PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN UNTUK UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH
METODE PENELITIAN
Oleh
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT sang Pemilik Alam
Semesta yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Berkat rahmat-Nya
lah peneliti mampu menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Konflik Internal Partai Politik Terhadap Tingkat Kepercayaan Mahasiswa Pada
Politisi (Studi Peran Politisi dalam Pengambilan Kebijakan Publik)”. Proposal
penelitian ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Administrasi Publik Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya yang dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Proses penulisan laporan penelitian ini peneliti dibantu oleh berbagai pihak, maka
dari itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.Abdul
Hakim, selaku Dosen Mata Kuliah Metode Penelitian Administrasi Publik, Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik serta saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
peneliti harapkan. Hal tersebut guna perbaikan laporan penelitian ini dan demi
perbaikan kualitas penelitian. Akhirnya tidak lupa peneliti memohon maaf apabila
di dalam laporan penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga
penelitian ini mampu memberikan manfaat dan mampu memiliki nilai tambah
kepada para pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
publik memegang peranan yang sangat penting dan pada dasarnya penyelenggaraan
administrasi publik tidak dapat terhindarkan dari ranah politik dan birokrasi. Ilmu
administrasi publik berasal dari kajian ilmu politik dimana ilmu administrasi publik
akan berjalan dan akan stabil apabila ada suatu kebijakan dari suatu proses politik.
2017) merupakan sebuah kegiatan dalam negara dimana pada dasarnya memiliki
peraturan umum sebagai pengatur kehidupan dimana politik juga tidak berarti bebas
dari kegiatan kerjasama dan suatu konflik. Politik merupakan segala hal yang
berkaitan segala bentuk aktivitas yang ada pada negara dimana menyakut suatu
(power) dan kewenangan (authority). Kekuatan dan kewenangan yang ada dalam
politik dan birokrasi ada bersumber warga negara sebagai manusia yang melakukan
1
2
menjelaskan bahwa politik merupakan sebuah formulasi dari suatu kebijakan yang
merupakan hak dari politisi yang dipilih dari pemilihan umum, sedangkan
mengimplementasikan kebijakan dengan efektif dan efisien dari hasil yang telah
seorang yang memiliki kewenangan dan hal terkait pembuatan kebijakan serta
Wilson merupakan seorang yang terpilih dari pemilihan umum. Politisi ini adalah
seseorang yang berasal dari parta partai politik. Hal ini juga dijelaskan oleh (Jafar,
n.d) yang mengatakan bahwa pada dasarnya politik merupakan suatu interaksi
manusia yang melibatkan partai politik yang memiliki kekuasaan dan menjalankan
kekuasaan atas hal yang lainnya. Sehingga demikian administrasi publik, politik
pemerintahan yang mana sangat berperan dalam pembuatan kebijakan publik dalam
Purwo dan Suharno (2012) mendefinisikan kebijakan publik yaitu apapun yang
menjadi pilihan pemerintah yang akan dilakukan maupun tidak dilakukan. Pada
penjelasan yang dikemukakan oleh Thomas R Dye ini menekankan bahwa adanya
suatu aktivitas tindakan yang dilakukan oleh pemerintah bukan hanya sebuah
2
3
keinginan pemerintah saja. Kebijakan publik pada dasarnya adalah segala bentuk
masyarakat dan negara pada umumnya. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah
para aktor politik, dimana keterlibat aktor politik tersebut berasal dari kewenangan,
jabatan, kedudukan aktor politik yaitu politisi yang diperoleh dari hasil pemilihan
umum atas pencalonan diri melalui partai politik ataupun keberadaan partai politik
pemerintahan di suatu negara. Pada dasarnya partai politik adalah aktor penting
pada suatu negara yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan negara,
sebuah negara dengan kekuasaan tertinggi berada dibawah tangan rakyat, dimana
kehendak dan kemauan rakyat. Sehingga dalam negara demokrasi perlu adanya
wadah atau lembaga yang memiliki peran sebagai penghubung antara masyarakat
dan pemerintah untuk menyampaikan aspirasinya. Hal ini sesuai dengan pengertian
partai politik yang dikemukakan oleh pendapat (Jafar, n.d) yang menjelaskan
bahwa sebuah partai politik adalah sebagai suatu bentuk dari sebuah keleluasaan
berserikat dimana hal tersebut sebagai bentuk dari karakteristik sistem demokrasi
dari para penggiat politik yang memiliki tujuan untuk berusaha memiliki kekuasaan
dalam negara maupun pemerintah dan untuk mendapatkan kepercayaan rakyat yang
partai politik yaitu sekelompok orang dimana telah terorganisasi dan memiliki
Nomor 31 Tahun 2002 Pasal 1 tentang Partai Politik, menjelaskan partai politik
sebagai lembaga politik yang dibuat oleh sekumpulan warga Indonesia atas dasar
pada kehendak dan cita-cita yang sama secara sukarela yang bertujuan untuk
umum”. Sehingga dapat kita simpulkan bahwasannya partai politik adalah lembaga
atau organisasi yang mempunyai anggota dimana anggota tersebut berasal dari
rakyat direkrut organisasi untuk melaksanakan suatu tujuan dalam mencapai cita-
dimana pada dasarnya fungsi partai politik sendiri adalah sebagai jembatan atau
dan Cahyadi, Robi, 2016) menjelaskan bahwa negara tidak akan memiliki
5
dalam masyarakat jika tidak ada yang disebut dengan partai politik. Selain itu
Ramlan Surbakti (2010) menganggap bahwa partai politik adalah sebagai wujud
dari negara yang modern, sehingga pada negara setiap negara memiliki partai
politik seperti pada negara yang komunis, negara demokrasi maupun negara maju.
Menurut Ramlan Surbakti (2010) fungsi dan peran dari suatu partai politik pada
setiap negara dapat berbeda-beda. Fungsi partai menurut Ramlan Surbakti (2010)
Adanya partai politik adalah karena sebuah gerakan sosial dari masyarakat
Indonesia partai politik hadir pada Tahun 1908 di Jakarta yaitu diprakarsai oleh
berdirinya sebuah organisasi pemuda yang disebut Boedi Oetomo (BO). yang
awalnya tidak mengarah pada organisasi politik namun organisasi ini menurut ahli
modern saat ini dan yang menjadi cikal bakal adanya sebuah lembaga atau
masa penjajahan Belanda yaitu Indische Partij yang didirikan pada Tahun 1912 dan
Hajar Dewantara Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. Setiabudi, yang memiliki cita-
jumlah partai politik dimana terus meningkat secara signifikan. Perubahan partai
politik yang dapat dikatakan besar pada masa pasca-Orde Baru dimana saat itu
jumlah ratusan dan beberapa diantaranya masuk dalam pemilihan umum. Tahun
1999 sebagai awal pemilu, partai politik yang ikut sebanyak 48 partai politik, lalu
pada periode berikutnya pada tahun 2004 terdapat sekitar 24 partai berpartisipasi
dalam pemilu (Romli, Lili, et.al, 2008). Hingga pada reformasi saat ini membawa
banyak perubahan pada adanya sistem multipartai dimana banyaknya pilihan partai
Pada tahun 2009 tercatat ada sebanyak 44 partai yang mengikuti pemilihan umum
penjelasan yang dikutip melalui Abraham (2019) pada pemilihan umum terakhir
tahun 2019 lalu juga banyak bermunculan partai-partai baru seperti Partai Idaman,
Partai Indonesia Kerja, Partai Beringin Karya, Partai Rakyat, Partai Pribumi, dan
Pada dasarnya partai politik adalah organisasi, dan jika berbicara mengenai
politik yang mengarah pada adanya sistem kepartaian dinilai menjadi salah satu
7
membuat sistem kepartaian menjadi kurang efektif dan kompatibel dengan sistem
lainnya yang banyak terjadi saat ini yaitu pada rendahnya pelembagaan internal
konflik dalam internal partai politik. Konflik menurut Killman dan Thomas
kondisi dimana adanya suatu ketidakcocokan antara nilai yang ada atau tujuan-
tujuan yang ingin dicapai baik yang berasal dalam diri individu maupun yang
(Wahyudi, 2015) konflik dalam lingkup organisasi merupakan suatu kondisi atau
situasi yang mana terdapat dua atau banyak orang dimana mereka tidak saling setuju
atas suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan dalam suatu organisasi dan
adanya atau timbulnya perasaan atau permusuhan satu dengan yang lainya. Konflik
pada partai politik seringkali terjadi akibat adanya faktor internal maupun eksternal.
Konflik internal partai politik dapat muncul karena berbagai perbedaan pada dari
karena partai politik tidak memiliki platform yang jelas sehingga mengakibatkan
tidak adanya ikatan ideologis diantara anggota partai politik, kedua faktor
kepemimpinan tunggal dan manajemen yang buruk dalam partai politik dimana
figure pemimpin menjadi sangat kuat sehingga dapat mematikan kaderisasi dalam
tubuh partai, ketiga, jika dipandang dari proses regenerasi dimana partai politik
gagal memunculkan tokoh baru maka dipandang bahwa partai gagal dalam
Zulkifli Hamid, dan Toto Pribadi (Sitompul, 2018) mengungkapkan bahwa konflik
dalam partai politik disebabkan oleh tiga hal yaitu perbedaan ideologi dari anggota,
diantaranya konflik partai PKB pada tahun 2005 terkait sengketa anggota partai
politik PKB antara Alwi Shihab melawan Muhaimin Iskandar di tingkat Kasasi.
Konflik ini berkaitan dengan pemecatan Alwi Shihab dari keanggotaan partai PKB
yang dianggap cacat hukum karena melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD/ART) dan tidak sesuai prosedur. Selain itu pada tahun 2002
partai PKB juga mengalami konflik terkait dualisme kepemimpinan antara PKB
Kuningan yang dipimpin Alwi Shihab dan PKB Batutulis yang dipimpin oleh
Matori Abd. Djalil, yang berakhir di pengadilan. Konflik yang terjadi pada tubuh
partai politik PKB tidak menjadi satu-satunya konflik yang terjadi pada partai
politik. Partai politik besar lainnya juga mengalami konflik serupa misalnya pada
Perjuangan (PDIP), namun konflik yang dialami partai-partai tersebut tidak sampai
berujung ke pengadilan seperti yang terjadi pada partai PKB. (Kamarudin, 2013)
pengadilan, namun konflik internal partai ini dapat mengakibatkan perpecahan pada
partai politik yang bersangkutan. Konflik partai yang membawa perpecahan pernah
terjadi sebelumnya yaitu pada partai politik PDIP, tokoh pendiri partai PDIP
(PNBK). Selain itu pada tahun 2014 konflik internal terjadi pada partai politik
Nasional Demokrat yang terkait pada pemilihan umum 2014. Konflik yang terjadi
pada Partai Nasdem ini merupakan konflik kepentingan dan kekuasaanlah yang
banyaknya kader partai yang tidak setuju terhadap hasil Kongres Partai Nasdem
pada 25-27 Januari 2013 yang menyatakan bahwa Surya Paloh sebagai Ketua
Umum Partai Nasdem. Konflik yang berujung pada perpecahan di tubuh partai
Nasional Demokrat atau Nasdem ditandai dengan keluarnya Ketua Dewan Pakar
Partai Nasdem, Hary Tanoe Soedibjo. Konflik ini juga mengakibatkan mundurnya
provinsi Indonesia, dan mundurnya Ketua Dewan Pembina atau Ormas partai
Nasdem yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X karena partai Nasdem telah menjadi
perebutan kekuasaan terjadi saat ini adalah konflik pada partai Demokrat. Konflik
internal partai demokrat ini ditandai dengan saling adanya klaim terkait
10
kepemimpinan hingga saling lapor. Ketua umum partai Demokrat terpilih Agus
terdapat Gerakan yang melibatkan lima orang, dimana empat orang merupakan
mantan kader partai Demokrat dan satu orang lainnya merupakan pejabat penting
pemerintahan, selain itu dijelaskan pula bahwa para elit tersebut akan
Demokrat. Elit politik yang terlibat salah satunya adalah Kepala Kantor Staf
Kepresidenan Staf (KSP), Moeldoko serta beberapa mantan kader Partai Demokrat
yang telah dipecat dan diduga pemecatan ilegal yang tidak sesuai AD/ART partai.
Pihak partai Demokrat melakukan beberapa upaya terkait akan adanya KLB yaitu
penyelenggaraan KLB pada 4 Maret 2021 kepada Menteri Koordinator Politik dan
Luar Biasa (KLB) dilakukan oleh beberapa elit politik yang terlibat pada 5 Maret
2021 di The Hill Hotel and Resort Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara pukul
15.00. Kongres ini diduga diprakarsai oleh mantan kader partai Demokrat yang
telah dipecat yaitu Darmizal. Kongres Luar Biasa (KLB) memberikan hasil
2021, pihak Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan 34 anggota DPD
11
pelanggaran AD/ART dalam pelaksanaan Konferensi Luar Biasa (KLB) pada tubuh
Senin 15 Maret 2021. Menurut Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo
akhirnya secara resmi menolak hasil Kongres Luar Biasa Partai Demokrat dengan
ketua umum Moeldoko. Penolakan hasil KLB yang dijelaskan oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly melalui konferensi pers
yang diserahkan oleh pihak KLB masing belum memenuhi kelengkapan dimana
harusnya kegiatan KLB dilakukan atas persetujuan DPD dan DPC, namun KLB
Deli Serdang ini tidak ada persetujuan tersebut. Sehingga pada akhirnya tidak
dipimpin oleh Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono sesuai dengan hasil
Konflik internal partai politik tidak terlepas dari para aktor dalam partai
politik itu sendiri. Politisi atau menurut Nimmo (1989) sebagaimana dijelaskan oleh
Maretha dan Driandipta (2014) merupakan orang yang memiliki cita-cita atau
diperoleh dari dipilih, ditunjuk atau pejabat karier dalam lembaga eksekutif,
legislatif atau yudikatif. Politisi atau elit politik memiliki pengaruh besar dalam
keberadaan partai politik. Partai politik memiliki peran dan andil cukup besar dalam
terjun dalam proses demokrasi terutama dalam pemilihan umum. Partai politik akan
bersaing satu sama lain dalam proses demokrasi untuk meraih kemenangan
sehingga para elit politik akan mendapatkan kursi mereka sebagai wakil rakyat
dalam pemerintahan. Sebagai wakil rakyat politisi atau elit politik itu sendiri
berperan dalam menampung segala aspirasi rakyat yang mana dijadikan sebagai
keinginan dan kepentingan masing-masing yang berbeda, bahkan tidak sejalan dan
bertentangan satu sama lain. Elit politik sebagai perumus kebijakan publik harus
selalu menjalankan tugas, fungsi dan perannya dalam mengajukan dan menetapkan
dalam tubuh partai dinilai bahwa politisi atau elit politik akan melakukan segala
memperdulikan peran dan fungsi mereka yang sebenarnya. Kudeta yang terjadi saat
ini pada partai Demokrat menimbulkan berbagai gejolak di tubuh partai itu sendiri
dan bahkan dalam perpolitikan negara. Berdasarkan pada hal tersebut dapat
diketahui elit politik atau politisi berusaha melakukan segar acara untuk
dimana mereka telah bertindak menyalahi aturan seperti AD/ART dalam partai
mereka. Hal ini seharusnya tidak terjadi pada elit politik. Elit politik harus bisa
apabila peran dan fungsi tidak mampu dijalankan dengan baik serta adanya berbagai
dalam interaksi sosial yang melibatkan keberadaan pihak lainnya yang pada
konsekuensi negatif ketika harapan yang dimiliki tidak dipenuhi oleh pihak yang
memiliki kepercayaan sehingga akan timbul adanya rasa dikhianati, kecewa, dan
sistem politik atau bagian dari sistem politik dan bagian dari sistem tersebut
(Akhrani et al., 2018) kepercayaan politik “merupakan pusat dari teori demokrasi
dimana hal tersebut mencerminkan evaluasi apakah otoritas politik dan lembaga
yang melakukan sesuai dengan harapan normatif yang dimiliki oleh publik”.
Kepercayaan politik pada dasarnya adalah penilaian masyarakat pada para politisi
atau elit politik serta partai politik itu sendiri yang berkaitan dengan bagaimana dan
sejauh mana politisi ataupun partai politik mampu atau menjalankan tugas dan
14
mereka. Kepercayaan merupakan hal yang sangat penting yang berkaitan dengan
masyarakat dan politik itu sendiri (Sahaar, 2014). Tanis dan Postnes sebagaimana
bertujuan untuk mendekatkan pada tujuan yang bersifat konstruktif antara satu
dengan lainnya. Kepercayaan terhadap politik jika tidak dapat dibangun dengan
baik maka akan memberikan dampak yang kurang baik bahkan negatif terhadap
proses pelaksanaan pemerintahan dalam suatu negara dimasa yang akan datang.
kepercayaan partai politik yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI)
pada tahun 2018 terdapat 75% masyarakat khawatir dan kurang percaya pada partai
politik (Dwi, Mardina, 2019). Pada tahun 2018 tingkat kepercayaan masyarakat
pada partai politik menurut hasil survei Charta Politika terdapat sebesar 45,8 persen
responden menyatakan bahwa partai politik merupakan lembaga yang tidak dapat
politik berdasarkan riset yang dilakukan oleh Indo Barometer Indonesia pada tahun
2020 yang melibatkan 1.200 responden dari 34 provinsi di Indonesia sebesar 49,1
persen (detik.com, 2020). Selain itu, tingkat kepercayaan masyarakat pada partai
politik menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia pada tahun 2021 terdapat
15
2021).
dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh (Haryanto & Rahmania,
terhadap Elit Politik” terdapat sepuluh besar faktor utama yang mempengaruhi
Pada Partai Politik menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap partai politik relatif
rendah dimana hal ini dilihat dari kecenderungan peningkatan masyarakat yang
tidak menggunakan hak pilih pada pemilihan kepala daerah di wilayah Surabaya,
dalam merubah tatanan sistem pemerintah negara menuju arah yang lebih baik.
merupakan bagian dari masyarakat atau warga negara. Mahasiswa adalah sebagai
yang lebih baik dan dalam reformasi di Indonesia. Berdasarkan kondisi empiris
16
sejarah Indonesia perubahan bangsa Indonesia mulai dari zaman sejarah hingga era
reformasi sekarang tidak terlepas dari peran mahasiswa yang berjuang untuk
kekuatan serta harapan masa depan bangsa Indonesia, khususnya dalam proses
(2019) bahwa mahasiswa sebagian besar juga memiliki pemahaman terkait peran
dan fungsi partai politik dan setuju bahwa partai politik dan politisi memegang
diwujudkan dalam bentuk aksi atau gerakan tertentu. Gerakan-gerakan atau aksi-
mahasiswa masih memiliki rasa kurang percaya kepada pemerintah dan para politisi
rakyat, karena banyaknya pelanggaran pada tubuh pemerintah dan politisi itu
sendiri.
politisi seperti khususnya pada mahasiswa ilmu sosial dan politik, mahasiswa ilmu
penjelasan diatas mengenai peran politisi dalam pembuatan kebijakan publik dan
konflik pada partai politik maka penelitian ini akan mengkaji pengaruh konflik
internal pada partai politik terhadap tingkat kepercayaan pada politisi yang diangkat
Kebijakan Publik)”.
publik?
kebijakan publik.
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
referensi ataupun acuan penulisan terkait penelitian sejenis. Penulisan ini juga
internal partai politik, konsep mengenai tingkat kepercayaan partai politik sebagai
2. Manfaat praktis
khususnya adalah para politisi dan partai politik untuk dapat meningkatkan
konflik yang ada pada tubuh partai politik serta meningkatkan kesadaran politisi
TINJAUAN PUSTAKA
Partai politik menjadi sebuah wadah proses demokrasi yang memiliki kewenangan
dan kedudukan dimana setiap anggota partai politik sebagai wakil masyarakat
merupakan sebuah kelompok yang teratur atau tersusun dimana setiap anggotanya
memiliki orientasi, nilai dan tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan suatu
posisi atau kekuasaan politik serta untuk merampas kedudukan atau posisi politik
ada.
dari gabungan berbagai kepentingan yang berasal dari masyarakat dan digunakan
20
21
umum yang dapat ditempuh melalui adanya pemilihan umum atau cari demokrasi
ahli politik diantaranya Carl J. Friedrich yang dikutip dalam Miriam Budiarjo
Partai politik menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
atau organisasi yang memiliki sifat nasionalisme dan didirikan oleh sekumpulan
atau sekelompok masyarakat Indonesia dengan sukarela dan atas dasar persamaan
merupakan suatu kelompok warga negara sedikit mau banyak yang terorganisir,
mereka. Pendapat Saltou juga berkaitan dengan pendapat Ichlasul Amal yang
22
dikutip dari () yang menyatakan bahwa partai politik merupakan suatu kelompok
dimakan akan dipilih oleh rakyat sehingga memiliki kekuasaan untuk mengontrol
Menurut (Jafar, n.d) partai politik muncul karena adanya gerakan sosial
dengan cita-cita bersama anggota kelompok. Adanya gerakan sosial tersebut para
(2010) menjelaskan bahwa asal-usul keberadaan partai politik dalam tiga teori yaitu
parlemen dan timbulnya partai politik, kedua, teori situasi historik yang melihat
timbulnya partai politik sebagai suatu upaya sistem politik untuk mengatasi krisis
yang ditimbulkan dengan adanya perubahan masyarakat secara luas. Ketiga, teori
pembangunan yang melihat partai sebagai produk modernisasi sosial dan ekonomi.
keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan politik dengan idealism ideologinya,
memunculkan partai politik baru dari anggota yang terpecah ataupun adanya
partai baru
Partai Politik Pasal 6 Tentang Partai Politik menjelaskan bahwa “partai politik
Fungsi utama partai politik dikemukakan oleh Ramlan Surbakti (2010) pada
dasarnya adalah sebagai sebuah sarana partai politik adalah mencari dan
berdasarkan ideologi tertentu. Selain fungsi utama partai politik diatas Ramlan
Surbakti (2010) juga menjelaskan fungsi lainnya yaitu rekrutmen politik, partisipasi
serta pendapat masyarakat serta menjadi pengatur dalam mewadahi aspirasi rakyat
sehingga tidak adanya pendapat rakyat yang tidak terakomodir. Pendapat dan
aspirasi rakyat akan mudah hilang begitu saja apabila tidak adanya wadah untuk
melakukan perumusan kebijakan atas usul yang ada kemudian dibuat dalam bentuk
program atau platform partai untuk diperjuangkan dan disampaikan melalui meja
policy).
segala rencana kebijakan dalam pemerintah sehingga arus komunikasi akan tercipta
dengan baik melalui dua arus yaitu top down ataupun button-up. Partai politik
25
sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat dan selain itu di dalamnya
pemerintah merupakan para elit politik yang harus mampu merespon dengan
dan ideologi sosial dengan lembaga pemerintah yang resmi serta yang berkaitan
deng aksi politik dalam masyarakat politik yang luas. Namun, dalam
informasi yang berkaitan dengan isu-isu yang timbul dan meresahkan pada
memperoleh sikap dan orientasi pada kejadian kejadian yang berhubungan dengan
terlaksana secara bertahap ketika mulai pada usia kanak-kanak hingga dewasa. Pada
dan Driandipta (2014) menjelaskan bahwa fungsi partai politik sebagai sosialisasi
politik dianggap sebagai suatu langkah dalam menciptakan citra bahwa partai
politik harus memperjuangkan kepentingan umum. Hal ini berkaitan dengan tujuan
26
partai politik dalam keterlibatannya dalam pemilu dimana partai memiliki tujuan
harus mampu menjalankan fungsi terkait sosialisasi politik ini sebagai bentuk upaya
kemampuan untuk berkontribusi dalam kegiatan politik dimana seseorang ini akan
partai politik selain itu sebagai sarana untuk meningkatkan minat generasi muda
dalam politik dan menjadi kader dan pemimpin masa depan (selection of
leadership).
Peran politik yang menjadi dasar dan penting adalah sebagai wadah
pengatur konflik. Partai politik sebagai bagian dari proses demokrasi dimana
dijelaskan kembali pada Undang – Undang No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
a. Sebagai pendidikan politik bagi para kadernya dan masyarakat sebagai upaya
untuk membentuk warga negara yang sadar tentang hak dan kewajiban dalam
b. Sebagai upaya untuk menciptakan suatu iklim yang kondusif dan sebagai upaya
kesejahteraan masyarakat.
konstitusional,
d. Sebagai proses partisipasi politik setiap warga negara dalam bentuk demokrasi
2.2. Konflik
antara dua kekuatan atau dua tokoh. Konflik menurut Nurdjana sebagaimana
dikutip oleh (Wahyudi, 2015) merupakan sebuah akibat dari keadaan yang mana
terdapat perbedaan antara kehendak dan keinginan antara satu dengan yang lainnya
merupakan sesuatu yang inheren dalam setiap masyarakat atau organisasi” (Romli,
perselisihan atau suatu keadaan dimana adanya ketidakcocokan antara dua belah
pihak atau lebih atas suatu hal tertentu yang dapat terjadi di masyarakat atau sebuah
organisasi.
proses hubungan sosialisasi oleh seorang atau sekelompok manusia yang bertujuan
pihak lawan melalui bentuk ancaman atau kekerasan. Pendapat Soerjono Soekanto
sejalan dengan pendapat Lili Romli (2017) yang menjelaskan bahwasanya konflik
yang terjadi dalam sebuah masyarakat dapat berupa bentuk kekerasan maupun non-
kekerasan.
merupakan sebuah perselisihan terkait nilai tertentu atau sebuah tuntutan yang
berkaitan dengan kekuasaan, status tertentu, sumber kekayaan dimana yang tersedia
tidak mencukupi, sehingga pihak yang berselisih tidak memiliki kemampuan untuk
lawan. Ramlan Surbakti (2010) dalam bukunya yang berjudul Memahami Ilmu
Konflik pada dasarnya adalah suatu tindakan yang terjadi karena adanya
perbedaan tersebut terjadi antara dua pihak atau lebih sehingga pihak-pihak tersebut
pihak tertentu sehingga kewenangan pihak lain menjadi berkurang. Sehingga dapat
tidak dapat dipungkiri sehingga bisa dianggap merupakan suatu yang sudah melekat
pada masyarakat. Terkait hal ini juga dijelaskan oleh Ramlan Surbakti (2010)
dimana dalam masyarakat dalam sebuah negara perlu adanya konflik karena adanya
konflik yang mengarah pada perbedaan adanya pendapat, aspirasi maupun ide dapat
perubahan dan kemajuan jika dikelola dengan mekanisme yang baik, sehingga
kewenangan, etnik, budaya dan kepemimpinan. Selain itu, koflik dapat timbul
Konflik terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan, terdapat beberapa
yang lainnya sehingga mengarah pada adanya pertentangan satu sama lain.
konflik terjadi karena adanya pihak yang terlibat konflik memiliki tujuan yang
berbeda satu sama lain atau dapat juga terjadi ketika memiliki tujuan yang sama
agama dan ideologi, hal ini dapat menimbulkan konflik antar lingkungan sosial
masyarakat satu dengan yang lainnya atas pola hidup mereka sehingga memicu
timbulnya konflik.
Setiap individu pasti memiliki kepribadian yang berbeda satu dengan yang
lainnya, kepribadian individu seseorang yang cenderung ingin menang atau ingin
mengusai terhadap suatu hal akan membuat orang tersebut melakukan segala cara
untuk menjatuhkan pihak lainnya, misalnya pada seseorang ingin memiliki jabatan
kebutuhan, dimana kebutuhan setiap orang berbeda satu dengan yang lainnya, serta
perilaku manusia untuk berkompetisi satu sama lain untuk mendapatkan kebutuhan
yang diinginkan, sehingga dari adanya persaingan dan jika kebutuhan tersebut
beda. Seseorang hidup bermasyarakat sebagian besar pasti mengikuti perasaan dan
emosinya dalam bersosial dan berinteraksi dengan orang lain, perasaan dan emosi
yang berlebihan terhadap menyikapi sesuatu akan mengarah ke sikap yang rasional
organisasi karena organisasi tidak terlepas dari politik. Konflik internal merupakan
konflik yang timbul pada tubuh partai politik yang berkaitan dengan segala aspek
32
internal. Menurut (jurnal wacana politik) konflik internal yang terjadi dalam sebuah
partai politik disebabkan oleh berbagai macam hal seperti tidak adanya peramaan
kehendak, tujuan, cita-cita ataupun karena anggota dalam partai politik tersebut
menurut (Romli, 2018) disebabkan oleh adanya kepentingan elit politik dalam
partai ketik dan biasanya terjadi ketika memilih koalisi dalam pencalonan presiden
atau untuk mendapatkan kekuasaan tertentu dalam pemerintah selain itu konflik
internal yang terjadi di partai politik pada era reformasi saat ini dikarenakan adanya
motif untuk memiliki kekuasan saja bukan karena adanya panggilan pada pribadi
(Romli, 2018) menjelaskan faksi merupakan sebuah kelompok yang ada di dalam
partai dimana anggotanya memiliki identitas dan tujuan yang sama untuk mencapai
mempengaruhi strategi dan kebijakan dalam partai, mengusulkan sebuah nilai baru
pada partai, David Hine yang sebagaimana dikutip oleh (Romli, 2018) menjelaskan
diakibatkan adanya dalam faksi tersebut terdapat pengaruh dari individu atau
kelompoknya daripada persamaan gagasan dalam partai. Selain itu adanya faktor
pilihan koalisi yang dapat mempengaruhi konflik internal partai, dimana menurut
lili romli koalisi merupakan sebuah kesepakatan yang berada dalam partai yang
bertujuan untuk membangun suatu pemerintahan, pilihan koalisi ini berakibat pada
33
terjadinya konflik partai karena pilihan koalisi dibangun didasarkan pada kehendak
2018)
Elite menurut Syafiie (2017) diartikan sebagai sekelompok orang yang ada
pada masyarakat yang memiliki kedudukan yang tinggi atau sekelompok orang
yang memiliki posisi atau terkemuka di dalam masyarakat atau bidang tertentu
(2008) elit disebut sebagai the ruling class atau suatu golongan yang memiliki
kekuasaan baik secara formal maupun non-formal pada suatu strata sosial tertentu
pada dasarnya bahwa elite juga merupakan produk dari masyarakat itu sendiri.
politik yaitu seseorang yang sebagai dasarnya adalah elit atau orang yang memiliki
kedudukan tertentu dalam sebuah lembaga yang ada dalam pemerintahan dimana
dengan posisi yang mereka miliki. Elit politik menurut S.P Varma sebagaimana
dikutip oleh Syafiie (2017) dibedakan menjadi dua bagian yaitu elit politik lokal
dan elit non-politik dimana elit politik lokal ini merupakan seseorang yang
proses pemilihan umum yang pada dasarnya mereka memiliki peran dan fungsi
34
Elit politik atau dapat disebut politisi memegang peran penting dalam
sistem politik dan pemerintahan di Indonesia. Dapat terlihat secara jelas bahwa
berjalannya sistem pemerintahan yang ada di suatu negara. Elit politik atau politisi
berasal dari kalangan masyarakat dimana mereka memiliki kekuasaan tersebut pada
dasarnya adalah sebagai wakil dari masyarakat karena mereka telah diberikan
masyarakat yang menjadi kader dari partai tertentu memiliki peran sebagai pelopor
perubahan dan harus mampu memberikan contoh kepada masyarakat lainnya dalam
berperilaku yang sesuai dengan aturan yang telah mereka buat sendiri.
Elit politik atau politisi menurut Wila Chandra (2002) merupakan pelopor
perubahan, dalam segala aspek pada masyarakat yaitu sebagai pelopor perubahan
terhadap perilaku tercela, dan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu para
pemerintahan. Peran ini sangat penting dipegang oleh para elit politik, dimana
sebagaimana dikutip oleh (Leo Agustino, 2003) merupakan suatu susunan perilaku
atau kegiatan yang yang berasal dari usulan seseorang, sekelompok orang atau
dan suatu kemungkinan dimana kebijakan yang diusulkan tersebut bertujuan untuk
Noeng Muhadjir yang sebagaimana dikutip dalam Rusdiani (2017) adalah suatu
masyarakat berdasarkan atas dasar keadilan dan kesejahteraan pada masyarakat itu
sendiri.
(Suwitri, 2014) menjelaskan kebijakan merupakan sebuah strategi atau taktik yang
3 (tiga) elemen seperti mengidentifikasikan tujuan yang ingin dicapai, taktik atau
strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan sebagai
36
penyedia suatu input untuk menuju langkah nyata dari suatu strategi dan taktik
tersebut.
nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah. Hal ini sejalan dengan pendapat James
E Anderson yang dikutip oleh Islamy (2009) yang mana mendefinisikan kebijakan
rangkaian yang memiliki tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
digunakan untuk proses pemilihan dan memilih suatu pilihan yang terpenting untuk
kebijakan tersebut harus terbebas dari pemaknaan kata politis (political) yang
dicirikan pada konsistensi dan berulang dari proses pembuatan dan proses
dapat kita ketahui bahwa kebijakan merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan rumusan suatu hal atau berhubungan dengan tindakan yang harus
dilakukan dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Kebijakan dapat hadir
37
berdasarkan suatu keadaan tertentu atau sebuah permasalahan tertentu yang ada
atau sekelompok orang yang memiliki kewenangan atau posisi tertentu dalam
Kebijakan publik berasal dari dua kata yaitu public policy, dimana kata
sesuatu tindakan yang dilakukan oleh pihak tertentu yaitu pihak yang berwenang
dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak lainnya yaitu publik atau masyarakat.
Kebijakan dijelaskan oleh Chief J.O Udoji (1981) yang sebagaimana dikutip oleh
(Abdoellah, Awan dan Rusfiana, Yudi., 2016) adalah sebuah tindakan yang
mengarah pada kesaksian dengan adanya tujuan yang timbul akibat permasalahan
tertentu atau suatu kelompok permasalah tertentu sang saling terkait untuk
sebagaimana dikutip oleh (Abdoellah, Awan dan Rusfiana, Yudi., 2016) kebijakan
publik merupakan “the authoritative allocation of values for the whole society”
yang kebijakan publik adalah sebagai sebuah proses pendistribusian nilai dengan
publik atau public policy adalah segala sesuatu yang dipilih oleh pihak pemerintah
dengan tujuan untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan “whatever government
menurut Thomas R Dye bahwa kebijakan tidak hanya persoalan yang akan
dilakukan oleh pemerintah tetapi terkait segala hal yang dilakukan ataupun tidak
dilakukan pemerintah terkait mengatasi atau dalam suatu persoalan tertentu dalam
sebuah negara.
public policy merupakan sekumpulan tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh pemerintah yang berdasar pada tujuan atau kepentingan tertentu pada suatu
tindakan pemerintah;
masyarakat
39
Kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu keputusan yang berasal dari
pihak yang memiliki kewenangan yang biasanya mengambil peran dalam hal ini
adalah pemerintah dan aktor pemerintah terkait. Kebijakan publik diambil oleh
bidang permasalahan yang terkait dan yang terjadi di masyarakat dimana kebijakan
guna mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih baik karena pemerintahlah yang
2.6. Kepercayaan
Kepercayaan menurut Ocampo dalam (Dwi,Mardina., 2019) merupakan
suatu fondasi pada setiap hubungan manusia dan proses interaksi konstitusional,
reliabilitas dan durabilitas pada pihak lain dalam proses hubungan atau relationship
dan dalam hal keyakinan terhadap suatu tindakan yang merupakan suatu
kepentingan yang baik sehingga akan menghasilkan hal yang positif untuk dapat
Donni Juni., 2017) dimana kepercayaan (trust) merupakan sebuah pondasi dalam
40
suatu hubungan, hubungan antara kedua belah pihak akan terjalin dan terjadi jika
antara masing-masing pihak saling mempercayai. Pihak lainnya tidak dapat begitu
dibangun dan dapat membuktikan. Sedangkan menurut Pavlov dalam Donni Juni
yang lainnya dimana akan melakukan suatu transaksi tertentu yang dilakukan
dengan suatu harapan dalam sebuah lingkungan yang tidak memiliki kepastian.
Menurut (Kanna, 2017) kepercayaan atau trust adalah suatu keyakinan dalam
dimiliki oleh seseorang terhadap orang lainnya dimana orang tersebut memiliki
harapan dan rasa yakin akan segala hal yang diperbuat oleh individu yang
dipercayai.
yang positif, adanya sikap mampu menerima resiko, adanya kenyamanan yang
dimiliki oleh orang tersebut dan adanya rasa kepuasaan yang diberikan pada
individu
41
individu dapat dipercaya oleh individu lainnya pasti memiliki sesuatu yang dapat
memberikan keyakinan pada individu lain atau sesuatu yang dapat mempengaruhi
beberapa aspek yang mempengaruhi kepercaayaan atau trust itu sendiri diantaranya
ability, benevolence, dan integrity. Ability atau kemampuan yang berkaitan dengan
dimiliki oleh seorang individu dimana aspek tersebut dapat memberikan pengaruh
pada bidang lainnya. Benevolence atau kebajikan merupakan aspek yang berkaitan
yang terbaik pada orang yang ingin dipercayai tanpa adanya motif keuntungan
pribadi atau egosentris. Integrity atau integritas berkaitan dengan bagaimana sifat
individu pada individu lainnya seperti kejujuran dapat dipercaya dan tidak
mengingkari janji.
positif pada sistem politik itu. Kepercayaan politik menurut (Hasbi Wahyudi et al.,
2013) merupakan sebuah pandangan orang terkait dengan hal-hal yang dihasilkan
oleh proses politik seperti pada politisi, institusi atau lembaga politik dan sistem
et.al., 2002) pada kepercayaan politik terdapat suatu keyakinan seseorang bahwa
42
Pendapat Hasbi dan Gamson ini memiliki keterkaitan bahwa pada dasarnya
kepercayaan politik merupakan sebuah keyakinan dan pandangan pada suatu hal
yang dilakukan atau tindakan sistem politik yang didalamnya termasuk pemerintah
merupakan sebuah orientasi masyarakat pada sistem politik atau sebagian sistem
tersebut yang bersifat evaluatif yang didasarkan pada suatu harapan yang bersifat
normatif. Menurut Miller dan Listhaug (1990) kepercayaan politik adalah sebuah
pusat dari teori demokrasi yang mencerminkan suatu kegiatan evaluasi yang
berkenaan dengan apakah otoritas politik dan lembaga dalam melakukan fungsinya
sesuai atau tidak dengan harapan dari publik yang bersifat normatif itu. Pendapat
politik itu sendiri dan mengarah pada upaya evaluatif terhadap sistem politik.
dimiliki oleh masyarakat pada politik yang didalamnya termasuk sistem politik
yang ada dalam sebuah negara, politisi sebagai aktor politik yang mewakili
tersebut mengarah pada adanya harapan yang positif terhadap elemen politik dalam
membuat masyarakat mendukung segala hal yang terjadi dalam proses politik. Hal
ini sejalan dengan pendapat Askvik (2011) yang dikutip oleh (Dwi, Mardina, 2019)
lembaga, maka individu akan mendukung setiap kebijakan yang dihasilkan oleh
lembaga tersebut.
diantaranya yaitu pertama adalah faktor institusi dimana faktor ini berkaitan dengan
kinerja lembaga politik termasuk pemerintah serta pada aspek ekonomi, dan yang
kedua adalah faktor budaya yang terdiri dari faktor psikologis dan sosiologis.
Berkaitan dengan faktor budaya dan sosiologis dijelaskan lebih lanjut oleh
Christensen dan Lagrid yang dikutip oleh (Wahyudi, 2013) bahwa budaya politik
yaitu kepercayaan terhadap para pejabat termasuk politisi dan pemerintah (trust
with politicians), kepercayaan terhadap lembaga atau institusi politik (trust with
institution) seperti lembaga legislatif yang meliputi DPR, DPRD dll, dan yang
terakhir merupakan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang ada dalam sebuah
Loeber salah satu dimensinya adalah kepercayaan terhadap politisi. Politisi sebagai
sebuah elemen penting dalam proses politik di sebuah negara karena politisi adalah
sumber daya manusia menjadi pelaku atau yang menjalankan seluruh dimensi
lainnya termasuk institusi dan sistem demokrasi. dimana tanpa adanya politisi
2.8. Mahasiswa
Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
sebuah sebutan pada mereka yang menuntut ilmu di jenjang perguruan tinggi, baik
dikutip oleh Abdus Sair (2016) mahasiswa merupakan dunia pelajar yang terdiri
tinggi atau akademisi dimana adanya etos yang dimiliki mahasiswa mengarahkan
pada adanya pola hubungan yang khas pada pemuda tersebut. Menurut Jayanti
sebagaimana dikutip oleh Mardina Dwi (2019) mahasiswa adalah seseorang yang
sekarang yang dapat diselesaikan dengan cara yang tersistematis dan untuk
memperoleh pencapaian pada suatu kreatifitas yang baru. Jayanti menjelaskan pula
Mahasiswa menurut memiliki sebuah sikap yang dapat menjadikan dirinya sebagai
agent of change dan agent of control. Pada peran mahasiswa sebagai agent of
changes dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kewajiban dan tugas untuk
menekankan pada aspek nilai, moral, rasa empati dan simpati terhadap rakyat dan
45
bangsanya, semangat untuk berpihak pada rakyat dan menjadi aktor penghubung
antara insan akademisi dan masyarakat itu sendiri. Sebagai agent of control peran
mahasiswa adalah keterlibatan secara aktif mahasiswa dalam upaya untuk menjaga,
memperbaiki dan mendorong peran nilai dan norma sosial agar terus ada dalam
masyarakat. Peran agent of control juga dapat dilihat pada upaya yang dilakukan
berkontribusi aktif dan berpartisipasi secara konvensional yang berbentuk ikut serta
dalam pemilu, diskusi politik, komunikasi pada politisi langsung maupun tidak
telah berlangsung dari masa penjajahan di Indonesia saat ini. Selain itu banyak
kepercayaan masyarakat pada partai politik dan terkait konflik internal partai
politik:
terhadap partai politik setelah adanya pemilihan umum. Penelitian ini dilakukan
dengan metode kuantitatif dan analisis deskriptif dimana teknik pengumpulan data
menggunakan teknik cluster random sampling yang dilakukan oleh sebanyak 209
rendah. Serta berdasarkan hasil pengukuran mean empiris diperoleh angka 70,33 dan
Tingkat kepercayaan politik yang didasarkan pada tiga aspek trust with
politician, trust with the institution, dan trust with democracy. Rendahnya tingkat
Penelitian yang dilakukan oleh Mery Anggraini dan Aidinil Zetra berjudul
yang bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kesadaran politik pada
pemerintah pada penelitian ini memiliki hubungan yang positif terhadap partisipasi
selain faktor kesadaran politik dan kepercayaan politik juga terdapat faktor lain
yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor status ekonomi dan sosial.
Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo terhadap partai Golkar. Penelitian ini dilakukan
rasional. Selain itu berdasarkan hasil wawancara para informan menjelaskan bahwa
di daerah mereka tidak ada kader partai, masih banyaknya masyarakat yang kurang
minat dan berpartisipasi pada pemilu, dan masih tidak ada kegiatan tentang program
Penelitian yang dilakukan oleh Hasbi Tantio Fernando, Azhari Ahmad, Ayu
Khairani, Fatimah, Ivan Muhammad Agung, Mirra Noor Milla yang berjudul Peran
Mahasiswa ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui atau membuktikan terkait
dilakukan pada mahasiswa Universitas Riau dengan jumlah sampel 307 sampel.
terhadap partisipasi politik mahasiswa itu sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi angka kepercayaan politik maka semakin tinggi pula partisipasi
mahasiswa dalam politik. Selain itu ditunjukkan bahwa kepuasan demokrasi tidak
49
Keterpercayaan Masyarakat terhadap Elit Politik ini dilakukan dengan tujuan untuk
politik pada Masyarakat Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif
dan dengan teknik analisis konten. Penelitian ini melibatkan 461 orang sebagai
sepuluh faktor yang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap elit politik
tegas. Selain itu terdapat faktor yang membuat tingkat kepercayan pada elit politik
yang mana ditekankan pada sikap yang erat terhadap nilai norma dan motif yang
baik.
atas, maka disajikan matriks penelitian empiris terdahulu pada Tabel 2.1 sebagai
berikut:
50
Persamaan dan
No Peneliti Metode Hasil Temuan
Perbedaan
1. Mardina Dwi Kualitatif dan Penelitian Persamaan:
(2019) teknik analisis dilakukan pada Mengkaji mengenai
deskriptif yang Mahasiswa tingkat kepercayaan
menjelaskan Universitas Negeri
“Kepercayaa mahasiswa terhadap
tingkat Semarang tentang partai politik
n Mahasiswa
kepercayaan tingkat kepercayaan
UNNES
mahasiswa mahasiswa terhadap
Terhadap Perbedaan:
terhadap partai partai politik.
Partai Politik Desain penelitian
politik. Penelitian
Setelah kualitatif yang hanya
dilakukan dengan
Pemilihan mendeskripsikan
responden sebanyak
Umum 2019” bagaimana tingkat
209 mahasiswa
dimana kepercayaan
menghasilkan mahasiswa pada partai
bahwa tingkat politik, belum mengkaji
kepercayaan partai adakah keterkaitan
politik mahasiswa faktor yang
terbilang sedang mempengaruhi tingkat
dan cenderung kepercayaan pada
rendah, namun jika partai politik
dilihat dengan
kategorisasi tingkat
kepercayaan
mahasiswa terhadap
partai politik
cenderung sedang.
2. Mery Metode Penelitian ini Persamaan:
Anggraini, penelitian yang dilakukan pada Mengkaji mengenai
dkk (2018) digunakan masyarakat pengaruh kepercayaan
adalah metode Kabupaten masyarakat terhadap
explanatory Dharmasraya yang
“Pengaruh politik
research menguji tentang
Kesadaran
dimana pengaruh kesadaran
Dan Perbedaan:
menggunakan dan kepercayaan
Kepercayaan Desain penelitian
teknik analisis politik terhadap
Politik explanatory research
Kendall Tau partisipasi
Terhadap dimana melihat
masyarakat. Hasil
Partisipasi hubungan dari
penelitian ini
Politik kesadaran dan
adalah kesadaran
Masyarakat kepercayaan terhadap
politik dan
Dharmasraya partisipasi politik.
kepercayaan politik
Pada Pilkada Sedangkan pada
terhadap sistem
2015” penelitian yang akan
51
empiris dapat disususn kerangka konseptual dalam penelitian ini, sebagai berikut:
53
Hipotesis penelitian
METODE PENELITIAN
hubungan antar dua atau beberapa variabel. Ciri dari penelitian korelasi dapat
dilihat dari penelitian tersebut tidak menuntut banyak subjek penelitian. Menurut
Nikolaus (2019) data - data yang diperoleh dari populasi tentang variabel dalam
penelitian korelasional tertentu disajikan dalam bentuk angka kemudian diolah dan
dianalisis untuk melihat apakah ada hubungan antara satu variabel terkait dengan
variabel lainnya. Hasil ini kemudian digunakan untuk membuat prediksi pada suatu
populasi dari lokasi sampel diambil. Jenis penelitian ini dipilih sebab peneliti ingin
tabel dan grafik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang sifat dan hubungan antar fenomena yang
Indonesia dan salah satu kampus favorit di Indonesia. Selain itu Universitas
sosial dan politik, jurusan ilmu pemerintahan dan jurusan ilmu administrasi yang
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2017) adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
variabel dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, sebagai berikut:
56
Keadilan, 1. Adanya
ketidakadilan antar
anggota
2. Rasa iri pada
anggota lain
Kekuasaan, 1. Ingin memperoleh
jabatan yang leih
tinggi
2. Kekuasaan individu
atau kelompok
mendominasi
Kewenangan, 1. Tumpang tindih
kewenangan
2. Adanya
penyalahgunaan
kewenangan pada
tugas dan fungsi
Etnik, budaya 1. etnik dan budaya
organisasi kurang
sesuai
2. etnik dan budaya
individu pada
organisasi
Kepemimpinan 1. Adanya
kepemimpinan
otoriter
2. Kurangnya proses
kepemimpinan
Keperca Kepercayaa Kepercayaa Ability, 1. Kurangnya
yaan n n (Y) pemahaman
pengetahuan tentang
peran dan fungsi
2. Kurangnya
keterampilan dan
kompetensi
3. Kurangnya
kemampuan pada
politisi
4. Kurangnya
pengalaman politisi
Benevolence, 1. Tidak adanya rasa
empati pada anggota
lainnya
2. Memiliki keinginan
yang kuat dari
individu politisi untuk
58
memperoleh hal
tertentu.
3. Tidak memiliki
keyakinan dan daya
terima
Integrity 1. Tidak memiliki rasa
kesetiaan antar
anggota
2. Terlalu bersikap
terus terang
3. Selalu ingin
memenuhi kemauan
diri dan kelompok
4. Kurang memiliki
keandalan dalam
menyikapi sesuatu
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Fenomena sosial yang dimaksud dalam penelitian ini telah
ditetapkan peneliti dalam variabel penelitian. Pengukuran data dengan Skala Likert
indikator tersebut dijadikan sebagai tolok ukur untuk menyusun item instrumen
kepada responden.
Menurut Ulber Silalahi (2012) Skala Likert sebagai teknik penilaian skala
yang banyak digunakan utamanya untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi
seseorang tentang dirinya atau kelompoknya orang yang berhubungan dengan suatu
59
hal. Skala ini sering disebut sebagai summated scale yang berisi sejumlah
pernyataan dengan kategori respons. Pengukuran Skala Likert dalam penelitian ini
akan dikategorikan ke dalam empat kategori dari setiap nilai variabel penelitian
melalui jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan dan setiap jawaban akan
1. Sangat Setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak Setuju 2
apabila seorang peneliti ingin melakukan penelitian semua elemen yang ada dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Universitas Brawijaya dengan
jenjang Sarjana tahun 2019 pada jurusan politik, ilmu pemerintahan, ilmu hukum
dan ilmu administrasi publik yang mana pada dasarnya mahasiswa pada jurusan
tersebut memiliki dasar keilmuan terkait sistem pemerintahan, sistem politik dan
3.5.2 Sampel
yang diteliti. Jika peneliti hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka
pengertian sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur ataupun anggota dari populasi
peneliti memiliki kriteria responden dalam penelitian yaitu mahasiswa aktif tahun
61
2019 jenjang Sarjana di Universitas Brawijaya yang tegolong dalam jurusan ilmu
Dimana:
n = besaran sampel
N = besaran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)
n= 6.015
1+(6.015x 0,052)
n= 6.015
1+(6.015x 0,052)
n= 6.015
1+ 15,0375
n= 6.015
16,0375
n= 375,07015027748
pada margin of error 5% maka akan diperoleh sampel penelitian sebanyak 375
sampel.
62
Teknik pengumpulan data menurut Riduwan (2010) adalah teknik atau cara-
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik
data dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
akan dikaji dan yang terjadi melalui jawaban dari para responden.
analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik
dan peringkasan informasi dari data numerik ke bentuk lain yang dapat
keseluruhan sesuai dengan hasil data yang ada. Selain itu tujuan teknik analisis
analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
akan diberlakukan untuk populasi yang jelas dan teknik pengambilan sampel
menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan pada satu atau
hubungan ataupun pengaruh antara dua variabel atau lebih dalam penelitian.
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu konflik, variabel
adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data
yang dapat dilaporkan oleh penelitian”. Berdasarkan pengertian tersebut data yang
valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Proses mencari
64
validitas sebab item, dapat dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan
dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan yang
Adapun syarat dalam uji validitas yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017)
b. Jika koefisien korelasi r < 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
ini dalam mencari nilai korelasi peneliti menggunakan rumus Pearson Product
Teknik perhitungan tersebut jika koefisien korelasi lebih besar daripada atau
sama dengan nilai ketetapan 0.3 maka instrumen penelitian tersebut memiliki
derajat ketepatan dalam mengukur variabel penelitian dan layak digunakan dalam
pengujian hipotesis penelitian. Tetapi, jika koefisien korelasi lebih kecil dari nilai
ketetapan 0.3 maka instrumen penelitian tersebut tidak akan diikutsertakan dalam
variabel. Tabel diatas merupakan hasil uji validitas instrumen penelitian. Data hasil
uji validitas Corrected Item-Total Correlation dan rtabel didapatkan melalui sistem
software SPSS 25. Seluruh pernyataan dinyatakan valid apabila hasil uji Corrected
Item-Total Correlation rhitung memiliki nilai ≥ 0,3. Berdasarkan hasil pengujian dari
65
Corrected Item-Total Correlation rhitung adalah lebih besar dari 0,3 maka dapat
hasil penelitian yang valid dan reliabel serta digunakan untuk mengukur berkali-
kali untuk menghasilkan data yang sama (konsistensi). Uji reliabilitas dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Cara melihat
Cronbach Alpha (α) yang dilakukan dengan bantuan komputer melalui software
SPSS. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari
𝑘. 𝑟
𝐴=
1 + (𝑘 − 1). 𝑟
Keterangan:
A = Koefisien reliabilitas
1 = Bilangan konstanta
Penelitian ini dilakukan secara teratur dan sistematis dengan adanya rencana
proses penelitian yang disusun dalam sebuah jadwal penelitian. Adapun susunan
dari proses perencanaan ini terkait pelaksanaan waktu penelitian yang telah disusun
sebagai berikut:
66
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2. Bimbingan dan
konsultasi proposal
3. Seminar proposal
4. Pembuatan dan
penyebaran quesioner
5. Menyusun dan analisi
data
6. Penyusunan laporan
penelitian
67
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, N. R. (2013). Konflik Internal Partai Nasdem ( Studi Tentang Dpw Partai
Nasdem Sulawesi Selatan ) Program Studi Ilmu Politik.
Agung, Bintoro (2018). Survei LIPI: Demokrasi Kian Dipercaya, Parpol Makin
Dijauhi. Diakses melalui
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180720025810-32-
315566/survei-lipi-demokrasi-kian-dipercaya-parpol-makin-dijauhi
pada 20 Maret 2021
Akhrani, L. A., Imansari, F., & Faizah, F. (2018). Kepercayaan Politik dan
Partisipasi Politik Pemilih Pemula. Mediapsi, 4(1), 1–6.
Alamsyah. 2003. Politik dan Birokrasi Reposisi Peran Birokrasi Publik dalam
Proses Politik Lokal. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. FISIP,
Universitas Lampung
Anderson, James E. 1970. Public Policy Making. New York: Reinhart and
Wiston.
Amal, Ichlasul, 1988, Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Penerbit Tiara Wacana,
Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Askvik, S., Jamil, I and Tek Nath Dhakal. T.K (2011).Citizens' trust in public and
political institutions in Nepal. International Political Science Review.
(32), 17
Detik.com. (2013). Survei LSI: 52 % Publik Nilai Elite Politik Tak Bisa Jadi
Teladan. Diakses melalui
https://www.google.com/search?q=tingkat+kepercayaan+masyarakat+t
erhadap+politisi+DETIK.COM& pada Maret 2021
68
Diana, Yunicha dan Kuniawan, Robi Cahyadi. (2016). Konflik Internal Partai
Nasdem dan Pemilihan Legislati 2014. Jurnal Wacana Politik 1 (1). 10-
17
Donni Junni Priansa. (2017). Perilaku Konsumen dalam Bisnis Kontemporer.
Bandung: Alfabeta
Dwi, Mardina. (2019). Kepercayaan Mahasiswa Unnes Terhadap Partai Politik
Setelah Pemilihan Umum. Skripsi Jurusan Prsikologi Universitas
Negeri Semarang.
Hasbi Wahyudi, Tantio Fernando, Azhari Ahmad, Ayu Khairani, Fatimah, Ivan
Muhammad Agung, & Mirra Noor Milla. (2013). Peran Kepercayaan
politik dan Kepuasan Demokrasi terhadap Partisipasi Politik
Mahasiswa. Jurnal Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau,
9(Desember), 94–99.
Haryanto, H. C., & Rahmania, T. (2015). Bagaimanakah Persepsi Keterpercayaan
Masyarakat terhadap Elit Politik? Jurnal Psikologi, 42(3), 243.
Jafar, Mohammad. n.d,. Peranan Politik Dalam Demokrasi di Indonesia. Banten:
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi.
Jatmiko, Ageng Purwo and Suharno, Suharno (2012) Kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Purworejo Dalam Pelestarian Benda Cagar Budaya
Sebagai Kearifan Lokal. S1 thesis, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kamarudin. (2013). Konflik Internal Partai Politik : Studi Kasus Partai
Kebangkitan Bangsa Intra-Party Conflict : Jurnal Penelitian Politik,
10(1), 29–39.
Kanna, M. S. (2017). Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Partai Golkar
Di Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo. Skripsi.
Leo Agustino. (2003). Analisis Kebijakan Pembangunan Di Desa Suligi Kecamatan
Pendalian Iv Koto Kabupaten Rokan Hulu. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 287. h
Loeber, L. (n.d.). Political trust and trust in the election process.
Maharani, Asri Diah.2010. Analisis Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan
Pelanggan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Bank Mega
Semarang. Vol. 2 No.1. Universitas Diponegoro: Semarang,
Maretha Fitriasih, Driandipta Buana (2014) Peran Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP)Dalam Memperjuangkan Proses Pemekaran
Wilayah Di Kabupaten Cilacap. S1 thesis, UNY.
Meyer, T. (2012). Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi : Sembilan
69
Romli, L. (2018). Koalisi dan Konflik Internal Partai Politik pada Era Reformasi.
Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri Dan Hubungan
Internasional, 8(2), 95–118.
Santosa, Edi dan Budiati, Lilin (n.d). Ruang Lingkup Manajemen Konflik. Modul
1. 1-39
Sitompul, C. (2018). Konflik Internal Partai Sebagai Salah Satu Penyebab
Kompleksitas Sistem Multipartai di Indonesia. Journal Legislasi
Indonesia, 5(1), 102–129.
Soerjono Soekanto. (1995).Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Graha Grafindo
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
—. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
—. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suwitri, S. (2014). Konsep Dasar Kebijakan Publik MODUL 1. Analisis Kebijakan
Publik, 2, 1–51.
Surbakti, Ramlan (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Syafi'ie, Mohammad (2017) Peran elite politik dalam pemekaran wilayah di
Kabupaten Sumenep. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik
Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No 2 Tahun 2008 Tentang Partai politik
70