kristen muncul sebagai bentuk reaksi dari adanya gerakan radikal Islam di
Indonesia. Perlu penulis jelaskan lagi bahwa radikalisme agama merupakan suatu
paham atau aliran yang melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan
ajaran agama. Dari beberapa kelompok radikal Kristen di Indonesia yang telah
disebutkan, salah satu tujuan mereka ialah karena ingin membela Kekristenan.
Contoh orang Kristen yang berani membela imannya adalah Rasul Paulus di
mana dalam kehidupannya Paulus berani memberikan pembelaan untuk
memberitakan Injil di ruang pengadilan (Kis. 24:10; 25:8, 16; 26:1; Flp 1:7).20
Tokoh lain adalah Petrus yang memberikan nasihat kepada setiap orang Kristen
untuk selalu siap sedia dalam memberikan pertanggungjawaban atas iman dan
kepercayaan mereka (1 Pet. 3:15-16). Melalui dua contoh tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa wajib bagi orang Kristen untuk membela iman dan
kepercayaannya.
Dalam rangka membela iman dan kepercayaan, maka sebagai orang Kristen
membela tidak harus dengan cara yang dapat menimbulkan kekerasan sebagaimana
paham radikalisme agama. Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus sangat menentang
segala bentuk kekerasan, pembalasan, maupun pemaksaan. Hal ini dapat dilihat
ketika Petrus melawan para tentara yang hendak menangkap Yesus, justru Petrus
mendapat teguran dari Yesus (Yoh. 18:10-11). Kemudian ketika Yesus tidak
diterima oleh orang Samaria untuk melintasi daerah mereka, murid-murid-Nya

18
Ibid.
19
Ibid., 10-13
20
J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2: Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007), 858, diakses pada tanggal 18 Maret 2023,
https://www.google.co.id/books/edition/Sejarah_Kerajaan_Allah_2_Pb/QLmJ9ek8iGgC?hl=id&g
bpv=0
marah dan ingin menghukum penduduk itu, namun Yesus justru menegor mereka
(Luk 9:53-55). Di saat orang Yahudi ingin melempar Yesus dengan batu, Yesus
berkata “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan
kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau
melempari Aku?” (TB 2 – Tahun 2023).
Yesus telah mengajarkan bagaimana semestinya bersikap dalam membela
iman dan kepercayaan. Bentuk pembelaan Yesus di sini adalah dengan cara rasional
sehingga membuka pemikiran orang-orang. Selain itu, dalam 1 Petrus 2:12
menjelaskan bahwa setiap orang Kristen merespons segala bentuk kejahatan dengan
kesalehan hidup. Sementara dalam Mazmur 11:5 dengan jelas dikatakan bahwa
Allah membenci orang yang mencintai kekerasan. Dalam hal ini penulis menilai
bahwa kelompok-kelompok radikal yang melakukan kekerasan dengan tujuan demi
kepentingan politik dan agama adalah cara yang salah.
Meskipun demikian, sikap radikal positif juga dibutuhkan oleh orang Kristen
masa kini. Hal terebut dapat diteladani dalam sikap Tuhan Yesus. Yesus sebagai
“mesias” tidak berjuang secara politis. Yesus tidak mengangkat senjata dan
memimpin bangsa Yahudi melawan penindasan romawi dengan cara militer. Yesus
adalah pemimpin yang berbeda dalam berpikir, berkata, dan bertindak.21 Semua
yang Yesus lakukan didasarkan pada kehendak Bapa dan firman-Nya (Perjanjian
Lama) serta mengenalkan sistem pemerintahan teokrasi. Sayangnya, rakyat Yahudi
kecewa kepada Yesus dan menjatuhkan hukuman mati.
Melalui kisah hidup Yesus, dengan demikian radikal merupakan suatu kondisi
dan sikap yang dapat diterapkan (dalam konteks teologis). Alasannya adalah karena
kekristenan ada untuk mengubah wajah dunia ini. Berkenaan dengan hal itu, gereja
juga bertujuan untuk mengubah kegelapan dunia dalam terang Tuhan. Jadi jelas
bahwa kekristenan juga “menuntut adanya perubahan” sesuai definisi radikal itu
sendiri. Dalam hal ini bukan berarti menuntut perubahan dengan kekerasan secara
fisik atau penganiayaan sebagaimana definisi radikal. Maksudnya adalah semangat
yang menyala untuk mengadakan perubahan melawan kekuatan kegelapan secara
rohani, bukan secara fisik. Musuh utama bukan orang-orang jahat atau tidak

21
Obed Krisnantyo Aji, Being Radical for Jesus…, 47.
percaya, melainkan roh-roh jahat, Iblis, dan sistem dunia yang melawan kebenaran
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai