Anda di halaman 1dari 80

TERAPI GUASHA

Dosen pengampu :
Sa’adah Mujahidah, M.Tr.Keb

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019/2020
TIM PENYUSUN

Dosen Penanggung Jawab

Sa’adah Mujahidah, M.Tr.Keb

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Albertina Yuningsih L (1904007)


2. Alfonsa Rildiani Putri Paul (1904008)
3. Alimatul Hidayah (1904009)
4. Amma Khasanah (1904010)
5. Dewi Sartika Nasution (1904011)
6. Dewi Susanti (1904012)
7. Diah Novitasari (1904013)
8. Dian Karisma (1904014)
9. Dian Yuliani (1904015)
10. Eka Ulya Ulya Ulfiana Sari (1904016)
11. Elastri Gunawan (1904017)
12. Elizabeth Jemsi Adepatiloy (1904018)
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Praktikum Terapi Guasha


ini telah di setujui sebagai Tugas
Kelompok Praktik PKK II
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang
Tahun 2020

Pembimbing,

Sa’adah Mujahidah, M.Tr.Keb


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah S.W.T yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya sehngga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah
Kegawatdaruratan Komunitas yang berjudul “TERAPI GUASHA ”. Dengan
adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memetik manfaat dan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar lebih baik lagi. Semoga modul praktikum ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua. Atas perhatiannya penulis ucapakan terima kasih.

Semarang, juni 2020

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

COVER....................................................................................................................1

TIM PENYUSUN....................................................................................................2

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................3

KATA PENGANTAR.............................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6

A. Latar Belakang..............................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................9

A. Nifas..............................................................................................................9

B. Terapi Guasha.............................................................................................40

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................45

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................57

I. Identifikasi Data Dasar................................................................................57

II. Interpretasi Data..........................................................................................60

III. Diagnosa Potensial..................................................................................60

IV. Tindakan Segera......................................................................................62

V. Planning......................................................................................................62

VI. Implementasi...........................................................................................68

VII. Evaluasi...................................................................................................69

BAB V PENUTUP.................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................73

LAMPIRAN...........................................................................................................76
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas pada persalinan normal dimulai beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa nifas

(peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga

alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8

minggu[1].

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Batas

waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan

bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan

batas maksimumnya adalah 40 hari[2].

Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI,2007), diusia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di dunia (38%)

didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara, dan

di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu yang

memberikan ASI eksklusif pada anak mereka. SDKI tahun 2008-2009

menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu

lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan

payudara selama kehamilan, masa menyusui serta pengetahuan ibu yang

kurang tentang menyusui [3].

Terjadi perubahan fisiologi selama masa post partum yang meliputi

semua sistem tubuh salah satu diantaranya yaitu perubahan pada sistem
reproduksi. Disamping involusi, terjadi juga perubahan-perubahan penting

lainnya yaitu timbulnya laktasi (Nengah dan Surinati, 2013). Laktasi adalah

keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi

menghisap dan menelan ASI. Masalah menyusui yang dapat timbul pada

masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) salah satunya adalah

pembengkakan payudara (breast engorgement) atau disebut juga bendungan

ASI[2].

Pembengkakan (engorgement) payudara terjadi karena ASI tidak

dihisap oleh bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan dan bendungan ASI.

Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya

tekanan intraduktal yang mempengaruhi berbagai segmen pada payudara,

sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Hal tersebut juga bisa terjadi

dikarenakan adanya sumbatan pada saluran susu[1].

Pembengkakan payudara merupakan pembendungan air susu karena

penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak

dikosongkan dengan sempurna. Payudara akan terasa sakit, panas, nyeri pada

perabaan, tegang, bengkak, yang terjadi paa hari ke tiga sampai hari ke enam

setelh persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan. Payudara bengkak

akan terlihat oedem, pasien merasa sakit, putting susu kencang, ASI tidak

keluar, payudara terasa berat dan badan demam setelah 24 jam[10].

Manusia hidup perlu adanya suatu kenyamanan karena hal ini

merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia. Kenyamanan adalah


konsep sentral dalam pemberian asuhan keperawatan. Rasa nyaman berupa

terbebas dari rasa tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan dasar

individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang sering

kali dialami oleh individu[4].

Nyeri payudara pada post partum dapat diatasi dengan melakukan

kompres panas untuk mengurangi rasa sakit. Terapi menggores (gua sha) banyak

digunakan di Asia oleh praktisi terapi tradisional. Hal ini didasarkan pada prinsip-

prinsip Cina dari 12 meridian dan mendorong perpindahan darah secara eksternal

dan internal, meningkatkan produksi darah dan meningkatkan penyebaran

cairan[5].

Sebuah tinjauan yang bertujuan memeriksa kefektifan intervensi untuk

meringankan gejala pembengkakan payudara, penggunaan diuretik dan obat

lainnya dapat mengobati pembengkakan payudara, ditemukan data sebesar 85,7 %

ibu yang diberikan diuretik memperlihatkan perbaikan gejala setelah 3 hari

pemberian obat namun alasan-alasan seperti ibu ingin menyusui anaknya atau

tidak mau menggunakan obat berbasis farmakologis, ibu beralih ke non

farmakologis untuk mengobati pembengkakan payudara. Berbagai cara

menangani engorgement seperti terapi akupuntur, terapi gua sha, penggunaan

kemasan gel dingin, serta kompres hangat dingin. Intervensi non medis

mendapatkan perhatian sebagai metode pengobatan layak karena umumnya

mudah digunakan, nyaman dan murah dibandingkan dengan intervensi medis[5].


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Nifas
1. Definisi Nifas

Masa nifas merupakan masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi

pascapersalinan, meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke

kondisi sebelum hamil. Masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan

sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat

kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil(7).

Masa nifas adalah sebuah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-

alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil

sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena

proses persalinan(8).

Masa nifas (post partum) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa Nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun

secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan(9).


2. Perubahan-perubahan masa nifas

a. Perubahan Fisiologi

Perubahan Fisiologi Masa Nifas(12) pada masa nifas terjadi

perubahan-perubahan fisiologis dan akan berangsur-angsur pulih

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan yang

terjadi adalah sebagai berikut:

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai

segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot

polos uterus.

b) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum

uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi

tiga jenis, yaitu : Lochea rubra (2 hari), sangulenta (hari ke-

3 s/d 7), Serosa (hari ke-7 s/d 14) dan alba (hari ke-14).

c) Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan.

Delapan belas jam pasca partum, serviks memendek dan

konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk

semula.
d) Vagina dan Perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang

semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke

ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi

lahir. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi

pada saat perineum mengalami robekan. Latihan otot

perineum dapat mengembalikan tonus dan dapat

mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu.

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Selama kehamilan tingginya kadar progesteron dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh. Pasca melahirkan,

kadar progesteron mulai menurun. Namun demikian, faal usus

memerlukan 3-4 hari untuk kembali normal.

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis

terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini

akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum.

4) Perubahan Sistem Musculoskletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.

Pembuluh-pembuluh yang berada di antara anyaman-anyaman

otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan

perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen,


diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu

persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali.

5) Perubahan Sistem Endokrin

Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta

keluar. Turunnya estrogen dan progesteron menyebabkan

peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu.

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen

menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.

Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.

7) Perubahan Sistem Hematologi

Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma

akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas meningkatkan faktor pembekuan darah

Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi

dalam beberapa jumlah sel darah putih pertama di masa

postpartum.
8) Perubahan Tanda-tanda Vital

Dua puluh empat jam postpartum suhu badan akan naik

sedikit (370C-380C). Setelah melahirkan biasanya denyut nadi

itu akan lebih cepat.Kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan. Apabila suhu

dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran

pernafasan.

9) Perubahan pada Sistem Intergumen

Setelah persalinan, hormonal berkurang dan

hiperpigmentasi pun menghilang. Penurunan pigmentasi ini juga

disebabkan karena hormon MSH (Melanophore Stimulating

Hormone) yang berkurang setelah perasalinan akibatnya

pigmentasi pada kulit pun secara perlahan menghilang.

b. Perubahan Emosi dan Adaptasi Psikologis

Perubahan emosi dan psikologis ibu pada masa nifas terjadi

karena perubahan peran, tugas dan tanggung jawab menjadi

orangtua. Suami istri mengalami perubahan peran menjadi orangtua

sejak masa kehamilan Dalam periode masa nifas, muncul tugas

orangtua dan tanggung jawab baru yang disertai dengan perubahan-

perubahan perilaku(12).
Adapun tahapan dalam adaptasi psikologis ibu yaitu:

1) Fase taking in (fase ketergantungan)

Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Fokus pada

diri ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk

tidur dan istirahat. Pasif, ibu mempunyai ketergantungan dan

tidak bisa membuat keputusan. Ibu memerlukan bimbingan

dalam merawat bayi dan mempunyai perasaan takjub ketika

melihat bayinya yang baru lahir.

2) Fase taking hold (fase independen)

Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri dan bisa

membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus

pada perut dan kandung kemih. Fokus pada bayi dan menyusui.

Merespons instruksi tentang perawatan bayi dan perawatan diri,

dapat mengungkapkan kurangnya kepercayaan diri dalam

merawat bayi.

3) Fase letting go (fase interpenden)

Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu postpartum. Ibu sudah

mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian

dari dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya.


c. Respon Terhadap Bayi Baru Lahir

Adapun respon terhadap bayi baru lahir sebagai berikut(13):

1) Ibu

Satu jam pertama merupakan saat yang peka bagi ibu. Kontak

yang erat dengan bayinya selama waktu ini akan mempermudah

jalinan batin. Bidan membantu untuk mendorong ibu segera

menyusui (IMD) karena selain meningkatkan hubungan yang

baik antara ibu dan bayi, juga untuk proses laktasi.

2) Ayah

Ayah bayi merasakan kepuasan serta bangga yang mendalam,

sangat gembira dan ingin menyentuh, menggendong bayi dan

istrinya. Kemesraan di antara ayah dan ibu pada saat seperti itu

dapat berkembang meluas dan mencakup bayi baru mereka di

dalam keluarga yang eksklusif, yang sering melupakan keadaan

sekelilingnya.

3) Bayi

Setelah menyesuaikan diri secara fisiologis dengan melakukan

pernafasan dan sirkulasi darahnya, bayi akan memperlihatkan

perhatiannya terhadap bunyi, cahaya dan makanan. Bidan

menciptakank kondisi yang optimum untuk terjadinya interaksi

orangtua dan bayi, yaitu dengan cara menganjurkan rawat

gabung untuk mendukung pemberian ASI dan peraturan

kunjungan yang fleksibel untuk ayah.


3. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Adapun kebutuhan ibu nifas yang harus terpenuhi yaitu(13) :

a. Nutrisi dan cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu hamil sangat erat

kaitannya dengan produksi air susu yang sangat dibutuhkan untuk

tumbuh kembang bayi. Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat

menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan

pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit,

dan mudah terkena infeksi.

b. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Keuntungan dari

ambulasi dini yaitu melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi

infeksi puerperium, mempercepat involusi uterus, melancarkan

fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan

kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolisme.

c. Eliminasi

Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu

diusahakan mampu buang air kecil sendiri. Defekasi (buang air

besar) harus ada dalam 3 hari postpartum. Jika ada obstipasi dan
timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di

rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat

dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut)(13).

4. Asuhan pada masa nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas

sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai

jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari

pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca

persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca

persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari

pasca persalinan(6).

a. Kunjungan I (hari ke-1 sampai hari ke-7)

1) Pemberian ASI

Bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara

eksklusif, cara menyatukan mulut bayi dengan puting susu,

mengubah posisi, mengetahui cara memeras ASI dengan tangan

seperlunya, atau dengan metode-metode untuk mencegah nyeri

puting dan perawatan puting.

2) Perdarahan

Bidan mengkaji warna dan banyaknya atau jumlah yang

semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan

(nadi cepat dan suhu naik), uterus tidak keras dan TFU naik.
Kaji pasien apakah bisa masase uterus dan mengajarinya,

periksa pembalut untuk memastikan tidak ada darah berlebihan.

3) Involusi uterus

Bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan kepada

pasien mengenai involusi uterus.

4) Pembahasan tentang kelahiran

Kaji prasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses tersebut,

bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu

dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan

rangsangan. Bidan memberikan penyuluhan mengenai tanda-

tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana

menghadapi keadaan darurat.

b. Kunjungan II (hari ke-8 sampai hari ke-28)

1) Bidan memberikan informasi mengenai makanan yang

seimbang, banyak mengandung protein, makanan berserat dan

air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah komplikasi.

Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri, terutama

puting susu dan perineum, mengajarkan senam kegel, serta

senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu dan tingkat

diastasis, menganjurkan untuk cukup tidur ketika bayi sedang

tidur.

2) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda postpartum blues,

melakukan konseling keluarga berencana yaitu pembicaraan


tentang kembalinya masa subur dan melanjutkan hubungan

seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan pengendalian

kehamilan. Bidan memberitahu kapan dan bagaimana

menghubungi bidan jika ada tanda-tanda bahaya, misalnya pada

ibu dengan riwayat preeklampsia atau risiko eklampsia

memerlukan penekanan pada tanda-tanda bahaya dari

preeklampsia/eklampsia. Melakukan perjanjian untuk pertemuan

berikutnya.

c. Kunjungan III (hari ke-29 sampai hari ke-42)

Yang perlu dikaji pada saat kunjungan III yaitu, penapisan adanya

kontra indikasi terhadap metode keluarga berencana yang belum

dilakukan, riwayat tambahan tentang periode waktu sejak pertemuan

terakhir, evaluasi fisik dan panggul spesifik tambahan yang berkaitan

dengan kembalinya saluran reproduksi dan tubuh pada status tidak

hamil. Zat besi atau folat kecukupan diet seperti yang dianjurkan dan

petunjuk untuk makan makanan yang bergizi, menentukan dan

menyediakan metode dan alat KB, merencanakan senam yang lebih

kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal,

keterampilan membesarkan dan membina anak, rencana untuk

asuhan selanjutnya, dan rencana untuk chek-up bayi serta

imunisasi(3).
5. Proses Laktasi dan Menyusui

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di

produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi

mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI Eksklusif serta anak

mendapatkan kekebalan tubuh secar alami.

1) Anatomi dan Fisiologi Payudara

a) Anatomi Payudara

Anatomi payudara dibedakan menurut struktur mikroskopis

dan makroskopis. Struktur mikrokopis payudara tersusun atas

jaringan kelenjar tetapi mengandung sejumlah jaringan lemak

dan ditutupi kulit. Jaringan kelenjar terbagi atas 18 lobus yang

dipisahkan secara sempurna satu sama lain,lembaran jaringfan

fibrosa. Struktur didalam dikatakan menyerupai segmen buah

anggur atau jeruk belah. Fungsi payudara terutama dikendalikan

oleh aktivitas hormon kulitnya dipersyarafi oleh cabang-cabang

nervus thoracalis juga terdapat sejumlah syaraf simpatis

terutama disekitar aerola dan papilla mammae.(12)

Pada strukttur makroskopis payudara terdiri dari:

(1) Canuda Axillaris, jaringan payudara yang meluas ke arah axilla

(2) Areola, daerh lingkaran yang terdiri dari kulit longgar dan

mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris

tengah kira-kira 2,5 cm


(3) Papilla mammae, terletak di pusat aerola mammae, merupakan

tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm tersusun atas jaringan

erektil berpigmen dan merupakan bagian yang sangat peka.

b) Fisiologi Payudara

Air susu terbentuk melalui dua fase sekresi dan fase

pengaliran. Pada fase sekresi air susu disekresikan oleh kelenjar

ke dalam lumen alveoli. Pada fase pengaliran air susu yang

dihasilkan oleh kelenjart dialirkan ke putting susu, setelah

sebelumnya terkumpul dalam sinus. Selama kehamilan

berlangsung laktogenesis kemungkinan terkunci oleh hormone

progesterone pada sel kelenjar. Sesuai partus kadar hormone

menyusut drastis, memberikan hormone prolaktin untuk

bereaksi sehingga mengimbas laktogenesis.(13)

Ibu menyusui akan memiliki 2 refleks yang masing-masing

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu

reflek prolaktin (the milk production reflek) dan reflek oksitosin.

(1) Reflek prolactin

Pada akhir masa pertumbuhan hormone prolaktin

memegang peranan penting dalam pembentukan

kolostrum. Setelah persalinan dan lepasnya plasenta serta

kurangnya fungsi dari korpus luteum, maka estrogen dan

progesterone berkurang dengan adanya hisapan bayi

merangsang putting susu dan payudara kemudian akan


merangsang ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai

reseptor mekanik. Rangsangan dilanjutkan ke hipotalamus

melalui medulla spinalis dan mensensephalon.(14)

Hipotalamus menekan pengeluaran faktor-faktor yang

menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang

pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin.

Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan

merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga

keluar prolaktin, hormone ini akan merangsang sel-sel

alveoli untuk membuat air susu, kadar prolaktin pada ibu

menyusui akan menjadi normal setelah 3 bulan melahirkan

sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak ada

peningkatan kadar prolaktin walaupun ada hisapan bayi.

(2) Reflek oksitosin / reflek let down (milk efection reflex)

Dalam pembentukan reflek prolaktin adenohipose,

rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang

dilanjutkan ke neurohipofise (hipofase posterior) yang

kemudian mengeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah

hormone diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan

kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi. Oksitosin

yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel

miopetelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu

yang telah dibuat untuk kemudian keluar dari alveoli dan


masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalir

melalui duktus laktiferus yang masuk kemulut bayi.(9)

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan reflek let

down antara lain melihat bayi, mendengarkan suara bayi,

mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi.

2) Manfaat pemberian ASI

a) Manfaat untuk bayi

(1) ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi

yang lengkap untuk bayi

(2) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena

mengandung berbagai zat antibody sehingga akan jarang

sakit

(3) ASI meningkatkan kecerdasan

(4) Dengan menyusui maka akan terjalin rasa kasih saying

antara ibu dan bayi

(5) Melindungi anak dari serangan alergi. (10)

b) Manfaat untuk ibu

(1) Membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya

(2) Membuat kontraksi kecil kemungkinan menjadi hamil

dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan

(3) Ibu yang menyusui kecil kemungkinan menjadi hamil

dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan


(4) Ibu dapat mencurahkan kasihb saying sepenuhnya pada bayi

dan membuat bayi merasa nyaman.

3) Stadium ASI

Komplikasi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini

berdasarkan stadium laktasi yang dibedakan menjadi 3 macam antara

lain:

a) Kolostrum

Dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah melahirkan.

Kolostrum yaitu cairan kental berwarna kekuning-kuningan

lebih kuning dibandingkan ASI mature, bentuk kasar karena

mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel

b) ASI Transisi/ Peralihan

ASI yuang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10

setelah melahirkankadar protein semakin rendah,sedangkan

kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi,volume semakin

meningkat

c) ASI Mature

Asi yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya

yang kompisisinya baru konstan merupakan yang dianggap

aman bagi bayi bahkan ada yang merupakan pada ibu yang sehat

ASI meruapakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6

bulan pertama bagi bayi.(10)

4) Kandungan Gizi ASI


ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air Susu Ibu khusus

dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus

dan 6 kandungan yang penting didalam ASI yaitu:

a) Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utama dalan ASI dengankadar

3,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzim lipase yang

terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan

mengurangi Trigliserida menjadi Gliserol dan asam lemak.

Keunggulan lemak ASI mengandung asam lemak essensial yaitu

(Docosahexaenoic Acid), Arachionic Acid yang berguna untuk

pertumbuhan otak

b) Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI adalah lactose. Lactose mudah terurai

menjadi glucose dan galaktose oleh enzim lactose yang terdapat

dalam saluran pencernaan bayi sejak lahir

c) Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadar 0,9%.

Terdapat 2 macam asam amino yaitu sisitin dan taurin. Sistin

diperlukan untuk pertumbuhan somatick sedangkan taurin untuk

pertumbuhan otak.

d) Garam & Mineral

(1) Zat besi


Jumlah zat besi yang terkandung didalam ASI sedikit tetapi

mudah diserap. Zat besi berasal dari persediaan zat besi

sejak bayi lahir dari pemecahan sel darah merah dan dari zat

besi yang terkandung dalam ASI, dengan pemberian ASI

bayi jarang kekurangan zat besi

(2) Seng

Seng diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan

imunitas juga diperlukan untuk mencegah penyakit

Akrodermatitisenteropatika (penyakit kulit dan sistem

pencernaan).

e) Vitamin

(1) Vitamin K

Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah

(2) Vitamin E

Banyak terkanduing dalam kolostrum

(3) Vitamin D

Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi

f) Air

ASI mengandung 88% air yang berguna untuk melarutkan zat-

zat yang terdapat didalamnya serta dapat meredakan rasa haus

dari bayi.(4)
5) Upaya Memperbanyak ASI

Upaya memperbanyak ASI antara lain:

a) Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui

untuk merangsang produksi ASI

b) Berikan ASI kepada bayi dengan kedua payudara tiap kali ibu

menyusui

c) Biarkan bayi menghisap lama pada kedua payudara. Makin

banyak dihisap makin banyak rangsangannya

d) Jangan memberikan susu formula pada bayi sebagai tambahan.

Perlahan-lahan ASI akan cukup diproduksi

e) Ibu dianjurkan minum sebanyak 8-10 gelas/hari baik jenis susu

maupun air putih, karena ASI yang diberikan pada bayi

mengandung banyak air

f) Ibu dalam masa nifas harus mengkonsumsi makanan yang

bergizi untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan bayinya.

Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan seperti energy,

protein, maupun vitamin dan mineral. Pada 6 bulan pertama

masa menyusui saat bayi hanya mendapat ASI saja, ibu perlu

tambahan nutrisi 700 kalori/hari. Bulan berikutnya 500 kalori/

hari dan tahun kedua 400 kalori/hari.

g) Ibu nifas harus banyak istirahat untuk meningkatkan produksi

ASI. Apabila ibu kurang istirahat akan berdampak pada

produksi ASI yang menjadi berkurang


h) Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat

diberikan pemberian obat pada ibu seperti tablet moloco B12

untuk menambah produksi ASI.(10)

6) Pengertian ASI Ekslusif

ASI ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif

adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit postnatal

(setelah lahir) sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan

makanan pada seperti buah-buahan, biscuit, bubur susu, bubur nasi

dan bubur tim(10,11)

7) Faktor yang mempengaruhi ASI

a) Umur

Umur sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan

dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara

mengasuh dan menyusui bayinya.ibu yang berumur kurang dari

20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani

dan sosial dalam menghadapi kehamilan serta persalinan.

b) Jumlah anak/paritas

Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu memberikan

pengalaman dalam memberikan ASI dan mengetahuii cara untuk

meningkatkan memproduksi ASI sehingga tidak ada masalah

dalam memberikan ASI. Pada ibu yang baru pertama kali


melahirkan dan ibu yang lebih dari dua kali melahirkan anak

seringkali menemukan masalah dalam memberikan ASI.

Masalah yangh sering muncul yaitu putting susu lecet akibat

kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui

secara fisiologi dan perubahan bentuk serta kondisi putting susu

yang tidak baik.

c) Pendidikan

Pendidikan respon merupakan salah satu unsur penting yang

menentuikan gizi keluiarga. Orang yang memiliki dasar

pendidikan yang tinggi lebih mudah mengerti dan memahami

yang diterimanya bila dibandingkan dengan orang yang

berpendidikan lebih rendah.

d) Pekerjaan

Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki

keberhasilan dalam memperoduksi ASI atau memberikan ASI

Eksklusif di bandingkan dengan ibu yang bekerja diluar rumah.

Hal ini disebabkan karena meskipun mereka habis melahirkan

dan masih harus menyusui anaknya tetapi mereka harus kembali

bekerja setelah cuti melahirkan selesai,sehingga waktu yang

dimiliki untuk merawat bayi dan frekuensi menyusui akan

berkurang frekuensi menyusui akan mempengaruhi produksi

ASI semakin sering seorang ibu menyusui maka akan

mempengaruhi hormon yang akan memperbanyak produksi ASI


e) Bentuk Putting Susu

Bentuk dan kondisi putting susu tidak baik seperti adanya

infeksi pada payudara,payudara bengkak dan putting susu tidak

menonjol merupakan faktor yang mempengaruhi dalam

pemberian ASI diantaranya adalah produksi ASI yang sedikit

sehingga tidak cukup dikonsumsi oleh bayi.

f) Kecemasan atau Psikologis

Kondisi psikologis ibu seperti merasa cemas dapaty

mempengaruhi produksi ASI karena butuh penyesuaian pada ibu

post partum. Oleh karena itu,dalam hal ini tenaga kesehatan

memegang peranan penting tetap meningkatkan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh dan bermutu. Diharapkan tenaga

kesehatan dapat memberikan informasi untuk menyiapkan

kondisi psikologi ibu agar ibu lancar dalam memberikan ASI

atau menyusui bayinya sehingga bayi tersebut dapat

mendapatkan ASI dengan baik. Ibu yang sering menyusui

bayinya akan membantu proses produksi ASI sehingga ASI

keluar lancar.

g) Dukungan Keluarga

Dukungan keluiarga mempunyai dukungan dengan suksesnya

produksi ASI dan pemberian ASI Eksklusif kepada

bayi.dukunga keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu


untuk memberikan ASI saja kepada bayinya sehingga

meningkatkan frekuensui produksi ASI. Suami dan keluarga

dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara

memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya.

h) Nutrisi atau Makanan

Kualitas dan produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang ibu

konsumsi sehari-hari. Selama masa menyusui,ibu harus

mengkonsumsi makanan yang sehat,beragam dan mengandung

gizi yang seimbang. Jika pola makan ibu tidak tepat dan ibu

tidak mengkonsumsi makanan sehat,maka akibatnya produksi

ASI akan menjadi terpengaruh. Terdapat berbagai jenis

makanan yang dapat mempengaruhi produksi ASI,diantaranya

daun katuk,sayuran hijau,daun papaya dan lain sebagainnya.

i) Produksi ASI

Produksi dan keluarnya ASI terjadi setelah bayi dilahirkan yang

disuse kemudian dengan peristiwa penurunan kadar hormone

esterogen yang mendorong naiknya kadar prolaktin untuk

memperoduksi ASI sekalipun pada hari pertama ASI yang

keluar hanya sedikit,ibu harus tetap menyusui. Tindakan ini

selain dimaksudkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi

tetapi agar bayi belajar menyusu atau membiasakan menghisap

putting payudara ibu serta mendukung produksi ASI.(12)

8) Tanda Bayi Cukup ASI


Ada enam cara untuk mengetahuii bayi sudah cukup ASI antara

lain:

a) Bayi buang air kecil setidaknya 6 kali perhari dan berwarna

jernih sampai kuning muda

b) Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”

c) Bayi tampak puas sewaktu-waktu merasa lapar,bangun dan tidur

cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.

d) Payudara ibu terasa lembut dan kosong tiap kali selesai

menyusui

e) Bertambahnya berat badan bayi(10,13)

9) Masalah Dalam Pemberian ASI

a) Payudara bengkak

Terjadi pada beberapa hari pertama menyusui karena ASI belum

keluar dengan lancar,terkadang terjadi karena saat bayi mulai

tidur lebih lama dimalam hari sehingga payudara

penuh,bengkak,keras,dan terasa sakit karena tidak disusukan

bayinya.

Penangannya :

(1) Berikan ASI sesering mungkin

(2) Peras sedikit susu dari payudara agar lunak,sehingga byi

lebih mudah untuk menyusui. Bisa dilakukan pada

pengompresan menggunakan air hangat sebelum menyusui.


(3) Berikan ASI pada payudara yang pertama terlebih dahulu

hingga terasa lunak sebelum memberikan ASI dengan

payudara yang kedua. Biarkan ASI payudara yang kedua

menetes ketika proses menyusui.

(4) Jika bayi sudah kenyang dan tidak ingin menyusu lagi,tetapi

payudara masih merasa penuh peras menggunakan pompa

ASI lalu disimpan di filzer.

