Anda di halaman 1dari 27

FILSAFAT

PENDIDIKAN
(Tlnjauan Mengenai Beberapa Aspek dan Proses Pendidikan)

JVU-, f+
\'n*'*u*'
Oleh:
Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph. D.

rcngorr ANDI OFFSET YoeYlklrir

r986
Hak Pengarang dilindungi Undang-Undang
KATA PENGIRING
( 1980) Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, penulis menyampaikan kepada pembaca karya
yang sederhana ini. Keinginan untuk menyampaikan sesuatu
mengenai filsafat pendidikan kepada para peminat, sebenar-
nya telah larna ada pada penulis. Hasrat tersebut baru dapat
diwujudkan setelah penulis memperoleh kesenrpatan untuk
mengisi mata kuliah filsafat pendidikan pada program pena-
taran tenaga pengajar beberapa perguruan tinggi di Yogya-
karta. Tulisan ini adalah materi yang disarikan dari bahan-
bahan penataran tersebut.
Oleh karena kesempatan memberikan penataran tersebut
menuntut cukup banyak waktu, yang kira-kira hampir salna
dengan jumlah jam untuk satu semester, materi yang disajikan
ini dapat meliputi filsafat pendidikan yang umum dan yang
khusus. Yang pertama menjadi Bagian I dan yang kedua Bagi-
an II dan Bagian III.
Bagian I dan Bagian II merupakan bagian-bagian utama
naskah ini, yang terbit pada tahun 1977. Bagian III baru di-
tambahkan pada penerbitan tahun 1980 ini, karena adanya ke-
sempatan untuk menyusun materinya barulah pada akhir ta-
hun 1979. Demikian pula kesempatan untuk memberikannya
dalam penataran-penataran.
Naskah ini dapat diterbitkan berkat adanya bantuan dari
sementara pihak. Pada tempatnyalah bila pada kesempatan ini
Diterbitkan di Yogyakarta penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa
Indonesia petugas Institute Press IKIP Yogyakarta, yang telah memban-

lll

4
tu dengan pengetikan naskah tahap pertama. Demikian pula
kepada sementara rekan dosen yang telah memberikan saran-
saran berharga, terutama Ibu Dra. Suryati Sidharto MA.; di DAFTAR ISI
samping selama ini membantu penulis dalam pelaksanaan per-
kuliahan filsafat pendidikan. Halaman
Kata Pengiring
Ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya penulis sam-
paikan pula kepada Ibu Dr. Sri Hastuti Ph., dosen dalam Ba- Daftar Isi
hasa Indonesia Fakultas Keguruan Sastra Seni (FKSS) IKIP Pendahuluan I
Yogyakarta, yang telah meluangkan waktu untuk membaca
naskah ini dan memberikan saran-saran perbaikan dari sudut
Bagian I : Pendidikan 5
Beberapa Aspek dari Filsafat
bahasa. Bagian II Beberapa Aspek dan Proses Pendidikan I I
:

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Pim- Bagian III : Beberapa Konsep pada Proses Pendidikan dan
pinan Percetakan "STUDINC" Yogyakarta atas kesediaan Pengajaran 35
untuk mencetak naskah ini.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi pengem-
bangan filsafat pendidikan.

Karangmalang Penulis
Yogyakarta
Mei 1980. I.B.

lv
PENDAHULUAN
Tulisan mengenai filsafat pendidikan ini dimaksudkan se-
bagai usaha pengenalan mengenhi makna filsafat pendidikan
secara selintas dan secara khusus mengenai beberapa aspek dan
proses pendidikan. Adapun penyajiannya dibagi menjadi dua
bagian. Bagian I, ialah mengenai pengenalan filsafat tersebut
diberi judul "Beberapa Aspek dari Filsafat Pendidikan", se-
dangkan Bagian II, mengenai tinjauan secara khusus tersebut
berjudul "Beberapa Aspek dan Proses Pendidikan".
Penulis berpendapat bahwa pengenalan mengenai filsafat
pendidikan itu seyogyanya dimulai dari yang bersifat seder-
hana, bagi siapapun y'ang mernpelajari dapat terus mengenal
sudut pandangan dan aspek-aspek utama disipiin ini. Atas
dasar pertimban,ean ini maka disusunlah Bagian I. Bagian inr
pada hakekatn)'a adalah resume makna lilsafat pendidikan
dari tulisan lain l ang berjudul$ib.Ffat Pendidikan (Pengantai
Jmengenar Sistem dan Metodelt. Dengan penyajian resume ini,
dimaksudkan agar terbentanglah jembatan pengenalan terha-
dap Bagian lI, rnengingat bahwa bab ini membicarakan hal-hal
yang telah sangat khusus.
Filsafat pendidikan adalah disiplin yang mernpelajari dan
berusaha mengadakan penyelesaian masalah pendidikan yang
bersilat lilosofis. Terhadap pertanyaan-pertanyaan pendidikan
yang bersifat filosofis wewenang filsafat pendidikan untuk
menjarvab atau menyelesaikannya.

Tulisan ini diterbitkan oleh \ ala.arr Pcncrbit FIP


') - lXlP (Ya5bit) IKIP
Yoglakarta, 1976.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dicakup menjadi Namun demikian masih dirasakan perlu adanya tinjauan
beberapa golongan besar yaitu: apakah pendidikan itu; tujuan- yang khusus mengenai beberapa aspek dengan mengingat ke-
tujuan apakah yang hendak dicapai oleh pendidikan; apa dan dudukan dan fungsinya yang strategis dalam proses pendidik-
bagaimanakah cara untukrmencapai tujuan-tujuan tersebut. an. Hal ini mengenai kecerdasan, watak, disiplin, bekerja dan
Golongan pertama mengupas makna dan hakekat pendidikan, bermain. Kecerdasan adalah hidup kejiwaan manusia yang
golongan kedua makna dan hakekar tujuan pendidikan, se- secara potensiat adatah tumpuan untuk mengembangkan ke-
dangkan golongan ketiga mengenai makna dan hakekat proses mampuan peniahaman bagi apa yang dihayati, dipelajari dan
6ndidikan. dicamkan oleh orang 1'ang bersangkutan. watak adalah ciri
pribadi seseorang dalam arti susila yang merupakan tumpuan
Dalam tulisair yang lain yang berjudul Filsafat Pendidikan
(Pengantar mengenai Sistem dan Metode) yang telah disebut- untuk berdiri di tengah-tengah lingkungan hidupnya. Disiplin
adalah pemahaman nilai-nilai secara internal yang memberi-
kan di muka, penulis secara singkat namun komprehensif me-
kan kemampuan seseorang untuk bersikap trampil dan tepat
nuliskan filsafat pendidikan yang merupakan jawab pertanya-
dalam menjalankan tugas kewajiban yang bersifat susila. Se-
an di atas. Uraian dalam buku tersebut adalah analisa menge-
dangkan bekerja dan bermain-adalah dua jenis kegiatan yang
nai beberapa konsep pendidikan yang dapat timbul sebagai
jawab pertanyaan apakah hakekat pendidikan yang tepat sehu- penuh arti mendidik. Oleh karena keduanya mengandung ke-
bungan dengan pengaruh yang berasal dari perkembangan il- sungguhan, maka penting artinya secara komplementer dalam
proses pendidikan.
mu pengetahuan, teknologi dan industri rerhadap kehidupan
manusia. Penulis dalam buku tersebut menampilkan progresiv- Alasan-alasan di atas membawa ke kesimpulan bahwa
isme, esensialisme, dan perenialisme. perlu adanya tinjauan filosofis, agar proses pendidikan mem-
punyai arti yang jelas. Tulisan ini adalah usaha untuk meme-
Aspek-aspek yang dibicarakan yang merupakan tiga kon-
nuhi harapan tersebut. Tiada kalah pentingnya dari empat hal
sep berpikir tersebut di atas, mengenai hal-hal yang di luar ma-
nusia. Padahal, filsafat pendidikan haruslah menaruh perhati- di atas adalah tinjauan mengenai proses yang dapat menjadi
tumpuan kemampuan dan pengembangan pendidikan itu sen-
an terhadap hakekat manusia. Manusia adalah obyek dan
subyek Pendidikan. Maka dari itu penulis memandang perlu
diri. Bahrva pendidikan itu sendiri tidak dapat dibiarkan statis,
tetapi harus mampu berkembang maju. Berkembang ke arah
adanya tulisan yang menelaah setidak-tidaknya beberapa
aspek hakiki dari manusia.. Dalam uraian mengenai progresiv-
kemajuan berarti perlu ada kelangsungan perubahan, maka
perlu adanya tinjauan mengenai makna dan kedudukan peru-
isme, esensialisme, dan perenialisme (di buku rersebut di atas)
bahan dalam pendidikan. finjauan mengenai hal ini mengikuti
beberapa aspek hakiki tersebut telah disinggung terurama pada
bekerja dan bermain.
bagian-bagian mengenai ciri-ciri umum dan belajar.

I
- Bagian I
Lima hal tersebut menjadi bagian dari tulisan ini. Isinya BEBERAPA ASPEK DARI FILSAFAT PENDIDIKAN
terutama diangkat dari Introduction to philosophy of Educa-
tion tulisan Stella Van Petten Henderson (Chicago: The Uni_ PENDAHULUAN
versity of Chicago Press, 1964), Bab XIII s./d XV, karena me-
Ilmu l,cndidikan atau paedagogik, adalah ilmu yang
mang tujuan tulisan ini adalah penyajian bahan yang dapat
nrembicarakan masalah-masalah pendidikan, secara umum,
nenjadi bahan studi unruk disoroti dari filsafat pendidikan
menyeluruh dan abstrak. paedagogik, selain mengandung jiwa
Pancasila.
yang teoretis, juga yang praktis. Untuk yang teoretis diutara_
Bila Bagian II, sebagairnana telah diutarakan di muka, isi- kanlah hal-hal yang normatif, sedangkan yang praktis, me-
nya bersifat khusus, Bagian III lebih bersifar khusus lagi. Ba- nunjukkan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan.
gian ini membicarakan konsep tentang beberapa aspek pada Paedagogik sebagai ilmu pokok dari pendidikan dan se-
proses pendidikan dan pengajaran. Bagian ini berusaha untuk suai dengan jiwa dan isinya, sudah barang tentu agar dapat
menunjukkan tempat beberapa aspek proses tersebut dalam tegak berdiri memerlukan landasan filsafat atau setidak_tidak_
hubungannya dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Be- nya mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landas-
berapa naskah lain, rerutama The Philosophy of Education, an, bila,.filsafqtqmgiahirkan, pemikitan-pemikiran.yang,teorers
An Inlroduction dari Harry Schofield, telah penulis manfaar-
kan untuk men)usun bagian ini.
Irter.tC$e[49.!]qigr*k-1.Q;
lnemerlutan iluminasi dan bantuan pg-
gyelesai4hriga5niffi kdfdi s,
Dengan kesadaran akan kebenaran peribahasa Tiada Ca- Atas dasar keterangan di atas dapatlah disimpulkan bah_
ding Yang Tak Retak, penulis mengharapkan adanya tegur wa filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendi_
sapa dan kritik yang membangun dari para peminat. kan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikir_
an dan pemecahan masalah-masalah pendidikan. Untuk yang
kedua ini yang penring artinya adalah metode.
FILSAFAT PENDIDIKAN
Dua cara pendekatan

-t _€ejai6li'filsafat,adal4h &aya dengan ide-ide mengenai perr


diili*hfi'tlde-ide ada yang rercerus pada masa lampau dan
hanya berlaku pada masa lampau juga. Tetapi ada kalanya ga_
gasan-gagasan itu masih digunakan sebagai pegangan
bagi
masa sekarang. Sudah barang tentu ada gagasan_gagasan yang
tercetus pada masa sekarang dan menjadi pegangan pada wak_
Irr ini prrlir. I)iu i sckiun barryal. toiioh-lokoll dapat discbutkalr
di arrtaranya: l,lato dalanr Republik, Johan Amos Comenius
dcngan Didactica Magna, John Dewey dengan Education and FILSAFAT PENDIDIKAN SEBACAI SISTEM
Society dan Robert Hutchkins dengan The Great Book Learn_ I . fFilsafflt pendidikan yang bersendikan pandangan
filosofis
ing. dmenurut,tokoh-tokoh, tertentu.mempunyai sistematika berda-
ide-ide pendidikan yang terpencar dalam tulisan-tulisan sarkan pemikiran tokoh_tokoh. yang bersangkutan.
Jika ber_
itu sebagai suatu sistem dapat disebut Filsafat pendidikan sendikan aliran-aliran tertentu maka sistematika yang
me- tersusun
nurut Plato, Johan Amos Comenius, John Dewey dan Hutch_ dapat menurut faktor-faktor pendidikan sebagaimanl
sistema_
kins. Dan ini semuanya dapatlah diutarakan dengan jelas, tika yang terkandung dalam paedagogik. Maka
timbullah kon_
bahwa sistem filsafat menurut plato dan tokoh-tokoh yang sep-konsep mengenai beberapa faktor pendidikan
menurut.id€s
lain dapat menjadi dasar terbenruknya suatu filsafat pen- Flism€? patulaliss dan piamatisFe.
didikan. 2" Untuk _pendekatan yang lain sistem filsafat pendidikan
yang dapat disusun adalah sesuai
Pada lain pihak cabang-cabang suatu sistem filsafar dengan sistematika dari ilmu
men_ pendidikan itu sendiri. Apa saja yang
dasari berbagai pemikiran mengenai pendidikan. Misalnya, terkandung seJagai bagi_
metafisika-karena "tinjauannyar, yang mendalam mengenar an atau unsur-unsur dari pendidikan itulah yang
menjadi bagi-
hal-hal di balik dunia pisik,,, memberikan dasar-dasar pemi- ar dari sistematika filsafat pendidikan yong b"irurrgkutur.
kiran cita-cita pendidikan. EpistemoloS. memberikan landas_
an, pemikiran mengenai kurikuluml aksiologi mengenai PENCEMBANGAN MENURUT PENDEKATAN
masa_ KEDUA
Iah nilai dan kesusilaan, sedangkan logika memberikan Pendekatan ini pada hakekatnya adalah usaha
landa_ untuk nle_
sar pikiran mengenai pengembangan pendidikan kecerdasan. nemukan jawab dari pendidikan beserta problema-problema
Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pen_ yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis.
Tinjauan filoso_
didikan ini sudah barang tentu merupakan sumbangan fis merupakan usaha untuk memberikan iluminasi
utama dan landas_
bagi pembinaan paedagogik. Teori-teori yang tersusun an-landasan normatif pada pendidikan. Kedudukan
dan sifat
karenanya dapat disebut pendidikan yang berlandaskan metode adalah penting artinya.
filsafat- Dalam hubungan dengan metode ini berfilsafat
itu tidak
2. Jika di muka telah diutarakan pendidikan yang timbul I:]n aqlah "mengajukan pertanyaan_pertanyaan yang
bersifat
dari filsafat ada pendekatan lain yang berbeda a.ahnya. fi Iosolis dalam rangka usaha menjawab p..iuryrun-i..tunyu_
Filsafat pendidikan dapat terbentuk berdasarkan pendidikan: an yang filosofis pula.',
pendidikan dengan problema-problemanya dipitih yang Misalnya, "sulit,, untuk menyusun jawab atas perlanyaan:
me_
merlukan jar.rab secara filosofis. Filsafat pendidikan yang ' pendidikan menjadi satu rangkuman
trm- .{9a._tan konr.p;;. pr.,
bul demikian ini biasanya bersifat terbuka unruk kemung_ ahli pikir dan ahli ilmu telah mencetuskan puluhan
definisi me-
ki nan- k e m u ng k ia n baru. ngenai apa pendidikan itu. Lebihlebih lagidefinisi-definiri
rer_
6
sebut tidak sama coraknya: ada yang deskriptif dan ada yang dapatlah diutarakan berdasarkan kriteria di atas bahwa: salah
stimulatif. satu tujuan dari pendidikan adalah memindahkan apa yang
Agar filsafat pendidikan dapat menyumbangkan tinjauan berarti bagi .... dan seterusnya.
yang dinamis terhadap ilmu pendidikan, diperhatikanlah defi- Dengan memperhatikan sifat dinamis dari kriteria, nraka
nisi yang stipulatif, ialah: menempatkan hal yang menjadi per- tujuan terbuka untuk suatu analisa. Oleh karena pendidikan
hatian pada konteknya dan berusaha untuk nrengembangkan itu merupakan sarana untuk perubahan dan perkembangan,
suatu gagasan dari padanya. Dengan pemililran definisi yang maka haruslah diartikan inlernal. Sehingga bagi pendidikan,
stipulatif ini analisa filosofis dapat diharapkan nrcnyumbang- tujuan pendidikan itu tidak ditempatkan pada akhir dan pro-
kan pemikiran yang tidak hanya terpaku pada arti dari se- ses pendidikan, tetapi di dalamnya. Maka dil-rarapkan olch
suatu. pendidik maupun anak didik, pendidikan itu selalu merupakan
alam kedua.
pak sebagai proses, yang mempunyai isi dan metod0. Yang di- Penenrl)atan trrjuan dalant 1;roses, sesuai cleitgatt Ittt1.,t1r
maksud dengan yang pertama adalah pengetahuan dan nilai- irrlt'rnal iru ada kalanl'a belunr nrungkirt, nrettgitrgat lalal'pcr-
nilai, sedangkan yang kedua adalah segala "alat" yang dapat kenrbangan anak didik. Berhubung dengan itu 1>erlu cliperltati-
melancarkan dan memanjangkan pr.oses tersebut. kan adanl'a pendidikan )'ang c\lcrrlal sebelutrt sesualu nrc'njadi
Berhubung dengan hal di atas usaha untuk mengadakan nulik anak didik.
pemikiran, mengenai pendidikan perlu diadakan mengenai kri- Dengan menempatkan tujuan sebagai kriteria, maka frlsa-
teria (standard), yang berfungsi sebagai pedoman. Jika suatu fat pendidikan sekaligus dapat memperkirakan taraf keberha-
konsep mengenai pendidikan atau aspek-aspeknya dapat di- silan dari pendidikan itu.
kembangkan menjadi kriteria, maka dapat dikatakan konsep
tersebut memadai.
RINGKASAN
Jika suatu kriteria telah dirumuskan, maka perlu dikenru- Paedagogik sebagai ilmu dari pendidikan, dapat berlan-
kakan konsep-konsep yang berhubungan dengan itu. Sebuah
daskan dan mempunyai hubungan dengan filsafat. Atas dasar
rumusan mengenai kriteria adalah sebagai berikut:
inilah, maka timbul filsafat pendidikan.
Dalam pendidikan terkandung pemindahan apa yang berartr
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam menyusun sis-
bagi mereka yang memerlukan perkembangan untuk itu.
tem lilsafat pendidikan:
....Peters mengemukakan bahwa pengertian terkandung ini
l. Bersendikan ajaran filsafat atau aliran filsafat terrentu.
merupakan satu sifat dari pendidikan. Sifat-sifat lain masilr
2. Pendidikan dan problema yang bersifat filosofis untuk di-
dapat dirumuskan atau diusahakan. jauab dan diselesaikan dengan analisa filosofis.
Penafsiran mengenai kriteria di atas adalah seperti di bawah
ini. Sifat pengertian terkandung di sini adalah tujuan. Maka,

rl
Untuk yang kedua pendidikan perlu dilihat sebagai proses, dan Bagian II
agar tinjauan dapat dinamis perlu dikembangkan kriterianya. BEBERAPA ASPEK DAN PROSES PENDIDIKAN
Aspek-aspek utama dari kriteria ini dapat dianalisa dan terja- KECERDASAN
barlah sendi pendidikan. Atas dasar ini dapatlah dikembang-
kan konsep-konsep menurut filsalat pendidikan. PENDAHULUAN
Progresivisme, esensialisme dan perenialisme, nrasing_
masing mengutarakan pentingnya kecerdasan bagi perkem-
banp-an prihadi s.eseoran
- _--_-----1 _- g dan pendidikan. Basi oroqresivisnre
', . - .-_ --
PI\]I3I dan kecerdasan manusia dipandane mempunyai rem-
p"-"rt;;Amm;.ra' a*, n,fiilr**;;
", iares4
BACAAN
jalankan program. Pikiran dan kecerdasan adalah motor peng_
Brubachei, John S., Modern Philosophies in Educotiori, Nerv York:
Mccraw Hill Book Companl', Inc, 1950. gerak dan penentu arah kemajuan. Bagi esensialisme unsur_
Langeveld, M.l. Bokn<tpte Theoretische Paedogolilet, Djakarta: J.B. Wol- unsur vang hakiki (esensial) dari lrcradaban dan kebudayazur
ters, 1949. lang sudah reruji oleh sejarah. adalaht-matiri ,rami yang-m.-
Park, Joe (ed.), Selected Reodings in rhe Philosophy of Education' Netv man t a p k an pi k i ran da n k ecerd as a n o, u'r6, -t.r-rtr [em u n g k i n-
York: The MacMillan Company, 1956. an perkembangan lebih lanjut. Jika materi-materi semacam ini
Schofield, Harty, The Philosophj of Educotion, Nerv York: Barnes and dikuasai orang maka orang tersebut akan memiliki pikiran dan
Noble Books, 1972.
kecerdasan yang berkembang. Sedangkan menurut perenial_
Woods R. C. (ed.), Educqtion and Its Diciprines, New York: Harpcr ancl
isme' penguasaan pengetahuan-r mengenai prinsip-prinsip per-
Row Publishers, 1972.
tama'-adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan
pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertarna mampu mem-
punyai peranan sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri
sendiri.

