Anda di halaman 1dari 2

PANCASILA SEBAGAI ETIKA

DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

Nama : Mochamad Iqbal Juliansyah


NIM : 210612608904

Pancasila sangat erat kaitannya dengan etika, terutama etika dalam berbangsa dan
bernegara. Hal ini disebabkan karena Pancasila merupakan dasar negara yang mana nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya harus dipatuhi dan dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Di dalam Pancasila terdapat sekumpulan nilai-nilai moral yang mengatur kehidupan
manusia dari berbagai aspek baik dari aspek spiritual dan aspek sosial. Pancasila berlaku untuk
semua masyarakat yang tinggal di Indonesia tanpa terkecuali. Artinya, setiap aktivitas masyarakat
harus sejalan dengan nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila baik itu secara spiritual
maupun sosial.
Jika dikaitkan dengan beberapa teori etika yang ada saat ini, Pancasila sesuai dengan
beberapa teori diantaranya etika Dientologis, Virtue Ethics, dan etika Utilitarianisme. Sila pertama
sesuai dengan teori etika Dientologis. Karena sila pertama mengatur tentang aspek spiritual yaitu
agama yang mana di dalamnya terkandung banyak kewajiban yang harus dijalankan bagi
penganutnya. Berikutnya beberapa sila dalam Pancasila sesuai dengan teori Virtue Ethics yang
mana teori tersebut memeliki empat nilai keutamaan yaitu kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja
keras, dan hidup yang baik. Kemudian Pancasila juga sesuai dengan teori etika Utilitarianisme
yang mana teori tersebut berisi ‘Sesuatu dianggap baik jika mendatangkan sukacita bagi
kebanyakan orang dan mendatangkan dukacita bagi sebagian kecil orang’. Dalam hal ini, contoh
nilai yang sesuai dengan pernyataan tersebut ialah adanya musyawarah untuk menentukan pilihan.
Contoh kasus:
Pejabat negara yang melakukan bisnis alat kesehatan
Dalam pemahaman saya, melakukan bisnis yang dimaksud adalah memanfaatkan kebutuhan
negara dalam pengadaan alat kesehatan untuk keuntungan sendiri yang mana dapat berdampak
pada sulitnya masyarakat untuk mendapatkan alat kesehatan tersebut. Tentu hal tersebut tidak
dapat dibenarkan baik secara moral dan etika. Karena hal tersebut hanya menguntungkan diri
sendiri dan berpotensi besar mendatangkan dukacita atau kesulitan bagi orang lain. Perilaku
tersebut sesuai dengan teori hedonisme etis. Dimana dalam teori tersebut berisi ‘Perbuatan yang
etis adalah perbuatan yang meminimalkan penderitaan dan meningkatkan kesenangan bagi diri
sendiri’.
Dua orang anak muda staf khusus presiden yang memanfaatkan kedudukan untuk
bisnisnya dan anak pejabat negara yang berbisnis dan berpolitik
Menurut saya, dua permasalahan di atas lebih pas apabila dikaitkan dengan toeri relativisme moral.
Dua permasalahan di atas merupakan kasus yang serupa yaitu dimana seseorang memanfaatkan
jabatannya untuk modal dalam melakukan bisnis. Hal tersebut dapat mendatangkan dua perspektif
dan pendapat yang berbeda. Yang pertama, orang akan menilai bahwa yang dilakukan merupakan
tindakan dari penyalahgunaan jabatan. Karena jika ingin memulai suatu bisnis atau usaha tidak
seharusnya membawa status jabatan untuk salah satu upaya melancarkan usaha yang dilakukan.
Orang yang berpikir demikian mungkin karena merasa dirugikan dengan tindakan tersebut yang
membuat usahanya atau bisnisnya tidak lebih laris daripada yang bersangkutan. Namun, jika orang
yang melihat kasus tersebut memiliki pandangan yang lebih terbuka, mereka akan menilai bahwa
hal tersebut merupakan keuntungan dari si pemilik jabatan. Dan mereka tidak keberatan atau
bahkan dirugikan dengan tindakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai