1. a. Apa tujuan dari sistem pendaftaran tanah untuk mencapai kaidah yang dimaksud ?
Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997, dinyatakan pendaftaran tanah bertujuan:
1) untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
2) untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk
Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun yang sudah terdaftar;
3) untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
2. Dalam Hukum Agraria dikenal dengan hak ulayat (Istilah dalam hukum adat), dan
dikenal juga hak-hak lain yang sudah dikonsepsikan ke dalam Hukum Tanah Nasional
(HTN).
a. Jelaskan Hubungan Fungsional antara Hukum Adat dan Hukum Tanah Nasional ?
-Hubungan Fungsional antara Hukum Adat dan HTN maksudnya bahwa pembangunan
Hukum Tanah Nasional harus dilakukan dalam bentuk penuangan norma-norma Hukum
Adat dalam peraturan-peraturan perundang-undangan (menjadi Hukum yang tertulis).
Dengan ketentuan bahwa selama peraturan-peraturan tersebut belum ada, maka norma-
norma Hukum Adat bersangkutan tetap berlaku penuh. Hukum Adat dalam UUPA
sebagai dasar Hukum Tanah Nasional, artinya dalam pembangunan Hukum Tanah
Nasional Hukum Adat berfungsi sebagai sumber utama dalam memgambil bahan-bahan
yang diperlukan, sehingga Hukum Adat dalam hubungannya dengan Hukum Tanah
Nasional, bukanlah sekedar pemanis atau pernyataan kosong, melainkan harus diterima
dan ditafsirkan sebagai kehendak yang sebenarnya dari pembentuk Undang-Undang
yang melahirkan UUPA. Sedang dalam hubungannya dengan Hukum Tanah Nasional
positif, norma-norma Hukum Adat berfungsi sebagai hukum yang melengkapi artinya
keberadaannya sampai kapanpun harus dihormati serta tetap menjadi norma-norma atau
nilai-nilai yang hidup.
b. Kita ketahui, bahwa dalam Konsiderans dinyatakan oleh UUPA, bahwa "perlu
adanya hukum agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang tanah."
Juga, bahwa dalam pasal 5 ada pernyataan, bahwa "Hukum Agraria yang berlaku
atas bumi, air, dan angkasa ialah hukum adat." Jelaskan maksud dari konsideran
tersebut ?
-Perlu adanya hukum agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang
tanah diartikan bahwa norma-norma hukum adat yang telah dibersihkan dari unsur-
unsur pengaruh asing dan norma hukum adat itu dalam kenyataannya masih hidup dan
mengikat masyarakat. Konsiderans tersebut tersebut menunjukan, bahwa hukum adat
merupakan sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional. Konsepsi hukum
tanah nasional bertujuan untuk mengembangkan pengertian yang bersumber dari hak
ulayat sebagaimana dalam Pasal 1 Ayat (2), serta memerhatikan rumusan Pasal 1 Ayat
(1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) mengakui dan menempatkan hak bangsa
sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi atas seluruh wilayah Indonesia
sebagai kesatuan tanah air terhadap seluruh rakyat Indonesia yang telah bersatu sebagai
bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa hak-hak penguasaan atas tanah yang lain,
termasuk hak ulayat dan hak-hak individual atas tanah sebagaimana dimaksudkan oleh
penjelasan umum secara langsung atau pun tidak langsung semuanya bersumber pada
hak bangsa.
-Pengertian hak bangsa tersebut, meliputi semua tanah dalam rumusan Pasal 1 Ayat (2)
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), artinya dengan kata "seluruh" berarti seluruh
bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di
wilayah Republik Indonesia menunjukan bahwa tidak ada sejengkal tanah pun di negara
Republik Indonesia yang merupakan tanah yang tak bertuan. (res nullius)
c. Konsepsi Hukum Agraria/ Hukum Tanah Nasional (HTN) adalah 1) HTN bersifat
komunalistik, 2) HTN adalah Hak bangsa Indonesia, 3) HTN adalah Hak
menguasai oleh Negara, apa makna konsepsi dari tiga hal tersebut, pengertian dan
dasar pengaturannya ?
1) -UUPA menganut konsepsi hak tanah yang bersumber dari hukum adat, yaitu
mempunyai dasar komunalistik dan mengandung corak privat serta diliputi suasana
religius. Hal ini sesuai dengan sifat manusia sebagai dwitunggal sebagai individu
dan makhluk sosial. Menguasai dan menggunakan tanah secara individual berarti
bahwa tanah yang bersangkutan boleh dikuasai secara perorangan, dan tidak ada
keharusan untuk menguasainya bersama-sama orang lain secara kolektif, namun
dibalik ketentuan/peraturan menguasai dan menggunakan tanah secara kolektif
bersama terbuka kemungkinan untuk diperbolehkan. Hal ini diatur dalam pasal 4
Ayat (1) yang menyatakan bahwa: "Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai
yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai
oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta
badan-badan hukum.
