Anda di halaman 1dari 11

NAMA : RONAULI NAPITUPULU

KELOMPOK : 11
ASISTEN : YUNSI NOSA KEGGY PURWANTO
Atribut/ Banggai Sid Belid Teripa Ikan Terub Catace Pa Tot
Spesies cardinal at a ng Endem uk an ri al
fish ik
(Pterapog Opudi
an
Kaurdeni)
Telur/anakan 0 1 1 0 1 1 0 0 4
sedikit
Komersial 0 0 1 1 0 0 0 1 3
dengan harga
mahal
Reproduksi 0 1 1 0 1 1 1 0 5
lama
Dewasa 1 0 0 1 0 0 0 1 3
Kelamin
Penyebaran 0 1 1 0 0 1 0 0 3
terbatas
Mudah 0 0 1 1 0 0 1 0 3
ditangkap
Tradisi 1 0 1 0 0 1 1 1 5
Ditangkap 1 1 0 1 1 1 1 0 6
disemua
ukuran
Total 3 4 6 4 3 5 4 3

Keterangan: Ketentuan:
Spesies dengan nilai atribut tertinggi 1 berarti “IYA” atau sesuai
Spesies dengan nilai atribut terendah 0 berarti “TIDAK” / tidak sesuai
Atribut dengan nilai tertinggi
Atribut dengan nilai terendah

Spesies:
1. Banggai Cardinal Fish 6. Terubuk
(Pterapogan kaurdeni) 7. Catacean
2. Sidat 8. Pari
3. Belida
4. Teripang
5. Ikan Endemik Opudi
KESIMPULAN

a. Spesies Dengan Nilai Atribut Tertinggi


Menurut Purba et al., 2017, ikan belida merupakan anggota Famili
Notopteridae. Wilayah penyebaran ikan belida di Indonesia meliputi
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Ikan ini sangat digemari karena memiliki
rasa daging yang lezat dan khas terutama karena kandungan lemaknya
yang tinggi, juga kandungan protein dan vitamin A yang tinggi, hal ini
menempatkan ikan belida sebagai makanan yang eksklusif dengan harga
yang relative mahal (harga per kg ikan belida > Rp.60.000). Ikan belida
merupakan salah satu komoditas ikan ekonomis penting, karena ikan ini
banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias, sehingga
banyak diburu oleh masyarakat. Spesies ikan belida telah disadari
memiliki arti penting sebagai sumber makanan bagi manusia.
Belida adalah ikan yang cenderung aktif pada malam hari dan mulai
berburu mangsa pada sore hari. Ikan ini menyukai area sungai yang
gelap, seperti dibawah bebatuan, semak atau pepohonan. Belida
termasuk ikan dalam genus Notopterus atau ikan dengan bagian
punggung menyerupai pisau pipih dan tajam. Belida merupakan ikan air
tawar dengan sirip punggungnya seperti pisau yang meninggi, sementara
bagian perutnya tampak pipih dan melebar. Ikan belida termasuk
kelompok ikan karnivora yang memangsa ikan lain yang ukurannya lebih
kecil. Selain itu, Populasi belida saat ini kian menurun. Faktor utamanya
adalah karena nilai ekonomi ikan ini sehingga banyak diburu. Selain itu,
bentuk uniknya yang pipih sangat menarik minat kolektor ikan hias.
Penyebab utama penurunan populasi tersebut adalah karena penangkap
secara berlebihan. Hal lain yang turut bertanggung jawab adalah kondisi
ekologis habitat sehingga mengancam kelestarian belida.
b. Spesies Dengan Nilai Atribut Terendah
Menurut Ndobe et al., 2013, Banggai cardinalfish (Pterapogon
kauderni) yang sering disingkat BCF atau capungan Banggai merupakan
ikan laut endemik di perairan Banggai Kepulauan dan sekitarnya yang
ditangkap dalam jumlah besar untuk diperdagangkan sebagai ikan hias.
Kelestarian spesies endemik tersebut menjadi isu internasional dan pada
tahun 2007 diusulkan pada CITES oleh Amerika Serikat dan didaftarkan
sebagai Endangered pada Red List IUCN. Status terdaftar pada CITES
ditangguhkan, namun Indonesia berkomitmen untuk menjamin kelestarian
Banggai cardinalfish dengan pola sustainable ornamental fishery.
Rencana Aksi Banggai Cardinalfish multistakeholder (2007-2012) dan
beberapa inisiatif lain bertujuan mewujudkan tujuan tersebut antara lain
penetapan status jenis lindung terbatas, namun upaya yang diinisiasi
pada tahun 2011 tersebut gagal. Berdasarkan data kajian 2011-2012,
banyak perubahan positif dalam perikanan BCF, dan jika daya dukung
alam (stok dan ekosistem) masih seperti pada awal tahun 2000-an tingkat
pemanfaatan resmi seharusnya sustainable. Hasil kajian menggunakan
FISAT II bahwa tingkat pemanfaatan (0,5) tergolong tinggi, dan
merupakan indikasi bahwa tingkat pemanfaatan telah pada atau melebihi
batas maksimal lestari. Hasil survey/monitoring menunjukkan bahwa
populasi endemik tidak pada kondisi steady state dan menunjukkan
penurunan tajam dalam dekade terakhir Terindikasi kuat bahwa
penyebab utama penurunan tersebut adalah degradasi habitat, antara
lain akibat pemanfaatan lebih mikrohabitat (bulu babi dan anemon laut).
Tanpa solusi efektif untuk melestarikan ekosistem pendukung, P.
kauderni akan semakin terancam punah, dengan atau tanpa adanya
penangkapan. Kasus BCF menunjukkan pentingya pendekatan
ecosystem-based approach terhadap kebijakan dan manajemen
perikanan tangkap.
Ikan Banggai Cardinal Fish adalah ikan hias asli Indonesia dan
hanya ditemukan di perairan Kab. Banggai, Sulawesi Tengah. Karena
keunikan dan keendemikan yang dimilikinya, ikan ini memiliki nilai
ekonomis yang sangat tinggi. Banggai Cardinal Fish hidup bersimbiosis
dengan bulu babi (Diadema setosum) yang umumnya terdapat di perairan
pantai. Simbiosis dilakukan dengan cara mengupayakan agar garis hitam
pekat pada tubuh mereka membaur membentuk garis lurus dengan salah
satu duri bulu babi yang bertujuan untuk penyamaran dan perlindungan
dari serangan predator. Selain bulu babi, ikan ini juga memiliki tempat
perlindungan lain yaitu anemon laut dengan cara memanfaatkan tubuh
mereka yang kecil agar dapat menyelinap diantara helaian anemon laut.
Daerah penyebaran Banggai Cardinal Fish sangat terbatas dan pada
awalnya hanya ditemukan di wilayah Sulawesi Tengah bagian Timur,
tepatnya di Kepulauan Banggai, karena itu spesies ini termasuk endemik.
c. Atribut Dengan Nilai Tertinggi
Menurut Krismono dan Masayu.R.A., 2012, Ikan sidat
dengan berbagai ukuran antara 14-142 cm ditemukan di Muara
Poso sedangkan di lokasi lainnya panjang ika sidat yang
tertangkap rata-rata lebih besar dari 31 cm. Selama penelitian,
hasil tangkapan ikan sidat di Muara Sungai Poso jauh lebih tinggi
dibandingkan lokasi lainnya. Kondisi ini menunjukkan intensitas
penangkapan ikan sidat di Muara Sungai Poso cukup tinggi. Dari
pengamatan di lapangan, tampak bahwa penangkapan ikan sidat
di Muara Sungai Poso hamper dilakukan setiap malam. Rata-
rata ikan sidat yang tertangkap di Muara Poso masih dalam fase
yellow eel (6-50 cm) dengan total tangkapan 49 ekor dari 83 ekor
ikan yang tertangkap (59% dari jumlah ikan tertangkap),
sedangkan ikan sidat yang tertangkap di Tentena lebih banyak
dalam fase silver eel (lebih besar dari 50 cm) dengan total 52
ekor (98% dari jumlah ikan tertangkap). Ikan sidat yang
tertangkap paling banyak berukuran 31-45 cm atau masih dalam
fase yellow eel. Danau Poso dan alat tangkap ini menangkap
ikan sidat yang berukuran lebih besar dari 50 cm atau berada
dalam fase silver eel.
Data atribut dengan nilai tertinggi terdapat pada data
tangkapan di semua jenis ukuran ikan. Dengan sampel ikan sidat
yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap bubu, pancing,
sero dan wayamassapi yang didapat dari data enumerator di Muara,
Sungai Poso (Pandiri dan Sulewana) serta Danau Poso (Tentena).
Ikan sidat diukur panjang dan beratnya untuk dianalisis menurut
lokasi, jenis alat tangkap dan waktu penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ikan sidat tertangkap setiap bulan dengan
puncaknya terjadi pada Juli dan Agustus. Ikan ini tertangkap pada
berbagai ukuran dari Muara Sungai Poso, Sungai Poso dan sampai
Danau Poso. Dari data yang dikumpulkan bahwa ikan isdat ditangkap
dari ukuran jenis yellow ell hingga ukuran silver ell.
d. Atribut Dengan Nilai Terendah
Menurut Hasannah.U., dkk. 2012. Teripang memiliki potensi
ekonomi yang cukup tinggi dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai bahan makanan dengan kandungan gizi yang cukup tinggi.
Sehingga permintaan pasar internasional akan teripang semakin tinggi
disamping ikan dan udang. Permasalahan sumberdaya teripang saat ini
adalah terjadinya eksploitasi berlebihan terhadap induk-induk teripang
yang berpotensi memijah dan kerusakan fisik habitat teripang. Hal
tersebut juga terjadi di wilayah Kepulauan Seribu, kegiatan
penangkapannya telah dilakukan para nelayan setempat sejak tahun
1973. Kegiatan ini dari waktu ke waktu semakin intensif, akibatnya
populasi teripang di daerah ini semakin berkurang dan menurun terus
Melihat prospek permintaan akan teripang yang cukup tinggi dan dengan
sifat teripang yang pasif (bergerak lamban dan sangat mudah ditangkap),
akan cenderung mendukung upaya penangkapan yang semakin intensif
terutama dibeberapa wilayah perairan Kepulauan Seribu yang diduga
merupakan habitat teripang. Hal ini dikhawatirkan populasi Teripang
diKepulauan Seribu akan semakin menurun. Usaha pelestarian melalui
restocking perlu dilakukan untuk mengurangi penangkapan yang berlebih.
Data atribut dengan nilai terendah terdapat pada beberapa aspek
yang terdapat di table, diantaranya komersial dengan harga yang tinggi,
dewasa kelamin, mudah ditangkap dan penyebarannya yang terbatas.
Salah satunya yaitu data atribut mudang ditangkap, dengan sampel yang
dicantumkan yaitu teripang. Teripang atau trepang atau timun laut adalah
istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata Holothuroidea yang dapat
dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut di seluruh dunia, mulai dari
zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik Barat. Pergerakan teripang yang cukup lambat dan
menyebabkan mahkluk laut satu ini cukup mudah untuk ditangkap.
Penangkapan teripang juga tidak memerlukan alat tangkap khusus untuk
mendapatkan hasil tangkapan yang banyak, oleh karena itu penangkapan
dan eksploitasi sumber daya teripang di wilayah perairan cukup tinggi
elihat dengan permintaan akan teripang yang cukup tinggi dan dengan
sifat teripang yang pasif.

DAFTAR PUSTAKA

Purba, E. A., Efizon, D., & Putra, R. M. (2017). Studi Morfometrik, Meristik, Dan
Pola Pertumbuhan Ikan Belida (Notopterus Notopterus Pallas, 1769) Di
Sungai Sail Kota Pekanbaru Provinsi Riau (Doctoral dissertation, Riau
University).
Ndobe. S. et al. 2013. Pengelolaan Banggai Cardinalfish (Pterapogon Kauderni)
Melalui Konsep Ecosystem-Based Approach. Marine Fisheries. 4 (2): 115-
126.
Krismono., & Masayu.R.A. (2012). Variasi Ukuran Dan Sebaran Tangkapan Ikan
Sidat (Anguilla Marmorata) Di Sungai Poso, Sulawesi Tengah Size
Variation And Catch Distribution Of Eels (Anguilla Marmorata) At Poso
River, Central Sulawesi. 18(2) : 85-92
Hassanah.U., Suryanti., & Sulardiono.B. 2012. Sebaran Dan Kepadatan Teripang
(Holothuroidea) Di Perairan Pantai Pulau Pramuka, Taman Nasional
Kepulauan Seribu, Jakarta. 1(1) hal.2
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Spesies

Gambar 1. Banggai Cardinal Fish

Gambar 2. Ikan Sidat

Gambar 3. Ikan Belida


Gambar 4. Teripang

Gambar 5. Ikan Endemik Opudi

Gambar 6. Ikan Terubuk


Gambar 7. Catacean

Gambar 8. Pari
Lampiran 2. Screenshot literatur

Literatur 1. Spesies Dengan Nilai Atribut Tertinggi

Literatur 2. Spesies dengan nilai atribut terendah


Literatur 3. Atribut Dengan Nilai Tertinggi (Sampel Ikan Sidat)

Literatur 4. Atribut Dengan Nilai Tertinggi (Sampel Ikan Sidat)

Anda mungkin juga menyukai