Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1 TAKSONOMI PENGETAHUAN

Dosen Pengampu : Dr. Soeprijanto, M.Pd

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran

Disusun Oleh :

Mahran Mawarid (1501620012)

PRODI PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
Tugas 2. Carilah Taksonomi – Taksonomi Pengetahuan dan mampu menjelaskan.

Taksonomi yang baru


Dimensi pengetahuan Dimensi proses kognitif
A. Pengetahuan faktual 1. Menghafal (remember)
Aa. Pengetahuan tentang terminologi 1.1 Mengenali (recognizing)
Ab. Pengetahuan tentang bagian detail dan 1.2 Mengingat (recalling)
unsurunsur 2. Memahami (understand)
B. Pengetahuan konseptual 2.1 Menafsirkan (interpreting)
Ba. Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori 2.2 Memberi contoh (exemplifying)
Bb. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi 2.3 Mengelasifikasikan (classifying)
Bc. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur 2.4 Meringkas (summarizing)
C. Pengetahuan prosedural 2.5 Menarik inferensi (inferring)
Ca. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang 2.6 Membandingkan (compairing)
berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan 2.7 Menjelaskan (explaining)
pengetahuan tentang algoritme 3. Mengaplikasikan (apply)
Cb. Pengetahuan tentang teknik dan metode 3.1 Menjalankan (executing)
Cc. Pengetahuan tentang kriteria penggunaan suatu 3.2 Mengimplementasikan (implementing)
prosedur
4. Menganalisis (analyze)
D. Pengetahuan metakognitif Da. Pengetahuan strategik
4.1 Menguraikan (differentiating)
Db. Pengetahuan tentang operasi kognitif
4.2 Mengorganisir (organizing)
Dc. Pengetahuan tentang diri sendiri
4.3 Menemukan makna tersirat (attributing)
5. Mengevaluasi (evaluate)
5.1 Memeriksa (checking)
5.2 Mengritik (critiquing)
6. Membuat (create)
6.1 Merumuskan (generating)
6.2 Merencanakan (planning)
6.3 Memproduksi (producing)
Dimensi pengetahuan hanya memuat jenis-jenis pengetahuan sedangkan dimensi proses kognitif memuat
macam-macam proses kognitif. Pemisahan ini bukan hanya memperjelas kedudukan kedua dimensi tersebut
namun juga memperluas cakupan kedua dimensi tersebut.

Dimensi Pengetahuan
Dalam taksonomi yang baru pengetahuan dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu: pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Pengetahuan
metakognitif merupakan jenis pengetahuan yang tidak terdapat pada taksonomi yang lama.
A. Pengetahuan Faktual: unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu yang biasa
digunakan oleh ahli di bidang tersebut untuk saling berkomunikasi dan memahami bidang tersebut.
Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi level rendah.
Aa. Pengetahuan tentang terminologi: mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik
yang bersifat verbal maupun non verbal. Setiap disiplin ilmu biasanya mempunyai banyak sekali
terminologi yang khas untuk disiplin ilmu tersebut. Dalam biologi misalnya kita mengenal gamet,
mitosis, genus, dsb.
Ab. Pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur: pengetahuan tentang kejadian tertentu,
orang, waktu, dsb. Dalam setiap disiplin ilmu biasanya terdapat banyak sekali pengetahuan tentang
kejadian, orang, waktu. Dalam biologi misalnya kita mengenal Carolus Linnaeus, periode kreta,
Galapagos, dsb.
B. Pengetahuan konseptual: saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar
dan semuanya berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran,
dan teori baik yang implisit maupun eksplisit.
Ba. Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas,
bagian, atau susunan yang berlaku dalam suatu bidang ilmu tertentu. Sebagai contoh, dalam biologi
ada pembedaan antara mitosis dan meiosis, ada prokariotik dan eukariotik, dsb.
Bb. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi dari hasil observasi ke level
yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau generalisasi. Prinsip dan generalisasi merupakan abstraksi dari
sejumlah fakta, kejadian, dan saling keterkaitan antara sejumlah fakta. Prinsip dan generalisasi
biasanya cenderung sulit untuk dipahami siswa apabila siswa belum sepenuhnya menguasai
fenomenafenomena yang merupakan bentuk yang “teramati” dari suatu prinsip atau generalisasi.
Sebagai contoh dalam biologi kita mengenal prinsip adaptasi, hukum Mendel, dsb.
Bc. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: mencakup pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi dan saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu
fenomena yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur merupakan jenis
pengetahuan yang sangat abstrak dan rumit. Sebagai contoh, dalam biologi kita mengenal teori
evolusi, model DNA dan RNA, dsb.

C. Pengetahuan prosedural: pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu. Seringkali


pengetahuan prosedural berisi tentang langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam
mengerjakan suatu hal tertentu.
Ca. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu
dan pengetahuan tentang algoritme: mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus yang
diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau tentang algoritme yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam biologi misalnya kita mengenal, bagaimana cara
memipet dengan benar, bagaimana mengukur suhu air yang dididihkan dalam beker gelas, dsb.
Cb. Pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu:
mencakup pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil konsensus, perjanjian, atau aturan
yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan tentang teknik dan metode lebih
mencerminkan bagaimana ilmuwan dalam bidang tersebut berpikir dan memecahkan masalah
yang dihadapi. Dalam biologi misalnya kita mengenal bagaimana kita menerapkan metode ilmiah
untuk memecahkan suatu masalah, bagaimana menerapkan metode ilmiah dalam suatu penelitian
biologi, dsb.
Cc. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan:
mencakup pengetahuan tentang kapan suatu teknik, strategi, atau metode harus digunakan. Siswa
dituntut bukan hanya tahu sejumlah teknik atau metode tetapi juga dapat mempertimbangkan
teknik atau metode tertentu yang sebaiknya digunakan dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi yang dihadapi saat itu. Misalnya, memilih teknik sampling yang sesuai untuk penelitian di
padang rumput dan semak-semak, memilih metode statistika yang sesuai untuk mengolah data,
dsb.
D. Pengetahuan metakognitif: mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang diri sendiri. Siswa dituntut untuk lebih menyadari dan bertanggung jawab terhadap diri dan
belajarnya.
Da. Pengetahuan strategik: mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk belajar, berpikir, dan
memecahkan masalah. Pengetahuan jenis ini dapat digunakan bukan hanya dalam suatu bidang
tertentu tetapi juga dalam bidangbidang yang lain. Contoh, bagaimana strategi belajar tentang
bagian-bagian sel dan belajar tentang siklus metabolisme (keduanya berbeda sifatnya, yang
pertama tentang struktur sedangkan yang kedua tentang proses)
Db. Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang konteks dan
kondisi yang sesuai: mencakup pengetahuan tentang jenis operasi kognitif yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas tertentu serta strategi kognitif mana yang sesuai dalam situasi dan kondisi
tertentu. Misalnya, bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dengan soal bentuk
pilihan ganda dan ujian yang boleh buka buku, mengenali jenis pertanyaan “favourite” setiap
penguji, dsb.
Dc. Pengetahuan tentang diri sendiri: mencakup pengetahuan tentang kelemahan dan kemampuan diri
sendiri dalam belajar. Salah satu syarat agar siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri adalah
kemampuannya untuk mengetahui dimana kelebihan dan kekurangan serta bagaimana mengatasi
kekurangan tersebut. Contoh, mengenali mengapa mengalami kesulitan untuk memecahkan soal
hitungan, mengapa lebih mudah mengerjakan soal pilihan ganda daripada soal uraian, dsb.
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru
Seperti telah disebutkan dimuka, dalam taksonomi yang baru seluruh aspek proses kognitif
dipisahkan dari dimensi pengetahuan. Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi
yang lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini dinamai
membuat (create). Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1. Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang
baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif
yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya.
Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan
proses kognitif yang lebih rendah.
1. Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.
Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar
“mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan
dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori
ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat
(recalling).
1.1 Mengenali (Recognizing): mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang agar dapat membandingkan dengan informasi yang
baru. Contoh: Menyebutkan urutan alat pencernaan makanan dari mulut hingga anus.
2.2 Mengingat (Recalling): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang dengan menggunakan petunjuk yang ada. Contoh: Pada saat ditunjukkan sejumlah
tumbuhan siswa dapat mengingat nama-nama ilmiah tumbuhan tersebut.

2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
pemikiran siswa. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting),
memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing),
menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
2.1 Menafsirkan (interpreting): mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang
lainnya, misalnya dari dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke
angka, atau sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat
parafrase. Contoh: Membuat grafik berdasarkan data pertumbuhan jagung yang diberi pupuk
yang berbeda.
2.2 Memberikan contoh (exemplifying): memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang
bersifat umum. Memberikan contoh menuntuk kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu
konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh. Contoh: Setiap
makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan. Manakah bentuk adaptasi pohon kelapa terhadap
lingkungannya?
2.3 Mengkelasifikasikan (classifying): Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk
dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali
ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena. Contoh: pada saat disajikan beberapa
tumbuhan, siswa diminta mengelompokkan tumbuhan tersebut dalam tumbuhan biji dan bukan
tumbuhan biji.
2.4 Meringkas (summarising): membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau
membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari
suatu informasi dan meringkasnya. Contoh: Meringkas sebuah laporan penelitian terbaru
rekayasa genetika.
2.5 Menarik inferensi (inferring): menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh:
memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data
perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir.
2.6 Membandingkan (comparing): mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua obyek
atau lebih. Contoh: membandingkan proses respirasi dan pembakaran.
2.7 Menjelaskan (explaining): mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu
system. Contoh: menjelaskan mengapa jati menggugurkan daunnya di musim kemarau namun
tidak di musim hujan?

3. Mengaplikasikan (Applying): mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah


atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan
prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
3.1 Menjalankan (executing): menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya.
Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Apabila
langkah-langkah tersebut benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Contoh: menghitung jumlah
gamet dengan 2, 6, dan 17 sifat beda.
3.2 Mengimplementasikan (implementing): memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk
menyelesaikan tugas yang baru. Contoh: Setelah melakukan percobaan fotosintesis “Ingenhouz”,
siswa merancang percobaan serupa untuk tumbuhan darat.
4. Menganalisis (Analyzing): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan
menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif
yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing),
dan menemukan pesan tersirat
(attributting).
4.1 Menguraikan (differentiating): menguraikan suatu struktur dalam bagian-bagian berdasarkan
relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Contoh: menganalisis sebabsebab semakin berkurangnya
populasi burung kutilang di kota Jawa Barat.
4.2 Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali
bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.
Contoh: menganalisis keseimbangan dinamis suatu ekosistem.
4.3 Menemukan pesan tersirat (attributting): menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu
bentuk komunikasi. Contoh: menganalisis mengapa seseorang menulis di surat kabar bahwa
hutan di Jawa Barat masih cukup luas.

5. Mengevaluasi: membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik
(critiquing).
5.1 Memeriksa (Checking): Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria
internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: Memeriksa apakah
kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada.
5.2 Mengritik (Critiquing): menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan
kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau
tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).
6. Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan
(planning), dan memproduksi (producing).
6.1 Membuat (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai
kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan
hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan.
6.2 Merencanakan (planning): merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah.
Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
6.3 Memproduksi (producing): membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk
memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga membuat) suatu alat yang akan digunakan
untuk melakukan percobaan.

Merumuskan tujuan pembelajaran


Dengan menggabungkan dimensi pengatahuan dan dimensi proses kognitif (lihat tabel 2), guru dibantu
dalam merumuskan tujuan pembelajaran apa saja yang ingin dicapainya serta bagaimana mengukur tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan tersebut.

Tabel 2 Matriks tujuan pembelajaran

Dimensi proses kognitif


1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Membuat
A.
Pengetahaun
faktual
B.
Pengetahuan
konseptual
C.
Pengetahuan
prosedural
D.
Pengetahuan
metakognitif

Menurut penulis, ada dua alternatif yang bisa ditempuh dalam perumusan tujuan pembelajaran.
Pertama, membuat rumusan pembelajaran dan kemudian memetakan ke dalam matriks untuk mengetahui
aspek-aspek mana yang sudah memadai dan yang masih perlu perhatian. Strategi ini mungkin lebih cocok
untuk orang yang telah mengenal cara perumusan tujuan pembelajaran dengan menggunakan taksonomi
yang lama.
Contoh: Seorang guru merumuskan tujuan pembelajaran berikut.
Tujuan 1: Setelah menyimak penjelasan guru tentang ciri-ciri tumbuhan berkeping tunggal, siswa dapat
menyebutkan 3 ciri tumbuhan berkeping tunggal.
Rumusan tujuan pembelajaran ini mengandung aspek pengetahuan faktual (ciri-ciri tumbuhan berkeping
tunggal) dan proses kognitif mengingat (menyebutkan apa-apa yang telah dijelaskan sebelumnya).

Tujuan 2: Setelah mengamati kotiledon kacang tanah, siswa dapat menemukan kotiledon jagung.
Rumusan tujuan pembelajaran ini mengandung aspek pengetahuan faktual (kotiledon) dan proses kognitif
menerapkan (mencari dengan prosedur yang kurang lebih sama). Apabila kedua tujuan pembelajaran
tersebut dipetakan dalam matriks tujuan pembelajaran, maka terletak dalam kotak A1 dan A3 (lihat tabel
3).

Tabel 3 Contoh distribusi tujuan pembelajaran

Dimensi proses kognitif


1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Membuat
A.
Pengetahaun Tujuan 1 Tujuan 2
faktual
B.
Pengetahuan
konseptual
C.
Pengetahuan
prosedural
D.
Pengetahuan
metakognitif

Dari matriks di atas guru dapat segera mengetahui aspek-aspek mana yang belum tercakup dalam tujuan
pembelajaran yang ingin dicapainya.
Kedua, memetakan tujuan yang ingin dicapai dalam matriks dan kemudian menuliskannya secara
rinci. Strategi ini bukan hanya cocok untuk pemula yang baru belajar merumuskan tujuan pembelajaran
tetapi juga bagi orang yang sudah berpengalaman dalam merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan
taksonomi yang lama. Dengan strategi ini, pertama-tama guru menentukan jenis pengetahuan apa yang akan
dipelajari siswa dan proses kognitif mana yang akan dicapai. Setelah ditentukan kotak-kotak mana saja
dalam matriks yang akan dicapai, barulah rumusan yang lebih rinci dibuat. Strategi ini lebih penulis
anjurkan sebab dengan memanfaatkan matriks tujuan pembelajaran sebagai kisi-kisi merumuskan tujuan,
guru akan terdorong untuk memperluas sebaran tujuan pembelajarannya.

Taksonomi tujuan pembelajaran dan asesmen


Seperti halnya dengan taksonomi yang lama, penggunaan taksonomi tujuan pembelajaran yang baru ini
juga sangat membantu guru dalam menyusun soal untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Dengan
memperhatikan jenis pengetahuan dan jenis proses kognitif guru akan lebih mudah dalam mengembangkan
soal sebab jenis pengetahuan dan proses kognitif yang dituntut sudah lebih jelas.
Paling tidak ada dua kelebihan taksonomi yang baru ini dalam kaitannya dengan asesmen. Pertama, karena
pengetahuan dipisah dengan proses kognitif, guru dapat segera mengetahui jenis pengetahuan mana yang
belum diukur. Pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif merupakan dua macam pengetahuan
yang dalam taksonomi yang lama kurang mendapat perhatian. Dengan dimunculkannya pengetahuan
prosedural, guru biologi (dan sains pada umumnya) akan lebih terdorong mengembangkan soal untuk
mengukur keterampilan proses siswa yang selama ini masih sering terabaikan.
Kedua, taksonomi yang baru memungkinkan pembuatan soal yang bervariasi untuk setiap jenis proses
kognitif. Apabila dalam taksonomi yang lama, hanya dikenal jenjang C1, C2, C3, dst., dalam taksonomi
yang baru tiap jenjang menjadi 4 kali lipat sebab ada 4 macam pengetahuan. Seorang guru yang membuat
soal jenjang C1, kini bisa memvariasikan soalnya, menjadi C1-faktual, C1-konseptual, C1-prosedural,
C1metakognitif, dsb. Penjelasan lebih rinci tentang bentuk dan contoh soal untuk tiap jenjang akan disajikan
dalam tulisan yang lain.

Daftar pustaka
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E., Pintrich, P. R., et
al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy
of Educational Objectives. New York: Longman.
Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R. (1956). Taxonomy of
Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook 1 Cognitive Domain.
New York: David McKay.
Krathwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory into Practice, 41(4),
212-218.
Pintrich, P. R. (2002). The role of metacognitive knowledge in learning, teaching, and assessing. Theory
into Practice, 41(4), 219-225.

Anda mungkin juga menyukai