Anda di halaman 1dari 6

http://mintlisim.wordpress.

com/2013/10/13/allah-ada-
berada-di-atas-arsy/
Kaidah Pembungkam Syubhat Takfiri
Posted on Maret 23, 2014 by mint lisim

Para simpatisan takfiri, akhir-akhir ini menggeliat sejadi-jadinya di dunia maya. Berbagai macam
syubhat, kerancuan ideologi dan pemikiran, begitu gencarnya mereka lancarkan melalui berbagai
media sosial. Perdebatan pun tak terelakkan. Namun satu hal yang sangat kita sayangkan, para
simpatisan paham takfiri seakan-akan menutup rapat pintu dialog ilmiah dengan senjata
pamungkas mereka, apalagi kalau bukan stempel “kafir”, …”ulama penguasa”, ….”ulama
buncit”, dan beragam istilah rendahan lainnya yang mereka sematkan, demi menjauhkan para
simpatisan mereka di kalangan akar rumput agar tidak mendengarkan nasehat dan hujjah-hujjah
kokoh yang dipaparkan oleh para ulama.

Di antara bukti kekeliruan paham takfiri adalah kebingungan mereka dalam menetapkan prinsip
pengkafiran. Sikap mereka tidak jelas, setengah-setengah, “mau-tapi-malu”. Antara harus
mengkafirkan setiap pelanggar hukum Allah (karena konsekuensi prinsip mereka yang bathil),
namun malu dicap sebagai Khawarij, atau menanggalkan secara total prinsip takfiri yang selama
ini mereka puja-puja. Akhirnya mereka mengambil jalan tengah yang aneh.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah jawaban indah atas sebuah pertanyaan yang diajukan
kepada asy-Syaikh Kholid bin Abdurrahman al-Mishri yang dengan gamblangnya
menyingkap kerancuan berpikir kaum takfiri.

‫هل كل من َح َك َم أوتحاكم إلى غير ما أنزل هللا كاف ٌر خار ٌج من الملّة ؟‬: ‫السائل‬: ‫سئل الشيخ خالد عبد الرحمن المصري حفظه هللا‬
‫ وبين الحكم على‬،‫ وبين الحكم في مسائل ِع ّد ٍة‬،‫ق بين الحكم في مسألة واحدة‬ ٌ ‫ق بين الحكم والتشريع؟وهل هناك فر‬
ٌ ‫وهل هناك فر‬
‫الدوام بغير شرع هللا؟‬.

Penanya (berkata):

Apakah setiap orang yang menetapkan hukum atau berhukum dengan selain hukum yang
diturunkan Allâh, lantas menjadi kafir keluar dari agama? Lalu adakah perbedaan antara
hukum dan pensyari’atan? Juga, adakah perbedaan antara hukum pada satu kasus
dengan hukum pada beberapa kasus? Dan (perbedaannya) dengan hukum non-syar’i yang
dipraktekkan secara terus menerus?

‫ وأقسم باهلل العظيم إني من عشرين سنة‬،‫ أنا أعطيك كلمة مختصرة إن فهمتها سينفعك هللا بها‬،‫هذا الموضوع طويل‬:‫الجواب‬
‫ أقسم باهلل ما أحد في يوم إستطاع أن‬،‫بستعمل هذه القاعدة مع اإلخوان المسلمين ومع التكفير والهجرة ومع الجماعة اإلسالمية‬
‫يخرج من هذه القاعدة في المناقشةالعلمية إلى يومك‬،

Jawaban Syaikh:
Pembahasan masalah ini sangatlah panjang. Namun saya akan memberikan engkau kalimat
ringkas (semacam kaidah atau prinsip-pent), jika engkau memahaminya, Allâh akan memberikan
manfaat bagimu dengannya. Dan aku bersumpah pada Allâh yang Maha Agung, bahwasanya
semenjak 20 tahun yang lalu, aku menerapkan kaidah ini pada jama’ah al-Ikhwânul Muslimin,
Jama’ah Takfir wal Hijrah, dan Jama’ah Islamiyyah. Aku bersumpah pada Allâh, tidak seorang
pun dari mereka mampu lepas dari kaidah ini dalam perdebatan ilmiah, sejak dulu sampai hari
ini.

‫( ومن لم يحكم بما أنزل هللا فأولئك هم الكافرون) فسّر ذلك‬:‫علماء السلف الصالح وعلى رأسهم عبدهللا إبن عباس فسّر هذه اآلية‬
‫ ول ّما سئل اإلمام‬,‫( كف ٌر دون كفر) أي أن الحكم بغير ما أنزل هللا تارةً يكون كفراً أكبر وتارةً يكون كفراً أصغر‬:‫إبن عباس قال‬
)‫( هي كما قال إبن عباس كف ٌر دون كفر‬:‫أحمد إبن حنبل عن هذه اآلية قال‬،

Para ulama Salafush Shâlih, dan yang terkemuka (dalam masalah ini) adalah ‘Abdullâh bin
‘Abbâs radhiallâhu’anhu, mereka telah menafsirkan firman Allâh (yang artinya):

‘Barangsiapa tidak berhukum dengan hukum yang telah diturunkan oleh Allâh, maka merekalah
orang-orang yang kafir.’

Mereka menafsirkannya dengan ungkapan “kufrun dûna kufrin” (jenis kekufuran yang
derajatnya di bawah kufur akbar), tafsiran ini mengandung pengertian bahwa berhukum dengan
selain hukum Allâh (atau yang sekarang diistilahkan dengan “Hukum Positif”, atau “Hukum
Buatan”), ada yang:

kufur akbar (mengeluarkan dari Islam) dan ada yangkufur ashgar (tidak mengeluarkan dari
Islam)Tatkala Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullâh ditanya tentang (tafsiran) ayat tersebut,
beliau berkata: ‘tafsirannya persis seperti apa yang diungkapkan oleh Ibnu ‘Abbâs
radhiallâhu’anhu’, kufrun dûna kufrin.’

‫الحاكم إذا حكم بغير الشريعة منكراً للشريعة أو زاعما ً أنها ال تصلح أو زاعما ً أنه ال يلزمه أن يطبّق شرع هللا أو رأى أن الشرع‬
‫ وأما إذا‬, ً‫ إذا ما أقترن شٌئ من هذا مع كونه حكم بغير ما أنزل هللا فال شك وال ريب أنه يكون كافرا‬،‫ال ينفع أو أن القانون أصلح‬
‫(كف ٌر دون كفر) ولم ينكر شرع هللا؛ ولم يوجد شٌئ من هذه القرائن التي ذكرتها‬: ‫كان حكم بغير ما أنزل هللا كما قال إبن عباس‬
‫ اآلن ما هي القاعدة التي (كلمة غير مفهومة وأظنها تزن) هؤالء المكفرين؟‬,‫فعندئ ٍذ يكون عاصيا ً فاسقا ً ظالما ً لكن ال يكفر‬

Seorang hakim yang tidak memutuskan hukum dengan hukum syari’at karena:

mengingkari hukum syari’at,atau menganggap hukum syari’at tidak cocok untuk diterapkan,atau
menganggap syari’at Allâh tidak wajib untuk dijalankan,atau menganggapnya tidak
bermanfaatatau menganggap undang-undang buatan (hukum positif) lebih cocok untuk
dijalankan,maka tidak diragukan lagi bahwa dia telah kafir (keluar dari Islam), jika penetapan
hukum tersebut disertai oleh salah satu di antara sebab-sebab di atas.

Namun jika dia memutuskan hukum dengan hukum selain hukum Allâh, sebagaimana ungkapan
Ibnu ‘Abbâs “kufrun dûna kufrin”, dan dia tidak mengingkari syari’at Allâh, atau dia tidak
melakukan sebab-sebab di atas, yang telah aku sebutkan, maka pada saat itu dia adalah orang
yang bermaksiat, fasiq, dan zalim, namun dia tidak kafir.
Nah, sekarang apa kaidah yang bisa (suara rekaman tidak jelas, mungkin beliau mengatakan
“menimbang”) sikap orang-orang yang (gampang) mengakfirkan ini?

‫ نحن ال ننكر كالم إبن عباس وال ننكر كالم اإلمام أحمد لكننانقول (هم يقولون) أن الحاكم ال‬:‫هؤالء يفرّقون تفريقا ً عجيبا ً يقولون‬
‫يكفر إذا عطّل حكم هللا في جزئية أو جزئيات ولكن األصل عنده الشريعة كما كان يحصل في زمن بني أمية فعندئ ٍذ نقول ( هم‬
‫ قال وأما أن يعطّل الشريعة وأن يضع قانونا ً وضعيا ً يحمل الناس عليه فهذاال يندرج في كالم السلف‬,‫يعني) أنه كف ٌر دون كفر‬
‫كف ٌر دون كفر‬.

Mereka ini punya prinsip pengklasifikasian (masalah takfir) yang aneh. Mereka mengatakan:
“Kami tidak mengingkari tafsiran Ibnu ‘Abbâs, kami juga tidak mengingkari ucapan Imam
Ahmad. Hanya saja kami (mereka para takfiri) mengatakan:

“Seorang hakim tidak dikafirkan jika menolak hukum Allâh pada satu atau beberapa perkara
parsial (satu atau dua kasus tertentu), dengan syarat pondasi hukum yang ada pada hakim
tersebut secara umum adalah syari’at. Sebagaimana yang pernah terjadi di era kekhalifahan Bani
Umayyah (yang mana undang-undang dasar pemerintahan Bani Umayyah adalah syari’at, namun
terjadi beberapa penyelewengan pada penerapannya). Maka pada kondisi seperti itulah kami
menganggapnya sebagai kufrun dûna kufrin. Adapun jika hakim tersebut menolak atau
meniadakan syari’at dan menggantinya dengan undang-undang buatan, dan menjadikan manusia
berjalan di atasnya, maka ini sama sekali tidak termasuk dalam kategori ucapan salaf tentang
kufrun dûna kufrin.” (Peringatan…!!: inilah inti syubhat yang bercokol di kepala mereka)

‫ يف ّرقون بين الحاكم إذا عطّل الشريعة كلها وبين الحاكم إذا طبّق شرع هللا ثم جاء في جزئية‬,‫ هم ماذا يقولون‬:‫بإختصار شديد‬
ٍ ً‫إذا‬
‫ هذا حكم بغير ما أنزل هللا يقولون عندئ ٍذ يقال‬, ‫ب له وحكم لقرابته‬ ّ
ٍ ‫ رج ٌل يحكم بالشريعة فجاء إلبن أخيه أو لقري‬:‫وعطل؛ مثاله‬
‫ إذاً هم يف ّرقون بين الجزئية وبين التشريع‬, ً‫ وأما إذا وضع قانونا ً عاما ً فهذا يكون كافرا‬,‫أنه عاصي ألنه ترك حكم هللا في جزئية‬
‫العام؛ فيسمون التشريع العام يسمون صاحبه مستبدالً؛ فقالوا إن إستبدل الشريعة بقانون وضعي هذا كافر؛ وأما إذا ترك جزئية‬
‫هذا كالمهم كلهم حول هذه الكلمة يدندنون̈؛ هناك في السعودية سلمان وسفر وهنا‬,‫أو جزئيتن واألصل عنده الشريعة هذا عاصي‬
,‫ في األردن في الجزائر في اليمن في بريطانيا محمد سرور نايف‬, ‫فوزي السعيد‬,‫ياسر برهامي‬,‫في مصر محمد عبدالمقصود‬
‫ المسعري ؛ كلهم يقولون بهذه التفرقة‬.

Kalau begitu, dengan kalimat yang ringkas bisa disimpulkan bahwa, mereka membedakan antara
seorang hakim jika dia menolak syari’at secara keseluruhan dengan seorang hakim yang pada
asalnya menerapkan syari’at Allâh namun pada kasus tertentu yang sifatnya cabang (parsial) dia
tidak menggunakan hukum Allâh (hakim jenis pertama mereka kafirkan, dan hakim jenis kedua
tidak mereka kafirkan). Contohnya:

Seseorang berhukum dengan hukum syari’at, namun pada kasus tertentu yang menyangkut
keponakannya atau salah seorang kerabatnya, dia tidak menerapkan hukum Allâh di situ. Ini
termasuk berhukum dengan selain hukum Allâh. Nah, hakim model ini menurut mereka tidaklah
kafir, dia dikatakan sebagai orang yang bermaksiat. Karena dia sekedar meninggalkan hukum
Allâh pada perkara yang sifatnya parsial. Namun jika hakim tersebut meletakkan atau
menetapkan undang-undang secara umum (yang bukan hukum Allâh) maka dia telah kafir.

Jika demikian, mereka (para takfiri) membedakan antara at-tasyrii’al- juz-iy (penetapan hukum
pada kasus parsial) dengan at-tasyrii’ al-‘aam (penetapan hukum secara umum). Mereka
menamakan para pelaku at-tasyrii’ al-‘aam dengan sebutan “mustabdil” (pengganti hukum
Allâh). Mereka mengatakan; ‘jika dia mengganti hukum syari’at dengan undang-undang buatan,
maka dia kafir. Namun jika meninggalkan hukum syari’at pada satu atau dua kasus parsial, maka
dia pelaku maksiat. Inilah perkataan mereka. Semua dendangan mereka berkisar pada kalimat
tersebut. Di sana di Saudi ada Salmân (al-Audah), Safar (Hawali). Di sini di Mesir ada
Muhammad Abdul Maqshûd, Yâsir Birhâmi, Fauzi as-Sa’iid. Di Yordan, Aljazair, di Inggris ada
Muhammad Surûr Nâyif, al-Mas’ary, mereka semua berbicara tentang pembedaan ini (yakni
membedakan antara tasyrii’ ‘aam dengan tasyrii’ juz-iy).

‫ الكفر عند أهل السنة كف ٌر بجنسه وليس كفراً بنسبته ؛ ما معنى هذا الكالم؟‬:̈‫ما هي القاعدة التي تُبطل هذه الدعوى ؟ اآلن إنتبه‬

Lantas, apa kaidah yang membatalkan dakwaan mereka ini? Sekarang perhatikan dengan
seksama..!! Kekufuran di mata Ahlussunnah adalah kekufuran berdasarkan jenisnya, bukan
kekufuran berdasarkan prosentase atau kuantitasnya. Apa makna kaidah ini?

‫ رج ٌل منذ‬,‫ كافر طيب‬:‫لصنم سجدةً واحدةً ؟ من طبيعة الجواب سيقولون‬


ٍ ‫ ماذا تقولون في رج ٍل سجد‬:‫نحن نسأل هؤالء نقول لهم‬
‫ أن ُولد إلى أن مات وهو يسجد لألصنام ماذا تقولون؟ يقولون أيضا ً كافر‬.

Kita tanyakan kepada mereka: ‘bagaimana pendapat kalian tentang seorang laki-laki yang sujud
hanya sekali di hadapan berhala? Secara natural mereka tentu akan menjawab: ‘dia kafir’. Oke,
sekarang bagaimana jika seorang laki-laki semenjak lahir sampai mati dia senantiasa sujud pada
berhala, apa komentar kalian? Mereka akan menjawab: ‘dia kafir’.

‫ لماذا ال فرق؟ ألن جنس الفعل كف ٌر وهو‬,‫طيب ما الفرق اآلن بين من سجد سجدة واحدة وبين من سجدطيلة عمره؟ ال فرق‬
‫ السجود للصنم‬.

Oke, lalu apa perbedaan antara orang yang hanya sekali sujud (pada berhala) dengan orang yang
sujud sepanjang hidupnya? Tidak ada perbedaan. Kenapa tidak ada? Karena jenis kekufuran
tersebut (termasuk jenis kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari agama) yaitu sujud pada
berhala.

:‫ رج ٌل أنكر القرآن كله ماذايقولون؟ يقولون‬.‫ طيب‬,‫ كافر‬:‫ رج ٌل أنكر آيةً من كتاب هللا ماذا تقولون؟ يقولون‬:‫طيب مثا ٌل آخر‬
‫ لماذا؟ألن القاعدة عند أهل السنة أن الكفر‬,‫ قال ال فرق بين من أنكر آية وبينمن أنكر القرآن كله‬,‫ يا أخي هذا أنكر آية فقط‬,‫كافر‬
‫ طيب‬,ً‫كف ٌر بجنس الفعل ال بنسبته قلةً وكثرةً؛ فإذا كان أصل الفعل أو القول أواإلعتقاد كف ٌر لم تض ّر النسبة قلة أو كثرة‬.

Oke, sekarang contoh yang lain. Seorang laki-laki mengingkari satu ayat dalam Kitâbullâh, apa
komentar kalian? Mereka akan mengatakan: ‘dia kafir’. Ya Akhi, dia hanya mengingkari satu
ayat saja. Mereka berkata: ‘tidak ada perbedaan antara orang yang mengingkar satu ayat dengan
orang yang mengingkari al-Qur’an seluruhnya. Kenapa? Karena kaidah Ahlussunnah
menyatakan bahwa kekufuran (yang mengeluarkan dari agama) dilihat berdasarkan jenis
perbuatannya, bukan berdasarkan sedikit atau banyaknya perbuatan tersebut. Jika suatu
perbuatan, atau ucapan, atau keyakinan, termasuk dalam jenis kekufuran (yang mengeluarkan
dari agama) maka baik dilakukan sedikit atau banyak, tidak ada pengaruhnya, sama-sama
menyebabkan kekafiran.
‫ رج ٌل أدمن شرب الخمر طيلة دهره‬.‫ طيب‬, ‫ هذا عاصي‬,‫وإن لم يكن جنس الفعل كفر؛ رج ٌل شرب الخمر مرة كفر؟ الجواب ال‬
‫ ألن هذا‬:‫ يا رجل هذا يشرب مرةً واحدة وهذا مدمن لماذا ال تكفّره؟ يقولون‬, ‫وهو يقول أسأل هللا مغفرته غلبتني نفسي كفر؟ ال‬
‫الذي يشرب الخمر طيلة دهره جنس الفعل وهوشرب الخمر من الكبائر وليس من المكفرات‬.

Sekarang contoh jenis perbuatan yang bukan termasuk kekufuran. Laki-laki yang menenggak
miras hanya sekali saja, apa dia kafir? Jawabannya tentu saja tidak. Dia pelaku maksiat. Oke,
bagaimana dengan laki-laki yang kecanduan miras sepanjang hidupnya, dan dia berkata: ‘aku
mohon pada Allâh ampunan-Nya, aku dikalahkan oleh nafsuku’. Apa dia kafir? Tidak. Hei
Bung..! Ini orang hanya minum sekali saja, sementara yang itu sudah kecanduan, kenapa engkau
tidak mengkafirkannya? Mereka berkata: ‘karena laki-laki yang kecanduan ini melakukan
perbuatan yang tergolong dalam jenis dosa-dosa besar, dan bukan termasuk jenis perbuatan yang
menyebabkan kekafiran.

, ‫ فقليله وكثيره إن كان كفراً فهو كف ٌر‬, ‫ بإعتبار جنسه‬:‫ الكفر كف ٌر بإعتبار جنسه أم بإعتبار نسبته؟ الجواب‬: ‫إذن من هنا نقول‬
‫وقليله وكثيره إن كان أصل جنسه معصيةً فهو معصية‬.

Kalau begitu; kekufuran apakah dilihat berdasarkan jenisnya, atau berdasarkan kuantitasnya?
Jawabnya adalah: berdasarkan jenisnya. Sedikit maupun banyak, jika termasuk pada jenis yang
menyebabkan kekafiran, maka dia kafir. Sedikit ataupun banyak, jika termasuk pada jenis
maksiat, maka dia maksiat (tidak kafir).

:‫ أخبرونا عن مسألة الحكم بغير ما أنزل هللا أهي من جنس الكفر أم من جنس المعاصي ؟ لهم حالةمن حالتين‬: ‫اآلن نقول لهؤالء‬
‫ ال‬,‫ فيه إحتمال ثالث‬,‫إما أن يقولوا أن جنس الحكم بغير الشرع من الكفر األكبر أو يقولوا من المعاصي التي ال يكفر صاحبها‬.

Sekarang, simak dan renungkanlah dengan hati yang jernih!!

Sekarang kita katakan kepada mereka: ‘beritahukan kami tentang masalah berhukum dengan
hukum selain hukum yang diturunkan Allâh, apakah ia termasuk jenis kekufuran atau jenis
maksiat?’ Jawaban mereka tidak lepas dari dua hal: (pertama) mereka akan mengatakan bahwa
hukum dengan selain hukum syari’at termasuk kufur akbar, atau (yang kedua) mereka akan
mengatakan bahwa ia termasuk jenis maksiat yang tidak menyebabkan pelakunya kafir. Apa ada
kemungkinan yang ketiga? Tidak ada.

‫ إذن لو كان جنس‬. !!‫ وأنتم ال تكف ّرونه إذا ترك حكم هللا في جزئية واحدة‬:‫ قلنا لهم‬,‫ إن قالوا أنها من جنس الكفر األكبر‬.‫طيب‬
‫لصنم سجدةً واحدة وكما‬
ٍ ‫الحكم بغير ما أنزل هللا من الكفر األكبر للزمكم أن تكفّروا من ترك جزئيةً واحدةً كماتكفّرون من سجد‬
‫…تكفّرون من أنكر آيةً واحدةً من القرآن‬

Oke, jika mereka mengatakan; ‘berhukum tidak dengan hukum syari’at termasuk kufur akbar’,
maka kita katakan pada mereka; ‘(Nah loh) kalian tidak mengkafirkannya jika dia meninggalkan
hukum syari’at tersebut pada kasus tertentu yang bersifat parsial…!!? Jadi, jika berhukum
dengan selain hukum Allâh termasuk jenis kufur akbar, semestinya kalian harus mengkafirkan
orang yang tidak berhukum dengan hukum Allâh pada perkara parsial atau pada satu atau dua
kasus tertentu. Sebagaimana kalian mengkafirkan orang yang sujud pada berhala walaupun
hanya sekali saja. Dan sebagaimana kalian mengkafirkan orang yang mengingkari satu ayat saja
dalam al-Qur’an…
… ‫ فإما أن يكفّروا ك ّل من عطّل‬,‫إذن اإلعتبار اآلن في الحكم بغير ما أنزل هللا يدخل في القاعدة السابقة النظ ُر إلى جنس الفعل‬
‫جزئيةً واحدة ؛ وإما أن اليكفّ روا من إستبدل الشرع بقانون وضعي؛ ألن األمر اآلن مداره على جنس الفعل دون النظر إلى قلته‬
‫أو كثرته‬,

Kalau begitu kesimpulannya; dalam masalah berhukum dengan selain hukum yang diturunkan
Allâh, harus masuk pada prinsip sebelumnya, yaitu prinsip melihat jenis dari suatu perbuatan
(apakah maksiat atau kekufuran). Sehingga pilihannya hanya ada dua; mau tidak mau harus
mengkafirkan semua orang yang tidak menjalankan hukum Allâh baik dalam kasus parsial
sekalipun, atau mau tidak mau mereka harus meniadakan pengkafiran terhadap orang-orang yang
mengganti hukum syari’at dengan undang-undang buatan. Karena permasalahannya sekarang
adalah pada jenis perbuatan, tanpa memandang pada sedikit atau banyaknya perbuatan tersebut.

‫نزلت مصر وناقشت هؤالء ُألزمهم بهذه القاعدة مع أني كنت صغير السن‬ ُ ‫أنا أقسم لك باهلل العظيم وُأشهد هللا أني صادق من ُذ أن‬
‫ أهل السنة ينظرون إلى‬, ‫ب ما لم يستحله‬ ٍ ‫ لماذا؟ هذا كالم األئمة وال نكفّر مسلما ً بذن‬, ‫ورب الكعبة ما أح ٌد منهم يستطيع أن يجيب‬
,‫جنس الفعل ؛ فإن كان جنس الفعل كفر لم ينظروا إلى قلته وكثرته ؛ وإذا كان جنس الفعل معصية لم ينظروا إلى قلته وكثرته‬
‫( كف ٌر دون‬:‫ إذن ل ّما اآلن يقول إبن عباس‬, ‫ ومن أنكر آيةً كمن أنكر القرآن كله‬, ً ‫فمن نحّى جزئية من الشريعة كمن نحّى ألفا‬
‫ من الجهل أننا نحمل كالم السلف على أنهم ف ّرقوا بين القليل وبين الكثير‬, ‫… كفر) والسلف يقولون ذلك‬

Dan aku bersumpah pada Allâh Yang Maha Agung, aku jadikan Allâh sebagai saksi bahwa
semenjak aku tinggal di Mesir, dan semenjak aku berdialog dengan orang-orang (takfiri) ini, aku
ikat mereka dengan kaidah ini, padahal saat itu aku masih muda belia. Demi Rabb Pemilik
Ka’bah, tidak ada satu pun di antara mereka yang bisa menjawab, kenapa? Karena ini adalah
ucapan (atau prinsip) para Imam, yaitu; “Kita tidak mengkafirkan seorang muslim pun gara-gara
suatu dosa maksiat selama mereka tidak menghalalkan maksiat tersebut. Ahlussunnah melihat
kepada jenis perbuatan. Jika suatu perbuatan termasuk pada jenis yang menyebabkan pelakunya
keluar dari agama, maka ahlussunnah tidak memandang pada sedikit atau banyaknya perbuatan
tersebut (sekali saja dilakukan, maka dia kafir). Demikian pula jika jenis perbutan tersebut
termasuk maksiat (atau kufur ashgar), mereka juga tidak memandang pada sedikit atau
banyaknya perbuatan tersebut dilakukan (sekalipun banyak, tetap tidak mengkafirkan pelakunya,
selama ia tidak menghalalkannya). Orang yang menyingkirkan satu cabang syari’at, sama
dengan orang yang menyingkirkan seribu hukum syari’at. Orang yang menolak satu ayat, seperti
orang yang menolak al-Qur’an seluruhnya.

Jadi, manakala Ibnu ‘Abbâs mengatakan “kufrun dûna kufrin”, dan para Salaf juga berpendapat
demikian, maka merupakan sebuah kebodohan jika kita memaknainya bahwa para Salaf
membedakan antara sedikit dan banyak (dalam masalah ini).

***

‫منقول من مادة صوتية للشيخ الفاضل خالد بن عبدالرحمن المصري حفظه هللا‬

dinukil dari rekaman suara Syaikh Kholid Abdurrahman al-Mishri hafizhahullah

http://mintlisim.wordpress.com/2013/10/13/allah-ada-berada-di-atas-arsy/

Anda mungkin juga menyukai