Anda di halaman 1dari 15

3.

SINYAL STANDAR DAN OPERASINYA

3.1 Sinyal Standar

3.1.1 Fungsi Tangga

Fungsi tangga satuan CT u(t ) ditetapkan sebagai berikut :

(3.1)

Fungsi tangga satuan DT u[k ] ditetapkan sebagai berikut :

(3.2)

Bentuk gelombang fungsi tangga satuan u(t ) dan u[k ] diperlihatkan pada Gambar 3.1 (a) dan (b).

3.1.2 Fungsi Pulsa Kotak

Pulsa kotak CT rect (t/ τ) ditetapkan sebagai berikut :

(3.3)

Ditunjukkan pada Gambar 3.1(c). Pulsa kotak DT rect ¿ ditetapkan sebagai berikut :

(3.4)

dan ditunjukkan pada Gambar 3.1(d).

3.1.3 Fungsi Signum

Fungsi signum dinotasikan oleh sgn(t) dan ditetapkan sebagai berikut :

(3.5)

Fungsi signum CT sgn(t) ditunjukkan pada Gambar 3.1(e). Sedangkan fungsi signum DT dinotasikan
oleh sgn[k ] ditetapkan sebagai berikut :

Created by Sadiana Putra Page 1


(3.6)

Dan ditunjukkan pada Gambar 3.1(f).

Created by Sadiana Putra Page 2


Gambar 3.1 Fungsi-fungsi standar CT dan DT (a) Fungsi tangga satuan CT (b) Fungsi tangga satuan DT (c) Pulsa kotak CT (d)
Pulsa kotak DT (e) Fungsi signum CT (f) Fungsi signum DT (g) Fungsi ramp CT (h) Fungsi ramp DT (i) Fungsi sinus CT (j) Fungsi
sinus DT (k) Fungsi sinc CT (l) Fungsi sinc DT.

Created by Sadiana Putra Page 3


3.1.4 Fungsi Ramp

Fungsi ramp CT r (t ) ditetapkan sebagai berikut :

(3.7)

yang mana ditunjukkan pada Gambar 3.1(g). Sama halnya, fungsi ramp DT r [k ] ditetapkan sebagai
berikut :

(3.8)

Yang mana ditunjukkan pada Gambar 3.1(h).

3.1.5 Fungsi Sinus

Gelombang sinus CT dari frekuensi f 0 ditetapkan sebagai berikut :

(3.9)

yang ditunjukkan pada Gambar 3.1(i) . Fungsi sinus DT ditetapkan sebagai berikut :

(3.10)

dimana Ω 0 ialah frekuensi angular DT. Gelombang sinus DT ditunjukkan pada Gambar 3.1(j).

3.1.6 Fungsi Sinc

Fungsi sinc CT ditetapkan sebagai berikut :

(3.11)

yang mana ditunjukkan pada Gambar 3.1(k). Dalam beberapa literatur, fungsi sinc ditetapkan sebagai
berikut :

Fungsi sinc DT ditetapkan sebagai berikut :

(3.12)

yang ditunjukkan pada Gambar 3.1(l).

Created by Sadiana Putra Page 4


3.1.7 Fungsi Eksponensil CT

Fungsi eksponensil CT, dengan frekuensi kompleks s=σ + jω 0 ditampilkan sebagai berikut :

(3.13)

Fungsi eksponensil terdiri dari komponen riil dan imajiner:

Kasus 1 Komponen imajiner nol

Asumsikan komponen imajiner frekuensi kompleks s nol, frekuensi kompleks mengambil bentuk sebagai
berikut :

yang disebut sebagai fungsi eksponensil bernilai riil. Gambar 3.2 menunjukkan fungsi eksponensil
bernilai riil dengan dengan nilai σ yang berbeda-beda.

Gambar 3.2 Kasus-kasus khusus untuk fungsi eksponensil CT bernilai riil (a) Pelemahan eksponensil (b) konstan eksponensil
(c) peningkatan eksponensil

Kasus 2 Komponen riil nol

Ketika komponen riil σ dari frekuensi kompleks s nol, fungsi eksponensil dituliskan :

dengan kata lain, bagian riil dan bagian imajiner dari eksponensial kompleks adalah sinus murni. Gambar
3.3 menunjukkan bagian riil dan bagian imajiner fungsi eksponensil kompleks.

Created by Sadiana Putra Page 5


Gambar 3.3 Fungsi eksponensil kompleks CT . (a) komponen riil (b) komponen imajiner

Contoh :

Gambarkan komponen riil dan imajiner dari fungsi kompleks x ( t )=e( j 4 π−0.5 ) t untuk

Penyelesaian :

Fungsi eksponensil CT dinyatakan sebagai berikut :

Komponen riil dan komponen imajiner x ( t ) dituliskan sebagai berikut :

Untuk menggambar komponen riil, kita gandakan bentuk gelombang suatu fungsi kosinus dengan
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3(a), dengan suatu penurunan eksponensil
Gambar hasilnya ditunjukkan pada Gambar 3.4(a), begitupun komponen imajiner dengan
melipatgandakan suatu fungsi sinus dan dimana gambar hasilnya diperlihatkan pada Gambar 3.4(b).

Gambar 3.4 Fungsi eksponsial (a) Komponen riil (b) komponen imajiner

Created by Sadiana Putra Page 6


3.1.8 Fungsi Eksponensil DT

Fungsi eksponensil kompleks DT dengan dengan frekuensi radian Ω0 ditetapkan sebagai berikut :

(3.14)

Sebagai contoh fungsi eksponensial kompleks DT , misalkan x ( k )=exp ⁡( j 0.2 π −0.05 k ), yang
ditunjukkan pada Gambar 3.5, dimana plot (a) menunjukkan komponen riil dan (b) menunjukkan bagian
imajiner sinyal kompleks.

Gambar 3.5 Fungsi eksponensil kompleks DT x ( k )=exp ⁡( j 0.2 π −0.05 k ) . (a) komponen riil (b) komponen imajiner

Untuk komponen imajiner nol Sinyalnya serupa dengan sinyal eksponensil CT begitupun untuk
komponen riil nol.

3.1.9 Fungsi Eksponensil Kausal

Dalam aplikasi pemrosesan sinyal, sinyal input dimulai pada t=0 . Sinyal-sinyal yang dimulai pada saat
t=0 disebut sebagai sinyal-sinyal kausal. Fungsi eksponensil kausal diberikan oleh

(3.15)

dimana kita telah menggunakan fungsi tangga satuan untuk saling berpengaruh pada fungsi eksponensil
kompleks. Sama halnya, fungsi eksponensil kausal DT ditetapkan sebagai berikut :

(3.16)

Contoh :

Gambarkan fungsi eksponensil kausal DT

Penyelesaian :

Komponen riil dan komponen imajiner dari sinyal non-kausal diperlihatkan pada Gambar
3.6. Untuk menggambarkan implementasi kausalnya, kita lipatgandakan dengan fungsi
tangga satuan u[k ]. Dampaknya pada implementasi kausal akan menjadi nol untuk k < 0. Komponen riil
dan imajiner dari fungsi yang dihasilkan diperlihatkan pada Gambar 3.6.

Created by Sadiana Putra Page 7


Gambar 3.6 Fungsi eksponensial kompleks DT kausal (a) komponen riil (b) komponen imajiner

3.1.10 Fungsi Impuls Satuan CT

Fungsi impuls satuan δ (t) yang juga dikenal fungsi Delta Dirac atau secara singkat fungsi delta, adalah
ditentukan oleh dua keadaan berikut :

(1) Amplitudo (3.17)

(2) Wilayah tertutup (3.18)

Visualisasi lansung dari fungsi impuls satuan dalam ranah CT adalah sulit. Satu cara untuk
memvisualisasikan fungsi impuls CT adalah dengan cara menumpuknya dari fungsi pulsa kotak.
1
Perhatikan suatu kotak tinggi tipis dengan lebar ε dan tinggi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7(a),
ε
wilayah yan tertutup seperti itu oleh fungsi kotak sama dengan satu. Kemudian, kita kurangi lebarnya
dan tambah tingginya pada laju yang sama dimana fungsi kotak yang dihasilkan mempunyai wilayah
sama dengan satu. Dengan lebar Fungsi kotak menyatu menjadi fungsi impuls CT δ (t) dengan
amplitudo tak terhingga pada t=0 . Sehingga, wilayah tertutup oleh fungsi impuls CT ialah terhingga dan
sama dengan satu. Fungsi impuls diilutrasikan oleh titik panah vertikal ke atas; lihat Gambar 3.7(b).
Tinggi panah sesuai dengan wilayah tertutup oleh fungsi impuls CT.

Gambar 3.7 Fungsi impuls δ (t).(a) Menghasilkan fungsi impuls dari pulsa kotak (b) Notasi fungsi impuls

3.1.11 Fungsi Impuls Satuan DT

Created by Sadiana Putra Page 8


Fungsi impuls DT yang juga dikenal dengan fungsi Kronecker delta atau fungsi sampel satuan DT,
ditentukan sebagai

(3.19)

Bentuk gelombang untuk fungsi impuls satuan DT diperlihatkan pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Fungsi impuls satuan DT

Contoh :

Tampilkan deret DT seperti terlihat pada Gambar 3.9(a) sebagai suatu fungsi pergeseran waktu fungsi
fungsi impuls satuan DT.

Penyelesaian :

Sinyal x [k ] DT dapat ditampilkan sebagai penjumlahan tiga fungsi sebagai


berikut :

dimana adalah fungsi-fungsi impuls pergeseran waktu,

dan ditampilkan pada Gambar 3.9(b), (c) dan (d). Deret x [k ] DT dapat juga ditampilkan seperti berikut :

Created by Sadiana Putra Page 9


Gambar 3.9 Fungsi-fungsi untuk contoh di atas (a) x [k ] (b) x 1 [k ] (c) x 2 [k ] (d) x 3 [k ]

3.2 Operasi-operasi Sinyal

3.2.1 Pergeseran Waktu

Operasi pergeseran waktu melambatkan atau mempercepat sinyal input dalam satu waktu. Perhatikan
suatu sinyal ∅ (t) CT yang diperoleh dengan menggeserkan sinyal x (t) lain oleh satuan waktu T . Sinyal
pergeseran waktu ∅ (t) dituliskan sebagai berikut :

Dengan kata lain, pergeseran waktu suatu sinyal oleh T diperoleh dengan mengganti t pada x (t) oleh
( t+ T ) . Jika T < 0 maka sinyal x (t) diperlambat dalam ranah waktu. Dan jika T > 0 maka sinyal x (t)
dipercepat dalam waktu.

Gambar 3.10 Pergeseran waktu sinyal CT (a) Sinyal CT aslix (t) (b) Perlambatan waktu x (t−3) dari x (t) (c) Percepatan
waktu x ( t +3 ) dari x (t).

Created by Sadiana Putra Page 10


Gambar 3.10(a) menampilkan suatu sinyal x (t) CT dan dua sinyal pergeseran waktu yang bersesuaian
untuk x (t−3) dan x ( t +3 ) pada gambar lainnya. x (t−3) memperlambat sedangkan x ( t +3 )
mempercepat.

Teori pergeseran waktu sinyal CT dapat pula diterapkan pada deret DT. Sinyal diperlambat ∅ [k ]
dituliskan sebagai berikut :

Jika m<0 , sinyal diperlambat dalam waktu. dan jika m>0 , sinyal dipercepat dalam waktu. Gambar 3.11
menunjukkan operasi sinyal DT.

Gambar 3.11 Pergeseran waktu sinyal DT (a) Sinyal CT asli x [k ] (b) Perlambatan waktu (c) Percepatan waktu .

3.2.2 Penskalaan Waktu

Operasi penskalaan waktu meringkaskan atau mengembangkan sinyal input dalam ranah waktu. Suatu
sinyal x (t) CT diskalakan oleh suatu faktor c dalam ranah waktu yang dinotasikan oleh x (ct ) . Jika c >1 ,
sinyal diringkaskan oleh faktor c . Dengan kata lain, jika 0< c<1 maka sinyal dikembangkan.

Contoh :

Perhatikan sinyal x (t) CT yang ditentukan sebagai berikut :

(3.20)

t
seperti terlihat pada Gambar 3.12(a). Tentukan sinyal skala waktu x (2 t) dan x ( ). Gambarkan sinyal-
2
sinyalnya.

Penyelesaian :

Created by Sadiana Putra Page 11


Substitusi t oleh 2 α seperti pada persamaan (3.20), diperoleh :

Rubah variabel bebas dari α ke t kemudian sederhanakan, diperoleh:

seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.12(b). Bentuk gelombang x (2 t) dapat juga didapat secara
langsung meringkaskan bentuk gelombang x (t) dengan faktor 2.

α
Substitusi t oleh seperti pada persamaan (3.20), diperoleh :
2

Created by Sadiana Putra Page 12


Rubah variabel bebas dari α ke t kemudian sederhanakan, diperoleh :

yang ditampilkan pada Gambar 3.12(c). Bentuk gelombang untuk x (0.5 t) dapat juga diperoleh secara
langsung dengan cara mengembangkan bentuk gelombang x (t) dengan faktor 2 .

Gambar 3.12 Penskalaan waktu sinyal CT pada contoh di atas.(a) Sinyal CT asli (b) Peringkasan sinyal x (t) (c)
Pengembangan sinyal x (t)
3.2.3 Pembalikan Waktu

Operasi pembalikan waktu memantulkan sinyal input di sekitar sumbu vertikal t=0 . Ketika sinyal x (t)
CT dibalikkan, sinyal terbalik dinotasikan oleh x (−t) .

Contoh :

Gambarkan pembalikan waktu dari sinyal penurunan eksponensil kausal

(3.21)

yang ditampilkan pada Gambar 3.13(a).

Created by Sadiana Putra Page 13


Penyelesaian :

Untuk menurunkan sinyal x (−t) terbalik dalam waktu, substitusi t=−α pada persamaan (3.21).
Persamaan yang dihasilkan yaitu :

Sederhanakan persamaan di atas dan tuliskan dengan menggunakan variabel bebas t sehingga
menghasilkan

Sinyal x (−t) terbalik ditampilkan pada Gambar 3.13(b). Pembalikan sinyal dapat juga dibentuk dengan
secara grafik dengan melipat sinyal x ( t ) pada sumbu- y .

Gambar 3.13 Pembalikan sinyal CT untuk contoh di atas. (a) Sinyal CT asli (b) Sinyal terbalik x (−t )

3.2.4 Operasi Gabungan

Sinyal yang diubah bentuk dituliskan sebagai berikut :

(3.22)

Kita dapat menggambar bentuk gelombang secara grafik untuk x (αt + β ) dengan mengikuti langkah-
langkah berikut :

1) Skalakan sinyal x (t) oleh |α| . Gelombang yang dihasilkan menjadi x (|α |t ).
2) Jika α negatif, balikkan sinyal terskala x (|α |t) pada sumbu t=0 . Langkah ini menghasilkan
gelombang x (αt ) .
3) Geser gelombang x (αt ) yang diperoleh pada langkah kedua dengan |β /α | satuan waktu. Geser
kedepan jika ¿ ¿ negatif, begitupun sebaliknya. Gelombang yang dihasilkan dari langkah ini
menghasilkan x (αt + β ) yang merupakan perubahan bentuk yang diinginkan.

Created by Sadiana Putra Page 14


Contoh :

Tentukan dimana gelombang sinyal x (t) CT ditampilkan pada Gambar 3.14(a).

Penyelesaian :

Tuliskan dan ikuti langkah 1 – 3 seperti dituliskan di bawah :

1) Ringkaskan x (t) dengan faktor 2 untuk mendapatkan x (2 t). Gelombang yang dihasilkan
ditampilkan pada Gambar 3.14(b).
2) Balikkan x (2 t) untuk mendapatkan x (−2 t). Gelombang x (−2 t) ditampilkan pada Gambar
3.14(c).
3) Geser x (−2 t) ke depan dua kali untuk mendapatkan x ( −2 [ t−2 ] )=x (4−2t ). Gelombang
x (4−2 t) ditampilkan pada Gambar 3.14(d).

Gambar 3.14 Operasi gabungan pada contoh di atas. (a) Sinyal asli (b) Skala x (2 t)(c) Pembalikan sinyal
x (−2 t)(d) Digeser menjadi x (4−2 t).

Created by Sadiana Putra Page 15

Anda mungkin juga menyukai