Laporan Icf Kusta (2021)
Laporan Icf Kusta (2021)
DISUSUN OLEH :
PUSKESMAS SUKADANA
PROGRAM KUSTA DAN FRAMBUSIA
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
BAB I.......................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................ 4
B. TUJUAN DAN SASARAN.....................................................................................5
C. PERMASALAHAN.............................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................ 6
GAMBARAN UMUM.................................................................................................. 6
DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKADANA......................................................6
A. VISI DAN MISI.................................................................................................. 6
B. KEADAAN GEOGRAFI........................................................................................6
C. DEMOGRAFI..................................................................................................... 9
BAB III..................................................................................................................... 11
2.1 PENYAKIT KUSTA....................................................................................11
2.2 CARA PENULARAN KUSTA........................................................................15
2.3 DIAGNOSA KUSTA....................................................................................16
2.4 PEMERIKSAAN PENDERITA......................................................................17
2.5 PENCEGAHAN PENYAKIT.........................................................................21
2.6 PENCEGAHAN KECACATAN......................................................................22
2.7 PENEMUAN DAN PENGOBATAN KUSTA.....................................................24
2.8 PENGOBATAN KUSTA...............................................................................31
2.9 PROGRAM PEMBERANTAS KUSTA............................................................32
2.10 KONSEP PERILAKU..................................................................................34
2.11 PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN....................................................34
2.12 PERILAKU KESEHATAN............................................................................36
BAB IV.....................................................................................................................37
BAB V......................................................................................................................42
BAB VI.....................................................................................................................44
A. KESIMPULAN................................................................................................44
B. SARAN..........................................................................................................44
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Puskesmas Sukadana”
kusta yang lebih baik lagi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan ini di masa yang akan
datang.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Sukadana
A. LATAR BELAKANG
Indonesia. Masalah yang ada bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga
(Widiyono, 2005).
menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf
Hansen dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penyakit kusta bila tidak
brasil, untuk penemuan kasus baru penyakit kusta pada tahun 2015.
selaput lendir pada saluran pernafasan atas, serta mata. Kusta adalah
Gejala utama kusta, yaitu bercak perubahan warna menjadi lebih putih
dan lesi di kulit berbentuk benjolan yang tidak hilang setelah beberapa
minggu atau lebih.
(https://www.halodoc.com/kesehatan/kusta).
a) Tujuan
kusta
b) Sasaran
C. PERMASALAHAN
BAB II
GAMBARAN UMUM
(Lintang Selatan) dan 109o 52’ 24” BT -110o 09’ 48” BT (Bujur Timur).
dari tujuh (7) desa dari 10 desa yang ada di kecamatan Sukadana, Desa
Kab. Ketapang.
sebagai berikut :
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sukadana Tahun 2021
No. Desa/ Kelurahan Luas (Km2) Persentase (%)
1. Sutera 78,09 7,60
jalan darat, dan jalan utama desa sebagian besar sudah beraspal dan
akses jalan menuju desa yang belum beraspal dan masih sulit
Gambar 2.1
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sukadana
Sumber : BPS Kab.Kayong Utara Tahun 2013
Keterangan :
Dusun Sekip.
Tanjung Belimbing.
Begasing.
C. DEMOGRAFI
Wilayah kerja Puskesmas Sukadana dibagi menjadi 25 dusun.
Tabel 2.2
Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Sukadana
Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara Tahun 2021
(Jiwa) (Jiwa)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Patofisiologi
1) Anamnesis
a. Keluhan penderita
b. Riwayat kontak dengan penderita
c. Latar belakang keluarga, misalnya keadaan sosial ekonomis.
2) Inspeksi
Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan
juga kerusakan kulit.
3) Palpasi
a. Kelainan kulit, nodus infiltrate, jaringan perut, ulkus,
khususnya paa tangan dan kaki.
b. Kelainana saraf : Pemeriksaan saraf, termasuk meraba dengan
teliti : N.aurikularimagnus, N.ulnaris, dan N.peroneus. Petugas
harus mencatat, adanya nyeri tekan dan penebalan saraf.
Harus diperhatikan raut wajah si penderita, apakah kesakitan
atau tidak pada waktu saraf diraba. Pemeriksaan saraf harus
sistematis, meraba atau palpasi sedemikian rupa jangan
sampai menyakiti atau penderita mendapat kesan kurang baik.
a. Tes sensoris
Rasa raba : dengan kapas atau sepotong kapas yang
dilancipkan dipakai untuk memeriksa perasaan dengan
menyinggung kulit. Yang diperiksa harus duduk pada waktu
pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa
bila mana merasa disinggung bagian tubuhnya dengan
kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disinggung dengan
jari telunjuknya dan dikerjakan dengan mata terbuka.
Tanda-tanda di kulit dan bagian-bagian kulit lain yang
dicurigai, diperiksa sensibilitasnya. Harus diperiksa
sensibilitas kulit yang tersangka diserang kusta. Bercak-
bercak di kulit harus diperiksa ditengahnya dan jangan
dipinggirnya.
Rasa nyeri : diperiksa degan memakai jarum. Petugas
menusuk kulit dengan ujung jarum yang tajam dan dengan
pangkal tangkainya yang tumpul dan penderita harus
mengatakan tusukan mana yang tumpul.
Rasa suhu : dilakukan dengan mempergunakan 2 tabung
reaksi, yang satu berisi air panas(sebaiknya 40 C) yang
lainnya air dingin (sebaiknya sekitar 20 C). kenudian mata
penderita ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu
bergantian kedua tabung tersebut ditempelkan pada daerah
kulit yang dicurigai. Bila penderita salah menyebutkan rasa
pada tabung yang ditempelkan, maka dapat disimpulkan
bahwa sensasi suhu didaerah tersebut terganggu.
Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula
anestesi pada penyakit kusta, pemeriksaan lesi kulit dapat
dilengkapi dengan test anhidrosis.
5) Pemeriksaan bakterioskopik
Pemeriksaan hapusan sayatan kulit (bakterioskopik) berguna
untuk :
Derajat cacat kusta menurut WHO (1988), di bagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu :
d. Chase Survey
Mencari penderita baru sambil membina partisipasi masyarakat
untuk mengetahui tanda - tanda kusta dini secara benar.
e. Survei Khusus
Survei ini dilakukan apabila suatu daerah dimana proporsi
penderita MB minimal 60% dan dijumpai penderita pada usia
muda cukup tinggi sesuai dengan perencanaan dan petunjuk dari
Depkes yang sudah diadakan “Set Up” secara statistik oleh ahli
statistik dari WHO.tahun 2000.
2.7.2 Alat dan Bahan
Alat
1. Ose/Sengkelit
2. Kaca Objek.
3. Lampu Spritus.
4. Pinset.
5. Rak Pewarna.
6. Mikroskop.
benar-benar kering.
b. Cara Pewarnaan.
1. Meletakan sedia pewarnaan, kemudian menuangkan larutan
detik.
dibawah mikroskop.
A. Hasil Pengamatan.
B. Pembahasan.
Pemeriksaan BTA untuk Kusta dengan menggunakan cara
pembuatan sediaan apusan Reitz Serum langsung, metode
pewarnaan, cara pembacaan dengan menggunakan alat mikroskop
dengan perbesaran objektif 100x dengan okuler 10x, sehingga di
peroleh hasil.
2.9.3 Kebijaksanaan
a. Pelaksanaan program kusta diintegrasikan dalam kegiatan
puskesmas.
b. Penderita kusta tidak boleh diisolasi
c. Pengobatan kusta dengan MDT sesuai dengan rekomendasi WHO
diberikan secara gratis.
2.11.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan manusia banyak digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari, terutama pengetahuan umum yang sangat bermanfaat
untuk keperluan manusia sehari-hari. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
2.11.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkahlaku yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2.11.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor
fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak-pihak
lain.
Selanjutnya tingkat-tingkat tindakan secara teoritis adalah :
BAB IV
PENJARINGAN PENDERITA BARU
Dalam melakukan penjaringan penderita baru, metode yang dapat
petugas terlatih dari Klinik Asri dan Puskesmas Sukadana. Warga yang
memiliki gejala kusta (suspect) dengan tanda bercak yang mati rasa,
warga yang memiliki gejala, kelebihan dari kegiatan ini adalah dapat
edukasi.
Dokumentasi kegiatan :
Dokumentasi Kegiatan :
Dokumentasi Kegiatan :
dengan disabilitas.
(http://www.cdkjournal.com)
organ lainnya. Penanganan reaksi kusta yang tidak tepat dan tidak
disabilitas. Reaksi ini dapat terjadi pada semua tipe kusta kecuali kusta
tipe indeterminate.(http://dokterpost.com)
Dokumentasi Kegiatan :
BAB V
HASIL KEGIATAN ICF
(Intensive Cases Finding)
setiap anggota kepala keluarga yang memiliki bercak akan diisi jumlah
Berdasarkan hasil dari kegiatan ICF (Intensive cases Finding) di wilayah kerja Puskesmas Sukadana adalah sebagai
berikut :
JUMLAH JUMLAH
YANG HASIL
NO. NAMA DESA NAMA RT YANG MENDAPAT
DIPERIKSA PEMERIKSAAN
KARTU BERCAK
BERCAK
KK JIWA KK JIWA NEGATIF POSITIF
1 Sutera 142 553 142 553 553 0
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan di
7 Desa wilayah kerja Puskesmas Sukadana dengan total sampel
pemeriksaan dari 596 KK dilakukan pemeriksaan terhadap 2.331 jiwa
yang memiliki bercak. Dari hasil pemeriksaan tersebut ada
ditemukannya bercak kusta 2 jiwa di desa pangkalan buton dan desa
harapan mulia dan 2.329 jiwa hanya bercak biasa tinea versicolor,
urtikaria dan pioderma ( panu, biduran & koreng), hal ini dikarenakan
masih adanya rasa gatal dan tidak adanya penebalan kulit.
B. SARAN
1. Masih banyak masyarakat yang malu dan malas untuk datang, untuk
itu semoga diperencanaan kegiatan berikutnya dapat melakukan
pemeriksaan wajib untuk seluruh masyarakat didaerah endemis
kusta.
2. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat bahkan penderita tentang
penyakit kusta, sehingga mereka memiliki rasa tidak peduli terhadap
bercak mati rasanya dan kemampuan ototnya yang semakin
berkurang, sehingga untuk kegiatan berikutnya perlu terus untuk
memberikan sosialisasi terhadap masyarakat dan para aparat desa
tentang pengetahuan penyakit kusta.
3. Perlunya dibentuk dan dilatih kader untuk penemuan penyakit
menular agar dapat membantu petugas kesehatan dalam
menjalankan tugas dilapangan dan sebagai sumber informasi dan
pengarah masyarakat untuk memeriksakan dirinya kepetugas
kesehatan.
Lampiran :
Dokumentasi kegiatan