Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2022
Tugas 2. Carilah Taksonomi – Taksonomi Pengetahuan dan mampu menjelaskan.
Dimensi Pengetahuan
Dalam taksonomi yang baru pengetahuan dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu: pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Pengetahuan
metakognitif merupakan jenis pengetahuan yang tidak terdapat pada taksonomi yang lama.
A. Pengetahuan Faktual: unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu yang biasa
digunakan oleh ahli di bidang tersebut untuk saling berkomunikasi dan memahami bidang tersebut.
Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi level rendah.
Aa. Pengetahuan tentang terminologi: mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik
yang bersifat verbal maupun non verbal. Setiap disiplin ilmu biasanya mempunyai banyak sekali
terminologi yang khas untuk disiplin ilmu tersebut. Dalam biologi misalnya kita mengenal gamet,
mitosis, genus, dsb.
Ab. Pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur: pengetahuan tentang kejadian tertentu,
orang, waktu, dsb. Dalam setiap disiplin ilmu biasanya terdapat banyak sekali pengetahuan tentang
kejadian, orang, waktu. Dalam biologi misalnya kita mengenal Carolus Linnaeus, periode kreta,
Galapagos, dsb.
B. Pengetahuan konseptual: saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar
dan semuanya berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran,
dan teori baik yang implisit maupun eksplisit.
Ba. Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas,
bagian, atau susunan yang berlaku dalam suatu bidang ilmu tertentu. Sebagai contoh, dalam biologi
ada pembedaan antara mitosis dan meiosis, ada prokariotik dan eukariotik, dsb.
Bb. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi dari hasil observasi ke level
yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau generalisasi. Prinsip dan generalisasi merupakan abstraksi dari
sejumlah fakta, kejadian, dan saling keterkaitan antara sejumlah fakta. Prinsip dan generalisasi
biasanya cenderung sulit untuk dipahami siswa apabila siswa belum sepenuhnya menguasai
fenomenafenomena yang merupakan bentuk yang “teramati” dari suatu prinsip atau generalisasi.
Sebagai contoh dalam biologi kita mengenal prinsip adaptasi, hukum Mendel, dsb.
Bc. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: mencakup pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi dan saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu
fenomena yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur merupakan jenis
pengetahuan yang sangat abstrak dan rumit. Sebagai contoh, dalam biologi kita mengenal teori
evolusi, model DNA dan RNA, dsb.
2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
pemikiran siswa. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting),
memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing),
menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
2.1 Menafsirkan (interpreting): mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang
lainnya, misalnya dari dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke
angka, atau sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat
parafrase. Contoh: Membuat grafik berdasarkan data pertumbuhan jagung yang diberi pupuk
yang berbeda.
2.2 Memberikan contoh (exemplifying): memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang
bersifat umum. Memberikan contoh menuntuk kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu
konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh. Contoh: Setiap
makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan. Manakah bentuk adaptasi pohon kelapa terhadap
lingkungannya?
2.3 Mengkelasifikasikan (classifying): Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk
dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali
ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena. Contoh: pada saat disajikan beberapa
tumbuhan, siswa diminta mengelompokkan tumbuhan tersebut dalam tumbuhan biji dan bukan
tumbuhan biji.
2.4 Meringkas (summarising): membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau
membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari
suatu informasi dan meringkasnya. Contoh: Meringkas sebuah laporan penelitian terbaru
rekayasa genetika.
2.5 Menarik inferensi (inferring): menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh:
memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data
perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir.
2.6 Membandingkan (comparing): mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua obyek
atau lebih. Contoh: membandingkan proses respirasi dan pembakaran.
2.7 Menjelaskan (explaining): mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu
system. Contoh: menjelaskan mengapa jati menggugurkan daunnya di musim kemarau namun
tidak di musim hujan?
5. Mengevaluasi: membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik
(critiquing).
5.1 Memeriksa (Checking): Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria
internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: Memeriksa apakah
kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada.
5.2 Mengritik (Critiquing): menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan
kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau
tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).
6. Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan
(planning), dan memproduksi (producing).
6.1 Membuat (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai
kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan
hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan.
6.2 Merencanakan (planning): merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah.
Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
6.3 Memproduksi (producing): membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk
memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga membuat) suatu alat yang akan digunakan
untuk melakukan percobaan.
Menurut penulis, ada dua alternatif yang bisa ditempuh dalam perumusan tujuan pembelajaran.
Pertama, membuat rumusan pembelajaran dan kemudian memetakan ke dalam matriks untuk mengetahui
aspek-aspek mana yang sudah memadai dan yang masih perlu perhatian. Strategi ini mungkin lebih cocok
untuk orang yang telah mengenal cara perumusan tujuan pembelajaran dengan menggunakan taksonomi
yang lama.
Contoh: Seorang guru merumuskan tujuan pembelajaran berikut.
Tujuan 1: Setelah menyimak penjelasan guru tentang ciri-ciri tumbuhan berkeping tunggal, siswa dapat
menyebutkan 3 ciri tumbuhan berkeping tunggal.
Rumusan tujuan pembelajaran ini mengandung aspek pengetahuan faktual (ciri-ciri tumbuhan berkeping
tunggal) dan proses kognitif mengingat (menyebutkan apa-apa yang telah dijelaskan sebelumnya).
Tujuan 2: Setelah mengamati kotiledon kacang tanah, siswa dapat menemukan kotiledon jagung.
Rumusan tujuan pembelajaran ini mengandung aspek pengetahuan faktual (kotiledon) dan proses kognitif
menerapkan (mencari dengan prosedur yang kurang lebih sama). Apabila kedua tujuan pembelajaran
tersebut dipetakan dalam matriks tujuan pembelajaran, maka terletak dalam kotak A1 dan A3 (lihat tabel
3).
Dari matriks di atas guru dapat segera mengetahui aspek-aspek mana yang belum tercakup dalam tujuan
pembelajaran yang ingin dicapainya.
Kedua, memetakan tujuan yang ingin dicapai dalam matriks dan kemudian menuliskannya secara
rinci. Strategi ini bukan hanya cocok untuk pemula yang baru belajar merumuskan tujuan pembelajaran
tetapi juga bagi orang yang sudah berpengalaman dalam merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan
taksonomi yang lama. Dengan strategi ini, pertama-tama guru menentukan jenis pengetahuan apa yang akan
dipelajari siswa dan proses kognitif mana yang akan dicapai. Setelah ditentukan kotak-kotak mana saja
dalam matriks yang akan dicapai, barulah rumusan yang lebih rinci dibuat. Strategi ini lebih penulis
anjurkan sebab dengan memanfaatkan matriks tujuan pembelajaran sebagai kisi-kisi merumuskan tujuan,
guru akan terdorong untuk memperluas sebaran tujuan pembelajarannya.
Daftar pustaka
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E., Pintrich, P. R., et
al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy
of Educational Objectives. New York: Longman.
Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R. (1956). Taxonomy of
Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook 1 Cognitive Domain.
New York: David McKay.
Krathwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory into Practice, 41(4),
212-218.
Pintrich, P. R. (2002). The role of metacognitive knowledge in learning, teaching, and assessing. Theory
into Practice, 41(4), 219-225.