Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MERAMPOK

Guru pembimbing

DIKI NANDA PUTRA M.Pd.I

DISUSUN OLEH

Mutiara fadilah

Jihan egiva dwinata

Anisa suci nurfadilah

Farel afian efendi

DEPARTEMEN AGAMA

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MUKOMUKO

Tahun Pelajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perampok . Kami menyadari bahwa
makalah ini belum maksimal dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharap masukan, kritikan dan saran para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah dan mendapatkan
balasan darinya dengan pahala yang setimpal dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
dan juga bagi pembaca sekalian.Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Daftar isi

Kata pengantar..............................................................................................................................

Daftar isi.......................................................................................................................................

Bab I pendahuluan........................................................................................................................

1.1 latar belakang.............................................................................................................


1.2 rumusan masalah .......................................................................................................
1.3 tujuan .........................................................................................................................

Bab II pembahasan.......................................................................................................................

2.1 definisi merampok....................................................................................................


2.2 hukum merampok bagi islam...................................................................................
2.3 hukum merampok bagi uud ri................................................................................

Bab III perbandingan dan ..........................................................................................................

3.1 perbandingan hukum merampok antara hukum islam dan uud.............................

Bab IV penutup............................................................................................................................

4.1 kesimpulan
4.2 saran
4.3 daftar pustaka.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
            Islam sangat mengutamakan dan menghargai eksistensi manusia. Oleh karena itu,
Allah sangat murka apabila manusia bersikap menghancurkan manusia lain tanpa dasar
aturan Nya. Perilaku tercela seperti merampok, membunuh, asusila, dan pelanggaran hak
asasi manusia merupakan tindakan yang melecehkan eksistensi manusia yang sesungguhnya
telah dimuliakan oleh Allah. Nah, untuk mengenali hal tersebut sehingga kita mampu
membentengi diri, Namun dalam pembahasan kali ini, saya akan menjelaskan tentang
merampok adalah salah satu dari beberapa perilaku tercela.

1.2 Rumusan masalah

1. apa pengertian merampok


1. 2.apa hukum merampok
2. apa hukum merampok bagi islam
3. 4.apa hukum merampok bagi uud ri

1.3 Tujuan

1. mengetahui definisi merampok


2. mengetahui hukum merampok bagi islam
3. mngetahui hukum merampok bagi uud ri
4. membandingkan hukum merampok
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi merampok

Merampok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti


kata merampok adalah mencuri dengan paksa (biasanya dilakukan oleh lebih dari satu
orang).

Merampok atau begal diistilahkan dalam hukum Islam dengan tindakan harobah. Ulama fikih
mengistilahkan pula dengan qot’uth thoriq. Yang dimaksud adalah tindakan merampas harta
orang lain atau membunuh atau meneror dengan jalan mengumumkan dengan terang-
terangan, dengan memamerkan kekuatan dan saat itu tak ada yang bisa menolong.
Istilah di atas sama dengan istilah begal atau perampokan kejam yang sampai mengancam
dengan pedang hingga memakan korban

Adapun menurut para ahli sebagai berikut :

       Sayid Sabiq memberikan definisi di dalam kitabnya fiqh sunnah: “Ia di sebut juga sebagai
hirobbah (perusuh), yaitu keluarnya suatu kelompok ataupun individual yang bersenjata di
darul islam bertujuan menumpahkan darah, mengambil harta”

·         Abu bakar jabir al-jazairi memberikan definisi tentang muharibin yaitu “Sekelompok
orang islam yang memegang senjata untuk menghadang manusia dan mengganggu jalan
umum dengan menyergap pejalan kaki, membunuh dan merampas harta mereka karena
mereka memiliki kekuasaan dan kekuatan.”
·         

2.2 hukum merampok bagi islam


‫ض فَ َسا ًدا َأ ْن‬
ِ ْ‫ُون هَّللا َ َو َرسُولَهُ َويَ ْس َع ْو َن فِي اَأْلر‬ َ ‫ارب‬ ِ ‫ِإنَّ َما َج َزا ُء الَّ ِذينَ ي َُح‬
ِ ْ‫ف َأ ْو يُ ْنفَ ْوا ِم َن اَأْلر‬
‫ض‬ ٍ ‫ُصلَّبُوا\ َأ ْو تُقَطَّ َع َأ ْي ِدي ِه ْم َوَأرْ ُجلُهُ ْم ِم ْن ِخاَل‬
َ ‫يُقَتَّلُوا\ َأ ْو ي‬
‫ي ِفي ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم ِفي اَآْل ِخ َر ِة َع َذابٌ َع ِظي ٌم‬
ٌ ‫ك لَهُ ْم ِخ ْز‬
َ ِ‫َذل‬
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka secara silang, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka
beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al Maidah: 33)

Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat almaidah


ayat 33 adalah orang yang keluar dan melakukan teror di jalanan dengan melakukan
perampasan atau pembunuhan.

Hukuman pada mereka dirinci sebagai berikut :


1. Merampok dengan melakukan pembunuhan dan perampasan harta: dibunuh dan disalib.
2. Merampok dengan melakukan pembunuhan saja: wajib dibunuh.
3. Merampok dengan merampas harta saja: dipotong tangan pada pergelangan tangan kanan dan
dipotong kaki pada pergelangan kaki kiri.
4. Merampok dengan menakuti-nakuti (meneror) orang: dibuang dari negeri (tempat kediaman).
(Manhajus Salikin, hal. 243).

Yang dimaksud dengan dibuang dari negeri adalah dipenjara atau diasingkan sebagaimana
dalam hukum zina. Demikian pendapat dari ulama Syafi’iyah.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan disalib adalah disalib dalam keadaan hidup sehingga
jadi tontonan khalayak ramai karena tindakan jeleknya. Lalu diturunkan dan dieksekusi mati.
Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 17: 161-162.
Imam Adz Dzahabi dalam kitabnya Al Kabair berkata, “Jika membuat teror di jalanan saja
termasuk dosa besar, bagaimana lagi dengan merampas harta, atau melukai orang, atau
bahkan membunuhnya. Bila demikian, maka dia telah melakukan banyak dosa besar, terlebih
lagi umumnya para perampok adalah orang yang meninggalkan shalat, lalu memakai hasil
rampokan itu untuk minum minuman keras dan berzina.” (Al Kabair, hal. 57).
Catatan: Hukuman yang kami sebutkan bagi perampok atau pelaku begal berlaku jika
diterapkan oleh pemerintah yang menegakkan hukum Islam. Hukuman tersebut tidak
diterapkan oleh individu atau person tertentu. Jadi tidak boleh ada tindakan main hakim
sendiri.

2.3 hukum merampok dalam UUD RI

Pasal 362

Barang siapa yang mengambil barang sesuatu, atau yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak
enam puluh rupiah.

Pasal 365

148 Ahkam: Vol. XV, No. 2, Juli 2015 Sanksi Tindak Pidana Perampokan dalam KUHP
Tindak pidana pencurian dengan kekerasan sebagaimana dirumuskan pada Pasal 365 KUHP,
yaitu pencurian dalam bentuk pokok (pencurian biasa) ditambah dengan unsur kekerasan. Di
kalangan masyarakat pencurian dengan kekerasan ini disebut dengan istilah perampokan.
Sanksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan (perampokan) sebagaimana dirumuskan di
dalam Pasal 365 KUHP sanksinya bermacam-macam, tergantung akibat yang dilakukan oleh
pelaku pencurian itu. Sanksinya dapat berupa: sembilan tahun, dua belas tahun, lima belas
tahun, dan hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selamalamanya
dua puluh tahun.

Penjatuhan hukuman atau sanksi pidana sembilan tahun diancamkan bagi pelaku
perampokan, jika perbuatan pencurian itu dilakukan dengan cara didahului, disertai atau
diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan1515 terhadap orang tersebut.
Kekerasan di sini diartikan sebagai perbuatan yang menggunakan tenaga badan yang tidak
ringan, yakni kekuatan fisik. Penggunaan kekerasan terwujud dalam memkul dengan saja,
memukul dengan senjata, menyekap, mengikat, dan menahan.16 Penjatuhan sanksi 12 (dua
belas) tahun dijatuhkan terhadap pelaku perampokan atau pencurian dengan kekerasan, jika
perbuatan pencurian itu dilakukan pada waktu malam di dalam rumah atau pekarangan yang
tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau trem yang
sedang berjalan. Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan dilakukan dengan
membongkar, memanjat, memakai pakaian palsu, perintah palsu, dan pakaian jabatan palsu,
perbuatan pencurian tersebut mengakibatkan ada orang yang mendapat luka berat.

Hal ini juga djelaskan. oleh R. Soesilo, bahwa ancaman hukuman diperberat, jika
pencurian dengan kekerasan ini dilakukan disertai dengan salah satu dari syarat-syarat
tersebut, seperti membongkar, memanjat, perintah palsu, dan pakaian palsu.17 Pengancaman
hukuman lima belas tahun penjara terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan, jika
perbuatan pencurian itu mengakibatkan matinya orang. Sanksi pidana mati, hukuman penjara
seumur hidup, atau penjara dua puluh tahun apabila perbuatan pencurian itu menyebabkan
ada orang yang mendapat luka berat atau mati, dan dilakukan oleh dua orang secara bersama-
sama atau lebih. Hal ini juga dijelaskan oleh Wirjono Prodjodikoro bahwa: Pencurian yang
disertai kekerasan ini diancam hukuman berat (sembilan tahun penjara). Hukuman ini
diperberat lagi menjadi dua belas tahun penjara, apabila menurut ayat 2 dari Pasal 365
pencurian khusus disertai lagi dengan hal-hal yang sebagaimana dengan hal-hal yang
memberatkan hukuman dari pencurian biasa (Pasal 363 KUHP).18 Lebih lanjut dijelaskan
bahwa salah satu kejahatan yang dirumuskan di dalam Pasal 365 pada ayat (3) KUHP
tersebut adalah melakukan pencurian yang didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan
terhadap orang, dan pencurian ini mengakibatkan matinya orang. Jika perbuatan ini
dibandingkan dengan salah satu perbuatan menurut Pasal 339 KUHP, yakni melakukan
pembunuhan yang diikuti, disertai, didahului, yang dapat dihukum dan yang dilakukan
dengan maksud untuk menyiapkan, memudahkan perbuatan itu, maka kedua Pasal tersebut
yakni Pasal 365 KUHP dengan Pasal 339 KUHP terdapat dua fakta yang sama, yaitu
terjadinya pencurian, dan adanya orang yang meninggal.

Perbedaannya adalah bahwa untuk menerapkan Pasal 339 KUHP, kematian itu adalah
kehendak dari si pelaku, sedangkan untuk penerapan Pasal 365 KUHP, bahwa kematian
seseorang itu bukan yang dikehendaki oleh pelaku, akan tetapi suatu akibat dari tindakan
kekerasan tersebut. Dan karenanya ditentukan maksimum ancaman pidananya yang berbeda.

Pasal 45 KUHP

Pengaturan Pembelaan Terpaksa Menurut Pasal 49 KUHP pidana ayat 1 dan 2 menyebutkan:
Barang siapa melakukan perbuatan yang terpaksa dilakukannya untuk mempertahankan
dirinya atau diri orang lain mempertahankan kehormatan atau harta benda sendiri atau
kepunyaan orang lain dari kepada seorang yang melawan hak dan merancang dengan segera
pada saat itu juga tidak boleh di hukum.

Penerapan Psal 364 KUHP Terhadap Tindak Pidana Pencurian Ringan.

Penulis membahas mengenai penerapan Pasal 364 terhadap tindak pidana pencurian ringan .
Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya kasus atau perkara pencurian yang nilai kerugiannya
kecil namun oleh penyidik diberlakukan Pasal 362 KUHP dan dipersamakan dengan
pencurian biasa. Tak hanya itu polemik dimasyarakat mengenai pelaku pencurian barang-
barang yang tidak begitu besar harganya yang diproses oleh Kepolisian sampai dalam psoses
persidangan menimbulkan rasa kurangnya keadilan bagi masyarakat kecil meskipun sebagai
pelaku tindak pidana namun pelaku tindak pidana juga memiliki hak yang sama untuk
diberlakukan adil secara manusiawi. Sampai-samapi masalah ini menggugah Mahkamah
Agung untuk menerbitkan Perma Nomor 2 Tahun 2012 dengan harapan masyarakat dapat
merasakan keadilan dan kepastian hukum terlebih bagi pelaku tindak pidana dengan nilai
kerugian korban tidak lebih dari Rp.2.5000.000,-.
Dalam penulisan skripsi ini ada tiga permasalahan yang akan dibahas. Yang pertama adalah
menyangkut penyebab terjadinya tindak pidana pencurian ringan, yang kedua adalah
menyangkut penerapan Pasal 364 KUHP, dan yang ketiga adalah mengenai hambatan-
hambatan penyidik dalam menerapkan Pasal 364 KUHP terhadap tindak pidana pencurian
ringan. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis
sosiologis yakni suatu cara ilmiah untuk mencari jawaban mengenai permasalahan yang akan
dibahas dalam penulisan skripsi mengenai penerapan Pasal 364 KUHP terhadap tindak
pidana pencurian ringan setelah terbitnya Perma Nomor 2 Tahun 2012 dan mengetahui secara
jelas dan terperinci hambatan-hambatan yang muncul jika Kepolisian menerapkan Pasal 364
terhadap tindak pidana pencurian ringan dengan cara meneliti langsung ke lapangan mencari
data-data yang berupa data primer sebagai bahan mengkaji masalah diatas. Kemudian seluruh
data yang diperoleh baik data primer yakni data hasil wawancara dengan pihak yang terkait
serta data sekunder yakni data dari sumber-sumber lain seperti Undang-Undang, internet, dan
buku-buku dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analistis.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban di atas permasalahan-
permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Bahwa penyebab terjadinya tindak pidana
pencurian ringan adalah karena faktor ekonomi yang semakin menghimpit masyarakat
kalangan bawah dan kurang mampu. Sedangkan dalam penerapan Pasal 364 KUHP sekalipun
Mahkamah Agung telah menerbitkan Perma Nomor 2 Tahun 2012 tidak begitu berpengaruh
terhadap Kepolisian karena Kepolisian bekerja berdasarkan pedoman hukum positif yakni
KUHP dan KUHAP. Sementara itu hambatan – hambatan yang dialami Kepolisian jika
menerapkan Pasal 364 KUHP terhadap tindak pidana pencurian ringan adalah sebagai
berikut: (1) Orang atau masyarakat yang menjadi korban tindak pidana pencurian meskipun
dengan kerugian yang kecil menuntut keadilan terhadap Kepolisian agar kasus pencurian
sekecil apapun dapat diproses secara hukum dan dibawa ke proses pengadilan; (2) Jika
Penyidik Polisi menerapkan Pasal 364 KUHP terhadap tindak pidana pencurian dengan nilai
kerugian yang kecil atau bahkan tidak melanjutkan penyidikan terhadap kasus pencurian
yang dilaporkan atau diadukan oleh masyarakat Polisi juga tidak mempunyai dasar hukum
yang kuat karena kasus tersebut sudah cukup bukti sekalipun nilai kerugian akibat pencurian
tersebut sangat kecil. Dan jika tuntutan korban agar kasus tersebut di proses secara hukum
layaknya pencurian biasa (Pasal 362 KUHP) diabaikan oleh Polisi sehingga korban akan
menempuh jalur hukum yakni dengan mengadukan penyidik kepada pengawas internal
maupun eksternal Polri; (3) Jika Penyidik menerapkan Pasal 364 KUHP berdasarkan Pasal 1
Perma No 2 Tahun 2012 maka dikhawatirkan pelaku pencurian akan lolos dari jeratan hukum
karena di Indonesia penegak hukum menggunakan aturan hokum positis termasuk hakim
yang memeriksa perkara, dan jika pelaku pencurian lolos dari jeratan hukum maka
dikhawatirkan akan mengulangi tindak pidana lagi dikemudian hari terlepas dari motif pelaku
pencurian yang beraneka ragam.
Menyikapi fakta-fakta diatas, maka perlu adanya upaya Pemerintah/ Eksekutif dan DPR/
Legislatif melakukan amandemen atau perubahan atas nilai nominal di dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang dibuat pada tahun 1960-an dan belum mengalami perubahan
sampai saat agar masyarakat yang sejatinya mencari suatu keadilan dihadapan hukum dapat
merasakan keadilan dan kepastian hukum di negara kita. Dan untuk para penegak hukum
(Polisi, Kejaksaan, Pengadilan) seharusnya secara bijak menggunakan Perma Nomor 2 Tahun
2012 dalam hal yang telah diatur dalam Pasal 1. Sekalipun itu bukan Undang-Undang, namun
Perma yang merupakan produk hukum dari Mahkamah Agung sebagai lembaga hukum
tertinggi di negara kita yang berwenang menggali hukum yang ada dimasyarakat saat ini dan
menemukan hukum untuk mengisi kekosongan hukum pada saat ini selayaknya para penegak
hukum secara bijak menggunakan landasan hukum sebagaimana dalam Perma No 2 Tahun
2012 khususnya menyangkut tindak pidana pencurian ringan. Karena mayoritas pelaku tindak
pidana pencurian ringan adalah berasal dari masyarakat miskin yang mengalami desakan
ekonomi dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat disertai dengan ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sehingga secara terpaksa melakukan tindak pencurian dengan
nominal kerugian yang kecil (dibawah Rp.2.5000.000,-)
BAB III
PERBANDINGAN

3.1 perbandingan hukum islam dan UUD RI

Merampok dengan melakukan pembunuhan dan perampasan harta: dibunuh dan disalib.
Merampok dengan melakukan pembunuhan saja: wajib dibunuh.
Merampok dengan merampas harta saja: dipotong tangan pada pergelangan tangan kanan
.dan dipotong kaki pada pergelangan kakikiri
Merampok dengan menakuti-nakuti (meneror) orang: dibuang dari negeri (tempat kediaman).
(Manhajus Salikin, hal. 243).
Sedangkan menurut uud ri. Barang siapa yang mengambil barang sesuatu, atau yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki secara
melawan hukum diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah.

Pengaturan Pembelaan Terpaksa Menurut Pasal 49 KUHP pidana ayat 1 dan 2 menyebutkan:
Barang siapa melakukan perbuatan yang terpaksa dilakukannya untuk mempertahankan
dirinya atau diri orang lain mempertahankan kehormatan atau harta benda sendiri atau

kepunyaan orang lain dari kepada seorang yang melawan hak dan merancang dengan segera
pada saat itu juga tidak boleh di hukum.
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan

Menurut hukum islam ada beberapa bagian hukuman bagi perampokan,yaitu dibuang
dari daerahnya atau dipotong bersilang tangan kanan dan kaki kiri atau hukuman mati pada
pelaku atau disalib. Ditetapkan dalam surah al maidah ayat 33.

Menurut uud Barang siapa yang mengambil barang sesuatu, atau yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling
banyak enam puluh rupiah.

4.2 saran

A  Hindarilah tindakan merampok


B Memahami pengertian merampok
C. Dapat melaksanakan hukum islam yang sebenarnya pada tindakan merampok.
D. Dapat melaksanakan UUD RI yang sebenarnya pada tindakan merampok

4.3 daftar pustaka

  M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988)


  Tarjamah Kitab Hadits Shohih Bukhori
  Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.
Kumudasmoro Grafindo, 1994)
Sumber https://rumaysho.com/10396-hukuman-yang-pantas-bagi-pelaku-begal-perampok.html

Anda mungkin juga menyukai