Anda di halaman 1dari 7

Model Soal-Jawab 4:

1. a. Apa tujuan dari sistem pendaftaran tanah untuk mencapai kaidah yang dimaksud ?
Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997, dinyatakan pendaftaran tanah bertujuan:
1) untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
2) untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk
Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun yang sudah terdaftar;
3) untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

b. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan asas-asas hukum sistem


pendaftaran tanah, sebutkan dan jelaskan ?
Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau,
mutakhir dan terbuka. (Pasal 2 PP Nomor 24 Tahun 1997):
1) Asas Sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan
pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, terutama hak atas tanah. Serdaha harus dipahami hemat dalam arti
efisien baik biaya, waktu dan prosedurnya, sedang tuntas bisa dipahami sebagai suatu
perbuatan (tindakan) yang efektif artinya tidak berbelit-belit dan prosedurnya terlaksana
dengan baik sehingga terlihat hasilnya.
2) Asas Aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan
kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri. makna aman pada
dasarnya lebih mengacu pada suatu akibat dari perbuatan subyek hukum, akan tetapi
bukan mengacu pada hasil atau obyek hukum dari dilaksanakan pendaftaran tanah
tersebut.
3) Asas Terjangkau, bahwa asas ini dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak
yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan
golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh pihak yang memerlukan. Asas terjangkau
mempunyai maksud pada konsep efisiensi biaya artinya diharapkan golongan ekonomi
lemah bisa menjangkau biaya yang dibebankan atas pendaftaran tanah.
4) Asas Mutakhir dan Terbuka, bahwa Asas ini dimaksudkan adanya kelengkapan yang
memadai dalam pelaksanaannya dan keseimbangan dalam pemeliharaan datanya. Data
yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Perlunya diikuti kewajiban
mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Asas ini
menuntut pula dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan
berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai
dengan keadaan nyata di lapangan. Sedangkan yang dimaksud dengan Asas Terbuka
yaitu agar data-data tanah di kantor BPN bersifat terbuka untuk publik. dan masyarakat
dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar.
c. Apa konsep yang dipilih dalam sistem pendaftaran tanah di Indonesia, sebutkan dan
jelaskan?
a) Konsep yang dipilih adalah Sistem publikasi yang digunakan UUPA dan PP
No.24/1997 adalah stelsel publisitas negatif (berunsur positif).
-Alasan pemilihan konsep ini adalah untuk efisiensi dan efektifitas pendafataran tanah,
atas pertimbangan wilayah Indonesia yang terbentang dan terbagi atas pulau-pulau.
-Penjelasan atas sistem tsb adalah: Sistemnya bukan negatif murni (mengandung
unsure positif), karena dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, bahwa pendaftaran
menghasilkan surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat, demikian juga dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2), 32 ayat (2) dan 38 ayat(2). --
artinya stelsel publisitas negatif, bentuk karakter negatif dinyatakan secara tegas dalam
penjelasan pasal 32 PP No. 24 tahun 1997 yang menyatakan bahwa pendaftaran tanah
diselenggarakan tidak menggunakan sistem publikasi positif, namun negatif. Karakter
negatif muncul karena tidak adanya kompensasi yang diberikan apabila terjadi
kesalahan atau kekeliruan dalam rangka penerbitan sertifikat hak atas tanahnya, yaitu
terdaftarnya nama seseorang di dalam register bukanlah berarti absolute menjadi
pemilik tanah tersebut apabila ketidakabsahannya dapat dibuktikan oleh pihak lain --
Berkarakter stelsel publisitas positif. Karakter positif tersebut dapat dilihat antara lain:
1) Adanya panitia pemeriksaan tanah "barrister and conveyancer" yang disebut
panitya A dan B yang tugasnya melakukan pengujian dan penelitian " examiner of
title". dari penelitian tersebut maka akan dilakukan pengujian dan menyimpulkan
bahwa setidaknya berisi: pertama, lahan atau bidang tanah yang diajukan permohonan
pendaftaran adalah dalam keadaan baik dan jelas; kedua, bahwa atas permohonan
tersebut tidak ada sengketa dalam kepemilikannya; ketiga, bahwa atas kenyakinan
panitia permohonan tersebut dapat diberikan; keempat, bahwa terhadap alat bukti yang
dijadikaan alas hak untuk pengajuan pendaftaran tidak ada orang yang berprasangka
dan keberatan terhadap kepemilikan pemohon tersebut. Tujuannya untuk menjamin
kepastian hukum tanah yang didaftarkan (pasal 19 UUPA).

b) dari mana sumber konsep tsb?


Sumber konsep dari sistem pendaftaran yang berlaku di Australia yang lazim disebut
Sistem Torrens. Torrens adalah nama penemu sistem tersebut. Sir Robert Richard
Torrens adalah anggota First Colonial Ministry dari provinsi South Australia,
mengambil inisiatif untuk mengintroduksi pendaftaran tanah yang di Australia, yang
dikenal sebagai Real Property Act Nomor. 15 Tahun 1857-1858. Sistem ini kemudian
di dunia dikenal dengan sistem Torrens atau Torrens System. Konsep kepastian hukum
pada Torens System adalah bersifat Indefeasible Title yaitu Negara menjamin
kebenaran data-data tanah (baik yuridis maupun fisik) yang disajikan dalam buku
tanah dan bertanggungjawab atas data-data tersebut sehingga, jaminan kepastian
hukum atas data-data tersebut bersifat mutlak. Adanya jaminan konpensasi ganti rugi
oleh Negara apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan prosedur.

c) kelebihan dan kelemahan konsep Torrens tsb?


Pendaftaran tanah yang dianut oleh sistem Torrens ini tentu mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Keuntungan pendaftaran sistem Torrens ini, yaitu 1) menetapkan biaya-
biaya yang tak dapat diduga sebelumnya, 2) meniadakan pemeriksaan yang berulang-
ulang, 3) meniadakan kebanyakan rekaman, 4) secara tegas menyatakan dasar haknya,
5) melindungi terhadap kesulitan-kesulitan yang tidak tersebut dalam sertifikat, 6)
meniadakan (hampir tak mungkin) pemalsuan, 7) tetap memelihara sistem tersebut
tanpa menambahkan taksasi yang menjengkelkan (berbelit-belit), oleh karena yang
memperoleh kemanfaatan dari sistem tersebut yang membayar biaya, 8) meniadakan
alas hak pajak, 9) dia memberikan suatu alas hak yang abadi, oleh karena negara
menjaminnya tanpa batas. Keuntungan yang terdapat dalam pendaftaran sistem
Torrens tersebut, dapat diambil beberapa hal, yaitu 1) dia mengganti kepastian dari
ketidak-pastian; 2) dia shilling dan waktu penyelesaian dari bulanan menjadi harian
(efektif dan efisien); 3) dia mengubah menjadi singkat (efektif) serta jelas dari ketidak-
jelasan dan bertele-tele.
-Kelemahannya adalah memerlukan penyidikan dan waktu yang cukup lama, kondisi
geografis di Indonesia pada saat itu belum memungkinkan, akan tetapi kondisi
sekarang dengan adanya tehnologi mutakhir semua kelemahan semestinya dapat
diatasi, dengan penerapan tehnologi mutakhir dalam sistem pendafatarn atas tanah.

2. Dalam Hukum Agraria dikenal dengan hak ulayat (Istilah dalam hukum adat), dan
dikenal juga hak-hak lain yang sudah dikonsepsikan ke dalam Hukum Tanah Nasional
(HTN).

a. Jelaskan Hubungan Fungsional antara Hukum Adat dan Hukum Tanah Nasional ?
-Hubungan Fungsional antara Hukum Adat dan HTN maksudnya bahwa pembangunan
Hukum Tanah Nasional harus dilakukan dalam bentuk penuangan norma-norma Hukum
Adat dalam peraturan-peraturan perundang-undangan (menjadi Hukum yang tertulis).
Dengan ketentuan bahwa selama peraturan-peraturan tersebut belum ada, maka norma-
norma Hukum Adat bersangkutan tetap berlaku penuh. Hukum Adat dalam UUPA
sebagai dasar Hukum Tanah Nasional, artinya dalam pembangunan Hukum Tanah
Nasional Hukum Adat berfungsi sebagai sumber utama dalam memgambil bahan-bahan
yang diperlukan, sehingga Hukum Adat dalam hubungannya dengan Hukum Tanah
Nasional, bukanlah sekedar pemanis atau pernyataan kosong, melainkan harus diterima
dan ditafsirkan sebagai kehendak yang sebenarnya dari pembentuk Undang-Undang
yang melahirkan UUPA. Sedang dalam hubungannya dengan Hukum Tanah Nasional
positif, norma-norma Hukum Adat berfungsi sebagai hukum yang melengkapi artinya
keberadaannya sampai kapanpun harus dihormati serta tetap menjadi norma-norma atau
nilai-nilai yang hidup.

b. Kita ketahui, bahwa dalam Konsiderans dinyatakan oleh UUPA, bahwa "perlu
adanya hukum agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang tanah."
Juga, bahwa dalam pasal 5 ada pernyataan, bahwa "Hukum Agraria yang berlaku
atas bumi, air, dan angkasa ialah hukum adat." Jelaskan maksud dari konsideran
tersebut ?
-Perlu adanya hukum agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang
tanah diartikan bahwa norma-norma hukum adat yang telah dibersihkan dari unsur-
unsur pengaruh asing dan norma hukum adat itu dalam kenyataannya masih hidup dan
mengikat masyarakat. Konsiderans tersebut tersebut menunjukan, bahwa hukum adat
merupakan sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional. Konsepsi hukum
tanah nasional bertujuan untuk mengembangkan pengertian yang bersumber dari hak
ulayat sebagaimana dalam Pasal 1 Ayat (2), serta memerhatikan rumusan Pasal 1 Ayat
(1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) mengakui dan menempatkan hak bangsa
sebagai  hak penguasaan atas tanah yang tertinggi atas seluruh wilayah Indonesia
sebagai kesatuan tanah air terhadap seluruh rakyat Indonesia yang telah bersatu sebagai
bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa hak-hak penguasaan atas tanah yang lain,
termasuk hak ulayat dan hak-hak individual atas tanah sebagaimana dimaksudkan oleh
penjelasan umum secara langsung atau pun tidak langsung semuanya bersumber pada
hak bangsa.
-Pengertian hak bangsa tersebut, meliputi semua tanah dalam rumusan Pasal 1 Ayat (2)
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), artinya dengan kata "seluruh" berarti seluruh
bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di
wilayah Republik Indonesia menunjukan bahwa tidak ada sejengkal tanah pun di negara
Republik Indonesia yang merupakan tanah yang tak bertuan. (res nullius)

c. Konsepsi Hukum Agraria/ Hukum Tanah Nasional (HTN) adalah 1) HTN bersifat
komunalistik, 2) HTN adalah Hak bangsa Indonesia, 3) HTN adalah Hak
menguasai oleh Negara, apa makna konsepsi dari tiga hal tersebut, pengertian dan
dasar pengaturannya ?
1) -UUPA menganut konsepsi hak tanah yang bersumber dari hukum adat, yaitu
mempunyai dasar komunalistik dan mengandung corak privat serta diliputi suasana
religius. Hal ini sesuai dengan sifat manusia sebagai dwitunggal sebagai individu
dan makhluk sosial. Menguasai dan menggunakan tanah secara individual berarti
bahwa tanah yang bersangkutan boleh dikuasai secara perorangan, dan tidak ada
keharusan untuk menguasainya bersama-sama orang lain secara kolektif, namun
dibalik ketentuan/peraturan menguasai dan menggunakan tanah secara kolektif
bersama terbuka kemungkinan untuk diperbolehkan. Hal ini diatur dalam pasal 4
Ayat (1) yang menyatakan bahwa: "Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai
yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai
oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta
badan-badan hukum.
-konsepsi Hukun Tanah Nasional, bersifat komunalistik artinya disamping diakui
hak perorangan atas tanah bersifat pribadi (individual) juga diakui unsur
kebersamaan atas hak-hak atas tanah. Sifat pribadi hak-hak individual dimaksudkan
menunjuk kepada kewenangan pemegang hak untuk menggunakan tanah yang
bersangkutan bagi kepentingan dan dalam memenuhi kebutuhan pribadi dan
keluarganya, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga negara Indonesia
baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya baik bagi dirinya
sendiri maupun keluarganya.”

2) Hukum Tanah Nasional adalah Hak Bangsa (Pasal 1  UUPA):


(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia.
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan
kekayaan nasional.
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termasuk
dalam ayat (2)  pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
-Jadi, bumi, air dan ruang angkasa dalam wilayah Republik Indonesia menjadi hak
dari Bangsa Indonesia, tidak semata-mata menjadi hak dari para pemiliknya saja.
Demikian pula, tanah di daerah-daerah dan pulau-pulau tidaklah semata-mata menjadi
hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang bersangkutan saja. Dalam pasal 3 ayat 3
ini berarti bahwa selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia
masih ada dan selama bumi, air dan ruang angkasa Indonesia itu masih ada pula,
maka dalam keadaan yang bagaimanapun tidak ada sesuatu kekuasaan yang akan
dapat memutuskan atau meniadakan hubungan tersebut.
-Hak-hak atas tanah yang langsung bersumber pada hak bangsa disebut hak-hak
primer, meliputi: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai yang
diberikan oleh negara sebagai petugas bangsa, sementara hak-hak yang bersumber
tidak langsung dari hak bangsa adalah apa yang disebut dengan hak sekunder,
meliputi: hak-hak yang diberikan oleh pemegang hak primer seperti hak sewa, bagi
hasil, gadai, dan lain-lainnya.

3) Hukum Tanah Nasional adalah Hak Menguasai oleh Negara.


Pasal 2 UUPA
(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 UUD dan hal-hal sebagai yang
dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
-Perkataan “dikuasai” bukan berarti “dimiliki” artinya mengandung pengertian bahwa
ketentuan tersebut memberi wewenang kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan
seluruh rakyat pada tingkatan tertinggi terhadap penguasaan hak atas tanah.

(2) Hak menguasai dari Negara ditegaskan dalam ayat 1 pasal ini memberi
wewenang untuk:
a.Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persedian dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.
c.Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa

3. Program Landreform dalam politik hukum agraria bertujuan memberdayakan petani


dengan mewujudkan akses terhadap lapangan kerja, yang dijamin dengan akses
terhadap modal dan pasar produksi. Program Landreform sangat ditentukan oleh
kondisi suatu negara, sebab Landreform merupakan sasaran atau target yang harus
diwujudkan oleh pemerintah suatu negara. Oleh karena itu, suatu negara yang telah
beralih dari negara agraris menuju negara industri, berarti pemerintahnya mampu
mewujudkan tujuan Landreform tersebut. a) Di Indonesia program Landreform
meliputi apa saja? b) sebutkan dasar pengaturannya?

a) Di Indonesia program Landreform meliputi:


(1) Pembatasan luas maksimum penguasaan tanah;
(2) Larangan pemilikan tanah secara absentee atau guntai;
(3) Reditribusi tanah-tanah yang selebihnya dari batas maksimum, tanah-tanah yang
terkena larangan absentee, tanah-tanah bekas swapraja dan tanah-tanah negara;
(4) Pengaturan soal pengembalian dan penebusan tanah-tanah pertanian yang digadaikan;
(5) Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian;
(6) Penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian disertai larangan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian
menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil.

b) Dasar utama dari landreform ialah UUPA masing-masing diatura pada:


(1) Pasal 7 UUPA yang mengatakan:
“Untuk tidak merugikan kepentingan umum, maka pemilikan dan penguasaan tanah
yang melampaui batas tidak diperkenankan”
(2) Pasal 10 UUPA
Ayat 1: “Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai hak atas tanah pertanian
pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif
dengan mencegah cara-cara pemerasan;
Ayat 2: “Pelaksanaan daripada ketentuan dalam ayat (1) Pasal ini akan diatur lebih
lanjut dengan peraturan perundangan”
(3) Pasal 17 UUPA
Ayat 1; Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 7 maka untuk mencapai tujuan
dalam Pasal 2 Ayat (3) diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah yang boleh
dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam Pasal 16 oleh satu keluarga atau badan
hukum;
Ayat 2; Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat 1 pasal ini dilakukan
dengan peraturan perundangan di dalam waktu yang singkat ;
Ayat 3; Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud
dalam ayat (2) pasal ini diambil oleh pemerintah dengan ganti rugi,untuk selanjutnya
dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam
peraturan pemerintah.
Ayat 4; Tercapainya batas maksimum termaksud dalam ayat (1) ini yang akan
ditetapkan dengan peraturan perundang-an,dilaksanakan secara berangsur-angsur.

