Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memori merupakan bagian integral dari eksistensi manusia. Kita tidak dapat
membayangkan seperti apa manusia itu bila kita tidak dapat mengingat masa lalu, tidak dapat
menyimpan masukan yang baru saja kita dengar, dan tidak dapat mengingat apa yang akan
kita lakukan besok. Sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang dunia ini bukan berasal
dari saat kita lahir tetapi kita peroleh melalui pengalaman yang kita simpan dalam memori
kita.
Bahasa adalah media atau perwujudan hasil pikiran yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa
isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya
tau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat-istiadat,
tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan
segala bentuk masyarakat. Hal ini menandakan bahwa dalam berbahasa diperlukan suatu
tindakan berpikir dan dari hasil pemikiran tersebut diwujudkan dalam bentuk bahasa.
Bahasa dan memori sangat erat kaitannya. Ketika seseorang berbicara sering terjadi
pengaktifan kembali informasi atau pengetahuan yang telah disimpan dalam otaknya.
“pemanggilan kembali” (recall) informasi atau stimulus adalah salah satu bentuk pengaktifan
fungsi bahasa yang tersimpan dalam memori.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa hakikat bahasa?
2. Apa hakikat memori?
3. Di Mana Memori Disimpan?
4. Bagaimana pembentukan dan pemakaian memori?
5. Bagaimana hubungan bahasa dan memori?
6. Bagaimana kasus bahasa terkait memori?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan hakikat bahasa.
2. Mendeskripsikan hakikat memori.
3. Mendeskripsikan tempat penyimpanan memori.
4. Mendeskripsikan pembentukan dan pemakaian memori.
5. Mendeskripsikan hubungan bahasa dan memori.
6. Mendeskripsikan kasus bahasa terkait memori.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa berarti sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri. Menurut Chaer (2009:31) bahasa adalah alat interaksi atau alat
komunikasi di dalam masyarakat. Bahasa juga diartikan sebagai rangkain bunyi yang
mempunyai makna terrtentu. Rangkain bunyi yang kita kenal sebagai kata, melambangkan
suatu konsep. Kumpulan lambang bunyi, dalam pemikirannya, tidak terlepas dari yang satu
dengan yang lainnya. Kata-kata itu dipergunakan dalam suatu sistem yang terpola. Walaupun
bunyi-bunyi bahasa itu di gunakan sudah benar dan sesuai dengan konvensi (kesepakatan
pengguna bahasa), tetapi bila hubungan antar kata-katanya itu tidak berpola, maka proses
komunikasi tidak akan berjalan dengan baik.
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek
faktual ditransformasikan ke dalam simbol-simbol abstrak. Dengan adanya bahasa kita dapat
memikirkan sesuatu meskipun objek yang kita pikirkan itu tidak berada di dekat kita. Dengan
simbol-simbol bahasa yang abstrak, kita dapat memikirkan sesuatu secara terus-menerus dan
kemudian mewariskan pengalamannya itu kepada generasi-generasi berikutnya. Kita dapat
pula mengkomunikasikan sesuatu yang kita pikirkan dan dapat pula belajar sesuatu dari orang
lain.
Dari berbagai definisi di atas maka dapat diketahui beberapa karakteristik bahasa seperti
berikut ini:
a. Bahasa adalah sistem. Terdiri dari sistem bunyi, sistem morfologi dan sistem
sintaksis.
b. Bahasa adalah bunyi. Adapun proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besar
terbagi menjadi empat macam:
1) Proses keluarnya bunyi dari paru-paru.
2) Proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan.
3) Proses artikulasi, yaitu proses terbentuknya bunyi oleh artikulator.
4) Proses oro-nasal, yaitu proses keluarnya bunyi melalui mulut atau hidung.
c. Bahasa itu mengandung makna.
d. Bahasa itu diperoleh.
e. Bahasa itu berkembang atau berubah.

3
f. Bahasa adalah fenomena sosial.
g. Bahasa itu arbitrer.
h. Bahasa itu simbol atau lambang.
i. Bahasa itu serupa dan universal. Keserupaan atau unversalitas bahasa tersebut
memiliki dasar yang kuat, diantaranya:
1) Seorang anak mampu memperoleh bahasa manusia yang beragam dengan cara
yang mudah.
2) Bahasa manusia itu serupa dan universal karena seorang manusia yang memiliki
perasaan yang berbeda dan hidup dalam lingkungan yang berbeda akan
mempunyai pemahaman yang sama ketika dipadankan dengan kalimat yang
mengandung makna sama.
3) Semua manusia ketika mengucapkan bahasa yang bermacam-macam tadi tetap
menggunakan perangkat yang sama yaitu alat ucap. Sehingga alat ucap tersebut
mampu menghasilkan ucapan secara serupa.

B. Hakikat Memori
Setiap manusia memiliki memori untuk menyimpan informasi yang penting bagi dirinya
dan membantu dalam berkomunikasi antarsesama. Salah satu pembeda utama manusia
normal dan tidak normal yaitu memori, karena memori merupakan bagian integral dari
eksistensi manusia. Segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia kita peroleh dari
pengalaman yang kita simpan dalam memori. Komunikasi dengan sesama manusia akan
terhenti karena tanggapan terhadap ujaran interlokutor ditentukan pula oleh kemampuan
memori kita untuk menerima dan menyimpan input itu untuk jangka waktu yang pendek dan
secara sementara (Dardjowidjojo, 2005:269).
Secara singkat memori dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi
sehingga kelak dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Memori adalah kemampuan
kita untuk mengkodekan, menyimpan, mempertahankan dan kemudian mengingat informasi
dan pengalaman masa lalu dalam otak manusia. Dalam istilah yang lebih fisiologis atau
neurologis, memori merupakan satu set pengkodean koneksi saraf dalam otak, yaitu
penciptaan kembali atau rekonstruksi pengalaman masa lalu oleh pelepasan sinkron neuron
yang terlibat dalam pengalaman asli (Martin, 2010: http://www.human-memory.net/).

4
Menurut Rose dan Nicholl (2002:71) terdapat lima tipe memori, yaitu:
1. Work (Kerja)
Memori kerja tergolong memori “jangka-sangat-pendek” yang memungkinkan seseorang
menyimpan dan mengingat beberapa hal pada saat yang sama.
2. Implicit (Implisit)
Memori ini disebut memori “otot”, yaitu memori yang tidak menuntut adanya kesadaran
(otak) ketika seseorang berusaha untuk mengingat sesuatu.
3. Remote (jarak jauh/jangka panjang)
Seluruh informasi atau peristiwa yang pernah diketahui atau dialami seseorang tersimpan
dalam memori. Informasi tersebut kemungkinan besar bisa dimunculkan (diakses) kapan
saja. Memori ini merupakan akumulasi data atau informasi yang beragam yang pernah
dialami sepanjang hidup seseorang, yang cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
4. Episodic
Memori episodic mengacu pada memori yang berkaitan dengan peristiwa khusus yang
terjadi pada suatu tempat dan waktu tertentu.
5. Semantic
Memori semantik mengacu pada pengetahuan umum tanpa spesifikasi waktu dan tempat
terjadinya peristiwa.
Penfield dan Roberts (1959: 228-230) membagi memori menjadi tiga jenis, yaitu: 1)
memori pengalaman, 2) memori konseptual, dan 3) memori kata. Memori pengalaman
adalah memori yang berkaitan dengan hal-hal di masa lalu di mana ada suatu pengalaman
yang bermakna maka pengalaman tersebut semakin diingat dan disimpan. Memori
konseptual adalah memori yang digunakan untuk membangun suatu konsep berdasarkan
fakta-fakta yang masuk ke dalam ingatan manusia. Contoh memori konseptual misalnya,
ketika anak-anak diperkenalkan dengan konsep kupu-kupu dan kemudian melihat gambar
kupu-kupu, maka anak tersebut akan membangun konsep mengenai binatang ini sehingga
pada akhirnya tersimpanlah konsep kupu-kupu itu dimemorinya. Memori kata adalah
memori yang mengaitkan konsep dengan wujud bunyi dari konsep tersebut. Contohnya
adalah apabila seseorang yang lupa nama suatu benda berarti dia gagal memanfaatkan
memori kata (Dardjowidjo, 2005: 274).
Dari segi daya tahan ingatan, dikenal dua jenis memori, yaitu: a) memori jangka pendek,
dan b) memori jangka panjang. Memori jangka pendek adalah sebuah “memori pegangan”
(holding memory) karena memori tersebut hanya menyimpan informasi dalam jangka waktu
sesaat atau temporer, jumlah terbatas, dan informasi itu akan mudah dan cepat dilupakan.

5
Dari memori jangka pendek, informasi ada yang selanjutnya masuk dalam memori jangka
panjang (long term memory) dan ada juga yang hilang atau terbuang. Jumlah informasi yang
dapt disimpan dalam memori jangka pendek biasanya terbatas hanya sampai tujuh item
tunggal, ditambah atau dikurangi dua (Miller, 1956). Kode wilayah, nomor telepon, dan
sejenisnya adalah sebagian dari contoh informasi yang hanya terdiri atas tujuh item tunggal,
ditambah atau dikurangi dua. Kapasitas memori seperti ini sangat terbatas, hanya dapat
menahan sekitar tujuh digit angka atau perihal. Ini pula sebabnya mengapa nomor telepon
diberbagai Negara maksimal tujuh angka. Memori pendek yang sejenak juga tidak tahan
lama, maksimal 30 detik (Dardjowidjo, 2005: 276). Memori pendek sejenak dapat
diperpanjang beberapa menit dengan cara pengulangan. Pada saat kita akan menelepon
seseorang, misalnya kita mengulang nomor yang diberikan sebelum kita menggunakan
nomor-nomor itu. Perpanjangan seperti ini membuat memori pendek sejenak menjadi memori
kerja. Sedangkan memori panjang adalah memori yang sangat lambat bila dilupakan dan
kapasitasnya tidak terbatas. Memori jangka panjang merupakan pengingatan kembali
pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya yang terorganisasi dalam
schema (kerangka mental). Kita dapat menyimpan sejumlah informasi yang tidak terbatas
dalam memori jangka panjang, meskipun dalam proses penyimpanannya memerlukan waktu
yang lebih lama yang ruang lingkupnya tidak terbatas. Contohnya dalam hal mengingat janji
atau membaca informasi yang penting, misalnya lowongan kerja. Memori jangka panjang
juga bersifat relevan (Dardjowidjo, 2005: 276).
Menurut Tuvling dan Lapage (2000) membagi memori menjadi dua kelompok besar:
memori proskopik (disebut juga sebagai memori non-episodik) dan memori palinskopik
(disebut juga memori episodik). Pada memori proskopik pengalaman pada suatu waktu
dimanfaatkan untuk menangani kasus di masa depan. Misalnya, anak yang jarinya terbakar
karena main dengan korek api akan menghindar atau berhati-hati dengan benda itu lagi
(Dardjowidjo, 2005: 277).
Memori palinskopik atau episodik merujuk tidak ke masa depan tetapi ke masa lalu dan
bersifat individual. Pengalaman seseorang dalam hidupnya membentuk memori bagi dia
sendiri. Hal ini perlu dibedakan lagi dengan memori semantik, memori semantik adalah
memori yang berisikan tentang pengetahuan dunia yang dimiliki misalnya tentang
perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala fakta yang kita ketahui. Memori
episodik dan memori semantik adalah satu kesatuan dan bagian dari memori deklaratif
(Dardjowidjo, 2005: 277).

6
C. Di Mana Memori Disimpan?
Para ahli masih berbeda pendapat menganai di mana memori disimpan. Menurut Karl
Lashley (1890-1958), seorang psikolog di Universitas Harvard berpendapat bahwa
memori tidak berada pada suatu titik atau daerah tertentu di otak. Karena memori
membutuhkan banyak bagian dari otak untuk menyimpannya (Dardjowidjo, 2005:273).
Menurut ahli bedah syaraf Wilder Penfield, dengan penelitiannya mengoperasi otak
pasien yang hanya mendapat anastesi lokal (dan karenanya pasien ini sadar) menunjukkan
bahwa lobe temporal merupakan daerah di mana memori disimpan. Prakteknya dengan
menggunakan alat elektronik dengan voltase yang rendah ditusuk-tusukkan pada otak
pada bagian lobe temporal khususnya di daerah Hippocampus, si pasien tersebut tidak
dapat mengingat benda apa yang ditunjuk kepadanya. Hal tersebut tidak terjadi bila yang
ditusukkan pada daerah lobe lain, seperti lobe pariental atau lobe frontal. Maka dapat
disimpulkan bahwa daerah Hippocampus oleh sebagian peneliti diperkirakan sebagai
pusat penyimpanan memori (Dardjowidjo, 2005:273).

Gambar 1: Letak Hippocampus pada Otak

D. Pembentukan dan Pemakaian Memori


Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap:
1. Encoding (Input)
Pada tahap ini orang menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian
memberikan interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Dalam tahap ini

7
seseorang yang menerima suatu informasi akan menginterpretasikan kembali isi informasi
tersebut namun tidak memakai kata-kata yang persis (Dardjowidjojo, 2005: 279). Encoding
terjadi pada tiap jenis memori, yaitu:
a. Encoding dalam memori sensoris
Rangsangan informasi dari indera-indera akan diubah dalam bentuk impuls-impuls
neural dan dikirim ke bagian tertentu di otak (Irwanto dkk, 1991:144).
b. Encoding dalam memori jangka pendek
Mula-mula akan berlangsung proses encoding seperti dalam memori sensoris. Akan
tetapi informasi yang telah diterima oleh otak kemudian dikenai oleh suatu proses
yang disebut control processes, yaitu suatu proses yang mengatur laju dan
mengalirnya informasi (Irwanto dkk, 1991:145).
c. Encoding dalam memori jangka panjang
Untuk dapat masuk ke dalam memori jangka panjang, setelah dalam memori jangka
pendek informasi tersebut diseleksi berdasarkan control processes, perlu dilakukan
suatu proses lain lagi yang disebut semantic atau imagery coding. Dalam proses ini
arti dari informasi dianalisis lebih jauh lagi (Irwanto dkk, 1991:146).
2. Storage
Tahap penyimpanan ini dimulai dengan proses menyimpan informasi pada memori
pendek. Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam memori. Sistem
penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori yang akan diperagakan oleh organisme.
Proses storage juga terjadi di tiap jenis memori, yaitu:
a. Penyimpanan informasi dalam memori sensoris
Memori sensoris ternyata mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang amat
besar, tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang. Mekanisme
semacam ini penting sekali artinya dalam hidup manusia karena hanya dengan
memori seperti inilah kita bisa menaruh perhatian pada sejumlah kecil informasi yang
relevan/berguna untuk hidup kita (Irwanto dkk, 1991:147).

b. Penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek


Kapasitas dalam memori jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan
sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Kita dapat mengingat informasi
dengan cara menjadikan informasi tersebut menjadi satu kesatuan informasi yang
disebut chunk, yaitu sepotong informasi yang disajikan dalam sebagai satu kesatuan
arti.

8
Kesatuan ini membantu kita mengatasi keterbatasan kapasitas memori jangka
pendek. Strategi lain yang sering dilakukan adalah yang biasa disebut jembatan
keledai. Contoh: ANDAL (kata ini sendiri suatu chunk jadi mudah diingat) yang
berarti Analisis Dampak Lingkungan.
Memori jangka pendek juga dapat dibantu melalui pengulangan-pengulangan
informasi yang disebut maintenance rehearsal. Tanpa pengulangan ini, kebanyakan
memori jangka pendek tidak bertahan lebih dari 20 detik (Irwanto dkk, 1991:147-
148).
c. Penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang
Karena proses encoding dalam memori tipe ini melalui penyaringan berdasarkan arti
dari informasi itu bagi organisme, maka penyimpanan informasi dapat berlangsung
secara permanen. Selain itu kapasitas memori jangka panjang ternyata juga amat
besar. Ini memungkinkan penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang
diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun demikian, memori masih bekerja
sangat efisien yaitu dengan jalan mereorganisasi informasi yang diterima dari memori
jangka pendek. Reorganisasi ini erat hubungannya dengan proses retrieval atau
mengingat kembali informasi yang telah disimpan (Irwanto dkk, 1991:149).

3. Output
Ada dua cara yang dipakai: rekognisi (recognition) yaitu proses pemanggilan memori
dengan meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan kepadanya
sebelumnya. Yang kedua yaitu Rekol (recall), pada rekol orang diminta menyatakan sesuatu
yang telah dia lihat atau dengar sebelumnya (Dardjowidjojo, 2005:280).
Menurut Clark dan Clark melalui Dardjowodjojo (2005:280), baik pada rekognisi
maupun rekol orang memanfaatkan tiga informasi eksternal. Pertama, dengan memanfaatkan
pengetahuan tentang bahasa yang dimilikinya, orang menentukan mana yang mungkin dan
mana yang tidak. Kedua, orang memanfaatkan pula pengetahuan tentang dunia. Ketiga, orang
juga memanfaatkan pengetahuan tentang konvensi wacana. Kalau dalam suatu wacana ada
terdapat dua orang, maka kata mereka pasti merujuk pada kedua orang itu.

E. Hubungan Bahasa dan Memori


Bahasa dan memori sangat erat kaitannya. Ketika seseorang berbicara sering terjadi
pengaktifan kembali informasi atau pengetahuan yang telah disimpan dalam otak.
“Pemanggilan kembali” (recall) informasi atau stimulus adalah salah satu bentuk pengaktifan

9
fungsi bahasa yang tersimpan dalam memori. Dengan kata lain, tidak sedikit kegiatan ujaran
yang menuntut pengaktifan memori secara optimal. Apa yang diungkapkan melalui ujaran
atau bahasa itu bukan merupakan penyimbulan pertama kali terhadap peristiwa yang terjadi
pada saat itu dan di tempat itu. Apa yang diungkapan itu merupakan pemunculan kembali
sesuatu acuan atau tanda yang pernah diamati sebelumnya.
Kuat dugaan bahwa pada awalnya fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk mengaktifkan
memori, sehingga komunikasi sosial antarmanusia bisa berlangsung tanpa hambatan. Kalau
saja segala hal yang kita hadapi dalam kehidupan ini dapat disaksikan secara langsung atau
hadir di depan kita setiap saat, kita mungkin tidak perlu menggunakan bahasa lisan atau
ujaran, cukup hanya dengan menunjuk kepada objek yang kita maksudkan di depan mata
kita. Bahasa lisan atau ujaran merupakan alat pemicu memori yang sangat fleksibel dan
memancing pendengar untuk mengaktifkan memorinya dengan jalan berusaha untuk
mengingat kembali peristiwa yang dialaminya di masa lalu. Dalam bahasa terkandung sebuah
pesan mnemonic, yaitu strategi untuk meningkatkan kapasitas dan peran memori.
Otak memiliki kemampuan menyimpan (storage) yang sangat luar biasa yang belum
pernah ada tandingannya. Dengan kemampuannya yang luar biasa itu, otal bahkan dapat
menyimpan informasi dari berbagai kategori/jenis pada tempat terpisah untuk masing-masing
kategori/jenis tersebut. Misalnya, nama-nama binatang disimpan dalam bagian yang berbeda
dengan nama-nama orang. Kemampuan memilah-milah dan menyimpan unsur-unsur tersebut
dalam daerah yang berbeda didukung oleh adanya daerah atau bagian otak yang disebut
“hippocampus” yang terletak di kedua hemisfer otak kanan dan kiri. Fungsi utama bagian ini
adalah untuk menerima, menyaring, dan membantu memasukkan informasi itu ke dalam
memori, bahkan meneruskan informasi tersebut ke bagian-bagian otak lainnya. Dengan peran
seperti itu, dapat dikatakan bahwa hipokampus memberi kontribusi yang sangat besar dalam
menyaring (filter), mempelajari asosiasi-asosiasi bar dan menentukan apa yang penting dan
apa yang layak diabaikan atau ditekan. Tanpa hippocampus kita mungkin masih bisa
melakukan aktivitas belajar, tetapi kita tidak bisa mengingat apa yang telah kita pelajari. Oleh
karena itu, peran hippocampus dalam proses belajar sangat penting, termasuk belajar bahasa.

F. Kasus Bahasa Terkait Memori


Kita sering kali melupakan sesuatu yang penting seperti buku tertinggal, tidak mengingat
janji, dan lain-lain tanpa disengaja maupun yang disengaja. Lupa merupakan suatu gejala di
mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada
empat teori mengenai lupa ini, yaitu Decay Theory, Interference Theory, Retrieval Failure,

10
dan Motivated Forgetting. Selain itu lupa juga terjadi karena sebab-sebab fisiologis. Teori-
teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang (Irwanto dkk, 1991:150).
1. Decay Theory
Teori ini beranggapan bahwa bila kita tidak pernah mengulang apa yang telah terjadi
atau tidak mencoba mengingat suatu informasi, maka informasi tersebut lama-kelamaan akan
menghilang dalam memori. Memori menjadi semakin aus (menyusut) dengan berlalunya
waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Menurut teori ini, setiap informasi yang
tersimpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace) sehingga bila tidak pernah
digunakan maka jejak-jejak tersebut akan menghilang. Namun, para ahli mengemukakan
bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi (Irwanto dkk, 1991:150).
Sebagai contoh kasus Mahasiswa yang belajar hanya pada malam kuis,ia akan mengalami
kelupaan jikalau bahan-bahan kuis tersebut tidak di baca kembali pada semester-semester
berikutnya
2. Interference Theory
Menurut teori ini, informasi sudah berada dalam memori jangka panjang dan lupa bisa
terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi yang lain.
Informasi tersebut dapat mengganggu proses mengingat informasi yang sudah ada. Misalnya,
kita menerima suatu informasi yang baru katakanlah seorang teman yang baru dikenal
memberikan nomernya dan menghafalnya, lalu seorang teman lama juga memberikan nomer
barunya dan mencoba untuk menghafalnya kembali, maka kita kesulitan mengingat apakah
itu nomer teman baru atau teman lama.
Bila informasi baru tersebut membuat kita kesulitan mengingat informasi yang sudah ada
dalam memori, maka disebut interferensi retroaktif. Sebaliknya, informasi baru tersebut sulit
diingat karena informasi yang sudah ada dalam memori, maka hal itu disebut interferensi
proaktif (Irwanto dkk, 1991:151). Misalkn, Anda sedang berada di suatu pesta. Anda
berkenalan dengan seseorang cewek yang bernama Julie. Sesaat kemudian Anda berkenalan
dengan seseorang lain yang bernama Judy. Kemudian Anda melanjutkan pembicaraan Anda
dengan beberapa orang lainnya. Lalu satu jam kemudian, Anda bertemu lagi dengan Julie,
namun Anda salah memanggil namanya; Anda memanggilnya Judy. Dalam peristiwa ini,
nama dari orang yang kedua telah menginterferensi nama orang yang pertama.

3. Retrieval Failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi, tetapi kegagalan untuk mengingat
kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan untuk mengingat kembali lebih

11
disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Kita akan sulit mengingat sesuatu bila
petunjuk-petunjuk untuk mengingat hal tersebut tidak sesuai atau kurang memberikan
gambaran mengenai informasi yang ingin diingat tersebut (Irwanto dkk, 1991:152).
Contohnya, apabila kita mengingat nada lagu tetapi tidak dapat menyanyikannya dan tidak
tahu apa judulnya, ketika lagu itu sedikit saja dinyanyikan oleh orang lain maka kita dapat
lancar menyanyikan kembali lagu tersebut.

4. Motivated Forgetting
Menurut teori ini, kita cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan.
Hal-hal yang menyakitkan ini akan cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul
dalam kesadaran. Misalnya putus cinta, biasanya orang akan mencoba menekankan dan
melupakan memori tentang hal-hal tersebut. Kita bermotivasi untuk tidak mencoba
mengingatnya. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund
Freud (Irwanto dkk, 1991:152-153). Contoh, jika seseorang patah hati sehingga menimbulkan
trauma yang dalam namun ego berkembang untuk mengubah pandangan id yang sedang
terguncang, seseorang mulai mencari kesibukan sehingga lupa akan hal-hal yang dapat
membuat id terguncang lagi. Ego pun menetralkan id dan superego sehingga dari
keterpurukan seseorang dapat lupa akan ingatan yang menyakitkan.

5. Lupa Karena Sebab-Sebab Fisiologis


Menurut teori ini setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik
otak. Perubahan fisik tersebut disebut engram. Bila enggram ini terganggu maka akan
mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi
yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita
amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia
dikatakan menderita amnesia anterograd (Irwanto dkk, 1991:153). Misalnya karena
kecelakaan sehingga menyebabkan lupa ingatan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Bahasa dan memori sangat erat kaitannya. Ketika seseorang berbicara sering terjadi
pengaktifan kembali informasi atau pengetahuan yang telah disimpan dalam otak.
“Pemanggilan kembali” (recall) informasi atau stimulus adalah salah satu bentuk pengaktifan
fungsi bahasa yang tersimpan dalam memori. Dengan kata lain, tidak sedikit kegiatan ujaran
yang menuntut pengaktifan memori secara optimal. Apa yang diungkapkan melalui ujaran
atau bahasa itu bukan merupakan penyimbulan pertama kali terhadap peristiwa yang terjadi
pada saat itu dan di tempat itu. Apa yang diungkapan itu merupakan pemunculan kembali
sesuatu acuan atau tanda yang pernah diamati sebelumnya.

Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap, yakni: 1) Encoding, pada tahap ini
orang menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberikan interpretasi
tentang masukan itu untuk memahaminya; 2) Storage, tahap penyimpanan ini dimulai dengan
proses menyimpan informasi pada memori pendek; dan 3) Output, ada dua cara yang
dipakai: rekognisi (recognition) yaitu proses pemanggilan memori dengan meminta
seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan kepadanya sebelumnya dan
kedua yaitu Rekol (recall), pada rekol orang diminta menyatakan sesuatu yang telah dia lihat
atau dengar sebelumnya.

B. Saran

Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan juga kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta

14

Anda mungkin juga menyukai