APAKAH KECERDASAN ITTJ ?


Kecerdasan adalah istilah yang melukiskan kemampuan
manusia untuk mengetahui dan melihat problema serta meme_
cahkannya dengan sukses; dan merupakan kemampuan untuk
mempelajari dan menyesuaikan perilaku dengan lingkungan
yang umumnya mempunyai bermacam aspek dan coraknya. KECERDASAN DAN PERT{SA.AN
Dengan kecerdasan yang cukup, manusia mampu untuk me-
ngetahui hubungan faktor-faktor dan problema satu sama
lain. Dengan kecerdasan orang mampu memberi sesuatu
dengan benar dan tepat.l) Berhubung dengan itu perasaan dapat mengaburkan kemurni-
Kecerdasan adalah potensi pembawaan seseorang sejak di- an kecerdasan atau sifat cerdas orang. Misalnya, jika orang
lahirkan. Perkembangannya tergantung dari interaksi individu sedang memusatkan perhatian untuk memahami sebab ba-
yang bersangkutan dengan lingkungan. nyaknya anak yang tidak dapat naik kelas, lalu terganggu oleh
Secara teoretis dapat dikatakan bahiva potensi tersebut perasaan bahwa sebenarnya mereka tidak naik kelas itu kasih-
sama bagi setiap orang dalam arti heridiras. Sedangkan ling- an, orang tersebut mungkin menghentikan usahanya. Bukan
kungan memberikan rangsangan dan dorongan sampai taraf secara rasional mencari jalan ke luar membantu anak-anak ter-
kecerdasan seseorang dapat naik atau turun. sebut agar kelak dapat menaikkan prestasinya masing-masing,
Meskipun mengukur batin orang termasuk sulit, psikologi melainkan dengan terburu-buru memperingan norma kenaikan
telah mengembangkan cara-cara untuk ini. Telah ditemukan di ., tingkat, agar jumlah anak yang tinggal kelas menjadi ber-
antaranya rasio IQ (Inteligentie Quotient), yang dapat naik .1- kurang.
atau turun secara relatif berhubungan dengan keadaan ling- f ta Berhubung dengan hal tersebut di atas, kecerdasan yang
kungan. jika ada pemusatan mental yang dapat
\ memadai akan timbul
{ mencegah adanya perubahan yang disebutkan oleh hal-hal
j yans bersifat emosional. Dengan demikian pikiran dan sikap-
I nya yang cerdas tidak terganggu.
' Agar orang dapat mengembangkan kecerdasan yang fung-
CATATAN: sional, perlu memiliki pengetahuan dan bahan penerangan lain
l) Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan dasar psikologis pula. yang cukup. Ingatan yang baik perlu pula dimilikinya sebagai
Bahwa meskipun permulaan berpikir itu ada keaktifan yang disebut "penyimpan" berbagai pengetahuan tersebut, yang sewaktu-
"trial and error", berpikir itu sendiri berbeda dengan "trial and error" waktu diharapkan dapat berfungsi.
dalam dua hal yaitu:
a. Orang yang berpikir selalu mencari arah dalam arti ideal;
orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautan-
b. Orangnya berusaha untuk secepat mungkin menguasai persoalannya
aear \egera menemukan prrnsip-prinsip )-ang menuntun yang sera\i
nya masing-masing. Memahami problema yang perlu diselesai-
dengan hakekat problemnya. (Robert S. Wood$orth and Donald C. kan dan berusaha untuk mengadakan penyelesaian masalah-
N{arquis, PSYCHOLOCY. New York: Hcnrl'Hold and Company, nya. Dengan demikian iatelah mampu mengembangkan suatu
1948, halaman 6l l). paham.

t2 l3
'I

Sesudah paham yang tepat mengenai suatu permasalahan KECERDASAN DAN PENGETAHUA${
dapat dikembangkan, orang berusaha untuk menemukan ke-
Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan keccr clasurr
mungkinan-kemungkinan penyelesaian dengan mengembang-
kan hipotesa. Hipotesa yang mengandung berbagai kemung-
unuL ,-
atu yang timbul tanpa sebab (antara lain ditunjukkan oleh tiga
kinan penyelesaian ini dilandasi oleh kerangka berpikir yang
hal a, b, c, di atas), maka suasana pendidikan yang menyubur_
lebih luas yang berupa konsep. Mengembangkan konsep atau
kan perkembangan kemampuan tersebut penting artinya.
kemampuan berpikir konsepsiil ini adalah faktor intrinsik
pada kehidupan psikis seseorang dan merupakan fase penting Suasana y,ang diharapkan itu adalah pengalaman, yang
pada bekerjanya akal. Dengan pengembangan hal-hal yang lazim dibedakan antara yang langsung dan.yang tidak lang_
bersifat konsepsiil berarti pikir dan kecerdasan telah mampu sung. Di antara progresivisme, esensialisme dan perenialisme
ada perbedaan pandangan mengenai pengalaman dalam hu_
untuk tidak hanya mengetahui lingkup sesuatu permasalahan,
bu ngannya dengan kecerdasan ini.
malahan telah mampu mengembangkan jangkauan pemikiran
tentang bagaimana penyelesaian masalah tersebut. a.
9gg__{ggr:ry,r." pensal@
, mampu menjadikan orang merasa harmonis (serasi) dengan
yang berpikir ini melewati beberapa tingkat sebagai berikut; lingkunga a
r"!' rtu tlada Jarak yang berarti. Hal ini berarti bahwa indera
a penerangan atau fakta. Dengan persepsi
- Memperoleh
i@eranganatau fak-
i. t- ' dan aparat lain menerima dan berusaha memahami ling_
kungannya dan mengembangkan persepsi serta apersepsi.
ta tersebut, yang demikian dapatlah ditangkap bahan
untuk berpikir; Pada lain pihak, menurut progresivisme, pengalaman
tidak langsung tidak dapat berfungsi sedemikian itu. peng-
b- ain
hayatan langsung tipis atau hampir ridak ada, maka jika
dengan mengadakan pengaturan data yang telah di-
pikir berusaha untuk mengembangkan fungsinya (misalnya:
Etatrui, a
menyusun konsep), akan kekurangan bahan (materi). perlu
-aradai ai
ada hubungan timbal balik antara pengalaman langsung
sesuatu telah dapat dikembangkan, orang dapat ber-
dan tidak langsung: berpikir itu merupakan tuntutan terwu_
pikir sekejap mata;
judnya suatu tindakan dan tindakan itu merupakan
uiian
bagi pikir.
Usaha nyata dalam hal ini dapat dalam bentuk peme- Jenis sekolah yang sesuai dengan prinsip_prinsip di
cahan problem dengan sukses. atas, ialah yang mampu menggerakkan baik akal maupun
fisik anak didik. Yang perrama dapat berupa pengetahuan
atau ilmu yang teoretis, sedangkan yang kedua ketrampilan

t4
I5

,
sekolah yang me- Berbagai buah pikiran mereka, yang oleh jaman telah dicatat
atau ilmu yang praktis' Bentuk kongkrit rnenonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, se-
"activity
madai untuk ini antara lain yang dikenal sebagai jarah, filsafat, politik, ekonomi, matematik, ilmu pengetahuart
(dalam
school" (dalam bahasa Inggris) atau "doe school" alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan
bahasa Belanda) atau "sekolah kerja" ' iluminasi jaman yang sudah lanipau.
di-
b. Pandangan dari perenialisme, yang dalam hal ini dapat Jika gagasan di atas dapat dihimpun dari tulisan para ahli
-ai*akili
oleh Kanselir Robert M Hutchkins' menge
''..1- un*ru, dengan pandangan progre-
I yang terkenal sesuai dengan bidangnya, nraka anak didik akan
.,,. n1,.,=iutun gagasan yang berbeda mempunyai dua macam keuntungan:
r'. sivisme. Tokoh !ni kurang memperqrnpanekallglggBgl
ini kutang mempert a. anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada
D
masa lampau dan yang telah dipikirkan oleh orang-
orang besar.
b. Mereka memikirkan peristiwa-perist iwa penting dan
;l;;"ir' ryelu, lgissrye.ldidika! iq"l"h ""Y"Tl1l1LT kar,va tokoh-tokoh tersebut untuk diri sendiri dan seba-
L,al.-r,p,vii"iL-aiaik dapat hidup penuh kebijaksa- gai bahan pertimbangan (reverensi) jaman sekarang.
"t,i
naan demi kebaikan hidup itu sendiri' Oleh
karenanya tulu-
Jika suatu bangsa menghadapi berbagai masalah dan ber-
pandangan
an pendidikan di sekolah perlu sejalan dengan usaha untuk mengembangkan hal-hal yang besar, ia perlu
anak didik
riasar di atas, ialah mempertinggi kemampuan menghadapinya dengan dasar prinsip dan kebijaksanaan yang
untuk memiliki akal sehat ' telah menjadi milik bangsa yang bersangkutan melalui jiwa
Pendidikan berarti memperkembangkan
disiplin mental'2t yang telah didisiplinkan untuk berpikir.
ffiPerlu
dengan haraPan mengenal dan
Sesuai I
Hutchkins selanjutnya mengatakan bahwa oleh karena
landasan
..nga.nUungf- karya-karya yang mampu menjadi manusia itu pada hakekatnya sama, maka perlulah dikern-
o.ne-.mbungun disiplin mental tersebul '
Dan karya-karva ini
bangkan pendidikan yang sama bagi semua orang. Ini disebut
IiriJ ur"[ pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau' pendidikan umum (general education). Dan melalui kurikulum
yang satu serta proses belajar yang mungkin perlu disesuaikan
dengan sifat tiap individu, diharapkan tiap individu itu terben-
2) Arri disiplin dapal dilerangkan lebih lanjut
sebagai berikut: tuk atas dasar landasan kejiwaan yang sama.
atau akal llada kltusrtstlla Prinsip-prinsip dan kebijaksanaan bangsa yang telah ter-
Perkembangan menral pada umumnya
,,,,,,, 'rr"n,tr"*, manu5la le jalan )altg benal alau rcballlttla' I lrttrtl
bukti unggul dalam sejarah dalam memperkembangkan bang-
;;;*i'" iiptngn'ur'' unsur -unsur iastrturttalr trt^al
(
;:['t.;":;;,; lal al' sa dan prospek ke arah masa depan, menjadi bagian dari pen-
nva hawa nafsu) atau kemauan daln perasaan yang n-la\lh .rclldah
ji''prin senruanva ini telah ditinskalkan dalatrt didikan umum tersebut. Sejalan dengan pandangan ini sebagai
;i: ;;;;;;-;"*n
sua.ana eJuLatlI Jart tcr>elel si'

t7
l6
1

ilustrasi materi antara lain: Bangsa Indonesia dengan Pancasila Dengan kemampuan ini
dan UUD '45, bangsa Amerika dengan Declaration of lnde-
pendence dan jika menyangkut hubungan antar bangsa menge-
an-r<esimpuran,;;;;;;ffi;j;,
rerhadap kejadian_keiadJ
ff 'ffi::lojl iilill:ll
nai Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. r,.r-nuiiu;,;'il;'rt" vang sudah lampau dan ntctri:ttt1'
Lu,
mensadakan provcksi
PENDIDIKAN KECERDASAN
( K.,i;p;;;;;.,';::::t'nsan di atas adarah barrwa usar*r
Deskripsi di atas, yang meliputi progresivisme dan pere-
; ,..p.;;;;';;;;.:;"'an o""a melalui pengalan*rrr
nialisme terdapat perbedaan pandangan prinsipiil mengenai
lqrtamadan pengaramar'u::X::
I Baik pandangan pert
peranan atau kedudukan pengalaman. Progresivisme menguta-
makan pengalaman langsung, sedangkan perenialisme mengu- l, ,saha
.u,
t,k ;;;A;;.iil1, ff.'::l ?XH:;: I:iH^::;
yang dapat merupakan tl
tamakan pengalaman tidak Iangsung.
Oleh karena masing-masing pandangan itu merupakan pe-
mikiran dasar tentang bagaimana akal dan kecerdasan dapat
,tyi }ii$*, tr#i jqt 1i:i,::,,,ff:. "1 "Tlffi;:
ditingkatkan kemampuan dan perkembangannya, sewajarnya-
rang,ung i; ;;r*-;;,11:n-:_:*ll'n,:n langsung dan tida k
u mendapa t perha tian utama
aun up"unr.ri';#;Tf":erl
lah dapat dipandang menyebelah jika hanya salah satu yang di-
perenialisme
anut. Kemenyebelahan itu perlu dieliminir dengan usaha untuk .xan pendapat dengan pr Hutchkins mengemuka-
mempertemukan keduanya. Uraian di bawah ini adalah usaha uut *u pun6u,ll::"::1'
progresivisme dengan
satannya pada anak 610;1 pemu-
ke arah itu. ,,,li:l
nan)a dapat bagi pendidikan
Kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan itu berakar
aun, ,.aurgr.un ;;ilil1 treriku tnva perlu
ren-
di fokuskan pida lebih
pada pengenalan pribadi dengan realita. Berarti bila orang ;;r#"rY: ]ingkat
pertama dan kedua-duanva. Psi-
dapat memiliki suatu pengetahuan tentulah bersendi pada
kologi ana[ d*-;ilil.1"
pangiar a.'ori" alr"i;:].,:,::|:Tt"ngan perlu ai.;aaitan
suatu pengalaman. Bila bentuk hubungan dengan dunia luar karan pikir dan kecerdasan cara dan materi pening-
$ ,::r:'ff:
untuk ini melalui indera dikatakan bersifat langsung, sedang
jika menggunakan perantara disebut bersifat tidak langsung.
Pengalaman bentuk kedua ini bersifat tidak langsung, sedang-
b *,:fli:il:;:,:1:,:fi -,iiladihubungkan
kecerdasan adarah pengembang-
----err6^qrr usrrtsan
an langsung
lanssrrno Ae^ t;A^t. dengan pengalam-
kan yang dimaksud dengan perantara adalah berupa simbol- dan tidak la
simbol.
a.ngan-ringiar:;;r;;;;.;i"'ung tersebut Namun. sesuai
Kemampuan menggunakan simbol-simbol ini adalah ciri
pi kir aengJn m;;rilJ.,^:iltTT; ;:i:.l:?:;rlT,::l
kan tujuan rerjauh daiam
khas yang ada pada manusia, dan yang dapat menunjukkan o
sirat hakekat kecerdasan,,;::::1:1"" Har ini sesuai dengan
kelebihan dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain.

l8
19
T Dengan ini banyak tokoh yang mampu mengadakan abs- PENGALAMAN DAN PENINCKATAN:KECERDAS*N
traksi dari peri kehidupan yang Iuas ini, menerangkannya men-
jadi inti hakekat, yang dapat digunakan dan dianut oleh ang_ Jika berpikir dan bersikap realistis ini menjadi kebiasaan
orang akan mampu menyusun konsep yang bukan hanya ber-
katannya dan angkatan-angkatan berikutnya. Misalnya, al_
dasarkan fantasi, melainkan atas suatu perkiraan yang telah
marhum Dr. Ki Hadjar Dewantara dengan sistem among dan
- adanya modal gambaran _ tertebih da_
bersendikan atas
teori Tri-Kon-nya, adalah seorang tokoh yang melukiskan ide
pendidikan yang baik pada jaman penjajahan sebelum perang
hulu. Penyusunan konsep demikian ini sekaligus bersifat krea_
dan ide bagaimana seharusnya pendidikan dan kebudayaan In-
tif, karena jiu,a berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang
lain atau baru.
donesia dikembangkan supaya bersifat modern dan setaraf t
dengan milik bangsa lain yang telah maju. Gagasan dan pan- Ii Oleh karena kemampuan menyusun konsep dan berpikir
dangan Ki Hadjar ini dikagumi dan dianut oleh ribuan pen_ keatif itu merupakan nilai intrinsik daripada akal dan kecer-
didik yang lain. dasan, maka menjauhnya pengalaman langsung untuk diganti
oleh pengalaman ridak langsung adalah proses peningkatan
Sampai sekarang jelaslah, bahwa perkembangan akal dan
akal dan kecerdasan ke taraf yang lebih tinggi. Dengan ter-
kecerdasan yang mampu meningkarkan taraf berpikir abstrak
biasakan pada sikap ini, orang diharapkan tidak hanya mampu
dan konsepsiil, adalah sejalan dengan nilai intrinsik dari akal
mengenal permasalahan, menyusun konsep dan perkiraan ke-
dan kecerdasan itu sendiri. Dan sesuai dengan sifat perkem-
berhasilan akan apa yang akan diselesaikan, pikir dan akal itu
bangannya, maka penting artinya bagi tingkat pendidikan me-
sendiri berada dalam posisi yang selalu dinamis.
nengah dan tinggi.
Terlepas dari adanya tokoh-tokoh yang mempunyai ke-
Di atas telah dikemukakan, bah*'a peningkatan akal dan
mampuan berpikir kreatif yang menjangkau jauh dengan
kecerdasan itu bersifat mental-fisik. Jika hal ini dihubungkan
penuh kegemilangan seperti para zeni, wajar jika pendidikan
dengan jenis pengetahuan arau ilnru 1.ang dapar diraih akal dan
itu menuntun perkembangan semacam pada taraf yang wajar
kecerdasan, adalah: perlarna, dapat dikenal dalam alam dan ,} sesuai dengan kemampuan individu. Sebab dengan mengem-
peri kehidupan sehari-hari, dan kedua, alam abstrak yang
bangkan kemampuan ini, ia diharapkan mampu pula untuk
mempunyai jangkauan jauh. Demi keseimbangan perkem- I

mengadakan perubahan pada dirinya sendiri dan memberi


bangan anak didik, dalam pola ini perlu diusahakan perpadu-
sumbangan bagi usaha pengembangan berbagai segi kehidupan
annya dalam proses pendidikan. Ibarar orang berjalan jauh, ia ; bersama-sama orang lain.
harus selalu ingat kota yang dituju dengan dua kakinya berpi_
jak di atas bumi. Tiap langkah penring dalam perjalanan iru Dengan mengambil dasar pandangan bahwa pendidikan
perlu dihayati Cengan kesungguhan, karena dengan pengalam_ adalah sarana untuk mengembangkan pikir kreatil ini perlu di-
an pertama yang kaya ini melatih dia untuk berpikir dan ber- prhatikan langkah prosesnya sebagai berikut:
sikap yang realistis.

20
Kreativitas dalant penemuan dengan modal tersebut di
a. Adanya persiapan yang berupa terasakannya problem- atas, dapat mulai dengan berpijak pada hipotesa, yang disusun
problem, baik yang ditemukan langsung atau tidak dengan sengaja sebagai pangkal duga. Dengan mengemukakan
langsung oleh individu yang bersangkutan' Sebagai- hipotesa ini berarti orang mencapai taraf berangan-angan yang
mana biasa ia berusaha mengerti masalah tersebut dari masak.
segala seginYa; Hipotesa adalah konsep yang dapat berujud sebagai ke-
b. Adanya inkubasi, yaitu timbulnya asosiasi dan asimi- rangka penyelesaian masalah, tonggak tempat berpinjak ke
lasi antara persepsi dan apersepsi bahan-bahan yang mana akal itu tertuju. Tinggi rendahnya kemampuan orang
telah dimiliki; berhipotesa adalah tergantung dari kemampuan orang untuk
c. Adanya iluminasi, yaitu timbulnya paham yang cepat memasak persepsi dan apersepsi untuk menyatukan atau me-
dan tepat. Dengan ini orang mampu untuk menyusun misahkannya.
sarana pemecahan atau penyelesaian terhadap masalah Hal ini akan terbukti dari ada atau tidaknya dukungan hi-
yang sungguh-sungguh memerlukan pemikiran. potesa itu dari realita dan pengalaman. Jika dukungan itu ku-
Istilah kreatif atau kemampuan berpikir kreatif ini jika di- rang akan berarti bahrva hipotesa itu perlu direvisi atau diganti
artikan mencipta dan dipahami tidak menurut arti kiasannya, sama sekali. Dengan adanya revisi atau penggantian itu, sekali
dapat menyesatkan. Sebab, mencipta dalam arti yang sesung- lagi, menunjukkan bahwa akal dan kecerdasan manusia itu
guhnya berada di luar kemampuan manusia. Pencipta alam se- tidak mencipta, tetapi mengenal kembali apa yang sebenarnya
mesta dengan segala isinya adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan telah ada.
kemampuan manusia tidak pernah akan sama dengan Al-Kha-
tik ini. Maka dari itu, kemampuan manusia hanya terbatas WATAK'l
pada mampu atau tidaknya mengenal yang sudah ada, baik
bentuk, isi, serta proses-prosesnya. Dengan pengenalan (kem- + PENDAHULUAN
bali) ini berarti manusia menemukan (kembali) apa yang telah Pendidikan nlcrlurltun anak didik untuk mengenal mana-
ada, dari belum tahu menjadi tahu, dari kurang memahami ( mana )'ang baik dan buruk, rnemilih yang baik itu, n.remahami-
menjadi memahami. n1'a dan menjadikannya keyakinat.r yang teguh. Banyak Iatihan

Penemuan bukanlah karya yang kebetulan. Usaha ini di- lang diperlukan agar anak didik itu menghal'ati pengenalalt
perlukan akal dan kecerdasan pada taraf tertentu. Akal, kecer- sampai memilih kel'akinan tersebut.
dasan ini mengawasi dan mengarahkan angan-angan (persep:i
Oleh karena nren)'angkut masalah baik dan buruk, ling-
kup pembicaraan ini mengenai kebajikan. Dan nlanr'rsia seba-
dan apersepsi), dan pada taraf tertentu pengalaman dengan in-
gai "aninral edukandunt" perlu dituntun ke arah perkenlbang-
dera pun mengawasi Pula.

23
22
an denri jiuanya 1'ang roharri belbudi, dan kchcrrdakn),a ),ang Maka dari itu, watak yang tidak bermoral perlu dicegah kcha-
rnerdcka. N,laka sesuai dengan sil'al lrranusia tersebut, rrrasalalr dirannya dalam pergaulan hidup manusia. Hanya dcngan cara
kcbajikan adalah rnasalall utilrlla lragrn1,a. Ar-rin1a, scbagai inilah perbuatan dapat dipertanggung jawabkan dalaur arri
rrtakltluk lriclup ia harrrs tcrus bcnrsaha agar nrcrrriliki kcbajik- moral-
an van!: cLrkup clalr bijaksana rlalanr pcri laku schari-hali.
WATAK DAN AGAN,IA
,\RTI \\'ATAK Atas clasar pijak pacla panclangan di ata: jclaslah bahs a
nrasalah riatak berhubungan erat clcngan nrasalalr kcaganraarr.
Tiagr hal l'ang den)ikian ting-ui rrilainya seperti kebajikan
Aganra nrendidik ntanusia nrengenal kebaikan dan berbuat
dan kebijaksanaan ini, pcrltr nrenjadi corak dan nrilik plibadi-
yang baik, dan demikian pulalah pendidikan uatak. Maka dari
11)'a. Seniakin hal-hai ini dilakini dan nampak yang seolah-
itu 1>ertdidikan rvatak rrenjadi salah satu pendukung dari pen-
olah nresakili pribadin;'a, senrakin nrudah dikenal "Siapa ia
didikan asanra.
iru", dan clibedakan dengan orang lain. Sil'at,sifat 1,ang denri-
kirn uanrpak clan l an-9 5eolah-olah nrcuakih pribadin) a ini
rjisebut riat:rk dalanr alti psikolo-gis. Pengertian lain adalah TDISIPLIN*
dalanr alti ctis, )'ar)g berarti balrua rvatak lrarus merrgenai PENDAHULUAN
nilai-nilai )'ang baik dan nreuunjukkan si[at-sil'at yan_e selalu Pendidikan watak berhubungan erat dengan disiplin men-
dapat dipercala. N4aka, jelaslah baltua orang benvatak itu me- tal. Oleh karena pendidikan berusaha memperkembangkan
nunjukkan sil'at: nrempur.rl'ai lrendirian yang teguh, baik, ter- manusia sebagai makhluk rohani dalam arti moral. Disiplin
puji dan dapat d ipelcal a. mental dalam hal ini diharapkan dapat mencegah timbulnya
Dcngan demikian u'atak berar-ti susunan batin atau kesa- perbuatan yang tidak terarah kepada kebaikan. Lebih-lebih
tuan kepribadran dalam arli etis. Jika hal ini dihubungkan jika hal ini telah digariskan dengan sengaja sebagai tujuan pen-
dengan delinrsi kepribadian nrcnurut I)engerlian nindidikan, didikan.
kepribadian )ang demikian itulah 1'ang nrernenuhi syarat ARTI DISIPLIN
dalanr arti paedagogis. Disiplin berasal dari kata "disco-didici" yang berartibela-
Uraian di atas memberikan ketegasan bahwa berwatak jar, dan belajar berarti menambah ilmu arau pengetahuan un-
berarti nrerliliki prinsip dalanr arti moral. Kalau prinsip nrora- tuk memperluas pemandangan dan mempertinggi martabar
liras itu tidak di-sunakan sebagai pegangan, sulitlah untuk me- orang yang bersangkulan. Semuanya mempunyai tujuan ke-
ngetahui arli 1re|buatan orang tersebut bagi kebaikan unrat ma- baikan dalam arti dekat atau jauh.
nr-rsia. Kalau ora,rg berbuat sebaliknya dari 1'ang ntentpunvai Prinsip di atas mengandung arti bahwa tiap orang ),ang
arti moral, orang iain akan meluluskannya dengan menilainya dididik untuk memiliki disiplin, perlu diperlakukan scbagar
dengan ukuran yang merupakan kebalikan dari moralitas. orang yang belajar. Jadi disiplin timbul pada diri seseorang

11
25
lain. Anak didik akan menjadi lebih dewasa dalam hal disiplin
bukanlah sebagai sesuatu yang dipaksakan dari luar, melain- dan mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri yang me-
kan sesuatu yang karena diri sendiri menjadi pendirian yang ningkat pula.
wajib untuk ditaati dan dilaksanakan. Dalam hubungan ini
guru dengan otoritasnya sebagai pendrdik perlu bersikap dan
BEKERJA DAN BERMAIN
berbuat penuh kebijaksanaan.
PENDAHULUAN
PENDIDTKAN DISIPLIN
Anak didik pcrlu memperoleh kesempatan untuk menge- Bekerja dan bermain adalah faktor-faktor pendidikan
mudikan diri sendiri dalam nrenumbuhkan kemampuan untuk yang dapat digolongkan dalam alat pendidikan. Dengan beker-
ja atau bermain pendidikan dapat menumbuhkan suasana ter-
menempatkan diri. Kesempatan ini memberikan kemungkinan
baginya untuk menghayati masalah kesejahteraan bersama, tentu yang dapat diharapkan menjadi sarana untuk memper-
responsil terhadap hak dan kervajiban 1'ang berhubungan de- cepat tercapainya tujuan pendidikan.
ngan diri sendiri atau masl'arakat, sampai kepada menjadikan Bahkan bekerja atau bermain wajar dianggap sebagai alat
hal-hal yang baik ini suatu keyakrnan. dan dapat mendukung harapan tersebut, disebabkan oleh ada-
Curu, dalanr hal ini aclalah partner anak didik dalam arti nya kesamaan dan perbedaan sifat yang dapat diserasikan
nrenriliki dan menelapkan uibaua. \\ribarva, 1'ang berisikan demi proses pendidikan yang baik. Maka dari itu pendidikan
sikap clalanr bentuk-bentuk seperti nrengil'akan, mempersilah- perlu memperhatikannya dan memperhitungkannya.
kan, nrelarang atau memerintah, adalah salana yang tertuju SIFAT.SIFAT MENDIDIK DARI BEKERJA
kepada terber.rtuknya sikap-sika1> terpuji sel)erti di atas. Kewi- DAN BERMAIN
bauaan perlu diterapkan setiap $'aktu 1>enekanan diperlukan.
Pekerjaan yang berkualitas, yang biasa mempunyai sifat-
Dengan demikian anak didik tetap berada dalarn lrngkaran ke-
sifat seperti kreatif, efektif dan efisien, tidak harus diartikan
bebasan gerak 1'ang senrest irl)'a.
sebagai mengandung beban. Memang bekerja selalu mengan-
Kesadaran anak didik bahrva ra berada dalam lingkungan
dung kesungguhan seperti adanya kesadaran yang mendalam
tertentu, dan sikapnya yang sensitif terhadap norma atau nilai
yang seharusnya ia pahami dan taati, perlu tumbuh dalam sua-
akan hak dan kewajiban menjalankan tugas dengan tertib,
disiplin dan penuh arti. Tetapi semua jenis perbuatan yang ber-
sana keseimbangan.
kualitas tidak dapat kontinu jika tidak disela oleh suasana ke-
Oleh karena nrasalah disiplin adalah Irtasalah 1;engawasan diri
senggangan. Kesenggangan ini akan mencegah timbulnya mo-
sendrri (self conlrol), nraka jika keseimbangan tersebul dapat
notoni dan kekakuan sikap manusia.
tercapai, kenranlapan I)enga\\'asan diri sendirr itu tereal;ai
pula. Dan, 1>endidikan disiplin tidak lagi sentata-mata penga- Jika kesenggangan dapat timbul dalam suasana bekerja,
rvasan dari luar'(external control) oleh pendidik atau orang bekerja itu sendiri akan mengalami kemudahan pelaksanaan
tanpa berkurangnya kualitas.

26 27

l
Lain daripada itu, dengan dipandang dari sudut hakiki, Manusia selalu berusaha untuk maju dengan menggantt
bermain mengandung kesungguhan dan disiplin. Dalam ber- kar]'anya yang lan.ra sebagian dengan yang baru, karena
main ada aturan-aturan yang ditetapkan bersama sebagai kode dengan yang baru ini beranggapan akan mencapai taraf per-
etik, yang harus dianut (ditaati) oleh tiap peserta. Kesungguh- baikan. Hal ini berarti bahwa perubahan diperlukan untuk ke-
an untuk menegakkan disiplin perlu ada, demi berlangsungnya majuan.
permainan dengan tertib demi tercapainya tujuan. Y,ANC TFTAP DAN YANC BERUI]AH
Jetaslah, bahwa bermain dan bekerja adalah dua jenis Namun perlu pula diingat bahu'a di samlling adanl'a peru-
kegiatan manusia yang saling dibutuhkan. Keduanya diperlu- bahan dan perkenibangan, banyak hal yang secara fundamen-
kan oleh pendidikan karena mempunyai nilai-nilai yang mam- tal tetap sama. Sebagai contoh misalnya, alam tempat kita
pu menuntun anak didik ke arah kedewasaan. hidup mempunl ai susunan sifat-sifat yang secara fundamental
tetap sama. Bumi selalu rnengikuti pola peredaran den-ean tata
PERUBAHAN DAN PENDIDIKAN 1'ang serasi sesuai dengan tata surya sebagai keseluruhan. Lain
PENDAHULUAN dari itu bumi juga ntentiliki sifat-sifat dasar yang tetap seperti:
Dengan dasar pandangan bahwa ilmu pengetahuan' tek- tinggi rendahnia suhu dengan menurut daerah pada belahan
nologi, dan industri sekarang ini berkembang dan mempenga- bumi 1,an-u berbeda-beda; terbit dan tenggelamnya nlataltari
ruhi kehidupan manusia; maka pendidikan tidak dapat terhin- 1,ang sudah tertentu u'aktunya dengan pola perbedaan daerah
dar dari kenyataan akan adanya perkembartgan dan perubah- seperti tropis, sub-tropis atau daerah dengan enlpat nlusim se-
an. Jika pendidikan kurang memperhatikan kemungkinan ini tahun.
akan berada pada status quo dan status yang tidak berarti. Sebagai contoh clalam bidang ilmu pengetahuan misalnl'a
Adanya status yang tiada menentu ini perlu dicegah supaya ilmu pasti. Oleh karena ilmu pasti adalah ilmu nturni, dengan
tidak timbul konservatisme dan tiadanya fleksibili.as dalam kemanrpuannya untuk menjadi dasar sententat-a ilnlu lain se-
dunia pendidikan. lxrti fisika, rnineralogi, statistik pendidikan, maka eksistensi
PROBLEMA ilnru pasti adalah fundamental dan nampaknl'a tidak perlu
Dunia pendidikan akan sampai pada pertanyaan: bagai- harus diarahkan kepada keharusan adanl'a perubahan. Alau
pun kalau terjadi lrer-ubahan dalant Iingkungannya sendiri,
manakah sesungguhnya perubahan dan perkembangan yang
sel)erti konsel) atau teoli, akan nrempunyai pengarult terhadalr
memadai dan baik itu, dan bagaimanakah pendidikan dapat
ilmu-rlmr.r 1'an,e menrerlukan jasa dari padanya. Misalnya eksis-
menentukan balans antara mana yang tetap dan mana yang
tensi ilnru alanr dan ilrnu teknik, sebagian tergalltuttg dari ada-
berubah. Pertanyaan ini timbul karena perubahan dan per-
nia dan jasa ilnru pasti.
kembangan dalam pendidikan ini dapat menirrrbulkan kegon-
cangan dan ketidak stabilan.

28 29

I
u
PENDIDIKAN l)a ragu-ragu. Apa yang akan terjadi diperkir-akan tcl:rlt tlipt'r
Dalam lapangan pendidikan, perlu adanya pembedaan hitungkan akan dapat ntembarva pendidikan sekaran!! banyilk
yang jelas antara bagian-bagian yang fundamental dan yang )'ang dapat meninggalkan sifat kestatisan dan bersil'at clirr;rrrrrs
bukan, dengan maksud agar adanya perubahan dan perkem- serla berus:rha unluk menrcrruhi tuntutan-luntutan yang bcr si'
bangan itu dapat berfungsi sesuai dengan eksistensinya sendiri. fat rnodern.
Berarti, bahwa perubahan dan perkernbangan itu tidak "niem-
bahayakan" eksistensi pendidikan iru sendiri. RANGKUMAN
Pendidikan, pada hakekarnya memiliki rurnusan nlen,qe- Kecerdasan mempunyai kedudukan sentral dalam pendi-
nai apa dan bagaimananya. Setiap rumusan ntengenai apa pen- dikan. Sifat utama kecerdasan adalah kemampuan membentuk
didikan itu, sekaligus sebagai bagian yang tak terpisahkan paham dan mengadakan penyelesaian problem dengan tepat.
ada rumusan mengenai tujuan. Tujuan pendidikan, baik yan.q
- Lain daripada itu keniampuan berpikir konsepsiil adalah
dirumuskan secara ideal ntaupun yang praktis, u.ajib diusaha- faktor intrinsik pada kecerdasan.
kan pencapaiannya melalui proses. Dan dalam ntasalah proses Kecerdasan dikcrrrbangkarr oleh pengalarnan langsung dan
inilah perubahan dan perkembangan itu se)'ogyan),a dikairkan. lrngalantan tidak langsung, ),ang masin-q-nrasing dinilai ber'-
Oleh karena proses pendidikan itu merupakan usaha un- beda oleh progresir irrrrc clan 1>c'r.cnialisnie. Tetapi tidak semua
tuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka apapun yang ment- peningkatan dapat dicapai dengan pengalaman langsung. I{al
berikan corak proses pendidikan harus terpancang ke arah ini drsebabkan oleh adanya kenranrlruan untuk nrenggunakan
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Ini berarti bahrva per- simbol dan berpikir. Untuk ini pengalaman tidak langsung
kembangan dan perubahan itu dapat diterima jika dapar diper- mempunlai peranan I)cnting.
kirakan mempercepat dan mentpermudah rercapainya tujuau lstilah mencipta tidak dapat digunakan dalam hubungan
pendidikan yang telah digariskan. dengan kecerdasan. Yang dapat mencipta hanya Tuhan Yang
Perkembangan adalah pcningkaran dalam arti kualitas Maha Esa, sedarrgkan manusia hanya menemukan hal-hal
dalam peningkatan ini memerlukan pcrubahan yang mengarah )'ang sebenarn),a. Dengan kecerdasan yang tinggi, kemampuan
pada beberapa maksud. Perkembangan dan perubahan iru an- manusia untuk menenrukan dapat ditingkatkan. Untuk ini
tara lain diperlukan demi selera modernisasi, dan bila moderni- lrcndidik an menll)r.rl\ar l)eranan penting.
sasi ini dapat merupakan sifat ],ang dinriliki oleh pendidikan, Pendidikan ualak adalah mengenai kebajikan. Penanam-
eksistensi pendidikan akan sejiwa dan sejalan dengan keadaan an kebajikan guna lrenrbentukan watak perlu didasari oleh pe-
jaman. ngetahuan, latihan-latihan, dan tumbuhnya kehendak yang
Jika hal-hal tersebut di atas telah dimiliki olch pendidik- selalu serasi-tujuan, dalani suasana bebas. Dengarr cara tni
an, maka, jika perubahan diperlukan dag;at drlaksanakan tan- orang akan merasa mudah untuk menjalankan apa yang seha-
rusnva dilakukan.

30 3l
\Vatak mempunyai pengertian dasar dalam arti psikologis
Denti kemajuan dan perkembangan pendidikan lrct ltt st'st'
clan et is. Pengertian dalanr paedagogis sejalan dengan pengerti-
orang belani rnenghadapi perubahan. Hal ini ter-utanr:r st'k;rlr
an etis, karena menekankan pada segi moral. Ini berarti bahwa
rrengenai proses pendidikan.
beruatak adalah berprinsip dalam arti moral-
Dalam rtrempertinrbangkan dan n.rclaksanakan perubalrarr
Pendidikan \\'atak ticlak dapat tcrlepas dar-i keagarnaan. perlu bersendikan kebijaksanaan. Terutama sekali dalanr
Dapat dijelaskan: bahrva karena ntoralitas iru intanen (berada
mem pert inr bangkan bagian-bagian mana yang perlu tetalr
dalanr pengalaman) dan karena aku (1,ang lebih tinggi dari ek-
sarna, sebab ada hal-hal dalam pendidikan yang tetap meme-
sistensi fisisnya) itu imanen pula, maka ntoraliras keagamaan
nuhi tuntutan lundamental jaman. Misalnya, tujuan pendidik-
itu imanen pula. Moralitas keagamaan adalah ciri khas hidup
an pada taral yang ideal atau nasional, biasanya merupakan
bangsa lndonesia.
tujuan jangka panjang. Orang tiada mudah bergerak untuk
Disiplin adalah alat pendidikan yang berupa suasana agar n.rengubahnya, kecuali strategi atau cara untuk mencapainl'a.
pendidikan selalu tcrtuju kepada kebaikan. Terapi, disiplin Berhubung dengan itr-r, perubahan-peru bahan dapat berlang-
tidak dapat clisinoninrkan dengan ltaksaan arau hukuntan. Di- sung asal proses pendidikan itu dapat memperccpat arau mem-
siplin berasal dari kata disco-didici, 1,ang berarti belajar. 1lermudah tercapainya tujuan pendidikan.
Nlenerapkan disiplin 1,ang rvajar berarri nrentberikan ke,
sempatan belajar 1'ang baik kepada anak didik. Dengan cara IIACAAN
ini anak didik dapat menghayati nilai-nilai 1,ang baik secara ba- lmam Barnadib, Filsofot Penclidikon (Pengontar ntengenai Sistcnt clun ll,le-
Iiniah (internal), dan bukan merupakan hal-hal berada di luar tode), Yogyakatta: Yasbir FIp IKIp yogyakarra, 1976.
dirinya (external). lmam Barnadib, Tujuon Pendiclikan Nosional (Tinjouan Teoretis dan His
roris). Yogyakarta: Perpustakaan pusat IKIp yogyakarta,
Alat pendidikan lain yang penting arrinya adalah bekerja 1916.
dan bermain. Dua jenis kegiatan rnanusia ini dapat meningkat- Battle, J.A. and Shannon, Roberr L, The New ldeq in Educotion, New
kan kesungguhan bekerj a. York: Harpcr and Row Publisher, 1968.
Bekerja perlu diselingi dengan kesenggangan supaya ridak Coodnan, Nelson, ProDlerrs and Projects, Ncw york: The Bobbs-Merrill
timbul monotomi dan menurunn),a l)restasi. Kesenggangan ini Company, I nc., 1972.
ada pada bermain. Tetapi, bermain ntentiliki kualitas kesung- Henderson, Srella V., Introduction to philosoph_y ol Educatio , Chicalo:
The Univcrsiry of Chicago press, 1964.
guhan pula.
Klubertanz, Ceorge P., The Philosophv of Human Nala/", Ne\\ york:
Oleh karena sifht-sifat yang diutarakan di aras bekerja Applcron Cenrury Crofts, Inc., 195J.
datt bermain perrting ba,ei l)cndidikan. Nl:ika keduany,a dapat -
Park, Joe (ed.), Selecled Reudings in the philo.toph), of Educotion, Ncv"
meningkatkan taraI pendidikan. York: Thc- MacNlillan Compary, 1958.

32
33

-
Bagian III
BEBERAPA KONSEP PADA PROSES PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN

PENDAHULUAN
Pada waktu ini dunia pendidikan sering menggunakan
dan mendengar istilah-istilah tenar dalam Pendidikan seperri
p=$,atkg vfry Dinamis,
,lngvasi, {19gqf, Menjangkau Masa
Epu! da4 lain je-bagainva. Istilah-istilah i;i; yang simuanya
memperkaya perbendaharaan ilmu pendidikan, berusaha un-
tuk memperkuat fungsi pendidikan dengan keyakinan agar
tujuan-tujuan pendidikan dapat dicapai dengan sukses.
Bila hal-hal tersebut dihubungkan dengan Ilmu pendidik-
an Sistematik, lingkup permasalahan yang disentuh oleh pe-
ngertian-pengertian tersebut di atas dapat metiputi beberapa
faktor, misalnya anak didik, tujuan dan alat-alat. Inovasi,
yang berarti pembaharuan yang akan meningkatkan kualitas
pendidikan menyinggung lingkungan alat-alat pendidikan.
Pendidikan yang bersifat dinamik dan kreatif berada dalam
Iingkungan anak didik dan alat-alat pendidikan. Sedangkan,
pengertian-pengertian pendidikan yang menjangkau masa
depan berada dalam lingkungan tujuan pendidikan.
Filsafat pendidikan sadar akan adanya perkembangan-
perkembangan tersebut di atas dan berusaha mendudukkan
permasalahan-permasalahannya dalam lingkupnya sendiri. Se-
bagaimana filsalat, filsafat pendidikan berusaha unruk mene-
laah hal-hal tersebut secara mendasar dan prinsipial, baik
dalam kedudukannya secara umum maupun secara khusus.

35
34
Dari penrikiran tentang scgi-scgi yarrg rrrcndaslrr. tltur prin
sipial ini dapatlah dikatakan baliwa taktor pcrrdidikan yang Itcrrrllrkl:rlr lrt.rstllrl el:grcrintenlitl (litn rlt.rrliirrrrlurrl, llt.k:,rlrr
dapat digunakan sebagai barometer berhasilnya pendidikan lillrs. Icrrtrrl;rlr, cscrrsr:rlisrrrc tl:rrr pcrcrrilrlisrrrc rrrerrrilikr prrlrr
dengan segala prosesnya adalah bila proses pendidikan dapar islilalr'istilirlr \iln!, siun:t lllilu sct ul)it, lelill)t kiltcnir eor:lk rrrt.lrr
mendekati tujuan pendidikan arau telah tercapai sama sekali. l'isika dan c\l)i\tcn)()l()!.i tlar.i rlirsirrg rn:rsirrg ilrr, istillrlr rstillrlt
Tulisan ini, adalah suatu usaha untuk ntenelaah berbagai lcrscbut rrrcn-gantlurrq I)cngct(ian ;tcrrgcr.tiitrr yarru alrstr al-
slogan baru dalam lapangan pendidikan, dengan harapan da_ Tulisan ini sclanjutnya akan rnenrbahas beberapa istilah
pat menghasilkan konsep dasar, yang dapat merintis pemikiran dan pengerrian dengan menempatkan ntereka 1;ada proporsi
dan kepercayaan tercapainya tujuan pendidikan. Dengan de_ mengarahkan proses pendidikan ke tujuan pendidikan. pem-
mikian dapatlah diharapkan merupakan sumbangan terhadap balrasan akan nrenghasilkan konsep-konsel) yatr-q dapat nrenr_
pendalaman apa dan mengapanya pendidikan iru. punvai lteranan lebih ntcntantaltkan I.urrgsi proses pendidikan.
Dengan berlandaskan pada definisi bahwa filsafat adalah PENDIDIKAN YANC I]ERPUSAT PADA ANAI\
ilmu yang berusaha menelaah segala sesuatu dengan mengaj u_ Pandangan progresivisme yang memberi tempat demikian
kan pertanyaan-pertanyaan, ntaka, apa, mengapa dan bagai- khusus kepada anak. mendorong ke arah pembicaraan Ientan-s
mananya sesuatu itu dihasilkan dari j awaban-j arvaban tentang p-endidilian dan pengajaran yang, terpusar pada anak. Terlepas
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filosofis itu. darl makna-makna yang sesungguhnya tenrang semuanya itu,
Jadi hal-hal yang ditelaah dalam tulisan ini merupakan pe_ timbulnya adalah rnerupakan reaksi terhadap pendidikan dan
mahaman dalam kaitannya dengan usaha mendekatkan dan pengajaran yang berpusat pada guru. pada jenis pendidikan
pencapaian tujuan pendidikan. Sebab sebenarnya semua pe_ yang terakhir ini, guru atau pcndidik melakukan peranari
),ang
mikiran dan pelaksanaan dalam pendidikan itu akan penuh ar- lebih dibandingkan dengan anak clidik.
ti bila serba tuju. Artinya, memberikan jalan sesungguhnya Bila pendidikan yang berpusar pada anak itu diarrikan se_
terhadap tercapainya tujuan pendidikan rersebur. Tinjauan ini, bagai pendidikan dan pengajar.an yang sesuai dengan porensi
tentulah sebagaimana lazimnya dalam filsafar, ialah meng- dan bakat yang ada pada anak, maka ada beberapa argumen_
hasilkan prinsip-prinsip penuntun. tasi yang dapat dikembangkan. Secara reorerik dapatlah di_
Bila dibandingkan satu sama lain, anrara progresivisnre, terima pengertian, bahwa anak didik memiliki potensi dan
esensialisme dan 1;erenialisme, progresivtsrlelah yang paling bakat itu. Perkembangannya akan tergantung dari sambutan
banyak rnengenrukakan istilah-istilah yang nrerrjangkau aralr dan pengaruli pcndidikan dan pengajaran. Irulah sebabnya
depan. Istilah-istilah itu anrara lain seperri: l)endidikan hen_ maka pendidikan dan pengajaran berusaha menolong dan
daklah lebih nrelihar ke depan daripada ke belakang, hendak_ membantu perkembangan-perkembangannya.
lah pendidikan itu kreatif dan dinamik, sedangkan kurikulunt Yang ridak boleh terlepas dari fokus pemikiran ini adalah
bahrva proses pendidikan dan pengajaran itu selain berlans,
serta keberadaannya di rengah makhluk atau lingkungan yang
sung dalam kaitan waktu dan tempat, juga setidak-tidaknya
lain karena memiliki kecerdasan. Jelaslah, bila akal budi nra-
ada tiga komponen yang saling mengadakan interaksi ber- nusia dapat memperoleh luntunan dan bantuan pengembang-
sama, ialah Jgrlidik, gq4!-C-tdik dan materi. Materi atau annya, lrenghayatan tentang keberadaan serla pengalamannya
bahan pendidikan dan pengajaran ini perlu diolah sedemikian
akan tercapai secara optintal.
hingga sesuai dengan kebutuhan penyampaiannya dengan
menggunakan metode yang setepat-tepatnya agar dapat di-
KREATIVITAS
buahkan hasil yang setepat-tepatnya pula.
Untuk memenuhi hal-hal rersebur di atas, seridak-tidak-
Dalam jangkauan untuk mencapai tujuan yang ideal jenis
nya kaidah-kaidah dasar disiplin menral perlu dikenal oleh
dan taraf metode tersebut perlu disusun dengan mengingat Itupun belum sampai pada jaminan berkembangnya
taraf perkembangan dan kemampuan anak didik.
\ siswa.
kreativitas pada disiplin mental ini. Kreativitas mempunl,ai arti
Dengan mengingat adanya beberapa komponen yang sa- tersendiri, yang lebih dari hanya berproses (berkembang) me-
I

ling mengadakan interaksi tersebut, maka kebebasan anak


l nurut ketentuan-ketent uan yang sudah ada. Kreativitas dapat
didik dalam menjadi subyek proses pendidikan dan pengajaran berarti menrodi l'isir atau nrcrrarrr balr kelentuan-kelL.nl uan i r u
itu memiliki makna tersendiri. Dalam pada itu, perlu diingat dengan yang balu.
tentang prinsip pandangan dari eksistensialisme, bahwa manu-
Namun, meski dapat dihayari berapa minimal kemungkin-
sia itu tetap berada pada dirinya sendiri, di manapun dan ka-
an adanl,a kreativitas pandangan 1;rogresivisme bahwa kecer-
panpun, dengan mengalami kebebasan dan keterikatan ber-
dasan itu merupakan penghubung antara diri manusia den,qan
sama-sama. Keberadaannya tidak terbagi-bagi, jadi seratus
dunia luar dan yang mampu ntewuj udkan pengalaman dapat-
persen.
lah dimengerti. Kecerdasan tidak hanya menjadi pengolah
Dengan demikian jelaslah, bahwa pendidikan dan penga- kesan-kesan dari dunia luar menjadi 1>ersepsi, dan apersepsi
jaran yang terpusat pada anak bukanlah semata-mata membi- melainkan lebih dari itu ialah memberikan kualitas dari semua-
) arkan anak didik itu sendiri menempuh perjalanan pribadinya. nya itu. Kemasakan akal budi akan memberikan corak kema-
) Bila demikian, ia tidak akan mampu menemukan diri sendiri sakan pengalaman seseorang, sedangkan pengalaman adalah
sebab bakat dan potensinya baru akan berkembang bila mem- penghayatan psikologis, mental spiritual seseorang, sebagai
proleh bimbingan dan bantuan oleh pendidikan dan pengajar- akibat hubungannya dengan dunia luar.
an.
Kreativitas yang drmiliki manusia tidaklah seyogyanya di-
Progresivisme menunjukkan bahwa kecerdasan adalah artikan sebagai kemampuan mencipta sesuatu yang baru sama
potensi pada manusia yang sangat membedakannya dengan sekali. Manusia dengan taraf ketajaman budi dan kecerdasan-
makhluk-makhluk yang lain. Lebih-lebih, instrumentalisme nya masing-masing, dalam memandang hal-hal yang ada masih
mengatakan bahwa manusia dapat menghayati pengalaman memerlukan usaha pemahantan dan ltenelaahan.
la akan mengabstraksikan yang diketahui. Abstraksi itu ada- sanggupan dalam seketika menemukan atau menciptakan se-
lah rumusan berupa pendapat tentang pengetahuan yang ha- suatu itu bukanlah kemampuan rata-rata orang.
kiki atau esensial tentang sesuaru itu. Dengan demikian diper- Jenis-jenis belajar yang sederhana dapat diharapkan
olehlah pengertian-pengert ian dasar tentang sesuatu tersebut. memberikan dasar meningkatnya kecerdasan. Misalnya: Triat
Berdasarkan sifat dan kemanrpuan akal budi seperti )'ang and error. Adalah suatu pengalaman belajar yang diawali
disinggung di atas, maka daparlah diperkirakan bahwa sese- dengan mencoba dan perbuatan keliru dan yang akhirnya be_
orang mampu memperkembangkan kecerdasannya secara teo- nar. Merupakan salah satu kegiatan yang dapat melatih indi-
letis dan l)raktis. Teoretis, sebagai hasil ltentaharnan terhadap vidu mengawali belajar yang hasilnya produktif. Karena bi_
yang ada dan dapat mengangkatnya sebagai pengetahuan lajar yang demikian ini masih jauh dari pembentukan faham
abstrak. Praktis, karena adanya l)engetahuan kongkrit perihal (insight) tentang sesuatu, maka tidak perlu terlalu sering dilak-
1'ang ada, baik deskripsi maul)un maknanl,a menunjuk pada sanakan.
hal-hal yang dapat ditangkap oleh indera. Oleh karena itu Drill. Adalah cara belajar yang mekanis, perlu dilaksana_
dapat dihayati adanya bentuk, ukuran serra sifat-sifatnya. kan dalam membentuk hafalan dan kebiasaan untuk hal_hal
yang perlu siap penguasaannya. Drill, memang tidak
Kalau dalam ntenampilkan kreativitas itu akal budi diha- secara
langsung menumbuhkan pemahaman (insight) tentang sesuatu.
rapkan menciptakan sesuatu yang sama sekali barr-r dan me-
rupakan karya yang jangkauannya luar biasa dapatlah diperki- Namun proses ini akan menumbuhkan pengetahuan siap yang
dapat menjadi landasan timbulnya pemahaman dan membantu
rakan tidak akan menjadi milik setiap orang. Maka, perlulah.
tumbuhnya proses asosiasi.
dicari kemampuan akal budi yang berada pada taral di bawah-
nya, namun mempunyai makna cukup dalam dunia pendidik- Kemampuan menghafal atau memorisasi adalah pengem-
an dan pengajaran. Pembinaan dan pengembangan akan mem- bangan potensi teGntu-yang memungkinkan individu me_
punyai peranan menrbantu pcrkembangan dunia ilmu pengeta- nguasai pengetahuan-pengetahuan siap terkuasainya pengeta_
huan. huan-pengetahuan ini dengan baik, individu yang bersangkut_
an akan mampu membentuk paham (insight).
BEBERAPA CARA BELA.IAR YANG SEDERHANA Jelaslah, bahwa triall and error, drill, hafalan, memorisasi
Dengan demikian dapatlah dimengerri penringnl a jenis- dan sebagainya itu, belum dapat dikatakan sebagai proses pe-
,- jenis cara belajar lang sederhana seperti "trial and error,', ngembangan kreativitas. Hal ini disebabkan oleh harapan
drill, hafalan, memorisasi dan sebagainya, sebagai pengalam- bahwa berpikir dan berbuat kreatif itu seyogyanya menghasil-
an-pengalaman yang dapat menuntun individu ke arah taral kan sesuatu yang lebih atau baru dibandinllan dengan yang
seperti tersebut di atas. Lebih-lebih bila dihubungkan dengan telah ada dan daripadanya dapat dihayati adanya sifat-sifat
penemuan dalam ilmu psikologi yang menunjukkan bahwa ke- yang lebih sempurna.
IMAJINASI Kegiatan yang semacam ini dapat dikatakan ada bila ter_
jadi usaha untuk mengadakan pengamatan, persepsi,
apersep_
Agar kreativitas itu dapat dikembangkan, individu yang si, asosiasi, difusi, dialektika, ingaran, imajinasi dan lain yang
bersangkutan selain dapat mengingat hai-hal yang,.t"n sej en is.
ai_
milikinya (telah lampau), perlu mengembangkan"imajinasi, Lebih-lebih lagi bila rerjadi usaha pengambilan kepurusan
yang mempunyai peranan untuk mengadakan dengan bahasa yang baik, yang sesuai dengan kaidah-kaidah
antipasi hal_hal
y3l_rg arau yang baru. Ingatan ddn-fmiiina.i berpikir secara formal atau eksperimental. Jadi, tirik sekarang
?-tqn,dajary jinasi iber-
ber-
temu pada titii iekarans.g. Jadi, ."
.taai semuanya itu merupakan bagi_ lang merupakan tempat keberadaan seseorang sekarang, me-
an dari proses perkembangan individu yang rupakan titik temu dari berbagai hasil pengalaman dan pgng_
bersangkutan.
Harapan bahwa pendidikan itu bersifat dinamik hayatan yang berasal dari sejumlah arah yang telah ',mem-
dan me_
ngembangkan sifat tersebut pada anak didik, bentuk" individu yang bersangkutan.
sejalan dengan
prinsip-prinsip yang telah disinggung di muka. Pendidikan_d_a-n pengajaran yang terpusat pada anak itu
ialau titik se_
karang itu merupakan pertemuan antara pengalaman tidak seharusnya diiiiikan membiarkan anak unruk belajar
dan ber_
kembangnya imajinasi, maka bila perkembangan dan sendirian meningkatkan diri. Contoh yang sederhanapun
akal budi
dan mental dapat benar-benar diarahkan ke d1pan, dapat memperjelas. Misalnya, seseorang yang sedang mempe-
adanya
predikat aktif dan dinamik itu akan melekat puaa lajari dan memahami pengetahuan perlu mengadakan kontak
un* aiai'f,.
Karena ada tujuan yang hcndak dicapai, maka pendidikan dengan dunia luar dalam bentuk belajar. Ia menghayati me-
selalu mengarah ke depan. lalui deskripsi atau menghayati melalui pengalaman langsung.
Bila hani,a deskripsi yang dihayati hasil dan pengawasan bela_
BELAJAR DALAM KESEIMBANGAN jar itu cenderung ke verbalisme, sedangkan bila hanya peng_
alanran langsung akan kurang memiliki bobor dan kedalantan_
.o-Cryglrylg "g"! blhwa keseimbangan itu selalu men- n1'a. Kedua saling mengisi. Bila dua jenis penghal,atan rni
Jadl tandasan dalam pendidikan,. rnaka qdaqya sifar_sifar
aI rit dialami secara lengkap, kemungkinan adanya kepincangan
dan ainami k praaGr-ian
kiadaan-fiiik-dariakar
J r.,.;;;t ;.;;;;
i,, r,."a, [rii= dalam hasil belajar dapar dicegah.
iudi
muatfAiayefi-darua n- nd eia,--',;;;;.
*.r";l*i uur.ru
lt.l..na.ru 9,.-iqigf-gtul le{lck{\an di ri sendi ri, sendi rian i r ulatr
menganggap
i aau lrin, n, r. u y'a19_taapa!11a r i,{1li,rpng\iiiUi |ak, ka"l -
silat dinamik aktif itu pada melekat dunia fisik.
Hal ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang berlebihan.
Hal ''LEARNINC BY DISCOVERY"
ini teramat penting unruk dicatat bila jihrbungkan
dengan "Learning by discove11,", yang dikenal pula dengarr nrc_
prinsip bahu,a sifat aktif dan dinamik fisik
itu aipui n,..rpr-
kan akibat arau atas perintah akal _ _ tode heuristik, akan disinggung pada bagian ini. Asal-usul kara
budi mental seseorang.
ini adalah dari bahasa Yunani heuriskein y,ang berarri mcne_

42
43
mukan sesuatu. Maksudnya, seseorang akan mengalami proses
belajar bila terjadi kegiatan-kegiatan spontan yang dilakukan ditetapkan lebih dahulu dan timbulnya berbagai
seseorang itu menuju kepada penemuan tentang sesuatu. kemungkinan
Me_ siswa secara spontan dapat menemuf.un
nemukan sesuatu adalah mengenal, menghayati atau mema_ ,.rirtu i.iun ai.un_
cang terlebih dahulu oleh pendidik. Maka,
hami. Jadi, menemukan adalah menghasilkan sesuatu yang sudah dapat diper_
kirakan bahwa kegiatan-kegiatan yanS diiakukan
memperkaya perbendaharaan pengetahuan dan ilmu. silwa akan
tidak sepenuhnya wajar dan spontan.
Oleh karena mempunyai sifat mendidik aktivitas itu de_ Telah jelaslah, bahwa "discovery learning,, itu
ngan sendirinya gagasan atau idenya sejalan dengan pengerti_ adalah si-
tuasi belajar yang kegiatan-kegiatannya diarahkan
an-pengertian yang Iazim tentang pendidikan. Sementara dalam
suatu situasi yang didisain terlebih dahulu (structured). pen-
orang menganggap bahwa pendidikan itu berasal dari strukturan itu mungkin tidak bersifat represif
',edu_ dalam arti yang
cere", yang arrinya memimpin. t, sesungguhnya, tetapi nada.itu ada secarq implisit.
,-, Sedangkan yang lain ,,educare,, yang berarti membentuk atau Dari ujung
yang ekstrem dapat diperkirakan bahwa proses
melatih. Jadi, jelaslah bahwa "learning by discovery,, yang itu dapat ber_
di_ langsung sampai selesai, namun ada siswa yang
sesuaikan dengan prinsip-prinsip pendidikan akan mempunyai tidak pernatr
menemukan sesuatu.
sifat kesengajaan, ada interaksi antar guru dan siswa. Karena
Berdasarkan argumentasi tersebut di atas, perlulah
itu tiap kegiatan belajar tersebut tentulah telah disusun lebih di_
sadari bahwa pemahaman tentang metode
dahulu oleh guru. mengaj". ,..rru
konprehensif perlu dikembangkan dan usaha
Berhubung dengan itu nampaknya benarlah adanya ang_ merierapkan be_
b€rapa metode secara kombinasi perlu
gapan bahwa mustahil dapat dikatakan bahwa anak airrut ut"rr.' S.O2U,
akan meskipun disadari bahwa perlu diusahaft3n
dapat mempelajari segala yang ingin diketahuinya tanpa pudu rirr"u
ban_ terhindar dari berbuat keliru pada awal p1s5g5is1r;u.
"gu.
tuan orang lain. jar, namun lrial and error dapat menjadi p..rnrtuuniulf...nru_
Tiap pendidikan arau proses belajar - mengajar tentu merupa- Urgi
suatu proses belajar. Dengan lrial and error,
kan pengalaman yang disusun lebih dahulu oleh pendidik. gerak dan ke-
mampuan akal budi didorong menjadi lebih
Dengan menyusun bagian-bagian yang penting yang menyang- terarah oleh peng_
alaman.
kut materi dan faktor-faktor lain sebaik-baiknya, maka proses
belajar - mengajar itu akan menguntungkan kedua belah "PROCRAMMED INSTRUCTION"
pihak.
Hal-hal yang telah disinggung di atas lentang
Jadi bagaimana cara menentukan materi dan kegiatan sis_ discovery le_
arning itu pada hakekarnya sama halnya a.ng"n
lajar yang lain seperti programnred instructir"rn. i.nlr_i.ni,
wa yang secara spontan dapat menemukan sesuatu sebenarnya U"_
galujur, ,r"*
perlu dikaji.lebih lanjut. pada hakekatnya materi yang merupakan penerapan pr0grammed instruction
telah ini pada hake-
katnya menggunakan self-instructional o.ni.",
vurlg iJrr, ai_
tenrukan srrukrurnya rerlebih dahulu oteh penrtiiitl
44

45
-I

Adanya satu atau kombinasi beberapa metode yang dite-


rapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran itu akan di-
anggap memadai asal serasi dengan tujuan yang hendak di-
capi. Tujuan itu adalah mengembangkan kemampuan kecer- 7
dasan dalarn penalaran, yang dalam bentuknya dapat berujud f
sebagai pemahaman, menetapkan altematif, hafalan yang fung- 1
sional dan imajinatif. Dengan pegangan pada tujuan ini, maka i
anak didik dapat terhindarkan dari kemungkinan menjadi {

penghafal dan kebiasaan belajar yang mekanik. )

BACAAN
John Hospers, An Introduction to Philosophical .4ralysrs, Englewood
Ciffs, N.Y-: Prentice Hall, Inc. 1967.
lmam Barnadib, -Frls ofat Pendidikan (Pengdntar Mengenai Sistem dan Me-
tode), yogyaka a: Yayasan Penerbit FIP IKIP Yogyakarta, 1976'
Harry Schofield, The Philosophl of Education, An Introduction, New
York: Barnes and Noble Books, 1972.

46

Anda mungkin juga menyukai