-konsepsi Hukun Tanah Nasional, bersifat komunalistik artinya disamping diakui
hak perorangan atas tanah bersifat pribadi (individual) juga diakui unsur
kebersamaan atas hak-hak atas tanah. Sifat pribadi hak-hak individual dimaksudkan
menunjuk kepada kewenangan pemegang hak untuk menggunakan tanah yang
bersangkutan bagi kepentingan dan dalam memenuhi kebutuhan pribadi dan
keluarganya, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga negara Indonesia
baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya baik bagi dirinya
sendiri maupun keluarganya.”
(2) Hak menguasai dari Negara ditegaskan dalam ayat 1 pasal ini memberi
wewenang untuk:
a.Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persedian dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.
c.Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan pokok yang telah disebutkan tadi telah ditetapkan
Undang-undang nomor 38 Prp.tahun 1960 tentang penggunaan dan penetapan luas tanah
untuk tanaman-tanaman tertentu, kemudian disempurnakan dengan Undang-undang
nomor 20 tahun 1964 (L.N. 1964 no.188).Undang-undang no.38 Prp. tahun 1960 disusul
undang-undang lainnya yaitu undang- undang 56 Prp.tahun 1960 tentang Penetapan Luas
Tanah Pertanian.Pada mulanya keduanya dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah
Pemgganti Undang-undang, kemudian berdasarkan Undang-undang nomor 1 tahun 1961
(L.N. 1961 no.3) disahkan menjadi Undang-undang. Sebagai aturan pelaksanaan dari
perundang-undangan tersebut di atas berangsur-angsur kemudian keluar aturan
pelaksanaannya yaitu :
(1) Peraturan Pemerintah nomor 224/1960 tentang pembagian tanah dan pemberian ganti
rugi (L.N.1961 no.280,T.L.N.232);
(2) Keputusan Menteri Agraria tanggal 31 Desember 1960 nomor SK. 978/KA/1960
tentang penegasan luas maksimum tanah pertanian;
(3) Keputusan Presiden tanggal 5 April 1961 no.131/1961 yang kemudian diubah dan
diperbaiki dengan Keputusan Presiden tanggal 6 September 1961 no.509/1961 dan
Keputusan Presiden tang-gal 17 Oktober 1964 no.263 tentang Organisasi
pengelenggara-an Landreform;
(4) Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1973 tentang larangan
penguasaan tanah yang melampaui batas.
4. Istilah tata guna tanah biasa juga dikenal dengan istilah asingnya sebagai “Land Use
Planning”. Apabila istilah tata guna tanah dikaitkan dengan obyek hukum agraria
nasional (UUPA), maka penggunaan istilah tersebut kurang tepat. Hal ini dikarenakan
obyek hukum agraria meliputi: bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Sedangkan tata guna tanah hanya berobyek tanah yang
merupakan salah satu bagian dari obyek hukum agraria. Maka istilah yang tepat
adalah “Tata Guna Agraria” atau “Agrarian Use Planning” yang meliputi apa saja
jelaskan?
a. Tata Guna Tanah (land use planning)
b. Tata Guna Air (water use palnning)
c. Tata Guna Ruang Angkasa (air use planning)
-Dalam ketentuan menimbang huruf a TAP MPR No. IX Tahun 2001 Tentang Pembaruan
Agraria Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam ditegaskan bahwa sumber daya agraria/sumber
daya alam meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya sebagai Rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia, merupakan
kekayaan Nasional yang wajib disyukuri.
Penjelasannya adalah -Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna
tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berujud
konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil
(Pasal 1 PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah). Tanah adalah wujud tutupan
permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud
fisik penggunaan tanahnya. Sedangkan pengertian penguasaan tanah adalah hubungan hukum
antara orang per orang, kelompok orang atau badan hukum dengan tanah, sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU No. 5 Tahun 1960 pengertian bumi, selain permukaan
bumi, termasuk pula tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Sedangkan
tanah menurut PP 16 Tahun 2004 ialah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan
bentukan alami maupun buatan manusia. Penatagunaan tanah merupakan bagian dari sub
sistem penataan ruang wilayah yang dituangkan dalam rencana tata ruang wilayah. Rencana
tata ruang wilayah ialah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek administrative dan
atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.