Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS TUBERKULOSIS

Diajukan Dalam Rangka


Menyelesaikan tugas kunjungan industri

Disusun Oleh :

1. Ridho putra rianto

SMK NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG


2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

MENYETUJUI :

Guru Pembimbing 1 Guru pembimbing 2


SMK Negri 7 Bandar Lampung SMK Negeri 7 Bandar Lampung

Resty Ayu Subiyanto., S. Kep Ika Lukita Wardhani, S.Kep

Ketua Program Dasar Dasar Layanan Kesehatan


SMK NEGERI 7 Bandar Lampung,

Surya Nur Rohman, S.Kep., M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang
telahberkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga asuhan keperawatan ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.Kami berharap semoga asuhan keperawatan ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya asuhan keperawatan selanjutnya yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................
LATAR BELAKANG...............................................................................................................
TUJUAN.................................................................................................................................

BAB 2 URAIAN KASUS ..................................................................................................


LAPORAN URAIAN.............................................................................................................
1. definis...................................................................................................................
2. etiologi.................................................................................................................
3. manifestasi...............................................................................................................
4. patofisiologi..............................................................................................................
5. p.penunjang..............................................................................................................

B. asuhan keperawatan...........................................................................................
1. diagnosa...................................................................................................................
2. diagnosa.................................................................................................................
3. diagnosa................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................
KESIMPULAN.....................................................................................................................
SARAN................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
TB Paru adalah penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan pada tempattinggal
dengan lingkungan yang padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besartelah
mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB
Paru(Amin & Bahar, 2010).Penyakit TB Paru telah menjadi masalah kesehatan yang paling
utama di dunia. Secaraglobal pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB Paru (CI
8,8 juta

12 juta) yangdengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India,Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan (Global Tuberculosis Report,
2017). Jumlah kasus TBdi Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17
Mei 2018). Kasus insiden TBParu di Provinsi Riau berjumlah 3955 kasus dengan penderita
laki-laki sebanyak 2525 (63,84%)dan penderita perempuan sebanyak 1430 (36,16%) (Profil
Kesehatan Provinsi Riau, 2017).Berdasarkan riset kesehatan dasar ( Riskesdas ). 2010
ditemukan bahwa prapelensi TBnasional dengan pemeriksaan BTA Microsopis pagi-suwaktu
dengan dua slide BTA positifadalah 289/100.000 Penduduk, sedangkan repelensi TB nasional
dengan Satu slide BTA positifadalah 415/100.000 Penduduk ( Balidbangkes Depkes RI
2010).Penemuan pasien langkah pertama dalam kegiatan program penanggulanggan
TB.Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat
menurunkankesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB dimasyarakat dan sekaligus
merupakankegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.Angka
penemuan kasus (Case Detection Rate=CDR), diindonesia telah mencapai 73%dari target
yang ditetapkan yaitu target minimal sebesar 70%. Meskipun pelaksanan program
pengendalian TBditingkat nasional menunjukan perkembangan berarti dalam keberhasilan
penemuan kasus dan pengobatan, namun kinerja ditingkat provinsi menggambarkan
kesenjanganantar daerah. 25 provinsi diindonesia belum mencapai CDR 70% dan hanya 7
provinsi yangmampu memenuhi target CDR 70% dan 85% keberhasilan pengobatan
( Kemenkes RI 2011)

2. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Faktor umur, prilaku
merokok, pentilasi rumah yang kurang baik, serta riwayat kontak serumah dengan penderita.
Merupakan factor yang berhubungan dengan terjadinya TB paru diwilayah puskesmas
kedaton kecamatan Bandar lampung, kab. BANDAR LAMPUNG tahun 2018.

BAB 2 URAIAN KASUS


1. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis dan disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA)

(Infodatin Kemenkes RI, 2018). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru (TB

paru), namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (TB ekstra paru).

Penularan TB terutama terjadi secara aerogen atau lewat udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak/sputum). Sumber penularan TB yaitu penderita TB paru

BTA positif yang ketika batuk, bersin atau berbicara mengeluarkan droplet yang

mengandung bakteri M. tuberculosis (Kemenkes RI, 2017).

2. ETIOLOGI
Penyebab infeksi yaitu kompleks Micobacterium Tuberculosi,

M. Africanum terutama berasal dari manusia dan M. Bovis yang berasal

dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang

sulit di bedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur.
Analisi genetic sequence dengan

menggunakan teknik PCR sangat membantu identifikasi kultur.

Bakteri Mycobacterium tuberculosis memiliki bentuk batang,

yang memiliki panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Bakteri ini
tahan terhadap asam serta kimia karena sebagian besar kuman terdiri

dari lemak/lipid. Sifat dari kuman ini sangat menyukai daerah yang

mengandung banyak banyak oksigen seperti apek pada paru. Daerah

tersebut menjadi predileksi terhadap penyakit Tuberkulosis (Firdaus,

2012) .

3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kemenkes RI (2014), Gejala utama TB Paru adalah batuk

berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.batuk biasanya diikuti gejala tambahan

yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan. Menurut Tabrani Rab (2013),

Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe infeksi yang

primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala pneumonia,

yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat dalam bentuk

pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa

nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh

dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer


terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari,

tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas,

hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga

menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang

masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan

gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosismiliar, peritonitisdengan fenoma papan

catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher,

yakni berupa skrofuloderma. Menurut Brunner dan Suddarth (2013), Tuberkulosis

dapat mempunyai manifestasi antipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa

dan perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penurunan berat badan. Basil

TB Paru dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.

4. PATOFISIOLOGI
Bakteri basil Mycobacterium tuberculosis berkumpul dan

mengalami perkembangbiakan di alveoli melewati saluran nafas.

Seseorang yang diduga menghirup bakteri tersebut bisa mengalami

infeksi. Basil ini juga menyebar melewati system limfe serta aliran

darah ke bagian tubuh yang lain seperti ginjal, tulang, korteks serebri
dan lobus atas paru-paru.

Respon kekebalan tubuh terjadi saat adanya reaksi inflamasi

neutrophil serta makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit

yang spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil

dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronkopneuminia.

Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah

terpapar. Granuloma yaitu massa jaringan baru yang berisi gumpalan

basil ada yang hidup dan sudah mati, membentuk makrofag yang

disekelilingnya terdapat makrofag. Massa jaringan fibrosa terbentuk

oleh granuloma, yang bagian tengahnya disebut Ghon Tubercle. Bakteri

tuberculosis menjadi non-aktif apabila makrofag dan dan bakteri

menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing caseosa),

selanjutnya akan terbentuk klasifikasi, membetuk jaringan kolagen.

Sistem imun pada tubuh manusia yang menurun bisa

menimbulkan perkembangan penyakit lebih aktif setelah infeksi awal

atau bisa disebut aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Terjadinya
ulserasi pada Ghon Tubercle yang menjadi perkijuan serta mengalami

proses penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang sudah

terinfeksi akan meradang, menimbulkan brokopneumonia, membentuk

tuberkel dan basil terus berkembangbiak didalam sel. Basil menyebar

melewati kelenjar getah bening serta makrofag yang mengadakan

infiltrasi lebih panjang dan sebagian menyatu menjadi sel tuberkel

epiteloid yang di sekelilingnya terdapat limfosit proses ini

membutuhkan waktu 10-20 hari. Pembentukan suatu kapsul seperti

diatas terjadi pada daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan

granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast yang bisa

mengakibatkan proses berbeda (Somantri I, 2012).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN PENUNJANG TBC


1. Anamnesis pada pemeriksaan fisik 2.Laboratorium darah rutin ( LED normal atau
meningkat,limfositosis)3.Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang
menunjang diagnosis TB, yaitu :a.Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau
segmen apikal lobus bawah. b.Bayangan berawan (patchy) atau berbercak
(nodular)c.Adanya kavitas, tunggal atau gandad.Kelainan bilateral, terutama di
lapangan atas parue.Adanya klasifikasif.Bayangan menetap pada foto ulang beberapa
minggu kemudiang.Bayangan milier 4.Pemeriksaan sputum BTA pemeriksaan
sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif
karena hanya 30-70 persen pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini5.Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)merupakan uji serologi
imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staninguntuk
menentukan adanyan IgG spesifik terhadap basil TB6.Tes mantoux /
tuberkulin7.Teknik polymerase chain reactiondeteksi DNA kuman secara spesifik
melalui aplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapatmendeteksi meskipun hanya
ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapatmendeteksi adanya
retensi8.Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)deteksi grouth
index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam lemak olehM.
Tuberculosis9.Enzyme Linked Immunosorbent Assaydeteksi respon humoral
memakai antigen-antibody yang terjadi. Pelaksanaannya rumit danantibody dapat
menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah10.MYCODOTDeteksi
antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang di rekatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plasti, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila
terdapatantibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah

ASUHAN KEPERAWATAN

1.Diagnosa Rencana Risional


keperawata kriteria

bersih jalan nafas a. Kaji fungsi a. Ronkhi, mengi


tidak efektif
berhubungan Setelah pernapasan menunjukkan

dilakukan (bunyi napas, akumulasi

tindakan kecepatan, sekret/

keperawatan, irama, ketidakmampun

diharapkan kedalaman, dan untuk

bersihan jalan penggunaan otot membersihkan

napas dengan bantu aksesori) jalan napas

kriteria hasil : b. Catat b. Pengeluaran sulit


Pasien dapat kemampuan bila sekret sangat

mengeluarkan pasien tebal, sputum

sekret tanpa mengeluarkan berdarah kental/

bantuan, Pasien dahak, catat darah cerah

berpartisipasi karakter, jumlah (misal infeksi,

dalam program dahak, adanya atau tidak

pengobatan hemoptisis kuatnya hidrasi)

c. Ajarkan pasien c. Posisi membantu

posisi semi memaksimalkan

fowler tinggi ekspansi paru

dan latihan dan menurunkan

napas dalamd. upaya


Anjurkan pasien
d. Pemasukan
untuk banyak
tinggi cairan
minum air
untuk
sedikitnya
mengencerkan
2500ml perhari.
sekret,
e. Kolaborasi :
membantu agar
Pemberian terapi
dahak mudah
OAT 3 tablet/hari
dikeluarkan
dan injeksi
e. Antibiotik
cefotaxim 1gr
spectrum luas,

membunuh

kuman TBC
2.Setelah a. Pantau suhu a. Sebagai

dilakukan tubuh indikator untuk

tindakan b. Anjurkan untuk mengetahui

keperawatan banyak minum status hipetermi


diharapkan suhu air putih untuk b. Dalam kondisi

tubuh kembali mencegah demam terjadi

normal dengan dehidrasi peningkatan

kriteria hasil : c. Anjurkan istri evaporasi yang

suhu tubuh pasien agar memicu

dalam rentang memberikan timbulnya

(36oC – 37oC) kompres hangat dehidrasi

pada lipatan c. Mengurangi

ketiak dan suhu tubuh dan

femur memberikan

d. Anjurkan kenyamanan

pasien untuk pada pasien

memakai dengan faktor

pakaian yang konduksi

menyerap d. Untuk

keringat meningkatkan

e. Kolaborasi : pengeluaran

Pemberian panas melalui

paracetamol radiasi

500mg e. Mengurangi

panas dengan

farmakologis
3.Kurang Setelah dilakukan 3.1. Identifikasi

pengetahuan tindakan kesiapan dan


keperawatan
berhubungan kemampuan
selama 1x25 menit
dengan kurangnya menerima informasi
diharapkan pasien
informasi. 3.2. Sediakan
Kriteria Hasil :
materi dan media
1. Pasien dan
pendidikan
keluarga
Kesehatan
menyatakan
3.3. Jadwalkan
pemahaman
pendidikan
tentang penyakit,
kesehatan sesuai
kondisi, progosis
kesepakatan
dan program
3.4. Jelaskan
pengobatan
faktor resiko
2. Pasien dan
yang dapat
keluarga mampu
mempengaruhi
melaksanakan
kesehatan
prosedur yang

dijelaskan secara

benar

3. Pasien dan

keluarga mampu

menjelaskan

kembali apa yang

dijelaskan

perawat/tim

kesehatan lainnya.
BAB 3 PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberculosis paru memberikan

pengalaman nyata untuk penulis dengan menerapkan konsep teoritis pada

aplikasinya. Maka dari itu penulis dapat menemukan kesenjangan teori dan

praktek di lapangan, merupakan satu keunikan pasien dalam merespon

terhadap masalah kesehatan.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu :

1. Bagi pasien

TBC hendaknya meningkatkan motivasinya dalam

pengobatan TB, seperti selalu mengingatkan pasien agar patuh

berobat. Hal ini karenakan proses pengobatan TB berjaslan lama dan

dapat menyebabkan kebosanan pada pasien TB.

2. Bagi masyarakat

Masyarakat hendaknya juga senantiasa memperhatikan


konsisi lingkungan sekitar, baik terhadap informasi adanya warga

masyarakat yang mengalami tanda dan gejala TB, sehingga deteksi

pasien TB dapat ditemukan dan pengobatan segera dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai