Anda di halaman 1dari 47

APRESIASI DAN ANALISIS KARYA SENI RUPA

DUA DIMENSI DAN TIGA DIMENSI

DISUSUN OLEH:

AHMAD UBAY
PRAYOGA HARIO WIDODO
SYAHRIAL RAFKY
YOLANDA AURA SULDINA
YUNITA TRIANA

XII MIA 6
SMAN 2 BONDOWOSO
2022/2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II...................................................................................................................6
2.1 Pengertian Analisis Karya Seni Rupa............................................................6
2.1.1 Teknik Analisis Karya Seni Rupa............................................................6
2.1.2 Aspek-aspek Formal Dalam Karya Seni..................................................6
2.1.3 Tahapan dalam Analisis Karya Seni Rupa..............................................7
2.2 Pengertian Karya Seni Rupa 2 Dimensi.........................................................8
2.3 Unsur-unsur dan Prinsip Karya Seni Rupa 2 Dimensi...................................8
2.4 Pengertian Karya Seni Rupa 3 Dimensi.......................................................12
2.5 Unsur-unsur dan Prinsip Karya Seni Rupa 3 Dimensi.................................12
BAB III...............................................................................................................14
3.1 Karya Seni Rupa 2 Dimensi.........................................................................14
3.1.1 Catching a Butterfly / Menangkap Kupu-Kupu.....................................14
3.1.2 The Persistance of Memory...................................................................15
3.1.3 Christina’s World...................................................................................17
3.1.4 Penangkapan Pangeran Diponegoro......................................................18
3.1.5 The Potato Eaters...................................................................................20
3.1.6 Kakak dan Adik.....................................................................................21
3.1.7 The Scream............................................................................................23
3.1.8 Potret Diri dan Topeng-topeng Kehidupan............................................24
3.1.9 Starry Night...........................................................................................26
3.1.10 Terrace Café at Night...........................................................................28
3.2 Karya Seni Rupa 3 Dimensi.........................................................................30

2
3.2.1 Garuda Wisnu Kencana.........................................................................30
3.2.2 Mother and Child...................................................................................33
3.2.3 Sura dan Baya........................................................................................35
3.2.4 Dirgantara / Pancoran............................................................................36
3.2.5 Liberty....................................................................................................37
3.2.6 Christ the Redeemer..............................................................................39
3.2.7 Patung Merlion Singapura.....................................................................40
3.2.8 Surrounding David (Michelangelo).......................................................42
3.2.9 Jenderal Sudirman.................................................................................44
3.2.10 The Motherland Calls..........................................................................46
BAB IV...............................................................................................................47
4.1 Kesimpulan...................................................................................................47
4.2 Saran.............................................................................................................47

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni lukis dari sudut pandang sikap mental berkarya dapat didefinisikan
sebagai aktivitasberolah rupa yang pada prosesnya lebih menekankan pada
kebebasan ekspresi pencipta (Widodo, 1992). Seorang pencipta memiliki
kebebasan untuk menciptakan visualisasi karyayang diciptakan. Lukisan
diciptakan untuk berbagai tujuan seperti menciptakan keindahanmemberikan
hiasan, menampakkan kebenaran, mengungkapkan nilai-nilai
religious,mengungkapkan fantasi, mencatat pengalaman, mencerminkan keadaan
sosial budaya atauuntuk mengungkapkan masalah secara umum. Karya seni
dengan berbagai peran iniberfungsi untuk memenuhi kebutuhan rohani, yaitu
sebagai media ekspresi bagi pencipta atausebagai media apresiasi bagi
penerimanya dapat disebut sebagai lukisan. Menurut Widodo(1992) seni lukis dari
sudut pandang fungsi dapat didefinisikan sebagai karya seni yangdiciptakan
semata-mata sebagai sarana curahan isi hati penciptanya.

Mengevaluasi sebuah karya seni lukis, banyak sekali permasalahan terkait


kelebihan sertakekurangan yang bisa diungkap, seperti masalah ide, konsep,
bentuk, media dan teknik. Senirupa secara tidak langsung merupakan wilayah
keilmuan yang sarat dengan ide kreatif yangdidukung kemampuan praktikal
dalam menyusun atau membuat visualisasi estetis yang dipengaruhi oleh
perasaan, psikologis, maupun keadaan lingkungan seniman. Selain
haltersebut seni juga merupakan miniatur dari sebuah realita yang besar, seperti
pendapat ErichKahler, yang dikutip Humar Sahman, mengatakan bahwa: “Seni
juga merupakan kegiatan manusia yang menjelajahi dan dengan ini
menciptakanrealitas baru dalam suatu cara yang di luar akal dan berdasarkan
penglihatan serta menyajikanrealita itu secara perlambang atau kiasan sebagai
sebuah kebulatan dunia kecil yang mencerminkan sebuah kebulatan dunia besar”.
(Sahman, 1993)

Menganalisis karya seni rupa merupakan suatu kegiatan yang bisa jadi
cukup membingungkan bagi beberapa kalangan. Namun, sebetulnya kita dapat
memulainya dengan mengapresiasinya dengan baik terlebih dahulu. Saat kita
mampu mengapresiasinya dengan baik, maka kita akan mulai melihat berbagai
sisi yang selama ini belum kita temukan. Namun apresiasi sendiri kadang kala
tidak semudah itu untuk dilakukan. Apalagi jika karya yang ingin kita apresiasi
tidak menarik perhatian kita. Oleh sebab itu, memilih karya yang menarik

4
perhatian kita merupakan salah satu cara untuk melatihnya. Jika kita menyukai
karya yang kita amati, maka akan jauh lebih mudah bagi kita untuk
mengapresiasinya secara penuh. Oleh karena itu, kita harus mampu
mengklasifikasikan karya berdasarkan fungsinya pula pada saat menganalisis
karya seni rupa. Hal ini untuk memastikan bahwa kita benar-benar mengetahui
fungsi dibalik karya yang kita analisis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Analisis Karya Seni Rupa?
2. Apakah yang dimaksud dengan karya seni rupa 2 dimensi?
3. Apa saja unsur dan prinsip dari karya seni rupa 2 dimensi?
4. Apakah yang dimaksud dengan karya seni rupa 3 dimensi?
5. Apa saja unsur dan prinsip dari karya seni rupa 3 dimensi?
6. Apakah makna dari setiap karya seni rupa yang akan dianalisis?
7. Bagaimanakah analisis dari karya seni rupa 2 dimensi dan seni rupa 3 dimensi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertiap dari analisis karya seni rupa.


2. Untuk mengetahui pengertian dari karya seni rupa 2 dimensi.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur dan prinsip dari karya seni rupa 2 dimensi.
4. Untuk mengetahui pengertian dari karya seni rupa 3 dimensi.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur dan prinsip dari karya seni rupa 3 dimensi.
6. Untuk mengetahui makna dari setiap karya seni rupa yang akan dianalisis.
7. Untuk mengetahui analisis dari karya seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Analisis Karya Seni Rupa

Karya seni adalah sebuah wujud yang diciptakan oleh seniman untuk
menyampaikan ide, gagasan atau nilai yang dimiliki oleh seorang seniman. Salah
satu karya seni yang banyak diciptakan oleh seniman adalah karya seni rupa.
Secara umum, seni rupa dibagi menjadi dua jenis, yaitu seni rupa murni dan seni
rupa terapan. Kedua karya seni ini tentunya mengandung ide dan gagasan dari
penciptanya.

Setiap karya seni membutuhkan apresiasi, kritik dan juga saran akar dapat
dikembangkan. Untuk itu, dibutuhkan sebuah wadah yang mempertemukan para
seniman dan penikmat seni. Contohnya seperti pameran seni. Adapun hal yang
perlu diperhatikan oleh para penikmat seni dalam memberikan penilaian terhadap
suatu karya seni, yakni teknik menganalisis suatu karya seni.

2.1.1 Teknik Analisis Karya Seni Rupa


Dikutip dari buku Seni Budaya (Seni Rupa) Paket C Setara SMA/MA
Kelas XII yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
analisis karya seni merupakan bagian terpenting dalam melakukan sebuah
apresiasi atau kritik terhadap karya seni.

Analisis karya seni yang biasa dilakukan adalah analisis formal, yaitu
suatu tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni
berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini
seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip
penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni. Dengan adanya analisis
suatu karya seni, seseorang dapat memberikan pandangan atau penilaiannya
terhadap suatu karya seni.

2.1.2 Aspek-aspek Formal Dalam Karya Seni


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, analisis karya seni sangat
memperhatikan aspek-aspek formal yang dimiliki oleh sebuah karya seni. Analisis
karya seni fokus pada penilaian terhadap kualitas penyusunan (komposisi) unsur-
unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam
karya tersebut. Analisis ini juga berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan
yang digunakan dalam berkarya seni. Adapun beberapa aspek-aspek formal dalam
suatu karya seni, yakni titik, garis, raut, bidang/ruang, warna, dan gelap-terang.

6
2.1.3 Tahapan dalam Analisis Karya Seni Rupa
Menurut Winna Mardani, M.Pd. dan Ary Trisna Oktavierasasi M.Sn
dalam buku Analisa Karya Seni Rupa Tiga Dimensi, berikut beberapa tahap serta
kemampuan yang dibutuhkan untuk menganalisis karya seni, yakni

1. Memperhatikan Prinsip Komposisi.

Seorang apresiator atau kritikus harus memiliki kemampuan menganalisis


komposisi dari sebuah karya seni dan bagaimana karya seni tersebut dibuat atau
disusun berdasarkan:

 Keseimbangan baik pada warna, bentuk dan tekstur yang tersusun baik dan
saling menunjang sehingga menciptakan daya efek keseimbangan atau
harmonis beberapa elemen tersebut.
 Kontras, yang dapat dijumpai dalam penggunaan berbagai bentuk atau kontur.
 Proporsi, dengan memperhatikan beberapa ukuran elemen pada karya seni
tersebut sesuai. Seorang apresiator atau kritikus harus memiliki kemampuan
menganalisis komposisi dari sebuah karya seni dan bagaimana karya seni
tersebut dibuat.

Seorang apresiator atau kritikus harus memiliki kemampuan menganalisis


komposisi dari sebuah karya seni dan bagaimana karya seni tersebut dibuat.

2. Menganalisis Fokus dari Suatu Karya Seni

Biasanya, suatu karya seni memiliki sejumlah elemen yang menjadi fokus
perhatian pandangan mata ketika memperhatikan suatu karya seni. Seorang
apresiator atau kritikus harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi
bagian mana yang menjadi fokus dan pusat perhatian dalam karya seni tersebut

3. Menemukan Tema dalam Karya Seni.

Penentuan tema berdasarkan analisis dan interpretasi juga sangat dibutuhkan agar
maksud dan tujuan dari seorang seniman dapat diperkirakan. Selain itu, seorang
apresiator juga harus memperhatikan si senimannya dalam penggunaan elemen
desain yang terkandung (warna, ruang, bentuk dan garis). Tema biasanya
mencakup dalam penggunaan skema warna yang mampu memberikan suasana
atau makna tertentu juga simbolisme dan citra religius atau mitos yang terkandung
dalam karya seni tersebut.

7
2.2 Pengertian Karya Seni Rupa 2 Dimensi

Seni rupa 2 dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki batas dua sisi, yaitu
sisi panjang dan sisi lebar. Seni rupa 2 dimensi tidak memiliki ruang karena tidak
memiliki ketebalan atau ketinggian. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa
menemui banyak contoh karya seni rupa 2 dimensi, misalnya lukisan, poster, foto,
banner, logo, kaligrafi, mozaik, batik, karikatur, dll.

2.3 Unsur-unsur dan Prinsip Karya Seni Rupa 2 Dimensi

 Unsur

a. Titik /Bintik

Titik/bintik merupakan unsur dasar seni rupa yang terkecil. Semua wujud
objek dihasilkan mulai dari titik. Titik dapat pula menjadi pusat perhatian, bila
berkumpul atau berwarna beda. Titik yang membesar biasa disebut bintik.

b. Garis

Garis adalah goresan atau batas limit dari suatu benda, ruang, bidang, warna,
texture, dan lainnya. Garis mempunyai dimensi memanjang dan mempunyai arah
tertentu. Garis mempunyai berbagai sifat, seperti pendek, panjang, lurus, tipis,
vertikal, horizontal, melengkung, berombak, halus, tebal, miring, patah-patah, dan
masih banyak lagi sifat-sifat yang lain. Kesan lain dari garis ialah dapat
memberikan kesan gerak, ide, simbol, dan kode-kode tertentu, dan lain
sebagainya. Pemanfaatan garis dalam desain diterapkan guna mencapai kesan
tertentu, seperti untuk menciptakan kesan kekar, kuat simpel, megah ataupun juga
agung. Beberapa contoh symbol ekspresi garis serta kesan yang ditimbulkannya,
dan tentu saja dalam penerapannya nanti disesuaikan dengan warna-warnanya.

c. Bidang

Bidang dalam seni rupa merupakan salah satu unsur seni rupa yang terbentuk
dari hubungan beberapa garis. Bidang memiliki dimensi panjang dan lebar,
sedangkan bentuk memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi. Atau dengan kata
lain bidang bersifat pipih, sedangkan bentuk memiliki isi atau volume. Dari
bentuknya bidang maupun bentuk terdiri dari beberapa macam, yakni; bidang
geometris, bidang biomorfis (organis), bidang bersudut, dan bidang tak beraturan.
Bidang dapat terbentuk karena kedua ujung garis yang bertemu, atau dapat pula
terjadi karena sapuan warna. Bidang dibatasi kontur dan merupakan 2 dimensi,
menyatakan permukaan, dan memiliki ukuran. Bidang dasar dalam seni rupa

8
antara lain, bidang segitiga, segiempat, trapesium, lingkaran, oval, dan segi
banyak lainnya.

d. Bentuk

Bentuk dalam pengertian bahasa, dapat berarti bangun (shape) atau bentuk plastis
(form). Bangun (shape) ialah bentuk benda yang polos, seperti yang terlihat oleh
mata, sekedar untuk menyebut sifatnya yang bulat, persegi, ornamental, tak teratur
dan sebagainya. Sedang bentuk plastis ialah bentuk benda yang terlihat dan terasa
karena adanya unsur nilai (value) dari benda tersebut, contohnya lemari. Lemari
hadir di dalam suatu ruangan bukan hanya sekedar kotak persegi empat, akan
tetapi mempunyai nilai dan peran yang lainnya.

e. Tekstur

Tekstur merupakan sifat permukaan sebuah benda. Sifat permukaan dapat


berkesan halus, kasar, kusam, mengkilap, licin, berpori dan sebagainya. Kesan-
kesan tersebut dapat dirasakan melalui penglihatan dan rabaan. Ada dua jenis
tekstur, yaitu :

• tekstur nyata, yaitu sifat permukaan yang menunjukkan kesan sebenarnya antara
penglihatan mata dan rabaan.

• tekstur semu (maya), yaitu kesan permukaan benda yang antara penglihatan dan
rabaan dapat berbeda kesannya

f. Warna

Teori warna berdasarkan cahaya dapat dilihat melalui tujuh spectrum warna
dalam ilmu Fisika seperti halnya warna pelangi. Secara teori warna dapat
dipelajari melalui dua pendekatan salah satunya adalah teori warna berdasarkan
pigmen warna (Goethe) yakni butiran halus pada warna. Beberapa istilah yang
perlu diketahui dalam teori warna pigmen diantaranya:

• Warna Primer, yakni warna dasar atau warna pokok yang tidak dapat diperoleh
dari campuran warna lain. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru,

• Warna Sekunder, yaitu warna yang diperoleh dari campuran kedua warna
primer, misalnya warna ungu, oranye (jingga) , dan hijau,

• Warna Tersier, yakni warna yang merupakan hasil percampuran kedua warna
sekunder,

9
• Warna analogus, yaitu deretan warna yang letaknya berdampingan dalam
lingkaran warna, misalnya deretan dari warna ungu menuju warna merah, deretan
warna hijau menuju warna kuning, dan lain-lain,

• Warna komplementer, yakni warna kontras yang letaknya berseberangan dalam


lingkaran warna, misalnya, kuning dengan ungu, merah dengan hijau, dan
lainlain.

g. Gelap Terang

Dalam karya seni rupa dua dimensi gelap terang dapat berfungsi untuk
beberapa hal, antara lain: menggambarkan benda menjadi berkesan tiga dimensi,
menyatakan kesan ruang atau kedalaman, dan memberi perbedaan (kontras).
Gelap terang dalam karya seni rupa dapat terjadi karena intensitas (daya pancar)
warna, dapat pula terjadi karena percampuran warna hitam dan putih.

h. Ruang (kedalaman)

Ruang dalam karya tiga dimensi dapat dirasakan langsung oleh pengamat
seperti halnya ruangan dalam rumah, ruang kelas, dan sebaginya. Dalam karya
dua dimensi. ruang dapat mengacu pada luas bidang gambar. Unsur ruang atau
kedalaman pada karya dua dimensi bersifat semu (maya) karena diperoleh melalui
kesan penggambaran yang pipih, datar, menjorok, cembung, jauh dekat dan
sebagainya.

 Prinsip
Prinsip seni rupa adalah prinsip yang menunjang bagaimana beberapa unsur
dalam sebuah karya digabungkan sehingga memiliki nilai seni. Prinsip seni rupa
sedikitnya ada 8, yaitu:

a. Kesatuan

Kesatuan (unity) adalah prinsip yang menunjang bagaimana unsur-unsur dalam


seni rupa saling berpadu satu sama lain sehingga saling menunjang dalam
membangun sebuah komposisi yang menarik dan indah. kesatuan yang
menjadikan sebauh karya seni bernilai estetis.

b. Keselarasan

Suatu kesatuan unsur-unsur karya seni rupa hanya akan dikatakan indah dan
memiliki nilai estetis bila berpadu dan selaras. Keselarasan atau harmonis adalah
kaitan kedekatan unsur-unsur yang berbeda baik bentuk, pencahayaan, warna
dalam menciptakan keindahan.

10
c. Penekanan

Penekanan (kontras) adalah prinsip yang mendasari kesan perbedaan dari dua
unsur yang berlawanan dan saling berdekatan. Penekanan akan membuat sebuah
karya seni tidak monoton. Dengan memberikan perbedaan yang mencolok pada
bentuk, warna, dan ukuran sebuah karya seni akan terlihat lebih menarik.

d. Irama

Irama (rythm) adalah prinsip yang mendasari pengulangan satu atau lebih unsur
secara teratur. Pengulangan unsur-unsur seni rupa yang diatur bisa berupa garis,
bentuk, atau variasi warna. Pengulangan yang dilakukan secara bervariasi akan
menghasilkan irama harmonis yang dapat meningkatkan nilai estetika karya seni.

e. Gradasi

Gradasi adalah susunan warna yang didasari pada tingkatan tertentu pada
sebuah karya seni. Gradasi paling sering diterapkan dalam pembuatan mozaik,
karikatur, lukisan, dan karya seni rupa lainnya. Gradasi membuat sebuah karya
menjadi lebih hidup.

f. Kesebandingan

Kesebandingan (Proporsi) adalah prinsip seni rupa yang mengacu pada


keteraturan dan penyesuaian dari wujud karya seni rupa yang diciptakan.
Contohnya, dalam menggambar manusia, pelukis harus menyesuaikan ukuran
organ tubuh manusia tersebut.

g. Komposisi

Komposisi menjadi prinsip yang paling penting dalam mendasari keindahan


sebuah karya seni. Komposisi merupakan organisasi dari unsur-unsur seni rupa
yang disusun menjadi teratur, serasi, dan menarik.

h. Keseimbangan

Keseimbangan (balance) adalah prinsip yang bertanggungjawab pada kesan


dari suatu susunan unsur-unsur seni rupa. Unsur-unsur seni rupa yang diatur
sedemikian rupa melalui prinsip keseimbangan akan menjadi daya tarik bagi para
penikmat karya seni.

11
2.4 Pengertian Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Karya seni rupa tiga dimensi merupakan karya seni rupa yang memiliki
dimensi panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan
menempati ruang. Contoh karya seni tiga dimensi diantaranya adalah : seni
patung, seni kriya, seni keramik, seni arsitektur dan berbagai desain produk.
Selain sebagai benda hias karya senirupa tiga dimensi juga dapat berupa benda
pakai yang memiliki nilai praktis sekaligus juga nilai keindahan. Misalnya pada
sebuah kursi yang berfungsi sebagai tempat duduk sekaligus juga sebagai
keindahan dengan ukiran yang ada pada kursi tersebut.

Seni rupa tiga dimensi adalah seni rupa yang memerlukan ruang, karena
mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tebal. Karena seni rupa tiga dimensi tidak
mempunyai bidang datar dan tidak datar, sehingga penempatannya berdiri lepas
artinya tidak tergantung pada dinding sebagai dasarnya, sebagai contohnya
patung, seni bangunan, (arsitektur) dan seni terapan misalnya perabotan rumah
tangga.

Seni rupa Dua dimensi dan seni rupa tiga dimensi ini hampir sama ,cuma yang
membedakan adalah bentuk penambilan di mana karya seni rupa dimensi hanya
mencolok pada keindahannya sehingga karya seni rupa tiga dimensi bisa di
katakan bahwa seni rupa ini dapat lebih berarti fungsinya dibanding karya seni
rupa dua dimensi.

2.5 Unsur-unsur dan Prinsip Karya Seni Rupa 3 Dimensi

 Unsur

Seni rupa 3 dimensi memiliki unsur yang membentuk kesatuan sehingga


mempunyai nilai estetika. Unsur-unsur yang membentuk adalah bidang, garis,
titik, tekstur, dan bentuk.

1. Bidang

Unsur ini terbentuk dari beberapa garis yang menjadi satu kesatuan. Bidang
mempunyai dimensi panjang dan lebar. Adapun beberapa jenis bidang di
antaranya bidang geometris, bidang simetris, bidang organis, dan lainnya.

2. Garis

Garis dapat terbentuk dari gabungan beberapa titik. Garis biasanya berbentuk
memanjang dengan arah tertentu. Unsur ini memiliki beberapa sifat seperti
pendek, panjang, vertikal, horizontal, tebal, dan tipis.

12
3. Titik

Titik adalah unsur seni rupa yang paling dasar dan sederhana. Dari titik, kita
bisa membuat sebuah garis atau bidang.

4. Tekstur

Tekstur adalah sifat permukaan sebuah benda. Sifatnya bisa kasar, halus,
lembut, licin, mengkilap, dan berpori. Berdasarkan dari jenisnya tekstur terbagi
menjadi dua jenis, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata mempunyai
kesesuaian kandungan dari apa yang ditangkap oleh indera mata dan indera
peraba, sedangkan tekstur semu sebaliknya.

5. Bentuk

Bentuk dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bangun dan plastis. Bangun
mempunyai bentuk yang polos sedangkan plastis memiliki nilai dan maknanya.
Contoh bentuk plastis ialah lemari baju yang memiliki kegunaan untuk
meletakkan pakaian.

13
BAB III
ANALISIS KARYA

3.1 Karya Seni Rupa 2 Dimensi

3.1.1 Catching a Butterfly / Menangkap Kupu-Kupu

Judul Lukisan : Menangkap Kupu-Kupu / Catching a Butterfly


Pelukis : Hendra Gunawan
Medium : Kanvas dan Cat Minyak
Tahun Pembuatan : 1980
Dimensi Karya : 120.5 cm x 150 cm
Dalam lukisan “Menangkap Kupu Kupu” Nampak sesosok ibuk dan satu
anak kecil yang sedang bermain di tepi sungai. Tampak seorang anak tengah
bermain di pangkuan ibunya untuk menangkap kupu kupu. Nampak anak tersebut
memakai baju daster yang ditutupi oleh baju kebaya yang sederhana. Disitu
tampak juga seorang ibu yang sedang serius menjaga anaknya untuk menangkap
kupu kupu, sambil menyuapi anaknya makan nasi dan ikan. Pakaian yang dipakai
ibunya adalah kebaya sederhana berwarna cokelat dengan motif titik titik
berwarna warni dan rok jarik berwarna hijau dengan motif. Ekspresi anak tersebut
terlihat sangat riang karena dia sangat ingin menangkap kupu kupu. Tak lupa anak
tersebut berpegangan kepada ibunya agar tidak jatuh. Nampak pula ekspresi dari
ibunya yang sangat serius menjaga anaknya, memegangi anaknya agar tidak jatuh,
dan tidak lupa memegang makanan untuk anaknya. Di kaki kiri ibu juga nampak
gambar ular.

14
Lukisan ini cenderung bergaya ekspresionis dengan tampilan warna dan
background dengan warna yang vibrant (cerah,tegas,kontras), kemudian warna
warna yang digunakan untuk pakaian anak dan ibu sangat cocok dan
menggambarkan cara berpakaian zaman dahulu. Aktivitas yang dilakukan juga
sangat mendukung suasana zaman dahulu yaitu bermain disungai ditemani dengan
seorang ibu. Bayangan yang Nampak dari sungai juga menggambarkan suasana
pedesaan yang rindang dan dihiasi sawah bertingkat tingkat serta deretan
pegunungan.

Seniman seperti ingin menampilkan sebuah kebiasaan antara anak dan ibu
yang sedang menghabiskan waktu untuk bermain bersama sama. Kebaya yang
digunakan juga menggambarkan adat jawa yang sangat kental dengan kebaya dan
jarik. Latar yang ditampilkan dalam lukisan tersebut menggambarkan suasana
pedesaan yang sangat asri dan tentram.

Karya lukisan berjudul “menangkap kupu kupu” ini sangat menarik,


seniman menampilkan sebuah aktivitas di antara anak dan ibu dengan. Untuk
mengerti maksud dari lukisan tersebut sangatlah mudah karena penggambaranya
sangat jelas didukung dengan warna warna yang cerah.

Namun ada sedikit yang menjadikan kekurangan yaitu pada background


yang dibuat terlalu mencolok sehingga bayangan di sungai tersebut terlihat seperti
objek aslinya. Kemudian untuk proporsi manusia asli mungkin kurang
diperhatikan seperti contoh kaki ibu tersebut terlihat sangat menyeramkan. Muka
anak tersebut juga dibuat berwarna hijau sehingga terlihat sedikit aneh. Ada suatu
hal yang mengganjal yaitu gambar ular di kaki kiri ibu yang mungkin memiliki
maksud tertentu dari sang pelukis.

3.1.2 The Persistance of Memory

15
Lukisan berjudul The Persistence of Memory, berukuran 24,1 x 33 cm
merupakan karya Salvador Dali yang beraliran Surealisme. Latar depan
ditunjukkan dengan beberapa jam waktu yang seakan meleleh, sedang
menggantung di ranting pohon serta tergeletak di tanah dan di atas meja, ada pula
jam yang seakan dikerumuni semut-semut hitam. Latar belakang digambarkan
dengan pemandangan pantai dan tebing terjal di sisi kanannya. Secara keseluruhan
ada 4 jam yang seakan mencair/meleleh dengan letak dan posisi yang berbeda, ada
yang tergeletak di atas kain putih di atas tanah, ada yang tergeletak di atas sebuah
meja kayu, ada yang tergantung di atas ranting poho, ada pula yang tidak meleleh
atau dalam keadaan utuh namun dalam keadaan dikerumuni semut-semut hitam.
Lukisan ini didominasi dengan warna coklat, kuning, hitam, dan biru.

Secara visual, penekanan bayangan pada lukisan tersebut sangat


diperhatikan untuk memberi kesan tiga dimensi didalamnya.  Goresan warna
yang berkesan natural dan halus menghasilkan sesuatu yang hidup namun tetap
memberikan bau ‘sureal’nya. Benda-benda yang dilukis merupakan bentuk
abstrak dan mustahil dalam kehidupan nyata, begitu pula komposisi dan proporsi
yang diberikan sedikit acak namun inilah yang memberikan visualisasi abstrak
dan surealisme yang mengandung suatu makna tersendiri bagi senimannya dan
para penikmat lukisan tersebut. Komposisi sengaja dibuat tidak teratur dan tak
seimbang yang memberikan objek gambar - yaitu jam yang meleleh - nampak
lebih dominan. Gradasi warna yang diberikan sedikit ganjil jika dilihat lebih teliti
namun sebenarnya mampu memberikan pengorganisasian yang padu secara utuh
dan menyatu. Pemberian warna kuning dan coklat kayu yang dominan
memberikan suasana sunyi dan misterius.

Lukisan tersebut merupakan hasil pengekspresian dari memori-memori


semasa remaja Salvador Dali. Lukisan tersebut mengungkapkan suatu pemikiran
dari  Salvador Dali yang mencakup dunia psikoanalisis, konsep materi-ruang-
waktu, mimpi, ilusi, dan fantasi.  Jika dibaca dari biografinya maka kita akan
menemukan bahwa sejak remaja ayah dali menanamkan ketakutan terhadap
syphilis yang akhirnya terbangun menjadi paranoia seksual hingga ia dewasa. ia
juga dikatakan mengidap insect phobia, ada beberapa analisis karya dali yang
menyebutkan, semut dan belalang pada karya-karyanya adalah penggambaran
terhadap ketakutan seksual. Landscape pegunungan batu dari tanah kelahirannya
di Catalonia adalah sebuah objek nyata yang dipadukan dengan padang
fatamorgana sendu dan objek-objek yang ganjil. Jam yang mencair
dapat membawa ingatan kita pada konsep relativitas einstein pada kelengkungan
waktu, tapi pada ruang yang sama ditempati pula dengan kecemasan manusia
tentang konsep waktu dan memori sebagai sebuah realitas yang ditinggali -
tergambar pada sebuah objek yang tertidur dalam kesepian.

16
Hasil analisis terlihat pada jam waktu yang meleleh sebagai objek utama
dalam lukisan. Pengorganisasian yang tetap utuh dan menyatu meskipun
penerapan hukum proporsi dan komposisi sengaja dibuat abstrak. Pewarnaan yang
diberikan menghasilkan suasana sunyi dan misterius namun hidup bagi penikmat
lukisan tersebut. Sedangkan unsur pendukung yang lain seperti landscape
pegunungan dan pantai memberi dukungan kuat dalam segi surealisme-nya.
Lukisan berjudul The Persistence of Memory ini menunjukkan makna inovasi dan
ekspresi abstrak dan artistik yang tinggi. Hal ini didukung dengan kemampuan
pelukis menuangkan fantasi dan ilusinya pada media kanvas, serta kemampuan
memadukan media, teknik, pengorganisasian struktur rupa, dan isi.

3.1.3 Christina’s World

Christina's world merupakan sebuah karya seni modern yg di publish pada


abad 20. Lukisan ini di buat oleh seniman Andrew Wyeth dengan membawa
unsur abstracts expression serta minimalist. Terhitung sudah hampir 1 abad
setelah Lukisan dibuat namun hingga saat ini pun masih menuai ulasan dan kritik.
Christina's world memiliki unsur misterius yg dipercaya dapat
membangkitkan intuisi dan perasaan yg kuat dari notalgia masa lampau. Unsur di
dalam lukisan ini menggambarkan kehidupan gembala pedesaan Amerika yg
memang sesuai dengan jiwa zaman saat itu. Dalam lukisan itu juga
menggambarkan ttg daerah pedesaan yg lekat dengan sebuah tempat pelarian.
Selain itu, lukisan ini juga menggambarkan ttg gadis yg sedang bersusah payah
merangkak menuju rumah diujung ladang pertanian yg menyelipkan makna
bahwa dia ingin kembali kerumah setelah sekian lama. Gadis itu seakan
membawa kita larut kedalamnya, dia bernama Christina.
Tentunya kita tidak bisa mengabaikan aspek paling menarik didalamnya
yaitu: sosok gadis yg sedang merangkak. Dilukisan tersebut Kita tdk bisa melihat
wajah si gadis, Kita hanya fokus pada detail dan posisi dari tubuhnya. Selain itu
kita dapat dengan jelas melihat jari" nya yg berwarna kelabu, rambutnya yg kusut,
gaun berwarna pink dan sepatu yg polos. Setelah mencermati secara seksama
lukisan tersebut mungkin ada pertanyaan yg mengganggu di benak kita. Siapa

17
sebenarnya Christina ? Mengapa dia merangkak di ladang ? Siapa atau apa yg ia
pandangi disana ?
Kemudian para Freudian menganalisis lukisan Christina's world dan
berpendapat bahwa: gadis tersebut berada di ladang dengan ekspresi tubuh seperti
itu untuk membebaskan emosinya dari trauma setelah mengalami pelecehan
seksual di masa lalu, Gadis itu takut melihat kebelakang akan sebuah angan" yg
tak pernah menemui kebenaran. Pada intinya lukisan ini memberi pelajaran
berharga dimana keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk mencapai
kepuasan secara spiritual sedangkan kebanyakan orang memilih untuk putus asa
selagi fisiknya sempurna
3.1.4 Penangkapan Pangeran Diponegoro

Penangkapan Pangeran Diponegoro (bahasa Belanda: Gevangenname van


Prins Diponegoro) adalah sebuah lukisan 1857 karya Raden Saleh, yang
menggambarkan ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Letnan
Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830. Pada tahun 1829-1851,
Raden Saleh, di bawah naungan pemerintah Hindia Belanda, tinggal di Eropa, di
mana ia menerima pendidikan seni. Setelah kembali ke tanah airnya, dia
memutuskan untuk mempraktekkan apa yang telah dia pelajari di Eropa dan
dengan demikian berkontribusi pada modernisasi Jawa. Untuk gambaran yang
direncanakannya, Raden Saleh memilih plot dari sejarah Jawa, yaitu penyerahan
pemimpin pemberontakan Jawa dari Diponegoro kepada pasukan kolonial di
bawah komando Letnan Jenderal Hendrik Mercus de Kock yang terjadi pada
tahun 1830.
Lukisan berukuran 112 × 179 cm ini dilukis dengan cat minyak di
atas kanvas. Fajar terlihat, pemandangan pegunungan, dan gersang, cuaca tenang
tanpa angin, tak ada sehelai daun pun yang bergoyang di pepohonan. Lukisan
tersebut terbentang ke arah tepi kanan kanvas, menghadap ke timur laut,
tempat sinar matahari terbit dapat dilihat.
Pangeran Diponegoro, yang merupakan tokoh sentral dari gambar itu,
berdiri di depan Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock di tangga sebuah

18
rumah besar dengan tiang-tiang. Diponegoro berpakaian sebagai seorang pejuang
Muslim dalam jubah putih dengan celana panjang, selendang disampirkan di
bahunya, dan ikat pinggang bersulam emas, yang menjadi tempat untuk
menggantung tasbih. Karena penangkapan Diponegoro terjadi pada
bulan Ramadan, ketika umat Islam dilarang melakukan permusuhan, senjata khas
pangeran, keris, tak terlihat di ikat pinggangnya yang seharusnya menunjukkan
niat damainya. Di kepala pangeran adalah sorban hijau, melingkari topi yang dicat
warna putih dan merah sebagai simbol perjuangan dan perlawanan terhadap
pemerintahan kolonial, yang muncul jauh sebelum diadopsi sebagai bendera
Indonesia.
Diponegoro berdiri di depan de Kock dalam pose menantang, pada tingkat
yang sama, saling berhadapan sebagai manifestasi dari fakta bahwa orang
Jawa sejajar dengan orang Belanda. Letnan jenderal dengan sikap angkuh
menunjukkan kepada pangeran kereta kuda yang akan membawanya ke
pengasingan. Diponegoro tampaknya berjuang untuk menahan perasaannya,
seperti yang diharapkan dari seorang priyayi, tetapi wajahnya masih penuh
kemarahan dan penghinaan. Bahasa tubuh Diponegoro, khususnya sikap tegas
yang dipadukan dengan dagu yang terangkat dan dada yang membusung,
menunjukkan bahwa ia tak takut pada Belanda. Di dekatnya, di sisi kiri de Kok,
terlihat sekelompok perwira Belanda, diantaranya sejarawan seni
mengidentifikasikannya sebagai Kolonel Louis du Perr, Letnan Kolonel V. A.
Rust, Ajudan Mayor François Vincent Henri Antoine de Stuers.
Orang Belanda bergaya dalam pose statis dan melihat ke kejauhan tanpa
menatap siapa pun. Di sebelah kanan Diponegoro berdiri, mungkin
putranya, Raden Mas Sodewo, di belakangnya adalah residen Kedu, Franciscus
Gerard Valk, Mayor Johan Jacob Perier, dan Kapten Johan Jacob Rups. Seorang
wanita, mungkin istrinya Raden Ayu Retnaningsih, telah jatuh di kaki Diponegoro
berharap pangeran tidak dibawa pergi, dia mengulurkan tangannya kepadanya.
Diponegoro dikelilingi oleh pengikutnya yang dilucuti yang berbondong-bondong
secara tidak teratur — dari prajurit biasa sampai bangsawan yang
mengenakan sarung bermotif. Dengan menggunakan teknik kedalaman ruang,
Saleh menggambarkan dengan sangat detail orang-orang yang berdiri di latar
depan, sedangkan garis luar lainnya di latar belakang sengaja diburamkan.
Kepala orang Belanda yang digambarkan tampak lebih besar ketimbang
tubuh mereka, sedangkan kepala orang Jawa proporsional secara realistis. Saleh 2
kali menggambarkan dirinya di kanvasnya sendiri di tengah kerumunan pengikut
Diponegoro: ciri mukanya dapat dilihat pada seorang Jawa yang jatuh di kaki
pemimpin pemberontakan serta pada orang lain yang berdiri di dekatnya.
Komposisi di lukisan cenderung peningkatan bertahap dalam strukturnya di
sepanjang diagonal: pose karakternya berganti dari yang duduk dan berlutut
hingga mereka yang berdiri dalam pertumbuhan penuh. Kanvas itu penuh dengan
suasana kesedihan dengan penggambaran wajah-wajah termenung para pengikut
Diponegoro dan cara-cara kasar para perwira Belanda, tanpa adanya manifestasi
kemenangan kolonialisme atas harkat dan martabat orang Jawa.

19
3.1.5 The Potato Eaters

Pemakan kentang (The Potato Eaters) sering dianggap sebagai mahakarya


pertama Van Gogh. Dilukis saat tinggal di antara para petani dan buruh di Nuenen
di Belanda, Van Gogh berusaha untuk menggambarkan orang-orang dan
kehidupan mereka dengan jujur. Vincent Van Gogh memperlihatkan kondisi
hidup para petani yang kurang sejahtera dengan warna yang gelap. Dia
menampilkan adegan itu dalam palet yang hampir monokrom, pucat dan kurang
menggugah mata. Layaknya kehidupan petani yang hanya mampu untuk
menyantap kentang saja untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupannya.

Potret mereka tampak sudah tua dan lemah lalu dibandingkan dengan
hanya satu orang yang masih muda itupun wajahnya tidak tampak. Penggambaran
tersebut di dramatisir lagi oleh penggambaran keluarga petani yang berkumpul di
di meja makan dan satu sumber cahaya dari lentera kecil yang memberi
penerangan minim. Kentang yang tersediapun terhitung sedikit untuk jumlah
keluarga mereka. Meskipun lukisan ini adalah salah satu penciptaan terbaiknya,
karya ini tidak dianggap berhasil atau diapresiasi sebagai mana mestinya hingga
kematian Van Gogh.

Pada saat karya ini dilukis, Impresionis telah mendominasi pasar seni
dunia. Tidak mengherankan bahwa Theo, merasa tidak akan mampu untuk
menjual lukisan ini pada periode penciptaannya. Namun, karya ini tidak hanya
menunjukkan kehebatan Van Gogh membuat adegan yang emosional, tetapi juga
mulai membangun gagasan yang akan Van Gogh gunakan sepanjang karirnya.

20
3.1.6 Kakak dan Adik

Title : "Kakak dan Adik"

Artist : Basuki Abdullah

Year : 1971

Cat minyak pada kanvas.

Ukuran : 65 x 79 cm.

Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul “Kakak dan Adik” (1978) ini
merupakan salah satu karyanya yang menunjukkan kekuatan penguasaan teknik
realis. Dengan pencahayaan dari samping, figur kakak dan adik yang dalam
gendongan terasa mengandung ritme drama kehidupan. Dengan penguasaan
proporsi dan anatomi, pelukis ini menggambarkan gerak tubuh mereka yang
mengalunkan perjalanan sunyi. Suasana itu, seperti ekspresi wajah mereka yang
jernih tetapi matanya menatap kosong. Apabila dengan pakaian mereka yang
bersahaja dan berwarna gelap, sosok kakak beradik ini dalam selubung keharuan.
Dari berbagai fakta tekstur ini, Basuki Abdullah ingin mengungkapkan empatinya
pada kasih sayang dan kemanusiaan.

Namun demikian, spirit keharuan kemanusian dalam lukisan ini tetap


dalam bingkai Romantisisime. Oleh karena itu, figur kakak beradik lebih hadir
sebagai idealisasi dunia utuh atau bahkan manis, daripada ketajaman  realitas
kemanusiaan yang menyakitkan. Pilihan konsep estetis yang demikian dapat
dikonfirmasikan pada semua karya Basuki Abdullah yang lain. Dari berbagai
mitologi, sosok-sosok tubuh yang telanjang, sosok binatang, potret-potret orang
terkenal, ataupun hamparan pemandangan, walaupun dibangun dengan

21
dramatisasi namun semua hadir sebagai dunia ideal yang cantik dengan penuh
warna dan cahaya.

Pada lukisan ini dapat dilihat bahwa warna coklat sangat mendominasi.
Selain itu, terdapat campuran warna-warna gelap lainnya seperti, hitam. Objek
dari lukisan ini dominan dengan warna coklat dan latar belakangnya pun juga
coklat namun lebih gelap. Hal itu menjadikan lukisan ini terlihat lebih menyatu
dan seimbang. Garis-garis yang digambarkan pada objek lukisan ini terihat
realistis, pelukis terlihat sangat menguasai dalam menggambarkan anatomi tubuh.
Objek terlihat sangat proporsional dan realistis. Dari segi keseimbangan dari
keseluruhan lukisan, lukisan ini sudah sangat seimbang. Gambaran kedua objek
tersebut dapat memenuhi bidang kanvas tersebut dan menjadi objek utama yang
menarik perhatian walaupun tema lukisan sangat sederhana.

Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul "Kakak dan Adik” (1971) ini
merupakan salah satu karyanya yang menunjukkan kekuatan penguasaan teknik
realis. Dengan pencahayaan dari samping, figur kakak dan adik yang dalam
gendongan terasa mengandung ritme drama kehidupan. Dengan penguasaan
proporsi dan anatomi, pelukis ini menggambarkan gerak tubuh mereka yang
mengalunkan perjalanan sunyi. Suasana itu, seperti ekspresi wajah mereka yang
jernih tetapi matanya menatap kosong. Apabila dengan pakaian mereka yang
bersahaja dan berwarna gelap, sosok kakak beradik ini dalam selubung keharuan.
Dari berbagai fakta tekstur ini, Basuki Abdullah ingin mengungkapkan empatinya
pada kasih sayang dan kemanusiaan. Namun demikian, spirit keharuan
kemanusian dalam lukisan ini tetap dalam bingkai Romantisisime. Oleh karena
itu, figur kakak beradik lebih hadir sebagai idealisasi dunia utuh atau bahkan
manis, daripada ketajaman realitas kemanusiaan yang menyakitkan. Pilihan
konsep estetis yang demikian dapat dikonfirmasikan pada semua karya Basuki
Abdullah yang lain. Dari berbagai mitologi, sosok-sosok tubuh yang telanjang,
sosok binatang, potret-potret orang terkenal, ataupun hamparan pemandangan,
walaupun dibangun dengan dramatisasi namun semua hadir sebagai dunia ideal
yang cantik dengan penuh warna dan cahaya.

22
3.1.7 The Scream

Lukisan “ the scream” (jeritan) karya seniman Norwegia Edvard Munch


pada tahun 1893 dengan menggunakan media pastel pada karton ukuran 91 x 73,5
cm. Judul asli dalam bahasa Jerman yang diberikan kepada lukisan karya Munch
ini adalah Der Schrei der Natur (Jeritan alam), lukisan ini melambangkan manusia
modern yang tercekam oleh serangan angst (kecemasan eksistensial, dengan
cakrawala yang diilhami oleh senja yang merah, Pada lukisan tersebut dilukiskan
seseorang yang menjerit ketakutan, sosok orang yang dibuat oleh munch dalam
lukisan tersebut menggambarkan dirinya sendiri, serta dalam lukisan tersebut juga
digambarkan dua sosok orang juga dibelakangnya, sosok orang tersebut pergi
menjauh dan yang satunya hanya termenung dan melamun.

Lukisan the scream ini mempunyai goresan-goresan yang sangat


ekspresionis munch juga menggunakan prespektif objek satu sama lain sehingga
terlihat monoton, serta warna-warna yang tegas, dalam pewarnaanya munch
menggunakan warna merah serta biru kehitam-hitaman pada langit yang
menggambarkan suasana terbenamnya matahari di sore hari, munch menggunakan
warna merah dan biru kehitam-hitaman yang mempunyai arti seperti alam adalah
sebuah neraka yang menjerit-jerit dalam kehidupannya, sehingga dalam lukisan
the scream tersebut di gambarkan sosok yang menutup telinga dan menjerit akan
kengeriannya Seperti yang kita ketahui bahwa munch mempunyai kisah sedih

23
yang dialami oleh keluarganya, munch ditinggal selamanya oleh ibunya yang
meninggal karena penyaki TBC yang dimilikinya, serta adiknya yang sakit
kejiawaan mentalnya sehingga di rawat di rumah sakit jiwa.

Dalam lukisan the scream ini munch meluapkan perasaan dalam


kehidupannya, terlihat dari goresan serta warna yang digunakan oleh munch
dalam hal ini munch ingin menyampaikan pesan yang dalam pada publik akan
perasaan yang dirasakan munch selama hidupnya sehingga lukisan the scream
dilukiskan sosok yang menjerit ketakutan terlihat seperti wanita dan seperti pria,
akan tetapi apabila dilihat dari latar belakang kehidupan munch , mungkin sosok
dalam lukisan tersebut adalah gambaran tentang dirinya, dan gambaran sosok
orang lain yang ada dibelakang munch tersebut lebih memilih pergi dan diam
serta acuh. Sehingga munch merasa sendiri dalam ketakutannya tanpa orang lain
yang mau menolong maupun mengerti akan keadaannya.

Menurut kritikus Izzul Al Mubarok AR, bahwa lukisan yang berjudul The
Scream merupakan lukisan yang sangat ekspresif dan dalam hal ini munch lebih
menekankan pesan yang akan disampaikan kepada publik dibandingkan
visualisasi lukisannya. Terlihat dari goresan-goresan yang khas dan mempunyai
segi estetis, serta tidak diabuat secara mendetail atau realis.

3.1.8 Potret Diri dan Topeng-topeng Kehidupan

Lukisan di atas merupakan karya Affandi yang berjudul "Potret Diri dan
Topeng-topeng Kehidupan" yang dibuat pada tahun 1961 dengan media Oil on
Canvas. Seniman yang bernama lengkap Affandi Koesoma ini merupakan maestro
seni lukis di Indonesia yang lahir pada tahun 1907 di Cirebon. Ayahnya, R.
Koesoma bekerja sebagai mantri ukur pabrik gula memberikan peruntungan
sendiri bagi Affandi untuk mengenyam berbagai tingkat bangku pendidikan

24
(dalam sistem Kolonial Belanda) mulai dari Hollandsch-Inlandsche School (HIS),
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan Algemeene Middelbare School
(AMS).

Dalam lukisan ini Affandi melukiskan seorang pria dengan beberapa sosok
wajah di sisi-sisinya. Dalam lukisan ini digambarkan secara ekspresif sosok pria
ini bertelanjang dada dan memiliki ciri-ciri perawakan berambut gimbal,
gondrong, berjanggut dan berkumis lebat. rambut gimbal tersebut digambarkan
dengan perpaduan warna hitam, coklat dan putih begitu pula dengan jenggot dan
kumisnya. wajah pria tersebut digambar dengan warna coklat yang ditumpuk
dengan warna-warna lain seperti merah, putih, hitam dan hijau. Matanya terlihat
memejam dengan kerutan-kerutan pada dahi dan wajahnya. selain sosok pria yang
menjadi subjek matternya, disamping kiri, kanan dan atasnya terdapat lukisan
topeng atau wajah yang melingkupi bagian background.

Pada sisi kirinya terdapat lukisan wajah atau topeng berwarna merah darah
dengan rambut-rambut gimbal tak beraturan berwarna hitam. Wajah tersebut
digambarkan juga dengan gading yang panjang, lidah yang menjulur keluar serta
mata hitam bundar dengan kelopaknya yang berwarna kuning melotot lebar. sosok
topeng ini terlihat seperti buta cakil pada pewayangan Jawa. Kemudian di atasnya
terdapat sosok wajah yang digambarkan tidak terlalu sempurna dengan mata
hitam bundar, alis yang terangkat tinggi, lubang hidung yang lebar dan bibir
merah yang tebal. Rambutnya digambar secara abstrak dan melingkupi backgroud
di belakangnya. Adapun pada sisi kanan juga terdapat lukisan wajah yang
digambarkan berupa garis-garis berwarna hitam, hijau, hitam dan biru. Matanya
melotot dan pupilnya berwarna hitam kehijauan, lubang hidungnya lebar,
mulutnya terbuka lebar serta terdapat rambut-rambut gimbal yang melingkupi
wajahnya. Selain itu di atasnya juga terdapat lukisan wajah lain yang digambarkan
secara abstrak berwarna merah.

Lukisan ini apabila dilihat ia menggunakan dominasi warna-warna


komplementer atau warna-warna yang saling berlawanan seperti terdapat warna-
warna merah dan hijau, dan beberapa kombinasi warna yang kompleks karena
mencampurkan warna apa saja, Lukisan tersebut lebih di dominasi warna-warna
gelap yang banyak digunakan pada warna rambut dan background. Selain warna
yang mendominasi juga dalam lukisan tersebut mengandung unsur-unsur garis
organis dan tidak beraturan yang membentuk objek secara nyata. Sentuhan warna
dasar yang cenderung lebih terang memberikan kesan lukisan lebih hidup disertai
garis-garis ekspresif yang menjadi penyeimbangnya, serta warna merah sebagai
penguat objek lukis. Adapun lukisan ini merupakan lukisan dengan aliran

25
ekspresionisme yaitu aliran seni lukis yang mengutamakan kebebasan dalam
bentuk dan warna untuk mencurahkan emosi atau perasaan.

Lukisan yang berjudul "Potret Diri dan Topeng-topeng Kehidupan" ini


dipamerkan di Galeri Museum Affandi yang berlokasi di Jalan Laksda Adi
Sucipto No.167, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sesuai dengan judulnya lukisan ini
memiliki falsafah kehidupan yang sanagt dalam. Dimana manusia digambarkan
sebagai sosok manusia yang memiliki pemikiran dan pilihan dalam menentukan
tindak-tanduknya. Di dalam pilihan tersebut terdapat hasrat untuk mengikuti jalan
kebenaran atau keburukan. Sering pula manusia dilingkupi oleh hawa nafsu dan
bisikan-bisikan yang menjerumuskannya pada pilihan yang salah. Dan bisikan-
bisikan itu digambarkan oleh seorang Affandi dalam lukisannya seperti sosok-
sosok topeng berwajah buruk dan menakutkan, menyerupai peran antagonis pada
pertokohan wayang Jawa. Pria tersebut dengan dramatisnya berdiri diantara
sosok-sosok topeng yang seakan membisikinya agar tergoda dan menentukan
pilihan yang salah dalam dirinya. Dari lukisan tersebut dapat diambil kenyataan
bahwa manusia merupakan makhluk yang gambang sekali terpengaruh oleh
pikiran-pikiran buruk dan hanya manusia yang memiliki jiwa yang teguh saja
yang dapat mengenyahkan bisik-bisikan buruk yang datang.

3.1.9 Starry Night

Judul karya :Starry Night

Seniman : Willem Van gogh

Tahun :1889

Media: cat minyak diatas kanvas

Ukuran : 73,7 x 92,1 cm

26
Lukisan Van Gogh berjudul : “The Starry Night” yang disimpan di
Museum of Modern Art, New York ini banyak menyita pandangan mata siapa
saja yang melihatnya, hampir semua karya Van Gogh memiliki kecenderungan
warna-warna yang cerah, untuk orang yang memiliki jiwa Seni yang tinggi maka
akan mengetahui apa makna dari lukisan tersebut, dan perasaan terasa ikut jauh
menyelami makna yang digoreskan oleh seorang Van Gogh.

Lukisan ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran lukisan 73.7 x 92.1
cm. Lukisan ini dominan dengan warna-warna tua, seperti biru tua (dongker),
lukisan ini dibuat dengan mediakanvas dan cat minyak, keseluruhan gambar ini
memiliki uniti yang berkaitan, ada juga bentuk lingkaran berwarna uning dan di
tengahnya terlihat seperti bentuk bulan, permainan warna yang ditorehkan
menimbulkn kesan tekstur, wana hitam kecokelatan seperti tebing menjadi point
of interestnya, karena warnanya berbeda dengan yang lain dan ukuran bentuk
yang lebih besar dari yang lainnya. Disana juga terlihat beberapabentuk bdang
yang membentuk rumah-rumah, atau sebuah desa, di antaranya juga ada satu garis
luruskeatas meruncing berwarna biru, di sisi lain terdapat juga tebing dan garis-
garis lengkungsemakin jauh terlihat semakin kecil.

Lukisan ini cenderung memakai warna gelap, ada beberapa unsur seni rupa
yang terkandung dalam lukisan ini yaitu antara lain, garis,warna,gelap
terang,tekstur dan bidang semua terdapat dalam lukisan yang berjudul malam
berbintang ini, tak luput juga prinsip penataan yaitu kesatuan, keseimbangan,
unity, irama. Dalam lukisan ini terdapat warna yang indah dan kontras warna biru
tua dan kuning membuat lingkaran berwarna kuning terlihat menonjol, lukisan ini
memiliki garis yang terarah, seperti membentuk pusaran mata angin yang secara
matematis mirip dengan pola pusaran air sebenarnya atau turbulensi udara.

Lukisan ini cenderung memakai warna gelap, ada beberapa unsur seni rupa yang
terkandung dalam lukisan ini yaitu antara lain, garis,warna,gelap terang,tekstur dan
bidang semua terdapat dalam lukisan yang berjudul malam berbintang ini, tak luput juga
prinsip penataan yaitu kesatuan,keseimbangan,unity,irama. Dalam lukisan ini terdapat
warna yang indah dan kontras warna biru tua dan kuning membuat lingkaran berwarna
kuning terlihat menonjol, lukisan ini memiliki garis yang terarah, seperti membentuk
pusaran mata angin yang secara matematis mirip dengan pola pusaran air sebenarnya atau
turbulensi udara.

Lukisan itu dibuat saat Van Gogh menjalani perawatan di Rumah Sakit
Jiwa Saint-Paul-de-Mausole setelah ia memotong telinga kirinya. Makna lukisan
the starry nightThe Starry Night yang disimpan di M use u m of Modern Art New
York ini banyak menyita pandangan mata siapa saja yang melihatnya hampir
semua karya Van Gogh memiliki kecenderungan warna-warna yang cerah untuk

27
orang yang memiliki jiwa Seni yang tinggi maka akan mengetahui apa makna dari
lukisan tersebut dan. The Starry Night yang disimpan di Museum of Modern Art
New York ini banyak menyita pandangan mata siapa saja yang melihatnya hampir
semua karya Van Gogh memiliki kecenderungan warna-warna yang cerah untuk
orang yang memiliki jiwa Seni yang tinggi maka akan mengetahui apa makna dari
lukisan tersebut dan perasaan terasa ikut jauh menyelami.

Dalam salah satu suratnya kepada Theo adiknya Van Gogh menuliskan
bahwa makna Starry Night baginya adalah Sesuatu. Walaupun semasa hayatnya
Van Gogh hanya menjual sebuah lukisan namun kerja-kerja lukisannya dikatakan
sangat hebat dan besarStarry Night merupakan sebuah karya yang paling terkenal.
Dalam salah satu suratnya kepada Theo, adiknya, Van Gogh menuliskan bahwa
makna Starry Night baginya adalah, "Sesuatu yang sederhana dan menjelaskan
banyak hal mengerikan dalam hidup yang sekarang membuat kita terpana dan
terluka. Jika hidup mempunyai bentuk lain, yang tidak terlihat tapi nyata, tentang
sebuah tanah di mana orang meninggal. Harapan ada pada bintang, namun bumi
adalah sebuah planet, demikian juga sebuah bintang atau bola langit."

3.1.10 Terrace Café at Night

Lukisan ini di buat dengan media oil on canvas. yang di buat pada
pertengahan September 1888. Van Gogh melukis Cafe yang ada di Prancis ini,
karena cafe ini sering ia datangi di kala ia sedang membutuhkan suasana yang
hangat. Dalam cafe ini terdapat bangunan - bangunan tinggi yang ada di sekitar
cafe tersebut. lalu juga Van Gogh menggambarkan suasana di cafe tersebut.
dengan adanya seorang pelayan yang sedang melayani pelanggan, dan juga ada

28
seorang pelanggan yang malam itu tidak terlalu ramai. suasanan di cafe itu ada
beberapa kursi yang unik serta meja berbentuk bulat. ada lampu tempel di yang di
taruh di samping dinding. lampu itu melengkapi manisnya cafe di Prancis yang
sederhana namun menghadirkan kehangatan untuk para tamunya. bentuk dari cafe
tersebut pun sangat elegan tidak mewah namun sekali lagi cafe itu menarik. ada
gambar bunga pada awan yang seperti bintang.

Meski tidak dibubuhi tandatangan sang pelukis, van Gogh beberapa kali
menyebut lukisan ini dalam surat-suratnya. Tak ada yang meragukan keabsahan
lukisan ini sebagai buah karya dari van Gogh. Saat ini, “cafe Terrace at Night”
disimpan di Museum Kroller-Muller di otterlo, Belanda.

Dalam lukisan berjudul “Cafe Terrace at Night”, Vicent Van Gogh


memamerkan kehangatan warna dan kedalaman perspektif dari kafe Aries. warna
yang di gunakan sesuai ciri khas Van Gogh dengan di dominasi warna kuning,
orange, biru, dan merah. warna - warna itu selalu kita dapatkan pada lukisan Van
Gogh yang lain - lain. Di sini Van Gogh menggunakan warna analogus. ada
penggulangan bentuk pada lukisan Van Gogh tersebut. terdapat pada bentuk kursi,
meja, lampu dan pintu. garis yang digunakan Van Gogh juga tegas dan memiliki
karakter garis ciri khas dari Van Gogh sendiri. permainan gelap terang pada
lukisan ini juga sudah bagus di tunjukan oleh Van Gogh. terjadi pada gedung yang
terlihat jauh warna gelap dan yang dekat terlihat jelas warna terang. terjadi irama
yang senada ketika kita melihat dari sudut pandang depan seperti dari rendah ke
tinggi . bisa terlihat dari ahkir gedung yang tinggi. keseimbangan juga terdapat
dalam lukisan ini. antara gambar satu dengan yang lainnya seimbang maka terjadi
dominasi. ada keserasian pula yang ditambilakn pada gambar ini.

Lukisan ini dibat oleh Van Gogh karena dia sering datang pada cafe ini.
van Gogh sendiri sudah mengenal para pelayan yang sering melayani dia ketika
dia datang ke sini. Cafe ini menurutnya meurpakan rumah kedua bagi Van Gogh
karena disini dia merasam aman dan hangat. di sini pula Van Gogh mendapat
banyak inspirasi yang di daptkan hanya dengan dia duduk sembari minum kopi.
untuk itulah Van Gogh membuat cafe ini, karena dia ingin cafe ini menjadi salah
satu lukis terbaiknya. dengan itu pula cafe ini sampai saat ini di sebut cafe Van
Gogh. selain untuk mengenang van Gogh yang sudah tiada, cafe ini pula yang
telah menjadi saksi bisu Van Gogh selama berada dalam cafe tersebut.

29
3.2 Karya Seni Rupa 3 Dimensi

3.2.1 Garuda Wisnu Kencana

Patung Garuda Wisnu Kencana diciptakan oleh I Nyoman Nuarta. Beliau


adalah salah satu pematung terbaik yang bangsa Indonesia miliki. I Nyoman
Nuarta mulai terkenal pada tahun 1979, saat beliau memenangkan perlombaan
membuat patung Proklamator Republik Indonesia. I Nyoman Nuarta membuat
patung, bagian demi bagian di tempat kerja beliau yang berada di Bandung.
Desain patung GWK terdiri dari 24 segmen dan di bentuk dalam modul yang
berjumlah 754. Bahan dari patung, terbuat dari bahan logam tembaga serta logam
kuningan. Untuk menyelesaikan patung utama, diperlukan 3.000 ton tembaga.
Untuk alas berdirinya patung, dibagun sebuah bangunan dan dalam bangunan
ditujukan untuk Ballroom. I Nyoman Nuarta adalah sang maestro di balik
mahakarya Garuda Wisnu Kencana.

Ia memulai proyek raksasa ini sejak 1989 atau 29 tahun lalu. Jalan berliku
ia tempuh untuk mewujudkan GWK. Sama sekali tak mulus. GWK sempat
belasan tahun mangkrak karena--terutama--ketiadaan dana dan dukungan
pemerintah. Gagasan GWK bermula dari permintaan Dirjen Pariwisata saat itu,
Joop Ave, kepada Nuarta untuk membuat patung setinggi lima meter guna
ditempatkan di Bandara Ngurah Rai. Namun Nuarta berpendapat, patung lima
meter saja amat tanggung. Menurut Nuarta, Bali mestinya memiliki ikon
pariwisata besar, sebab pariwisata adalah penyumbang devisa yang besar bagi
negara. Lagi pula, Nuarta merasa miris melihat banyak tempat ibadah (pura) di
Bali yang menjadi lokasi wisata. Tak jarang, peribadatan pun menjadi tontotan
turis. Satu tahun setelah gagasan GWK digulirkan, Nuarta bersama Joop Ave
yang saat itu telah menjadi Menteri Pariwisata, Gubernur Bali Ida Bagus Oka,
serta Menteri Pertambangan dan Energi Ida Bagus Sudjana, mengembangkan ide
pembangunan GWK. Jalan kian terang. Proyek GWK direstui Presiden Soeharto
pada 1993. Ia menjanjikan negara akan ikut membantu pengerjaannya. Empat
tahun kemudian, 9 Juni 1997, dilakukanlah peletakan batu pertama, menandai

30
dimulainya proses pembangunan GWK. Pengerjaan GWK terhenti ketika
Indonesia dihantam krisis moneter pada 1998. Bantuan dana untuk proyek GWK
pun tak kunjung tiba seiring lengsernya Soeharto. Pembangunan GWK
ditangguhkan saat patung baru selesai tiga potong--tubuh dan kepala Dewa
Wisnu, serta kepala Garuda yang terpisah dari tubuh sang Dewa. GWK lalu
mangkrak belasan tahun. Setelah anggaran terjamin, Nuarta mulai membangun
Garuda Wisnu Kencana dari nol. Tubuh dan kepala Dewa Wisnu, serta kepala
Garuda yang sudah jadi 15 tahun sebelumnya, ia biarkan di sisi timur GWK
Cultural Park. Tak disambung dengan bagian-bagian baru yang dibuat kemudian.
Alih-alih menggunakan tiga potongan patung lawas itu, Nuarta membuat baru
lagi-semua dari awal. Alasannya, biarlah potongan-potongan patung yang tak
selesai itu menjadi tanda betapa sulit dan lamanya pengerjaan GWK. Patung baru
GWK ditempatkan 300 meter di barat daya lokasi potongan patung lama, tentu
masih di area GWK Cultural Park. Meski dibangun di Bali, bagian-bagian patung
GWK dibuat di Bandung, di bengkel seni Nuarta. Potongan-potongan patung itu--
yang seluruhnya berjumlah 754-- kemudian diangkut ke Bali melalui jalur darat.
Untuk mengangkutnya, butuh 500 lebih truk tronton.

Terbuat dari tembaga dan kuningan yang ditopang 21.000 batang baja
seberat 2.000 ton, serta baut sebanyak 170.000 buah, patung Garuda Wisnu
Kencana (GWK) akhirnya diresmikan hari Sabtu malam (22 September) di desa
Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Bali. Seperti diketahui The Statue of Liberty
memiliki ketinggian mencapai 93 meter, sedangkan patung GWK berukuran 121
meter. Bila melihat data ini, sebenarnya patung GWK tercatat sebagai patung
tertinggi ke dua di dunia, sebab The Spring Temple Buddha di China berukuran
128 meter, sedangkan The Laykyun Sekkya Buddha di Myanmar tingginya
mencapai 116 meter, namun terhitung 130 meter bila dihitung dari dasarnya. Tapi
tak sekadar adu mendirikan patung tertinggi di dunia, tegaknya Garuda Wisnu
Kencana menjadi penting karena menjadi simbol kemampuan Indonesia untuk
melahirkan mahakarya yang baru, setelah karya besar peradaban masa lalu seperti
Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Garuda Wisnu Kencana merupakan
wujud dari Dewa Wisnu yang mengendarai seekor Garuda. Dalam agama Hindu,
Dewa Winu merupakan Dewa Pemelihara (Sthiti). Tak hanya memiliki nilai seni
tinggi, patung karya seniman Nyoman Nuarta itu juga dibangun dengan
mengolaborasikan teknologi. Pembuatan patung ini menjalani proses yang
panjang selama 28 tahun. Lokasi tempat dibangunnya Cultural Park GWK adalah
bekas lahan penambangan kapur liar yang sudah tidak produktif, sehingga
keadaannya lahan seluas 60 hektar tersebut kurang baik. Proses pembuatan patung
tembaga itu juga menggunakan teknik yang rumit dan melibatkan sekitar 1.000
pekerja, baik di Bandung dan Bali. Pembuatan keping-keping GWK juga
melibatkan 120 seniman.

31
Dalam patung “Garuda Wisnu Kencana” Karya I Nyoman Nuarta ini,
tentunya terdapat unsur seni rupa. Dalam karyanya ini terdapat unsur titik, garis,
tekstur, ruang, dan warna. Tekstur pada patung dapat dirasakan dengan indra
peraba atau kulit kita karena tekstur tersebut merupakan tekstur tiga dimensi,
terasa sedikit kasar. I Nyoman Nuarta tidak menggunakan warna buatan dalam
patung ini, warna patung masih asli dari bahan yang digunakan untuk membuat
patung. Unsur gelap terang terlihat jika sebagian patung tidak terkena cahaya.
Patung “Garuda Wisnu Kencana” ini memiliki ruang yang dapat dimasuki oleh
pengunjung.

Patung Garuda Wisnu Kencana bagi masyarakat Bali mengandung makna


simbolik, karena hampir pada setiap bangunan suci yang beruwujud Padmasana,
pada bagian belakangnya diberi lukisan atau pahatan burung garuda. Bahkan pada
usungan jenazah yang disebut “wadah” atau “Bade” juga selalu dibuat ornamen
berupa burung garuda. Cerita mengenai burung garuda sebagai sang pembebas
dari keterikatan duniawi telah mengilhami para seniman Bali sejak dulu hingga
sekarang untuk memberi tempat yang khusus bagi burung yang disucikan itu.

Garuda adalah simbol kebebasan dari belitan para naga, yang


menyimbolkan benda-benda duniawi. Dengan demikian garuda adalah simbol
tubuh manusia yang ingin mencari pembebasan.Untuk itulah garuda bersedia
menjadi kendaraan dewa, dalam hal ini Dewa Wisnu, simbol dari tugas kebijakan
yang diperintahkan Tuhan melalui ajaran agama, agar bisa mendapatkan amerta.

Dewa Wisnu sendiri tak lain adalah Hyang Widhi dalam fungsinya untuk
memelihara dunia dan segala isinya. Di dalam menjalankan tugasnya sebagai
pemelihara alam semesta, Dewa Wisnu didampingi oleh dua sakti beliau, yang
dalam mitologi dikenal bernama Dewi Sri atau Dewi Kemakmuran dan Dewi
Laksmi, Dewi Keberuntungan. Dengan demikian Garuda sebagai kendaraan dari
Dewa Wisnu adalah simbol manusia mengemban tugas dari Tuhan untuk
melestarikan alam. Dalam melaksanakan pelestarian itu, manusia boleh
menikmati kemakmuran dan keberuntungan, tetapi tidak boleh terikat dengan
pamrih untuk kepentingan pribadi.

32
3.2.2 Mother and Child

Objek pada karya ini adalah objek seorang perempuan yang sedang
menggendong anak. Perempuan dengan wajah yang bersedih dan mulut yang
terbuka seolah-olah ingin meminta pertolongan. Secara keseluruhan warna
yang terlihat adalah Warna kuning kecoklatan, hal ini terlihat dari kualitas
warna yang ditampilkan. Perempuan pada karya di atas menggambarkan
seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, tentu ini akan menimbulkan
interpretasi dalam menafsirkan karya Dolorosa Sinaga di atas.
Karya Dolorosa ini merupakan karya tiga dimensi atau karya seni
patung. Karya patung Dolorosa yang ditampilkan di atas menggunakan tekstur
kasar, sehingga mampu membangun sebuah dinamika dan mempu
menghadirkan suasana sedih, prihatin dan penuh penderitaan, hal ini terlihat
jelas dari keseluruhan karya. Pada karya ini Dolorosa tidak ragu-ragu
mengekspresikan perasaannya sesuai dengan realita yang terjadi di
lingkungannya. Realita itu tergambar jelas dari karya seni patungnya yang
bersifat ekspresif.
Media yang digunakannya juga merupakan media yang memiliki
kualitas ketahanan tinggi yakni perunggu. Dolorosa sendiri merupakan
keturunan dari suku Batak yang memiliki kekerabatan patrilineal yaitu garis
keturunan berdasarkan bapak (laki-laki), keturunan dari pihak bapak (laki-laki)
dinilai mempunyai kedudukan lebih tinggi serta hak-haknya juga akan
mendapatkan lebih banyak. Dengan latar belakang seperti ini Dolorosa
mengungkapkannya melalui karya seni patung yang bersifat ekspresif. Hal
ini yang nantinya di analsis dengan pendekatan interpretasi.
Karya I yang berjudul Mother and Child, berangkat dari sebuah
permasalahan yang ada di lingkungan di mana seniman itu di lahirkan yakni
suku batak yang memiliki kekerabatan Patrilineal. Permasalahan tersebut

33
menjadi hal yang sangat mendasar dalam melahirkan karya patung ini,
sehingga karya yang dilahirkan bersifat ekspresif. Karya Dolorosa di atas
menggunakan media perunggu (bronze). Pilihan tersebut, adalah karena
perunggu mempunyai kualitas yang dapat memukau dan permukaannya berkilau.
Media perunggu di dalamnya tersimpan nuansa karakter perempuan
dan pada sisi lain perunggu memiliki kekuatan dan ketahanan yang
cenderung sebagai karakter laki-laki. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
dalam karakter perunggu itu ada dua karakter yang bertentangan, tetapi tak dapat
dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Karena itulah maka Dolorosa
memilih perunggu sebagai medianya. Sebuah karya seni tidak terlepas dari
unsur-unsur estetik yang membangunnya. Keindahan juga dianggap sebagai suatu
kebulatan yang memiliki berbagai unsur yang membuat sesuatu hal dikatakan
indah (The Liang Gie, 1997:43). Karya estetik yang dihadirkan oleh Dolorosa
Sinaga akan dianalisis interpretasi dengan pendekatan teori estetika Monroe
Bardsley.
Dilihat dari figur seorang ibu yang sedang menggendong anaknya. Ibu
merupakan kaum perempuan yang tidak mendapat tempat tertinggi
dikalangan suku batak, sehingga harta warisan sepenuhnya milik laki-laki.
Penderitaan kaum perempuan tersebut tergambar dari ekspresi seorang ibu
pada karya ini yang menderita dengan mulut yang terbuka. Mulut terbuka
merupakan bagian dari kompleksitas pada karya ini karena memiliki arti dan
makna yaitu seorang ibu yang ingin meminta pertolongan ketika seorang ibu
tersebut ditinggal oleh kaum kaum laki-laki.
Secara unity karya yang dihadirkan dapat dilihat bagaimana seniman
menyusun elemen-elemen senirupa berdasarkan asaz penyusunan dan prinsip
penyusunan. Sebuah karya seni di dalamnya terdapat unsur-unsur seni rupa yang
membangun berupa garis, shape, bidang, warna, tekstur, ruang dan lain-lain
yang disusun berdasarkan asas penyusunan yakni keseimbangan, proporsi,
keselarasan, dan lain sebagainya, hal inilah yang terlihat pada karya patung
di atas. Media yang digunakan siseniman dalam mewujudkan karya seni
patung di atas mempunyai kualitas tinggi dan terlihat menarik karena
perpaduan unsur-unsur seni rupa dengan mempertimbangkan asas-asas dalam
penyusunannya.

Intensity (kesungguhan) pada karya di atas terlihat dari garapan karya


dan media yang digunakan. Pemilihan media juga menjadi salah satu indikator
dari kesungguhan karena media perunggu dalam penggarapannya harus
dilakukan dengan intensif dan tenaga yang ekstra. Intensity pada karya ini
terlihat bagaimana siseniman menggarap karya dengan totalitas sehingga tidak
terlihat sedikit celah yang terlupakan atau tidak tergarap. Pencapaian dan
konsistensinya pada pilihan teknik, dalam menggarap bentuk, tekstur maupun
warna terlihat benar-benar selesai. Pada karya ini siseniman sudah terlihat
tuntas dalam menyalurkan ekspresinya.

34
3.2.3 Sura dan Baya

Letak Patung Sura dan Buaya berada di depan Kebun Binatang Surabaya
atau tepatnya berada di Jalan Diponegoro , Darmo, Wonokromo, Surabaya. Kisah
Patung Sura dan Buaya, Ikon Surabaya tak terlepas dari Cerita Rakyat yang seru
untuk didengarkan. Konon, di lautan yang sangat luas, terjadilah perkelahian
antara Hiu dan Buaya yang membuat Hiu kelelahan dan membuat kesepakatan
pembagian wilayah dengan Buaya yaitu lautan untuk Hiu dan Daratan untuk
Buaya.
Namun karena ikan di luatan sudah habis, Sang Hiu pun mencari mangsa
di sungai yang merupakan daerah kekuasaan buaya. Buaya yang mengetahui hal
itu murka kepada Hiu dan akhirnya pertarungan pun dimulai kembali. Hiu
mengigit ekor buaya dan buaya menggigit ekor Hiu hampir putus. Pertarungan
pun berakhir ketika Hiu kembali ke lautan dan Buaya tetap di daratan
mempertahankan kekuasaannya.
Terlepas dari cerita rakyat tentang perkelahian Hiu dan Buaya. Patung
Sura dan Baya dari Kota Jawa Timur ini merupakan lambang dari Kota Surabaya.
Ikan Sura (hiu) dan Baya (buaya) merupakan simbol dari sifat keberanian pemuda
Surabaya yang tidak gentar menghadapi bahaya.
Patung Sura dan Buaya terletak di depan KBS (Kebun Binatang Surabaya)
ini memiliki makna yang berbeda disamping legenda cerita rakyat tersebut. Kata
“Surabaya” diyakini memiliki arti filosofis yaitu “berjuang”. Kata “Surabaya”
berasal dari kata sura yang berarti “selamat” dan baya berbarti ‘bahaya’ , sehingga
arti Surabaya adalah Selamat dari Bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah selamat
dari serangan tentara Tar-Tar yang berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya dimana
hari kemenangan itu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Patung Sura dan Buaya kota Sby Jawa Timur 60241 (di depan kebun
Binatang Surabaya), merupakan tempat berdirinya ikon Surabaya. Patung ini

35
dibangun dengan menggunakan bahan dasar semen, pasir, dan batu bata. Apabila
kamu lihat lebih teliti, sebenarnya ikon dari kota terbesar kedua di Indonesia ini
mungkin kelihatannya cukup sederhana. Hal itu disebabkan tidak adanya ornamen
apapun yang menghiasi sekeliling patung. Dan bahkan, mungkin patung ini bukan
merupakan hasil pahatan dari seniman yang mempunyai cita rasa seni yang cukup
tinggi. Namun, sebenarnya pembuat Patung Sura dan Buaya ini adalah Sigit
Margono yang merupakan seorang seniman patung dan dosen Sekolah Tinggi
Kesenian Wilwatika (STKW) Surabaya.

3.2.4 Dirgantara / Pancoran

Monumen Patung Dirgantara atau lebih dikenal dengan nama Patung


Pancoran adalah salah satu monumen patung yang terdapat di Jakarta. Letak
monumen ini berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepat di depan
kompleks perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara yang dulunya merupakan
Markas Besar TNI Angkatan Udara. Posisinya yang strategis karena merupakan
pintu gerbang menuju Jakarta bagi para pendatang yang baru saja mendarat di
Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Ide pertama pembuatan patung adalah dari Presiden Soekarno yang
menghendaki agar dibuat sebuah patung mengenai dunia penerbangan Indonesia
atau kedirgantaraan. Patung ini menggambarkan manusia angkasa, yang berarti
menggambarkan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah
angkasa.
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan
bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta. Sedangkan proses pengecorannya
dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta
pimpinan I Gardono. Berat patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11
Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung
mencapai 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya
dengan Ir. Sutami sebagai arsitek pelaksana.

36
Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa Gerakan
30 September PKI pada tahun 1965. Rancangan patung ini berdasarkan atas
permintaan Bung Karno untuk menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di
bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut berarti bahwa untuk
mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani
dan Bersemangat. Patung Dirgantara dibuat dari bahan perunggu dengan bobot
mencapai 11 ton, sementara pedestal atau tiang penyangganya berbahan beton.
Total biaya pembuatan Patung Dirgantara berkisar Rp 12 juta, di luar
pembangunan tiang penyangga.
Proses pemasangan Patung Dirgantara sering ditunggui oleh Bung Karno,
sehingga kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas menjaga
keamanan sang kepala negara. Alat pemasangannya sederhana saja yaitu dengan
menggunakan Derek tarikan tangan. Patung yang berat keseluruhannya 11 ton
tersebut terbagi dalam potongan-potongan yang masing-masing beratnya 1 ton.
Pemasangan patung Dirgantara akhirnya dapat selesai pada akhir tahun 1966.
Patung Dirgantara ditempatkan di lokasi ini karena strategis, merupakan pintu
gerbang kawasan Jakarta Selatan dari Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah
selain itu dekat dengan (dahulu) Markas Besar Angkatan Udara Republik
Indonesia.

3.2.5 Liberty

Patung Liberty adalah sebuah karya monumental seni pahat yang


melambangkan kebebasan bagi seluruh dunia. Nama patung ini sebenarnya adalah
“Liberty Enlightening the World” atau Liberty yang menyinari dunia. Patung ini
di gambarkan sebagai seorang wanita yang sedang membebaskan diri dari
belenggu tirani dengan tangan kanan yang memegang sebuah obor dengan api
yang menyala, ini melambangkan kebebasan. Sementara tangan kirinya
memegang sebuah buku dengan tulisan “July 4, 1776” (dengan angka Romawi),
hari kemerdekaan Amerika. Dia mengenakan jubah yang menjuntai dan 7
bayangan dari paku besar pada mahkotanya melambangkan 7 samudra dan benua.

37
Patung Liberty memiliki tinggi kurang leih 46 m (151 ft)b. Jika di hitung
dari dasar, patung ini memiliki tinggi sampai 93 m (305 ft). Lapisan patung ini
terbuat dari lempengan tembaga tempa debnan ketebalan 2.4 mm (0.01 in) yang di
pasang pada rangka besi. Rangka besinya di buat oleh Insinyur Perancis, Gustave
Alexandre Eiffel, yang juga pembuat menara Eiffel di Paris. Alas patung ini di
desain menggunakan beton dan granit oleh arsitek Amerika, Richard Morris Hunt.
Sebuah dinding berbentuk bintang mengelilingi alas setinggi 47-m (154-ft) ini.
Dinding ini adalah bagian dari Fort Wood, tembok yang di bangun awal abad 19
untuk mempertahankan kota New York selama berlangsungnya perang 1812
(1812-1815).
Awalnya, patung Liberty di buat sebagai monumen untuk mengingatkan
adanya aliansi yang pernah terjadi antara Perancis dan Amerika selama terjadinya
Revolusi Amerika (1775-1783). Patung ini di deasin oleh pemahat Perancis,
Frédéric-Auguste Bartholdi dan selesai pada bulan Juli 1884. Rakyat Perancis
menyumbangkan uangnya untuk membangun patung ini. Pemerintah SAmerika
sendiri membangun landasan untuk patung ini dari dana yang di himpun oleh
pengusaha surat kabar yang bernama Joseph Pulitzer.
Patung ini pertamakali di pamerkan di Paris, kemudian di bongkar dan di
kirimkan ke New York, dan di pasang ulang seperti saat ini. Patung ini di resikan.
Patung Dewi kemerdekaan tersebut dipersembahkan oleh rakyat Prancis kepada
rakyat Amerika, sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Amerika yang ke-100.
Setelah selesai dibuat di Prancis, patung tersebut dibongkar, dan dikemas dalam
200 muatan besar untuk dikirim ke Amerika. Patung Liberty selanjutnya disusun
kembali di Bedloe’s Island di mulut pelabuhan Kota New York. Sedemikian lama
proses pengepakan ini, hingga patung Liberty baru bisa diresmikan ,oleh presiden
Amerika, Grover Cleveland pada 28 Oktober 1886 sepuluh tahun setelah HUT
kemerdekaan Amerika yang ke-100.
Dengan tinggi 46 meter dan berat 204 ton, Patung Liberty berdiri diatas
landasan setinggi 46 meter. Bagian dalamnya diisi oleh rangka baja, sementara
bagian luarnya dibuat dari plat tembaga. Rangka baja patung Liberty, dibuat dan
dirancang oleh Gustave Eiffel, orang yang juga merancang dan membangun
Menara Eiffel.

38
3.2.6 Christ the Redeemer

Christ the Redeemer atau dalam bahasa Portugis disebut sebagai Cristo
Redentor adalah patung Yesus Kristus yang sangat populer dan berada di atas
gunung Corcovado. Dari arah manapun pengunjung Rio de Janeiro melihat patung
ini pasti akan terlihat. Sehingga patung ini menjadi ikon kota Rio de Janeiro,
Brasil.
Gunung Corcovado sebagai tempat pijakan patung setinggi 26 kaki (8 m)
dan panjang tangan telentang 92 kaki (28 m) dalam bahasa Portugis berarti
“bungkuk” merupakan gunug granit di barat pusat kota dengan puncak seluas 700
m dipilih sebagai tempat yang cocok untuk berdirinya sebuah patung yang tinggi
megah menjulang seolah-olah menyambut kedatangan para wisatawan di Rio de
Janeiro. Kawasan Gunung Corcovado berada di dalam Taman Nasional Hutan
Tijuca. Christ the Redeemer yang berarti Kristus sang Penebus digambarkan
dalam patung ini dalam keadaan dua tangan telentang membentuk salib yang
menjadi simbol kekristenan seluruh dunia. Karena berada di ketinggian berarti
membutuhkan kerangka patung yang kuat sehingga dipilihlah beton bertulang
dengan bahan batu soapstone.
Sebenarnya, jauh sebelum adanya rencana pembangunan patung Christ the
Redeemer di atas Gunung Corcovado, seorang Pendeta Vincentian, Pedro Maria
Boss membuat sebuah rencana pembangunan sebuah patung Kristen monumental
di atas Gunung Corcovado pada pertengahan 1850-an sebagai sebuah bentuk
penghormatan kepada Putri Isabel, pewaris takhta Kekaisaran Brasil yang
menyandang gelar putri kekaisaran. Namun, rencana pembangunan ini tidak
disetujui oleh Putri Isabel. Pada tahun 1889, permintaan pembangunan ini secara
resmi ditolak saat negara berubah menjadi republik. Selain itu, karena adanya
pemisahan antara gereja dengan negara, gagasan ini dihentikan.
Beberapa puluh tahun kemudian, rencana pembangunan patung ini
kembali dibuka.pada tahun 1922 permintaan ini disetujui. Desain patung mulai
dibuat dan mulai menuai perdebatan mengenai bentuk patung. Mulai dari
penggambaran salib Kristen atau patung Yesus yang memegang bola dunia sambil
berdiri di atas tumpuan yang melambangkan dunia. Pada akhirnya, penggambaran

39
salib dipilih karena dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Kristus mengasihi
semua dan akan menerima semua yang akan datang kepada-Nya.
Untuk menopang patung, Da Silva Costa memilih untuk menggunakan
beton bertulang., tapi, karena bentuknya yang kasar menjadi penyebab
kekhawatiran Da Silva Costa bahwa patungnya akan jadi tidak sesuai dengan yang
diharapkan karena ia menginginkan kontur gambaran Kristus yang halus. Untuk
mengatasi kekhawatirannya, ia mencari inspirasi dan menemukannya di sebuah
air mancur sepanjang Champs Elysees di Paris. Ubin yang melapisi air mancur
menonjolkan lekukannya persis seperti yang diharapkan oleh Da Silva Costa
dalam rancangannya.
Setelah mendapat jalan keluarnya, ia memperbarui rencana proyek dan
dipilih soapstone sebagai lapisan luar yang memiliki kualitas bagus dan
kemudahan dalam penggunaannya. Ia mendapatkan batu-batu soapstone dari
Swedia. Konstruksi memakan waktu sembilan tahun, dari tahun 1922 sampai
1931 dan menghabiskan biaya setara dengan US $ 250.000 (setara dengan $
3.400.000 pada tahun 2016). Monumen ini diresmikan dan dibuka pada tanggal 12
Oktober 1931.
Semakin lama patung ini mengalami banyak perubahan karena faktor
cuaca. Pekerjaan pemeliharaan seharusnya dilakukan secara berkala mengingat
angin kencang penyebab erosi dan sambaran petir yang sewaktu-waktu
menyambar patung ini lagi. Batu yang digunakan selama restorasi patung yaitu
batu soapstone semakin lama semakin sedikit dan sudah sulit ditemukan. Batu ini
diambil dari tambang dekat dengan Ouro Preto. Saat ini, tambang tersebut telah
kering yang menyulitkan restorasi dalam mengganti soapstone. Diperkirakan
resorasi besar-besaran berikutnya pada tahun 2020 akan sangat sulit menemukan
batu soapstone yang asli.

3.2.7 Patung Merlion Singapura

40
Patung singa berbadan ikan merupakan salah satu ikon negara Singapura
yang sudah terkenal sampai ke penjuru dunia. Patung tersebut dinamakan Merlion
karena bentuknya menyerupai singa laut. Arti Merlion dalam bahasa Indonesia
yaitu "mer" (laut) dan "lion" (singa) berarti Singa Laut. Pembuatan patung
Merlion di Singapura tentu mempunyai latar belakang sejarahnya. Mulai dari
siapa pembuatnya, apa fungsi dan dimana lokasinya serta bagaimana legenda
Merlion yang cukup populer dikalangan masyarakat setempat. Menarik bukan?
Berikut ini penjelasannya.
Patung Merlion adalah ikon kota Singapura, digunakan sebagai simbol
untuk menyambut pengunjung turis asing yang datang untuk berlibur atau untuk
kepentingan lainnya. Menurut sejarahnya, patung singa berbadan ikan ini
dibangun pada tanggal 25 September 1972, oleh tokoh bernama Lim Nang Seng.
Desain patung Merlion merupakan rancangan dari Mr. Fraser Bruner yang
digunakan untuk logo Singapore Tourism Borad. Desain ini telah dipatenkan pada
tahun 1966, setelah sebelumnya digunakan dari tahun 1964.
Legenda Merlion cukup familiar di Singapura, yakni kemunculan singa
berbadan ikan di Temasek, pulau kecil ditengah lautan. Berdasarkan legenda-nya,
suatu ketika terjadi badai petir luar bisa besar dan hebat di daerah tersebut.
Penduduk pulau kemudian ketakutan dan meminta perlindungan agar
diselamatkan dari badai. Setelah meminta perlindungan, tiba-tiba air laut
menyeruak dan mengeluarkan sinar. Suara gemuruh seperti gendang yang sedang
mengiringi kedatangan raja pun terdengar.
Kemudian sesosok mahluk yang belum pernah terlihat muncul dari laut
yang memancarkan cahaya sinar. Mahluk tersebut berwujud kepala singa
memiliki ekor seperti ikan. Mahluk ini baru pertama kali muncul dan dilihat oleh
warga Temasek. Ukurannya sangat besar. Menurut ceritanya, mahluk misterius
inilah yang menghentikan badai besar di Temasek. Cara yang digunakan mahluk
ini untuk menghentikan badai adalah dengan memancarkan sinar yang keluar dari
matanya.
Sejarah pembuatan patung Merlion di Singapura. Patung Merlion dibuat
dengan bahan dari campuran semen, pelat porselen dan cangkir teh. Pada bagian
badan merupakan campuran semen, kemudian bagian kulit patung terbuat dari
pelat porselen, selanjutnya pada bagian matanya terbuat dari cangkir teh
berukuran kecil dengan warna merah. Berdasarkan desainnya, patung Merlion di
Singapura memiliki ukuran tinggi 8,6 meter, sementara bobotnya yaitu 70 ton.
Sulit untuk menyamakan ukuran makhluk tersebut dengan apa pun.
Setelah berhasil menghentikan badai dan petir, masyarakat kemudian
berterimakasih kepada mahluk tersebut. Namun mahluk berkepala singa tiba-tiba
menghilang tanpa diketahui oleh masyarakat disekitar kejadian. Nah itulah sedikit
cerita terkait dengan legenda Merlion (mahluk berkepala singa berbadan ikan).

41
3.2.8 Surrounding David (Michelangelo)

Surrounding David adalah karya kesekian dari seorang Titarubi. Dari


kesekian karya yang kita lihat yang dibuat oleh seorang Titarubi maka bisa kita
lihat bahwa semua karyanya adalah karya – karya yang membuat sebuah
perlawanan terhadap sebuah keadaan atau sebuah system. Namun seiring dengan
perkembangannya karya – karya yang dia hadirkan lebih mencerminkan pada
kepribadiannya sebagai sebuah subjek yang yang mengalami keadaan dari system
atau keadaan tadi sehingga muncullah karya – karya yang mulai menunjukkan
sebuah kebangkitan dan semangat perubahan. Semua karya – karya yang dibuat
oleh Titarubi selalu sarat makna bahkan bisa kita lihat bahwa beliau adalah salah
satu seniman yang karya – karyanya selalu berbicara tentang apa itu wanita
(Dalam biografi katalog Kisah Tanpa Narasi Titarubi). Hal ini terlihat dari karya –
karya pendahulunya yang berjudul Her Story on White, Lindungi Aku Dari
Keinginanmu, Missing and Sailent, maupun Vagina Brocad
Munculnya gagasan atau ide dari karya Serrounding David ini tidaklah
lepas dari pengalaman pribadi maupun pemahaman konsep dari karya – karya
sebelumnya. Dalam karya ini sebenarnya ada dua buah tesis yang ingin dibuktikan
oleh Titarubi sepertitertulis dalam essay katalog Subverting Power and Desire
pada karya Surrounding David, yang pertama adalah berkenaan dengan masalah
sosial budaya, tradisi berpakaian, brokat dan gender. Dalam sesi tanya jawab
observasi kami Titarubi berpendapat bahwa kain brokat dan desain baju kebaya
punya watak yang manipulatif terhadap (tubuh) perempuan: kain dan baju itu
diniatkan sebagai pembungkus tubuh perempuan, melindungi ketelanjangannya;
tetapi karena watak kain yang terawang dan bentuk desain yang ketat mengikuti
semua bentuk lekuk tubuh perempuan, bungkus itu justru “menelanjangi” si
perempuan. Brokat mengemas tubuh dan identitas perempuan menjadi objek
tatapan (gaze). Tesis kedua, Titarubi menganggap bahwa ketelanjangan tubuh pria

42
ditempatkan secara khas atau terpisah dari atribut “keindahan” – yang dalam
kaitannya dengan tubuh perempuan direduksi menjadi sensualitas dan seksualitas.
Ketelanjangan tubuh laki – laki justru hadir sebagai atribut kejantanan dan
kekuatannya (Dalam katalog Subverting Power and Desire pada karya
Surrounding David).
arya Surrounding David ini bisa disebut sebagai karya monumental jika
dilihat dari besarnya karya yang dibuat. Ditangan Michelangelo patung telanjang
David dianggap sebagai representasi anatomi pria yang sempurna, di tangan Tita
David mendapat sentuhan feminin. Tita membungkus seluruh tubuh David dari
kaki hingga kepala dengan kain brokat berwarna merah sian. Kain yang biasa
dipakai sebagai kebaya ini bermotifkan bunga dan dedaunan yang makin
mencitrakan feminitas David. Cahaya lampu LED di dalam patung kian
menampilkan keanggunan brokat yang akhirnya menguatkan feminitas itu. Tokoh
yang berhasil mengalahkan raksasa Goliath ini seakan diluruhkan imaj
maskulinitasnya (Titarubi dalam Kuota! Kuota! Kuota!).
Pada tayangan video dokumentasinya, Tita menuturkan bahwa ia memang
ingin memfemininkan David, setelah menimbang-nimbang apakah karya yang
akan dipilihnya David atau The Thinker karya Rodin. Keinginannya ini berangkat
dari pemahaman strukturalnya tentang tubuh dan tentang sistem patriarkal yang
berlaku, pemahaman yang juga muncul pada karya-karya Tita sebelumnya
(Titarubi dalam Kuota! Kuota! Kuota!: 2011).
Tita menjelaskan panjang lebar bahwa patung David menjadi kompleks
karena ketelanjangan tubuhnya. Dalam wacana masyarakat tubuh berbahaya bagi
keselamatan moral, hal ini juga mengancam bagian tubuh itu sendiri. Brokat
bersifat licin sehingga tetap membayangkan ketelanjangan. Tubuh David
telanjang dan terperangkap dalam brokat. Cahaya lampu dari dalam menonjolkan
brokatnya, tubuh David lenyap dan kemudian brokatpun membentuk tubuh David.
Tita dan timnya berhasil menyelubungi tubuh David dengan brokat
sekaligus mencerminkan dan menonjolkan lekukan anatomis David yang
merupakan karya masterpiece pada masa renaisans. Karya Michelangelo pada
1501-1504 ini dianggap karya yang memadukan kesan kekuatan dan keindahan.
Pemilihan brokat sebagai penutup sendiri dikarenakan brokat adalah pakaian yang
diidentikkan dengan kaum wanita. Namun pemakaian brokat saat ini yang
awalnya untuk menutupi menjadi menelanjangi karena desainnya yang mengikuti
lekuk tubuh dan sifatnya dasarnya yang tidak sepenuhnya menutupi tubuh sebagai
kain.
Bagi Titarubi hasrat perempuan adalah suatu yang selama ini
disembunyikan dan dihilangkan, karena itu ketika akhirnya perempuan bisa
menikmati ketelanjangan laki – laki, maka hasrat yang hilang dan tersembunyi ini
kini bisa ditemukan. Jika selama ini perempuan dianggap sebagai objek hasrat
bagi laki – laki maka Surrounding David laki – lakilah yang akan menjadi hasrat
bagi kaum wanita. Hasrat perempuan mendapatkan pembebasannya pada

43
perayaan ketelanjangan David (Dalam katalog Subverting Power and Desire pada
karya Surrounding David)
Titarubi membuat David dari bahan sintesis : fiberglas dan resin. Bersama
dengan plastik dan latek. Fiberglas dan resin dipilih karena mudah didapat, mudah
dibentuk dan dicetak dan juga dianggap bisa menciptakan objek – objek tembus
pandang (dengan kata lain: menciptakan lapisan kulit tembus pandang, sementara
isi objek itu sendiri dihilangkan). Dengan pemilihan ini Titarubi membuat tubuh
David menjadi sebatas kulit tipis tembus pandang. David yang dianggap “megah”,
“harmon yang indah”, “kemegahan tubuh tanpa cacat” dan “penanda laki – laki
sempurna” dibuat menjadi kulit, kosong tanpa isi. Dalam kekosongan yang
semacam itu maka keraksasaan tidak menjadi kekuatan, melainkan kelemahan.
Kemudian beliau membuat tubuh David yang rentan tersebut bercahaya dari
dalam, seolah dia hendak menunjukkan kekosongan itu dengan lebih jelas,
sekaligus ingin menyatakan bahwa cahaya itu sendiri mengaburkan pandangan
kita.
Perenungan Titarubi pada karya ini tampaknya sampai pada kesimpulan
pada suatu kesipulan bahwa kekokohan, keraksasaan dan kesempurnaan tubuh
laki – laki adalah hal – hal yang kosong dan rentan. Kekeropsan tersebut selama
ini diselubungi oleh cahaya, sehingga membuat kita abai akan kekeroposan
tersebut. Maka perlu dipertanyakan dan diuji kembali berbagai keyakinan yang
selama ini diterima begitu saja. Kekokohan, keraksasaan, kekuasaa laki – laki
harus diuji kembali, kesempurnaan laki - laki harus dipertanyakan kembali dan
gagasan tentang keindahan harus dibongkar lagi.

3.2.9 Jenderal Sudirman

Patung Jenderal Sudirman merupakan salah satu patung yang berada


di Jakarta tepatnya di kawasan Dukuh Atas, depan Gedung BNI, Jalan Jenderal
Sudirman. Patung ini memiliki tinggi keseluruhan 12 meter dan terdiri atas: tinggi
patung 6,5 meter dan voetstuk atau penyangga 5,5 meter. Patung ini terbuat
dari perunggu seberat 4 ton dengan anggaran sebesar 3,5 miliar Rupiah dan
dikerjakan oleh seniman sekaligus dosen seni rupa Institut Teknologi

44
Bandung, Sunario.Sosok Jenderal Sudirman digambarkan berdiri kokoh
menghormat dan kepala sedikit mendongak ke atas untuk memberi kesan dinamis.
Karena berdiri di tengah kawasan yang penuh dengan beragam aktivitas, patung
sengaja didesain sederhana dan tidak memerlukan banyak rincian.
Rencana pembangunan patung Sudirman dan sejumlah patung yang akan
menghiasi jalan protokol sesuai nama jalan mencuat pada September 2001.
Rencana itu merupakan realisasi sayembara patung pahlawan yang dilakukan
tahun 1999. Lokasi patung merupakan satu garis lurus yang berujung dari Patung
Pemuda Membangun di Kebayoran sampai Tugu Monumen Nasional.
Biaya pembangunan patung yang menelan dana 6,6 miliar Rupiah berasal
dari pengusaha, bukan dari APBD DKI Jakarta. Sebagai kompensasinya
pengusaha mendapat dua titik reklame di lokasi strategis, Dukuh Atas. Sementara
yang menentukan penyandang dana diserahkan kepada keluarga Sudirman.
Pengusaha yang telah ditunjuk mendanai pembangunan patung, yakni PT.
Patriamega. Sebagai kompensasinya, PT. Patriamega memperoleh dua titik
reklame di lahan strategis di Dukuh Atas, yakni di titik A dan 6B. Bagi kalangan
penyelenggara reklame, titik tersebut adalah sangat strategis dan nilai jualnya
paling mahal.
Menurut rencana Patung Jenderal Sudirman sedianya akan diresmikan 22
Juni 2003 bertepatan HUT ke-476 Jakarta, namun tidak terealisasi. Peresmian
akhirnya dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2003. Peresmian sempat diwarnai
unjuk rasa sekelompok pemuda. Panglima Besar Kemerdekaan RI yang
seharusnya menjadi simbol semangat perjuangan bangsa Indonesia kini telah
pudar makna kepahlawanannya. Karena Jenderal Sudirman digambarkan sedang
dalam posisi menghormat. Posisi patung dianggap tidak pada tempatnya karena
sebagai Panglima Besar, Sudirman tidak selayaknya menghormat kepada
sembarang warga yang melintasi jalan, yang justru seharusnya menghormati. Hal
ini pula yang sempat diangkat dalam film Nagabonar. Meski demikian Gubernur
DKI Jakarta Sutiyoso didampingi Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta Maurits
Napitupulu dan salah satu keluarga besar Jenderal Sudirman, Hanung Faini, tetap
meresmikan berdirinya Patung Jenderal Sudirman itu.

45
3.2.10 The Motherland Calls

Patung "Motherland Calls" atau "Ibu Pertiwi Memanggil" merupakan


monumen Perang Dunia (PD) II paling terkenal di Rusia. Dengan tinggi 85 meter,
tak pelak patung di Volgograd ini menjadi patung tertinggi di Eropa. Bahkan,
berat pedangnya saja sudah 14 ton. Tak heran proses renovasinya pun terbilang
luar biasa. "Patung ini perempuan, jadi kami menanganinya seperti pada wanita
sungguhan. Bagi kami, ia adalah perempuan yang sedang mengidap beragam
penyakit, jadi kami merawatnya selama 50 tahun. Seperti manusia seusianya, ia
butuh banyak dokter dengan spesialisasi masing-masing," terang Sergej Sirota,
mandor proyek renovasi ini, dilansir dari Deutsche Welle.
Motherland Calls dibuka tahun 1967 sebagai monumen untuk mengenang
Pertempuran Stalingrad. Perang itu telah menewaskan 700 ribu orang. Tak sia-sia,
kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pun menjadi titik balik Perang Dunia II.
Monumen ini pun menggambarkan Ibu Pertiwi yang menyerukan rakyatnya agar
melawan Nazi Jerman dan sekutunya. "Ini bukan lokasi proyek biasa, tetapi
sebuah tempat bersejarah untuk Rusia. Merupakan kehormatan besar bagi kami
bisa bekerja di sini. Proyek ini pun butuh penanganan istimewa. Itu sebabnya
kami sangat sibuk siang dan malam," sambung Sirota.
Proyek peremajaan Motherland Calls dimulai 3 tahun lalu. Para pekerja
berfokus pada kaki, tangan, dan pakaian patung yang sudah rusak. Mereka juga
memasang pelindung agar bagian matanya tak dihinggapi burung. Tak lupa
bagian "giginya" juga disikat. Alhasil, diharapkan patung ini terlihat cerah dan
lebih segar. "Ketika sedang menggarap bagian dalamnya, kami menemukan
seluruh kolomnya penuh sampah yang ditinggalkan pekerja konstruksi di tahun
1967. Kami juga menemukan 1.200 rubel (Rp264 ribu) yang ditinggalkan tukang
renovasi tahun 2010," kata manajer konstruksi Vladimir Antonov. Proses renovasi
ini ditargetkan rampung di tahun 2020, tepat sebelum peringatan Hari
Kemenangan PD II ke-75 Tahun yang jatuh tanggal 9 Mei.

46
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Seni Lukis adalah sebuah cabang dari seni visual yang mengutamakan
kerja manual. Kerja manual yang dimaksudkan adalah sebuah proses kerja fisik
dan hubungan langsung antara perupa/pelukis dengan karya yang dihasilkan.
Proses pengerjaan secara manual tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
yang eksklusif/satu-satunya. Menganalisis dan mengapresiasi karya seni rupa
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran berseni kita dengan
karya karya eksklusif. Selain daripada hasil eksklusif yang diharapkan adalah
bagaimana kemudian latar belakang dan pemilihan teknik pengerjaaan karya
lukisan dapat menjadi sebuah pertimbangan dalam rangka kegiatan mengkoleksi
karya. Namun upaya plagiatisme/meniru/memalsu sebuah lukisan telah cukup
menjadi isu dan perilaku kejahatan yang mengganggu keberlangsungan kerja
kreatif tersebut.

4.2 Saran

Pengaturan secara sistematis mengenai pengakuan, penghargaan dan


perlindungan terhadap hak cipta belum lama dilakukan. Meskipun memiliki akar
budaya yang terpelihara serta pengaturan yang terstruktur dalam tatanan hukum
dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat, tampaknya masih perlu terus
diupayakan untuk ditingkatkan dan dikembangkan secara lebih intensif terhadap
perlindungan hak cipta, khususnya pada seni lukis. Berangkat dari kenyataan
dimana masih minimnya upaya serius dari pihak-pihak yang terkait untuk
melakukan penindakan terhadap pemalsuan lukisan, maka adalah menjadi
tanggung jawab seorang perupa untuk menjaga karyanya dari pemalsuan. Upaya
yang dapat dilakukan untuk menjaga sebuah karya dari pemalsuan dengan 41
mendokumentasikan karya, menggunakan meterial-material tertentu yang dapat
menjadi identitas karya, membuat sebuah sertifikat dalam proses jual beli lukisan,
dan yang terakhir melakukan pameran. Pameran selain dari pada dimaksudkan
untuk menjaga eksistensi seorang didunia seni lukis, namun juga dapat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mempresentasikan karya ke publik dengan
maksud turut serta menjaga karya dari pemalsuan.

47

Anda mungkin juga menyukai