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan pokok yang telah disebutkan tadi telah ditetapkan
Undang-undang nomor 38 Prp.tahun 1960 tentang penggunaan dan penetapan luas tanah
untuk tanaman-tanaman tertentu, kemudian disempurnakan dengan Undang-undang
nomor 20 tahun 1964 (L.N. 1964 no.188).Undang-undang no.38 Prp. tahun 1960 disusul
undang-undang lainnya yaitu undang- undang 56 Prp.tahun 1960 tentang Penetapan Luas
Tanah Pertanian.Pada mulanya keduanya dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah
Pemgganti Undang-undang, kemudian berdasarkan Undang-undang nomor 1 tahun 1961
(L.N. 1961 no.3) disahkan menjadi Undang-undang. Sebagai aturan pelaksanaan dari
perundang-undangan tersebut di atas berangsur-angsur kemudian keluar aturan
pelaksanaannya yaitu :
(1) Peraturan Pemerintah nomor 224/1960 tentang pembagian tanah dan pemberian ganti
rugi (L.N.1961 no.280,T.L.N.232);
(2) Keputusan Menteri Agraria tanggal 31 Desember 1960 nomor SK. 978/KA/1960
tentang penegasan luas maksimum tanah pertanian;
(3) Keputusan Presiden tanggal 5 April 1961 no.131/1961 yang kemudian diubah dan
diperbaiki dengan Keputusan Presiden tanggal 6 September 1961 no.509/1961 dan
Keputusan Presiden tang-gal 17 Oktober 1964 no.263 tentang Organisasi
pengelenggara-an Landreform;
(4) Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1973 tentang larangan
penguasaan tanah yang melampaui batas.

4. Istilah tata guna tanah biasa juga dikenal dengan istilah asingnya sebagai “Land Use
Planning”. Apabila istilah tata guna tanah dikaitkan dengan obyek hukum agraria
nasional (UUPA), maka penggunaan istilah tersebut kurang tepat. Hal ini dikarenakan
obyek hukum agraria meliputi: bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Sedangkan tata guna tanah hanya berobyek tanah yang
merupakan salah satu bagian dari obyek hukum agraria. Maka istilah yang tepat
adalah “Tata Guna Agraria” atau “Agrarian Use Planning” yang meliputi apa saja
jelaskan?
a. Tata Guna Tanah (land use planning)
b. Tata Guna Air (water use palnning)
c. Tata Guna Ruang Angkasa (air use planning)
-Dalam ketentuan menimbang huruf a TAP MPR No. IX Tahun 2001 Tentang Pembaruan
Agraria Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam ditegaskan bahwa sumber daya agraria/sumber
daya alam meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya sebagai Rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia, merupakan
kekayaan Nasional yang wajib disyukuri.
Penjelasannya adalah -Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna
tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berujud
konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil
(Pasal 1 PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah). Tanah adalah wujud tutupan
permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud
fisik penggunaan tanahnya. Sedangkan pengertian penguasaan tanah adalah hubungan hukum
antara orang per orang, kelompok orang atau badan hukum dengan tanah, sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU No. 5 Tahun 1960 pengertian bumi, selain permukaan
bumi, termasuk pula tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Sedangkan
tanah menurut PP 16 Tahun 2004 ialah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan
bentukan alami maupun buatan manusia. Penatagunaan tanah merupakan bagian dari sub
sistem penataan ruang wilayah yang dituangkan dalam rencana tata ruang wilayah. Rencana
tata ruang wilayah ialah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek administrative dan
atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai