Anda di halaman 1dari 3

MONOLOG

KISAH
RUMAH ‘45
KARYA: YUSUF.KURNIAWAN

ADEGAN BISA DIMULAI DENGAN GERAKAN-GERAKAN TUBUH MATI TANPA


RASA.
YA MUNGKIN TIDAK SELURUH TUBUH,HANYA BEBERAPA BAGIAN TUBUH SAJA.
DAN SAMBIL PEMAIN BERSIAP TAMPIL,ENTAH PEMAIN SEDANG MENGENAKAN
KOSTUM APA.
ITU TERSERAH PADA SUTRADARA SAJA.
DAN KETIKA PEMAIN SUDAH SIAP,PENTAS SUDAH BISA DIMULAI,DENGAN
PEMAIN GESTUR ATAU TIDAK. ITU JUGA TERSERAH PADA SUTRADARA.

saya sedang terburu-buru. Jadi mohon maaf apabila saya tidak terlihat rapih,seperti apa yang
anda harapkan. Tetapi,saya tidak berani untuk pergi keluar.
Udaranya dingin,tapi kadang panas,awannya pun mendung,tapi kadang cerah,tanahnya pun
gersang,tapi kadang tandus,manusianya galak-galak,tapi kadang baik.
Yasudahlah,mungkin nanti saja aku keluar dari sini,jika udara sudah pasti,tidak terkadang
dingin,terkadang panas,dan jika awannya pun sudah pasti,mendung atau cerah,tanahnya
juga,tidak tandus atau gersang,yang pasti saja,dan kalau manusianya sudah tertidur,karena
manusia tidak bisa pasti,terkadang bisa galak,terkadang bisa pula baik.
Tetapi aku sudah bosan disini,hanya diam dan berharap semua terjadi.
Sudah lama aku saban hari seperti ini saja,bersiap-siap tetapi tidak berani untuk keluar.
Ya karena itu tadi,karena semua tidak ada yang pasti. Dan manusia itu tidak juga tertidur.
Hanya diam dan berharap semua terjadi,tetapi tidak pernah terjadi.
Sejak aku masih ditimang-timang oleh ibu,hingga kini aku sudah dewasa,tidak juga itu terjadi.
Atau mungkin,hingga nanti aku tua dan mati itu semua tidak akan kunjung terjadi.
Untung saja rumah ku ini dibangun dengan kuat,dengan tenaga yang penuh semangat.
Jadi aku cukup tenang apabila ada sesuatu datang tuk menyapa rumah ku.
Oh,iya. Menyapa disini maksutnya bukan bertamu atau bertemu kerabat,melainkan menyapa
yang saya maksut adalah peristiwa yang menyeramkan.
Seperti contohnya badai,angin topan,atau bahkan banjir,ataupun yang lain.
Itu maksut ku dengan kata menyapa.

Waktu itu saya pernah mencoba untuk keluar dari sini. Tetapi saya sungguh ketakutan dan tidak
percaya dengan apa yang saya rasakan ketika saya berada diluar sana.
Saya diabaiakn oleh manusia-manusia,seakan saya sedang tidak berada diluar. Lalu saya
bertanya pada salah satu manusia diluar sana,saya bertanya “anda kenal siapa saya?” lalu saya
sakit hati karena manusia itu menjawab “saya tidak kenal dengan anda!”. Tetapi saya tidak
terlalu mendengarkan apa yang saya dengar itu,dan saya melanjutkan jalan menuju ke tujuan
yang saya idamkan,tetapi baru beberapa langkah saya maju,ada satu manusia yang menghadang
saya,lalu manusia itu bertanya “hei,apakah anda warga kampung sini?” ,saya menjawab
“iya,saya warga kampung sini asli”. Manusia itu tidak percaya sepertinya,kalau saya adalah
warga kampung asli,kemudian manusia itu bertanya,”dimana anda tinggal ?” saya menunjukan
tempat tinggal saya pada manusia itu “itu,disana tempat tinggal saya,dirumah yang besar itu.”
Setelah saya menunjukan rumah saya pada manusia itu,tapi kurang ajar,manusia itu justru
tertawa.
Kemudian saya bertanya pada manusia itu “kenapa anda tertawa? Apa ada yang lucu dari kalimat
ku tadi?”,dia menjawab “tidak,tidak ada yang lucu dari kalimat mu tadi. Hanya saja saya
heran,mengapa rumah anda yang besar itu,hanya berisikan mikrofon? Dan kotor rumah anda itu.
Agar tidak seperti dijelek-jelekan diluar.” Jika saya jujur,awalnya saya tidak mengerti apa yang
dikatakan oleh manusia itu. Tetapi lambat laun waktu,saya mengerti juga,apa artinya yang
dikatakan oleh manusia itu. Dia bukan menyindir saya,tetapi justru menasihati saya,agar
mikrofon-mikrofon yang ada dirumah saya itu dibuang,dan munngkin digantikan oleh alat
lainnya.

Bukan kah kini sudah jelas mengapa aku tidak mau lagi untuk keluar kesana. Ya karena itu tadi
sebabnya. Aku sudah tidak lagi dikenal,sudah tidak lagi dihargai,bahkan dianggap tidak ada.
Padahal,dahulu kata orang tua saya,orang tua saya itu terkenal dikapung sini,karena
ketampanan,kecantikan,kecerdasan,keunikan,dan semangat orang tua saya.
justru itu orang tua saya terkenal dikampung sini dahulu,dan juga orang tua saya memiliki rumah
yang besar satu-satunya dikampung sini. Kemudian lambat laun secara disengaja atau
tidak,orang tua saya membeli mikrofon-mikrofon itu,yang tidak dapat dikembalikan atau dijual
pada orang lain. Lalu orang tua saya membuat saya dengan penuh hati-hati,karena saya akan jadi
anak semata wayangnya yang diharapkan bisa merawat manusia-manusia yang ada dirumah ini.
Tetapi saya mengaku,saya tidak bisa merawat mereka semua sendirian. Sekarang lihat
saja,mereka lalu lalang disini mengabaikan saya yang sedang bercuap-cuap disini. Saya sudah
muak ! mungkin manusia disini menganggap saya sudah mati,atau hanya sekedar mengabaikan
saya saja. Tapi tetap saja saya muak ! biarkan saja manusia-manusia disini mengabaikan
saya,saya jamin rumah ini akan roboh lalu hancur,jika mereka terus-menerus begitu ! karena
saya adalah anak kandung dari orang tua saya,yang benar-benar dibuat dengan hati-hati !
sedangkan yang lain apa !? hanya adopsian belaka yang tidak tau diri,betapa dengan susah
payahnya orang tua saya membuat saya pada waktu itu. Sebentar lagi badai akan datang seperti
biasa,mencoba menghancurkan rumah ini. Dan seperti biasa juga,manusia-manusia disini hanya
diam dan bergerak lalu lalang tidak jelas arah tujuan. Sedangkan saya ! repot kesana
kemari,mondar mandir,karena pasti atap rumah ini ada yang bocor. Sial ! saya sendiri tidak akan
mampu untuk menanggulangi bocornya rumah saya ini. Karena saya sedang mati suri .

Ya ! mohon maaf atas perkataan saya yang semakin tidak menentu itu,alangkah tidak sopannya
saya bercuap-cuap seperti itu,sedangkan saya sendiri saja belum memperkenalkan siapa diri saya
ini . hahahaha . oke,orangtua saya berkata,rumah ini dibangun pada tahun 1945,dan kata
orangtua saya,nama saya pada akta kelahiran adalah pancasila. Salam kenal dari saya,dan
semoga anda semua tidak melupakan saya,setelah perkenalan ini.

Anda mungkin juga menyukai