(5) Segera setelah menyusui kompres menggunakan handuk

dingin untuk mengurangi bengkak dan rasa keras pada

payudara.

b) Putting Susu Lecet

Putting susu lecet biasa terjadi pada ibu yang baru saja

melahirkan anak pertama karena kurangnya pengalaman dalam

menyusui,kurang tepatnya tehnik menyusui dengan benar dan

karena alasan lainnya.

Penangannya :

(1) Kompres payudara menggunakan handuk hangat sebelum

menyusui

(2) Berikan ASI pada bayi dengan payudara yang tidak terasa

sakit terlebih dahulu

(3) Hentikan proses menyusui apabila payudara terasa sangat

sakit. Jangan menyusui langsung dari putting susu selama

24 jam, tetapi keluarkan terlebih dahulu menggunakan


pompa ASI lalu berikan ASI dalam botol. Setelah merasa

baik,berikan kembali ASI dengan waktu pemberian yang

dibatasi akan tetapi dengan frekuensi sering.

(4) jangan menarik bayi dari payudara secara langsung tetapi

dengan menggunakan tehnik untuk melepaskan hisapan

bayi yaitu dengan cara membuka mulut bayi dengan

menarik dagu pada bayi menggunakan jari.

(5) jaga kebersihan pada daerah putting

(6) Oleskan sedikit pada putting susu sebelum dan sesudah

menyusui untuk mengurangi rasa sakit.

(7) Gunakan Bra dari bahan yang menyerap keringat,pilih

sesuai ukuran ,dan ganti bra bila terasa lembab dan basah.

(8) Bila putting yang lecet terasa sakit berlebihan atau

lama,segera konsultasikan pada tenaga kesehatan.(8)

c) Radang payudara atau mastitis

Gejala payudara bengkak,panas,kemerahan,dan disertai

demam seluruh tubuh segera konsultasikan kepada tenaga

kesehatan. Karena bisa saja terjadi radang akibat infeksi bateri

yang menyebabkan pembengkakan pada payudara.(15)

10) Cara menyusui Yang Benar

Tehnik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang

dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya,demi mencukupi

kebutuhan nutrisi bagi bayi. Posisi yang tepat bagi ibu untuk
menyusui,duduk dengan posisi yang nyaman dan santai,pakailah

kursi yang terdapat sandaran punggung dan lengan,gunakan bantal

untuk mengganjal bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu.
(11)

a) Sebelum menyusui keluarkan sedikit ASI kemudian oleskan

pada putting susu dan aerola.

b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu

(1) Carilah posisi ibu senyaman mungkin dengan duduk atau

berbaring,bila dengan posisi duduk menggunakan kursi

yang rendah (kaki ibu tidak tergantung)dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi.

(2) Bayi dipegang dibelakang bahu dengan satu satu

lengan,kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala

tidak boleh menengadah,dan bokong bayi ditahan dengan

telapak tangan)

(3) Satu tangan bayi diletakkan pada badan ibu dan satu

didepan.

(4) Perut bayi menempel pada badan ibu,kepala bayi

menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala

bayi).

(5) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus,ibu

menatap bayi dengan penuh kasih sayang.


c) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain

menopang dibawah,jangan menekan putting susu atau aerola.

d) Berikan rangsangan pada bayi untuk membuka mulut bayi

(rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi bayi dengan putting

susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

e) Segera setelah bayi membuka mulut,letakkan kepala bayi ke

payudara ibu dengan seluruh mulut bayi berada pada bagian

aerola bukan putting.

(1) Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk kedalam

mulut bayi,sehingga putting susu berada dibawah langit-

langit dan lidah bayi akan menekan asi keluar dari tempat

penampungan ASI yang terletak dibawah aerola

(2) Setelah bayi menghisap payudara tidak perlu dipegang

atau di sangga

f) Setelah bayi merasa puas untuk menyusu lepaskan hisapan bayi

dengan cara membuka mulut bayi dengan cara menekan dagu

bayi.

g) Setelah menyusui oleskan sedikit ASI pada putting susu dan

sekitar aerola biarkan kering dengan sendirinya untuk

mengurangi rasa sakit. Kemudian menyendawakan bayi dengan

tujuan untuk mengeluarkan udara dari lambuing bayi supaya

bayi tidak muntah/gumoh setelah menyusu


h) Cara menyendawakan bayi :

(1) Bayi dipegang dengan tegak lalu bersandar pada bahu ibu

kemudian punggung bayi ditepuk secara perlahan-lahan

(2) Bayi di tidurkan dengan posisi tengkurap dipangkuan

ibu,kemudian tepuk punggung bayi secara perlahan-lahan.

11) Produksi ASI

Produksi ASI dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

a) Produksi ASI sedikit

Produksi ASI sedikit jika produksi ASI kurang dari 100cc/hari.

b) Produksi ASI sedang

Produksi ASI sedang jika produksi ASI 100-250cc/hari.

c) Produksi ASI banyak

Produksi ASI banyak jika produksi ASI lebih dari 250cc/hari.(7)

12) Cara mengukur ASI

Cara mengukur ASI menggunakan gelas ukur dan Brest Pump

Elektrik berikut prosedurnya:

a) Pastikan Breast Pump Elektrik dalam keadaan steril.

b) Mencuci tangan sebelum menggunakan Breast Pump Elektrik.

c) Duduklah dengan rileks.

d) Bersihkan payudara, Lakukan pijatan lembut pada payudara

beberapa menit sebelum pumping.jika memungkinkan kompres

hangat daerah tersebut.


e) Rakit Breast Pump Elektrik. Pasang kabel penghubung ke stop

kontak. Pilihlah corong payudara yang sesuai dengan ukuran

payudara ibu sehingga proses pemompaan lebih maksimal,dan

atur serajat penghisapannya sesuai dengan kenyamanan ibu.

Waktu yang dibutuhkan untuk penggunaan pompa ASI elektrik

lebih 15 menit.

f) Masukkan ASI kedalam gelas ukur,lihat seberapa banyakl ASI

yang keluar.

g) Simpan ASI dengan memberi label berisi tanggal dan waktu

penyimpanan.

h) Cuci bersih botol dan keringkan.

i) Simpan ditempat bersih dan kering.(8)

13) Kriteria kelancaran ASI

Indikator untuk menentukan produksi ASI antara lain:

a) Asi yang banyak dapat merembes keluar melalui putting

b) Payudara teraba penuh atau tegang sebelum menyusui

c) ASI masih menetes setelah menyusui

d) Bayi paling sedikit menyusu 8-12 kali dalam 24 jam

e) Setelah disusui,bayi tidak akan memberikan reaksi apabila di

rangsang,misalnya di sentuh pipinya,bayi tidak akan mencari

arah sentuhan

f) Jika ASI cukup setelah bayi menyusu bayi akan tertidur tenang

selama 3-4 jam


g) Bayi lebih sering BAK minimal 8 kali dalam sehari

h) Urine bayi berwarna jernih

i) Bayi BAB 3-4 kali dalam 24 jam,dan fesesnya berwarna

kekuningan

j) Berat badan bayi naik sesuai usia. kenaikan berat bnadan bayi

perhari yaitu 15-2- gram,seminggu sekitar 150-200 gram dan

sebulan 700-800 gram.(9)

14) Reflek yang berperan dalam produksi ASI

a) Reflek oxytocin

Reflek ini perananya cukup penting dalam proses menyusu

karena reflex ini terhambat karena satu dan lain hal maka ASI

pun biasanya akan berkurang atau bahkan tidak keluar. Refleks

ini pertama kali dirangsang oleh hisapan bayi pada payudara

ibu. Biasanya jika seorang ibu sudah merasa percaya diri dan

siap untuk menyusui maka pengeluaran ASI dapat terjadi

dengan spontan dan sangat mudah. Bahkan hanya dengan

mendengar suara bayi lain/memirkan bayinya. Contoh lain dari

refleks ini adalah ketika seorang ibui menyusui bayinya pada

satu payudara maka peyudara sisi lainnya akan

mengeluarkan/meneteskan ASI meskipun tanpa hisapan dari si

bayi.(10)

Proses seperti diatas akan merangsang pelepasan hormone

oxytoxin sehingga merangsang pengeluaran ASI.Hormon


tersebut juga merangsang otot-otot disekeliling payudara untuk

memerah ASI keluar. Pada saat ini terjadi moms dapat

merasakan sensasi yang berbeda-beda,ada yang merasa

payudaranya seperti kesemutan/geli,ada yang merasa seperti

ada desakan dari dalam payudara (payudara terasa penuh) atau

sedikit sakit dan juga ada yang tidak merasakan apa-apa. Jika

moms sudah merasakan hal-hal tersebut maka ASI sudah siap

untuk keluar dari payudara.

b) Reflek Prolaktin

Rangsangan dari hisapan bayi melalui serabut syaraf

memicu kelenjar lupofise bagian depan untuk mengeluarkan

hormone prolaktin kedalam peredaran darah yang menyebabkan

sel kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi menghisap

semakin banyak hormone prolactin dikeluarkan oleh kelenjar

hipofise. Akibatnya makin banyak ASI diproduksi oleh sel

kelenjar. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan

produksi ASI berkurang,mekanisme ini disebut supply and

demand.(11)

B. Terapi Guasha
1. Definisi Terapi Guasha

Terapi guasha adalah terapi yang mudah untuk mengobati

pembengkakan terkait menyusui, karena pembengkakan payudara

mempengaruhi ketidaknyamanan pada saat menyusui. Pembengkakan


payudara adalah kondisi yang dialami oleh banyak wanita menyusui. Ini

adalah saat payudara penuh dengan susu. Biasanya terjadi pada minggu-

minggu pertama menyusui atau jika ibu tersebut jauh dari bayi untuk

alasan apapun. Payudara menjadi bengkak dan menyakitkan, sehingga

menyulitkan bayi menyusui. Ini biasanya kondisi sementara.(22)

Proses memberi tekanan akan dilakukan beberapa kali, sehingga

membuat kulit menjadi tampak luka dipenuhi bintik merah, tapi akan

segera hilang dalam 48 jam. Di akhir sesi pengobatan, praktisi gua sha

biasanya menyarankan pasien untuk berkonsultasi pada terapis

pelengkap, seperti pengobatan herbal, akupuntur dan pemijatan untuk

meningkatkan keampuhan gua sha.(22)

2. Tujuan Terapi Guasha

a. Menurunkan suhu tubuh

b. Mencegah sakit leher

c. Mengurangi pembengakan payudara

d. Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat

3. Manfaat Terapi Guasha

Guasha untuk melancarkan ASI serta proses menyusui dengan cara

mengatasi ketidaknyamanan pada payudara.

4. Indikasi Guasha

a. klien dengan suhu yang tinggi

b. klien yang memiliki kekentalan darah

c. pasca operasi
d. radang, memar

Bilamana menggunakan guasha :

a. Ketika wanita melaporkan nyeri payudara selama menyusui

b. Ketika wanita merasa kepanasan atau berkeringat selama masanifas

c. Ketika hemoroid menyebabkan nyeri hebat

d. Setelah kelahiran, guasha pada payudara wanita untuk mengurangi

nyeri akibat pembengkakan pada payudara.

5. Kontra Indikasi Terapi Guasha

a. Pembengkakan payudara

b. Singdrom perimenopause

Bilamana tidak menggunakan guasha :

a. Ketika wanita telah menggil dan bengkak payudara dalam kasus ini

gunakan guasha.

b. Bagi wanita yang berasal dari suatu budaya dengan penggunaan

guasha merupakan ancaman terhadap kesejahteraan wanita selama

persalinan atau pascapersalinan. Tanyakan pada wanita apakah ia

menghendaki guasha atau tidak sama sekali.

c. Ketika wanita mengatakan bahwa penggunaan guasha tidak

menolong atau menganggu.

6. Pengaruh Pemberian Terapi Guasha pada ibu nifas

Efek terapeutik pemberian terapi gua sha yaitu :


a. Vasokontruksi untuk menurunkan aliran daerah tubuh yang

mengalami cedera, mencegah terbentuknya edema, mengurangi

inflamasi

b. Anatesi lokal untuk mengrangi nyeri lokal

c. Metabolisme sel menurun untuk mengurangi kebutuhan oksigen

pada jaringan

d. Viskositas darah meningkat untuk meningkatkan koagulasi darah

pada tempat cedera

e. Ketegangan otot menurun yang berguna untuk menghilangkan

nyeri.

7. Metode Pemberian Terapi Gua Sha

Cara melakukan guasha pada ibu nifas: 1.memilih pengoresan

guasha dimulai dari acupoint ST16, ST18, dan SP17, digores kea rah

putting.

Pengoresan dilanjutkan daerah acupoint CV17 setiap penggoresan

dilakukan 7 kali dalam 2 siklus kami mengupas diantara payudara setiap

posisi tergores ringan tujuh kali dalam dua siklus.

Mekanisme menjelaskan bagaimana hidroterapi dapat menurunkan

nyeri payudara pada ibu nifas. Perjalanan impuls nyeri dan panas yang

disalurkan ke otak akan mengalami kompetisi selama perjalanan menuju

otak dan impuls temperature akan dipersepsikan terlebih dahulu oleh otak

daripada impuls nyeri.


Dalam hal ini terapi guasha dapat menyebabkan tubuh mengalami

kekacauan untuk mempersepsikannya. Ketika terapi guasha diterapkan

pada tubuh untuk mengatasi nyeri seperti area payudara makaakan

mengalami kekacauan dalam mempersepsikan yang akhirnya berfokus

pada penurunan nyeri akibat pembengkakan payudara. Penggunaan

hidroterapi tidak dapat menghilangkan nyeri secara keseluruhan, namun

hodroterapi dapat membuat ketidaknyamanan selama masa nifas.


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY. “T” USIA 23


TAHUN P1A0 14 HARI POST PARTUM DENGAN KEBUTUHAN
THERAPY GUA SHA DI KLINIK PUSPITA SALATIGA

Hari, Tanggal : Senin, 15 Juni 2020

Waktu : Pukul 09.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
Biodata Istri / Suami
Nama : Ny. T / Tn. S
Umur : 23 Tahun / 25 Tahun
Agama : Islam / Islam
Suku Bangsa : Jawa / Jawa
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Jln.Arumsari No.5 Salatiga
Lama Menikah:1 Tahun
2. Keluhan utama dan alasan datang
a. Keluhan Utama : Ibu mengatakan bahwa payudaranya

nyeri,bengkak dan ASI nya tidak lancar

b. Alasan Datang :Ibu mengatakan ingin memeriksa kondisi

kesehatannya dan membutuhkan suatu therapy untuk mengatasi

keluhannya.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
DM dan Hipertensi, menular seperti TBC, PMS, HIV AIDS dan
Hepatitis, menahun seperti Jantung. Ibu mengatakan tidak pernah
operasi apapun.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit keturunan seperti
DM dan Hipertensi, menular seperti TBC, PMS, HIV AIDS dan
Hepatitis B, menahun seperti Jantung. Ibu mengatakan tidak ada alergi
obat dan makanan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun keluarga suami, tidak ada
riwayat penyakit keturunan seperti DM dan Hipertensi, menular
seperti TBC, PMS, HIV AIDS dan Hepatitis B, menahun seperti
Jantung
4. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan :
Status perkawinan : sah
Berapa kali kawin : 1 kali
Umur saat kawin : 22 tahun
Lamanya kawin : 1 tahun.
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche :ibu mengatakan menstruasi pertama saat umur
13tahun
siklus : teratur, 28 hari
Banyaknya : ibu mengatakan ganti pembalut 3 – 4 kali/hari
Lamanya : 6 – 7hari
Warna : merah
Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan selama
menstruasi
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Hamil Tanggal Jenis Jenis BB Keadaan
Penolong Komplikasi Nifas
Ke- Lahir Persalinan Kelamin Lahir Anak
1. 02 Juni Normal Laki- Bidan Tidak Ada 3200 Sehat Nifas
2020 Laki gr ini

c. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 30 september 2019
HPL : 07 juni 2020
Periksa Hamil
Trimester I : ANC 1x di bidan, dan 1x di dokter Sp.OG
Trimester II : ANC 3x di bidan
Trimester III : ANC 2x di bidan dan 1x di dokter Sp.OG
Imunisasi TT : 4 kali
Kebiasaan Ibu : Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan seperti
merokok, minum jamu dan obat-obatan tertentu.
6. Riwayat keluarga berencana
Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah menggunakan KB apapundan
berencana menggunakan KB IUD karena tidak mengganggu berat badan
ibu.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a. Nutrisi
Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil makan teratur
dengan frekuensi 3 kali sehari, porsi 1 piring,
komposisi : nasi, sayur, lauk, dan buah.
Minum ± 7-8 gelas/ hari, komposisi : air putih.
Selama Nifas : Ibu mengatakan selama nifas makan teratur
dengan frekuansi 3-4 kali sehari, porsi 1-2 piring,
komposisi : nasi, lauk, sayur, dan buah.
Minum + 8-9 gelas/ hari, air putih.
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil BAK sebanyak 4-
5 kali / hari, berwarna kuning jernih dengan bau
khas amoniak.
BAB sebanyak 1 kali/ hari, konsistensi lunak
Selama Nifas : Ibu mengatakan selama nifas BAK 5-6 kali/
hari, berwarna kuning jernih dengan bau khas
amoniak.
BAB 1 kali/hari, konsistensi lunak
Keluhan : Tidak ada
c. Istirahat
Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil tidur siang 1-2
jam / hari dan tidur malam 7-8 jam / hari.

Selama Nifas : Ibu mengatakan selama nifas tidur siang 1-2


jam/hari dan tidur malam 6-7 jam/ hari.

Keluhan : Tidak ada

d. Personal Hygiene
Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil mandi 2 kali
sehari, gosok gigi 3 kali sehari dan ganti pakaian
setiap habis mandi.

Selama Nifas : Ibu mengatakan selama nifas mandi 2-3 kali


sehari, gosok gigi 4 kali sehari dan ganti pakaian
setiap habis mandi.

Keluhan : Tidak ada

e. Aktifitas
Selama Hamil : mengerjakan aktifitas sehari-hari di rumah
sendiri
Selama Nifas : mengerjakan aktifitas sehari-hari di bantu oleh
suami dan keluarga.
Keluhan : Tidak ada
8. Data Psikososio spiritual
a. Tanggapan ibu terhadap dirinya sekarang
Ibu mengatakan senang karena sudah melahirkan bayi dengan
selamat dan sehat.
b. Respon keluarga terhadap keadaan ibu
Keluarga mendukung ibu dengan ikut membantu mengurus bayinya
c. Ketaatan beribah
Ibu mengatakaan selama masa nifas belum menjalaankan kewajiban
beribadah.
d. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu mengatakan pengambilan keputusan di tangan suami
e. Pemecahan masalah (Coping)
Ibu mengatakan setiap masalah yang ibu hadapi selalu
dimusyawarakan dengan suami
f. Keadaan lingkungan
Ibu mengatakan lingkungan sekitar tempat tinggaal ibu menghormati
ibu yang baru melahirkan dengan tidak melakukan kegiatan yang
mengganggu.
2. Data Sosial, Ekonomi, dan Budaya :
a. Hewan peliharaan : ibu mengatakan tidak memiliki hewan
peliharaan di rumah.
b. Lingkungan :ibu mengatakan lingkungan tempat tinggalnya bersih,
aman dan nyaman.
c. Hubungan dengan suami dan keluarga : ibu mengatakan hubugan
dengan suami dan kelurganya baik.
d. Pengambilan keputusan : keluarga, terutama suami
e. Adat istiadat : ibu mengatakan tidak ada pantang terhadap adat
istiadat yang tidak menggangu pada kehamilannya.
f. Penghasilan : cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Data spiritual : ibu dan suami/ keluarga taat menjalani ibadah dan
mengikuti kegiatan keagamaan.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda Vital
TekananDarah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,7℃
Pernapasan : 21x/menit
d. TB : 156 cm
e. BB : 56 kg
f. LILA : 25,7cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi : rambut dan kulit kepala bersih, rambut lurus dan hitam,
tidak mudah rontok.
Palpasi : tidak ada massa atau benjolan dan nyeri tekan
b. Wajah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak pucat, tidak ada cloasma.
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan, tidak ada oedema
c. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera
putih
d. Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan polip
e. Mulut
Inspeksi : mulut bersih, gigi bersih, tidak ada sariawan, bibir merah
dan lembab, tidak ada caries dan gigi berlubang, gusi merah muda dan
lidah tidak kotor
f. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, bersih dan tidak ada serumen
g. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
h. Payudara
Inspeksi : puting susu menonjol,hiperpigmentasi pada areola
mammae

Palpasi : tidak ada benjolan abnormal

i. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran hati dan limfe,perut bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada lien dan hepar
j. Genetalia
Inspeksi : tidak ada varices, tidak ada tanda infeksi, bau khas vagina.
Palpasi : tidak ada oedema/ benjolan abnormal
k. Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada varices, tidak sianosis,
kuku bersih, jari – jari lengkap.
Palpasi : tidak ada oedema
Perkusi : refleks patella +/+
3. Status Obstetri
a. Wajah
Inspeksi : Tidak ada vloasma gravidarum
Palpasi : Tidak oedema
b. Mammae
Inspeksi : Putting susu menonjol, aerola hiperpigmentasi, kelenjar
Montgomery terlihat.
Palpasi : payudara bengkak, nyeri saat di tekan, ASI keluar sedikit
dan tidak lancar, tidak ada cairan yang lain keluar
c. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada strie gravidarum, tidak ada linea nigra tidak ada
bekas operasi, pembesaran perutnormal.
Palpasi : TFU 1 jari diatas simpisis, kontraksi tidak ada
d. Genitalia
Lochea sanguinolenta, terdapat luka perineum
4. Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


Tanggal : 15 juni 2020

Jam : 09.15 WIB

A. Diagnosa Kebidanan
Ny.T umur 23 tahun P1A0 Post Partum normal hari ke 14 dengan
Engorgement
Data Subyektif:
a. Ibu mengatakan bernama Ny T dan berumur 23 tahun.
b. Ibu mengatakan ini kelahiran anak pertamanya dan belum pernah
keguguran.
c. Ibu mengatakan bahwa payudaranya bengkak, ASI nya tidak lancer
sejak 4 hari yang lalu.
Data Obyektif :
Keadaanumum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,7 ℃
Pernapasan : 21x/menit
BB : 56 Kg

Mammae
Inspeksi : Putting susu menonjol, aerola hiperpigmentasi, kelenjar
Montgomery terlihat.
Palpasi : payudara bengkak, nyeri saat di tekan, ASI keluar sedikit
dan tidak lancar, tidak ada cairan yang lain keluar

B. Masalah
Payudara bengkak dan ASI yang keluar sedikit tidak lancar, sejak 4 hari
yang lalu
C. Kebutuhan
Therapy gua sha
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Bendungan ASI, Mastitis

IV. TINDAKAN SEGERA


Therapy Gua Sha
V. PLANNING
Tanggal : 15 Juni 2020
Jam : 09.30 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama nifas.
3. Lakukan apersepsi tentang therapy gua sha kepada ibu
4. Jelaskan kepada ibu tentang therapy gua sha
5. Lakukan inform concent
6. Ciptakan ruangan yang terang dan nyaman serta aman dan tidak
terlalu terang
7. Lakukan therapy gua sha untuk membantu melancarkan ASI.
8. Lakukan evaluasi
9. Lakukan dokumentasi asuhan
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 15 Juni 2020
Jam : 09.35 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa keadaanya dalam keadaan baik dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan yaitu Tekanan Darah : 110/70 mmHg,
Nadi : 82x/menit, Suhu : 36,7 ℃, Pernapasan: 21x/menit, BB : 56 Kg.
2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa
nifas. Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi, memperbanyak
sayuran, makan-makanan yang mengandung protein, tidak boleh
berpantang makan selama nifas.
3. Melakukan apersepsi tentang therapy gua sha.
4. Menjelaskan pengertian tentang therapy gua sha yaitu suatu therapy
yang dilakukan pada daerah payudara yang bertujuan untuk
melancarkan pengeluaran ASI.
5. Melakukan inform concent
6. Menciptakan ruangan yang terang dan nyaman serta aman dan tidak
terlalu terang
7. Melakukan therapy gua sha pada ibu untuk melancarkan produksi ASI
Prosedur therapy gua sha sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat
1) Baju kimono
2) Waslap
3) Minyak
4) Sisir
b. Menjaga privasi klien
c. Cuci Tangan
d. Membantu ibu untuk melepas baju, BH/ bra dan mengganti
dengan baju kimono
e. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
f. Memilih penggoresan gua sha dimulai dari acupoint ST16, ST18
dan SP17, digores kearah putting
g. Penggoresan dilanjutkan daerah acupoint CV17
h. Setiap penggoresan dilakukan 7 kali dalam 2 siklus
i. Bersihkan area pemijatan.
j. Membantu ibu mengenakan pakaian.
k. Beritahu bahwa tindakan telah selesai
l. Bereskan alat-alat
m. Cuci tangan
8. Melakukan evaluasi
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan
10. Lakukan dokumentasi asuhan
VII. EVALUASI
Tanggal : 15 juni 2020
Jam : 09.40 WIB
1. Ibu telah mengerti keadaan dirinya setelah diberi informasi oleh bidan.
Dengan hasil pemeriksaan : keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TD: 110/70 mmHg, N: 82 x/menit, S: 36,7 oC, RR:
21x/menit, payudara: payudara bengkak, nyeri saat di tekan, ASI
keluar sedikit dan tidak lancar, tidak ada cairan yang lain keluar.
2. Ibu bersedia untuk mengikuti anjuran bidan dan ibu akan
mengkonsumsi makanan yang bergizi memperbanyak sayuran,
makan-makanan yang mengandung protein, tidak boleh berpantang
makan selama nifas.
3. Ibu belum mengerti tentang therapy gua sha
4. Ibu sudah mengerti seputar therapy gua sha setelah dijelaskan oleh
bidan.
5. Ibu bersedia untuk dilakukan therapy gua sha.
6. Ruangan yang terang dan nyaman serta aman dan tidak terlalu terang
sudah tercipta.
7. Therapy gua sha sudah dilakukan oleh bidan setelah dilakukan therapy
gua sha ibu merasa lebih nyaman ASI sudah mulai keluar.
8. Telah dilakukan evaluasi dan Ibu merasa lebih rileks dan nyaman
setelah dilakukan therapy gua sha.
9. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau
jika ada keluhan.
10. Telah dilakukan dokumentasi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan tentang manajemen asuhan

kebidanan postnatal care pada Ny “T” dengan kebutuhan Terapi Gua Sha di klinik

PUSPITA SALATIGA . Asuhan ini dilakukan selama sebanyak satu kali asuhan

di ruangan postnatal care dan asuhan yang dilanjutkan di rumah klien selama lima

kali.

Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan

pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney yaitu: pengumpulan

data dasar, merumuskan diagnosis atau maslah aktual, merumuskan diagnosis atau

masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan

tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan dan

mengevaluasi asuhan kebidanan.

I. Identifikasi Data Dasar


Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan

kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik,

psikososial dan spritual. Informasi yang diperoleh mengenai data-data

tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari

klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik.

Pengkajian data dasar pada kasus bendungan ASI dilakukan pada saat

pengamatan pertama kali di ruangan postnatal care. Pengkajian meliputi


anamnesis langsung oleh pasien. Pengkajian ini berupa identitas pasien,

keluhan pasien, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas ibu, riwayat

kesehatan, riwayat reproduksi, riwayat keluarga berencana, dan riwayat

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pengkajian data objektif diperoleh

melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-anda vital dan

pemriksaan fisik. Pengkajian pada kasus ini dilanjutkan pada

pendokumentasian asuhan kebidanan.

Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar atau pengkajian data

awal yang merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk

mengumpulkan semua data dan informasi yang akurat dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi Ny “T” baik keluarga,

bidan maupun dokter yang ada di ruangan dapat memberikan informasi

secara terbuka sehingga memudahkan pengkaji untuk memperoleh data

dan informasi yang diingikan apakah sesuai dengan permasalahan yang

diangkat atau tidak. Data yang diambil dari studi kasus Ny “T” dengan

bendungan ASI selama klien di klinik meliputi:

Ibu mengeluh payudaranya terasa nyeri, bengkak dan ASInya tidak

lancar. Ini merupakan persalinan pertama ibu dan tidak pernah

keguguran. Ibu melahirkan di rumah sakit pada tanggal 2 Juni 2020,

dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir 3200 gram, dan ditolong

oleh bidan. Ibu tidak ada riwayat penyakit menular, menurun ataupun

menurun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit,

suhu 38,7 ̊C, penapasan 21x/menit.

Bendungan air susu ibu adalah pembengkakan pada payudara

karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa

nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan payudara adalah

terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena

dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai

kenaikan suhu badan.

Faktor-faktor yang dirasakan pada ibu Pengosongan mammae yang

tidak sempurna, faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar, tidak

dilakukan IMD dan bayi tidak menyusui segera setelah lahir. Tanda dan

gejala yang dialami pada ibu dengan bendungan ASI adalah payudara

bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh

sampai 38 ̊C.

Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan

gejala yang timbul pada kasus bendungan ASI. Hal ini membuktikan

bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.


II. Interpretasi Data
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat

dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Hasil pengkajian data

subjektif dan data objektif yang diperoleh menunjukkan diagnosis Ny

“T” Post Partum Hari ke- 14 dengan masalah aktual Bendungan ASI.

Ibu mengeluh payudaranya terasa nyeri, bengkak dan ASInya tidak

lancar. Pada pemeriksaan fisik ditemukan payudara ibu tampak merah,

bengkak, keras, panas dan terasa nyeri ketika dilakukan palpasi.

Berdasarkan teori menurut Rukiyah dan Yulianti, tanda dan gejala yang

muncul pada ibu dengan bendungan ASI adalah payudara bengkak,

keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38 ̊c.

Demam yang dialami oleh ibu merupakan gejala yang berasal dari

gejala bendungan ASI saja karena pada saat dilakukan pemeriksaan fisik

(head to toe) tidak ditemukan suatu masalah lain yang dapat

menimbulkan demam pada ibu. Berdasarkan data yang diperoleh dari

pengkajian data tidak ada perbedaan dengan tinjauan kepustakaan yang

ditemukan pada kasus.

III. Diagnosa Potensial


Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah

teridentifikasi. Identifikasi diagnosis potensial yaitu mengantisipasi

segala sesuatu yang mungkin terjadi. Langkah ini di lakukan untuk


mengantisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil

mengamati klien, bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosis/masalah

potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang aman.

Bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran susu yang tidak

lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,

terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik,

dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. Engorgement

(Bendungan ASI) kebanyakan terjadi pada hari kedua sampai hari

keempat postpartum. Terjadinya pembengkakan payudara dan secara

palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai

peningkatan suhu badan ibu. Bendungan ASI yang tidak disusukan

secara adekuat akhirnya terjadi mastitis.

Dampak dari Bendungan Asi adalah Mastitis. Mastitis adalah

peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak

kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam

terasa ada massa padat (lump), dan diluarnya kulit mencari merah.

Kejadian masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh

sumbatan aliran susu yang berlanjut. Dapat juga karena kebiasaan

menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju. Dampak yang

lain adalah abses payudara, bilamana penangananan mastitis tidak

sempurna, maka infeksi akan makin berat sehingga terjadi abses.

Ditandai dengan payudara lebih berwarna merah mengkilat dari

sebelumnya saat baru terjadi radang, ibu merasa lebih sakit, benjolan
lebih lunak karena berisi nanah. Jika sudah terjadi abses maka payudara

tidak boleh di susukan.

IV. Tindakan Segera


Tindakan segera atau kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi

yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga

memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya.

Berdasarkan kasus ini, tidak ada data yang mendukung perlunya tindakan

segera.

V. Planning
Langkah ini merupakan lanjutan manajemen asuhan kebidanan

terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Suatu rencana tindakan harus disetujui pasien dan bidan agar

lebih efektif. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu

asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar

berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan dan terbaru, serta telah

divalidasi dengan keinginan atau kebutuhan pasien. Rencana asuhan

disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan pencegahan

maslah/diagnosa potensial. Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan

hendaknya menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan

terdapat sasaran target serta hasil yang akan dicapai dalam penerapan

asuhan kebidanan sesuai dengan kasus.


Adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus ini

berfokus untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dengan

penanganan yang cepat dan tepat serta payudara ibu kembali normal. Bila

diagnosis bendungan ASI ditegakkan rencana asuhan yang akan

diberikan adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan, diskusikan

penyebab dan penatalaksanaannya, rekomendasikan untuk segera

diintervensi.

Rencana tindakan yang telah disusun yaitu menyampaikan kepada

ibu tentang kondisinya sekarang bahwa ibu mengalami bendungan ASI,

mengobservasi tandatanda vital, menganjurkan ibu untuk menyusui

bayinya secara on demand pada kedua payudaranya secara bergantian,

memberikan penjelasan dan anjarkan kepada ibu cara mengatasi keluhan

yang dirasakan seperti;

1. Siapkan alat dan bahan yaitu berupa sisir dan oil

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

3. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan

4. Memilih penggoresan gua sha dimulai dari acupoint ST16, ST18

dan SP17, digores kearah putting


5. Penggoresan dilanjutkan daerah acupoint CV17

6. Setiap penggoresan dilakukan 7 kali dalam 2 siklus

7. Membereskan alat dan cuci tangan

8. Evaluasi

Perawatan payudara merupakan upaya untuk merangsang

sekresi hormon oksitosin untuk menghasilkan ASI sedini mungkin dan

memegang peranan penting dalam menghadapi masalah menyusui.

Teknik pemijatan dan rangsangan pada puting susu yang dilakukan

pada perawatan payudara merupakan latihan semacam efek hisapan

bayi sebagai pemicu pengeluaran ASI.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi Rosita dapat diketahui

bahwa dari 34 responden hampir seluruhnya dari responden melakukan

perawatan payudara sejumlah 26 orang (76,4%). Menurut peneliti

bahwa responden ditempat penelitian sebagian besar melakukan

perawatan payudara. Hal ini menunjukkan bahwa responden menyadari

dan mengerti tentang pentingnya perawatan payudara. Perawatan

payudara ini dilakukan untuk mencegah tersumbatnya saluran susu dan


memperlancar pengeluaran Asi sehingga kebutuhan Asi bayi dapat

tercukupi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan kurniawati yaitu

sebanyak 33 responden, responden yang melakukan cara menyusui

kurang benar diantaranya 9 responden (81,8%) telah mengalami

payudara bengkak dan 2 responden (18,2%) tidak mengalami payudara

bengkak sedangkan responden yang melakukan cara menyusui dengan

benar 20 responden (90,9%) tidak mengalami payudara bengkak dan 2

responden (9,1%) yang mengalami payudara bengkak. Penelitian ini

menunjukkan bahwa ibu yang melakukan cara menyusui yang kurang

benar lebih banyak yang mengalami payudara bengkak.

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan

adekuat dan posisi bayi pada payudara saat menyusu salah. Sehingga

hal ini akan menyebabkan puting susu lecet dan ASI tidak keluar

optimal sehingga terjadi pembendungan air susu pada payudara yang

selanjutnya dapat menyebabkan pembengkakan.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan bendungan

ASI menurut kemenkes RI, sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra

yang pas, kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat

dan kain dingin secara bergantian selama 5 menit, urut payudara dari

arah pangkal menuju puting, keluarkan ASI dari bagian depan payudara

sehingga puting menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai

keinginan bayi (on demand feeding) dan pastikan bahwa perlekatan


bayi dan payudara ibu sudah benar, pada masa-masa awal atau bila bayi

yang menyusui tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin

diperlukan pompa atau pengeluaran ASI secara manual dari payudara,

letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es dan kompres kain

hangat secara bergantian pada payudara setelah menyusui atau setelah

93 payudara dipompa, bila perlu berikan parasetamol 3x1 500 mg per

oral untuk mengurangi nyeri dan penurun demam, lakukan evaluasi

setelah 3 hari.

Karena stasis susu sering merupakan faktor awal mastitis.

Langkah manajemen yang paling penting dan efektif untuk

mengeluarkan susu yaitu: Ibu harus didorong untuk menyusui lebih

sering mulai pada payudara yang sakit. Jika nyeri mengganggu proses

menyusui, pemberian susu bisa dimulai pada payudara yang tidak

terpengaruh dengan gejala bendungan ASI, kemudian beralih ke

payudara yang terkena bendungan ASI segera setelah proses menyusui

pada payudara yang satu selesai. Memposisikan bayi sesuai dengan

posisi menyusui yang benar dapat membantu pengeluaran ASI. Memijat

payudara selama menyusui dengan minyak goreng atau baby oil pada

tangan juga bisa membantu untuk memudahkan pengeluaran ASI, dapat

dilakukan oleh ibu atau orang lain yang dapat membantu, harus dimulai

dari area yang tersumbat atau terkena bendungan payudara hingga

menuju puting susu. Setelah menyusui, keluarkan susu dengan pompa


dapat meningkatkan aliran ASI dan mempercepat penyembuhan

bendungan ASI.

Durasi pemberian ASI mempunyai peranan terhadap terjadinya

bendungan ASI karena durasi menyusui berkaitan dengan refleks

prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang penting untuk

memulai dan mempertahankan sekresi ASI. Stimulasi isapan bayi akan

mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior

untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan 94 produksi

ASI oleh sel-sel alveolus kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang

disekresikan dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan

besarnya stimulasi isapan yaitu frekuenasi, intensitas dan lama bayi

menghisap.

Bendungan Payudara pada ibu nifas dapat terjadi jika air susu

yang diproduksi oleh payudara tidak segera diberikan pada bayi atau

tidak segera dikosongkan. Untuk mencegah terjadinya bendungan ASI

pada ibu nifas yaitu dengan menyusui bayi secara teratur tanpa jadwal

(on demand), tidak membatasi waktu pemberian ASI dan perawatan

payudara secara teratur.

Seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang baik dan

benar agar dapat melaksanakan pencegahan atau penanganan segera

pada ibu post partum sesuai kebijakan dan prosedur tetap serta

menyempurnakan kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan khususnya pada ibu dengan bendungan ASI.


Uraian tersebut tampak adanya persamaan antara teori dengan rencana

tindakan yang dilakukan pada kasus Ny “T”.

VI. Implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa

melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman

pada klien. Implementasi dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan

ataupun sebagian dilaksanakan pasien serta kerjasama tim kesehatan

lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.

Pada studi kasus Ny “T” dengan bendungan payudara, semua

tindakan yang direncanakan terlaksana dengan baik. Pemantauan

pertama yang dilakukan di KLINIK PUSPITA SALATIGA,

mengobservasi tanda-tanda vital, menganjurkan ibu untuk menyusui

bayinya secara on demand, menjelaskan dan mengajarkan pada ibu cara

mengatasi keluhannya seperti;

1. Siapkan alat dan bahan yaitu berupa sisir dan oil

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

3. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan

4. Memilih penggoresan gua sha dimulai dari acupoint ST16, ST18

dan SP17, digores kearah putting


5. Penggoresan dilanjutkan daerah acupoint CV17

6. Setiap penggoresan dilakukan 7 kali dalam 2 siklus

7. Membereskan alat dan cuci tangan

8. Evaluasi

VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen

asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,

membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang

diidentifikasi, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atas tidak

dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.

Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manajemen

asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukkan masalah

teratasi tanpa adanya komplikasi. Hasil evaluasi setelah melakukan

asuhan kebidanan selama di klinik. Ibu tidak mengalami komplikasi,

bendungan ASI telah teratasi yang ditandai dengan keadaan payudara

ibu telah normal dan bayi telah menyusu dengan baik.


Keberhasilan asuhan ini juga ditandai dengan pemahaman ibu

mengenai cara dan teknik menyusui yang baik dan benar, cara

melakukan perawatan payudara serta menyusui bayinya secara on

demand. Kondisi kesehatan ibu yang sudah membaik dimana

bendungan payudara tidak menjadi mastitis. Semua data hingga

penatalaksanaan didokumentasikan.

Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses Manajemen

Asuhan Kebidanan yang diterapkan pada Ny “T” Post Partum Hari Ke-

14 dengan bendungan payudara berhasil dan efektif.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terapi gua sah merupakan metode pengobatan terapeutik menggunakan

peralatan untuk menggore ataupun memberi tekanan-tekanan pada

permukaan kulit yang bertujuan untuk melancarkan peredaran darah.

2. Manfaat guasha yaitu meredakan nyeri payudara, meredakan

pembengkakan payudara, menghilangkak bengkak dan kemerahan pada

payudara, menghilangkan rasa tidak nyaman pada payudara, dan

melancarkan ASIp

3. Teknik guasah dilakukan dengan memilih penggoresan gua sha dimulai

dari acupoint ST16, ST18 dan SP17, digores kea ah putting, penggoresan

dilanjutkan daerah acupoint CV17, dan setiap penggoresan dilakukan 7

kali dalam 2 siklus

4. Metode guasa dapat mengatasi mengatasi nyeri payudara dan

memperlancar ASI pada Ny. T

5. Metode guasa efektif mengatasi nyeri nyeri payudara dan memperlancar

ASI pada Ny. T

B. Saran

Terapi gua sha dapat diterapkan oleh bidan maupun keluarga yang sudah

terlatih, sebagai metode non-farmakologi untuk mengatasi nyeri payuda ibu

nifas karena aman, mudah dilakukan, dan tiidaak memiliki efek samping.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Normal. Jakarta: EGC

2. Ambarwati, Wulandari. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogjakarta : Nuha

Medika

3. Astuti, H.P. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).

Yogjakarta : Rohima Press

4. Nen Sastri. Analisis Kejadian Payudara Bengkak Pada Ibu Nifas di Bidan

Praktik Mandiri Maliah Palembang Tahun 2-01.. Volume 5, nomor 1, Juni

2017.

5. Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:

Ar-Ruzz

6. Dewi. Vivian N.L., & Sunarsih, Tri. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu

Nifas. Jakarta : Salemba Medika

7. Danuatmaja, B. (2008). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Puspa

Swara.

8. Mochtar, R. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

9. Bobak I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., Perry, S.E. 2005. Buku

AjarKeperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Bahasa : Maria & Peter. Jakarta :

EGC.

10. Prawirohardjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


11. Jin-Yu Chiu & Meei-Ling Gau., 2010.Effects of Gua-Sha Therapy on Breast

Engorgement: A Randomized Controlled Trial.

12. Sumarah, Widyastuti, Y., Wiyati, N., 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan

Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.

13. Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Maternitas Asuhan Keperawatan

Intranatal. Jakarta : Trans Info Medika (TIM).

14. Bandiyah, S. 2009. Kehamilan, Persalinan & Gangguan Kehamilan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

15. Michelle. 2009. Labor and Delivery Nursing. New York: Spinger publishing

company, LLC.

16. Berman, Snyder, Kozier, Erb.2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier &

Erb.Edisi 5.Jakarta: EGC.

17. Felina, M., Masrul, & Iryani, D. 2014. Pengaruh Kompres Panas Dingin

terhadap Penurunan Nyeri Kala 1 Fase Aktif Persalinan Fisiologis Ibu

Primipara. Jurnal Kesehatan Andalas.

18. Potter P, PerryAnne G. 2010. Fundamental of nursing fundamental

keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

19. Smith, S. F. 2009. Clinical Nursing Skill, Basic to Advance Skill, 6 th Edition.

New Jersey : Pearson Prentice-Hall.

20. Ns. Kusyati, Eni, S.Kep, dkk. 2009.  Ketermpilan dan Prosedur

Laboratorium. Jakarta : EGC.

21. Nida’an, Khofia. 2015. Perbedaan Efektivitas Teknik Pijat (Massage

Effleurage) Dan Kompres Hangat Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase


Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Jurnal

Ngudi Waluyo Ungaran.

22. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC;2005.


LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


GUA SHA

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh


.................. Ketua STIKES KaryaHusada
STANDAR
Semarang
OPERASIONAL
PROSEDUR

.....................................
Merupakan terapi tergores yang menggunakan batu giok,
sendok porselen, tanduk kerbau atau alat lainnya yang
PENGERTIAN
sejenis, untuk menstimulasi di daerah tertentu
menghasilkan efek terapi lokal.
a. Untuk melancarkan sirkulasi darah

b. Dapat mengendurkan otot-otot yang tegang

c. Terapi gua sha dapat merangsang permukaan kulit

dan dapat meluas kepembuluh darah, yang dapat


TUJUAN
mengeluarkan panas dan racun

d. Untuk mengurangi pembengkakan payudara

e. Untuk menurunkan suhu tubuh

f. Untuk menghilangkan nyeri payudara

MANFAAT 1. Untuk melancarkan sirkulasi darah

2. Dapat mengendurkan otot-otot yang tegang


3. Terapi gua sha dapat merangsang permukaan kulit

dan dapat meluas kepembuluh darah, yang dapat

mengeluarkan panas dan racun

4. Untuk mengurangi pembengkakan payudara

5. Untuk menurunkan suhu tubuh

6. Untuk menghilangkan nyeri payudara

1. Jangan menggosok pada bagian yang luka.


KONTRAINDIKASI 2. Jangan melakukan terapi Guasa di bawah kipas
angin atau ruangan ber-AC. 
PERSIAPAN Kondisi ibu sehat
PASIEN
1. Alat penggores Gu Sha ( sisir)
PERSIAPAN ALAT
2. Minyak / baby oil
PETUGAS Risqitha, M.Tr.Keb
PROSEDUR 1. Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAAN a. Memperkenalkan diri
b. Menyiapkan kondisi lingkungan yang nyaman
untuk melakukan perlakuan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada responden.
2. Tahap Orientasi
a. Menjelaskan maksud dan tujuan gua sha
b. Melakukan apersepsi
c. Memberikan informed consent kepada ibu untuk
ditanda tangani sebagai tanda bahwa ibu
menyetujui dilakukan tindakan gua sha
3. Tahap Kerja
a. Menyiapkan alat :
- Alat penggores Gu Sha ( sisir)
- Minyak / baby oil
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
c. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
d. Memilih penggoresan gua sha dimulai dari
acupoint ST16, ST18 dan SP17, digores kea ah
putting

e. Penggoresan dilanjutkan daerah acupoint CV17


f. Setiap penggoresan dilakukan 7 kali dalam 2
siklus
4. TahapTerminasi
a. Beritahu bahwa telah selesai
b. Rapikan klien dan bereskan peralatan
c. Cuci tangan
d. Dokumentasi
1. Mangesi L, Irena (2016) Treatments For Breast
Engorgement During Lactation Publis. 2
DOKUMEN 2. Uliyah M dan Alimatul Hidayat A. (2016).
TERKAIT Praktikum Ketrampilan Dasar Praktik Klinik
Aplikasi Dasar – Dasar Kebidanan
Leaflet

TAMPAK DEPAN
Tampak Belakang

Anda mungkin juga menyukai